klasifikasi biaya dan kompensasi kerugian

advertisement
KLASIFIKASI BIAYA DAN
KOMPENSASI KERUGIAN
Aris Munandar, SE., M.Si
Tujuan Pembelajaran
• Jenis biaya yang diperkenankan bagi WP DN dan BUT untuk
dibebankan sebagai biaya
• Jenis yang tidak diperkenankan bagi WP DN dan BUT untuk
dibebankan sebagai biaya
• Tata cara melakukan kompensasi kerugian dan batas waktu
kompensasi.
BIAYA MENURUT UNDANG – UNDANG
PERPAJAKAN
Saat pengukuran biaya dalam ketentuan perpajakan pada umumnya
disesuaikan dengan cara pencatatan yang dipakai dalam pembukuan
perusahaan apakah metode kas atau metode akrual
Untuk tujuan perpajakan, yaitu atas dasar pertimbangan penerimaan
dan pengaruh sosial ekonomi, tidak seluruh biaya dapat dikurangkan
terhadap penghasilan sehingga apabila dibandingkan, komponen biaya
menurut akuntansi komersial dapat dikoreksi yang mempengaruhi
penghasilan.
BIAYA MENURUT UNDANG – UNDANG
PERPAJAKAN
Beban yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto bagi WP DN dan
BUT terbagi dalam 2 golongan;
1. Beban yang mempunyai masa manfaat tidak lebih dari 1 tahun.
2. Beban yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 tahun.
Pengeluaran yang dilakukan oleh WP dapat dibedakan sebagai berikut;
1. Pengeluaran yang dapat dibebankan sebagai biaya (deductible
expenses)
2. Pengeluaran yang tidak dapat dibebankan sbg biaya (nondeductible
expenses)
Pasal 6 UU PPh menyatakan untuk menghitung besarnya PKP
bagi WP DN dan BUT, ditentukan berdasarkan penghasilan bruto
dikurangi;
1. Biaya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan.
2. Penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh aset berwujud
dan amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh hak dan atas
biaya lain yang mempunyai masa manfaat lebih 1 tahun.
3. Iuran kepada dana pensiun. (harus sesuai tarif dan perusahaan DP
telah disahkan oleh menteri keuangan)
4. Kerugian karena penjualan atau pengalihan aset. (aset untuk 3 M)
5. Kerugian selisih kurs mata uang asing.
6. Biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang dilakukan di
indonesia
Pasal 6 UU PPh menyatakan untuk menghitung besarnya PKP
bagi WP DN dan BUT, ditentukan berdasarkan penghasilan bruto
dikurangi; ......
7. Biaya Beasiswa, magang dan pelatihan.
8. Piutang yang nyata – nyata tidak dapat ditagih dgn syarat;
• Telah dibebankan sbg biaya dalam laporan keuangan LR komersial
• WP harus menyerahkan daftar piutang tak tertagih kepada DJP
• Telah diserahkan perkara penagihannya kepada pengadilan negeri
9. Sumbangan bencana nasional dan sumbangan penelitian dan
pengembangan yg ditetapkan dgn peraturan pemerintah
10. Biaya pembangunan infrastruktur sosial
11. Sumbangan fasilitas pendidikan
12. Sumbangan dalam rangka pembinaan olah raga.
BIAYA YANG TIDAK BOLEH DIBEBANKAN
Tidak semua pengeluaran itu boleh dibebankan sebagai biaya sesuai
ketentuan UU perpajakan. Pasal 9 ayat (1) mengatur untuk menentukan
besarnya PKP bagi WP DN dan BUT tidak boleh dikurangkan yaitu sbb;
1. Pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun
2. Biaya yg dibebankan untuk kepentingan pribadi pemegang saham, sekutu
atau anggota.
3. Premi asuransi kesehatan, kecelakaan dll yang dibayar oleh WP pribadi,
kecuali dibayar oleh pemberi kerja.
4. Pengantian dalam bentuk natura atau kenikmatan, kecuali makan minum
seluruh karyawan dan natura atau kenikmatan didaerah tertentu /
terpencil.
BIAYA YANG TIDAK BOLEH DIBEBANKAN
5. Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pemegang
saham atau kepada pihak lain yg mempunyai hubungan istimewa.
6. Pajak penghasilan
7. Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi
WP atau orang yang menjadi tanggungannya.
8. Gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan, firma
9. Sanksi administrasi berupa bunga, denda pajak
KLASIFIKASI BIAYA SESUAI ATURAN
PELAKSANAAN UU PERPAJAKAN
Pada bagian ini disampaikan beberapa aturan pelaksanaan dalam aplikasi;
1. Biaya program jamsostek / BPJS Kesehatan. Dalam program jamsostek
berkaitan dengan pembayaran premi (JKK, JKM dan JHT), premi dapat
dibebankan.
