DAMPAK PENGGUNAAN PUPUK KOMPOS TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG (Kasus : Desa Bangun Panei, Kecamatan Dolok Pardamean, Kabupaten Simalungun) Sri Astuti*), Diana Chalil**), Rahmanta Ginting**) *) Alumni Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Jl. Prof. A. Sofyan No.3 Medan Hp. 083197303235, E-mail: [email protected] **) Staf Pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis dampak penggunaan pupuk kompos terhadap produksi, biaya dan pendapatan usahatani jagung di Desa Bangun Panei, Kecamatan Dolok Pardamean, Kabupaten Simalungun. Daerah penelitian ditentukan secara purposive. Sampel ditentukan dengan metode random sampling. Metode analisis yang digunakan adalah analisis uji beda rata-rata. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Tidak terdapat perbedaan nyata antara produksi jagung petani pengguna pupuk kompos dan kimia dengan petani pengguna pupuk kimia, (2) biaya usahatani jagung petani pengguna pupuk kompos dan kimia lebih rendah dibandingkan petani pengguna pupuk kimia, dan (3) pendapatan usahatani jagung petani pengguna pupuk kompos dan kimia lebih tinggi dibandingkan petani pengguna pupuk kimia. Kata Kunci: Analisis Pendapatan, Pupuk Kompos, Usahatani Jagung ABSTRACT The objective of the research is to analyze the effect of compost usage on production, production cost, and income of corn farming at Bangun Panei Village, Dolok Pardamean Subdistrict, Simalungun District. The research location was purposively determined, and the samples were taken by random sampling technique. The data were analyzed by compare means test. Results of the research show that 1) there was no significant difference in production between corn farming with mixed compost and chemicals usage and those with only chemicals usage, 2) mixed compost and chemicals usage average production costs are lower than those with only chemical usage, and 3) mixed compost and chemicals usage average income are higher than those with only chemical usage. Keywords: Analysis on income, Compost, Corn farming 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Jagung merupakan komoditi tanaman pangan kedua penting setelah tanaman padi, bahkan sekarang ini masih ada beberapa daerah kecil yang memanfaatkan jagung sebagaimakanan pokok mereka sehari-hari (Budiman, 2013). Komoditi jagung bukan hanya digunakan sebagai bahan pangan tetapi dapat dijadikan sebagai pakan ternak. Prospek usahatani tanaman jagung cukup cerah bila dikelola secara intensif dan komersial berpola agribisnis (Rukmana, 1997). Salah satu daerah yang menjadi sentra produksi jagung di Sumatera Utara yaitu Kabupaten Simalungun.Kabupaten Simalungun merupakan salah satu penghasil jagung tertinggi selain Kabupaten Karo.Pada tahun 2010 Kabupaten Karo merupakan penghasil jagung tertinggidengan produksi mencapai 454.178 ton dan Kabupaten Simalungun beradadi tempat kedua dengan produksi 319.282 ton. Namun pada tahun 2012 produksi jagung di Kabupaten Simalungun meningkat menjadi 371.070 ton, sedangkan produksi jagung di Kabupaten Karo menurun menjadi 369.848 ton (BPS Sumatera Utara, 2014). Desa Bangun Panei merupakan salah satu desa yang terdapat di Kecamatan Dolok Pardamean Kabupaten Simalungun yang menjadi sentra produksi jagung, dan tercatat sebagai pengguna pupuk kompos yang cukup besar untuk usahatani jagung. Salah satu yang menjadi hambatan petani jagung di desa tersebut adalah sulitnya mendapatkan pupuk kimia bersubsidi di kios-kios pertanian setempat pada saat memasuki masa tanam. Dengan demikian petani terpaksa membeli pupuk dengan harga yang tinggi sebesar Rp 5200/kg, padahal Harga Eceran Tertinggi (HET) untuk pupuk bersubsidi yang ditetapkan oleh pemerintah adalah sebesar Rp 1800/kg (Penyuluh Pertanian Simalungun, 2014). Petani menyadari bahwa penggunaan pupuk kimia yang terus-menerus dan berlebihan menjadikan lahan mereka kering dan terjadi pengerasan di permukaan.Hal ini berbeda jika dibandingkan petani menggunakan pupuk kompos. Menurut Budiman (2013), pengerasan tanah di permukaan dapat dicegah dengan pemberian kompos. Penggunaan pupuk kompos tidak berarti menghilangkan pupuk kimia, karena pupuk kompos hanya berperan sebagai 2 penambah bahan organik saja. Petani tetap membutuhkan keberadaan pupuk kimia untuk meningkatkan produksi jagung. Namun, dengan berbagai kelebihan yang ada pada pupuk kompos dan penyuluhan yang telah diberikan oleh penyuluh selama ini petani jagung yang menggunakan pupuk kompos masih sekitar 50% atau setengah dari jumlah petani jagung yang ada. Dengan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk mengetahui adakah perbedaan produksi, biaya dan pendapatan usahatani jagung pengguna pupuk kompos dan kimia dengan pengguna pupuk kimia murni. Identifikasi Masalah 1. Bagaimanakah perbandingan produksi jagung petani pengguna pupuk kompos dan kimia dengan petani pengguna pupuk kimia di daerah penelitian? 2. Bagaimanakah perbandingan biaya usahatani jagung petani pengguna pupuk kompos dan kimia dengan petani pengguna pupuk kimia di daerah penelitian? 3. Bagaimanakah perbandingan pendapatan usahatani jagung petanipengguna pupuk kompos dan kimia dengan petani pengguna pupuk kimia di daerah penelitian? Tujuan Penelitian 1. Untuk menganalisis perbandingan produksi jagung petani pengguna pupuk kompos dan kimia dengan petani pengguna pupuk kimia di daerah penelitian. 2. Untuk menganalisis perbandingan biaya usahatani jagung petani pengguna pupuk kompos dan kimia dengan petani pengguna pupuk kimia di daerah penelitian. 3. Untuk menganalisis perbandingan pendapatan usahatani jagung petani pengguna pupuk kompos dan kimia dengan petani pengguna pupuk kimia di daerah penelitian. TINJAUAN PUSTAKA Pupuk Kompos Kompos merupakan pupuk organik yang berasal dari sisa tanaman, hewan dan limbah organik yang telah mengalami proses dekomposisi atau fermentasi sehingga dapat dijadikan sebagai sumber hara bagi tanaman. Beberapa kegunaan 3 kompos adalah: (1) Memperbaiki struktur tanah; (2) Memperkuat daya ikat agregat (zat hara) tanah berpasir; (3) Meningkatkan daya tahan dan daya serap air; (4) Memperbaiki drainase dan pori-pori dalam tanah; (5) Menambah dan mengaktifkan unsur hara (Budiman, 2013). Penggunaan pupuk organik yang dipadukan dengan penggunaan pupuk kimia dapat meningkatkan produktivitas tanaman dan pengurangan penggunaan pupuk kimia, baik pada lahan sawah maupun lahan kering (Musnamar, 2003). Jagung Upaya peningkatan produksi jagung selalu diiringi oleh penggunaan pupuk, terutama pupuk anorganik, untuk memenuhi kebutuhan hara tanaman. Disamping itu penggunaan bahan organik perlu mendapat perhatian yang lebih besar, mengingat banyaknya lahan yang telah mengalami degradasi bahan organik, di samping mahalnya pupuk anorganik (urea, ZA, SP36, dan KCl). Landasan Teori Menurut Hadisapoetro dalam Suratiyah (2006), biaya usahatani yaitu semua korbanan yang dipergunakan untuk menghasilkan pendapatan kotor kecuali upah tenaga keluarga, bunga seluruh aktiva yang dipergunakan dan biaya untuk kegiatan si pengusaha sendiri. Biaya tetap ini umumnya didefinisikan sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya, dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Contoh biaya tetap antara lain : sewa tanah, pajak, alat pertanian, dan iuran irigasi (Soekartawi, 2002). Biaya tidak tetap atau biaya variabel biasanya didefinisikan sebagai biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh. Contohnya biaya untuk sarana produksi. Pendapatan usahatani merupakan selisih antara penerimaan dan semua biaya. Pendapatan kotor/penerimaan total adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual (Soekartawi, 2002). Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Rahmawati (2012) dengan judul “Upaya Peningkatan Pendapatan Petani Melalui Penggunaan Pupuk Organik” di 4 Desa Surabayan Kecamatan Sukodadi Kabupaten Lamongan. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa pendapatan petani jagung pengguna pupuk organik lebih tinggi dibanding yang tidak menggunakan pupuk organik dan perbedaan tersebut nyata pada α =0.01, hal itu dikarenakan biaya usahatani yang dikeluarkan pengguna pupuk organik jauh lebih rendah. Perbedaan biaya usahatani tersebut sebesar Rp 1.949.066 atau 42,32%. Secara statistik perbedaan tersebut nyata pada α = 0.00. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Purtikoningrum (2009) dengan judul “Penggunaan Pupuk Organik Bokashi Ditinjau dari Peningkatan Pendapatan Petani Pada Usahatani Padi Varietas IR 64 di Kabupaten Karanganyar”. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa (1) Produktivitas padi varietas IR 64 yang menggunakan pupuk organik Bokashi tidak berbeda nyata dengan produktivitas padi varietas IR 64 yang tanpa menggunakan pupuk organik Bokashi, dan (2) pendapatan usahatani padi varietas IR 64 yang menggunakan pupuk organik Bokashi lebih tinggi dibandingkan dengan pendapatan usahatani padi varietas IR 64 yang tanpa menggunakan pupuk organik Bokashi. Hipotesis Penelitian 1. Produksi jagung petani pengguna pupuk kompos dan kimia lebih tinggi dibandingkan dengan petani pengguna pupuk kimia. 2. Biaya usahatani jagung petani pengguna pupuk kompos dan kimia lebih rendah dibandingkan dengan petani pengguna pupuk kimia. 3. Pendapatan usahatani jagung petani pengguna pupuk kompos dan kimia lebih tinggi dibandingkan dengan petani pengguna pupuk kimia. METODE PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Penelitian Daerah penelitian ditentukan secara purposive sampling di Desa Bangun Panei Kecamatan Dolok Pardamean Kabupaten Simalungun, yang merupakan sentra produksi jagung, dan terdapat petani yang menggunakan pupuk kompos dan kimia serta petani yang menggunakan pupuk kimia murni. 5 Metode Penentuan Sampel Jumlah petani jagung di Desa Bangun Panei sebanyak 157 orang. Dari jumlah tersebut petani jagung yang menggunakan pupuk kompos dan kimia berjumlah 78 orang dan petani yang hanya menggunakan pupuk kimia berjumlah 79 orang. Dengan menggunakan rumus Slovin dan tingkat kesalahan sebesar 10% maka jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 45 orang untuk masing-masing petani pengguna pupuk kompos dan kimia dan petani pengguna pupuk kimia. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah metode random sampling. Metode Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh secara langsung dari petani dengan cara wawancara dan kuesioner. Sedangkan data sekunder diperoleh dari lembaga dan instansi yang terkait seperti Biro Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara, Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara, Dinas Pertanian Kabupaten Simalungun, dan UPTD (Unit Pelaksana Tugas Daerah) Kecamatan Dolok Pardamean. Metode Analisis Data Untuk identifikasi masalah 1, 2, dan 3 dianalisis dengan menggunakan metode analisis uji beda rata-rata untuk dua sampel terpisah (independent sample). Sebelum dilakukan uji beda rata-rata dilakukan uji F untuk mengetahui apakah varians homogen atau heterogen, dengan hipotesis: H0 : S12 = S22 H1 : S12 ≠ S22 Rumus yang digunakan adalah: S12 Fhitung =S22 Kriteria pengujian sebagai berikut: a. Apabila F hitung > F tabel 0,05 (n1 – 1), (n2 – 1) maka tolak H0 artinya variansnya heterogen b. Apabila F hitung < F tabel 0,05 (n1 – 1), (n2 – 1) maka terima H0 artinya variansnya homogen (Soepeno, 2002). 