MINGGU, 25 OKTOBER 2015 Mengenal Kanker Tulang KIBORDIS dari Camera Obscura, sebuah band indie asal Skotlandia, Carey Lander, baru saja tutup usia belum lama ini. Ia divonis menderita osteosarcoma pada tahun 2011, hingga ia meninggal pada usia 33 tahun. L ander menderita osteosarcoma pada kakinya, lokasi yang pada umumnya terjadi pada kanker tulang tersebut. Beberapa sumber mengatakan bahwa osteosarcoma merupakan penyakit langka. Sebenarnya, ini bukan penyakit langka. Yang langka adalah angka yang terjadi pada usia diatas 20 tahun, karena ini umumnya terjadi pada usia remaja, antara 10 - 20 tahun. Dan sekitar 2:1 terjadi lebih banyak pada pria dibandingkan wanita. Kanker tulang terjadi ketika sel-sel kanker tumbuh pada jaringan tulang, kemudian sel-sel tersebut membelah atau berkembang tidak teratur, membentuk massa. Yang mana sel-sel baru tersebut tidak dibutuhkan tubuh. Jika jaringan tersebut tidak menyebar, maka yang terjadi adalah tumor jinak. Namun jika ia menyebar dan cepat penyebarannya, maka ini merupakan kanker. Ada banyak jenis kanker tulang, yang dibagi menjadi primer dan sekunder. Primer jika yang terjadi hanya pada salah satu jaringan tulang atau terjadi pada tulang itu sendiri. Sedangkan sekunder terjadi karena metastasis atau telah menyebar ke bagian tubuh lain, atau terjadi karena penyebaran dari jaringan lain, misalnya kanker payudara, kanker tiroid, dan lain sebagainya. Nah, osteosarcoma merupakan jenis kanker tulang primer. “Osteosarcoma banyak terjadi pada kaki, yang dekat dengan sendi lutut, bisa pada paha atau betis yang dekat dengan lutut,” papar dr. Agus Priambodo, SpB, SpOT(K), ahli bedah orthopaedi RSUPdr Kariadi Semarang. Mengapa osteosarcoma terjadi pada usia remaja? Priambodo menjelaskan, ini karena tulang pada usia remaja masih dalam masa pertumbuhan, dan mereka masih aktif berkegiatan. Terutama pada daerah yang dekat dengan sendi lutut, ini karena aktif digunakan, dan dekat dengan lempeng pertumbuhan. Meskipun begitu, osteosarcoma bisa juga muncul pada lengan, dan bisa terjadi pada usia diatas atau dibawah usia remaja, seperti yang terjadi pada Carey Lander. Seperti kebanyakan penyakit kanker, belum ada penyebab yang pasti dalam osteosarcoma. Penyebabnya masih bersifat multifaktorial atau banyak kemungkinan. Bisa karena keturunan, atau kelainan protein (P53). “Meskipun bisa terjadi secara genetik, belum tentu juga jika ada riwayat penderita osteosarcoma dalam keluarga, pasti menurun ke anak atau cucunya. Hanya saja, yang memiliki faktor genetik, memiliki risiko lebih besar,” jelas Priambodo. Adapun beberapa faktor risiko lainnya, bisa dipicu dari penyakit paget atau masalah pada metabolisme tulang, cedera tulang, paparan radiasi, serta daya tahan tubuh rendah atau gizi buruk, yang juga bisa mempengaruhi faktor risiko tersebut. Gejala dan penanganannya Osteosarcoma memiliki gejala awal rasa nyeri pada bagian yang terkena, misalnya pada area lutut, terasa kaku dan sakit ketika digerakkan, lalu diikuti pembengkakan. Kemudian terjadi patah tulang, yang mana patah tulang tersebut terjadi secara patologis. Yakni sudah ada tumor pada tulang itu sendiri (bukan faktor eksternal seperti terjatuh atau kecelakaan). Tumor ganas, jika tidak segera ditangani, pasti menyebar kebagian tubuh lainnya. Dalam kasus osteosarcoma, penyebarannya yang paling sering terjadi adalah ke paru-paru. “Jika terasa nyeri pada tulang, apalagi sudah ada benjolan, segera periksakan diri,” imbuh Priambodo. Langkah awal yang bisa Anda lakukan adalah melakukan pemeriksaan x-ray atau rontgen. Untuk pemeriksaan yang lebih lanjut atau lebih jelas, bisa melalui MRI atau CT scan. Jika ditemukan kelainan, akan dilakukan pembedahan atau biopsi untuk mengidentifikasi jenisnya. Dan tindakan selanjutnya jika memang terjadi osteosarcoma, adalah melakukan terapi radiasi, atau kemoterapi. Amputasi dilakukan jika pasien datang dalam keadaan sudah