2. Biaya Pengobatan. Biaya yg dibayar langsung oleh pemberi kerja ke RS
atau dokter. Tidak bisa dibebankan.
3. Biaya Rekreasi dan olah raga.
4. Biaya Perumahan.
5. Biaya Kendaraan Dinas. Untuk kepentingan karyawan tertentu
diperkenankan hanya 50%.
6. Telepon seluler karyawan. Diperkenankan 50%
KLASIFIKASI BIAYA SESUAI ATURAN
PELAKSANAAN UU PERPAJAKAN
7. Biaya entertainment, representasi, jamuan tamu.
diperkenankan utk dibebankan.
8. Pajak daerah dan retribusi daerah dapat dibebankan.
Tidak
KOMPENSASI KERUGIAN
Terdapat 2 macam kompensasi kerugian, yaitu;
1. Kompensasi Horizontal
Kompensasi diterapkan apabila WP dalam tahun pajak yang
bersamaan memperhitungkan kompensasinya antara penghasilan
suatu bidang usaha dengan kerugian dan bidang usaha lainnya.
2. Kompensasi Vertikal
Dalam kompensasi vertikal WP mengkompensasi penghasilan suatu
tahun pajak dengan kerugian tahun sebelumnya.
UU Pajak Penghasilan menganut Kompensasi Vertikal
KOMPENSASI KERUGIAN
Apabila penghasilan bruto WP setelah dikurangi beban yang telah
sesuai dgn yg diperkenankan terdapat kerugian, maka kerugian
tersebut dapat dikompensasi dengan penghasilan neto atau laba fiskal
selama 5 (lima) tahun berturut-turut sejak tahun pajak berikutnya
Contoh;
Pada tahun 2009, PT. Z menderita kerugian fiskal sebesar Rp. 2,1 M.
Dalam 5 tahun berikut Laba (Rugi) fiskal PT. Z;
Tahun 2010 Laba Fiskal Rp. 300.000.000
Tahun 2011 Rugi Fiskal Rp. 400.000.000
Tahun 2012 Laba Fiskal
NIHIL
Tahun 2013 Laba Fiskal Rp. 200.000.000
Tahun 2014 Laba Fiskal Rp. 700.000.000
Pada tahun 2009, PT. Z menderita kerugian fiskal sebesar Rp. 2,1 M.
Dalam 5 tahun berikut Laba (Rugi) fiskal PT. Z;
2010
2011
2012
Laba Fiskal Rp 600.000.000
Rugi Fiskal -Rp 200.000.000
Laba Fiskal
NIHIL
Kompensasi kerugian dilakukan Sbb;
Rugi Fiskal 2009 - 2.100.000.000
Laba Fiskal 2010
600.000.000
2013
2014
Laba Fiskal Rp 500.000.000
Laba Fiskal Rp 800.000.000
sisa rugi fiskal2009 - 1.500.000.000
Rugi Fiskal 2011 200.000.000
AKUNTANSI PERPAJAKAN
Rugi fiskal tahun 2009 Rp. 200.000.000 masih tersisa
ditahun 2014. tidak boleh dikompensasi lagi dgn laba
fiskal tahun 2015. sedangkan rugi fiskal 2011 sebesar
Rp. 200.000.000 hanya boleh dikompensasi dengan
laba fiskal tahun 2015 dan 2016.
sisa rugi fiskal2009 - 1.500.000.000
Laba Fiskal 2012
NIHIL
sisa rugi fiskal2009 - 1.500.000.000
Laba Fiskal 2013
500.000.000
sisa rugi fiskal2009 - 1.000.000.000
Laba Fiskal 2014
800.000.000
sisa rugi fiskal2009 -
200.000.000
Penjelasan
1. Rugi fiskal tahun 2009 sebesar Rp200.000.000,00
(dua ratus juta rupiah) yang masih tersisa pada akhir
tahun 2014 tidak boleh dikompensasikan lagi dengan
laba fiskal tahun 2015 karena jangka waktu 5 tahun
telah selesai di tahun 2014
2. Rugi fiskal tahun 2011 sebesar Rp 200.000.000,00
(dva ratus juta rupiah) hanya boleh dikompensasikan
dengan laba fiskal tahun 2015 dan tahun 2016,
karena jangka waktu lima tahun yang dimulai sejak
tahun 2012 dan berakhir pada akhir tahun 2016.
3. Sehingga untuk Tahun Pajak 2009 sampai dengan
2014 tidak ada PPh Badan yang terutang.
Download