Pengertian Editing - Universitas Mercu Buana

advertisement
MODUL PERKULIAHAN
Editing II
Definisi Editing
Fakultas
Program Studi
Ilmu Komunikasi
Broadcasting
Tatap Muka
01
Disusun Oleh
Rizki Briandana, S.Sos., M.Comn
Abstract
Mata
Kode MK
Kompetensi
kuliah
ini
Memberikan
Diharapkan dalam pertemuan ini,
pengetahuan dan pemahaman kepada
mahasiswa mengetahui tentang
mahasiswa
Definisi Editing.
mengenai
editing televisi
Teknik
dasar
Pengertian Editing
“Editing merupakan suatu dorongan kreatif pada perfilman ……
dan merupakan landasan dari seni film” (V.I. Pudovkin, 1915)
Pernyataan diatas dibuat pada tahun 1915, dan sejak saat itu editing menjadi
semakin penting. Editing membentuk struktur dan isi dari sebuah produksi film dan
atau televisi ditambah dengan mood , intensitas dan tempo sehinga mengandung
suatu pesan yang tertuntun, kreatif dan menarik untuk disajikan
kepada orang lain/khalayak pemirsa
Program acara Televisi / Audio-Visual sebelum ditayangkan kepada khalayak pemirsa,
proses produksi acara tersebut melalui tiga tahap kegiatan yakni tahap pra produksi,
produksi dan paca produksi. Pada tahap Produksi di-lakukan kegiatan shooting yakni suatu
proses kegiatan untuk mendapatkan gambar dan atau suara dengan kualitas prima yang
dilakukan didalam studio / indoor shooting maupun diluar studio/outdoor shooting. Gambar
dan atau suara yang diperoleh saat produksi masih berupa materi yang kasar, acak, belum
sempurna dan masih perlu untuk diperbaiki lagi sesuai yang diinginkan (sesuai naskah,
shooting script, dan story board). Pasca produksi merupakan tahap akhir suatu proses
produksi acara televisi/audio-visual, dalam tahap ini dilakukan proses editing untuk
menyempurnakan hal-hal tersebut diatas.
Grammar
of Editing
Diklat
TVRI
Gbr. 1. Video Editor sedang bertugas
‘16
2
EDITING Dasar
Rizki Briandana, S.Sos., M.Comn
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Terdapat beberapa pengertian editing yang digunakan para pekerja/seniman film
dan televisi yaitu sebagai berikut :
Editing (arti Sempit) : Penyambungan atau peralihan/transisi dari suatu gambar ke
gambar berikutnya secara berurutan sesuai yang diinginkan (sesuai naskah).
Pengertian arti sempit memberikan suatu pemahaman bahwa Editing dapat dilakukan saat
produksi yaitu dengan menggunakan Multicamera, dimana Pengarah acara / Sutradara
dapat melihat gambar di layar monitor, kemudian memilih shot / gambar mana yang sesuai
(naskah).
Editing (arti Luas) : Proses memilih, menyusun dan memodifikasi shot by shot atau
scene by scene gambar dan atau suara
yang telah direkam pada magnetic tape
(video tape) dan atau film, kemudian dipadukan pada peralatan editing, sesuai yang
dikehendaki (sesuai naskah). Hasilnya merupakan suatu program acara yang siap
disajikan kepada orang lain (khalayak pemirsa).
Editing berasal dari bahasa Latin editus yang artinya ‘menyajikan kembali’. Editing
dalam bahasa Indonesia bersinonim dengan kata editing. Dalam bidang audio-visual,
termasuk film, editing adalah usaha merapikan dan membuat sebuah tayangan film
menjadi lebih berguna dan enak ditonton. Tentunya editing film ini dapat dilakukan jika
bahan dasarnya berupa shot (stock shot) dan unsur pendukung seperti voice, sound effect,
dan musik sudah mencukupi. Selain itu, dalam kegiatan editing seorang editor harus betulbetul mampu merekontruksi (menata ulang) potongan-potongan gambar yang diambil oleh
juru kamera.
Sementara itu, D.W. Griffith berpendapat bahwa editing film merupakan suatu hal
yang terpenting dalam film karena editing film itu merupakan suatu seni yang tinggi. Seni
sendiri merupakan pondasi dari film. Menyunting film adalah menyusun gambar-gambar film
untuk menimbulkan tekanan dramatik dari cerita film itu sendiri. Sutradara dan editor harus
pandai dalam selection of shot, selection of action ( scene demi scene yang harus
dirangkaikan) (Griffith, 1972: 20-25).
