FKIP_24_Isni Win

advertisement
PENINGKATAN MINAT, SIKAP SOSIAL, DAN PRESTASI BELAJAR KIMIA MELALUI
MEDIA SOFTWARE
Isni Winarsih, John Sabari2
Program Pascasarjana PIPS Universitas PGRI Yogyakarta, 2Dosen Universitas PGRI
Yogyakarta
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar IPS dengan
metode bermain peran pada siswa kelas IV SD Negeri Kemadu Kecamatan Kutoarjo Kabupaten
Purworejo Tahun Pelajaran 2015/2016. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas
(classroom action research). Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri Kemadu yang
berjumlah 21 siswa. Teknik Pengumpulan data dilakukan dengan observasi, angket dan tes.
Teknik analisis data menggunakan teknik deskriptif kuantitatif dengan persentase. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa 1) ada peningkatan motivasi dengan metode bermain peran
pada siswa kelas IV SD Negeri Kemadu Kecamatan Kutoarjo Kabupaten Purworejo Tahun
Pelajaran 2015/2016. Motivasi belajar siswa meningkat, ditunjukkan dari siswa yang motivasi
belajar baik sejumlah 12 siswa (57,14%) pada tahap pra siklus, meningkat pada siklus I menjadi
sejumlah 13 siswa (61.90%) dan pada akhir siklus II meningkat menjadi 19 siswa (90,48%). 2) ada
peningkatan hasil belajar IPS dengan menggunakan metode bermain peran pada pada siswa
kelas IV SD Negeri Kemadu Kecamatan Kutoarjo Kabupaten Purworejo Tahun Pelajaran
2015/2016. Hasil belajar IPS siswa meningkat pada saat pra sikus siswa yang mencapai nilai
KKM sebanyak 13 siswa (61.90%), meningkat pada siklus I sebanyak16 siswa (76.19%) dan pada
siklus II menjadi 18 siswa (85,71%).
Kata Kunci: motivasi dan hasil belajar, metode bermain peran
PENDAHULUAN
Pendidikan
IPS
dalam
tiap
jenjangnya merupakan salah satu program
pendidikan guna mempersiapkan sumber
daya manusia yang berkarakter, memiliki
kepekaan sosial, berpengetahuan, terampil
dan memiliki nilai serta sikap, mampu
berpikir kritis dan kreatif guna menghadapi
permasalahan sosial dalam kehidupan.
Pendidikan IPS bukan hanya mengajarkan
pengetahuan sosial secara konsep keilmuan
semata, tetapi juga makna dari konsepkonsep ilmu sosial, kemaslahatan kehidupan
manusia,
berbagai
kemampuan
yang
dibutuhkan manusia dalam kehidupannya,
dan lebih menekankan pada pendidikan
sesama
(horizontal)
tentang
sosial
kemasyarakatan.
Kualitas pendidikan IPS dewasa ini
menunjukkan beberapa kelemahan, baik
dilihat
dari
proses
maupun
hasil,
diantaranya dalam aspek metodologis yang
cenderung
didominasi
pendekatan
ekspositoris
pada
seluruh
proses
pembelajaran. Pembelajaran IPS yang
harusnya diarahkan pada upaya pencapaian
literasi social-teknologi peserta didik, justru
belum terantisipasi secara optimal, terutama
pada pendidikan IPS di sekolah dasar. Proses
pembelajaran pendidikan IPS dirasa kurang
bermakna bagi siswa dalam kehidupannya
sehari-hari.
Hal
ini
terjadi
karena
pembelajaran IPS yang dirancang guru
terlepas dari kondisi nyata yang dialami oleh
peserta didik dalam kehidupannya seharihari. Pendidikan IPS dewasa ini lebih
diwarnai oleh pendekatan yang menekankan
522
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016
ISBN 978-602-73690-6-1
pada model pembelajaran konvensional yang
lebih banyak diwarnai dengan ceramah
sehingga kurang mampu merangsang siswa
untuk terlibat aktif dalam proses belajar
mengajar. Siswa kurang terlibat dan
cenderung pasif yang terjadi cenderung
dialog imperatif.
Studi
pendahuluan
terhadap
sejumlah sekolah di UPT Dikbubpora
Kecamatan Kutoarjo, Kabupaten Purworejo
juga menunjukkan fenomena serupa. Hasil
belajar khususnya mata pelajaran IPS di SD
Negeri
Kemadu
Kecamatan
Kutoarjo
tergolong
belum
sesuai
harapan.
