HAMBATAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL ANTARA ETNIS TIONGHOA DAN PRIBUMI ( STUDI DESKREPTIF DI KELULURAHAN SILALAS KOTA MEDAN ) SKRIPSI OLEH : ALIFAH ULFA PINEM 1203110094 Program Studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi Hubungan Masyarakat FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATRA UTARA Medan 2016 1 PERNYATAAN Dengan ini saya, Alifah Ulfa Pinem, NPM 1203110094, menyatakan dengan sungguh – sunnguh : 1. Saya menyadari bahwa memalsukan karya ilmiah dengan segala bentuk yang dilarang oleh undang – undang, termasuk pembuatan karya ilmiah oleh orang lain dengan sesuatu imbalan atau memplagiat atau mengambil karya ilmia orang lain adalah tindakan kejahatan yang dihukum menurut undang – undang yang berlaku. 2. Bahwa skripsi ini adalah hasil karya dan tukisan saya sendiri, bukan karya orang lain atau plagiat. 3. Bahwa didalam karya ini tidak terdapat karya yang pernah diajaukan untuk memperoleh kerjasama di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis didalam naskah ini dan disebtkan didalam daftar pustaka. Bila kemudian hari terbukti pernyataan saya ini tidak benar. Saya bersedia tanpa mengajukan banding menerima sanksi : 1. Skripsi saya berserta nilai – nilai ujian skripsi saya dibatalkan 2. Pencabutan kembali gelar serjana dan transkip nilai yang telah saya terima. Medan, 08 Maret 2014 Yang menyatakan Alifah Ulfa Pinem 2 ABSTRAK HAMBATAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL ANTARA ETNIS TIONGHOA DAN PRIBUMI ( STUDI DESKRIPTIF DI KELURAHAN SILALAS KOTA MEDAN) ALIFAH ULFA PINEM 1203110094 Skripsi ini mengambil judul ― Hambatan Komunikasi Interpersonal Antara Etnis Tionghoa Dan Pribumi ( Studi Deskriptif Di Kelurahan Silalas Kota Medan). Masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah tentang hambatan – hambatan komunikasi interpersonal antara ertnis Tionghoa dan orang pribumi. Teori – toeri yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori komunikasi, komunikasi interpersona, komunikasi antrabudaya, interaksi sosial, etnis Tionghoa, pribumi, sedangkan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Sedangkan Narsumbet atau informan dalam penelitian ini adalah 10 orang, yang terdiri dari 6 orang pribumi dan 4 etnis Tionghoa di Kelurahan Silalas Kota Medan. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini melalui dua cara penelitian kepustakan ( Libarary Research ) dan Penelitian Lapangan ( Field Research . Teknik analisis data yang digunakan adalah metode kualitatif. Hasil penelitian Menujukan hambatan komunikasi antara etnis Tionghoa dan Pribumi di Kelurahan Silalas Kota Medan. Hasil penelitian ini adalah masih adanya hambatan - hambatan komunikasi interpersonal antara etnis Tionghoa dan Pribumi di Kelurahan Silalas Kota Medan ada beberapa faktor yang mempengaruhi seperti status sosial dan prasangka negatif terhadap etnis Tionghoa yang menyebabkan terjadinya hambatan komunikasi interpersonal. 3 KATA PENGANTAR Alahmdulillahi Rabiil Alamiin puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skiripsi yang berjudul ―Hambatan Komunikasi Interpersonal Antara Etnis Tionghoa Dan Pribumi ( Studi Deskreptif Di Kelurahan Silalas Kota Medan). Selawat beriring salam tidak lupa penulis persermbahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Semoga syafaat beliau tercurahkan kepada kita semua. Skripsi ini merupakan tugas akhir bagi mahasiswa guna memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana jurusan ilmu komunikasi Fisip Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara( UMSU). Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini dapat terselesaikan dengan bimbingan dan dorongan dari beberapa pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Lembaran ini sekaligus menjadi media bagi penulis untuk menyampaika ucapan terima kasih kepada kedua orang tua saya yaitu Ayahanda Drs. Mbina Pinem, M,Si yang merupakan sosok seorang ayah yang sangat disiplin dan jujur dalam membimbing anak – anaknya serta banyak memberikan pengetahuan tentang kehidupan dan Ibunda tercinta saya Rini Mindiawati yang telah memberikan banyak kasih sayang, cinta, perhatiannya dan sebagai teman terbaik bagi saya serta memberikan dukungan moral maupun materil kepada penulis dalam menyelesaikan perkuliahan serta skripsi ini. 4 Penulis juga mengucapkan terimasih kepada : 1. Bapak Drs. Agussani, M.AP selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara. 2. Bapak Rudianto, S.Sos, M,Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. 3. Bapak Tasrif Syam, M.Si, Selaku WD 1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Suamtera Utara serta selaku pembimbing II saya yang selalu memberikan pengarahan dan kesedian waktunya untuk membantu penulis menyelesaikan Skripsi. 4. Bapak Abrar Adhani, S.Sos, M. Ikom selaku Ketua Jurusan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara. 5. Bapak Ribut Priadi S.Sos M.Si selaku Ketua Jurusan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara. 6. Bapak Drs. Yan Hendra M.Si selaku pembimbing I yang selalu memberikan pengarahan dan kesedian waktunya untuk membantu penulis menyelesaikan Skripsi. 7. Seluruh dosen Fisip yang telah memberikan ilmu dan bimbingan selam penulis menjalani perkulihan. 8. Seluruh pegawai Biro dan Staff Fisip Umsu yang telah membantu penulis menyelesaikan perkulihan. 9. Kantor Lurah Silalas Kota Medan yang telah membantu dalam riset penulis serta masyarakat Lingkungan III Kelurahan Silalas yang telah menjadi narasumber dalam penelitian. 5 10. Saudara kandung saya, abang saya Fakhri Ariadi Pinem A,Md dan kakak saya Ika Safitri Pinem SE yang telah memberikan dukungan dalam penyelesian skirpsi. 11. Chibeylovers Ayu Ashri teman dari Sma sampai sekarang dan selalu mengalah dengan tingkah laku penulis, Icak Tanjung yang dari awal mengajukan judul selalu sama dan selalu mengerti dengan sikap polos penulis, Cebek yang sealalu mengisi pulsa penulis dan akhirnya disuruh bayar, dan Zura jabo yang tingkahnya macam – macam dan gak bisa ditebak jiwanya. 12. Teman – teman terbaik saya Karina, Emia. Alvia, Ayu, Nadia, Nissa, Mimi, Helmi yang selalu memberikan dukungan dan membantu saya menyelesaikan Skrpsi. 13. Seluruh teman – teman di FISIP UMSU angkatan 2012, yang selalu bersama – sama disaat suka maupun duka, bercanda bersama dan tertawa bersama bahagia rasanya bisa mengenal kalian semua teman. 14. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Penulis menyadari dalam pengerjaan skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan, baik dari segi pembahasan maupun dari segi penulis. Oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan adanya saran dan kritik yang membangun guna menatapkan kearah yang lebih baik. 6 Akhir kata hanya kepada Allah penulis menyerahkan diri dan semoga kita tetap berada dalan kasih dan Lindunganya. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua, semoga Allah SWT meridhoi kita semua. Amin Yaa Rabbal ‗ Alamin Medan, 09 Maret 2014 Penulis Alifah Ulfa Pinem 7 DAFTAR ISI ABSTRAK...............................................................................................................i KATA PENGANTAR...........................................................................................iv DAFTAR ISI ........................................................................................................iiv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...............................................................................1 B. Perumusan Masalah.....................................................................................4 C. Pembatasan Masalah....................................................................................4 D. Tujuan Penelitian.........................................................................................5 E. Manfaat Penelitian.......................................................................................5 F. Sistematika Penulisan...................................................................................6 BAB II URAIAN TEORITIS.....................................................................7 A. Komunikasi..................................................................................................7 1. Intensitas Komunikasi..........................................................................11 2. Simbol Komunikasi..............................................................................12 B. Komunikasi Interpersonal.......................................................................20 1. Pengertian Komunikasi Interpersonal..................................................20 2. Tujuan Komunikasi Interpersonal........................................................22 3. Fungsi Komunikasi Interpersonal........................................................25 8 4. Hambatan Komunikasi..........................................................................................26 C. Komunikasi Antarbudaya.......................................................................28 1. Pengertian Komunikasi Antarbudaya..................................................28 D. Hubungan Komunikasi Dengan Budaya....................................................32 E. Interaksi Sosial...........................................................................................33 F. Etnis............................................................................................................35 G. Etnis Tionghoa...........................................................................................37 H. Pribumi.......................................................................................................40 BAB III METODE PENELITIAN............................................................42 A. Metode Penelitian.......................................................................................42 1. Jenis Penelitian.....................................................................................42 2. Informan...............................................................................................43 B. Defenisi Konsep.........................................................................................44 C. Kerangka Konsep.......................................................................................44 D. Kategorisasi................................................................................................45 E. Teknik Pengumpulan Data.........................................................................46 F. Teknik Analisi Data...................................................................................47 G. Lokasi Penelitian........................................................................................47 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.........................49 A. Pengajian Dan Pengolahan Data................................................................49 9 B. Hasil Wawancara.................................................................................................49 C. Pembahasaan..............................................................................................68 BAB V PENUTUP.....................................................................................67 A. Kesimpulan................................................................................................72 B. Saran...........................................................................................................74 DAFTAR PUSTAKA DAFTAR RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN - LAMPIRAN 10 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang masyarakatnya memiliki suku,bangsa, agama, ras, adat, yang beragam. Khususnya di daerah Medan mencerminkan dari keberagaman suku bangsa yang dapat dilihat dari masyarakatnya pribumi seperti, Jawa, Batak, Padang, Melayu dan sebagainya. Selain