Vitamin dan Mineral Umar Santoso FTP UGM Vitamin Pengertian Penggolongan Struktur Kebutuhan Sumber Faktor-faktor yang mempengaruhi kehilangan selama pengolahan / penyimpanan Definisi Istilah: Enrichments, Fortifikasi, Suplementasi Prediksi/ Optimasi ketahanan vitamin Sifat kimia vitamin dan mineral Kebutuhan Zat Gizi Esensial (Food & Nutr.Board) Status Kebutuhan dietary dirangkum dalam Recommended Daily Allowances (RDA) – FNB – National Academy of Sciences – National Research Council. RDA dirancang untuk memenuhi batas kecukupan di atas rata-rata kebutuhan fisiologis untuk melingkupi beragam penduduk. Tabel 1. Kebutuhan Zat-zat Gizi Esensial (Food & Nutr.Board) Tabel 1. Unit Rata-rata Dietary Allowances untuk orang normal, sehat, 23-50 th. Kcal 2350 Protein g 51 Vit A IU 4500 Vit E IU 14 As. Askorbat (Vit. C) mg 45 Folacin mg 400 Niacin mg equiv. 16 Riboflavin (B2) mg 1,4 Thiamin (B1) mg 1,2 Vit B 6 mg 2,0 Vit B.12 mg 3,0 Ca mg 800 P mg 800 Iodine mg 115 Fe mg 14 Mg mg 325 Zn mg 15 Co (Copper) mg 2 K (Potasium) mg 2,5 Asam Pantotenat mg 5-10 Zat Gizi A A: Zat gizi dengan RDA B Kalori Tabel 2 -------------------------------------------------------Vitamin Source -------------------------------------------------------------------------------------------------- Vitamin Vitamin Vitamin Vitamin Vitamin Vitamin A (Retinol) B1(Thiamin) C D (Calciferol) B2 (Riboflavin) E (Tocopherol) Vitamin Vitamin Vitamin Vitamin Vitamin Vitamin Vitamin 12 (Cyanocobalamin) K (Phylloquinone) B5 (Pantothenic acid) B7 (Biotin) B6 (Pyridoxine) B3 (Niacin) B9 (Folic acid) Cod liver oil Rice bran Lemons Cod liver oil Eggs Wheat germ oil, Cosmetic and Liver Liver Alfalfa Liver Liver Rice bran Liver Liver Penambahan zat gizi pada makanan diperbolehkan dlm keadaan 1. Apabila intake zat gizi ada di bawah tingkat yg dikehendaki dalam diet orang-orang dlm jml significant. 2. Apabila pangan yg digunakan untuk menyuplai zat gizi nampaknya akan dikonsumsi dlm jumlah yg memberikan andil secara significant thd diet populasi yg memerlukan. 3. Apabila penambahan zat gizi cenderung tidak akan menciptakan zat-zat gizi esensial yg tak seimbang. 4. Apabila zat gizi yg ditambahkan stabil di bawah kondisi penyimpanan dan penggunaan. 5. Apabila zat gizi secara fisiologis tersedia (available) bagi yg men-konsumsi. 6. Apabila ada jaminan yang reasonable thd intake yg berlebihan sampai suatu tingkat yang membayakan (toxicity). Definisi berbagai istilah yg berkaitan Restorasi (Restoration): penambahan untuk menyimpan kembali kandungan zat-zat gizi aslinya. Fortifikasi (Fortification): Penamhahan zat-zat gizi dlm jumlah cukup significant untuk menjadikan pangan unggul sbg sumber zatzat gizi yg ditambahkan. Pen-kayaan (Enrichment): Penambahan sejumlah spesifik zat-zat gizi tertentu sesuai dengan standard identitas sebagaimana didefinisikan oleh FDA – USA. Penyebab kehilangan vitamin dan mineral Selama pengolahan dan penyimpanan kemungkinan bahan pengan mengalami kehilangan vitamin dan mineral. Kemungkinan lain: Umumnya, hrs diusahakan: Availability zat gizi meningkat, atau Zat-zat antigizi akan ter-inaktivasi. Kehilangan zat gizi diminimalkan. Safety produknya dimaksimalkan. Perlu diingat, ada faktor pra-proses yg mempengaruhi kandungan zat gizi. A. Genetik dan Tingkat ketuaan (Maturity) Tabel 3. Tingkat ketuaan dan kand. Vit. C Tomat Tomat, kandungan Vit.C maksimum pada waktu immature. Minggu Warna As.Askorbat (mg%) 2 Hijau 10,7 3 Hijau 7,6 4 HijauKuning 10.,9 5 KuningHijau 20,7 6 Merah 14,6 7 Merah 10,1 B. Variabel pra-pengolahan lain Sejarah bahan pangan dari pemanenan atau penyembelihan sampai waktu pengolahan mempengaruhi variasi nilai gizinya. Beberapa vitamin merupkan co-factor enzim atau mungkin bisa mengalami degradasi oleh enzim-enzim endogenous, khususnya