Dari penjelasan Griffith tersebut, terkandung pengertian bahwa di samping
pentingnya penyusunan film, perlu adanya penyisipan-penyisipan potongan film untuk
‘16
3
EDITING Dasar
Rizki Briandana, S.Sos., M.Comn
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
membuat film itu bercerita. Ini penting sekali diungkapkan dalam pembuatan film pada
televisi karena televisi sangat singkat, tetapi bagaimana caranya supaya masyarakat tertarik
untuk menyaksikan secara keseluruhan.
Namun pendapat dari kedua pakar film tersebut ditentang oleh Elsenstein, seorang
arsitek yang lari ke dunia film. Dia mengecam Griffith dan Pudovkin dengan alas an
keduanya hanya menyambung gambar dengan mengharapkan penonton ikut tertawa atau
menangis. Menurut dia, dalam proses editing film harus dilakukan dengan cara
menyambung dua buah shot atau adegan yang dapat menimbulkan pengertian baru melalui
cara pemikiran dan selalu menimbulkan istilah pemikiran yang baru. Untuk itu, dia
menghadapkan pada kiasan melalui lambang-lambang sehingga penonton turut berpikir
secara intelektual terhadap adegan yang dilihatnya (1972: 33).
Selain itu, keindahan sebuah film tidak melulu disampaikan lewat rangkaian gambar,
tetapi juga tingkatan musik dan sound effect yang menjadikan sebuah film bernuansa. Di
zaman film bisu, rangkaian gambar diupayakan semaksimal mungkin membangun cerita
film, tetapi setelah era film bersuara, kolaborasi antara film dan musik begitu menyatu.
Sementara itu, D.W. Griffith berpendapat bahwa editing film merupakan suatu hal yang
terpenting dalam film karena editing film itu merupakan suatu seni yang tinggi. Seni sendiri
merupakan pondasi dari film.
Menyunting film adalah menyusun gambar-gambar film untuk menimbulkan
tekanan dramatik dari cerita film itu sendiri.
Sutradara dan editor harus pandai dalam selection of shot, selection of action (scene
demi scene yang harus dirangkaikan) (Griffith, 1972: 20-25). Dari penjelasan Griffith
tersebut, terkandung pengertian bahwa di samping pentingnya penyusunan film, perlu
adanya penyisipan-penyisipan potongan film untuk membuat film itu bercerita. Ini penting
sekali diungkapkan dalam pembuatan film pada televisi karena televisi sangat singkat, tetapi
bagaimana caranya supaya masyarakat tertarik untuk menyaksikan secara keseluruhan.
‘16
4
EDITING Dasar
Rizki Briandana, S.Sos., M.Comn
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Adapun Pudovkin mengatakan perlu adanya constructive editing, yakni pelaksanaan editing
film yang sudah dimulai dari penulisan dan membuat shot-shot sebagai materi editing film.
Dalam hal editing ini, Pudovkin mempunyai sebuah prinsip, yaitu peristiwa-peristiwa yang
akan direkam dalam gambar tidak terlepas dari tiga faktor: watak manusia, ruang dan waktu.
Di samping tidak terlepas dari ‘lirik editing’, yakni bagaimana caranya mengeksploitasi
sesuatu yang tidak tampak seperti kegembiraan, kesenangan, kesedihan, dan lain-lain
(Pudovkin, 1972: 26).
Teknik Editing
Teknik Editing, teknik editing dikategorikan menjadi empat jenis, yakni pararel editing,
cross cutting, contras editing, dan montase trope.
a. Pararel Editing Yakni kalau ada dua adegan yang mempunyai persamaan waktu,
harus dirangkaikan silih berganti.
b.
Cross Cutting Yakni beberapa adegan yang disilang atau penyilangan dua adegan
dalam waktu tidak bersamaan.
c.
Contras Editing Yakni susunan gambar yang memperlihatkan kontradiksi dua
adegan atau lebih.
d. Montase Trope Yakni sistem editing yang mempergunakan simbol atau lambanglambang yang menimbulkan pemikiran pada penonton.
Linear dan Nonlinear Editing Jika kita cermati, sebetulnya editing film yang kita saksikan
pada umumnya menggunakan nonlinear editing karena di dalamnya memungkinkan
terjadinya penambahan atau pengurangan di sembarang tempat terhadap shot dan scenescene yang ada.
‘16
5
EDITING Dasar
Rizki Briandana, S.Sos., M.Comn
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Secara umum untuk membedakan antara linear editing (analog dan digital) dan nonlinear
editing terlihat pada aspek teknologinya. Ramang Syah menjelaskan, pada proses
pengalihan editing video tape yang sangat mendasar adalah proses pengalihan/dubbing dari
sumber material (original tape) ke edit master (master tape).