itu kehadiran bangsa asing dari negara luar seperti Cina, India, Arab dan Eropa menambahkan keberagaman suku bangsa Indonesia. Kehadiran bangsa asing tersebut dikarenakan kepulauan Indonesia pernah menjadi salah satu tempat singgah perdagangan bangsa – bangsa seperti Cina dan Arab. Kehadiran tersebut lambat laut membuat pendatang tinggal sementara bahkan ada yang menetap menjadi warga Negara Indonesia seperti etnis Cina dan India. Hal ini dapat dilihat dari keberadaan mereka sampai sekarang di Indonesia, sehingga dalam suatu daerah yang semula hanya dihuni oleh satu suku bangsa tertentu saja akhirnya daerah tersebut dihuni oleh beberapa suku bangsa yang saling berdampingan dengan latar budaya yang berbeda. Maka dari itu sangat besar perbedaan yang dirasakan masyarakat Indonesia salah satu nya hambatan komunikasi antar etnis Tionghoa dan pribumi. Keberadaan etnis Tionghoa bisa dilihat Dari beberapa daerah di Indonesia seperti Palembang, Padang, Jawa dan Medan. Etnis Tionghoa yang berada di suatu daerah tersebut menetap dan membuka usahnya disuatu daerah tersebut, hal tersebut bisa kita lihat besarnya 11 penduduk Tionghoa yang ada di Indonesia. Berdirinya toko – toko yang dimiliki oleh Etnis Tionghoa dan Pribumi sebagai pedagang berdampak pada interaksi dengan pembeli. Interaksi ini lambat laun menjadi sebuah hubungan timbal balik antara pembeli dan penjual dan saling membutuhkan satu sama lainnya. Seperti dibeberapa daerah seperti di Palembang, Padang dan jawa etnis Tionghoa di daerah tersebut hubungannya sudah bisa dikatakan harmonis dan berbaur satu sama lainnya dengan masyarakat Pribumi, saat berkomunikasi dengan pribumi Etnis Tionghoa yang berada dibeberapa daerah tersebut sangat mahir dan menggunakan bahasa daerah dimana mereka berada. Seperti di daerah Jawa etnis Tionghoa sangatlah mahir berbahasa jawa dan juga kebanyakan etnis Tionghoa yang tinggal di jawa tidak memiliki kemampuan berbahasa mandarin. Sedangkan etnis Tionghoa yang ada di Jawa lebih sering memcampurpadukan penggunaan bahasa Jawa dan Indonesia, kombinasi sebeberapa besar kadar Jawa dan Indonesia yang digunakan bisa bervariasi tergantung situasi dan lawan bicara mereka, apabila mereka menggunakan bahasa Jawa maka seluruh kalimat terangkai dengan kata – kata Jawa, dan apabila berbahasa Indonesia maka semua kalimat Tetapi hal ini sangat berebeda dengan keberadaan Etnis Tinghoa yang ada di Kota Medan keberadaan. Etnis Tionghoa di Medan di mulai pada abad ke-15, dimana ketika armada pedagang Cina datang mengunjungi pelabuhan Sumatra Timur untuk berdagang dengan cara batter. Hubungan dengan tersebut berlangsung dengan waktu lama sehingga masyarakat Etnis Tionghoa menetap di Kota Medan sampai saat sekarang. 12 Adanya ketidak harmonisan antara etnis Tionghoa dan Pribumi disebabkan adanya bebeapa benturan antara Etnis Tionghoa dengan pribumi telah banyak terjadi diberbagai kota di Indonesia. Apalagi Etnis Tionghoa merupakan suatu kelompok minoritas yang dianggap sebagai perantuaan, walaupun mereka sudah turun temurun tingggal di Indonesia. Istilah – istilah yanga menyudutkan Cina seperti Cina sombong, Cina pelit, dan sebagainya teruatama di Kota Medan hal tersebut menyebabkan terjadinya hambatan komunikasi antara Etnis Tionghoa dan Pribumi di kota Medan. Dampak negatif yang ditimbulkan yakni semakin memperlebar gap ( jurang) antara etnis Tionghoa dengan pribumi, karena mereka merasakan pencapaian itu sebagai tidak terimanya mereka sebagai warga masyarakat setempat, sehingga hal tersebut melatar belakangi terjadinnya penutupnya diri dikalangan Etnis Tionghoa. Ada beberapa kecenderungan yang dimilki oleh Etnis Tionghoa yakni Etnis Tionghoa lebih mementingkan motif prestasi, memenuhi kemampuan pribadi dibandingkan dengan motif membangun persahabatan. Oleh sebab itu, timbulah hambatan komunikasi antara Etnis Tionghoa dengan Pribumi yang mengakibatkan tidak terjalinnya interaksi sosial yang harmonis dan bersahabat. Masyarakat Etnis Tionghoa selalu menggunakan bahasa Tionghoa kepada rekan sesama etnisnya. Hal tersebut membuat masyarakat pribumi yang ada di Kota Medan terkadang merasa tidak paham terhadap pembicaraan antara keduanya. Etnis Tionghoa khusunya dikota Medan lebih memilih hidup secara tertutup ketimbang berbaur dengan warga sekitar pribumi. Hal ini dapat dibuktikan dengan banyaknya komplek – komplek perumahan mewah dan ruko – 13 ruko yang ditempati Etnis Tionghoa. Belum, lagi bila kita berjalan – jalan ke pusat perbelanjaan atau tempat – tempat umun lainya seperti pasar dan lainnya, etnis Tionghoa lebih memilih berbicara dengan menggunakan bahasa mereka sendiri. Tidak peduli apakah disebelahnya ada temannya yang masyarakat Pribumi yang bisa dipastikan ingin sekali mengetahui apa yang sedang mereka bicarakan. Jika kita lihat pada uraian dia atas, kita akan beranggapam bahwa komunikasi yang harmonis tidak berhasil dijalankan di kota Medan. Salah satu diantarnya adalah di Kelurahan Silalas Kota Medan yang dimana masyarakatnya 70% etnis Tionghoa dan berbaur dengan pribumi. Kita akan melihat apakah hambatan komunikasi masih terjadi diantara masyarakat – masyarakat disana. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yaang telah diuraikan, maka dapat dikemukan latar belakang masalah yaitu Bagaimana hambatan komunikasi interpersonal antara etnis Tionghoa dan pribumi dalam berinteraksi di kelurahan silalas kota medan. C. Pembatasan Masalah Untuk menghindari ruang lingkup yang terlalu luas, sehingga dapat mengaburkan penelitian maka, peneliti perlu membuat batas masalah yang akan di teliti. Adapun pembatas masalah yang ditetapkan peneliti adalah sebagai berikut ; 1. Untuk mengetahui hambatan – hambatan komunikasi interpersonal antara etnis Tionghoa dan Pribumi di kelurahan Silalas Kota Medan 14 2. Meneliti Masyarakat Tionghoa dan Pribumi di Kelurahan Silalas Kota Medan. D. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah, perumusan masalah, serta pembatas masalah diatas, penulis menetapkan tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui hambatan komunikasi interpersonal antara etnis Tionghoa dan Pribumi di Keluarahan Silalas Kota Medan. E. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah : a. Secara teoritis, peneliti ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan referensi bagi peneliti lainnya. b. Secara Akademis, sebagai syaratnya utama untuk memperoleh gelar serjana bagi Mahasiswa dan dapat memperkaya khazanah penelitian dikalangan Ilmu Komunikasi Fisip Umsu khususnya, mengenai komunikasi antara budaya yang juga diharapkan juga memberikan sumbangan pemikiran bagi pembacaanya. c. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan untuk mengani masalah – masalah hambatan komunikasi. Dan interasi sosial yang memiliki keragaman etnis di Kelulurahan Silalas Kota Medan. 15 F. Sistematika Penulisan BAB I : PENDAHULUAN Dalam bab ini akan dibahas tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, pembatas masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan. BAB II : URAIAN TEORITIS Dalam bab ini akan diuraikan tentang pengertian teori komunikasi, komunikasi interpersonal, hambatan komunikasi, Komunikasi Antarbudaya, Interaksi Sosial, Etnis, Etnis Tionghoa, Non Tionghoa. BAB III : PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN Dalam bab ini diuraikan metode penelitian, narasumber, (informan), kerangka konsep, katagorisasi, teknik pengumpulan data, teknik analisis data dan lokasi penelitian. BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini akan diuraikan data yang akan didapat dari hasil wawancara bersama narasumber dan kemudian dilakukan pembahasan. BAB V : PENUTUP Dalam bab ini akan diuraikan tentang kesimpulan dan saran. 16 BAB II URAIAN TEORITIS A. Komunikasi Istilah komunikasi berpangkal pada perkataan Latin ―Communis‖ yang artinya membuat kebersamaan atau membangun kebersamaan antara dua orang atau lebih. Kata komunikasi atau communications dalam bahasa inggris berasal dari kata latin communis yang bearti “sama”, communico, communication, atau communicare yang berarti membuat sama (to make common.). Istilah kata (communis) paling sering disebut sebagai asal kata komunikasi, yang merupakan akar kata – kata latin lainnya yang mirip. Komunikasi menyarankan bahwa suatu pemikiran, suatu makna, atau suatu pesan dianut secara sama (Mulyana 2010:46). Komunikasi adalah proses atau tindakan untuk mengalihkan pesan dari suatu sumber kepada penerima melalui saluran dalam situasi adanya gangguan dan interferensi. Proses komunikasi dapat diartiakan sebagai ―Transfer Informasi‖ atau pesan (message) dari pengirim pesan sebagai komunikator dan kepada penerima pesan sebagai komunikasi. Dalam proses komunikasi tersebut bertujuan untuk mencapai saling pengertian antara kedua pihak yang terlibat dalam proses komunikasi. Lima segi yang merupakan bidang analisis komunikasi yang terkenal yakni‖ who says what in wich channel to whom with what effect ?‖ yang artinya ―siapa yang menyampaikan, siapa yang menyampaikan, apa yang 17 disampaikan, melalui saluran apa, kepada siapa, dan apa pengaruhnya‖ (Arifin,2003:11). Komunikasi adalah proses dimana seseorang individu atau komunikator mengoperkan stimulus biasanya dengan lambang – lambang bahasa (verbal maupun non verbal) untuk mengubah tingkah laku orang lain.(Arifin,2003:11). Komunikasi adalah proses pengoperan lambang – lambang antara induvidu, komunikasi merupakan kegiatan mengoper lambang – lambang yang mengatur arti atau makna. Komunikasi merupakan penyampian pesan atau informasi, ide, emosi, keterampilan melaluin penggunaan simbol, angka, grafik.(Arifin,2003:23). Dalam ―bahasa‖ komunikasi pernyataan dinamakan pesan (message), orang komunikator(communicator) yang sedangkan menyampikan yang pesan menerima disebut pernyataan diberinama komunikan (communicatee). Untuk tegasnya, komunikasi berarti proses penyampian pesan – pesan oleh komunikator kepada komunikan. Jika dianalisi pesan komunikasi terdiri dari dua aspek yakni pesan dan lambang(symbol). Komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang saling pengaruh yang mempengaruhi satu sama lainnya baik disengaja maupun tidak disengaja. (Cangrang,2007:21). Tujuan utama komunikasi yaitu untuk memindahkan pengertian yang dimiliki seseorang kepada penerima agar dia mempunyain pengertian baru 18 setelah kita mengomunikasikan sesuatu. Stanto (1982), mengatakan bahwa ada sekurang – kurangnya ada lima tujuan komunikasi manusia yaitu : 1. Mempengaruhi orang lain 2. Membangun atau mengolah relasi 3. Menemukan perbedaan jenis pengetahuan 4. Membantu orang lain 5. Bermain atau bergurau.( De Vinto, 2001) Dengan kata lain, tujuan komuniksi memperlihatkan Unsur – unsur komunikasi pada proses komunikasi yaitu; a. Komunikator adalah orang yang menyampikan pesan kepada khalayak atau pihak lain berupa informasi untuk berkomunikasi. Karena itu komunikator dapat juga disebut sebagai sumber. Komunikator itu juga dapat berupa orang, lembaga, maupun lambang – lambang b. Pesan adalah informasi yang akan disampaikan oleh pengirim pesan. Pesan juga dapat berupa verbal atau non verbal dan pesan akan efektif bila diorganisirkan secara baik dan jelas. Materi pesan dapat berupa informasi, rencana kerja, dan pernyataan sebagainya. c. Saluran/ media yaitu saranan yang digunakan komunikataor untuk menyampaikan pesan kepada sipenerima. d. Komunikan adalah orang yang menerima pesan dan sebagai akibatnya menjadi terhubungkan dengan sumber pesan. e. Efek adalah dampak yang ditimbulkan dari pesan yang diterima komunikan dari komunikator. 19 Dilihat dari pengertiannya komunikasi dapat digolongkan menjadi pengertian utama komunikasi yaitu pengertian secara etimologis,terminologis, dan paradigmatic. 1. Secara etimologis yaitu komunikasi dipelajari menurut asal usul kata yaitu komunikasi berasal dari bahasa latin ‖communication‖ dan perkataan ini bersumber pada kata ―communis‖ yang berarti sama makna mengenain sesuatu hal yang dikomunikasikan. 