TREND PEMBIAYAAN KESEHATAN DI BERBAGAI NEGARA

advertisement
MAGISTER
MANAJEMEN
RUMAHSAKIT
UNIVERSITAS GADJAH MADA
MODUL
6
TREND PEMBIAYAAN
KESEHATAN DI
BERBAGAI NEGARA
Fasilitator :
Prof. dr. Laksono Trisnantoro, MSc, Ph.D
MAGISTER MANAJEMEN RUMAHSAKIT
Gedung IKM Lt. 2 Jln Farmako, Sekip Utara, Yogyakarta 55281
Telp. dan Fax. (0274) 581679, 551408
e-mail : [email protected]
Trend Pembiayaan Kesehatan di Berbagai Negara
Perkembangan dalam Sistem Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan
Isu pembiayaan kesehatan secara umum terdapat pada 4 hal berikut ini:
1.
2.
3.
4.
Pemerataan dan keadilan (equity)
Peningkatan biaya pelayanan kesehatan
Efektifitas dan Efisiensi
Akuntabiitas dan Sustainabilitas
Permasalahan pembiayaan kesehatan yang di hadapi sekarang ini terbagi menjadi dua
kelompok besar yaitu : masalah kurangnya dana dan masalah adanya peningkatan biaya.
Masalah kurangnya dana disebabkan adanya inefisiensi dalam pengelolaan pembiayaan
tersebut dan alokasi biaya yang salah misalnya dari hasil penelitian bahwa biaya kesehatan
di Puskesmas 25%-30% yang menggunakan adalah orang mampu sedangkan subsidi di
rumah sakit 35%-40% digunakan oleh orang mampu. Sedangkan peningkatan pembiayaan
disebabkan dua hal yaitu adanya trend peningkatan teknologi kedokteran yang digunakan
sebagai penegak diagnosis berdasarkan temuan terkini (evidence bases) yang tentu saja
mengandung konsekuensi pembiayaan. Serta tren suppy induce demand yang banyak
marak sekarang ini.
Perkembangan system pembiayaan kesehatan
1. Terjadi perubahan system pembiayaan kesehatan di berbagai Negara, perubahan ini
bisa di sebabkan karena sumber pembiayaannya, pelaku / aktor dalam sistem
pembiayaan apakah masyarakat, PPK, pemerintah atau pembayar. Sedangkan isu
perubahan ini adalah perubahan mekanisme pembayarannya
2. Reformasi dalam sistem kesehatan yang berdampak pada pembiayaan pelayanan
kesehatan secara makro
Badan-badan dalam pembiayaan kesehatan
Trend Pembiayaan Kesehatan di Berbagai Negara
2
Peran Pemerintah dalam Sistem Pembiayaan Kesehatan
Secara Langsung
• pemerintah telah mengurangi perannya sebagai pemberi dana, namun tetap harus
memperhatikan kelompok yang rentan dan public goods
• peran pemerintah dibidang penyediaan pelayanan berkurang, akibat meningkatnya
privatisasi.
Secara Tidak Langsung
• pemerintah mempunyai peran sentral dalam hal regulasi, termasuk pembuat
kebijakan dan penyedia informasi
• Misal :
• mengendalikan harga pelayanan kesehatan,
• mengendalikan kuantitas dan distribusi pelayanan kesehatan
• meningkatkan lisensi dan akreditasi untuk menjamin kualitas pelayanan
kesehatan.
Perubahan peran pemerintah dalam pembiayaan kesehatan ini mengalami perubahan
dengan mengurangi perannya sebagai pemberi dana langsung namun masih
memperhatikan keluarga miskin dan pelayanan public goods.
Di dalam UU SJSN no 40/2004 peran pemerintah sebagai pemberi bantuan pembayaran
iuran bagi fakir miskin dan orang tidak mampu yang menjadi pesertan dalam program SJSN
ini.
