BAB I PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG Sebagian besar peternak sapi perah di Indonesia masih merupakan peternak kecil. Pengelolaan sapi perah rakyat pada kenyataannya masih bersifat tradisional. Cara beternak yang masih tradisional menyebabkan mudahnya mikroorganisme mencemari susu segar yang dihasilkan termasuk mudahnya galur Coliform, E.coli bahkan E.coli O157:H7 dapat mencemari dan berkembang pada susu mentah yang dihasilkan. Koperasi Warga Mulya yang terletak di daerah Turi, Kabupaten Sleman DIY misalnya, merupakan tempat penampung susu mentah yang dihasilkan oleh 19 kelompok peternak yang ada di daerah Turi, Kabupaten Sleman. Dimana setiap harinya rata-rata menampung 12.000 liter susu sapi mentah. Pemerahan susu mentah pada tiap kelompok peternak dilakukan 2 kali sehari yaitu pagi jam 04.3006.00 WIB dan siang jam 14.30-15.30. Kondisi lingkungan peternakan dalam kelompok peternak Koperasi Warga Mulya kandangnya sudah menggunakan lantai semen. Lokasi pemerahan dengan tempat tinggal sapi masih menjadi satu. Cara pemerahan masih dilakukan secara tradisional yaitu dengan menggunakan tangan pekerja secara langsung, yang tidak jarang pekerja yang hendak memerah susu tidak mencuci tangannya terlebih dahulu. Air susu ditampung dalam ember yang sebelumnya hanya dicuci dengan air biasa. Kemudian susu sapi mentah disaring menggunakan saringan dan ditampung dalam kaleng susu besar dengan 1 daya tampung ± 19 liter. Hal ini masih menunjukkan sanitasi yang buruk yang dapat meningkatkan cemaran pada produk susu. Dari sumber-sumber cemaran tersebut, sangat memungkinkan adanya cemaran Coliform pada produk susu mentah. Bakteri Coliform merupakan bakteri yang tumbuh pada saluran intestine. Bakteri ini dapat keluar ke lingkungan bersama dengan feses. E.coli O157:H7 mempunyai kemampuan menyebabkan diare yang disertai dengan pendarahan ,demam, dan diawali dengan kejang perut, mual, muntah, dan dapat menyebabkan hemolytic uremic syndrome, dan thrombotic thrombocytopenic purpura. E.coli secara normal terdapat pada saluran pencernaan manusia maupun hewan, tetapi E.coli O157:H7 adalah strain yang virulen berasal dari hewan sapi dan domba. Beberapa jenis bahan pangan dapat menjadi perantara terjadinya infeksi E.coli O157:H7 umumnya bahan pangan yang paling banyak menjadi perantara adalah bahan pangan yang berasal dari hewan sapi. Bahan pangan itu antara lain daging sapi dan susu sapi. E.coli meskipun pada saluran pencernaan manusia sebagai mikroflora normal namun manusia yang memiliki sistem kekebalan yang rendah misalnya bayi, anak-anak, manula, dan orang yang sakit dapat menyebabkan penyakit yang serius. Penyebaran E.coli O157:H7 yang berasal dari hewan terutama sapi dapat terjadi melalui daging dan susu yang terkontaminasi kemudian dikonsumsi oleh manusia (Konowalchuck,1977). Tahun 1990 di Jepang E.coli O157:H7 pada kontaminasi air menyebabkan 21 anak menderita diare berdarah, 14 menderita hemolytic uremic syndrome dan 2 2 anak meninggal dunia. Pada tahun 1995, di Amerika dilaporkan bahwa dalam tiga tahun terakhir banyak kejadian diare berdarah yaitu hemolytic uremic syndrome pada masyarakat yang mengkonsumsi daging sapi/burger dan susu yang tidak dipasteurisasi. Dinyatakan bahwa makanan tersebut telah terkontaminasi oleh E.coli O157:H7. Infeksi E.coli O157:H7 yang patogen pada manusia yaitu yang bersifat verotoksigenik yang telah menyebabkan 16.000 kasus penyakit melalui makanan (Food Borne Diseases) dan 900 orang meninggal per tahun di AS, dengan perkiraan annual $ cost 200,000 hingga $ 600,000 (Sartika,R.A.D.,dkk.2005). Tahun 2005 di USA dilaporkan 221 kasus yang menyebabkan Hemolytic uremic syndrome dan kerusakan ginjal, dan penderitanya kebanyakan anak-anak di bawah 5 tahun (Brock,et al. 2009). Desember 2005, enam anak di Washington terinfeksi E.coli O157:H7 karena meminum susu yang tidak dipasteurisasi (USA Today,2006). Beberapa kasus telah banyak dilaporkan di luar negeri terkait dengan cemaran bakteri E.coli O157:H7 padahal jika dilihat dari cara penanganan pemerahan dan sanitasi lingkungan jauh lebih baik daripada di dalam negeri. Di Indonesia, kasus penyakit yang disebabkan oleh Coliform akibat mengkonsumsi susu sapi mentah belum dilaporkan secara terperinci. Kondisi peternakan dan cara penanganan proses pemerahan susu mentah di Indonesia yang sebagian besar masih tradisional maka sangat memungkinkan adanya kontaminasi bakteri seperti Coliform, E.coli dan E.coli O157:H7. Bakteri ini dapat menyebabkan penyakit yang berbahaya bagi manusia yang mengkonsumsi susu mentah yang saat ini 3 mulai berkembang dimasyarakat. Hal inilah yang mendorong peneliti untuk mengetahui tingkat cemaran Coliform, E.coli, dan E.coli O157:H7 pada susu sapi mentah. B. RUMUSAN MASALAH Coliform, E.coli dan E.coli O157:H7 merupakan golongan bakteri Enterobacteriaceae yang hidup pada saluran pencernaan manusia maupun hewan terutama sapi dan dapat dikeluarkan bersama dengan feses yang dapat merupakan media penularan penyakit secara langsung maupun tidak langsung. Kebersihan lingkungan kandang, air yang digunakan untuk memandikan sapi, peralatan yang digunakan untuk pemerahan susu sapi dan kebersihan pekerja dapat menyebabkan produk susu mentah terkontaminasi Coliform, E.coli dan kemungkinan adanya bakteri patogen E.coli O157:H7. C. TUJUAN PENELITIAN Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeteksi ada atau tidaknya cemaran Coliform, E.coli, dan E.coli O157:H7 dan mengetahui jumlah cemarannya pada susu sapi mentah di kelompok peternak Koperasi Warga Mulya Kabupaten Sleman DIY melalui isolasi dan identifikasi. 4 D. BATASAN MASALAH Yang dimaksud dengan deteksi cemaran dalam penelitian ini adalah mengetahui ada atau tidaknya Coliform, E.coli, dan E.coli O157:H7 pada sampel yang diujikan. Untuk mengetahui tingkat cemaran maka digunakan perhitungan perbandingan sebagai berikut : Tingkat cemaran Coliform dihitung dengan membandingkan Σ Coliform / Σ total bakteri. Sedangkan untuk tingkat cemaran E.coli maka dihitung dengan membandingkan Σ E.coli / Σ Coliform dan tingkat cemaran E.coli O157:H7 dihitung dengan membandingkan Σ kandidat E.coli O157:H7 / Σ E.coli. Tingkat cemaran ini dihitung pada tiap sampelnya. Sampel yang digunakan adalah susu sapi mentah di penampungan kelompok peternak, swab/olesan dengan kapas steril pada ambing sapi sebelum dan sesudah dimandikan, sumber air yang digunakan, dan susu sapi mentah di tempat penampungan Koperasi Warga Mulya Kabupaten Sleman DIY. Jumlah sampel susu sapi mentah di penampungan kelompok peternak sebanyak 10 sampel susu pemerahan pagi, 10 sampel susu pemerahan sore. Swab/olesan pada ambing sebelum mandi sebanyak 6 sampel dan sesudah ambing mandi sebanyak 6 sampel. Sumber air yang digunakan diambil dari 2 sumber masing-masing diambil sebanyak 5 sampel. Sampel susu dari ternak diambil dengan menggunakan alat steril sebagai pembanding sebanyak 6 sampel dan sampel susu pada penampungan di Koperasi Warga Mulya sebanyak 5 sampel. Keseluruhan sampel tersebut 5 diharapkan mewakili gambaran keberadaan Colifom, E.coli, dan E.coli O157:H7 pada susu sapi mentah di kelompok peternak Koperasi Warga Mulya Kabupaten Sleman DIY. E. MANFAAT PENELITIAN Manfaat yang dapat diperoleh dengan mendeteksi dan mengetahui tingkat cemaran Coliform, E.coli, dan E.coli O157:H7 pada susu sapi mentah akan memberikan gambaran tentang keberadaan Coliform, E.coli, dan E.coli O157:H7 pada susu sapi mentah, sehingga peternakan lebih memperhatikan sanitasi lingkungan tempat pemerahan, agar dapat menekan jumlah Coliform, E.coli, dan memperkecil kemungkinan terkontaminasi E.coli O157:H7. Isolat yang diperoleh dapat digunakan untuk penelitian lebih lanjut tentang sifat-sifat fisiologis maupun patogenitas yang dimiliki. 6