PENINGKATAN MINAT, SIKAP SOSIAL, DAN PRESTASI BELAJAR KIMIA MELALUI MEDIA SOFTWARE Isni Winarsih, John Sabari2 Program Pascasarjana PIPS Universitas PGRI Yogyakarta, 2Dosen Universitas PGRI Yogyakarta ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar IPS dengan metode bermain peran pada siswa kelas IV SD Negeri Kemadu Kecamatan Kutoarjo Kabupaten Purworejo Tahun Pelajaran 2015/2016. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (classroom action research). Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri Kemadu yang berjumlah 21 siswa. Teknik Pengumpulan data dilakukan dengan observasi, angket dan tes. Teknik analisis data menggunakan teknik deskriptif kuantitatif dengan persentase. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) ada peningkatan motivasi dengan metode bermain peran pada siswa kelas IV SD Negeri Kemadu Kecamatan Kutoarjo Kabupaten Purworejo Tahun Pelajaran 2015/2016. Motivasi belajar siswa meningkat, ditunjukkan dari siswa yang motivasi belajar baik sejumlah 12 siswa (57,14%) pada tahap pra siklus, meningkat pada siklus I menjadi sejumlah 13 siswa (61.90%) dan pada akhir siklus II meningkat menjadi 19 siswa (90,48%). 2) ada peningkatan hasil belajar IPS dengan menggunakan metode bermain peran pada pada siswa kelas IV SD Negeri Kemadu Kecamatan Kutoarjo Kabupaten Purworejo Tahun Pelajaran 2015/2016. Hasil belajar IPS siswa meningkat pada saat pra sikus siswa yang mencapai nilai KKM sebanyak 13 siswa (61.90%), meningkat pada siklus I sebanyak16 siswa (76.19%) dan pada siklus II menjadi 18 siswa (85,71%). Kata Kunci: motivasi dan hasil belajar, metode bermain peran PENDAHULUAN Pendidikan IPS dalam tiap jenjangnya merupakan salah satu program pendidikan guna mempersiapkan sumber daya manusia yang berkarakter, memiliki kepekaan sosial, berpengetahuan, terampil dan memiliki nilai serta sikap, mampu berpikir kritis dan kreatif guna menghadapi permasalahan sosial dalam kehidupan. Pendidikan IPS bukan hanya mengajarkan pengetahuan sosial secara konsep keilmuan semata, tetapi juga makna dari konsepkonsep ilmu sosial, kemaslahatan kehidupan manusia, berbagai kemampuan yang dibutuhkan manusia dalam kehidupannya, dan lebih menekankan pada pendidikan sesama (horizontal) tentang sosial kemasyarakatan. Kualitas pendidikan IPS dewasa ini menunjukkan beberapa kelemahan, baik dilihat dari proses maupun hasil, diantaranya dalam aspek metodologis yang cenderung didominasi pendekatan ekspositoris pada seluruh proses pembelajaran. Pembelajaran IPS yang harusnya diarahkan pada upaya pencapaian literasi social-teknologi peserta didik, justru belum terantisipasi secara optimal, terutama pada pendidikan IPS di sekolah dasar. Proses pembelajaran pendidikan IPS dirasa kurang bermakna bagi siswa dalam kehidupannya sehari-hari. Hal ini terjadi karena pembelajaran IPS yang dirancang guru terlepas dari kondisi nyata yang dialami oleh peserta didik dalam kehidupannya seharihari. Pendidikan IPS dewasa ini lebih diwarnai oleh pendekatan yang menekankan 522 Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016 ISBN 978-602-73690-6-1 pada model pembelajaran konvensional yang lebih banyak diwarnai dengan ceramah sehingga kurang mampu merangsang siswa untuk terlibat aktif dalam proses belajar mengajar. Siswa kurang terlibat dan cenderung pasif yang terjadi cenderung dialog imperatif. Studi pendahuluan terhadap sejumlah sekolah di UPT Dikbubpora Kecamatan Kutoarjo, Kabupaten Purworejo juga menunjukkan fenomena serupa. Hasil belajar khususnya mata pelajaran IPS di SD Negeri Kemadu Kecamatan Kutoarjo tergolong belum sesuai harapan. Berdasarkan nilai rata-rata mata pelajaran IPS pada ulangan harian I dan II, kelas IV SD Negeri Kemadu masih rendah. Siswa kurang aktif dan terkesan bosan selama proses pembelajaran berlangsung. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh masih banyak pendidik yang menerapkan model dan metode pembelajaran konvensional secara utuh. Guru belum terbiasa mengimplementasikan model dan metode pembelajaran inovatif sehingga siswa cenderung merasa bosan dan kurang berminat dalam pelajaran IPS. Dengan demikian, pemilihan metode dan pendekatan yang tepat maupun pemanfaatan media pembelajaran yang efektif dan efisien menjadi suatu keharusan yang perlu dilakukan oleh guru. Salah satu desain pembelajaran yang inofatif untuk menggairahkan peran aktif siswa dalam pembelajaran IPS salah satunya adalah dengan mengemas metode pembelajaran yaitu metode bermain peran. Bertolak dari latar belakang ini, maka peneliti mempunyai pemikiran bahwa penggunaan metode yang tepat yaitu bermain peran sebagai upaya peningkatkan motivasi dan hasil belajar IPS melalui metode pembejaran bermain peran siswa kelas IV SD Negeri Kemadu Kecamatan Kutoarjo Kabupaten Purworejo. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar IPS dengan metode bermain peran pada siswa kelas IV SD Negeri Kemadu Kecamatan Kutoarjo Kabupaten Purworejo Tahun Pelajaran 2015/2016. KAJIAN PUSTAKA 1. Motivasi Belajar Menurut Mc Donald dalam Soemanto (2012 : 203) memberikan sebuah definisi tentang motivasi adalah suatu perubahan tenaga di dalam diri / pribadi seseorang yang ditandai oleh dorongan efektif dan reaksi-reaksi dalam usaha mencapai tujuan. Hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indicator atau unsure yang mendukung. (Hamzah B. Uno, 2009:23). 2. Prestasi Belajar Kegiaan belajar tidak dapat dipisahkan dengan prestasi belajar, kegiatan merupakan proses belajar sedangkan prestasi merupakan hasilnya. Prestasi belajar berasal dari bahasa Belanda yaitu prestasi, kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi prestasi yang mempunyai arti hasil usaha (Arifin, 2006:12). Prestasi belajar sering didefinisikan sebagai nilai yang didapat anak berupa angka atau huruf. Prestasi belajar siswa adalah hasil dari berbagai upaya dan daya yang tercermin dari partisipasi belajar yang dilakukan siswa dalam mempelajari materi pelajaran yang diajarkan oleh guru (Ginting Abdorrakhman, 2010:89). 3. Metode Bermain Peran Metode bermain peran yang sering disebut dengan role playing merupakan metode pembelajaran yang termasuk dalam metode simulasi. Menurut Sumiati dan Asra (2009: 99) simulasi dapat diartikan sebagai suatu cara pembelajaran dengan melakukan proses 523 Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016 ISBN 978-602-73690-6-1 tingkah laku secara tiruan. Jadi, simulasi pada dasarnya semacam permainan dalam pembelajaran yang diangkat dari realita kehidupan. Tujuannya untuk memberikan pemahaman tentang suatu konsep atau prinsip atau dapat juga untuk melatih kemampuan memecahkan masalah yang bersumber dari realita kehidupan. 