Sistem Jaminan Pengaman Sosial
Mengapa perlu Undang-undang SJSN
• Ada kebutuhan meningkatkan jumlah peserta
Trend Pembiayaan Kesehatan di Berbagai Negara
3
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
Ada kebutuhan untuk memperluas jenis program jaminan jaminan sosial
Ada kebutuhan untuk menyamakan persepsi/ konsep/sistem jaminan sosial
Untuk mewujudkan sistem jaminan sosial yang lebih berkeadilan sosial
UU yang ada perlu disempurnakan untuk mendukung terwujudnya sebuah sistem
nasional
Pendekatan kelompok, jenis jaminan dan atau integrasi
Program Pemerintah/masyarakat (negara) untuk mewujudkan kesejahteraan
rakyat dengan pendekatan sistem
Menanggulangi resiko ekonomi karena sakit, PHK, pensiun, usia lanjut dan resiko
lainnya
Bismarck (1883), Roosevelt (1935)
Merupakan cara (means), sekaligus tujuan (ends) mewujudkan kesejahteraan
Welfare state, non welfare state dan “Participatory Welfare State”
Kebutuhan dasar yang layak
Pembangunan social ekonomi nasional yang telah dan sedang dilakukan menghasilkan
banyak kemajuan, diantaranya adalah kesejahteraan rakyat. Kesejahteraan tersebut harus
dapat dinikmasi secara merata oleh seluruha rakyat Indonesia. Dinamika pembangunan
telah menumbuhkan tantangan yang belum terpecahkan, salah satunya adalah
penyelenggaraan system jaminan social bagi seluruh rakyet seperti yang telah di amanatkan
pada UUD 1945 pasal 28, Deklarasi PBB tentang hak asasi manusia 1948 dan Konvensi ILO
no 105 tahun 1952 yang mengharuskan setiap Negara untuk member jaminan minimum
terhadap pekerjanya. Sehingga di Indonesia melalui TAP MPR no 10/MPR/2001
memerintahkan kepada Presiden untuk membentuk Sistem Jaminan Sosial Nasional dalam
rangka memberikan perlindungan social yang menyeluruh dan terpadu.
Sistem Jaminan Sosial pada dasarnya adalah program negara yang bertujuan member
kepastian perlindungan dan kesejahteraan social bagi seluruh rakyat Indonesia. Melalui
program ini diharpkan pemerintah dapat hidup layak apabila terjadi kecelakaan, kehilangan
pekerjaan, memasuki usia lanjut dan pensiun.
Indonesia telah melakukan beberapa system jaminan social untuk kelompok- kelompok
tertentu seperti JAMSOSTEK untuk pekerja swasta yang mencakup jaminan kesehatan,
jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua, jaminan kematian. Untuk PNS terdapat program
TASPEN untuk tabungan hari tua serta ASKES untuk jaminan kesehatan bagi PNS, penerima
pensiun beserta keluarganya. Sedangkan bagi TNI dan POLRI serta PNS di departemen
Hankam beserta keluarganya mendapatkan asuransi social angkatan bersenjata Indonesia
(ASBRI). Namun beberpa program jaminan social tersebut belum menjangkau semua
lapisan masyarakat Indonesia. Oleh karenanya di buatlah system jaminan nasional yang
mengsinkronisasi semua system yang telah ada dan diharapkan menjangkau semua lapisan
masyarakat Indonesia
Prinsip-prinsip yang terkandung di dalam system jaminan social nasional ini adalah
Trend Pembiayaan Kesehatan di Berbagai Negara
4
1. Prinsip kegotong royongan. Yang itu prinsip saling menolong di dalam kepersertaan
ini, yang mampu menolong yang tidak mampu, yang mempunyai resiko rendah
membantu yang beresiko tinggi, yang sehat menolong yang sakit. Dengan adanya
prinsip tersebut diharapkan dapat menumbuhkan rasa keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia.
2. Prinsip nirlaba, badan pengelolan jaminan sosial ini merupakan badan yang tidak
mencari keuntungan, adanya dana amanat, perngembangannya dan surplus
anggaran akan dimanfaatkan sebesar besarnya bagi kesejahteraan anggotanya
3. Prinsip keterbukaan, kehati hatian, akuntabilitas, efisiensi dan efektifitas. Prinsip
prinsip manajemen ini yang di terapkan untuk mengelola dana amanat dari iuran
peserta dan hasil pengembangannya.