terlambat. Priambodo menyarankan, jika terkena osteosarcoma, sebaiknya mendatangi tempat atau rumahsakit yang memiliki tenaga ahli lengkap. “Dengan tim medis yang lengkap, penangananya bisa lebih tuntas. Jadi bukan hanya dokter bedah tulang saja yang berperan, harus ada juga dokter bedah onkologi, hematologi-onkologi, radiologi dan patologi anatomi,” imbuhnya. Jika satu tim lengkap tersebut ada pada satu tempat, pasien akan mendapatkan pengobatan yang tentunya selain lebih baik, bisa lebih cepat pula penanganannya. Priambodo mengatakan, jangan takut untuk langsung berobat ke rumahsakit, karena jika pasien lebih dulu mendatangi tempat pijat atau urut karena masalah sakit atau nyeri pada tulang, bisa menyebabkan kerusakan bertambah parah. Jika penyakit ini didiagnosis lebih awal, tentu penanganannya lebih cepat, sehingga harapan hidupnya akan lebih lama. Selain itu, menurutnya dukungan secara psikis juga penting. Ketika seseorang divonis menderita penyakit ganas saja pasti sudah membuatnya stress. Jika stress dan menjadi down, daya tahan tubuh juga menjadi turun. Makanya, dukungan dari orang-orang terdekatnya sangat dibutuhkan. Seperti yang terjadi pada Carey Lander. Sejak ia divonis pada 2011, ia masih sempat berkarya bersama teman-teman band-nya, Camera Obscura. Seperti yang dilansir nme.com, Lander mengatakan, “Saya beruntung karena bisa menjalani kehidupan yang normal dalam empat tahun terakhir, dan terus bermusik bersama Camera Obscura, bisa merekam album yang sudah mulai kami garap sebelum saya didiagnosis, dan juga menjalani tour untuk konser-konser yang menakjubkan. Dan saya merasa bersyukur terhadap semua orang yang membeli album rekaman, datang ke konser, atau memberi supportdalam bentuk apapun,”. Dukungan yang dimaksud, termasuk teman-temannya yang berinisiatif menggalang dana untuk pengobatannya. (Mutiara Manggia- 11) Pengapuran Sendi Jadi Problem Masa Tua engapuran adalah ausnya sendi atau penuaan sendi dini. Pengapuran sendi yang secara medis disebut osteoarthritis (OA) adalah peradangan sendi yang bersifat kronis dan progresif ditandai dengan kerusakan tulang rawan sendi berupa disintegrasi (pecah) tulang rawan, perlunakan progresif permukaan sendi disertai, penipisan bantalan sendi, dan pertumbuhan tulang menyerupai duri (jalu/osteofit) di tepi sendi. Menurut dokter Andreas Vincent H Sp OT MKes, jaringan tulang rawan (kartilago hyalin) merupakan jaringan elastis dengan permukaan mulus, melapisi ujung tulang, menyebabkan tulang dapat saling bertemu (menjadi persendian) dan bergerak tanpa merasa sakit. “Ausnya sendi yang berat ditandai dengan hilangnya seluruh ketebalan lapisan tulang rawan dan bantalan sendi, menyebabkan rasa sakit pada sendi karena setiap kali bergerak tulang akan bertemu langsung dengan tulang tanpa bantalan, ibarat mobil berjalan dengan pelek tetapi tanpa ban. Selain terjadi kerusakan pada tulang rawan, terjadi pula kerusakan pada bantalan sendi dan seringkali juga disertai dengan berkurangnya oli/pelumas sendi,” urainya. Lebih lanjut, tulang di bawah tulang rawan akan mengalami kerusakan dan menyebabkan sendi atau lutut akan menjadi bengkok dan sering kali berbentuk seperti huruf “O” atau “X”. Usia lanjut umumnya lebih banyak mengalami kondisi pengapuran ini dibandingkan usia muda, tetapi usia muda dapat pula mengalami pengapuran umumnya bila ada kejadian/proses yang menimpa sendi sebelumnya, seperti kecelakaan, infeksi sendi, asam urat, patah tulang, dll. Sendi yang biasanya paling sering terkena adalah sendi yang sering digunakan sebagai penopang berat badan seperti sendi panggul, lutut, dan sendi tulang belakang. Tetapi dapat pula terjadi pada sendi-sendi lain seperti sendi jari dan pergelangan tangan. Jika tidak ditangani dengan benar, sakit akan bertambah berat sampai tidak bisa berjalan. Dokter Andreas mengatakan, terdapat beberapa gejala osteoarthritis antara P lain persendian terasa