2. Secara termologis yaitu komunikasi sebagai proses penyampian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Dari pengertian bahwa komunikasi melibatkan sejumlah orang dimana seseorang menyatakan sesuatu kepada orang lain. 3. Secara paradigmatic yaitu komunikasi mengandung tujuan tertentu, dilakukan secara seperti tatap muka atau melalui media,baik media masa seperti surat kabar, radio, televison, dan media non masa seperti poster, papan pengumuman, spanduk dan lainnya. Adapun fungsi – fungsi komunikasi yaitu : a. Sebagai Komunikasi Sosial Fungsi sosial merupakan fungsi yang mengajarkan kita dan memperkenalkan nilai – nilai kebudayaan suatu masyarakat ke masyarakat lain. Fungsi ini lebih lebih banyak dilakukan oleh media masa yang memperluasakan secara rutin perkembangan peristiwa yang terjadi di sekitar kita meskipun peristiwa ini terjadi dalam sebuah konteks 20 kebudayaan yang berbeda. Akibatnya kita turut mengawasi perkembanha sebuah peristiwa. b. Sebagai komunikasi ekspresif Komunikasi ekspresih dapat dilakukan sejauh komunikasi tersebut menjadi instrumen untuk menyampaikan perasaan – perasaan (emosi kita) melalui pesan non verbal. c. Sebagai komunikasi ritual Komunikasi ritual sering dilakukan secara kolektif. Suatu komunikasi sering melakukan upacara – upacara berlainan secara sepanjang tahun dalam acara tersebut orang mengucapkan kata – kata menampilkan perilaku yang bersifat simbolik. d. Sebagai komunikasi instrumental Komunikasi instrumental mempunyai beberapa tujuan yaitu menginformasikan, mengajar, mengubah sikap, dan keyakinan dan menubah perilaku atau menggerakan tindakan dan juga menghibur. 1. Intensitas komunikasi Intensitas komunikasi adalah sebuah tingkatkan kedalaaman penyampian pesan dari seseorang ke orang lainnya. Intensitas komunikasi juga merupakan tingkatkan kedalamaan dan keluasan pesan yang terjadi secara mendalam ditandai dengan adanya kejujuran, keterbukaan, dan saling percaya. Adapun dua aspek yang mengukur intensitas komunikasi yaitu: 21 a. Frekunsi Komunikasi Frekunsi komunikasi adalah ukuran atau jumlah komunikasi dalam berkomunikasi suatu peristiwa atau kejadian. b. Durasi Komunikasi Durasi komunikasi adalah lamanya waktu dalam berkomunikaisi antara satu dengan yang lainnya. Pesan adalah suatu komponen dalam proses komunikasi berupa paduan diri pikiran dan perasaan seseorang dengan menggunakan lambang, bahasa lainnya disampaikan kepada orang lain ( Irawati : 2003) Adapun isi pesan komunikasi terdiri dari: 1. Isi pesan pribadi adalah isi atau maksud yang akan disampaikan oleh satu pihah kepada pihak lainnya. 2. Isi pesan sosial adalah isi atau maksud yang akan disampaikan oleh sesuatu pihak kepada pihak lain melalui nilai – nilai sosial. 3. Isi pesan agama adalah isi atau maksud yang akan disampaikan oleh suatu pihak kepada pihak lain yang menyangkut nilai – nilai religi atau agama. a. Simbol Komunikasi Simbol komunikasi adalah proses pertukaran informasi antara induvidu – induvidu melalui sistem biasa, baik dengan simbol – simbol, sinyal – sinyal maupun perilaku atau tindakan. Pernyataan yang diungkapkan untuk kepentingan pribadi dan orang lain dinyatakan dalam bentuk simbol. Didalam berkomunikasi dan berinteraksi banyak ditemukan simbol – simbol baik 22 dalam pesan verbal maupun nonverbal. Pesan juga dapat dirumuskan secara nonverbal yang mewakili perasaan nilai atau gagasan. Pesan juga dapat dirumuskan secara non verbal seperti cunga jempol, angkat kepala, senyuman, tatapan muka dan sebagainya, juga musik, lukisan, patung, tarian.(Mulyana 2010:260). Berdasarkan sifatnya simbol komunikasi dapat diklarifikasikan sebagai berikut 1. Simbol Komunikasi verbal Komunikasi verbal adalah proses penyampian pesan menggunakan kata – kata untuk diucapkan maupun ditulis. Adapun Unsur penting dalam simbol komunikasi verbal yaitu: bahasa dan kata. Bahasa dapat juga dianggap sebagai sistem kode verbal, bahasa dapat didefinisikan sebagai seperangkat simbol, dengan aturan untuk mengkombimasikan simbol – simbol tersebut( Deddy Mulyana,2000). Secara fungsional, bahasa diartikan sebagai alat yang dimiliki bersama untuk mengungkapkan gagasan. Karena bahasa hanya daapat dipahami bila ada kesepakatan di antara anggota – anggota kelompok sosial untuk menggunakannya. Sedangkan secara formal bahasa diartikan sebagai semua kalimat yang terbayangkan yang dibuat menurut aturan tata bahasa, setiap bahasa mempunyai perturan kata – kata harus disusun dan dirangkai supaya memberi arti (Jalaluddin Rakhmar (1994). Dari susunan kalimat tersebut dapat diketahui bahwa setiap bahasa meliputi tiga unsur yaitu : 1. Fonologi merupakan pengetahuan tentang bunyi – bunyi dalam bahasa. 2. Sintaksis adalah pengetahuan tentang cara pembentukan kalimat. 23 3. Semantik merupakam pengetahuan tentang arti kata atau gabungan kata – kata. Menurut Larry L.Barker (Deddy Mualana.2000), bahasa mempunyai tiga fungsi yaitu penanaman(naming atau lebeling), interaksi (interacation),dan tranmisi infomasi (informasi transmition). 1. Fungsi penanaman atau penjukuan merujuk pada usaha mengindenfikasikan objek, tindakan, orang dengan menyebutkan nama sehingga dapat dirujuk dalam komunikasi. 2. Fungsi interaksi menekankan berbagai gagasan dan emosi, yang dapat mengundang simpati dan pengertian atau kemarahan dan kebingungan. 3. Melalui bahasa, informasi dapat disampaikan kepada orang lain, inilah yang dimasuk sebagai fungsi transmisi dari bahasa. Keistimewaan bahasa sebagai fungsi transmisi informasi yang lintas dan waktu, dengan menghubungkan masa lalu, masa kini, dan masa depan, memungkinkan kesinambungan budaya dan tradisi kita. Namuun sebagai alat komunikasi bahasa juga memiliki keterbatasan, keterbatasan bahasa itu meliputi : 1. Keterbatasan jumlah kata yang tersedia untuk mewakili objek. Kata – kata adalah kategori – katergori untuk merujuk objek tertentu seperti orang, benda, persitiwa, sifat dan perasaan. Tetapi tidak semua kata tersedia untuk merujuk pada objek. Suatu kata hanya mewakili relalitas, tetapi buka realitas itu sendiri. Dengan demikian kata – kata tesebut bersifat 24 parsil, tidak melukis sesuatu secara eksak. Kata – kata sifat dalam bahasa cenderung bersifat dikotomatis, misalnya baik – buruk , kaya – miskin. 2. Kata – kata bersifat ambigu atau konreksual, kata – kata bersifat ambigu karena setiap kata merepsentasikan persepsi dan interpretasi orang – orang yang berbeda pula yang berarti bahawa setiap makna dari kata tersebut tidak teatap atau absolut. Makna kata bervariasi berdasarkan nilai – nilai dan pengalaman dari mereka yang menggunakannya. 3. Kata – kata mengandung bias budaya, basaha terikat konteks budaya, karena didunia ini terdapat berbagai kelompok manusia dengan budaya dan sub budaya yang berbeda, tidak mengherankan bila terdapat kata – kata yang kebetulan sama atau hampir sama tetapi dimaknai secara berbeda, atau kata – kata yang berbeda namun dimaknai secara sama. 2. Komunikasi Nonverval Komunikasi nonverbal adalah komunikasi yang menggunakan pesan – pesan nonverbal, istilah nonverbal biasanya digunakan untuk melukiskan semua peristiwa komunikasi diluar kata – kata terucap dan tertulis. Komunikasi nonverbal adalah proses penyampian pesan oleh komunikator kepada komunika tidak menggunkan kata – kata atau tulisan verbal, melainkan menggunakan isyarat tubuh seseorang, secara teoritis komunikasi verbal dan nonverbal tidak dapat dipisahkan karena melengkapi dalam komunikasi yang kita lakukan sehari – hari. (Jalaludin Rahmat 1994) mengelompokkan pesan – pesan non verbal kedalam 6 bentuk pesan yaitu; 25 a. Pesan Kinestik Pesan kinestik adalah pesan nonverbal yang menggunakan gerakan tubuh yang mengandung arti. Pesan kinestik terdiri dari tiga komponen yaitu; 1. Pesan fasial menggunakan air muka atau raut wajah untuk menyampaikan makna tertentu. Wajah mengosumsikan penilaian dengan ekspresi senang tidak senang yang menujukan apakah komunkitor memandang objek penelitiannya dengan baik dan buruk. Wajah mengomunikasikan berminat atau tidak berminat pada orang lain atau lingkungan. Wajah mengomunikasikan intensitas keterlibatan dalam situasi. Wajah mengomunikasikan tingkat pengeadilan induvidu terhadap pernyataan sendiri. Wajah mengomsumsikan adanya kurang pengertian. 2. Pesan Gestural Pesan gestural menujukan gerakan sebagai anggota badan seperti mata dan tangan untuk mengomunikasikan sebagai makna. Pesan postural berkenanan dengan keseluruhan anggota badan,makna yang dapat disampaikan berupa a. Immediacy yaitu ungkapan kesukaan dan ketidaksukaan terhadap induvidu yang lain. Postur yang condong kearah yang diajak bicara menunjukanna kesukaan dan penilaian positif. b. Power mengungkapkan status yang tinggi dari komunikator. 26 c. Responsiveness adalah gerakan anggota badan dari individu dapat beraksi secara emosional pada lingkungannya secara positif dan negatif. 3. Pesan Proksemik Pesan proksemik disampaikan melalui pengaturan jarak dan ruang. Umumnya dengan mengatur jarak kita mengungkapkan keakraban dengan orang lain. 4. Pesan Artifaktual Pesan artifaktual diungkapkan melaluli melalui penampilan tubuh, kosmetik. Walaupun bentuk tubuh relatif menetap, orang sering berpilaku dalam hubungan dengan orang lain sesuai dengan persepsinya dengan tubuhnya. Erat kaitannya dengan tubuh ialah upaya kita membentuk citra tubuh dengan pakaian dan kosmetiknya. 5. Pesan Paralingustik Pesan paralingustik adalah pesan nonverbal yang berhubungan dengan cara mengucapkan pesan verbal. Suatu pesan verbal yang sama dapat menyampaikan arti yang berbeda bila diucapkan secara berbeda. Pesan ini oleh (Dedy Mulayana, 2000) disebut sebagai para bahasa. 6. Pesan Sentuhan dan bau – bauan Pesan sentuhan dan bau – bauan, alat penerimaan sentuahan adalah kulit yang mampu menerima dan membedakan emosi yang disampaikan orang lain melaluin sentuhan. Sentuhan dengan emosi terentu dapat mengemsumsikan kasih sayang, takut, marah, bercanda, 27 dan tanpa perhatiaan. Bau – bauan terutama yang menyenangkan telah beradad – abad digunakan orang juga untuk menyampaikan pesan, menandai wilayah mereka. Mengidentifikasikan keadaan emosional, pencitraan, dan menarik lawan jenis. Mark L. Knapp (Jalludin Rakmat, 19940 menyebutkan lima fungsi pesan nonverbal yang dihubungkan dengan pesan verbal. a. Pesan Repetisi Repetisi adalah fungsi pengulangan gagasan yang sudah disajikan secara verbal. Misalnya setelah mengatakan penolakan, sambil menggelengkan kepala. Jadi fungsi repetisi disini adalah menguatkan pengungkapan dengan gelengan kepala yang dimiliki makna ―tidak atau bukan‖. b. Fungsi Substitusi Subsitusi adalah fungsi menggantikan lambang – lambang verbal. Artinya didalam komunikasi nonverbal memang tidak ada kata – kata yang digunakan, semuanya hanya dengan menggunkan bahasa tubuh. c. Fungsi Kontradiksi Kontradiksi adalah fungsi menolak pesan verbal atau memberi makna yang lain terhadap pesan verbal. d. Fungsi Komplemen Komplemen adalah fungsi melengkapi dan memperkaya makna pesan nonverbal. Misalnya raut wajah anda menunjukan tingkat penderitaan yang tidak terungkap dengan kata – kata . 28 e. Fungsi Aksentuasi Aksentuasi adalah fungsi menegaskan pesan verbal atau menggaris bawahinya. Aksentuasi merupakan tindakan yang ditujukan oleh seseorang dengan menggunakan bagian dari anggota tubuhnya disamping menggunakan kata – kata . Sementara itu, (Dale G. Leathers, 1967) meneyebutkan enam alasan mengapa pesan nonverbal sangat signifkan yaitu; a. Faktor nonverbal sangat menentukan makna dalam komunikasi antrapribadi. Ketika kita ngonbrol atau berkomunikasi secara bertatap muka, kita banyak menyampaikan gagasan dan pikiran lewat pesan – pesan nonverbal. Pada gilirannya orang lain pun lebih membaca pikiran kita lewat petunjuk – petunjuk nonverbal. b. Perasaan dam emosi lebih cermat disampaikan lewat pesan nonverbal ketimbang pesan verbal. c. Pesan nonverbal menyampaikan makna dan maksud yang relatif bebas dari penipuaan, distorsi, dan kerancuan. Pesan nonverbal jarang dapat diatur oleh komunikator secara sadar. d. Pesan nonverbal mempuyai fungsi metakomunkasi yang sangat diperlukan untuk mencapai komunikasi yang berkualitas tinggi. Fungsi metakomunikasi yang berkualitas tinggi. Fungsi metakomunikasi yang artinya memberikan informasi tambahan yang memperjelaskan maksud dan makna pesan. 