BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Model Pembelajaran Value

advertisement
Dicetak pada tanggal 2017-07-19
Id Doc: 58d4c1bb81944d347e671510
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Model Pembelajaran Value Clarification Technique
2.1.1 Pengetrtian Value Clarification Technique
Menurut Taniredja (2014:87) Value clarification technique merupakan
teknik pengajaran untuk membantu siswa dalam mencari dan menentukan suatu
nilai yang dianggap baik dalam menghadapi suatu persoalan melalui proses dan
menganalisis nilai yang sudah ada dan tertanam dalam diri siswa.
Karakteristik Value clarification technique sebagai suatu model dalam
strategi pembelajaran sikap adalah proses penanaman nilai yang dilakukan
melalui proses analisis nilai yang sudah ada sebelumnya dalam diri siswa
kemudian menyelaraskannya dengan nilai-nilai baru yang hendak ditanamkan.
2.1.2
Tujuan
Menggunakan
Value
clarification
technique
dalam
Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
Ada beberapa langkah-langkah value clarification technique menurut
Taniredja(2014: 88) yaitu sebagai berikut:
1.
Mengetahui dan mengukur tingkat kesadaran siswa tentang suatu nilai,
sehingga dapat dijadikan sebagai dasar pijak menentukan target nilai yang
akan dicapai.
2. Menanamkan kesadaran siswa tentang nilai-nilai yang dimiliki baik
tingkat maupun sifat yang positif maupun yang negatif untuk selanjutnya
ditanamkan peningkatan dan pencapaian target nilai.
Dicetak pada tanggal 2017-07-19
Id Doc: 58d4c1bb81944d347e671510
9
3. Menanamkan nilai-ilai tertentu kepada siswa melalui cara yang rasional
(logis) dan diterima siswa, sehingga pada akhirnya nilai tersebut akan
menjadi milik siswa sebagai proses kesadaran moral bukan kewajiban
moral.
4. Melatih siswa dalam menerima-menilai dirinya dan posisi orang lain,
menerima serta mengambil keputusan terhadap sesuatu persoalan yang
berhubungan dengan pergaulan dan kehidupan suhari-hari.
2.1.3 Prinsip-prinsip Value Clarification Technique
Menurut Taniredja (2014:89) ada beberapa prinsip-prinsip value
clarification technique yaitu:
1. Menanamkan nilai dan pengubahan sikap dipengaruhi banyak faktor
antara lain potensi diri: kepekaan emosi, intelektual dan faktor lingkungan;
norma nilai masyarakat, sistem dan pendidikan dan lingkungan keluarga
dan lingkungan bermain.
2. Sikap dan perubahan sikap dipengaruhi oleh stimulus yang diterima oleh
siswa dan kekuatan nialau yang telah tertanam atau dimiliki pada diri
siswa.
3. Nilai moral dan norma dipengaruhi oleh faktpr perkembangan, sehingga
guru harus mempertibangkan tingkat perkembangan moral (moral
development) dari sikap siswa. Tingkat perkembangan moral untuk siswa
dipengaruhi oleh usia dan pengaruh lingkungan terutama lingkungan
sosial.
Dicetak pada tanggal 2017-07-19
Id Doc: 58d4c1bb81944d347e671510
10
4. Pengubahan sikap dan nilai memerlukan keterampilan mengklarifikasi
nila/ sikap secara rasional, sehingga dalam diri siswa muncul kesadaran
diri bukan karena rasa kewajiban bersikap tertentu atau berbuat tertentu.
5. Pengubahan nilai memerlukan keterbukaan karena itu Pembelajaran
Kewarganegaraan melalui value clarification technique menuntuk
keterbukaan antara guru dengan siswa.
