AgroinovasI 5 BAHAYA BAKTERI Escherichia coli O157:H7 Bakteri Escherichia coli adalah bakteri yang secara normal hidup di saluran pencernaan pada hewan dan manusia. Merupakan anggota family Enterobacteriaceae dengan ukuran sel panjang 2,0-6,0 um dan diameter1,1-1,5 um, berbentuk batang lurus, tunggal, berpasangan atau rantai pendek. Termasuk bakteri gram negative, motil atau nonmotil, bersifat aerobic atau anaerobic fakultatif. Bakteri E. coli pertama kali ditemukan oleh Theodore Escherich pada tahun 1885 (Scheutz and Nancy. 2005). Meskipun bakteri E. coli secara normal hidup di saluran pencernaan, banyak ditemukan kasus diare yang disebabkan oleh bakteri ini. Berdasarkan sifat virulensinya, bakteri E. coli dapat dibedakan menjadi beberapa grup, dan salah satunya adalah Enterohaemorrhagic Escherichia coli (EHEC). Banyak terjadi kasus EHEC terutama disebabkan oleh E.coli O157:H7 (Wikipedia, 2012). Bakteri ini merupakan salah satu serotype E. coli yang bersifat pathogen dan berbahaya bagi manusia. Enterohaemorrhagic Escherichia coli O157:H7 (EHEC O157:H7) EHEC O157:H7 menyebabkan haemorrhagic colitis yang ditandai dengan diare berdarah, dan haemolytic uremic syndrome. Diare berdarah terjadi akibat adanya verotoxin atau shiga like toxin yang dihasilkan EHEC O157:H7. Serotipe ini sering disebut verotoxigenic E. coli (VTEC) yang bersifat ekstraseluler, neurotoksik, dan imunogenik (Ball, et al.,1994). Pada kasus haemorrhagic colitis biasanya ditandai dengan sakit perut disertai kejang, demam atau tanpa demam diare yang cair, kadang disertai pendarahan, muntah, mual. Sedangkan pada kasus haemolytic uremic syndrome dapat mengakibatkan gagal ginjal (Wikipedia, 2012). Bakteri ini bersifat foodborne pathogen dan berbahaya bagi manusia, bahkan dapat menyebabkan kematian. Dapat ditemukan pada hewan ruminansia, babi, anjing, kucing, dan unggas (OIE Terrestrial Manual. 2008). Sapi merupakan reservoir EHEC O157:H7. Hewan yang terinfeksi biasanya tidak menunjukkan sakit, tetapi carier. Penyebaran melalui oral, memakan makanan yang tidak dimasak dengan benar, daging, sayuran, atau air yang terkontaminasi bakteri E. coli O157:H7 (Wikipedia, 2012). Banyak penelitian yang menyebutkan dapat diisolasi bakteri E. coli O157:H7, seperti dari feses, susu, daging, produk olahan dari hewan, dan sayuran. Kusmiyati dan Supar (1998) dapat mengisolasi E. coli O157:H7 dari feses anak sapi yang menderita diare berdarah. Di Kanada telah diisolasi E. coli O157:H7 dari feses pada peternakan sapi perah (Wells, et al. 1991). Di Italia juga dapat diisolasi bakteri E. coli O157:H7 dari sampel feses yang diambil dari rumah pemotongan hewan (Bonardia, et al. 1999). Penelitian Suwito (2009) menyebutkan telah berhasil mengisolasi bakteri E. coli O157:H7 dari sampel susu yang berasal dari peternakan di wilayah Bogor dan Sukabumi. Sartika et al. (2005). melaporkan bahwa sampel daging yang berasal dari RPH, pasar tradisional, susu segar, susu pasteurisasi, air dari peternakan di wilayah Bogor telah terkontaminasi bakteri E. coli O157:H7. Marlina et al. (2009) telah berhasil mengisolasi E. coli O157:H7 dari sampel seafood. Badan