29 e. Pesan nonverbal merupakan cara komunikasi yang lebih efesien dibandingkan dengan pesan verbal. f. Pesan nonverbal merupakan saranan sugesti yang paling tepat Ada situasi komunikasi yang menuntut kita untuk mengugkapkan gagasan dan emosi secara tidak langsung. Dengan demikian pesan nonverbal lebih murni bila dibandingkan dengan pesan verbal. B. Komunikasi Interpersonal 1. Pengertian Komunikasi Interpersonal Komunikasi interpersonal merupakan proses pengiriman pesan – pesan antara dua orang atau diantara sekelompok kecil orang – orang dengan beberapa efek atau beberapa umpan balik (Devinto 1998:4). Berdasarkan devinisi Devinto itu. Komunikasi interpersonal atau antarpribadi dapat berlangsung antara dua orang yang memang sedang berdua – duaan atau dua orang dalam suatu pertemuan. Menurut Deddy Mulyana (2008), komunikasi interpersonal atau komunikasi antara pribadi adalah komunikasi antara orang – orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal maupun nonverbal. Menurut Effendy, komunikasi antarpribadi umumnnya berlangsung secara tatap muka (face to face ). Dengan saling bertatap muka maka 30 terjadilah kontak pribadi dan menghasilkan umpan balik yang berlangsung seketika. Pentingnya komunikasi intrepersonal ialah karena prosesnya memungkinkan berlangsung dialogs, komunikasi yang berlangsung secara dialogs selalu lebih baik dari pada secara monologis. Menurut sifatnya, komunikasi antar pribadi diklasifikasikan menjadi dua jenis yaitu; a. Komunikasi diadik adalah komunikasi antra pibadi yang berlangsung antara dua orang dalam situasi tatap muka, yakni yang secara seseorang adalah komunikator yang menyampaikan pesan dan seseorang komunikan yang menerima pesan. Dan dialog yang terjadi berlangsung secara intens. b. Komunikasi triadik adalah komunikasi antrapibadi yang pelakunya terdiri dari tiga orang atau lebih secara tatap muka, dimana anggotnya saling berinteraksi satu sama lainnya anggotanya (Cangara.2014:36). Komunikasi Interpersonal merupakan jenis komunikasi yang frekunsinya terjadi cukup tinggi dalam kehidupan sehari – hari. Apabila diamati dengan jenis komunkasi lainnya, maka dapat dikemukakan ciri – ciri interpersonal. Adapun ciri – ciri komunikasi intrpersonal menurut De Vito dalam Liliweri (1991:13) adalah: Kererbukaan (openess). Emapti (enpatthy). Dukungan (supeportivebess), rasa positif (positivness) dan (equality). 31 kesamaan a. Keterbukaan Kesedian untuk membuka diri dan mengungkapkan informasi yang biasannya disembunyikan. b. Empati Kesediaan seseorang untuk mengetahui apa yang sedang dialami orang lain pada saat tertentu, dari sudut pandang orang lain tersebut. c. Dukungan Komunikasi yang terbuka dan empatik berlangsung dalam suasana yang mendukung, dalam hal ini sikap mendukung merupakan pelengkap. d. Sikap Positif Sikap positif terhadap diri sendiri dengan tetap menghargain keberadaan dan pentingnya orang lain. e. Kesamaan Menerima pihak lain dan memberikan Penghargaan positif tak bersyarat kepada orang lain. 2. Tujuan Komunikasi Intrpersonal Komunikasi Interpersonal merupakan suatu action oriented, ialah suatu tindakan yang berorintasi pada tujuan tertentu. Tujuan komunikasi interpersonal itu bermacam – macam, diantaranya adalah (Suranto, 2011:19). 32 a. Mengungkapkan perhatian kepada orang lain Salah satu tujuan komunikasi antarpribadi adalah untuk mengungkapkan perhatian kepada orang lain. Dalam hal ini seseorang berkomunikasi dengan cara menyapa, tersenyum, melambaikkan tangan, membungkukan badan, menyatakan kabar kesehatan patner komunikasinya, dan sebagainya. b. Menemukan diri sendiri Seseorang melakukan komunikasi interpersonal karena ingin mengetahui dan mengenali diri sendiri berdasarkan informasi dari orang lain. Bila seseorang terlibat komunikasi interpersonal dengan orang lain. Dengan saling membicarkan keadaan diri, minat dan harapan maka seseorang memperoleh informasi berharga untuk mengenal jati diri atau dengan menemukan diri sendiri. c. Menemukan dunia luar Dengan komunikasi interpersonal diperoleh kesempatan untuk mendapatkan berbagai informasi dari orang lain, termasuk informasi penting dan aktual. Jadi dengan komunikasi interpersonal diperoleh informasi dan informasi itu dapat dikenali dan ditemukan keadaan dunia luar yang sebelumnya tidak diketahui. d. Membangun dan memelihara hubungan yang harmonis Sebagai mahkluk sosial, manusia tidak dapat hidup sendiri, perlu bekerja sama dengan orang lain. Karena itu setiap orang telah 33 menggunakan banyak waktu untuk komunikasi interpersonal yang diabadikan untuk membangun dan memelihara hubungan sosial dengan oeang lain. e. Mempengaruhi sikap dan tingkah laku Komunikasi interpersonal adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memelihara atau mengubah sikap. Pendapat atau perilaku baik langsung maupun tidak langsung (dengan menggunakan media). Dalam prinsip komunikasi, ketika pihak komunikan menerima pesan atau informasi, berarti komunikan telah mendapatkan pengaruh dari proses komunikasi. Termasuk memberi makna tertentu terhadap kemungkinan terjadinya perubahan sikap. f. Mencari kesenangan atau sekedar menghabisakan waktu Sesorang melakukan komunikasi interpersonal sekedar mencari kesenangan atau hiburan. Bertukar cerita dengan orang lain merupakan pembicaraan untuk mengisi dan menghabiskan waktu. g. Menghilangkan kerugian akibat salah komunikasi Komunikasi interpersonal dapat menghilangkan kerugian akibat salah komunikasi yang terjadi antara sumber penerima pesan. Karena dengan komunikasi interpersonal dapat dilakukan pendekatan secara langsung, menjelaskan berbagai pesan yang rawan menimbulkan kesalahan interprestasi. 34 Disini tampak bahwa antara dua orang( komunikasi antrapribadi) memiliki tujuh unsur utama yang mendasarinya, yaitu: 1. Berbagai maksud, gagasan, dan perasaan yang ada dalam diri pengirim pesan serta bentuk perilaku yang dipilihnya. Semua itu awal dari perilaku komunikasinya, yakni mengrimkan pesan yang mengndung isi atau makna. 2. Proses kodifikasi pesan oleh pengirim, pengirim pesan atau komunikator mengubah gagasan, perasaan, dan maksud – maksudnya kedalam bentuk pesan yang dapat dikirimkan. 3. Proses pengirim pesan kepada penerima. 4. Adanya saluran media, melalui apa pesan tersebut yang dikirimkan. 5. Proses dekodifikasi pesan oleh penerima, penerima menginterpretasikan atau menafsirkan makna pesan. 6. Tanggapan batin penerima pesan terhadap hasil interpretasinnya tentang makna pesan yang ditangkap. 7. Timbulnya tanggapan adanya hambatan (noies) tertentu. Beberapa faktor yang dapat menumbuhkan hubungan interpersonal yang baik, yaitu sikap percaya, sikap suportif dan tetbuka (Rahmat. 1989:146). a. Percaya (trust), menentukan efektifitas komunikasi. Secara ilmiah percaya didefenisikan sebagai mengandalkan perilaku orang untuk mencapai tujuan yang dikehendaki, yang pencapaiannya tidak pasti dan dalam situasi yang penuh resiko (Rahmat, 1989:146). 35 b. Sikap suportif adalah sikap yang mengurangi sikap defensif dalam komunikasi. Orang bersikap defensif bila ia tidak menerima, tidak jujur dan tidak empatis. Sikap terbuka sangat besar pengaruhnya dalam menumbuhkan komunikasi antrapribadi yang efektif. 3. Fungsi Komunikasi Interpersonal Fungsi utama komunikasi adalah mengendalikan lingkungan untuk memperoleh imbalan – imbalan teretntu berupa fisik, ekonomi, dan sosial. Sebagaimana telah dikemukankan bahwa komunikasi insane atau human communication baik yang non – antarpribadi maupun yang antrapribadi semua mengenai pengendalilan lingkungan guna mendapatkan imbalan seperti dalam bentuk fisik, ekonomi,dan sosial (Miller & Steiberg 1975). Imbalan seperti yang relatif dalam melakukan pengengdalian lingkunhan melalui komunikasi menambah kemungkinan menjadi bahagia, kehidupan pribadi yang produktif . 4. Hambatan Komunikasi Tidaklah mudah untuk melakukan komunikasi secara efektif. Beberapa ahli komunikasi menyatakan bahwa tidak mungkinlah seseorang melakukan komunikasi yang sebenar – benarnya efektif. Ada banyak hambatan yang bisa merusak komunikasi, berikut ini adalah beberapa hal yang merupakan hambatan komunikasi yang harus menjadi perhatian bagi komunikator kalau ingin komunikasinya sukses. Ada beberapa hambatan – hambatan komunikasi : 36 a. Gangguan Ada dua jenis gangguan terhadap jalannya komunikasi yang menurut sifatnya dapat diklasifikasikan sebagai gangguan mekanik dan gangguan semantik 1. Gangguan mekanik adalah gangguan yang disebabkan saluran komunikasi nya atau yang bersifat fisik. 2. Gangguan Semantik adalah gangguan yang bersangkutan dengan pesan komunikasi yang pengertiannya jadi rusak, gangguan semantik tersaring kedalam pesan melalui pesan bahasa. b. Kepentingan akan membuat seseorang selektif dalam menanggapi atau menghayati suatu pesan. Kepentingan bukan hanya mempengaruhi perhatian kita saja tetapi juga menentukan daya tanggap perasaaan, pikiran dan tingkah laku kita akan merupakan sifat reaktif terhadap segala perasangka yang bersesuaian atau bertentangan dengan suatu kepentingan. c. Presepsi jenis hambatan ini muncul dikarena setiap orang memiliki persepsi yang berbeda – beda mengenai suatu hal. Sehingga untuk menghasilkan sesuatu budaya akan mempunnyai pemikiran yang berbeda – beda. d. Motivasi terpendam, semakin sesuai komunikasi dengan motivasi seseorang semakin besar kemungkinan komunikasi itu dapat diterima dengan baik oleh pihak yang bersangkutan, sebaliknya komunikan akan mengabaikan sesuatu komunikasi yang tak sesuai dengan 37 motivasinya. Sering kali terjadi seorang komunikator tertipu oleh tanggapan komunikasi yang seolah – olah tampaknya khusus (attentive) menaggapinya, pesan tersebut tidak sesuai dengan motivasinya, tanggapan semu dari komunikan itu mempunyai motivasi terpendam. e. Prasangka merupakan salah satu rintangan atau hambatan berat bagi suatu komunikasi oleh karena itu orang yang memiliki prasangka belum apa – apa sudah curiga dan menentang komunikator yang hendak melancarkan komunikasi. Dalam prasangka emosi memaksa kita untuk menarik kesimpulan atas dasar prasangka tanpa menggunakan pikiran yang rasional. Prasangka bukan saja dapat terjadi terhadap suatu ras seperti sering kali kita dengar, melainkan juga terhadap agama, kelompok, pendiri politik, pendek kata suatu perangsang yang dalam pengalaman pernah memberi kesan yang tidak enak. C. Komunikasi Antarbudaya 1. Pengertian Komunikasi Antarbudaya Komunikasi antarbudaya sangatlah penting untuk dipahami karena melalui budayalah orang – orang belajar berkomunikasi dan mengasilkan sebuah perilaku, Sebuah perilaku mengandung makna untuk dipelajari dan diketahui karena terkait dalam budaya. Komunikasi lintas budaya sering juga disebut sebagai komunikasi 38 antar budaya. Meskipun secara konvensional antara budaya lebih luas dan lebih komprehensif dari pada komunikasi lintas budaya. Kapan pun kita berinteraksi dengan orang lain yang telah dibekali seperangkat pemahaman yang berbeda mengenai dunia, kita terlibat dalam komuikasi lintas budaya (Mulyana,56:2004). Tindakan mengandung banyak pesan yang potensial adalah sangat penting dalam komunikasi antarbudaya, Komunikasi antarbudaya terjadi bila komuikator memahami budaya komunikannya dalam melakukan proses penyampian pesan secara verbal maupun nonverbal agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam terciptanya tujuan yang sama (Mulyana, 2004:5). Martin dan Nakayama (Nasrullah, 2012:36) memandang bahwa mendekati budaya dan komunikasi bisa dari berbagai sisi, Budaya tidak hanya mempengaruhi komunikasi, tetapi juga bisa dipengaruhi oleh komunikan itu sendiri. Martin dan Nakayama menegaskan bahwa ada tiga pendekatan dalam mempelajari komunikasi antarabudaya yaitu: a. Pendekatan Fungsionalis Sering dikenal pendekatan ilmu sosial beranjak dari displin ilmu psikologi dan sosial. Pendekatan ini menyatakan bahwa pada dasarnya kebiasan manusia itu dapat diketahui melalui penampilan luar dan dapat digambarkan. Oleh karena itu kebiasaan manusia 39 dapat diprediksi dan dapat dikenali melalaui perbedaan – perbedaan budaya. b. Pendekatan Interpersonal Pendekatan bahwa pada dasarnya manusia ini mengkonstruk dirinya dan realitas yang berada diluar dirinya. Realitas oleh karena itu tidak bisa dipandang sebagai cerminan ekspresi manusia itu sendiri. Pendekatan ini meyakini bahwa baik budaya dan komunikasi itu bersifat subjektif. Oleh karena itu, pendekatan ini memberikan arahan bagaimana menggambarkan dan memahami kebiasaan manusia serta bukan bermaksud untuk mempredeksi kebiasaan. c. Pendekatan Kritis Pada dasarnya memiliki kesamaan dalam pendekatan interpretatif yang memandang manusia dalam kacamata subjek dan bukan dalam kacamata objek. Budaya tidak hanya merupakan tempat dimana interpretasi bisa muncul secara banyak dan beragam, melainkan juga terdapat kekuatan dominan didalamnya. Komunikasi antarbudaya akan lebih dipahami sebagai perbedaan budaya dalam memperesepsikan objek – objek sosial dan kerjadian – kejadian. Untuk memahai dunia dan tindakan – tindakan orang lain, kita harus belajar memahami kerangka mempersepsikan dunia. 