2.1.4 Langkah-langkah Pembelajaran Value Clarification Technique
Menurut jarolimek (2014: 89) ada 7 tahap yang dibagi dalam 3 tingkat
yaitu:
Tingkat 1. Kebebasan Memilih
pada tingkat kebebasan memilih ini terdapat 3 tahap yaitu sebagai berikut:
a. Memilih secara bebas, artinya kesempatan untuk menentukan pilihan yang
menurutnya baik. nilai yang dipaksakan tidak akan menjadi miliknya
secara penuh
b. Memilih dari beberapa alternatif artinya menentukan pilihannya dari
beberapa alternatif pilihan secara bebas.
c. Memilih setelah melakukan analisis pertimbangan komsekuensi yang akan
timbul sebagai akibat atas pilihannya itu.
Tingkat 2. Menghargai
Pada tingkat ini terdiri atas 2 tahap pembelajaran yaitu sebagai berikut:
a. Adanya perasaan senang dan bangga dengan nilai yang menjadi
pilihannya, sehingga nilai tersebut akan menjadi integral pada dirinya.
Dicetak pada tanggal 2017-07-19
Id Doc: 58d4c1bb81944d347e671510
11
b. Menegaskan nilai yang sudah menjadi bagian integral dalam dirinya
didepan umum, yaitu menganggap bahwa nilai itu sebagai pilihannya
sehingga harus berani dengan penuh kesadaran untuk mrnunjukkan
didepan orang lain.
Tingkat 3. Berbuat
Pada tingkat ini terdiri atas 2 tahap pembelajaran yaitu sebagai berikut:
a. Adanya kemauan dan kemampuan untuk mencoba melaksanakannya.
b. Mau mengulangi prilaku sesuai dengan nilai pilihannya, yaitu nilai yang
menjadi pilihan itu harus tercermin dalm kehidupan sehari-hari.
2.1.5 Beberapa bentuk Value Clarification Technique
Menurut Djahiri (1985:90) ada beberapa bentuk
value clarification
technique, yaitu sebagai berikut:
1. Value clarification technique dengan menganalisa suatu kasus yang
kontroversial, suatu cerita yang dilematis, mengomentari kliping, membuat
laporan dan kemudian dianalisis bersama.
2. Value clarification technique dengan menggunakan matrik. Jenis Value
clarification technique ini meliputi; daftar baik-buruk kontinum, daftar
penilaian diri sendiri, daftar membaca perkiraan orang lain tentamg diri
kita, dan perisa.
3. Value clarification technique dengan menggunakan kartu keyakinan, kartu
sederhana ini berisikan; pokok masalah, dari pemikiran positif negatif dan
Dicetak pada tanggal 2017-07-19
Id Doc: 58d4c1bb81944d347e671510
12
pemecahan pendapat siswa yang kemudian diolah dengan analisa yang
melibatkan sikap siswa terhadap masalah tersebut.
4. Value clarification technique melaui teknik wawancara; cara ini melatih
keberanian siswa dan mampu mengklarifikasi pandangannya kepada
lawan bicara dan menilai secara baik, jelas dan sistematis.
5. Value clarification technique dengan teknik inkuiri nilai dengan
pertanyaan yang acak random, dengan cara ini siswa berlatih berfikir
kritis, analitis, rasa ingin tahu dan sekaligus mampu merumuskan
hoipotesa/ asumsi, yang berusaha mengungkapkan suatu nilai atau sistem
nilai yang ada atau diantut, atau yang menyimpang.
2.1.6 Kebaikan-kebaikan Value Clarification Technique
Menurut Taniredja (2011:91), bahwa
clarification
technique
mengungkapkan
isi
yaitu
pesan
mampu
materi
yang
salah satu keunggulan value
mengklarifikasi/menggali
disampaikan
selanjutnya
dan
akan
memudahkan bagi guru untuk menyampaikan makna/pesan nilai/moral.
Menurut Djahiri (1985:91) value clarification technique memiliki
keunggulan untuk pembelajaran afektif karena:
1. Mampu membina dan menanamkan nilai dan moral pada ranah internal
side.