yg dibebaskan setelah kematian tanaman/ hewan maka penanganan pasca panen atau – postmortem dapat mempengaruhi nilai gizi. C. Trimming Pada waktu dilakukan trimming (penghilangan bagian-bagian yang tdk diperlukan) dan juga pengecilan ukuran, jaringan tanaman kemungkinan akan kehilangan vitamin dan mineral. Kehilangan kandungan zat gizi tersebut lebih banyak pada bdd dari pada jika yang digunakan adalah seluruh bagian tanaman Kulit dan kulit luar buah dan sayuran umumnya dibuang. Kandungan as.askorbat apel lebih banyak pada bagian dekat kulit dari pada bagian daging. Kand. Vit. C bagian “hati” (core) nanas lebih tinggi dari pada bagian dagingnya. Pada wortel, kandungan Niacin lebih tinggi pada lapisan epidermal dari pada daging tengahnya. Dapat diduga, demikian halnya pada komoditas-komoditas lain. Apabila pengupasan (peeling) dilakukan dengan cara menggunakan larutan alkali (NaOH) kemungkinan kehilangan vitamin pada bagian daging dekat kulit D. Penggilingan Penggilingan serealia (beras dll) termasuk proses trimming. Ini kemungkinan terjadi kehilangan zat gizi. Pada waktu penggilingan beras kehilangan vitamin B. E. Leaching dan blanching Pada waktu pencucian kemungkinan terjadi leaching kehilangan vitamin (- water soluble) dan mineral. Perlakuan-perlakuan lain: blanching, flume conveying, pendinginan, dan pemasakan (cooking). Faktor-faktor yg mempengaruhi: pH Suhu Rasio air/bahan Ratio permukaan/ volume Tk ketuaan. Dalam pencucian dan perebusan kemungkinan terjadi penambahan Ca jika air yg digunakan sadah. Dari macam-macam perlakuan tsb, Blanching merupakan suatu tahap yg paling penting dalam kehilangan zat gizi. Tergantung cara blanching Steam (lebih sedikit kehilangan) Hot Water blanching Microwave cooking paling sedikit kehilangan. Tabel. Kandungan Vitamin dan Dsitrbusinya dalam Broccoli yg dimasak Metode masak Kandungan Vitamin (%)* Kandungan Vitamin (%)* Bagian Solid Bagian Liquid C B1 B2 C B1 B2 Microwave 64 76 71 23 31 31 Pressure (Steam) 72 90 94 6 8 8 Boiling 60 75 69 25 33 33 *Expressed as a percent of brocccoli’s original vitamin ciontent F. Processing Chemicals Bahan-bahan oxidizing agents umumnya destructive thd vit. A, C dan E. SO2 digunakan untuk mencegah browning, kemungkinan dapat merusak vitamin B1. Demikian juga penggunaan ethylene atau propylene oxide. G. Reaksi deteriorasi Reaksi-reaksi yang menjurus ke kerusakan bahan pangan selama penyimpanan, mis.oksidasi lipida peroksida-peroksida, dan senyawasenyawa carbonil. OPTIMISASI RETENSI VITAMIN Dengan pengolahan dan penyimpanan cenderung zat-zat gizinya menurun. Usahanya adalah penurunan tsb minimal. Pendekatan untuk optimisasi ketahanan zat-zat gizi tergantung tipe makanan dan tipe proses pengolahannya. Pengolahan HTST (High-Temperature, Short –Time) Pengolahan HTST (High-Temperature, Short –Time) Prediksi kehilangan vitamin selama penyimpanan Pengolahan HTST (High-Temperature, Short –Time) Perkembangan terkini tentang pengolahan pangan adalah HTST digabung dengan aseptic canning. Tujuan pengolahan panas adalah mengurangi populasi mikrobia produk sampai titik keamanan dan umur simpan yang reasonable. Sterilisasi komersial , HTST disukai. Energi aktivasi Arrhenius untuk inaktivasi spora adalah lebih tinggi dibanding energi aktivasi untuk destruksi vitamin. -k1t 1) Inaktivasi Spora, N/No = e No = Jumlah spora mula-mula N = Jumlah spora waktu ke t k1 = Konstanta laju reaksi orde satu untuk inaktivasi spora. -k2t 2) Destruksi vitamin, V/Vo = e Vo = Konsentrasi vitamin mula-mula V = Konsentrasi vitamin waktu ke t k2 = Konstanta laju reaksi destruksi vitamin Keterangan WAKTU untuk menyempurnakan proses sterilisasi komersial ditentukan oleh tingkat keamanan yang diinginkan. Pada asam rendah, makanan kalengan komersial tingkat keamanannya biasanya (scr konvensional) ditentukan sebagai pengurangan sekitar 10-12 populasi awal spora Clostridium botulinum. Mikroorganisme lain, dan pada tingkat probabiliti lain juga dapat digunakan. WAKTU untuk menyempurnakan proses sterilisasi: a. Memilih N/N0 untuk organisme spesifik. b. Mendapatkan k1 dan k2 sebagai fungsi waktu (T). Ini dpt diperoleh dengan menentukan energi aktivasi untuk reaksi spesifik menggunakan persm Arrhenius: -Ea1/RT K1 = A1 e -Ea2/RT K2 = A2 e -Ea1/RT K1 = A1 e -Ea2/RT K2 = A2 e Keter.: • A1 dan A2 adalah konstanta frequensi tubrukan • Ea1 dan Ea2 adalah energi aktivasi dalam kcal/mole. • R adalah kandungan gas • T adalah suhu absolut. Secara ekperimental, nilai-nilai tersebut biasanya ditentukan dengan mempelajari kinetika reaksi pada kisaran suhu tertentu, dan membuat plot ln k vs 1/T, slope-nya akan sama dengan –Ea/R. c. Menyelesaikan kedua laju persamaan secara simultan. Karena itu WAKTU untuk proses sterilisasi (tc) tc = (ln N0/N)k1-1 = (ln N0/N) Dan, (A1-1 -Ea1/RT (e ) ln (V/V0) = k2k1-1 (ln N/N0), etc. Karena itu, retensi vitamin (V/V0) dapat ditentukan untuk tiap proses sebagi fungsi T jika konstanta-konstanta lain diketahui. Karena aktivasi energi untuk inaktivasi spora lebih besar daripada aktivasi energi untuk destruksi vitamin, maka konstanta laju untuk inaktivasi spora meningkat lebih cepat sejalan suhu yg meningkat dari pada destruksi vitamin. Dg dmk, suhu dapat diperoleh di mana laju keseluruhan Inaktivasi spora tinggi dibanding laju untuk destruksi vitamin, sehingga proses dapat disempurnakan dengan kehilangan vitamin minimal. Contoh: Inaktivasi Thiamine dan spora Bacillus stearothermophilus Untuk thiamine K2 = 0.014/min pada suhu 102°C. Ea2 = 22 kcal/mole Untuk B. stearothermophilus : K1 = 0.07/min pada suhu 125°C Ea1 = 69kcal/ mole. Table . Tabel. Kehilangan thiamine Sterility level N/N0 = 10-10 Suhu (°C) Waktu untuk % Kehilangan Sterilitas (min) Thiamine 100 110 527 47 99.99 75 120 130 140 4.7 0.52 0.067 6 2 1 150 0.009 Sekitar 0 Tabel. Kehilangan thiamine Sterility level N/N0 = 10-16 Suhu (°C) Waktu untuk % Kehilangan Sterilitas (min) Thiamine 100 110 843 75 99.99 89 120 130 140 7.6 0.85 0.11 27 10 3 150 0.015 1 Dengan demikian: HTST Kehilangan Vitamin minimal Mineral Pada Tabel 1 ditunjukkan ada 8 mineral yg ditetapkan atau di-ancar-ancar-kan dengan RDA dan beberapa yang lain (Mn, Mo, Ni, Se, Si, Na, Sn) yg dibutuhkan oleh manusia tetapi tdk ada ketentuan RDA. Berbeda dg vitamin, kandungan mineral dalam pangan bisa sangat bervariasi, tergantung faktor-faktor lingkungan seperti komposisi kimia tanah atau sifat pakan hewan. Kehilangan selama pengolahan/ penyimpanan karena kerusakan akibat reaksi kimia relatif tdk banyak, melainkan karena perlakuan fisik, atau kombinasi dengan senyawa lain sehingga menjadi scr biologis tdk available. Mekanisme utama kehilangan mineral adl melalui leaching, dan trimming. Misalnya, kehilangan meneral pada penggilingan serealia. Interaksi dengan komponen lain juga penting. Ini bisa positif bisa negatif. Anion polivalen, mis. oxalat dan fitat (phytate), dapat membentuk garam dengan kation logam divalen dan ini tdk larut shg menjadi tdk dapat diserap dalam saluran pencernaan. Availability zat besi tdk hanya tergantung pada sifat garam dan ligand-nya tetapi jg dipengaruhi oleh oxidative state-nya. Contoh : zat besi dalam kuning telur. Relative biological value (RBV, Ferro sulfat = 100) kuning telur mentah adalah 29, sedangkan yang dimasak (cooked) adalah 32, dan pada yang di-spray-dried adalah 20. Availability yang rendah ini kemungkinan krn pengikatan zat besi dengan protein kuning telur, dan dpt ditingkatkan mjd 100 dengan perlakuan reducing agents, spt asam askorbat atau cysteine. Dengan dmk, availability mineral dipengerahi oleh cara pengolahannya.