Berdasarkan nilai rata-rata mata pelajaran
IPS pada ulangan harian I dan II, kelas IV SD
Negeri Kemadu masih rendah. Siswa kurang
aktif dan terkesan bosan selama proses
pembelajaran
berlangsung.
Hal
ini
kemungkinan disebabkan oleh masih banyak
pendidik yang menerapkan model dan
metode pembelajaran konvensional secara
utuh.
Guru
belum
terbiasa
mengimplementasikan model dan metode
pembelajaran inovatif sehingga siswa
cenderung merasa bosan dan kurang
berminat dalam pelajaran IPS.
Dengan demikian, pemilihan metode
dan pendekatan yang tepat maupun
pemanfaatan media pembelajaran yang
efektif dan efisien menjadi suatu keharusan
yang perlu dilakukan oleh guru. Salah satu
desain pembelajaran yang inofatif untuk
menggairahkan peran aktif siswa dalam
pembelajaran IPS salah satunya adalah
dengan mengemas metode pembelajaran
yaitu metode bermain peran. Bertolak dari
latar belakang ini, maka peneliti mempunyai
pemikiran bahwa penggunaan metode yang
tepat yaitu bermain peran sebagai upaya
peningkatkan motivasi dan hasil belajar IPS
melalui metode pembejaran bermain peran
siswa kelas IV SD Negeri Kemadu
Kecamatan Kutoarjo Kabupaten Purworejo.
Tujuan penelitian ini adalah untuk
meningkatkan motivasi belajar dan hasil
belajar IPS dengan metode bermain peran
pada siswa kelas IV SD Negeri Kemadu
Kecamatan Kutoarjo Kabupaten Purworejo
Tahun Pelajaran 2015/2016.
KAJIAN PUSTAKA
1. Motivasi Belajar
Menurut Mc Donald dalam
Soemanto (2012 : 203) memberikan
sebuah definisi tentang motivasi adalah
suatu perubahan tenaga di dalam diri /
pribadi seseorang yang ditandai oleh
dorongan efektif dan reaksi-reaksi dalam
usaha mencapai tujuan. Hakikat motivasi
belajar adalah dorongan internal dan
eksternal pada siswa-siswa yang sedang
belajar untuk mengadakan perubahan
tingkah laku, pada umumnya dengan
beberapa indicator atau unsure yang
mendukung. (Hamzah B. Uno, 2009:23).
2. Prestasi Belajar
Kegiaan belajar tidak dapat
dipisahkan dengan prestasi belajar,
kegiatan merupakan
proses
belajar
sedangkan
prestasi
merupakan
hasilnya. Prestasi belajar berasal dari
bahasa
Belanda
yaitu
prestasi,
kemudian dalam bahasa Indonesia
menjadi prestasi yang mempunyai
arti hasil usaha (Arifin, 2006:12). Prestasi
belajar sering didefinisikan sebagai nilai
yang didapat anak berupa angka atau
huruf. Prestasi belajar siswa adalah hasil
dari berbagai upaya dan daya yang
tercermin dari partisipasi belajar yang
dilakukan siswa dalam mempelajari
materi pelajaran yang diajarkan oleh
guru (Ginting Abdorrakhman, 2010:89).
3. Metode Bermain Peran
Metode bermain peran yang sering
disebut dengan role playing merupakan
metode pembelajaran yang termasuk
dalam metode simulasi.
Menurut
Sumiati dan Asra (2009: 99) simulasi
dapat diartikan sebagai suatu cara
pembelajaran dengan melakukan proses
523
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016
ISBN 978-602-73690-6-1
tingkah laku secara tiruan. Jadi, simulasi
pada dasarnya semacam permainan
dalam pembelajaran yang diangkat dari
realita kehidupan. Tujuannya untuk
memberikan pemahaman tentang suatu
konsep atau prinsip atau dapat juga
untuk melatih kemampuan memecahkan
masalah yang bersumber dari realita
kehidupan.
3
Cukup
9
42,86%
4
Kurang
0
0%
Jumlah
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian
tindakan kelas. Subjek dari penelitian ini
adalah siswa kelas IV SD Negeri Kemadu
yang berjumlah 21 siswayang terdiri atas 10
siswa dan 11 siswi . Penelitian dilakukan di
kelas IV SD Negeri Kemadu pada bulan
Maret. Adapun tahapan dalam penelitian
yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan
dan refleksi. Teknik pengumpulan data
menggunakan observasi, angket dan tes.