2. Mampu mengklarifikasi/ menggalidan mengungkapkan isi pesan materi
yang disampaikan selanjutnya akan memudahkan bagi guru untuk
menyampaikana makna/ pesan nilai/ moral.
Dicetak pada tanggal 2017-07-19
Id Doc: 58d4c1bb81944d347e671510
13
3. Mampu mengklarifikasi dan menilai kualitas nilai moral diri siswa,
melihat nilai yang ada pada orang lain dan memahami nilai moral yang
ada dalam kehidupan nyata.
4. Mampu mengundang, melibatkan, membina dan mengembangakan potensi
diri siswa terutama mengembangkan potensi sikap.
5. Mampu memberikan sejumlah pengamlaman belajar dan berbagai
kehidupan.
6. Mampu menangkal, meniadakan mengintervensi dan memadukan bebagai
nilai moral dalam sistem nilai dan moral yang ada dalam diri seseorang.
7. Memberi gambaran nilai moral yang patut diterima dan menuntun serta
memotivasi untuk hidup layak dan bermoral tinggi.
2.1.7 Kelemahan-kelemahan Value Clarification Technique
Adapun kelemahan-kelemahan model pembelajaran value clarification
technique menurut Efi miftah Faridli, M. Pd.(2014:92) sebagai berikut:
1. Apabila guru tidak memiliki kemampuan melibatkan peserta didik dengan
keterbukaan, saling pengertian dan penuh kehangatan maka siswa akan
memunculkan sikap semu atau imitasi/ palsu. Siswa akan bersikap menjadi
siswa yang sangat baik dan ideal patuh dan penurut namun hanya
bertujuan untuk menyenangkan guru dan memperoleh nilai yang baik.
2. Sistem nilai yang dimiliki dan tertanam guru, peserta didik dan masyarakat
yanag kurang atau tidak baku dapat mengganggu tercapainya target nilai
baku yang ingin dicapai/ nilai etik.
Dicetak pada tanggal 2017-07-19
Id Doc: 58d4c1bb81944d347e671510
14
3. Sangat dipengaruhi oleh kemampuan/ keterampilan bertanya tingkat tinggi
yang mampu mengunggkap dan menggali nilai yang ada dalam diri peserta
didik.
4. Memerlukan kreatifitas guru dalam menggunakan media yang tersedia
dilingkungan yang pertama yang aktual dan faktual sehingga sehingga
dekat dengan kehidupan sehari-hari siswa.
2.1.8 Cara Mengatasi Kelemahan Value Clarification Technique
Cara mengatasi kelemahan pada model pembelajaran value clarification
technique (2014: 92) sebagai berikut:
1. Guru berlatih dan memiliki keterampilan mengajar sesuai dengan standar
kompetensi guru pengalaman guru yang berulang kali menggunakan value
clarification technique akan memberikan pengalaman yang sangat
berharga karena memunculkan model-model value clarification technique
yang merupakan modifikasi sesuai dengan kemampuan dan kreatifitas
guru.
2. Damalam setiap pembelajaran menggunakan tematik atau pendekatan
kontekstual, anatara lain dengan mengambil topik yang sedang terjadi dan
ada disekitar peserta didik, menyesuaikan dengan hari besar nasional, atau
mengaitkan dengan program yang sedang dilaksanakan pemerintah.
2.2
Rasa Ingin Tahu
2.2.1
Pengertian Rasa Ingin Tahu
Sulistyawati (2012 : 74) berpendapat ingin tahu adalah sikap dan tindakan
yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari apa yang
Dicetak pada tanggal 2017-07-19
Id Doc: 58d4c1bb81944d347e671510
15
dipelajarinya, dilihat, dan didengar. Indikator kelas; 1) menciptakan suasana kelas
yang mengundang rasa ingin tahu, 2) ekplorasi lingkungan secara terprogam, 3)
tersedia media komunikasi atau informasi (media cetak atau elektronik).