Untuk melakukan editing, hal-hal yang perlu dipikirkan dan dilakukan secara bertahap,
yakni:
1. Memilih gambar dan suara dari sumber materi dan tentukan bagian-bagian mana
yang ditransfer ke master tape
2. kemudian temukan bagian-bagian itu harus ditempatkan pada master tape,
3. untuk mendapatkan sequence yang tepat sesuai dengan naskah, bagian-bagian tadi
harus ditempatkan pada ruang kolom yang sesuai,
4. sesudah itu informasi tadi dialih/dub dari sumbernya ke master tape, scene by scene.
Sampai saat ini, belum ada keseragaman dalam proses rekaman gambar sehingga
setiap produser mendesain dan membuat video tape recorder (VTR) menurut
versinya masing-masing.
Hal ini dapat kita jumpai pada format-format VTR yang banyak dipasarkan antara lain
Format B, C, Umatic, Betacam, dan lain-lain.
Saat ini yang dianggap paling tinggi kualitas gambar dan suaranya adalah digital VTR yang
dirintis oleh Matsushita Panasonic dengan type AD 350 (kamera dan VTR digital pertama
kali digunakan di Olimpiade Barcelona 1992).
VTR merupakan suatu mesin yang terdiri atas sistem elektronik dan mekanik yang
digunakan saat rekaman, editing, dan penyiaran. Alat ini berfungsi merekam signal video
dan audio kemudian memutar kembali kedua signal tersebut (play back) secara bersamaan
(syncron).
‘16
6
EDITING Dasar
Rizki Briandana, S.Sos., M.Comn
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Selain kedua signal tadi, juga turut terekam signal pengontrol (CTL = control track line) dan
signal identifikasi/address (TC + time code) (Syah, 2000 : 1-2).
Staff produksi yang mengerjakan editing atau penyutingan gambar disebut editor.
Seorang editor harus memahami ide dari keseluruhan ceritera yang disajikan, sebelum dia
melakukan proses editing :
-
tema dasar cerita
-
plot/alur cerita (perkembangan cerita dari awal sampai akhir)
-
apa yang kita harapkan dari penonton untuk ikut merasakan dan mengalaminya
-
memilih apa yang penting dan membuang apa yang tidak penting dalam konteks
keseluruhan ceritera
apa pesan utama dari program uyasng akas kita sajikan
-
Syarat utama dalam editing adalah kesinambungan gambar dan suara sekaligus.
Harus diperhatikan pula kesinambungan irama dari adegan, hubungan antara shot yang satu
dengan shot berikutnya, dengan bermacam variasi komposisinya. Penonton diharapkan
mampu menangkap hubungan bermacam-macam shot, scene dan sequence, memahami
loncatan-loncatan waktu dan ruang yang terjadi dalam keseluruhan ceritera. Dengan kata
lain, penonton diharapkan untuk tidak merasakan bahwa program yang disajikan sebetulnya
adalah potongan-potongan shot yang disambung-sambung.
Editing mempunyai kaitan yang sangat erat dengan hasil pengambilan gambar oleh
juru kamera. Dengan hasil gambar yang baik akan mambantu seorang editor untuk menyusun
shot-shot secara mudah dan baik pula.
Seperti Film, video adalah bagian dari gambar gambar individual yang disebut frame.
Proyeksi/pergerakan beberapa gambar perdetik tersebut membuat ilusi gambar yang
bergerak karena otak tidak dapat menangkap gambar secara individual.
Dengan ukuran 24 frame per detik (fps: frame per second), video akan
memproyeksikan gerakan yang halus dan berkelanjutan.
‘16
7
EDITING Dasar
Rizki Briandana, S.Sos., M.Comn
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Di Amerika Serikat dan Jepang, standar sinyal komposit yang diambil dari industri
televisi dan video dikenal dengan istilah Sinyal NTSC = National Television Standart
Committee. Sinyal NTSC (North American Standart) mempunyai jumlah frame 30 frame
per detik (fps), tepatnya 29,97 fps.
Di Eropa
Barat & Amerika Selatan, secara umum menggunakan sinyal PAL
(Phase Alternating Line), dengan menggunakan jumlah frame 25 fps.
Daftar Pustaka
Giannetti, Louis. Understanding Movies. New Jersey: Prentice-Hall. 1982
Mast, Gerald. A Short History of the Movies. New York: Pearson.2006.
Thompson, Roy, Grammar of the Shot, Media Manual , Berlin, 1997
Zettl, Herbert, Video Basic 3, 3rd ed, Wadsworth Thomson Learning, 2004
http://www.montana.edu/metz/website/intlfilm/sovietmontage.htm
http://cinetext.philo.at/reports/sv.html
http://www.huntergriffith.com/Agitprop.html
‘16
8
EDITING Dasar
Rizki Briandana, S.Sos., M.Comn
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Download