Teknik analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah deskripsif kuantitatif
dengan persentase.
HASIL PENELITIAN
1. Pra Siklus
a. Motivasi Belajar
Motivasi
siswa
selama
pembelajaran pada tahap pra siklus,
diukur dengan indikator antusias
dalam
pembelajaran,
memperhatikan, mencatat keterangan
guru, dan keaktifan siswa. Hasil
pengamatan motivasi belajar siswa
pada tahap pra siklus dapat
dideskripsikan dalam tabel sebagai
berikut :
Tabel 1
Rangkuman Motivasi Belajar Siswa
Pada Pra Siklus
Jumlah Persentase
No.
Kategori
Siswa
Sangat
0
1
Baik
0
2
Baik
12
57.14%
524
21
Berdasarkan tabel tersebut dapat
dijelaskan bahwa pada pra siklus
siswa yang mempunyai kategori
motivasi belajar cukup adalah 9
siswa (42,86%) sedangkan yang
berkategori baik adalah 12 siswa
(57,14%).
b. Hasil Belajar
Hasil
belajar
IPS
ditunjukkan dari tes hasil belajar
IPS. Hasil pengujian didapatkan
nilai terendah sebesar 55, nilai
tertinggi sebesar 85, rata-rata
sebesar
75.38.
Berdasarkan
ketuntasan belajar, maka dapat
dideskripsikan hasil belajar IPS
pada observasi awal sebagai
berikut :
Tabel 2
Rangkuman Hasil Belajar IPS
Pada Tahap Pra Siklus
Nilai
Jumlah Persentase
Siswa
< 75
8
38,10%
≥ 75
13
61,90%
Jumlah
21
100,0
Untuk memperjelas hasil
belajar pada pra Siklus dapat
dilihat pada grafik sebagai
berikut:
38.10%
61.90%
< 75
≥ 75
Gambar 1: Grafik Hasil Belajar
pada Pra Siklus
Berdasarkan
tersebut
maka
tabel
dapat
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016
ISBN 978-602-73690-6-1
dinyatakan
bahwa
pembelajaran
IPS
yang
dilakukan
guru,
belum
mencapai indeks ketuntasan
klasikal sebesar ≥ 80%.
Ketuntasan individu siswa
ditunjukkan dari nilai hasil
belajar ≥ 75 sebesar 13 siswa
(61,90%).
Untuk memperjelas hasil belajar
pada siklus I dapar dilihat pada grafik
sebagai berikut:
23.81%
76.19%
2. Siklus I
Hasil
pengamatan
motivasi
belajar siswa pada siklus I dapat
dideskripsikan dalam tabel sebagai
berikut :
Tabel 3
Rangkuman Motivasi Belajar Siswa
Pada Siklus I
Jumlah Persentase
No.
Kategori
Siswa
Sangat
0%
1
Baik
0
61,90%
2
Baik
13
3
Cukup
8
38,10%
4
Kurang
0
0%
Jumlah
< 75
Gambar 2: Grafik Hasil Belajar
pada Siklus I
Berdasarkan
tabel
tersebut maka dapat dinyatakan
bahwa pembelajaran IPS yang
dilakukan guru, belum mencapai
indeks
ketuntasan
klasikal
sebesar ≥ 80%. Ketuntasan
individu siswa ditunjukkan dari
nilai hasil belajar ≥ 75 sebesar 16
siswa (76.19%).
3. Siklus II
Hasil
pengamatan
motivasi
belajar siswa pada siklus II dapat
dideskripsikan dalam tabel sebagai
berikut :
Tabel 5. Rangkuman Motivasi
Belajar Siswa
Pada Siklus II
N
Jumlah
Persentas
Kategori
o.
Siswa
e
23,81%
1 Sangat Baik
5
66,67%%
2 Baik
14
21
Berdasarkan tabel tersebut dapat
dijelaskan bahwa pada siklus I ini siswa
yang berkategori motivasi belajar baik 13
siswa (61,90%), berkategori cukup 8
siswa (38,10%).