Nasoetion (dalam permata, 2010:3)
berpendapat rasa ingin tahu adalah
suatu dorongan atau hasrat untuk lebih mengerti suatu hal yang sebelumnya
kurang atau tidak kita ketahui. Rasa ingin tahu biasanya berkembang apabila
melihat keadaan diri sendiri atau keadaan sekeliling yang menarik. Dari
pengertian ini, berarti untuk memiliki rasa ingin tahu yang besar, syaratnya
seseorang harus tertarik pada suatu hal yang belum diketahui. Keterkaitan itu
ditandai dengan adanya proses yang berpikir akti, yakni digunakannya semua
panca indera yang kita miliki secara maksimal. Pengaktifan bisa diawali dengan
pengamatan melalui mata atau mendengar informasi dari orang lain. Saat
mendapatkan data dari berbagai sumber, maka kaitkan data tersebut satu sama lain
sehingga menimbulkan suatu fenomena , yakni sembarang objek yang memiliki
karakteristik yang dapat diamati.
2.2.2
Pendidikan Rasa Ingin Tahu
Mustari (2011 : 103) berpendapat bahwa kurioritas (rasa ingin tahu) adalah
emosi
yang
dihubungkan
dengan
perilaku
mengorek
secara
alamiah
seperti eksplorasi, investigasi, dan belajar. Rasa ingin tahu terdapat pada
pengalaman manusia dan binatang, Istilah itu juga dapat digunakan untuk
menunjukkan perilaku itu sendiri yang disebabkan oleh emosi ingin tahu, karena
emosi ini mewakili kehendak untuk mengetahui hal-hal baru, rasa ingin tahu bisa
diibaratkan bensin” atau kendaraan
dilakukan oleh manusia.
ilmu dan disiplin lain dalam studi yang
Dicetak pada tanggal 2017-07-19
Id Doc: 58d4c1bb81944d347e671510
16
Rasa ingin tahu yang kuat merupakan motivasi kaum ilmuwan. Sifatnya
yang bersifat heran dan kagum, rasa ingin tahu telah membuat manusia ingin
menjadi ahli dalam suatu bidang pengetahuan. Manusia itu seringkali bersifat
ingin tahu, namun tetap saja ada yang terlewati dari perhatian mereka. Rasa
ingin
tahu
dapat digabungkan dengan kemampuan untuk berpikir abstrak,
membawa pada peniruan, fantasi dan imajinasi yang akhirnya membawa pada
cara manusia berpikir yaitu abstrak, sadar diri atau secara sadar.
Rasa ingin tahu ini membuat bekerjanya kedua jenis otak, yaitu otak kiri
dan otak kanan, yang satu adalah kemampuan untuk memahami dan
mengantisipasi informasi, sedang yang lain adalah menguatkannya dan
mengencangkan memori jangka panjang untuk informasi baru yang mengejutkan.
Dari pengertian di atas peneliti berpendapat bahwa rasa ingin tahu adalah
sebuah sikap yang dimiliki oleh setiap individu untuk mempelajari sesuatu hal
yang belum mereka ketahui untuk dipelajari lebih dalam, agar nantinya dapat
bermanfaat bagi dirinya sendiri, orang lain atau lingkungan sekitar.
2.3 Pembelajaran IPS
2.3.1 Pengertian IPS
Menurut Isjoni (2007: 21) mengemukakan bahwa pengertian Ilmu
Pendidikan Sosial (IPS) , Sebagai Berikut :
Ilmu Pengetahuan sosial (IPS) ialah suatu program pendidikan yang
merupakan suatu keseluruhan yang pada pokoknya mempersoalkan
manusia dalam lingkungan fisik maupun dalam lingkungan sosialnya.
Seeperti yang diketahui IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang
dikenalkan pada jenjang Sekolah Dasar (SD) pembelajaran IPS mampu
membangun dan menggali pemahaman siswa pada materi yang diajarkan,
Pendidikan IPS dapat diartikan sebagai pendidikan memperkenalkan
konsep, generalisasi, teori, cara berpikir, dan cara berkerja disiplin ilmuilmu sosial.