3 Cukup 9 42,86% 4 Kurang 0 0% Jumlah METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Subjek dari penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri Kemadu yang berjumlah 21 siswayang terdiri atas 10 siswa dan 11 siswi . Penelitian dilakukan di kelas IV SD Negeri Kemadu pada bulan Maret. Adapun tahapan dalam penelitian yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, angket dan tes. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskripsif kuantitatif dengan persentase. HASIL PENELITIAN 1. Pra Siklus a. Motivasi Belajar Motivasi siswa selama pembelajaran pada tahap pra siklus, diukur dengan indikator antusias dalam pembelajaran, memperhatikan, mencatat keterangan guru, dan keaktifan siswa. Hasil pengamatan motivasi belajar siswa pada tahap pra siklus dapat dideskripsikan dalam tabel sebagai berikut : Tabel 1 Rangkuman Motivasi Belajar Siswa Pada Pra Siklus Jumlah Persentase No. Kategori Siswa Sangat 0 1 Baik 0 2 Baik 12 57.14% 524 21 Berdasarkan tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa pada pra siklus siswa yang mempunyai kategori motivasi belajar cukup adalah 9 siswa (42,86%) sedangkan yang berkategori baik adalah 12 siswa (57,14%). b. Hasil Belajar Hasil belajar IPS ditunjukkan dari tes hasil belajar IPS. Hasil pengujian didapatkan nilai terendah sebesar 55, nilai tertinggi sebesar 85, rata-rata sebesar 75.38. Berdasarkan ketuntasan belajar, maka dapat dideskripsikan hasil belajar IPS pada observasi awal sebagai berikut : Tabel 2 Rangkuman Hasil Belajar IPS Pada Tahap Pra Siklus Nilai Jumlah Persentase Siswa < 75 8 38,10% ≥ 75 13 61,90% Jumlah 21 100,0 Untuk memperjelas hasil belajar pada pra Siklus dapat dilihat pada grafik sebagai berikut: 38.10% 61.90% < 75 ≥ 75 Gambar 1: Grafik Hasil Belajar pada Pra Siklus Berdasarkan tersebut maka tabel dapat Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016 ISBN 978-602-73690-6-1 dinyatakan bahwa pembelajaran IPS yang dilakukan guru, belum mencapai indeks ketuntasan klasikal sebesar ≥ 80%. Ketuntasan individu siswa ditunjukkan dari nilai hasil belajar ≥ 75 sebesar 13 siswa (61,90%). Untuk memperjelas hasil belajar pada siklus I dapar dilihat pada grafik sebagai berikut: 23.81% 76.19% 2. Siklus I Hasil pengamatan motivasi belajar siswa pada siklus I dapat dideskripsikan dalam tabel sebagai berikut : Tabel 3 Rangkuman Motivasi Belajar Siswa Pada Siklus I Jumlah Persentase No. Kategori Siswa Sangat 0% 1 Baik 0 61,90% 2 Baik 13 3 Cukup 8 38,10% 4 Kurang 0 0% Jumlah < 75 Gambar 2: Grafik Hasil Belajar pada Siklus I Berdasarkan tabel tersebut maka dapat dinyatakan bahwa pembelajaran IPS yang dilakukan guru, belum mencapai indeks ketuntasan klasikal sebesar ≥ 80%. Ketuntasan individu siswa ditunjukkan dari nilai hasil belajar ≥ 75 sebesar 16 siswa (76.19%). 3. Siklus II Hasil pengamatan motivasi belajar siswa pada siklus II dapat dideskripsikan dalam tabel sebagai berikut : Tabel 5. Rangkuman Motivasi Belajar Siswa Pada Siklus II N Jumlah Persentas Kategori o. Siswa e 23,81% 1 Sangat Baik 5 66,67%% 2 Baik 14 21 Berdasarkan tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa pada siklus I ini siswa yang berkategori motivasi belajar baik 13 siswa (61,90%), berkategori cukup 8 siswa (38,10%). Hasil belajar IPS ditunjukkan dari tes hasil belajar IPS. Hasil pengujian didapatkan nilai terendah sebesar 60, nilai tertinggi sebesar 86, rata-rata sebesar 77.43. Berdasarkan ketuntasan belajar, maka dapat dideskripsikan hasil belajar IPS pada siklus I sebagai berikut : Tabel 4 Rangkuman