6 Apabila varians heterogen, maka untuk menghitung besarnya koefisien t, rumus yang digunakan adalah sebagai berikut: t X1 X 2 S1 2 S 2 2 n1 n2 Sedangkan apabila varians homogen, maka untuk menguji hipotesis digunakan uji t dengan rumus thitung sebagai berikut: t X1 X 2 1 1 s2 n1 n2 (n1 1).s1 (n2 1).s 2 (n1 1) (n2 1) 2 s2 2 Hipotesis yang digunakan adalah: H0 : μ1 = μ2 H1 : μ1 ≠ μ2 Dimana: μ1 = rata-rata produksi, biaya dan pendapatan usahatani yang dikeluarkan oleh petani jagung pengguna pupuk kompos dan kimia μ2 = rata-rata produksi, biaya dan pendapatan usahatani yang dikeluarkan oleh petani jagung pengguna pupuk kimia Taraf nyata dan nilai t tabel nya: α= 5%= 0,05 tα/2= 0,025 dengan db = (n-2) = 88 ; t tabel = 1,987 Kriteria pengujian beda rata-rata adalah sebagai berikut: a. Apabila -1,987 ≤ t hitung ≤ +1,987 maka terima H0 b. Apabila t hitung > 1,987 atau t hitung < -1,987 maka tolak H0 Untuk perhitungan pengeluaran biaya usahatani, dilakukan dengan 2 cara yaitu: 1. Biaya riil yaitu biaya yang benar-benar dikeluarkan. 2. Opportunity cost yaitu biaya yang tidak dikeluarkan tetapi diperhitungkan, terdiri dari biaya: a. Sewa lahan, yaitupetani sampel yang memiliki lahan sendiri diperhitungkan menyewa lahan dan mengeluarkan biaya sewa lahan. b. Pajak, yaitu biaya pajak yang tidak dibayarkan oleh petani sampel yang mempunyai lahan sendiri. 7 c. Tenaga Kerja Dalam keluarga (TKDK), yaitu setiap petani sampel yang menggunakan tenaga kerja dalam keluarga maka petani tersebut dianggap mengeluarkan biaya tenaga kerja yang sama dengan petani yang menggunakan Tenaga Kerja Luar Keluarga (TKLK) dan dihitung berdasarkan upah yang berlaku di daerah penelitian. HASIL DAN PEMBAHASAN Perbandingan Produksi, Biaya, dan Pendapatan Usahatani Jagung Petani Pengguna Pupuk Kompos dan Kimia dengan Petani Pengguna Pupuk Kimia per Musim Tanam Dari data petani pengguna pupuk kompos dan kimia dan petani pengguna pupuk kimia diperoleh hasil uji varians untuk produksi, biaya, dan pendapatan usahatani jagung sebagai berikut: Tabel 1. Hasil Uji Varians untuk Produksi, Biaya, dan Pendapatan Usahatani Jagung Keterangan Asumsi F Sig. Kesimpulan Equal variances assumed 1.930 .168 Homogen Produksi Equal variances not assumed Equal variances assumed 3.426 .068 Homogen Biaya Equal variances not assumed Equal variances assumed .324 .571 Homogen Pendapatan Equal variances not assumed Sumber: Analisis Data Primer, 2014 Pada tabel di atas diperoleh nilai signifikansi uji F untuk produksi yaitu 0,168 > α 0,05, untuk biaya yaitu 0,068 > α 0,05, untuk pendapatan yaitu 0,571 > α 0,05 artinya H0 diterima yaitu sampel memiliki varians yang homogen. Karena varians homogen, maka untuk analisis uji beda rata-rata nilai yang digunakan yaitu nilai pada baris equal variances assumed. Hasil analisis uji beda rata-rata untuk produksi jagung, biaya, dan pendapatan dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini: 8 Tabel 2. Hasil Analisis Uji Beda Rata-Rata Produksi, Biaya, dan Pendapatan Usahatani Jagung Petani Pengguna Pupuk Kompos dan Kimia dengan Petani Pengguna Pupuk Kimia t Test for Equality of Means t df Sig. (2-tailed) Produksi -.061 88 .951 Biaya 3.971 88 .000 Pendapatan -3.039 88 .003 Sumber: Analisis Data Primer, 2014 Pada tabel di atas diperoleh nilai signifikansi uji t untuk produksi sebesar 0,951 > α 0,05 yang artinya hipotesis H0 diterima yaitu tidak ada perbedaan nyata antara produksi jagung petani pengguna pupuk kompos dan kimia dengan petani pengguna pupuk kimia. Berdasarkan analisis usahatani diperoleh bahwa rata-rata produksi jagung petani pengguna pupuk kompos dan