Dicetak pada tanggal 2017-07-19
Id Doc: 58d4c1bb81944d347e671510
17
Bahan ajaranya diambil dari berbagai ilmu sosial seperti, geografi, sejarah,
ekonomi, sosiologi, antropologi, dan tata negara. Sedangkan menurut Hasan
(dalam Isjoni,2007:22) menjelaskan pengertian Ilmu Pendidikan Sosial (IPS)
diantaranya sebagai berikut “Pendidikan IPS dapat diartikan sebagai pendidikan
memperkenalkan konsep, generalisasi, teori, cara berpikir, dan cara berkerja
disiplin ilmu-ilmu sosial”.
Sementara itu, Sapriya (2009:11) menjelaskan pengertian Ilmu Pendidikan
Sosial (IPS) yaitu sebagai berikut:
Pendidikan IPS adalah penyerdehanaan atau adaptasi dari disiplin ilmuilmu sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang
diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan pedagogis/psikologis untuk
tujuan pendidikan dan IPS merupakan ilmu pengetahuan yang memadukan
sejumlah konsep pilihan dari cabang-cabang ilmu sosial dan ilmu lainnya
kemudian diolah berdasarkan prinsip pendidikan dan dijadikan program
pengajaran pada tingkat persekolahan.
Sedangkan Menurut Gunawan (2011:17) menjelaskan pengertian Ilmu
Pendidikan Sosial (IPS) yaitu sebagai berikut:
“IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan di SD yang
mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konep, dan generalisasi yang berkaitan
dengan isu sosial, Ilmu pengetahuan sosial sebagai mata pelajaran tidak semata
membekali ilmu saja lebih dari itu membekali juga sikap atau nilai dan
keterampilan dalam hidup bermasyarakat dan bangsanya dengan berbagai
karakteristiknya. Dengan demikian, IPS sebagai suatu mata pelajaran di SD
bertolak dari kondisi nyata di masyarakat dengan tujuan untuk memanusiakan
manusia (siswa) melalui hubungan seluruh aspek manusia agar mereka tidak
merasa asing dilingkungan masyarakatnya sendiri. ”.
Dicetak pada tanggal 2017-07-19
Id Doc: 58d4c1bb81944d347e671510
18
Dapat disimpulkan bahwa pendidikan IPS adalah penyederhanaan atau
adaptasi dari disiplin ilmu-ilmu, serta memperkenalkan konsep, generalisasi, teori,
cara berpikir, dan cara bekerja disiplin ilmu-ilmu sosial. IPS di sekolah
merupakan mata pelajaran atau bidang kajian yang menduduki konsep dasar
berbagai ilmu sosial yang disusun melalui pendekatan pendidikan dan
pertimbanagan psikologi dengan tujuan agar mata pelajaran ini lebih bermakna
bagi peserta didik sehingga pengorgamisasian materi/bahan pelajaran disesuaikan
dengan lingkungan, karakteristik, dan keutuhan peserta didik.
2.3.2 Pembelajaran IPS di SD
Pada jenjang SD/MI mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) memuat
materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS,
peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang
demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai. Di masa
yang akan datang peserta didik akan menghadapi tantangan berat karena
kehidupan masyarakat global selalu mengalami perubahan setiap saat. Oleh
karena itu mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan,
pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam
memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis.
Menurut Gunawan(2011:39) menjelaskan Ilmu pendidikan Sosial (IPS)
sebagai berikut :
Dicetak pada tanggal 2017-07-19
Id Doc: 58d4c1bb81944d347e671510
19
“IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan di SD yang mengkaji
seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu
sosial”. Ilmu pengetahuan sosial sebagai mata pelajaran tidak semata membekali
ilmu saja lebih dari itu membekali juga sikap atau nilai dan keterampilan dalam
hidup masyarakat dan bangsanya dengan berbagai karakteristiknya. Dengan
demikian, IPS sebagai suatu mata pelajaran di SD bertolak dari kondisi nyata di
masyarakat dengan tujuan untuk memanusiakan manusia (siswa) melalui
hubungan seluruh aspek manusia agar mereka tidak merasa asing dilingkungan
masyarakatnya sendiri. Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis,
komprehensif, dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan
keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat. Dengan pendekatan tersebut
diharapkan peserta didik akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan
mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan.
