Introduction “Economic Sociology” Sebelum membahas lebih mendalam, tiga tokoh sosiologi klasik seperti Karl Marx, Max Weber, dan Émile Durkheim berusaha untuk memahami suatu modernitas dengan membandingkan antara masyarakat pra-kapitalis dengan kapitalisme. Marx mencoba mengeksplorasi transisi dari masyarakat feodalisme ke masyarakat kapitalisme, sedangkan Weber melihat kaitan Protestanisme dengan adanya dorongan kapitalis yang muncul, dan Durkheim dengan division of labour pada masyarakat kapitalis. Penulis memahami bahwa studi klasik mengenai sosiologi ekonomi disini pada dasarnya melihat adanya power relations, intitusi dan konvesi sosial, jaringan sosial dan peran interaksi ditingkat sosial dalam mencerna berbagai jenis sistem ekonomi seperti memahami bagaimana bentuk kekuatan perubahan dalam sistem ekonomi, dan bagaimana mereka membentuk perilaku pada setiap individu. Pada awal tahun 1980-an sosiologi ekonomi mengalami kebangkitan yakni dinilai terdapat beberapa sosiolog yang menjelaskan mengenai perilaku ekonomi dan sosial terhadap beberapa ekonom pada saat itu, sosiolog disini turun tangan dikarenakan kurang puas dengan kinerja yang dilakukan oleh beberapa ekonom yang dinilai tidak bisa membuat keputusan dan memperediksi dalam mengembangkan dan menemukan dalam mengkaji faktor-faktor sosial ekonomi yang terjadi pada masyarakat saat itu. Pada prosesnya, sosiolog menemukan model yang digunakan oleh ekonom dalam melihat perbedaan perilaku ekonomi diseluruh Negara. Sosiolog melihat perilaku ekonomi merupakan sebagai salah satu contoh perilaku sosial, dimana dibentuk oleh kekuatan yang sama seperti dari perilaku sosialnya , terutama dalam perebutan kekuasaan, konvensi, dan lingkungan sosial. Dalam perilaku ekonomi, mereka beralasan, teori pilihan rasional sempit ditafsirkan karena apa yang orang lihat sebagian merupakan suatu tindakan rasional yang dibentuk oleh konvensi sosial, kekuasaan, dan jaringan. Dalam bahasan kali ini, penulis mencoba meninjau dari dasar teoritis dan wawasan baru dari tiga sekolah besar dalam sosiologi ekonomi yang telah berkembang sejak awal 1980-ann yang menekankan power , institutions, dan network theories. How Power, Institutions, and Networks Shape Economic Behavior Banyak Sosiolog ekonomi memiliki pemikiran yang bersifat induktif, dimana melihat bagaimana perilaku ekonomi bervariasi dari waktu ke waktu dalam konteks sosial. Ini sangat berbeda dari pendekatan banyak ekonom neoklasik, yang mempuyai pemikiran bersifat deduktif, bahwasannya kepentingan dari diri individu itulah yang menjelaskan bagaimana berperilaku ekonomi. banyak Sosiolog beranggapan satu dari tiga proses sosial merupakan inti dari permasalahan yang ada dan proses ini yang pada nantinya dijabarkan dalam pembahasan mengenai power , institutions, dan network theories. Power Hubungan power dalam bentuk perilaku ekonomi, secara langsung yakni ketika sebuah perusahaan yang kuat selalu menindas kepada pemasok yang lemah, adapun secara tidak langsung suatu perusahaan industri yang kuat membuat suatu regulasi guna mendapatkan keuntungan sendiri. Terdapat beberapa tokoh yang tidak menganggap dirinya marxis diantaranya mereka tersebut yakni Neil Fligstein (1990), Bill Roy (1997), Beth Mintz dan Michael Schwartz (1985), Mark Mizruchi (1992), Michael Useem (1996), dan Charles Perrow (1992, 2002). Mereka tersebut memiliki kekhawatiran jikalau perusahaan yang kuat berhasil dalam mempromosikan praktik manajemen dan kebijakan publik yang disetujui oleh kepentingan bersama, yang merupakan prinsip dari kepetingan individu mereka juga. Disini Marx menggambarkan negara kapitalis sebagai alat dari kelas kapitalis, yang dibenarkan keberadaannya dalam kedok liberalisme politik. teori struktural kekuasaan mengeksplorasi bagaimana power berperan dalam menentukan kebijakan negara, strategi perusahaan, dan perilaku individu yang transparan rasional. Institutions Institusi sosial membentuk tindakan ekonomi dengan membatasi pilihannya yakni berupa regulasi serta membentuk perilaku dalam mencapai kesepakatan. Weber (1978) menyatakan bahwa konvensi sosial harus dipahami dari segi makna subyektif mereka kepada individu dalam berperilaku (lihat Swedberg 1998). Institusionalis Sosiologis memahami perilaku ekonomi menjadi teratur