40 persepsinya dan bagaimana Komunikasi antarbudaya adalah orang – orang yang memiliki kebudayaan yang berbeda ( etnis, ras,sosial ekonomi). Kebudayaan adalah cara hidup yang berkembang dan dianut oleh sekelompok orang serta berlangsung dari generasi kegenerasi. Unsur – unsur yang penting dalam komunikasi antarbudaya adalah: a. Rasa solidaritas adalah sebagai rasa senasib atau rasa setia kawan dalam suatu interaksi sosial kehidupan masyarakat dan upaya menjalin serta menciptakan rasa persaudaraan, kekerabatan dan kekeluargan dalam melakukan suatu kegiatan di masyarakat b. Tingkat persaudaran adalah rasa atau jiwa yang sedemikan rupa dalam diri seseorang sehingga mengangaap orang lain sebagai orang yang terdekat atau sepaham dengan induvidu tersebut. c. Tingkat penghargaan terhadap orang lain adalah suatu keadaan dimana seorang induvidu memandang induvidu lain sebagai sosok induvidu yang mempunyai hak dan kesempatan yang sama dengan diri induvidu itu sendiri. Atau dengan kata lain adalah suatu tindakan menghargai atas apa yang telah dilakukan dan dihasilkan tersebut. d. Rasa dan jiwa sosial adalah perasaan yang senatiasa ingin membantu orang lain sebagai bagian dari sistem kehidupan sosial induvidu tersebut. Biasanya menekankan pada bantuan berupa materi. e. Tingkat pengetahuan atas makna kerjasama dalam melakukan suatu perbuatan atau secara bersama – sama dan saling bergotong – royong serta saling membantu. Disini setiap anggota memiliki fungsi, tugas, 41 hak dan kewajiban masing – masing sesuai dengan kedudukannya untuk mencapai tujuan bersama. Menurut beberapa pendapat para ahli teori terhadap efek komunikasi antarbudaya yaitu ―: 1. Kemampuan seseorang untuk menyampaikan semua maksud atau isi hati secara profesional sesuai dengan kemampuan dan kompetensi yang ditampilkan secara prima 2. Kemampuan seseorang untuk berinteraksi secara baik misalnya mampu mengalihkan bahasa semua dan isi hatinya secara tepat, jelas dalam suasana yang bersahabat. 3. Kemampuan seseorang untuk menyesuaikan kebudayaan pribadinya dengan kebudayaan yang sedang dihadapinya meskipun dia harus berhadapan dengan tekanan dalam proses adaptasi tersebut. 4. Kemampuan seseorang untuk memberikan fasilitas atau jaminan bahawa dia bisa menyesuikan diri atau bisa mengelola berbagai tekanan kebudayaan lain terhadap dirinya. Secara umum, kata kunci efektifitas komunikasi adalah kemampuan seseorang untuk menjaga keseimbangan antara kegiatan interaksi relasi dan komunikasi diantara dua kebudayaan yang berbeda. Hambatan komunikasi adalah segala sesuatu yang terjadi menjadi penghalang untuk terjadinya komunikasi yang efektif. Ada beberapa hambatan – hambatan komunikasi Antarbudaya: 42 a. Fisik hambatan komunikasi semacam ini berasal dari hambatan waktu, lingkungan,kebutuhan diri dan juga media fisik. b. Budaya, hambatan komunikasi ini berasal dari etnis yang berbeda, agama, dan juga perbedaan sosial yang ada antara budaya yang satu dengan lainnya. c. Persepsi jenis hambatan ini muncul dikarenakan setiap orang memiliki persepsi yang berbeda – beda mengenai suatu hal. Sehingga untuk menghasilkan sesuatu budaya akan mempunnyai pemikiran yang berbeda – beda. d. Non verbal adalah hambatan komunikas yang tidak berbentuk kata – kata tetapi dapat menjadi hambatan komunikasi. e. Status sosial adalah hambatan komunikasi antarbudaya karena adanya tempat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok. D. Hubungan Komunikasi Dengan Budaya Hubungan antarbudaya dan komunikasi penting dipahami untuk memahami komunikasi antarbudaya, oleh karena itu melalui pengaruh budaya orang orang belajar komunikasi. Kemiripan budaya dalam presepsi memungkinkan pemberian makan yang mirip pula terhaap suatu objek sosial atau peristiwa. Cara cara kita berkomunikasi, keadaan – keadaan komunikasi kita, bahasa dan gaya bahasa yang kita gunakan, dan perilaku – perilaku nonverbal kita, semua itu merupakan respon terhadap fungsi budaya kita. Komunikasi itu terkait oleh budaya, sebagaimanaa budaya berbeda antara yang satu dengan yang lainnya, maka praktek dan perilaku 43 komunikasi induvidu – induvidu yang diasuh dalam budaya – budaya tersebut pun akan berbeda pula. E. Interaksi Sosial Interaksi sosial adalah hubungan – hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang – orang perorangan, antara kelompok – kelompok manusia. Maupun antara orang perorang dengan kelompok manusia dalam tingkah laku yang menyesuikan diri. Ketika interaksi sosial berlangsung pembagian informasi untuk penyesuaian budaya suatu kelompok dengan kelompok lain, serta perannya dalam kelompk tersebut ( Soerjono Soekanto 2001:55). Menurut Gillin dalam Soekanto (2001:71-104) menjelaskna bahwa ada dua golongan proses interaksi sosial yaitu : Proses Asosiatif Merupakan sebuah proses yang terjadi saling pengertian dan kerja sama timbal balik antara peroranga atau kelompok satu dengan yang lainnya dimana proses ini menghasilkan pencapian tujuan bersama. Proses yang asosiatif ke dalam tiga bentuk khusus yaitu : 1. Akulturasi adalah suatu proses yang dilakukan imigran untuk menyesuikan diri dengan memperoleh budaya pribumi yang akhirnya mengarah kepada asimilasi. 2. Asimilasi adalah suatu proses penerobosan dan peleburan (penyatuan) kepada seseorag maupun satu grup yang memiliki pikiran, perasaan, dan sikap dari orang/grup yang lain. Dengan 44 membagi pengalaman dan cerita atau sejarah termasuk juga kebudayaan didalam kehidupan mereka sebagaimana biasanya. 3. Akomodasi adalah proses sosial memiliki dua makna yiatu pertama. Adalah proses sosial yang menunjukkan pada suatu proses keadaan yang seimbang interaksi sosial antara induvidu dan antara kelompok di dalam masyarakat, terutama yang ada hubungannya dengan norma – norma dan nilai - nilai sosial yang berlaku dalam masyarkat. Kedua adalah suatu proses yang sedang berlangsung dimana akomodasi menampakkan suatu proses yang meredakan suatu proses pertentangan yang terjadi dimasyarakat, baik pertentangan yang terjadi diantara induvidu, kelompok dan masyarakat maupun dengan norma dan nilai yang ada di masyarakat itu. a. Proses Disosoatif Merupakan proses perlawanan yang dilakukan oleh induvidu - induvidu dan kelompok dalam proses sosial diantara mereka pada suatu masyarakat. Bentuk – bentuk proses disosiatif sebagai berikut.Persaingan 1. Persaingan Proses sosial dimana induvidu atau kelompok – kelompok berjuang dan bersangi mencari keuntungan pada bidang – bidang kehidupan yang menjadi pusat perhatian umum dengan cara 45 menarik perhatian publik atau dengan mempertajam prasangka yang telah ada, namun tanpa mempergunkan ancaman atau kekerasan. 2. Kontroversi Proses sosial yang berada antara persaingan dan pertentangan atau pertikaian, Secara umum, kontroversi adalah proses sosial dimana terjadi pertentagan pada tataran konsep wacana, sedangkan pertentangan atau perkaitan telah memasuki unsur – unsur kekerasan proses sosial. 3. Konflik Proses sosial dimana induvidu atau kelompok menyadari memiliki perbedaan – perbedaan misalnya bentuk fisik, emsosi, pola – pola perilaku, unsur – unsur kebudayaan. F. Etnis Etnis berasal dari bahasa Yunani ―Ethnios‖ secara harfiah digunakan untuk menerangkan keberadaan sekelompok penyembahan berhala atau kafir. Perkembangannya, istilah etnik mengacu pada kelompok yang diasumsikan sebagai kelompok yang fanatik dengan idologinya. Para ahli ilmu sosial menganalogikan kelompok etnik sebagai kelompok penduduk yang memlilki kesamaan sifat – sifat kebudayaan misalnya, bahasa, adat istiadat, perilaku dan budaya karakterisik budaya serta sejarah. 46 Menurut Koentjaraningrat Etnis adalah suatu golongan dari masyarakat yang terikat oleh kesadaran dan identitas akan kesatuan budaya, sedangkan kesadaran dan identitas tadi seringkali dikuatkan oleh kesatuan bahasa. (Menurut Naroll dalam Lilweri,2001:335) Kelompok etnik dikenal sebagai suatu populasi yang: a. Secara biologis mampu berkembang baik dan bertahan. b. Membentuk jaringan komunikasi dan interaksi sendiri. c. Memiliki nilai – nilai budaya yang sama dan sadar akan rasa keberasmaan dalam bentuk budaya. Menentukan ciri kelompoknya sendiri yang diterima oleh kelompok lain dan dibedakan dari kelompok lain. Etnik adalah himpunan manusia karena kesaman ras, agama, asal usul, bangsa ataupun kombinasi dari kategori tersebut yang terikat pada sistem nilai kebudayaannya (Lillweri.2001:335). Dalam masyarakat majemuk seperti Indonesia didalam kehidupan yang nyata etnis atau suku bangsa terwujud sebagai masyarakat suku bangsa yang mendiami sebuah wilayah yang diakui sebagai hak kedaulatanya. Ada kecenderungan untuk mengelompokkan diantara sesama suku bangsa sehingga setiap masayarakat etnis atau suku bangsa selalu dikaitkan dengan sesuatu wilayah yang merupakan tempat asal dan kehidupan dari etnis atau suku bangsa tersebut. Faktor – faktor yang membentuk perilaku sikap seseorang antara lain persepsi, norma, jaringan dan nila. 47 G. Etnis Tionghoa Etnis Tionghoa merupakan salah satu etnis di Indonesia yang berasal dari negara persisir Tenggara Cina yang terletak dikawasan Asia, yang memiliki eksitensi di Indonesia dan memilik kekayaan budaya. Nama Tionghoa adalah nama yang diekspresikan dengan kararkter Han (Hanzi). Nama ini digunakan secara luas oleh Negara Republik Rakyar Cina, Hongkong, Makau, dan keturunan Tionghoa mulai pada abad ke-15 ketika armada perdagangan Cina datang mengungjungi pelabuhan Sumatera Timur dan melakukan hubungan dagang sistem barter. Tionghoa atau tionghow adalah istilah yang dibuat sendiri oleh orang Tionghoa di Indonesia yang berasal dari kata zhonghua dalam bahasa Mandarin, Zhonghua dalam dielek hokian dilafalkan sebagai Tionghoa. Etnis Tionghoa merupakan salah satu komunitas masyarakat yang sebenarnya masih memiliki tradisi Emigran. Ditandai dengan dimilikinnya sifat fleksibel, ulet, dan tidak segan bekerja keras tahan banting dan punya rasa solidaritas tinggi. Disamping itu pula. Adanya budaya Nepotis dan Stereotip yang demikian melekat membekali sebagai besar etnis Tionghoa menjadikan kalanagan ini menjadu cenderung eksklusif, opurtunistis, serakah, pelit, maunya untung dan enaknya saja, ahli dalam menyogok. Adapun ciri – ciri etnis Tionghoa sebagai berikut ; 1. Lebih menojol pada bidang Wiraswasta 2. Orang Cina memiki sifat hemat 3. Menekankan pada pendidikan 4. Handal dan dapat dipercaya 48 5. Materi dibawah nilai komunitas Karakteristik dari budaya Tionghoa dibagi menjadi dua, yakni eksternal dan internal, eksternal adalah wujudnya atau bentuk dari budaya itu sendiri, sedangkan internal adalah karakternya yakni spritnya dari budaya itu sendiri, namun para ahli masih berbeda pendapat mengenai kedua karakteristik ini. Kalau disimpulkan wujudnya eksternalnya dapat dibagi menjadi empat aspek yaitu. 