2.3.3 Karakteristik Pendidikan IPS
Menurut Sapriyana (2009:7), mengemukakan bahwa “Salah satu
karakteristik social studies adalah bersifat dinamis, artinya selalu berubah sesuai
dengan tingkat perkembangan masyarakat”. Perubahan dapat dalam aspek materi,
pendekatan, bahkan tujuan sesuai dengan tingkat perkembangan masyarakat.
Ada beberapa karakteristik pembelajaran IPS yang dikaji bersama ciri dan
sifat pembelajaran IPS menurut Djahiri (dalam Sapriya, 2007:19) sebagai berikut :
1. IPS berusaha mempertautkan teori ilmu dengan fakta atau sebaliknya
(menelaah fakta dari segi ilmu).
2. Penelaahan dan pembahasan IPS tidak hanya dari satu bidang disiplin ilmu saja
melainkan bersifat komrehensif (meluas) dari berbagai ilmu sosial dan lainnya
sehingga berbagai konsep ilmu secara terintegrasi terpadu digunakan untuk
menelaah satu masalah/tema/topik.
3. Mengutamakan peran aktif siswa melalui proses belajar inquiri agar siswa
mampu mengembangkan berpikir kritis, rasional dan analitis.
Dicetak pada tanggal 2017-07-19
Id Doc: 58d4c1bb81944d347e671510
20
4. Program pembelajaran disusun dengan meningkatkan atau menghubungkan
bahan- bahan dari berbagai disiplin ilmu sosial dan lainnya dengan kehidupan
nyata
di
masyarakat,
pengalaman,
permasalahan,
kebutuhan
dan
memproyeksikannya kepada kehidupan dimasa yang akan datang baik dari
lingkungan fisik maupun budayanya.
5. IPS dihadapkan pada konsep dan kehidupan sosial yang sangat labil (mudah
berubah) sehingga titik berat pembelajaran adalah proses internalisasi secara
mantap dan aktif pada diri siswa agar memiliki kebiasaan dan kemahiran untuk
menelaah permasalahan kehidupan nyata pada masyarakat.
6. IPS mengutamakan hal-hal arti dan penghayatan hubungan antar manusia yang
bersifat
manusiawi.
7. Pembelajaran IPS tidak hanya mengutamakan pengetahuan semata juga nilai
danketerampilannya.
8. Pembelajaran IPS berusaha untuk memuaskan setiap siswa yang berbeda
melalui program dalam arti memperhatikan minat siswa dan masalah-masalah
kemasyarakatan yang dekat dengan kehidupannya.
9. Dalam pengembangan program pembelajaran IPS senantiasa melaksanakan
prinsip-prinsip, karakteristik (sifat dasar) dan pendekatan-pendekatan yang
terjadi ciri IPS itu sendiri.
2.3.4 Tujuan Pembelajaran IPS
Menurut Gunawan (2011:37) mengemukakan bahwa pembelajaran IPS
bertujuan membentuk warga negara yang berkemampuan sosial dan yakin akan
Dicetak pada tanggal 2017-07-19
Id Doc: 58d4c1bb81944d347e671510
21
kehidupannya sendiri di tengah-tengah kekuatan fisik dan sosial, yang pada
gilirannya akan menjadi warga negara yang baik dan bertanggung jawab,
sedangkan ilmu sosial bertujuan menciptakan tenaga ahli dalam bidang ilmu
sosial.