dan dapat diprediksi bukan karena mengikuti hukumhukum ekonomi secara universal, tetapi karena mengikuti makna institusi yang direncanakan (Meyer dan Rowan 1977, DiMaggio dan Powell 1983; Powell dan DiMaggio 1991; Scott 1995). Makna bukanlah antitesis dari rasionalitas. Kebiasaan ekonomi membawa arti, dan ekonomi tradisional sering menyebar sebagai mode rasional. Pada 1980-an, konsultan manajemen menawarkan pengurangan tenaga kerja sebagai solusi untuk masalah keuntungan stagnan, dan tiba-tiba perusahaan melakukan hal itu, apakah mereka perlu atau tidak (Budros 1997). Pengurangan adalah konvensi, namun sejak zaman Weber, institusionalis juga menunjukkan cara-cara di mana lembaga sosial-keagamaan, pendidikan, pasar tenaga kerja, pengaruh kegiatan ekonomi dalam mengatur dan mendefinisikan sarana sosial dan tujuan. Untuk institusionalis, lembaga regulasi hanyalah bentuk lain dari konvensi sosial, dan mereka diadakan di tempat seperti konvensi manajemen oleh keyakinan dalam keberhasilan mereka. Mereka tersebar di seluruh provinsi dan negara-bangsa karena pendukung mereka bingkai mereka secara efisien. Social Networks Bahasan ini semacam aksioma modern pada kelompok dan model peran yang memberikan ilustrasi konkret tentang bagaimana seseorang harus bertindak dalam situasi tertentu dan menegakkan sanksi untuk perilaku. Teori jaringan yang dibangun pada Simmel dan ide-ide Durkheim tentang bagaimana posisi individu dalam bentuk lingkungan sosial baik dari perilaku dan identitas yang mendasari nya. Bagi Durkheim, jaringan sosial membentuk tindakan individu tidak hanya negatif, dengan merusak perilaku antisosial, tetapi juga positif, dengan mendirikan pola perilaku yang diterima. Mark Granovetter (1985) merincikan implikasi dari pendekatan jaringan dalam sebuah artikel mengenai pengertian biaya transaksi ekonomi pada eksploitasi harga, ketika pemasok menemukan bahwa ia adalah penjual yang diperlukan. Granovetter berpendapat bahwa norma terhadap eksploitasi harga diberlakukan secara informal oleh anggota jaringan industri, penjual yang menaruh harga yang sangat tinggi di saat kelangkaan akan menemukan beberapa pembeli yang berusaha mencari penjual yang menaruh harga yang lebih terjangkau. Interpersonal jaringan dengan demikian menegakkan norma-norma dengan sanksi anggota yang tidak mengikuti mereka. Teori pembangunan menemukan bahwa masyarakat dengan jaringan sosial yang kuat memiliki keunggulan dalam pengembangan, sebagian karena mereka dapat secara efektif melaksanakan sanksi positif maupun negatif. Sebagaimana akan terlihat dalam survei, intinya sosiolog juga mempelajari power, institutions, dan networks yang semakin membawa wawasan mereka bersama-sama untuk menjelaskan perilaku ekonomi. Praktek ekonomi pada pola perilaku seperti strategi penetapan harga dan struktur perusahaan merupakan rencana pelembagaan berperilaku dalam rangka mencapai tujuan-tujuan tertentu. Perubahan Sosial dan Hukum Stone sweet (2002) menyediakan khususnya diskusi sosial yang sangat jelas tentang bagaimana membuat fungsi-fungsi dalam “law in action” untuk membuat pola doktrinasi ketergantungan yang mengkotribusikan evolusi perubahan dalam “law on the books”. Pendriana dan Stryker (1997, 20044) juga menyebut isu-isu terhadap pola ketergantungan dan timbal balik kebijaksanaan dalam doktrinasi yang legal dan serta institusi-institusi. Pedriana dan stryker menyarankan konstruksi sumber daya budaya adalah kunci mekanisme melalui timbal balik legal yang sering terjadi pada umumnya. Sebagai kebijaksanaan aksi afirmasi yang berdifusi melalui bisnis orang Amerika, sesuatu ini dan hukum legislatif lain menginspirasi inovasi-inovasi yang berubah menjadi American work place. Baru-baru ini Edelme dan stryker menempatkan sebuah kutipan eksplisit politik institusional, yakni teori karakter “andogin” dari perubahan dalam hukum dan ekonomi. Dikelilingi dalam ringkasan langsung terhadap ide-ide pelajar dan pnemuna-penemuan, mereka menyarankan bahwa antara tindakan jahat yang legal dan mobilasisi sumber daya politik serta perhitungan mobilisasi dengan aktor-aktor ekononmi dan difusi yang lebih tersamarkan dan modifikasi maksud cultural serta norma-norma terkait ikatan-ikatan yang legal dan bidang-bidang organisasi ekonomi yang menciptakan proses