TUGAS TEKNOLOGI BAHAN ALAM OLEH NAMA : I GUSTI NGURAH DEDI ABDI T NIM : 15.01.280 TRANSFER A 2015 SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI MAKASSAR 2016 Ɽ/ Seledri Biji kola 200 gram 200 gram (Materiamedica.publisher) Indikasi : menurunkan tekanan darah Kontra indikasi : Pasien dengan gagal ginjal akut, ibu hamil Kandungan Kimia Utama daun seledri. Apigenin Rumus Struktur Apigenin Kandungan Kimia Apium graveolen/ Seledri Daun seledri banyak mengandung apiin, disamping sebagai substansi diuretik yang bermanfaat untuk meningkatkan output urin. Apigenin yang terdapat pada bagian daun berkhasiat hipotensif yang merupakan kandungan kimia utama dari seledri (Dalimartha, 2008). Apigenin merupakan komponen flavonoid utama dari seledri yang termasuk ke dalam golongan flavon (Harborne, 1986). Struktur senyawa apigenin adalah 5,7,4’-OH menunjukkan struktur kimia apigenin. Apigenin yang terkandung dalam seledri bersifat vasorelaksator atau vasodilator (melebarkan pembuluh darah) dengan mekanisme penghambatan kontraksi yang disebabkan oleh pelepasan kals ium (mekanisme kerja seperti kalsium antagonis). Antagonis kalsium bekerja dengan menurunkan tekanan darah dengan mem blokade masuknya kalsium ke dalam darah. Jika kalsium memasuki sel otot, maka akan berkontraksi. Dengan menghambat kontraksi otot yang melingkari pembuluh darah, pembuluh darah akan melebar sehingga darah mengalir dengan lancar dan tekanan darah akan menurun (Palmer, 2005). Pernyataan ini diperkuat oleh Hartati (2007) bahwa seledri memiliki efek seperti kalsium antagonis disamping efek diuretik. Seledri mengandung senyawa aktif apigenin yang berfungsi sebagai kalsium antagonis yang dapat menurunkan hipertensi dan manitol yang berfungsi sebagai diuretik. Riset yang mendukung Seledri telah dilakukan uji klinis oleh Supari (2006) yang dimuat dalam Medical Journal of Indonesia menyatakan bahwa uji klinis yang dilakukannya mengenai pemberian seledri dalam bentuk fitofarmaka 3 kali sehari (250 mg) selama 12 minggu, mampu menurunkan tekanan darah sistolik maupun diastolik setara dengan amodipin sekali sehari (5 mg). Selain itu fitofarmaka tidak mempengaruhi kadar elektrolit plasma, kadar lipid plasma, maupun kadar gula darah, dan tidak ditemukan efek samping yang berarti pada fungsi hati dan ginjal (Hartati, 2007). Rebusan seledri berpengaruh untuk menurunkan tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik. Efek Toksik Seledri, seledri mengandung senyawa psoralen merupakan toksin alami pada tanaman pangan yang juga termasuk ke dalam golongan kumarin. Senyawa ini dapat menimbulkan sensitivitas pada kulit jika terkena sinar matahari. Untuk menghindari efek toksik psoralen, sebaiknya hindari terlalu banyak mengkonsumsi seledri mentah, dan akan lebih aman jika seledri dimasak sebelum dikonsumsi karena psoralen dapat terurai melalui proses pemasakan (BPOM, 2008). Tanaman ini mampu menurunkan darah tinggi, namun apabila dosisnya berlebih (> 400 gr daun seledri) dapat menurunkan tekanan darah secara drastis serta penggunaannya tidak dianjurkan pada masa kehamilan karena dapat menyebabkan perdarahan rahim dan kontraksi otot rahim Oleh karena itu, konsumsi herba seledri tidak lebih dari satu gelas perasan seledri untuk sekali minum (Anonim, 2011). Kafein merupakan senyawa kimia alkaloid terkandung secara alami pada lebih dari 60 jenis tanaman terutama teh (14,8 %), kola (11,5 %), dan biji kola (2,7-3,6 %). Kafein diproduksi secara komersial dengan cara ekstraksi dari tanaman tertentu serta diproduksi secara sintetis. Kebanyakan produksi kafein bertujuan untuk memenuhi kebutuhan industri minuman. Kafein juga digunakan sebagai penguat rasa atau bumbu pada berbagai industri makanan (Misra et al, 2008). Dampak mengkonsumsi kafein khususnya pada jantung akan berlaku secara stimulan dan efeknya akan meningkatkan sistem kerja saraf sehingga menjadikan kerja jantung lebih cepat berdetaknya. Hal ini sangat berbahaya khususnya untuk orang-orang yang sedang menderita penyakit jantung. Farmakokinetik Kafein Absorbsi kafein dari saluran pencernaan ke aliran darah adalah sangat cepat dan mencapai 99% pada manusia yaitu sekitar 45 menit setelah diingesti.Penyerapannya tidak sempurna apabila diambil sebagai kola dengan 90% kafein dalam secangkir kola akan diabsorbsi dalam waktu 20 menit setelah diminum, dengan efeknya bermula dalam satu jam dan bertahan selama 3 hingga 4 jam. Kafein yang diabsorbsi akan didistribusi ke seluruh tubuh. Zat ini dapat melewati sawar otak, plasenta ke cairan amnion dan fetus, dan ke susu ibu. Kafein juga pernah dideteksi di dalam semen (Berger,1988, Arnaud,1999, Nawrot et al, 2002). Konsentrasi plasma memuncak setelah 40 hingga 60 menit dengan waktu paruh kira-kira 6 jam ( 3 sampai 7 jam) pada dewasa sehat. Bagaimanapun, waktu paruhnya berkurang pada individu yang merokok dan meningkat sehingga 2 kali lipat pada wanita hamil atau yang menggunakan kontrasepsi oral dalam jangka waktu panjang (Lee K-H et al, 2009).