Tujuan pengajaran IPS disekolah tidal lagi semata-mata untuk
memberikan pengetahuan dan menghapal sejumlah fakta dan informasi akan
tetapi lebih dari itu. Para siswa selain diharapkan memiliki pengetahuan mereka
juga dapat mengembangkan keterampilannya dalam berbagai segi kehidupan
dimulai dari keterampilan akademinya sampai pada keterampilan sosialnya
(Gunawan, 2011:21)
2.4 Penelitian Terdahulu yang Relevan
Penelitian yang relevan digunakan untuk mengetahui apakah model
pembelajaran Value Clarification Technique
dapat meningkatkan rasa
ingin tahu siswa di kelas IV SDN N o 11 3/ II R a nt au Ke l o ya n g .
Hasil penelitian yang digunakan sebagai penguji model pembelajaran ini
adalah hasil penelitian dari Putri (2013) dan Harmianto (2015).
1. Penelitian oleh Fairizah Haris (2013), berjudul “Penerapan Model
Pembelajaran
Value
Clarification Technique
untuk
meningkatkan
kesadaran nilai pada siswa sekolah dasar ”Pada hasil penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa model pembelajaran Value Clarification Technique
ini dapat mengkaji kesadaran nilai menghargai Ilmu Pengetahuan Sosial (
IPS).
Dicetak pada tanggal 2017-07-19
Id Doc: 58d4c1bb81944d347e671510
22
2. Penelitian oleh Agustina Tri Wijayanti (2013), berjudul “ Implementasi
pendekatan Values Clarfication Technique pada
pembelajaran IPS
sekolah dasar”. Pada hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa melalui
pengembangan model pembelajaran Value Clarification Technique dapat
menanamkan nilai-nilai yang baik pada didri peserta didik
3. Penelitian oleh Ganes Gunansyah (2015), berjudul “Upaya menigkatkan
hasil pelajar IPS melalui penerapan model pembelajaran Value
Clarification Technique ”. Pada hasil penelitian ini dapat disimpulkan
model Value Clarification Technique dapat membina kesadaran siswa
mengenai nilai-nilai yang dimilikinya baik yang positif maupun yang
negatif.
2.5
Kerangka Berfikir
Memahami bagaimana membantu siswa dalam mencari dan menentukan suatu
nilai yang dianggap baik dalam menghadapi suatu persoalan melalui proses dan
menganalisis nilai yang sudah ada dan tertanam dalam diri siswa. Keberhasilan
pembelajaran dalam arti kecapaiannya tujuan pembelajaran sangat tergantung
pada kemampuan guru dalam mengolah pembelajaran. Pembelajaran yang baik
akan dapat menciptakan situasi yang sangat memungkinkan untuk menimbulkan
rasa ingin tahsiswa untuk belajar lebih giat karena belajar merupakan awal
keberhasilan pembelajaran. Oleh karena itu kemampuan guru untuk mampu untuk
mencapai keberhasiilan belajar siswa untuk lebih ingin tahu menentukan nilai
yang dianggap baik dan mampu meningkatkan hasil belajar siswa, salah satunya
yaitu dengan penerapan model Value Clarification Technique. Dimana value
Dicetak pada tanggal 2017-07-19
Id Doc: 58d4c1bb81944d347e671510
23
clarification technique merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang
mampu menentukan suatu nilai atau sikap yang baik untuk siswa.
SISWA
Rendahnya Aktifitas siswa dalam
Pembelajaran
Penerapan Model Pembelajaran
(VCT) Value Clarification
Technique
Peningkatan Rasa Ingintahu Siswa
dalam Pembelajaran IPS
Gambar 2.5.1 Kerangka Berfikir
2.6 Hipotesis Tindakan
Berdasarkan latar belakang serta tinjauan teoritis yang telah dipaparkan,
maka hipotesis dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
“Jika dengan menerapkan Model Value Clarification Technique Maka Dapat
Meningkatkan Rasa Ingin Tahu Siswa Pada Pembelajaran IPS Kelas IV SDN
113/II Rantau Keloyang”.
Download