Hasil Belajar IPS Pada Tahap Siklus I Nilai Jumlah Persentase Siswa < 75 5 23.81% ≥ 75 16 76.19% Jumlah 21 100,0 3 Cukup 2 9,52% 4 Kurang 0 0 Jumlah 21 Berdasarkan tabel tersebut dapat dijelaskan pada siklus II ini mengalami peningkatan motivasi belajar daripada siklus sebelumnya, pada siklus ini siswa yang mempunyai motivasi belajar sangat 525 Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016 ISBN 978-602-73690-6-1 baik 5 siswa (23,81%), siswa yang mempunyai kategori baik 14 siswa (66,67%), siswa yang berkategori cukup 2 siswa (9,52%). Hal ini menunjukkan bahwa pada siklus II, pembelajaran dengan dengan metode bermain peran mampu meningkatkan motivasi belajar siswa, adapun hasil perhitungan motivasi belajar diperoleh sebesar 90,48% atau 19 siswa, hal ini menunjukkan sudah sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan . Prestasi belajar IPS ditunjukkan dari hasil tes hasil belajar IPS yang diadakan diakhir siklus I. Hasil belajar IPS didapatkan nilai terendah sebesar 68, nilai tertinggi sebesar 88, rata-rata sebesar 79.81. Berdasarkan tabel 2 maka dapat dinyatakan bahwa pembelajaran IPS yang dilakukan guru, belum mencapai indeks ketuntasan klasikal sebesar ≥ 80%. Ketuntasan individu siswa ditunjukkan dari nilai hasil belajar ≥ 75 sebesar 18 siswa (85.71%). Pembahasan Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada peningkatan motivasi dan hasil belajar IPS dengan metode bermain peran pada siswa kelas IV SD Negeri Kemadu Kecamatan Kutoarjo Kabupaten Purworejo Tahun Pelajaran 2015/2016. Motivasi belajar siswa meningkat, ditunjukkan dari siswa yang motivasi belajar baik sejumlah 12 siswa (57,14%) pada tahap pra siklus, meningkat pada siklus I menjadi sejumlah 13 siswa (61.90%) dan pada akhir siklus II meningkat menjadi 19 siswa (90,48%). Sebuah pembelajaran akan efektif jika suasana pembelajarannya menyenangkan. Pada anak-anak maka belajar paling efektif pada saat mereka sedang bermain atau melakukan sesuatu yang mengasyikkan. Berkenaan dengan hal tersebut perlu dilakukan model pembelajaran yang mengakomodasi keinginan bermain siswa, disamping pencapaian indikator pembelajaran. Alternatif yang dapat dipilih oleh guru adalah model pembelajaran bermain peran. Model pembelajaran bermain peran sangat tepat diterapkan pada pembelajaran IPS di Sekolah Dasar. Pembentukan bermain peran dalam pembelajaran IPS akan menciptakan iklim kompetisi di kalangan siswa. Setiap siswa akan bersaing dengan siswa lain untuk mencapai hasil yang setinggi-tingginya dengan harapan dapat masuk ke dalam kelompok tersebut. Keinginan siswa untuk dapat menjadi anggota kelompok memacu semangat belajar. Siswa akan serius dalam Berdasarkan ketuntasan belajar, maka dapat dideskripsikan hasil belajar IPS pada siklus II sebagai berikut : Tabel 7 Rangkuman Hasil Belajar IPS Pada Tahap Siklus II Nilai Jumlah Persentase Siswa < 75 3 14,29% ≥ 75 18 85,71% Jumlah 21 100,0 Untuk memperjelas hasil belajar pada Siklus dapat dilihat pada grafik sebagai berikut: 14.29 % 85.71 % < 75 ≥ 75 Gambar 3: Grafik Hasil Belajar pada Siklus II 526 Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016 ISBN 978-602-73690-6-1 mengikuti segala proses pembelajaran dan lebih keras dalam belajar. Persaingan sesama teman, menjadi sebuah tantangan yang menarik bagi siswa, sehingga aktivitas belajar menjadi aktivitas yang menyenangkan bagi siswa. Hal ini akan meningkatkan