1. Kesatuan Budaya Tionghoa dalam sejarahnya selama ribuan tahun, secara pelan – pelan membentuk sebuah budaya yang menjadikan Tionghoa sebagai pusat/ estrnal, dan bersamaan juga menghimpun budaya bangsa lain menjadi bagian/ terintergasi dalam budaya Tionghoa. Bentuk penyatuan ini berfungsi kuat dalam pengasimilasian, dan perlu kita ketahui bahwa budaya Tionghoa dalam sejarah Tiongkok jaman apapun tidak pernah pecah dan tercerai berai.walaupun mendapatkan ancaman dari luar,kekacauan politik,perpecahan negara., budaya Tionghoa masih tetap utuh kokoh.karakteristik ini sangat sulit ditemukan dalam kebudayaan bangsa lain didunia. 2. Kontinu/berkesinambungan Dalam zhongguo wenhua gailun-garis besar budaya Tionghoa, Li Zhonghua, mengatakan bahwa kebudayaan Tionghoa dalam sejarah perkembangannya tidak pernah putus,melainkan berkembang secara berkesinambungan dalam berbagai dinasty.tidak seperti kebudayaan Mesir kuno, Babylon, ataupun kebudayaan Yunani kuno. 49 3. Sangat menerima,dan tenggang rasa Budaya Tionghoa sangat welcome terhadap budaya lain. semuanya diterima baik didalamnya.seperti agama Buddha yang berasal dari India, semuanya diterima menjadi bagian dari budaya Tionghoa itu sendiri. 4. Aspek keanekaragaman Meskipun budaya Tionghoa merupakan satu kesatuan yang utuh ,namun dengan berbagai suku bangsa dan sub suku bangsa didalamnya menjadikannya sangat beraneka ragam. Adapun karakteristik internal itu juga banyak aspeknya,tapi pada umumnya adalah : 1. Menurut Feng Youlan, budaya Tionghoa ditinjau dari aspek filosofisnya adalah unsur confusianisme yang dominan,confusianisme sangat berperan penting dalam membangun moralitas dan psikologis orang Tionghoa. 2. Menurut Ren Jiyue, budaya Tionghoa dari aspek religius terbentuk dari tiga agama yang menyatu, yakni konfusianisme,taoisme,dan buddhisme. 3. menurut Li Zehou, budaya Tionghoa dtinjau dari aspek estetika, tradi budaya Tionghoa terbentuk dari kumpulan aspek sosiopolitik dan filosofi 4. Menurut Liang Shuming, budaya Tionghoa menjadikan etika,hubungan antar manusia sebagai dasar, orang tua harus menyayangi anaknya,anak harus berbakti terhadap orang tua,dll. 50 Budaya Tionghoa akan mendapat tantangan yang luar biasa di era golabalisasi ini, dengan gempuran budaya Barat yang sangat dasyat,sehingga banyak orang merasa kuatir generasi muda akan membuang tradisi Tionghoa. Budaya Tionghoa sekarang berada dalam masa / tahap perubahan dan tahap perkembangan. perubahan gaya hidup masyarakat, perubahan taraf hidup secara ekonomi,akan mempengaruhi pola pikir,gaya hidup,cara berpakaian,hobby, moral , etika terus berubah.Oleh karena itu,sebaiknya ada kesadaran kita sebagai generasi muda untuk memnfilter budaya asing yang negatif dan memahami budaya sendiri, sehingga kita tidak kehilangan jati diri kita. perkembangan dan pemeliharan Budaya Tionghoa dimasa depan terletak ditangan kita. H. Pribumi Pribumi atau penduduk asli adalah setiap orang yang lahir di suatu tempat, wilayah atau negara, dan menetap disana. Pribumi bersifat Autochton ( melekat pada suatu tempat). Secara lebih khusus, istilah pribumi ditunjukan kepada setiap orang yang terlahir dengan orangtua yang juga di suatu tempat tersbut. Pribumi memiliki hak milik pribadi. Isitlah pribumi biasannya digunakan sehubungan dengan penduduk asing, terutama etnis Tionghoa yang di anggap sebagai pribumi. Maksud dari pribumi adalah penduduk asli Indonesia. Akan tetapi istilah non pibumi banyak digunakan sampai sekarang, terutama berkaitan dengan orang cina walaupun mereka sudah tinggal lama di Indonesia serta tidak lagi berbahas Cina dan suka menjadi warga Negara Indonesia ( WNI). Oleh karena itu, ada yang berpendapat bahwa istilah non pribumi dan pribumi itu bersifat diskriminasi, bahkan ada yang 51 meyebutkanya dengan rasial. Kata pribumi diambil dari bahas jawa, yang artinya wong asal ing tanag kono ( Baoesastra Jawa Poerwadarminta), artinya penduduk asli suatu daerah atau satu tempat. Dalam lingkungan kesenian, istilah pribumi biasa digunakan untuk menyebutkan karya seni hubungannya yang kuat dengan tradisi setempat. 52 yang memperlihatkan BAB III METODE PENELITIAN A. METODE PENELITIAN 1. Jenis Penelitian Metode penelitian ialah suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan – peraturan yang terdapat dalam penelitian, yaitu yang menyangkut bagaimana kita mengadakan penelitian ( Usman & Purnowo,2004:42). Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekata kualitatif karena fokus dari penelitian ini adalah menggambarkan tentang apa – apa saja yang menjadi hambatan komunikasi intepersonal antara etnis Tionghoa dan pribumi di Kelurahan Silalas Kota Medan. Penelitian Kualitatif adalah jenis penelitian yang temuan – temuannya tidak diperoleh melalui prosedur kuantifikasi, perhitungan statistik, atau bentuk – bentuk cara lainya yang menggunakan ukuran angka. Kualitatif bearti sesuatu yang berkaitan dengan aspek kualitas, nilai atau makna yang terdapat dibalik fakta dan hanya dapat dijelaskan melalui bahasa atau kata – kata ( Gunawan, 2013:82). 53 2. Informan ( Narasumber) Narasumber (infroman) adalaha orang yang memberikan informasi yang diperlukan oleh peneliti dan berkompeten atau menguasai informasi yang diberikan yaitu mengenai hambatan komunikasi interpesrsonal antara etnis Tionghoa dan pribumi di Kelurahan Silalas Kota Medan. Jumlah Infroman yang diambil dalam penelitian ini adalah 10 orang yakni 4 etnis Tiongahoa dan 6 etnis Pribumi. Narasumber pribumi yaitu : 1. Muhammad Helmi Zarli Hasibuan : Wirausaha 2. Khairini Sarif : Ibu Rumah Tangga 3. Hj Muri Fauzi : Guru Privat 4. Fazri SH : PNS 5. Sarah Rizky : Mahasiswa 6. Ahmad Ihsan Sani : Mahasiswa 1. Lie Bie Tju : Pedagang 2. Herina : Wirausaha 3. Liza Liyana : Pegawai Laundary 4. Amoy : Ibu Rumah Tangga Etnis Tionghoa yaitu : 54 B. Defenisi Konsep Definisi Konsep adalah penjabaran lebih lanjut dari kerangka konsep. Adapun yang menjadi definisi konsep dalam kerangka konsep yaitu. 1. Pribumi : Pribumi atau penduduk asil adalah setiap orang yang lahir di suatu tempat, wilayah atau negara, dan menetap disana. Pribumi ditunjukan kepada setiap orang yang terlahir dengan orang tua yang terlahir di suatu tempat tersebut. 2. Hambatan Komunikasi : Segala sesuatu yang menjadi penghalangnya komunikasi efektif. Baik melalui komunikasi verbal maupun Non verbal yang menyebabkan terjadinya kegagalan komunikasi antara komunikator dan komunikan. 3. Etnis Tionghoa adalah : Merupakan salah satu Etnis di Indonsai yang berasal dari negara persisi Tenggara Cina yang terletak dikawsan Asia yang memiliki eksitensi Indonesia dan memiliki kekayaan budaya. C. Kerangka Konsep Dalam melakukan penelitian, sesorang penelitian membutuhkan kerangka konsep untuk menggamabarkan secara tepat fenomena yang diteliti, yakni istilah dan defenisi yang digunakan secara abstark, kejadian, keadaan, kelompok atau induvidu yang menjadi pusat perhatian ilmu komunikasi. Melalui kerangka konsep, peneliti diharapkan akan dapat menyederhanakan pemikirannya dengan menggunakan istilah untuk 55 beberapa kejadian yang berkaitan satu dengan yang lainnya (Singarimbun, 1995:32). Tabel 1.1 Hambatan Etnis Tionghoa Pribumi Komunikasi D. Kategorisasi Penelitian ini memberitahukan bagaimana caranya mengukur hambatan komunikasi interpersonal antara etnis Tionghoa dan pribumi didalam berkomunikasi. Tabel 1.2 Kategoris Indikator Hambatan komunikasi Hambatan komunikasi interpersonal antara etnis Tionghoa a. Bahasa dan Pribumi Di Kelurahan Silalas - Verbal Kota Medan. - Non verbal b. Status Sosial c. Kepercayaan d. Budaya e. Pandangan Negatif f. Fisik g. Gangguan - Mekanik h. Motivasi Terpendam 56 E. Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh data dan informasi yang dapat dijadikan bahan penelitian ini, maka penulis mengumpulkan data dengan cara : a. Penelitian kepustakan Yaitu peneliti yang dilakukan dengan cara mempelajari dan mengumpulkan data melalui literature dan sumber yang relevan dan mendukung penelitian dalam hal ini penelitian kepustakan dilakukan dengan membaca buku – buku literature yang berkaitan dengan masalah yang dibahas. b. Penelitian lapangan Penelitian ini dilakukan dengan pengumpulan data yang melalui kegiatan survey dilokasi penelitian, pengumpulan data dari responden melalui wawancara dan observasi. 1. Observasi, yang dipakai dalam penelitian ini adalah observasi tanpa berpartisipasi. Dalam observasi tanpa berpartisipasi, peneliti hanya mengamati dari luar tanpa melibatkan diri dengan yang diamati. Dalam hal ini penelitian bertindak sebagai orang luar yang melihat gejala yang diamati tersebut. 2. Wawancara, yang dipakai dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam, wawancara tersebut dilakukan dengan memperoleh keterangan sesuai masalah yang diteliti. Wawancara mendalam ditunjukan kepada informan dangkal, informan kunci, informan biasa. 57 F. Teknik Analisis Data Analisi data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisi kualitatif yaitu tentang hambatan komunikasi interpesonal antara etnis Tionghoa dan Pribumi . Data yang telah dipakai dari hasil observasi, wawancara, dan sumber keputusan disusun dengan menggunakan tabulasi. Berdasarkan keterkaitan data satu sama lain yang telah dikategorisasikan. G. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Silalas lingkungan III di Kota Medan. Yang dilaksanakan pada tanggal 12 maret 2014 – 20 maret 2014. Dikelurahan Silalas memilili suku, agama, mata pencarian yang berbeda – berbeda berdasrkan jumlahnya adalah sebagai berikut. Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama Table 1.3 Agama Jiwa Islam 522 Kristen 73 Katolik 27 Hindu - Buddha 242 Kong Hichu - 58 Jumlah Penduduk Berdasarkan Suku Bangsa Tabel 1.4 Suku Bangsa Jiwa Taput 76 Mandailing 332 Minang 21 Karo 11 Diri 8 Melayu 28 Cina 531 Jawa 33 Aceh 6 Jumlah Pendduk Berdasrkan Mata Pencarian Tabel 1.5 Mata Pencarian Jiwa Pegawai Negri 9 Abri 1 Polisi 1 Pegawai swasta 92 Pedagang 5 59 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pengajian Dan Pengolahan Data Bab ini merupakan uraian dari hasil penelitian yang mengenai Hambatan Komunikasi Interpersonal Antara Etnis Tionghoa Dan Pribumi. Di Kelurahan Silalas Kota Medan. Analisi yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kualitatif dengan mencarik data yang sedalam – dalamnya. Penelitian melakukan wawancara dengan narasumber secara langsung tentang Hambatan Komunikasi Interpesonal Antara Etnis Tionghoa Dan Pribumi. Di Kelurahan Silalas Lingkungan 3 Kota Medan dan menetapkan sebanyak 10 (Sepuluh) orang narasumber yaitu 4 (empat) orang Tionghoa dan 6(enam) Pribumi. B. Hasil Wawancara Berdasarkan wawancara yang saya lakukan pada tanggal 14 – 25 febuary di KELURAHAN SILALAS KOTA MEDAN. Diperoleh data dari Muhammad Helmi Zarli Hasibuan yang beralamat jl.Kelapa No 13/3 adalah salah satu warga pribumi yang tinggal didaerah Kelurahan Silalas. Masyarakat yang tinggal di daerah tersebut bercampur baur dengan masyarakat pribumi dan Tionghoa Tetapi tidak semua masyarakat tionghoa yang dia kenal dan mau berkomunkasi dengan pribumi, itu pun hanya beberapa orang yang dia kenal saja mau dia ajak 60 berkomunikasi. Cara dia berkomunikasi dengan mereka, pada saat dia keluar rumah mereka selalu bertegor sapa, selalu bercerita – cerita tentang kegiatannya sehari – hari, itu pun dengan etnis Tionghoa yang sudah dia kenal dekat ,tetapi kalau yang tidak terlalu dekat sangat jarang untuk bertegor sapa dengan etnis Tionghoa. 