Hasil belajar IPS ditunjukkan dari
tes hasil belajar IPS. Hasil pengujian
didapatkan nilai terendah sebesar 60,
nilai tertinggi sebesar 86, rata-rata
sebesar 77.43. Berdasarkan ketuntasan
belajar, maka dapat dideskripsikan hasil
belajar IPS pada siklus I sebagai berikut :
Tabel 4
Rangkuman Hasil Belajar IPS
Pada Tahap Siklus I
Nilai
Jumlah
Persentase
Siswa
< 75
5
23.81%
≥ 75
16
76.19%
Jumlah
21
100,0
3
Cukup
2
9,52%
4
Kurang
0
0
Jumlah
21
Berdasarkan tabel tersebut
dapat dijelaskan pada siklus II ini
mengalami peningkatan motivasi
belajar daripada siklus sebelumnya,
pada
siklus
ini
siswa
yang
mempunyai motivasi belajar sangat
525
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016
ISBN 978-602-73690-6-1
baik 5 siswa (23,81%), siswa yang
mempunyai kategori baik 14 siswa
(66,67%), siswa yang berkategori
cukup 2 siswa (9,52%).
Hal ini menunjukkan bahwa
pada siklus II, pembelajaran dengan
dengan metode bermain peran
mampu
meningkatkan
motivasi
belajar
siswa,
adapun
hasil
perhitungan
motivasi
belajar
diperoleh sebesar 90,48% atau 19
siswa, hal ini menunjukkan sudah
sesuai dengan kriteria yang telah
ditentukan .
Prestasi
belajar
IPS
ditunjukkan dari hasil tes hasil
belajar IPS yang diadakan diakhir
siklus I. Hasil belajar IPS didapatkan
nilai terendah sebesar 68, nilai
tertinggi sebesar 88, rata-rata sebesar
79.81.
Berdasarkan tabel 2 maka
dapat
dinyatakan
bahwa
pembelajaran IPS yang dilakukan
guru, belum mencapai indeks
ketuntasan klasikal sebesar ≥ 80%.
Ketuntasan
individu
siswa
ditunjukkan dari nilai hasil belajar ≥
75 sebesar 18 siswa (85.71%).
Pembahasan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
ada peningkatan motivasi dan hasil belajar
IPS dengan metode bermain peran pada
siswa kelas IV SD Negeri Kemadu
Kecamatan Kutoarjo Kabupaten Purworejo
Tahun Pelajaran 2015/2016. Motivasi belajar
siswa meningkat, ditunjukkan dari siswa
yang motivasi belajar baik sejumlah 12 siswa
(57,14%) pada tahap pra siklus, meningkat
pada siklus I menjadi sejumlah 13 siswa
(61.90%) dan pada akhir siklus II meningkat
menjadi 19 siswa (90,48%).
Sebuah pembelajaran akan efektif jika
suasana pembelajarannya menyenangkan.
Pada anak-anak maka belajar paling efektif
pada saat
mereka sedang bermain atau
melakukan sesuatu yang mengasyikkan.
Berkenaan dengan hal tersebut perlu
dilakukan
model
pembelajaran
yang
mengakomodasi keinginan bermain siswa,
disamping
pencapaian
indikator
pembelajaran. Alternatif yang dapat dipilih
oleh guru adalah model pembelajaran
bermain
peran.
Model
pembelajaran
bermain peran sangat tepat diterapkan pada
pembelajaran IPS di Sekolah Dasar.
Pembentukan bermain peran dalam
pembelajaran IPS akan menciptakan iklim
kompetisi di kalangan siswa. Setiap siswa
akan bersaing dengan siswa lain untuk
mencapai hasil yang setinggi-tingginya
dengan harapan dapat masuk ke dalam
kelompok tersebut. Keinginan siswa untuk
dapat menjadi anggota kelompok memacu
semangat belajar. Siswa akan serius dalam
Berdasarkan ketuntasan
belajar, maka dapat dideskripsikan
hasil belajar IPS pada siklus II sebagai
berikut :
Tabel 7
Rangkuman Hasil Belajar IPS
Pada Tahap Siklus II
Nilai
Jumlah Persentase
Siswa
< 75
3
14,29%
≥ 75
18
85,71%
Jumlah
21
100,0
Untuk memperjelas hasil
belajar pada Siklus dapat dilihat pada
grafik sebagai berikut:
14.29
%
85.71
%
< 75
≥ 75
Gambar 3: Grafik Hasil Belajar
pada Siklus II
526
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016
ISBN 978-602-73690-6-1
mengikuti segala proses pembelajaran dan
lebih keras dalam belajar. Persaingan sesama
teman, menjadi sebuah tantangan yang
menarik bagi siswa, sehingga aktivitas
belajar
menjadi
aktivitas
yang
menyenangkan bagi siswa. Hal ini akan
meningkatkan motivasi belajar siswa.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
dengan metode bermain peran pada pada
siswa kelas IV SD Negeri Kemadu
Kecamatan Kutoarjo Kabupaten Purworejo
Tahun Pelajaran 2015/2016. Hasil belajar IPS
siswa meningkat pada saat pra sikus siswa
yang mencapai nilai KKM 13 siswa (61.90%),
meningkat pada siklus I sebanyak16 siswa
(76.19%) dan pada siklus II menjadi 18 siswa
(85,71%). Pada pembelajaran bermain peran,
pengetahuan siswa didapatkan melalui
pengalaman belajar untuk memecahkan
masalah yang ada dalam tugas peragaan
yang diberikan guru, sehingga siswa mampu
memahami materi pelajaran secara mandiri.