kimia sebesar 4.702 kg, sedangkan untuk petani pengguna pupuk kimia rata-rata produksi jagung sebesar 4.691 kg. Artinya petani jagung pengguna pupuk kompos dan kimia memiliki produksi lebih tinggi 11 kg dibandingkan petani jagung pengguna pupuk kimia. Selisih ini sangat kecil sehingga secara statistik tidak terdapat perbedaan yang nyata antara produksi jagung petani pengguna pupuk kompos dan kimia dengan petani pengguna pupuk kimia. Untuk meningkatkan produksi jagung, pemupukan dengan pupuk urea lebih efektif dibandingkan dengan penggunaan pupuk kompos. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Kresnatita (2004) bahwa dengan pemupukan N yang cukup, maka pertumbuhan organ-organ tanaman akan sempurna dan fotosintat yang terbentuk akan meningkat, yang pada akhirnya mendukung produksi tanaman. Hal ini terlihat dengan pemberian pupuk anorganik (urea) dosis rekomendasi (200 kg N/ha), maka produksi jagung manis yang dicapai meningkat sampai 241,33% bila dibandingkan dengan perlakuan tanpa pemupukan (P0). Untuk biaya usahatani diperoleh nilai signifikansi uji t sebesar 0,000 < α 0,05 yang artinya hipotesis H0 ditolak yaitu ada perbedaan nyata antara biaya usahatani jagung petani pengguna pupuk kompos dan kimia dengan petani pengguna pupuk kimia. Berdasarkan analisis usahatani, diperoleh bahwa dengan perhitungan biaya riil, rata-rata biaya usahatani jagung petani pengguna pupuk kompos dan kimia sebesar Rp 6.250.374/ha, sedangkan untuk petani jagung 9 pengguna pupuk kimia rata-rata biaya usahatani yaitu sebesar Rp 7.345.100/ha. Analisis biaya usahatani dengan perhitungan biaya riil dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini: Tabel 3. Rata-Rata Biaya Usahatani yang Dikeluarkan Oleh Petani Pengguna Pupuk Kompos dan Kimia dengan Petani Pengguna Pupuk Kimia per Musim Tanam dengan Perhitungan Biaya Riil Pengguna Pupuk Pengguna Uraian Satuan Kompos+Kimia Pupuk Kimia a. Biaya Tetap Rp 86.067 124.078 - Pajak Rp 11.111 7.500 - Sewa Lahan Rp 27.778 55.556 - Penyusutan Alat Rp 47.178 61.022 b. Biaya Variabel Rp/ha 6.164.307 7.221.022 - Biaya Benih Rp/ha 436.000 1.045.846 - Biaya Tenaga Kerja Rp/ha 2.954.923 2.865.355 - Biaya Pupuk Rp/ha 2.102.032 2.575.563 - Biaya Pestisida Rp/ha 201.148 265.185 - Biaya Pemipilan Rp/kg 470.204 469.073 Biaya Total Rp/ha 6.250.374 7.345.100 Sumber: Analisis Data Primer, 2014 Tingginya biaya yang dikeluarkan oleh petani jagung pengguna pupuk kimia disebabkan oleh: 1. Biaya Benih Petani pengguna pupuk kimia rata-rata mengeluarkan biaya untuk membeli benih sebesar Rp 1.045.846/ha, sedangkan petani pengguna pupuk kompos dan kimia rata-rata mengeluarkan biaya untuk membeli benih sebesar Rp 436.000/ha. Perbedaan ini dikarenakan petani pengguna pupuk kimia ratarata menggunakan benih jenis hibrida dengan harga Rp 56.000/kg, sedangkan petani pengguna pupuk kompos dan kimia rata-rata menggunakan benih jenis lokal dengan harga Rp 4.000/kg. 2. Biaya Pupuk Petani pengguna pupuk kimia rata-rata mengeluarkan biaya untuk membeli pupuk sebesar Rp 2.575.563/ha, sedangkan petani pengguna pupuk kompos dan kimia rata-rata mengeluarkan biaya untuk membeli pupuk sebesar Rp 2.102.032/ha. Perbedaan ini dikarenakan harga pupuk kimia jauh lebih tinggi dibandingkan harga pupuk kompos. 10 3. Biaya Pestisida Rata-rata biaya pestisida yang dikeluarkan petani pengguna pupuk kimia sebesar Rp 265.185/ha sedangkan petani pengguna pupuk kompos dan kimia rata-rata mengeluarkan biaya pestisida sebesar Rp 201.148/ha. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati (2012) bahwa biaya usahatani jagung yang dikeluarkan oleh petani pengguna pupuk organik jauh lebih rendah dibandingkan dengan petani pengguna pupuk non organik. Dengan perhitungan opportunity cost, rata-rata biaya usahatani jagung petani pengguna pupuk kompos dan kimia sebesar Rp 7.582.053/ha, sedangkan untuk petani jagung pengguna pupuk kimia rata-rata biaya usahatani yaitu sebesar Rp 8.723.171/ha. Analisis biaya usahatani dengan perhitungan opportunity cost dapat dilihat pada Tabel 4 berikut ini: Tabel 4. Rata-Rata Biaya Usahatani yang Dikeluarkan Oleh Petani Pengguna Pupuk Kompos dan Kimia dengan Petani Pengguna Pupuk Kimia per Musim Tanam dengan Perhitungan Opportunity Cost Pengguna Pupuk Pengguna Uraian Satuan Kompos+Kimia Pupuk Kimia a. Biaya Tetap Rp 1.309.567 1.323.522 - Pajak Rp 12.500 12.500 - Sewa Lahan Rp 1.250.000 1.250.000 - Penyusutan Alat Rp 47.178 61.022 b. Biaya Variabel Rp/ha 6.272.486 7.399.649 - Biaya Benih Rp/ha 436.000 1.045.846 - Biaya Tenaga Kerja Rp/ha 3.063.102 3.043.982 - Biaya Pupuk Rp/ha 2.102.032 2.575.563 - Biaya Pestisida Rp/ha 201.148 265.185 - Biaya Pemipilan Rp/kg 470.204 469.073 Biaya Total Rp/ha 7.582.053 8.723.171 Sumber: Analisis Data Primer, 2014 Berdasarkan hasil analisis usahatani pada Tabel 3 dan 4, terdapat perbedaan perhitungan biaya usahatani dengan cara perhitungan biaya riil dan perhitungan opportunity cost, dimana dengan perhitungan opportunity cost biaya usahatani akan lebih tinggi dibandingkan dengan perhitungan biaya rill. Perbedaan tersebut terdapat pada biaya: 11 1. Sewa Lahan Pada perhitungan biaya riil, rata-rata sewa lahan untuk petani pengguna pupuk kompos dan kimia yaitu sebesar Rp 27.778, sedangkan pada perhitungan opportunity cost rata-rata sewa lahan untuk petani pengguna pupuk kompos dan kimia yaitu sebesar Rp 1.250.000. Perbedaan ini disebabkan karena pada perhitungan biaya riil petani yang benar-benar menyewa lahan hanya 1 petani saja, sedangkan pada perhitungan opportunity cost semua petani diperhitungkan menyewa lahan. 2. Pajak Pada perhitungan biaya riil, rata-rata pajak yang dikeluarkan petani pengguna pupuk kompos dan kimia yaitu sebesar Rp 11.111, sedangkan pada perhitungan opportunity cost rata-rata pajak yang dikeluarkan petani pengguna pupuk kompos dan kimia yaitu sebesar Rp 12.500. Perbedaan ini disebabkan karena pada perhitungan biaya riil petani yang benar-benar membayar pajak ada 40 petani saja, sedangkan pada perhitungan opportunity cost semua petani diperhitungkan membayar pajak. 3. Tenaga Kerja Dalam Keluarga Pada perhitungan biaya riil, rata-rata biaya tenaga kerja yang dikeluarkan petani pengguna pupuk kompos dan kimia yaitu sebesar Rp 2.954.923/ha, sedangkan pada perhitungan opportunity cost rata-rata biaya tenaga kerja yang dikeluarkan petani pengguna pupuk kompos dan kimia yaitu sebesar Rp 3.063.102/ha. Perbedaan ini disebabkan karena pada perhitungan biaya riil biaya yang dihitung hanya biaya Tenaga Kerja Luar Keluarga (TKLK), sedangkan pada perhitungan opportunity cost biaya Tenaga Kerja Dalam Keluarga (TKDK) juga diperhitungkan. Untuk pendapatan diperoleh nilai signifikansi uji t sebesar 0,003 < α 0,05 yang artinya hipotesis H0 ditolak yaitu ada perbedaan nyata antara pendapatan usahatani jagung petani pengguna pupuk kompos dan kimia dengan petani pengguna pupuk kimia.Berdasarkan analisis usahatani, diperoleh bahwa dengan perhitungan biaya riil, rata-rata pendapatan usahatani jagung petani pengguna pupuk kompos dan kimia sebesar Rp 7.890.089/ha, sedangkan untuk petani jagung pengguna pupuk kimia rata-rata pendapatan usahatani yaitu sebesar 12 Rp 6.626.381/ha. Dengan perhitungan opportunity cost, rata-rata pendapatan usahatani jagung petani pengguna pupuk kompos dan kimia sebesar Rp 6.558.410/ha, sedangkan untuk petani jagung pengguna pupuk kimia rata-rata pendapatan usahatani yaitu sebesar Rp 5.248.310/ha. Perbandingan pendapatan usahatani jagung petani