Litbang Pertanian Edisi 20-26 Juni 2012 No.3462 Tahun XLII 6 AgroinovasI Kejadian Enterohaemorrhagic Escherichia coli O157:H7 (EHEC O157:H7) Kasus diare berdarah yang disebabkan E. coli O157:H7 pertama kali dilaporkan pada tahun 1982 yang terjadi di Michigan dan Oregon yang mengakibatkan 47 orang sakit dan 3 orang meninggal dunia (Riley, 1983). Setelah itu banyak dilaporkan kejadian keracunan akibat bakteri ini di negara-negara di dunia. Menurut CDC (1993) kejadian diare berdarah akibat keracunan E. coli O157:H7 terbesar di Amerika Serikat terjadi pada bulan Januari 1993 dengan 500 orang sakit dan 4 orang meninggal. Kejadian ini terjadi akibat memakan daging olahan seperti hamburger. Di Jepang tahun 1999 dilaporkan terjadi outbreak keracunan makanan dari sayuran akibat E. coli O157:H7 yang dialami anak-anak dengan gejala sakit perut, diare, demam, muntah atau mual (Michino, et al. 1999). Di Taiwan infeksi E. coli O157:H7 dilaporkan sejak 2001. Pada musim panas tahun 2001 anak laki 6 tahun yang lahir di Taiwan tetapi dia tinggal di USA, menderita sakit setelah 6 minggu kembali ke Taiwan. Gejala yang dialami meliputi diare berdarah, gagal ginjal akut, diduga mengalami HUS. Kejadian ini adalah kasus pada manusia yang pertama dilaporkan di Taiwan (Fang-Tzy Wu, et al. 2005). Pencegahan Secara umum kejadian infeksi Escherichia coli 0157:H7 akibat mengkonsumsi makanan yang terkontaminasi bakteri ini. Berbagai makanan pangan asal ternak sapi seperti daging, susu, serta produk olahannya seperti barbeque, hamburger, sosis, keju dapat tercemar Escherichia coli O157:H7 (Padhye and Doyle. 1991). Oleh karena itu pencegahan untuk mengurangi penyebaran infeksi Escherichia coli 0157:H7 dapat dilakukan menjaga kebersihan dari mulai peternakan, penyembelihan, pengolahan sampai dengan ke konsumen. Kesehatan ternak selalu dimonitoring dengan efektif serta dilakukan tata laksana peternakan yang baik (Murdiati dan Sendow. 2006). Selain itu kita juga dapat mengikuti anjuran FAO/WHO tentang lima langkah dalam penanganan makanan supaya aman, yaitu (1) menjaga kebersihan, seperti mencuci tangan sebelum mengolah makanan, mencuci tangan setelah dari toilet, cuci dan sanitasi tempat untuk mengolah makan, hindarkan dapur dan makanan dari serangga, hama atau binatang lain. (2) Memisahkan antara makanan mentah dan matang, seperti memisahkan daging sapi, daging unggas dan seafood dari makanan lain, menggunakan peralatan yang terpisah, simpan makanan dalam wadah yang terpisah. (3) Masak dengan benar, seperti memasak daging dengan benar, sampai matang dengan suhu mencapai 70oC, memanaskan kembali makanan dengan benar. (4) Menjaga makanan pada suhu yang aman, seperti tidak membiarkan makanan matang pada suhu ruang lebih dari 2 jam, segera menyimpan makanan yang cepat rusak pada suhu 5oC, mempertahankan makanan pada suhu 60oC sebelum penyajian, jangan menyimpan makanan terlalu lama di lemari pendingin, tidak membiarkan makanan beku mencair pada suhu ruang. (5) Menggunakan air dan bahan baku yang aman (WHO.2006). Faidah Rachmawati Balai Besar Penelitian Veteriner Edisi 20-26 Juni 2012 No.3462 Tahun XLII Badan Litbang Pertanian