motivasi belajar siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan metode bermain peran pada pada siswa kelas IV SD Negeri Kemadu Kecamatan Kutoarjo Kabupaten Purworejo Tahun Pelajaran 2015/2016. Hasil belajar IPS siswa meningkat pada saat pra sikus siswa yang mencapai nilai KKM 13 siswa (61.90%), meningkat pada siklus I sebanyak16 siswa (76.19%) dan pada siklus II menjadi 18 siswa (85,71%). Pada pembelajaran bermain peran, pengetahuan siswa didapatkan melalui pengalaman belajar untuk memecahkan masalah yang ada dalam tugas peragaan yang diberikan guru, sehingga siswa mampu memahami materi pelajaran secara mandiri. Hal ini didukung dengan iklim persaingan yang diciptakan guru, sehingga usaha siswa menjadi lebih keras. Pemahaman materi secara mandiri disertai dengan usaha keras untuk memahami materi pelajaran tersebut, menyebabkan daya serap siswa menjadi lebih baik. Siswa mampu lebih memahami materi pelajaran secara mendalam dan dapat mengendap lama dalam ingatan siswa. Hal ini akan meningkatkan hasil belajar siswa. akhir siklus II meningkat menjadi 19 siswa (90,48%). 2. Ada peningkatan hasil belajar IPS dengan menggunakan metode bermain peran pada pada siswa kelas IV SD Negeri Kemadu Kecamatan Kutoarjo Kabupaten Purworejo Tahun Pelajaran 2015/2016. Hasil belajar IPS siswa meningkat pada saat pra sikus siswa yang mencapai nilai KKM sebanyak 13 siswa (61.90%), meningkat pada siklus I sebanyak16 siswa (76.19%) dan pada siklus II menjadi 18 siswa (85,71%). Saran 1. Bagi Guru Hendaknya dapat membuat perencanaan strategi pembelajaran dengan pendekatan bermain peran pada semua bidang studi yang diajarkan. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa terhadap materi yang diajarkan dan meningkatkan Hasil Belajar. Selain itu diharapkan dapat membuat media pembelajaran dengan bahan yang baik dan kuat, sehingga bisa dipakai untuk masa-masa mendatang. 2. Bagi Sekolah Hendaknya dapat menyediakan sarana dan prasarana dalam penerapan pembelajaran dengan pendekatan bermain peran, dan memotivasi guru untuk menerapkan metode tersebut. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Ada peningkatan motivasi dengan metode bermain peran pada siswa kelas IV SD Negeri Kemadu Kecamatan Kutoarjo Kabupaten Purworejo Tahun Pelajaran 2015/2016. Motivasi belajar siswa meningkat, ditunjukkan dari siswa yang motivasi belajar baik sejumlah 12 siswa (57,14%) pada tahap pra siklus, meningkat pada siklus I menjadi sejumlah 13 siswa (61.90%) dan pada 3. Bagi Siswa a. Siswa hendaknya dapat meningkatkan hasil belajar di sekolah setelah diberi motivasi belajar secara optimal. b. Siswa hendaknya dapat memanfaatkan bimbingan guru di sekolah sehingga dapat meningkatkan hasil belajar. c. Sikap kritis yang normatif siswa terhadap motivasi belajar perlu 527 Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016 ISBN 978-602-73690-6-1 ditingkatkan, sehingga hasil belajar dapat meningkat DAFTAR PUSTAKA Ginting Abdorrakhman. 2010. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jogjakarta: Ar Ruzz Media. Hamzah B. Uno. 2009. Teori Motivasi dan Pengukurannya di bidang pendidikan . Jakarta: Bumi Aksara. Sumiati dan Asra. 2009. Metode Pembelajaran. Bandung: Wacana Prima. Wasty Soemanto. 2012. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Zaenal Arifin. 2006. Evaluasi Pembelajaran Prinsip Teknik dan Prosedur. Bandung: Remaja Rosdakarya. 528