pembantukan timbal-balik. Intinya perubahan legal akan menciptakan perubahan sosial yang dilanjutkan dengan adanya perubahan legal kembali, dan ada hubungan konstitusi yang saling bergantung antara hukum dan masyarakat. Sama halnya, Holztman (2003) menemukan hubungan “endogin” yang saling bergantung lebih antara konsep kultural umum dari “good parenting”. Konsep dari “good parenting” sendiri meliputi pengawasan serta perwakilan anak antara orang tua bilogis dan non biologis. Stryker meringkas literatur substansi bagaimana hukum membentuk pengecualian terhadap pergerakan buruh Amreika dalam perspektif komperatif. Dia tau bagaimana perubahan dalam doktrin legal Amerika dan institusi-institusi serta perubahan dalam ideologi-ideologi, kelakuan dan bentuk institusional dari amerika. Pergerakan buruh saling tergantung pada “endogen” melalui proses politik institusional termasuk kognitif, normatif, mekanisme, dan soial instrumental. Pergerakan sosial mengkombinasikan mobilisasi legal dan mobilisasi politik sebagai kunci faktor mediasi antara law on the book, law in action, dan perubahan sosial. Tidak hanya pergerakan sosial yang penting digunakan sebagai pemahaman mobiliisasi dan akibat terhadap hukum, hukum juga penting untuk pemahaman alam dan pelajaran sosial. Inti dan konsisten dengan penelitian dalam seksi hukum serta ketidaksetaraan tepatnya berapa banyak dan dalam cara apa masalah hukum untuk pergerakan sosial dan untuk legal dan peruabahan sosial bergantung pada macam-macam faktor-faktor ekstra legal. Sama halnya dengan aksi formal legal dan institusi-institusi. Kostiner mengajukan bahwa perubahan sosial memiliki banyak definisi. Ini termasuk spesifikasi pengukuran, penciptaan pergerakan sosial, dan transformasi pikiran. Dia mendapati 3 skema umum operasi: hukum sebagai cara pengakuan sumber daya konkret, hukum sebagai kekuatan dan visi terhadap perubahan sosial sebagai transformasi dari pikiran-pikiran yangmana hukum memegang peran yang besar. Penggambaran dari persperktif politik dunia, sosiolog legal sudah memfokuskan pada perubahan hukum hak azasi manusia dan akibatnya. Penggambaran politis dan perspektif institusional, mereka sudah membandingkan evolusi persaingan hukum di Perancis dan Inggris. Menguji bagaimana aktifis feminisme Perancis dan actor-aktor legal merespon terhadap hukum kekerasan seksual Amerika, seta mengeksplor fariasi dalam evolusi hukum keluarga dan kaitannya terhadap gender di Afrika utara. Sosiologi hukum pada abad 21 dikelilingi pertanyaan terhadap transformasi masyarakat yang memotivasi pembuat teori sosial dpada abad 19 dan awal 20. Sosiologi Militer Organisasi militer dan perang sebagai sebuah proses sosial diberi sedikit perhatian Herbert Spencer, Sosiolog Darwinis melihat organisasi sosial termasuk dalam bentuk “militer primitif” yang memamjukan masyarakat industri. Kontras dengan Karl Marx dan pengikutnya yang melihat pasukan militer sebagai kebutuhan inperialisme yang masyarakat industri kapitalis kejar sebagai “kehausan” terhadap bahan mentah dan pemasaran. Contohnya Max Weber dalam sosiologi ekonomi mengakui peran militer sebagai agen perwakilan monopolisasi kekerasan yang diorganisasi dan dengan berat menggambarkan tentara perusia sebagai prototype (tokoh yang baik) dalam model organiasasi birokrat, Emile Durkheim memandang partisispasi dalam militer sebagai kondisi sosial yang memengaruhi bunuh diri dalam tugas integrasi sosialnya. Ketertarikan utama sosiolog pada kasus ini bukan institusi militer yang menggunakan militer sebagai tempat penelitian fenomena sosial umum. Kebanyakan masyarakat industri juga berkekuatan militer dan pelajar neo-Marxist mengajukan peran militer dalam ekspansi kapitalis internasional. Di banyak bangsa, seperti Swiss dan Israel militer memainkan peran integrative dalam masyarakat, di Negara berkembang miliiter teru-menerus memainkan peran signifikan dalam moderenisasi. Walauipun ada konsesus kecill untuk ini, bahkan di Negara maju dimana militer memainkan peran yang lebih kecil itu seperti akibat dari proporsi besar populasi yang memengaruhi ekonomi, politik , keluarga dan instituasi edukasi. Agency and Economic Institutions Banyak neo-Weberian dalam menganalisis institusionl mengabaikan kepentengin dan agen dalam suatu lembaga