Hal ini didukung dengan iklim persaingan
yang diciptakan guru, sehingga usaha siswa
menjadi lebih keras. Pemahaman materi
secara mandiri disertai dengan usaha keras
untuk memahami materi pelajaran tersebut,
menyebabkan daya serap siswa menjadi
lebih baik. Siswa mampu lebih memahami
materi pelajaran secara mendalam dan dapat
mengendap lama dalam ingatan siswa. Hal
ini akan meningkatkan hasil belajar siswa.
akhir siklus II meningkat menjadi 19
siswa (90,48%).
2. Ada peningkatan hasil belajar IPS
dengan menggunakan metode bermain
peran pada pada siswa kelas IV SD
Negeri Kemadu Kecamatan Kutoarjo
Kabupaten Purworejo Tahun Pelajaran
2015/2016. Hasil belajar IPS siswa
meningkat pada saat pra sikus siswa
yang mencapai nilai KKM sebanyak 13
siswa (61.90%), meningkat pada siklus I
sebanyak16 siswa (76.19%) dan pada
siklus II menjadi 18 siswa (85,71%).
Saran
1. Bagi Guru
Hendaknya dapat membuat perencanaan
strategi
pembelajaran
dengan
pendekatan bermain peran pada semua
bidang studi yang diajarkan. Hal ini
diharapkan
dapat
meningkatkan
motivasi belajar siswa terhadap materi
yang diajarkan dan meningkatkan Hasil
Belajar. Selain itu diharapkan dapat
membuat media pembelajaran dengan
bahan yang baik dan kuat, sehingga bisa
dipakai untuk masa-masa mendatang.
2. Bagi Sekolah
Hendaknya dapat menyediakan sarana
dan
prasarana
dalam
penerapan
pembelajaran
dengan
pendekatan
bermain peran, dan memotivasi guru
untuk menerapkan metode tersebut.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Ada peningkatan motivasi dengan
metode bermain peran pada siswa kelas
IV SD Negeri Kemadu Kecamatan
Kutoarjo Kabupaten Purworejo Tahun
Pelajaran 2015/2016. Motivasi belajar
siswa meningkat, ditunjukkan dari siswa
yang motivasi belajar baik sejumlah 12
siswa (57,14%) pada tahap pra siklus,
meningkat pada siklus I
menjadi
sejumlah 13 siswa (61.90%) dan pada
3. Bagi Siswa
a. Siswa hendaknya dapat meningkatkan
hasil belajar di sekolah setelah diberi
motivasi belajar secara optimal.
b. Siswa
hendaknya
dapat
memanfaatkan bimbingan guru di
sekolah sehingga dapat meningkatkan
hasil belajar.
c. Sikap kritis yang normatif siswa
terhadap motivasi belajar perlu
527
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016
ISBN 978-602-73690-6-1
ditingkatkan, sehingga hasil belajar
dapat meningkat
DAFTAR PUSTAKA
Ginting Abdorrakhman. 2010. Teori Belajar
dan Pembelajaran. Jogjakarta: Ar Ruzz
Media.
Hamzah B. Uno. 2009. Teori Motivasi dan
Pengukurannya di bidang pendidikan .
Jakarta: Bumi Aksara.
Sumiati dan Asra. 2009. Metode Pembelajaran.
Bandung: Wacana Prima.
Wasty Soemanto. 2012. Psikologi Pendidikan.
Jakarta: Rineka Cipta.
Zaenal Arifin. 2006. Evaluasi Pembelajaran
Prinsip Teknik dan Prosedur. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
528
Download