kaku dan nyeri persendian apabila digerakkan. Pada mulanya hanya terjadi pada pagi hari, tetapi apabila dibiarkan akan bertambah buruk dan menimbulkan rasa sakit setiap melakukan gerakan tertentu dan sepanjang hari, terutama pada waktu menopang berat badan. Selain itu adanya pembengkakan/peradangan pada persendian dan bunyi pada pergerakan sendi (crepitus). Dapat terjadi pula perubahan bentuk sendi akibat tipisnya jaringan tulang rawan dan pembengkokan tulang sekitar persendian yang menimbulkan rasa sakit semakin berat. Faktor risiko terjadinya osteoarthritis antara lain usia di atas 50 tahun, kegemukan (obesitas), riwayat trauma atau radang di persendian sebelumnya, adanya timbunan kristal pada cairan sendi, serta faktor lain seperti ras dan keturunan. Berenang dan Bersepeda Setiap orang suatu saat akan mengalami pengapuran atau ausnya sendi pada usia yang berbeda-beda. Tetapi tentunya kita tidak berharap pada masa tua atau pensiun harus mengalami nyeri sendi dan kesulitan untuk berjalan bukan? Apalagi harus selalu duduk di kursi roda dan berbaring hanya karena lutut aus dan tidak dapat menumpu berat badan. Pepatah mengatakan lebih baik mencegah daripada mengobati. Pencegahan dilakukan sejak usia muda, antara lain dengan cara menjaga berat badan, melakukan jenis olahraga yang tidak memberi beban berlebihan pada persendian atau hindari olahraga yang menyebabkan terjadinya perlukaan permukaan sendi. Aktivitas olahraga pun hendaknya disesuaikan dengan umur. Jangan melakukan olahraga berat pada usia lanjut. Contoh olahraga yang disarankan bila sudah mengalami pengapuran antara lain berenang dan bersepeda. Yang perlu diingat bahwa tidak melakukan aktivitas gerak sendi sama sekali juga tidak baik, karena juga menyebabkan tulang rawan menjadi kaku dan rusak, sehingga dianjurkan tetap melakukan olahraga dengan teratur dan sesuai dengan porsinya. Apabila telanjur terjadi pengapuran, penatalaksanaan pengapuran sendi dilakukan berdasarkan derajat keparahannya. (11) Hipnosis dan Hipnoterapi (2-Habis) aat orang tahu saya memiliki latar belakang ilmu Hipnoterapi, beragam pertanyaan mereka ajukan. ”Suami saya itu, kok merokok terus. Bisa tidak dihipnotis supaya tak suka rokok?” S Pertanyaan lain, ”Anak saya ini malas belajar tolong dihipnotis agar dia rajin belajar.” Atau ”Saya selalu lesu dan tidak semangat bekerja, tolong dihipnotis supaya berubah.” ”Bagaimana cara menghip- notis supaya semua orang mau beli barang jualan saya?” Ada sejumlah pertanyaan lain yang diajukan kepada saya. Pertanyaan tersebut wajar mengingat beberapa waktu lalu menjamur tayangan televisi yang menonjolkan kesan bahwa orang yang bisa melakukan hipnosis itu superior dan bisa menguasai orang lain. Fakta sesungguhnya adalah perubahan perilaku atau bebas dari hambatan emosi tertentu memang bisa dicapai melalui proses Hipnoterapi. Na- mun patut dicatat kunci keberhasilan setiap sesi terapi adalah kesungguhan klien untuk ber- ubah menjadi lebih baik serta kerja sama penuh yang diberikan. Bagaimana dengan interogerasi? Jika klien atau subyek berniat merahasiakan dan berbohong, ia tetap bisa melakukannya walaupun berada dalam kondisi hipnosis yang dalam. Menghilangkan ingatan buruk masa lalu? Tidak bisa. Namun sesi terapi bisa dilakukan untuk membantu klien melepaskan muatan emosi negatif berlebihan akibat peristiwa tersebut. Membangkitkan motivasi? Meyakinkan orang untuk membeli? Bisa. Dengan catatan kita mampu membangun hubungan yang baik dan kepercayaan kepada rekan bicara tersebut. Bila mereka tidak menyukai Anda, atau Anda melakukan sesuatu yang membentur nilainilai hidup mereka, sejago apa pun Anda, hasil baik jangka panjang tidak akan tercapai. Di sinilah mengapa saya selalu menekankan pentingnya memahami ”Mekanisme Pikiran” dan konsep Hipnosis serta Hipnoterapi. Bukan semata-mata menjadi seorang terapis, melainkan untuk meningkatkan berbagai aspek kehidupan. (92)