tertentu. (Swedberg 2001). Studi lainnya menekankan bahwa agency dibentuk oleh individu atau dibentuk oleh lembaga ekonomi. Menurut Carruthers (1996) menunjukkan bagaimana pemegang saham di daerah British pada awalnya menggunakan perdagangan untuk memajukan tujuan politik mereka Gary Hamilton dan Nicole Biggart berpendapat bahwa dalam beberapa tahun setelah Perang Dunia II, para pemimpin politik di Jepang, Korea Selatan, dan Taiwan memilih strategi industri yang dibangun diatas sistem otoritas tradisional. Edgar Kiser dan Joachim Schneider (1995) mengambil taktik yang sangat berbeda pada lembaga yang dibangun menggunakan rational choice theory. Weber berpendapat bahwa negara Prussian pada awalnya sangat efisien dalam mengumpulkan pajak karena begitu birokrasi. Namun menurut Kiser dan Schneider menunjukkan bahwa negara Prussian adalah pemungut pajak yang efisien bahkan sebelum menjadi sebuah birokrasi, dan mereka menggunakan agency theory untuk menunjukkan bahwa itu efisien karena menyimpang dari sebuah birokrasi yang ideal dengan cara yang sangat efektif. Agency theory menunjukkan bahwa penguasa berusaha untuk memaksimalkan pendapatan pajak, agen mereka (pemungut cukai) berusaha untuk memaksimalkan mereka sendiri dengan mengambil pajak dari hasil yang dikumpulkan, dan wajib pajak berusaha untuk meminimalkan pembayaran. Prussian mengembangkan sebuah sistem untuk mencapai kekuasaan, misalnya, dengan membangun kontrak jangka panjang bersyarat untuk pajak pertanian yang dapat meminimalkan biaya pengumpulan sewa mereka. Kiser dan Schneider adalah bagian dari sekelompok kecil sosiolog ekonomi yang menerapkan prinsip-prinsip rational choice theory dari Agency theory. Change in National Economic Institutions Penelitian mengenai institusional melahirkan dua poin menurut Weber: Lembaga Ekonomi mengikuti logika yang berarti bagi para peserta yang memberlakukan mereka, dan lembaga-lembaga ekonomi yang dibentuk oleh lembaga sekitarnya, khususnya lembagalembaga politik. Dalam Ideologi Ekonomi dan Kebijakan Industri Jepang (1997) dan dalam Dilema Ekonomi Jepang (2001), Bai Gao bertanya bagaimana strategi yang unik industri Jepang muncul dan kemudian berkembang setelah 1930. Jepang mengejar perencanaan strategis ekonomi, menahan diri dari kompetisi melalui tata kelola pasar, dan penindasan jangka pendek yang berorientasi pada keuntungan dalam mendukung orientasi jangka panjang. Pendekatan ini dipengaruhi oleh pemikiran ekonomi dari Eropa: gagasan Marx tentang downside of unbridled competition, ide Schumpeter tentang inovasi, dan ide-ide Keynes tentang pengelolaan keadaan siklus ekonomi. Pembuat kebijakan Jepang dan kapitalis yang disukai stabilitas ekonomi dan industri yang digunakan untuk merumuskan ide-ide yang unik untuk kebijakan industri Jepang. Dalam Dilema Ekonomi Jepang, Gao (2001) menelusuri konsekuensi dari sistem ini pada 1990-an. Jika Ideologi Ekonomi mendukung gagasan Weberian bahwa ide-ide dapat membentuk lembaga-lembaga ekonomi, Dilema Ekonomi Jepang mendukung gagasan Weberian bahwa lembaga menjadi resisten terhadap perubahan. Jepang sulit menemukan cara untuk mengubah kebijakan mindstream industrinya. National Management Institutions Reinhard Bendix’s (1956) melihat Work and Authority in Industry: Ideologies of Management in the Course of Industrialization melalui praktek menegemen dan ideology di 4 wilayah, dimana ke 4 wilayah tersebut dilihat melalui 2 dimensi, yang pertama membandingkan masa menejemen industri pada masa awal dengan masa industry yang telah dewasa, sedangkan yang kedua mengenai managemen ekonomi independen dengan manegenen yang tersentralisasi oleh Negara. Praktek menegemen yang sukses bukan terjadi kepada industry yang telah dewasa, namun terjadi didalam industry yang memiliki otonomi. Contohnya ialah kesuksessan yang terjadi di amerika, inggris awal, dan jerman timur, sedangkan pada industri yang tidak memiliki otonomi seperti Tsarist Russia dan komunis jerman timur terbukti gagal. Didalam 4 wilayah tersebut terlihat bahwa ide lama dari relasi kelas dan realitas dari relasi kelas kedepannya membentuk pola manejemen. Seperti weber, bendix juga tertarik dengan artikulasi tentang ide dan praktek ekonomi. Ia menemukan bahwa praktek ekonomi yang berpola sama dapat mendapatkan