1. Hambatan bahasa ketika berkomunikasi dengan orang Tionghoa sudah tidak terjadi, karena kalau berkomunikasi dengan pribumi yang tidak bisa menggunakan bahasa hokien, etnis Tionghoa menggunakan bahasa Indonesia, sedangkan kalau berkomunikasi dengan etnis Tiongha dan pribumi yang bisa menggunakan bahasa hokien etnis Tionghoa biasanya menggunakan bahasa hokien. 2.Penggunaan bahasa tubuh saat berkomunkasi masih digunakan, biasanya digunakana pada saat berbicara dengan mereka, mereka mengangukan kepala untuk mengatakan iya, tanpa mengatakan iya dengan bersuara. 3. Adanya perbedaan status sosial sangat berpengaruh dan sangat kelihatan dilingkungannya, Umumnya etnis Tionghoa yang mempunyai harta yang berlebih, jabatan tinggi, dibandingkan dengan masyarakat pribumi, masih membatasi atau menutupi diri dari pribumi. 4. Pandangan tersebut membuat masyarakat pribumi berprasangka negatif terhadap etnis Tionghoa, yang merasa bahwa etnis Tionghoa itu terlihat sombong tidak mau bergaul dengan masyarakat pribumi karena mereka merasa status sosial mereka dan etnis mereka lebih tinggi dari masyarakat pribumi. 5.Tingkat kepercayaaan bertetangga diantara mereka tidak ada masalah, dikarena masyarakat pribumi dan etnis Tionghoa tidak pernah berbuat macam – macam dilingkungannya, 6. begitu juga dengan perbedaan kebudayan dan agama 61 dianatara mereka, mereka saling menghormati kebudayaan dan agama masing – masing , seperti pada saat imlek mereka tidak membedakan untuk mengundang bertamu kerumahnya ,malah mereka sangat welcome untuk di kunjungi. sedangkan dengan agama mereka juga menghormatinya dan sudah paham dengan agama masing – masing. 7. Perbedaan bentuk fisik juga bukan suatu penghalang untuk berkomunkasi dengan mereka, kalau mereka mau bersosialisai, dan juga mereka sudah tinggal dilingkungan Silalas dan mereka sudah menjadi masyarakat Indonesia. 8. Penggunaan alat komunkasi atau handponed saat berkomunkasi sudah sangat efektif digunakan saat berkomunikasi dengan etnis Tionghos dan tidak ada kesalahan arti pesan karena mereka juga menggunakan bahasa Indonesia saat berkomunkasi hal tersebut sangat membantu pengertian pesan. 9. Menurut Helmy, dia masih memandang etnis Tionghoa mempunyai suatu motivasi, dikarenakan etnis Tionghoa lebih mementingkan pekerjaan mereka dari pada berinteraksi atau berkomunikasi dengan lingkungan mereka. Narasumber selanjutnya Khairan Sarif seorang ibu rumah tangga yang sudah 28 tahun tinggal daerah kelurahan Silalah yang beralamt Jl. Pisang no 52. Dia mengatakan didaerah tempat dia tinggal memang kebanyaakan orang Tionghoa dari pada pribumi. Hubungan komunikasi mereka sangat baik, dia dan etnis Tionghoa selalu mengunjungi rumah mereka bercerita dan selalu berpergian sama dalam suatu acara bersama mereka. Dan juga selalu bertegor sapa pada saat keluar dari rumah. 1. Penggunaan bahasa saat berkomunikasi yaitu bahasa Indonesia karena pada umumnya mereka menggunakan bahasa Indonesia kepada pribumi dan diriny yang ada dilingungan Silalas. 2. Penggunaan bahasa tubuh tidak 62 digunakan saat berkomunikasi karena etnis Tionghoa yang ada di lingkungannya ini sudah bisa dikatakan paham dengan bahasa Indonesia tanpa harus menggunakan bahasa tubuh. 3. Menurut ibu Khairini Tidak ada lagi perbedaan status sosial diantara mereka, mereka tidak pernah membedakan – bedakan status sosial, karena di daerahnya status sosialnya biasa – biasa saja, 4. Hubungan komunikasi yang sangat baik tidak membuat adanya prasangka negarif diantara etnis Tionghoa, malah mereka sangat baik dan saling menghargain satu sama lain dengan warga disini dan mereka juga mau membantu ketika ada warga disini dalam kesulitan. 5. Adanya hubungan komunikasi yang baik menimbulkan tingkat kepercayaan yang ada dilingkungan mereka. Dikarenakan sudah lama bertetangga dengan mereka tidak pernah ada masalah apa – apa dengan mereka. 6. Menurut ibu Khairani, kebudayaan yang berbeda tidak membuat mereka jauh darinya , karena mereka tidak pernah membawa – bawa kebudayaan mereka saat berkomunikasi dan juga mereka tidak pernah menampakan bahwa suatu kebudayaan yang mereka miliki itu berbeda dengan warga pribumi dan dirinya untuk berinteraksi. Begitu juga dengan agama malah mereka sangat menghargain perbedaan agama yang ada disini, tidak pernah untuk saling menjauh atau menutup diri untuk berkomunikasi.7. Menurutnya Perbedaan bentuk fisik dengan diantara mereka tidak suatu masalah karena mereka itu sama semuanya sama sepertinya malah sudah seperti kerabat dekat. 8. Mereka tidak menggunakan alat komunikasi saat berkomunikasi, dikarenakan mereka selalu berkomunkasi langsung tanpa menggunakan handponed. Kalau etnis Tionghoa atau pun dia ada keperluan mereka langsung mendatangi rumah mereka satu sama lainnya, Karena 63 berkomunikasi secara langsung dengan berjumpa dengan mereka akan lebih enak untuk berkomunikasi atau apa yang ingin kami berbicarakan. 9. Menurtnya adanya Motivasi yang dimiliki etnis Tionghoa tidak menjadi penghalang saat berkomunikasi, karena mereka tidak pernah memperlihatkan kepadanya tentang adanya motivasi mereka untuk tidak berkomunikasi dengan dirinya . Malah mereka sangat sering berkomunikasi dengannya baik itu hal – hal penting maupun tidak penting yang mereka bicarakan. Orang pribumi selanjutnya yaitu Hj. Muri Fauji seorang Guru privat yang beralamat Jl. Kelapa No.3b, dia bertetanggan dengan orang Tionghoa dan hampir semua orang Tionghoa. Dia selalu berkomunikasi dengan etnis Tionghoa yang dia kenal saja, komunikasi yang mereka lakukan, pada saat mereka bertemu saling bertegor sapa, tetapi sama etnis Tionghoa yang sudah kenal . tetapi kalau cina yang tidak kenal sama warga setempat tidak mau negor atau berbicara. 1. Ketidakpahaman saat berkomunikasi masih sering dijumpaain dikarenakan, sebagaian dari etnis Tionghoa selalu menggunakan bahasa hokien didepannya saat berbicara dengan sesama etnis Tionghoa, jadi dia kurang mengerti dengan apa yang sedang mereka bicarakan, karena tidak semua bahasa hokien yang dia tau. 2. Penggunaan bahasa tubuh masih sering digunakan , penggunaan bahasa tubuh yang sering digunakan ketika saat berkomunikasi dengan mereka, seperti menganggukan kepala menyatakan iya pada saat dia tidak mengerti dengan apa yang dikatakan mereka. Menurut ibu Fauji 3. perbedaan status sosial dianatara mereka masih sangat kelihatan terutama pada pribumi yang status sosialnya rendah , etnis Tionghoa 64 melihat orang pribumi ini agak miring . karena selalu memintai duit jadi mereka berfikir orang pribumi tukang mintak – mintak , tukang ngemis sama mereka dan rata –rata etnis Tionghoa dilingkungan sini seperti itu. Dan ketika kalau datang kerumahnya etnis Tionghoa, meraka tidak mau membukakan pintu untuk orang pribumi, karena mereka tau kita bukan dari kalangan atas. 4. Adanya hal tersebut menyababkan Prasangka negatif terhadap etnis Tionghoa, etnis Tionghoa terkesan sombong tidak mau bersoslisasi, pada saat ada perlunya saja mereka itu datang ke kita. Dan juga kelihatan takut , takut di pinjami di mintain duit nya sama orang kampung sini. Mereka itu juga terutup sama kita hanya sekedarnya saja sebatas tegor sapa jarang untuk mengobrol. 5.Namun dalam segi kepercayaan etnis Tionghoa dilingkungan Silalas sangat dipercaya dalam bertetangga, terutama dalam segi keamanan dia lebih percaya sama mereka. Karena mereka tidak pernah berbuat yang bermacam – macam. Menurut ibu fauji 6. Adanya kebudayaan dan agama yang berbeda, Semua itu tergantung etnis Tionghoanya, ada etnis Tionghoa yang tidak mempersoalkan itu semua dan ada juga yang mempersoalkan itu. Tetapi ada beberapa etnis Tionghoa yang sudah dia kenal dekat, mereka sangat tidak mempersoalkan itu dan menghormati budaya dan agama yang berbeda. Ketika tahun baru mereka, mereka selalu mengundangnya dan juga mengasih makan – makan mereka sebagai rasa sosial dari mereka. 7. Adanya perbedaan fisik antara dia dan Etnis Tionghoa tidak menjadi suatu masalah, karena dia tidak merasa berbeda dengan etnis Tionghoa, menurutnya semua sama saja, karena mereka sudah tinggal dilingkungan sini‘. 8. Penggunaan alat komunikasi digunakan pada ketika ada hal – hal penting yang 65 ingin mereka bicarakan kepadanya. Dan mereka sudah menggunakan bahasa Indonesia pada saat berkomunikasi. 9. Menurut ibi Fauji Jarangnya etnis Tionghoa berkomunikasi dengan pribumi menimbulkan, pandangan bahwa etnis Tionghos memilki suatu motivasi dikarenakan mereka selalu berpergian ,Pergian dari pagi sampai malam dan tidak pernah bersosilisasi dengan pribumi disini dan sangat jarang. Mereka lebih mementingkan diri mereka sendiri dari pada lingkungan mereka. Selanjutnya Fazri SH yang beralamat di Jl. Pisang No.28 dia sudah sangat lama bertetanggan dengan etnis Tionghoa dan mayoritas tetangganya etnis Tionghoa. Mereka selalu berkomunikasi ketika dia keluar rumah selalu menegor mereka dan begitu sebaliknya ,dia selalu bercerita – bercerita denga etnia Tionghoa. 1.Pada saat berkomunikasi mereka selalu menggunakan bahasa Indonesia, jadi tidak terjadi lagi kesalah pahaman saat berkomunikasi. 2. Penggunaan bahasa tubuh tidak lagi digunakan saat berkomunikas, dikarenakan sudah saling mengerti dengan apa yang dia bicarakan, jadi tidak perlu lagi menggunakan bahasa tubuh. 3.Menurut ibu Fazri, Perbedaan status sosial sudah tidah kelihatan lagi dianataranya dan mereka, karena sudah tidak ada membeda – bedakanya status sosial malah tetangga yang beretnis Tionghoa sudah seperti saudara dekat baginya. Mereka saling menolong satu sama lain dalam kesusahan tadi perlu lagi untuk canggung meminta bantuan. 4.Hubungan komunikasi yang baik membuat tidak adanya prasangka negatif terhadap etnis Tionghoa dan dirinya. Dikarenakan etnis Tionghoa yang tinggal dilingkungannya tidak sombong dan sudah bersosalisasi dengan baik 66 dilingkungan ini. Jadi tidak ada yang perlu nilai negatif dari mereka. 5. Sikap kepercayaan bertetangga juga sudah sangat saling percaya diantara mereka, dan tidak ada yang perlu dicurigain satu sama lainnya. 6. Menurutnya adanya kebudayaan yang berebeda diantara mereka menimbulkan sikap positif diantara mereka, Malah dengan adanya kebudayaan yang berbeda disini membuat hubungan komunikasi mereka semakin baik, mereka saling berkunjung dan mengantrakan makanan pada saat Lebaran maupun tahun baru Imlek dengan mereka,dan itu membuat hubungan mereka semakin erat. Begitu juga dengan agama mereka saling menghargain agama saya dan tidak mempermasalahkannya karena memiliki kepercayan masing – masing. 7. Tidak ada perbedaan fisik yang antara dia dan etnis Tionghoa karena selama dia tinggal dilingkungannya dia merasa sama seperti mereka, karena mereka juga sudah menjadi warga negara Indonesia. 8. Mereka juga sering melakukan komunikasi melalaui handponed, pada saat mereka lagi diluar kota mereka saling mengabarin satu sama lain.untuk melihat rumahnya yang tinggalkan dan juga bahasa yang sering meraka gunakan bahasa Indonesia karena mereka sudah lancar mempergunakanya. 9. Dia melihat etnis Tionghoa memiliki motivasi, tetapi menurutnya Walaupun etnis Tionghoa mempunyai motivasi mereka tetap mau berkomunikasi dengannya dan pribumi disini. Mereka tidak pernah membawa – bawa motivasi mereka untuk tidak berkomunikasi dengan saya. Selanjutnya Sarah rizky yang beralamat di Jl. Pisang No 59 sudah lama bertetanggan dengan Etnis Tionghoa dan juga lingkungan rumahnya beretnis Tionghoa. Dia berkomunikasi pada saat dia keluar rumah mereka selalu bertegor 67 sapa sama mereka, tetapi hanya yang dia kenal saja, kalau tidak kenal tidak saling bertegor sapa. 1. Saat berkomunikasi sudah tidak ada lagi terjadi salah pengertian karena sudah menggunakan bahasa Indonesia kepadanya, tetapi terkadang ernis Tionghoa mau berbahasa hokien didepannya saat berjumpa dengan sesama etnis Tionghoa dan dia tidak mengerti apa yang di bicarakan mereka. 