4. Prinsip portabilitas, yaitu sistem jaminan ini memberikan jaminan yang
berkelanjutan kepada pesertanya meskipun berpindah tempat tinggal atau
pekerjaan di wilayah Negara Indonesia
5. Prinsip kepersertaan wajib, yaitu wajib menjadi peserta sehingga diharapkan selruh
rakyat Indonesia dapat merasakan manfaat dari jaminan ini, walaupun
penerapannya secara bertahap. Tahap pertama adalah pekerja di sektor formal,
kemudian pekerja di sektor informal yang ikut secara suka rela dan mereka yang
bekerja secara mandiri sehingga petani dan nelayan dapat mengikutinya.
6. Prinsip dana amanat, yaitu dana-dana yang terkumpul merupakan titipan kepada
badan badan pengelola dana tersebut untuk dikelola dengan sebaik baiknya untuk
kesejahteraan peserta
7. Prinsip hasil pengolahan dana yang terkumpul adalah hasil deviden yang dibagikan
kepada pemegang saham dan digunakan sebagai semaksimal mungkin untuk
kesejahteraan peserta jaminan sosial ini.
Implikasi SJSN terhadap Rumah Sakit
• Berdasarkan UU no 40/2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional dan SK Menkes
1241, maka di masa mendatang pasar rumahsakit yang paling besar adalah asuransi
kesehatan karena:
– Asuransi kesehatan bersifat wajib
– Keluarga miskin dijamin oleh pemerintah (pusat dan daerah) lewat
mekanisme asuransi kesehatan
• Saat ini pasar asuransi kesehatan di RS Pemerintah berkisar 30 – 70%, setelah SK
Menkes rata rata meningkat menjadi 50 – 80 %
• Dalam beberapa tahun mendatang diperkirakan 80% pasar RS adalah peserta
asuransi kesehatan.
Sehingga rumah sakit harus mampu menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang efisien
dan efektif.
Trend Pembiayaan Kesehatan di Berbagai Negara
5
Pembiayaan Kesehatan di Negara Lain “Wujud Cinta Negara pada
Rakyatnya”
(Majalah bulanan HEALTH HOSPITAL INDONESIA (H2I) Edisi 03/I/18 September-18 Oktober 2006 )
Pembiayaan kesehatan sungguh tak bisa dipandang sebelah mata. Jika tak dilakukan dengan
benar dan teliti maka hanya akan membebani industri, yang ujung-ujungnya, menghambat
laju perputaran roda ekonomi.
Setidaknya, Amerika sudah membuktikannya. “Sang Paman Sam” kurang jeli dalam
menghitung pembiayaan kesehatan. Dalam White House Paper yang dibacakan dalam upaya
mewujudkan Health care Reform ini, Bill Clinton berupaya melakukan upaya perbaikan akan
tingginya biaya kesehatan meski hingga pemerintahan Bush saat ini belum nampak benar
hasilnya.
Gara-gara biaya kesehatan yang selangit menjadikan suramnya wajah dunia industri. Jelas
saja, betapa industri mobil Amerika toh musti rela disalip Negeri Matahari Terbit, Jepang.
Harga mobildari sisi komponen biaya kesehatan karyawan ak-hirnya membuat jalanan
Amerika tak pernah sepi dari mobil-mobil buatan Jepang. Bagaimana tidak, Jepang mampu
memproduksi satu unit mobil dengan harga “cuma” US$ 600 saja sementara Amerika
mencapai US$ 1.200.
Menurut dr. Sulastomo, MPH, Ketua Tim Sistem Jaringan Sosial Nasional (SJSN), sistem
pembiayaan kesehatan yang tidak dilakukan dengan benar akan membebani industri.
Seperti yang terjadi di Amerika, tingginya komponen biaya kesehatan menjadikan barang
produksi negara tersebut tidak kompetitif.
Amerika Serikat
Amerika menjadi satu-satunya negara yang menerapkan asuransi kesehatan komersial bagi
rakyatnya, di mana mereka bebas menentukan pilihan, termasuk bebas tidak berasuransi.
Meski akhirnya jumlah perusahaan asuransi kesehatan menjamur namun biaya operasional
sangat besar, premi menukik tajam setiap tahun, tingginya unnecessary utilization karena
system pembiayaan fee for services maupun mutu pelayanan kesehatan yang meragukan
meski penggunaan teknologi canggih bukan lagi hal baru.