legitimasi di dalam sebuah wilayah namun tidak di wilayah lainnya, hal ini tergantung kepada ideology dari manajemen dengan relasi sosial. Pada tahun 1992 melalui Social Institutions and Economic Performance ia membandingkan system relasi industry antar Negara dan menghubungkan system tersebut dengan kesuksesan ekonomi global. Menurut Streeck sejarah dapat membangung konfigurasi pekerja, peraturan tenaga kerja, dan institusi pendidikan yang berbeda-beda dan konfigurasi institusional inilah yang membentuk system relasi industry. System relasi industry ini memiliki keuntungan yang berbeda. Negara yang memiliki institusi yang kuat seperti jepang dan jerman bisa memilih bagaimana industry dan pelatihan di konfigurasikan. Studi Geert Hofstede (1980) berbasis pada pekerja dari pekerja disatu korporasi multinasional yang memiliki cabang diberbagai Negara. Didalam melihat relasi kewenangan dan nilai pekerjaan didalam Negara tersebut ia melihat dari 4 dimensi, yaitu power distance, uncertainty avoidance , individualism dan masculinity. Seperti Weber didalam studi The Protestant Ethci, Hofstede mengidentifikasi institusi sosial ialah penyebab utama dari perbedaan etika kerja. Wiliam Ouchi (1981) memperlihatkan bahwa kasus praktek manajemen Jepang akan memberikan hal yang positif jika diterapkan didalam perusahaan amerika. Namun Ronald Dore’s (1973) didalam studinya British Factory–Japanese Factory berkata lain, menurut Dore sesungguhnya bukan budaya yang mebedakan namun waktu industrialisasi dan kondisi disaat industrialisasi berlangsung lah yang membedakan nilai. Selain itu James Lincoln and Arne Kalleberg’s (1985) melalui studinya terhadap 8000 pekerja di US dan Jepang, menyarankan bahwa prektek kerja juga penting didalam membangun nilai tersebut. The Diffusion of Management Institutions Studi Weberian mengenai institusi ekonomi berfokus kepada arti dari konvensi sosial bagi actor dan artikulasi dari institusi sosial yang berbeda. Meyer and Rowan, dan Powell and DiMaggio lebih berfokus kepada faktor yang memfasilitasi difusi antar organisasi ataupun societies. Sedangkan Mauro Guillén’s (1994) dengan studinya Models of Management: Work, Authority, and Organization in a Comparative Perspective ia mengatakan bahwa 3 paradigma utama manejemen di US, Ingriss, Jerman timur dan Spanyol, ialah manajemen ilmiah, pendidikan relasi dan analisis structural. Agama juga ternyata memiliki peran yang menarik. Contohnya di Spanyol, gereja katolik memngajarkan pendidikan relasi. Marie-Laure Djelic’s (1998) didalam studinya Exporting the American Model: The Postwar Transformation of European Business Menjelaskan bahwa didalam mengikuti gaya kapitas Amerika, Perancis dan jerman mengadopsi sturtur korporasi, bentuk multidivisional, dan mendorong kompetisi, berbeda dengan yang diadopsi oleh itali, sehingga itali gagal. Networks and Roles: On the Shoulders of Durkheim Kebanyakan sosiolog ekonomi melihat bahwa perilaku ekonomi pada dsasarnya berorientasi kepada peran’ Durkheim melihat bagaimana jaringan sosial dan variasi peran di societies yang berbeda, dimana banyak studi sosiologi ekonomi yang dibangun melalui pandangannya tersebut. Durkheim berusaha untuk melihat munculnya industry kapitalis melalui jaringan sosial konkrit yang memberikan peningkatan pada pembagian kerja. Menurutnya jaringan sosial memberikan individu peran dan jalan untuk diikuti didalam kehidupan ekonomi. Didalam pandangan Durkheim perilaku ekonomi dibentuk oleh peran sosial dan didalam masyarakat modern, peran ditentukan melalui okupasi. Changes in Networks and Roles Pertanyaan utama Durkheim didalam The Division of Labor ialah perubahan, Durkheim tertarik kepada struktur sosial awal dari solideritas mekanik yang digantikan oleh struktur yang lebih kompleks, yaitu solideritas organik. Sejak masa Durkheim, sosiolog telah berfokus kepada beberapa peran dan posisi jaringan. Viviana Zelizer (1987) melihat bagaimana beberapa peran berubah, memperlihatkan bahwa jaringan sosial kapitalisme mengubah peran anak-anak dan perilaku mereka. Bagaimana tenaga kerja anak di jual dan dibeli sama seperti tenaga kerja dewasa. Pada tahun 1870-1930, norma baru mengenai peran anak didalam kapitalisme di institusionalisasikan. Tenaga kerja itu sendiri berargumen bahwa