pengguna pupuk kompos dan kimia dengan petani pengguna pupuk kimia dapat dilihat pada Tabel 5 berikut ini: Tabel 5. Perbandingan Pendapatan Usahatani Jagung Petani Pengguna Pupuk Kompos dan Kimia Dengan Petani Pengguna Pupuk Kimia Pada Perhitungan Biaya Riil dan Opportunity Cost Pengguna Pupuk Pengguna Uraian Satuan Kompos+Kimia Pupuk Kimia Biaya Riil 1. Penerimaan Rp/ha 14.140.463 13.971.481 - Produksi Kg 4.702 4.691 - Harga Rp/kg 3.019 2.984 2. Biaya Total Rp/ha 6.250.374 7.345.100 3. Pendapatan Rp/ha 7.890.089 6.626.381 Opportunity Cost 1. Penerimaan Rp/ha 14.140.463 13.971.481 - Produksi Kg 4.702 4.691 - Harga Rp/kg 3.019 2.984 2. Biaya Total Rp/ha 7.582.053 8.723.171 3. Pendapatan Rp/ha 6.558.410 5.248.310 Sumber: Analisis Data Primer, 2014 Tingginya pendapatan yang diperoleh petani jagung pengguna pupuk kompos dan kimia dikarenakan oleh: 1. Biaya usahatani yang lebih rendah dibandingkan petani pengguna pupuk kimia. 2. Penerimaan yang lebih tinggi, yang dikarenakan harga jual rata-rata yang diterima petani pengguna pupuk kompos dan kimia lebih tinggi yaitu sebesar Rp 3.019/kg, sedangkan harga jual rata-rata yang diterima petani pengguna pupuk kimia sebesar Rp 2.984/kg. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati (2012) bahwa pendapatan petani jagung pengguna pupuk organik lebih tinggi dibandingkan yang tidak menggunakan pupuk organik. Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Riskiardi (2001) yang meneliti tentang peningkatan pendapatan petani denganusahatani sistem pertanian organik 13 menunjukkan bahwa pendapatan petani usahatani sistem pertanian organik lebih tinggi dibanding dengan non organik. Hal itu dikarenakan total biaya produksi yang dikeluarkan dari usahatani sistem pertanian organik lebih rendah dibandingkan total biaya produksi yang dikeluarkan dari usahatani sistem pertanian non organik, walaupun produksi yang dihasilkan dari pertanian organik lebih rendah dari anorganik, akan tetapi harga jual dari pertanian organik lebih tinggi dari pertanian anorganik. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Tidak terdapat perbedaan antara produksi jagung petani pengguna pupuk kompos dan kimia dengan petani pengguna pupuk kimia. 2. Biaya usahatani jagung petani pengguna pupuk kompos dan kimia lebih rendah dibandingkan petani pengguna pupuk kimia 3. Pendapatan usahatani jagung petani pengguna pupuk kompos dan kimia lebih tinggi dibandingkan petani pengguna pupuk kimia. Saran 1. Kepada petani, diharapkan agar mengurangi penggunaan pupuk kompos dan menambah penggunaan pupuk urea untuk meningkatkan produksi jagung. 2. Kepada pemerintah, dalam hal ini Pemerintah Kabupaten Simalungun dan instansi terkait agar lebih mengenalkan penggunaan pupuk kompos kepada para petani yang masih menggunakan pupuk kimia. 3. Kepada peneliti selanjutnya, diharapkan dapat melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang menyebabkan petani tidak mau beralih menggunakan pupuk kompos. DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik. 2014. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Jagung Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2012. BPS Provinsi Sumatera Utara. 14 Budiman, Haryanto. 2013. Budidaya Jagung Organik. Pustaka Baru Press.Yogyakarta. Musnamar, Effi Ismawati. 2003. Pembuatan dan Aplikasi Pupuk Organik Padat. Penebar Swadaya. Jakarta. Rukmana, Rahmat. 1997. Usahatani Jagung. Kanisius.Yogyakarta. Soekartawi. 2002. Analisis Usahatani. Universitas Indonesia (UI-Press). Jakarta. Soepeno, B. 2002.Statistik Terapan dalam Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial & Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta. Suratiyah, K. 2006. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta. 15