Tingginya biaya kesehatan yang mencapai 12% GNP menyebabkan biaya kesehatan menjadi
beban berat secara ekonomis. Biaya produksi barang dan jasa menjadi tinggi karena
tingginya biaya komponen kesehatan. Langkah strategis pun dibuat. Tahun 1973
Pemerintah federal AS menerbitkan Health Maintenance Organization (HMO-ACT), sebuah
undang-undang yang bermaksud mengerem pertumbuhan conventional health insurance.
Tahun 1984 Ronald Reagan menetapkan pembayaran berdasarkan DRG’s (Diagnostic
Related Group’s) untuk program medicare dan medicaid. Kemudian tahun 1992, Presiden
Clinton melancarkan “Health Care Reform”dalam upaya memenuhi janji kampanyenya,
karena di Amerika isu kesehatan memang paling laku dijual.
Trend Pembiayaan Kesehatan di Berbagai Negara
6
Korea
Negeri Ginseng, Korea dianggap sebagai negara dengan perkembangan program asuransi
kesehatannya yang tumbuh sangat cepat. Kurang dari 20 tahun, seluruh penduduknya
tercakup program asuransi kesehatan sosial. Tahun 1973, dengan pendapatan per kapita
US$1.000 per tahun, langkah Korea diawali pada diwajibkannya pelaksanaan asuransi
kesehatan melalui Dekrit Presiden. Pendekatannya adalah pelaksanaan program asuransi
kesehatan secara bertahap dimulai dari kelompok tempat kerja dengan jumlah tenaga kerja
yang besar. Penyelenggaraan program asuransi kesehatan ditangani Medical Insurance
Society yang berjumlah lebih dari 200 buah namun sejak tahun 1976 mereka semua
tergabung dalam National Federation of Medical Insurance.
Belanda
Pemerintah merancang agar seluruh warganya memperoleh jaminan untuk dapat
memenuhi kebutuhan hidup minimumnya. Maka itu diterapkan program asuransi
kesehatan sosial yang dikelompokkan menjadi dua yaitu yang berlaku bagi seluruh
penduduk (national scheme) dan bagi kelompok tenaga kerja, yang kemudian membuka
peluang jaminan sosial sesuai kebutuhan atau kemampuan tenaga kerja.
Di sana terdapat 20 lembaga atau yayasan non-profit penyelenggara program asuransi
kesehatan sosial sehingga tenaga kerja dapat memilih satu diantara mereka. Lembaga atau
sichting tersebut diperkenankan membuka usaha untuk asuransi kese-hatan swasta. Tak
cuma itu, rumah sakit di sana juga bersifat non -profit. Negeri kincir angin ini memiliki
undang-undang yang mengatur pengaturan tarif rumah sakit yaitu “The Health Care Rates
Act”. Tarif rumah sakit ditetapkan berdasarkan negosiasi rumah sakit dan lembaga asuransi
kesehatan serta musti mendapat persetujuan “The Central Health Care Rates Boards”
Ke depannya, pemerintah berupaya melakukan langkah-langkah strategis guna
mengendalikan biaya pelayanan kesehatan agar tidak melampaui angka 1,3% per tahun,
misalnya de-ngan mengurangi benefits package bagi peserta asuransi kesehatan sosial,
khususnya pelayanan gigi dan fisioterapi serta mengendalikan dana obat-obatan de-ngan
menetapkan harga maksimum sesuai standar Eropa.
India
Kualitas pembiayaan kesehatan memang menjadi satu hal penting bagi negara berkembang,
tak terkecuali India. Negeri cantik pemilik istana Taj Mahal ini menganggarkan Rs 103.000
atau sekitar 5,2% dari GDP. Di sana, terdapat lima bentuk pembiayaan kesehatan yaitu
private insurance, social insurance, employer-provider cover, community insurance schemes
dan government healthcare spend. Namun pada kenyataannya, lebih dari 60% masyarakat
India yang masih tergolong miskin menerapkan sistem out of pocket spending , di mana
pembiayaan kesehatan tidak dianggarkan sebelumnya dan menjadikannya tidak efisien.
Trend Pembiayaan Kesehatan di Berbagai Negara
7
Download