anak-anak lebih baik sekolah untuk mempersiapkan mereka. Pergerakan sosial inilah yang memunculkan rasionalisasi baru bahwa anak-anak seharusnya mengikuti pendidikan, bukan menjadi tenaga kerja. Sama seperti Kiser dan Schneider, Julia Adams tertarik kepada masalah keagenan dan pengumpulan pendapatan antara negara-negara Eropa awal. Ia berargumen bahwa individu biasanya berusaha untuk berkonformitas dengan norma ekonomi. Struktur dari jaringan sosial dan efisiensi lah yang mengikat individu kedalam masyarakat, yang merupakan kunci untuk mengetahui apakah agen akan mengikuti aturan yang ada. Networks and Economic Development Marx dan Lenin ([1916]1971) mengerti bahwa posisi network dapat membentuk sebuah peran-peran dalam negara yang berbeda ditatanan internasional. Immanuel Wallerstein (1976,1980) menyarankan bahwa perkembangan akan mengikuti pola yang berbeda dari perkembangan di awal dan sebagian karena mereka akan tertarik ke negaranegara yang berkembang lebih awal daripada yang berada dirumah.Didalam model Wallerstein,negara-negara utama yang membeli bahan baku dan pertanian dari negara-negara pinggiran dengan harga yang murah.Kekuasaan yang membuat negara-negara pinggiran berada diposisi subordinat dimana terdapat kapasitas negara utama yakni ‘untuk membuat teknologi,perang dan kontrol’.Didalam karya Paul Baran juga terdapat pendapat bahwa perbedaan suatu lokasi negara dalam jaringan perdagangan global akan membentuk pola pembangunan dan kekuasaan yang merupakan factor kunci dimana negara-negara maju di ijinkan untuk mengambil nilai dari negara-negara yang terbelakang (Baran 1957;Baran dan Sweezy 1966). Cardoso and Faletto’s (1979) Dependency and Development in Latin America mengambil masalah ketergantungan ekonomi negara-negara terbelakang di negara-negara maju.Baran(1957) berargumen bahwa pembangunan akan tertunda dinegara-negara terbelakang karena realitasnya negara-negara maju mengambil nilai mereka dengan membayar mereka sedikit untuk produk pertanian,kayu,minyak dan mineral. Cardoso dan Faletto (1979) menyempurnakan ide tersebut,mereka berargumen bahwa karakteristik kelas dari negara-negara berkembang membentuk hubungan dari ketergantungan akan negaranegara inti menjadi sebuah industry.Cardoso dan Faletto mendeskripsikan pola yang berbeda dalam pendirian kelas local dalam ekonomi internasional yang sesuai dengan fase khas dalam evolusi ketergantungan.Pada awalnya kelompok komersial yang terlibat dalam transfer bahan baku.Lalu,kelas menengah diperkotaan dan kaum borjuis industrial ikut bermain sebagai negara mulai memperdagangkan barang manufaktur.Ketika suatu negara mulai mengganti produk local untuk impor,kelompok social yang terlibat dalam manufaktur tersebut menjadi lebih banyak.Pada tahapannya,kolaborasi elit local membantu membentuk hubungan yang bergantungan dengan negara utama.Dengan pola pembangunan melalui jaringan internasional lintas kelas seperti pertambangan dan penebangan kayu. Sedangkan Cardoso dan Faletto (1979) menemukan jaringan antar negara yang membentuk bagaimana industry ekspor akan terstruktur di negara berkembang,(1983) analisis sistematis Gary Gereffi menunjukkan pola yang sama berdasarkan pada kekuatan multinasional.Perusahaan multinasional yang kuat memproduksi steroid menekan perkembangan pesaing dalam negeri yang dimiliki dalam semua peraturan-multinasional mengalahkan semua jenis kekuatan konfigurasi dalam negeri ini.Hal ini adalah bentuk kekuatan pasar mereka dan kesediaan mereka untuk melanggar aturan, bukan efisiensi mereka, yang menjaga perusahaan multinasional yang bertanggung jawab atas industri ini. Gereffi dan rekan (Gereffi dan Korzeniewicz 1994) telah memfokuskan studi banding pembangunan, Mereka melacak barang dari ekstraksi bahan baku kepada konsumen. Studi kasus dari industri yang berbeda mengungkapkan bahwa perusahaan-perusahaan transnasional menggunakan industri pertambangan yang tidak diatur dalam satu lokasi, upah rendah di negara lain, dan teknik manufaktur maju dalam ketiga. Peter Evans menemukan kesalahan dalam kebijakan negara Brazil,Korea dan India dalam menghasilkan perkembangan yakni : pertama bahwa hamper semua kasus yang berhasil dalam pembangunan,negara mengambil peran aktif dalam mempromosikan industry.Kedua negara perlu otonomi untuk mengembangkan strategi pertumbuhan yang sukses.Ketiga,negara harus tertanam dalam jaringan social untuk mendapatkan informasi mengenai industry dan yang dapat mempengaruhi industry. Sebuah perbandingan dari industri teknologi informasi di Brazil, Korea, dan India memberikan bukti. Untuk keberhasilan pengembangan, aturan birokrasi harus mengandung kekuatan kelompok masyarakat atas negara, tetapi negara harus berperan aktif dalam pembangunan, dan untuk melakukannya secara efektif, elit negara harus terlibat dalam jaringan pengusaha dan pemodal. Roles and Institutions in the Transition to Capitalism(Peran dan Lembaga dalam Transisi ke Kapitalisme) Transisi ke kapitalisme telah memberikan semacam laboratorium alam untuk menganalisis perubahan yang cepat dalam ekonomi praktek-praktek di Eropa Timur, di bekas Uni Soviet, dan di Cina. Dalam jangka pendek, rencana untuk transisi melalui "shock therapy" sketsa oleh ekonom Jeffrey Sachs (1989) tampaknya telah gagal, dan ini membawa kepentingan yang lebih besar dalam analisis sosiologis transisi. Pengikut "shock therapy" percaya bahwa dengan menghancurkan bentuk-bentuk ekonomi sosialis, seperti kepemilikan kolektif, mereka akan melepaskan kekuatan pasar. tidak ada satu sistem tertentu mengisi kekosongan-tidak bergaya Amerika neoliberalisme, tetapi tentu tidak gaya Jepang negara industri kolaborasi baik.Seperti prediksi Weber,lembaga tidak berubah dengan mudah dan seperti yang Durkheim sarankan,peran social dan jaringan social sering menjelaskan system yang melakukan perubahan. Iván Szelényi (1983) mendokumentasikan munculnya proto-kapitalis perusahaan bahkan sebelum sosialisme jatuh, tiba-tiba, di Eropa Timur pada tahun 1989. Konrad dan Szelényi (1979) menunjukkan bahwa intelektual yang menjadi kelas penguasa di bawah sosialisme modern. Namun pada akhir 1980-an, (1988) menemukan bahwa elit borjuis baru naik di Hungaria, bertentangan dengan semua harapan. Itu adalah elit pertanian, memproduksi barang pertanian untuk dijual di pasar swasta. Szelényi menemukan bahwa peserta yang biasanya berasal dari keluarga yang telah kewirausahaan bahkan sebelum munculnya komunisme di Hungaria. Sekitar 40 tahun kemudian, kecenderungan kewirausahaan selamat dalam keluarga, dan beberapa dikembangkan aktif dan cukup sukses bisnis menargetkan permintaan yang belum terpenuhi untuk barang-barang pertanian secara pribadi, pasar yang tidak diatur. Szelényi berpendapat bahwa kontinuitas dalam peran keluarga menjelaskan hal ini. Di Hungaria, mereka yang keluarganya berada di jalan menuju embourgeoisement menempatkan ambisi mereka ditahan tetapi dihidupkan kembali mereka ambisi sebagai ekonomi, swasta sekunder muncul yang memungkinkan mereka untuk berperilaku sebagai pengusaha. Peran dalam jaringan lama terbukti menjadi karakteristik mendefinisikan peran dalam baru. Laboratorium David Stark adalah Eropa Timur setelah jatuhnya komunisme, dan di sana ia menemukan bahwa masyarakat dengan jaringan sosial yang kuat yang mendorong partisipasi politik memiliki potensi terbesar untuk pertumbuhan (Stark 1992a, 1992b, Stark dan Bruszt 1998). Studi Stark menantang gagasan seseorang dapat menggunakan resep tunggal untuk menciptakan sistem kapitalis yang identik di mana-mana. Victor Nee (1989, 1991, 1992, 1996) mempelajari cara-cara di mana lembagalembaga kebijakan telah membentuk kepentingan elit dalam transisi Cina untuk kapitalisme dan diimplikasikan untuk transisi. . Cerita implisit adalah bahwa praktek ekonomi dan struktur bertahan karena mereka menghasilkan semacam keseimbangan kepentingan, tetapi perubahan kebijakan dapat mengubah minat dan pola ekonomi. Ketika kebijakan publik mendorong wirausaha, pejabat pemerintah yang pertama kali keluar dari pintu gerbang karena mereka memiliki pengetahuan yang diperlukan dan akses ke sumber daya (Nee 1991). Namun ketika negara kader hak istimewa yang digunakan untuk membangun posisi perusahaan, mereka menciptakan krisis legitimasi dalam sosialisme partai yang lebih mempercepat bergerak ke arah kapitalisme (Nee 1996). Dalam "Dinamika Organisasi Transisi Pasar," menunjukkan Nee (1992) bahwa transformasi China tidak menelurkan sebuah bentuk perusahaan tunggal, karena kebijakan publik terus mendukung bentuk hybrid seperti koperasi dan usaha yang dimiliki oleh pemerintah daerah. Analisis Nee menunjukkan pentingnya jangka panjang jaringan sosial untuk transisi ke kapitalisme. Douglas Guthrie Dragon(1999)dalam Three-Piece Suit : Dua hal materi. Jaringan materi, dan khususnya link ke ide-ide Barat, melalui pelatihan manajer atau melalui kontrak kerjasama dengan perusahaan-perusahaan Barat. Dan masukkan-perusahaannya yang telah menerima subsidi publik yang signifikan dalam perubahan masa lalu dengan cepat setelah terputus dari dana publik.Guthrie menemukan bahwa teori institusional, dengan penekanan pada krisis mempercepat perubahan dan penekanannya pada penyebaran strategi baru melalui jaringan, baik menjelaskan strategi perusahaan baru di China daripada teori efisiensi. Conclusion Sejak renaisans yang dimulai pada akhir 1970-an, bidang sosiologi ekonomi telah menyelidiki bagaimana tiga mekanisme menghasilkan pola perilaku ekonomi dalam masyarakat modern. Pertama, dalam mempelajari listrik, Marx (1974) telah menemukan bahwa kaum borjuis muncul di bawah feodalisme akhir menggunakan sumber daya ekonomi baru mereka untuk memindahkan kebijakan publik ke arah mereka, sehingga kebijakan yang disukai kegiatan kapitalis. Negara modern mengaku netralitas dalam hal ekonomi. William Roy (1997) menunjukkan bahwa aturan-aturan hukum yang dibuat korporasi struktur pemerintahan yang paling menguntungkan yang didukung oleh kelompok tertentu dari kapitalis, yang berhasil meyakinkan masyarakat luas bahwa perseroan terbatas dan bentuk hukum keluarga yang baik tidak hanya untuk pemilik perusahaan tetapi juga bagi masyarakat. Kedua, lembaga-lembaga ekonomi yang ada dan kebiasaan membentuk lembagalembaga baru.Hal ini terjadi sebagian karena lembaga yang ada menyediakan model tentang bagaimana dunia harus diatur dan sumber daya untuk mengatur bidang kegiatan baru dalam cara yang lapangan-lapangan tua yang terorganisir. Studi sejarah menemukan perubahan dramatis dalam perilaku ekonomi dan institusi dari waktu ke waktu, tetapi mereka juga menemukan bahwa negara-negara membangun pengalaman masa lalu. Hamilton dan Biggart (1988) Ketiga, jaringan adalah saluran melalui mana kebiasaan ekonomi baru menyebarkan sebagai resep peran dan melalui mana kekuasaan dijalankan. Jaringan sosial mengambil bentuk yang sangat berbeda, dan jaringan konkrit menentukan apa yang mungkin dalam kehidupan ekonomi dan apa yang tidak. Gao (2001), hubungan dekat antara pejabat negara dan perusahaan-perusahaan di Jepang, dan tidak adanya kontrol yang dihasilkan resmi atas aktivitas perusahaan, memainkan peran dalam keruntuhan ekonomi tahun 1990-an. Jaringan juga mendefinisikan peran sosial bagi anggotanya, dan banyak studi telah menunjukkan bahwa individu mengikuti norma-norma sosial yang dipromosikan oleh jaringan tanpa berpikir dalam kehidupan ekonomi daripada membuat perhitungan rasional di perempatan setiap. Sosiolog ekonomi belum menantang gagasan bahwa orang mencari keuntungan atau gagasan bahwa lembaga-lembaga ekonomi telah menjadi lebih efisien dari waktu ke waktu. Sebagai kelompok, mereka telah menantang gagasan bahwa mencari keuntungan menerjemahkan transparan dan lugas dalam resep perilaku. Jika Anda tinggal di masyarakat pengaruh bagaimana Anda mencari keuntungan, kemudian memahami bagaimana ia melakukannya adalah tugas sosiologi ekonomi. Sosiolog ekonomi dapat menekankan satu proses atau yang lain ketika mereka mencoba untuk menjelaskan perilaku ekonomi, tetapi semakin mereka menemukan ketiga proses di tempat kerja (Fligstein 2001). Pada abad kedua puluh satu, sosiolog ekonomi akan meningkatkan perhatian mereka bagaimana tumbuh pertukaran internasional yang membentuk pola perilaku ekonomi domestik dan lembaga. Fokus empiris mereka akan tentang bagaimana praktek-praktek ekonomi baru bepergian dari satu tempat ke tempat lain. Fokus teoritis mereka akan tentang bagaimana tiga mekanisme berinteraksi untuk menghasilkan praktik dan pranata ekonomi. Sedangkan teori ekonomi sering khawatir diri dengan mana ekonomi yang terjadi-dengan perubahan apa yang akan muncul-ekonomi sosiolog telah peduli dengan bagaimana perekonomian sampai di sana-dengan bagaimana perubahan itu muncul. Untuk sosiolog ekonomi, memahami bagaimana perubahan terjadi adalah kunci untuk memahami perubahan yang terjadi.