2. Penggunaan bahasa tubuh jarang mereka gunakan karena sudah menggunakan bahasa Indonesia jadi sudah mengerti. 3. Menurutnya perbedaan status sosial diantara mereka masinh sangat kelihatan dilingkungannya, sebagian etnis Tionghoa melihat orang pribumi yang dibilang kalangan bawah, mereka tidak mau berkomunikasi apalagi berinteraksi, mereka cuek aja gak open ungkapya. 4. Hal tersebut menimbulkan adanya pandangan negatif terhadap etnis Tionghoa, karena mereka kelihatan sombong, tertutup tidak mau berbaur dengan dia dan warga pribumi , apalagi etnis Tionghoa yang kaya benar – benar tertutup, Merasa paling tinggi status sosialnya. 5. Namun tidak tentang sikap kepercayaan yang ditimbulka, mereka Saling percaya satu sama lainnya. 6. Begitu juga dengan kebudayaan dan agama yang berbeda tidak menjadi suatu masalah karena Etnis Tionghoa yang dia kenal selalu menghargain kebudayaan dan agama masing masingnya gak pernah mengganggu atau mengejek agamanya. 7. Perbedaan fisik juga bukan hal yang dipermasalahkannya baginya karena menurutnya semua sama aja, sama – sama ciptaan tuhan, dan mereka udah tinggal di Indonesia jadi sama aja.8. Komunikasi via teleponed tidak peranh terjadi diantara mereka. Karena kalau mau berbicara biasanya dia langsung menjumpain mereka, dan dia juga tidak tau no handponed mereka. 9. Menurutnya Etnis Tionghoa memiliki 68 motivasi. Hal tersebut dikarenakan etnis Tionghoa jarang ada dirumah, mereka sibuk bekerja dan kurang mau berinteraksi sama orang pribumi disini. Orang pribumi selanjutnya adalah Ahmad ihsan beralamat di Jl.Patimura yang bertanggan dengan etnis Tionghoa dan mayoritas tetangganya orang Tionghoa, dia selalu berkomunikasi dengan etnis Tionghoa dengan cara bertegor sapa bagi yang dia kenal. 1. Namun terkadang dia tidak mengerti apa yang mereka bicarakan saat bersamaan di karenakan etnis Tionghoa menggunakan bahasa hokien didepannya saat berbericara sesama etnis Tionghoa, jadi dia tidak mengerti apa yang mereka bicarakan, dia merasa mereka membicarakan rahasia yang dia tidak boleh tau. 2. Untuk mempermudah pengertian pesan dia mengggunakan bahasa tubuh untuk memperjelas maksud dan tujuannya. 3. Perbedaan status sosial dilingkungannya sangat kelihata sebagian besar etnis Tionghoa tidak mau berkomunikasi sama pribumi yang tidak kaya, mereka milih – milih saat berkomunikasi. 4. Hal tersebut membuat prasangka negatif kepada etnis Tionghoa karena dia merasa, etnis Tionghoa sombong, tidak mau bersosalisasi, hanya sama orang tertentu saja, tertutup juga tidak terlalu akrab sama orang pribumi. 5. Adanya sikap kepercayaan yang dimiliki mereka saat bertanggaan membuat dia tidak mengkhawtirkan bertetanggan dengan etnis Tionghoa.6. Adanya kebudayaan dan agama yang berbeda tidak berpengaruh satu sama lainnya diantara mereka, karena tidak ada yang mengganggu satu sama lainnya. 7. Begitu juga dengan perbedaan fisik yang dimiliki mereka, karena dia merasa sama saja, menurutnya yang membedakan hanyalah dia hitam dan etnis 69 Tionghoa putih 8. Namun dia dan etnis Tionghoa tidak pernah melakukan komunikasi melalui telepond, karena kalau dia ada keperluan, dia lansgung menemuinya secara langsung. 9. Menurutnya etnis Tionghoa masih lebih mementingkan pekerjaan mereka dari pada harus bersosialisasi dengan lingkungannya. Selanjutnya etnis Tionghoa Lie Bie Tju beralamat Jl.Pisang No.62 yang tinggal didaerah Kelurahan Silalas yang berbaur dengan masyarakat pribumi. Tidak semua orang pribumi yang dia ajak berkomunikasi, hanya beberapa mereka saja yang mau diajak berkomunikasi dengannya. Biasanya kalau yang sudah dia kenal dia selalu bertegor sapa saat keluar rumah. 1. Bahasa yang mereka gunakan bahasa Indonesia saat berkomunikasu agar tidak terjadi kesalah pahaman saat berkomunikasi. 2. Untuk lebih memperjelas maksud dan tujuannya biasanya mereka menggunakan bahasa tubuh untuk memeperjelasnya. 3. Menurutnya Perbedaan status sosial diantara mereka tidak terlalu di permasalahkan karena didaerahnya ststus sosialnya sama – sama tidak terlalu tinggi. 4. Hal tersebut membuat tidaknya adanya prasangka negatif diantara mereka karena dilingkunganya orang pribumi bersikap baik kepadanya. 5. Pengertian membuat sikap kepercayaan diantara mereka saat bertetanggaan karena dia sudah lama tinggal dilingkunganya. 6. Adanya Perbedaan kebudayaan dan agama tidak jadi masalah baginya, karena sudah memiliki nya masing – masing jadi tidak ada yang harus dipermasalahkan asalkan saling menghargain dan menghormati nya. Dan juga tidak saling mempermasalahkannya. 7. Perbedaan fisik tidak perlu dipermasalhkan karena sudah sama lama tinggal di lingkungan sini. 8. Saat 70 berkomunikasi mereka hanya melalukannya dengan cara bertemu langsung, tidak pernah melalui handponed. Selanjutnya etnis Tionghoa yaitu Herina yang beralamat di Jl. Sedeli No.19b Dia bertetanggaan dengan pribumi sudah cukup lama dan selalu berkomunikasi dengan mereka setiap harinya, Pada saat keluar rumah selalu mereka bertegor sapa dan mengobrol. 1. Bahasa yang mereka gunakan dalam berkomunikasi bahasa Indonesia, karena dia sudah lancar untuk mengunakan bahasa Indonesia jadi tidak terjadi kesalah pahaman saat berkomunikasi diantaranya. 2. Kelancaranya saat berbahasa Indoneisa membuatnya tidak perlu lagi menggunakan bahasa tubuh saat berkomunikasi. Karena dapat membuat kesalahpahaman saat berkomunikasi. 3.Adanya perbedaan status dilingkungannya tidak membuatnya tidak berkomunikasi dengan orang pribnumi, karena menurutnya semua status sosial itu sama saja mau kaya mau sederhana gak ada yang menjadikan jarak diantaranya. Status kami tetap sama tetap tinggal disini, dan juga kami disini saling membutuhkan satu sama lain. 4.Begitu juga dengan prasangka negatif dia merasa tidak ada yang harus saya lihat buruk dari mereka karena kalau kita baik sama mereka, mereka juga baik sama kita. 5. Hal tersebut membuat sikap kepercayaan diantara mereka saat bertetangga tidak ada yang perlu mereka takud atau curigaan. 6. Perbedaan kebudayaan dan agam menimbulkan sikap teloransi diantara mereka jadi tidak perlu dipermasalahkan, kebudayaannya memang berbeda tetapi mereka sudah saling mengerti dan paham,dan juga tentang agama soalnya semua agama juga mempunyai tujuan yang sama cuman nama nya saja yang berbeda dan caranya itu 71 menurutnya. 7. Perbedaan fisik diantara mereka bukan jadi suatu masalah karena menurutnya etnisnya sama pribumi yang berbeda tapi dia meresa tetap sama seperti mereka. Sama – sama sudah seperti orang Indonesia dan dia juga sudah menjadi warga negara Indonesia yang sah. 8. Pengggunaan alat komunikasi seperti handponed sangat sering digunakannya kepada pribumi yang ada dilingkungannya, karena temanya bukan hanya cina saja. Jadi terkadang dia mengobrol melalui handponed menggunakan bahasa Indonesia jadi sudah mengerti satu sama lain‖. Selanjutnya yang beretnis Tionghoa Lisa Liyana yang beralamat Jl.Kelapa No.20B yang bertempat tinggal di daerah Kelurahan Silalas, Tetangga dan teman kerjanya kebanyaan orang pribumi. Pada saat bekerja dia saling berkomunikasi, bercerita – cerita, dan bertegor sapa pada saat diluar rumah. 1.Namun terkadang masih terjadi kesalah paham saat berkomunikasi dengan teman kerjanya, dikarena maksud dari pengertian pesannya berbeda yang dia pahami. 2.Penggunaan Bahasa tubuh sudah tidak dia gunakan, karena sudah sama – sama bisa bahasa Indonesia dan berkomunikasi secara langsung. 3.Dia berinteraski dengan semua orang pribumi dan juga status disini, sama – sama kerja jadi gak ada yang harus jadi masalah lagian sama – sama butuh. 4. Menurutnya tidak ada prsangka negatif yang harus dia miliki. Karena dia merasa orang pribumi jujur tidak pernah saling menjatuhkan apalagi dalam bekerja, tidak pernah ada konflik. 5.Dia sangat Peracya dengan orang pribumi karena dia sudah lama bekerja sama , jadi selama ini baik – baik saja, mereka juga gak pernah berbuat yang macam – macam. 72 6. Dia sangat mengharagain perbedaan agama dan kebudayaan diantara mereka kalau mereka beribadah didepan dia, dia sudah mengerti dan menghargain mereka begitu juga dengan mereka. Kalau kebudayaan malah dia sering bertahun baru kalau salah satu di antara mereka bertahun baru mereka sama – sama saling mengrimkan makanan. Mempererat pertemanan dia dengan orang pribumi. 7. Perbedaan fisik bukan satu msalah karena Sudah sama – sama tinggal di Indonesia, kan etnisnya bukan hanya Tionghoa aja banyak juga etnis lain, jadi dia rasa sudah sama saja semuanya. 8. Dia juga selalu menggunakan alat komunikasi handponed saat berkomunikasi dengan orang pribumi. Namun terkadang masih adanya kesalahpahaman saat berkomunkasi misalnya masuk grop di bbm kan campur pribumi sama etnis Tionghoa, nanti yang satu ngomong yang ini yang lain ngomong yang ini jadi kadang – kadang salah mengartikan. Selanjutnya yang beretnis Tionghoa ibu rumah tangga Amoy yang beralamat di Jl.Guru Patimpus yang bertanggaan langsung dengan orang pribumi.dan juga teman – temannya semua mayoritas pribumi. Saat berkomunikasi mereka sering berjumpa pada saat berbelanja sayur, mereka pergi undangan bareng, dan dijalan kalau kenal mereka saling menyapa. 1. Saat berkomunkasi mereka menggunakan bahasa Indonesia dan juga dia sudah bisa berbahasa dari suku mereka, kalau mereka bahasa jawa dia bahasa jawa juga dengan mereka jadi sama – sama ngerti. 2. Penggunaan bahasa tubuh tidak digunakan lagi mereka langsung berbicara, takudnya kalau mengunakan bahasa tubuh jadi salah paham, jadi menganggap kalau kita tidak mengerti apa yang di bicarakaan. 3. Menurutnya Perbedaan status sosial di antara mereka tidak 73 menjadikan suatu jarak saat berkomunikasi dengan pribumi, malah dia lebih senang berkomunikasi dengan pribumi di bandingkan dengan etnis Tionghoa, menurutnya Etnis Tionghoa yang status sosialnya lebih tinggi kelihatan sombong dan tidak bisa didekati. Sedangkan Pribumi disini semua orang nya biasa – biasa saja, tidk ada yang perlu di sombongkan. 4. Adanya komunikasi yang lancar antara dia dan pribumi membuatnya semangkin akrab, malah dia lebih senang berteman sama orang pribumi , menurutnya kalau orang baik ke dia, dia juga baik sama mereka jadi tidak ada perlu hal negatif yang dia lihat dari mereka, kalau mereka agak kurang senang sama dia, dia juga kurang berbicara sama mereka. Supaya jangan terjadi masalah. 5. Sikap kepercayaan bertetangga diantara mereka membuat mereka saling membantu sama lainnya seperti halnya orang pribumi datang mintak bantuan, dia membantu sebisanya, kalau tidak bisa membantu bilang enngak ada dengan baik – baik. Dia juga lebih dekat dengan orang pribumi. Karena menurutnya kalau terjadi apa – apa kepada dia atau ada masalah yang paling dekat kan tetangga‖. 6.Begituya dengan perbedaan kebudayaan dan agama bukan suatu masalah karena sebenarnya tuhan itu sama cuman berbeda ajaranya saja, walaupun berbeda dia anggap sama. Kebudayaan yang berbeda malah menimbulan hubungan yang harmonis bagi dia. Pada saat Imlek atau lebaran dia datang kerumah mereka dan mengantarkan makanan – makanan begitu juga mereka, saling berkunjung satu sama yang lain. 7. Dia juga tidak merasa berbeda dengan orang pribumi, dia merasa sama karena suda sama – sama tinggal dilingkungan sini jadi gak ada yang 74 membeda – bedakan. 8. Penggunaan melalui alat komunikasi tidak mereka lakukan karena mereka setiap hari jumpa, kalau ada apa – apa langsung datang kerumahnyaa untuk berbicara langsung c. Pembahasaan Hasil wawancara dari Hambatan Komunikasi Antara Etnis Tionghoa Dan Pribumi Di Kelurahan Silalas Kota Medan. Di analisis berdasarkan pernyataan sesuai dengan kategorisasi yang terdiri dari : Gangguang Mekanik, Kepercayaan, Motivasi Terpendam, Prasangka. Bahasa Verbal dan Non Verbal, Fisik, Budaya, dan Status Sosial. Dari Hasil wawancara yang dilakukan 10 ( sepuluh ) yaitu 6 masyarakat pribumi dan 4 Etnis Tionghoa Membuktikan bahwa benturan atau gep antara etnis Tionghoa dan pribumi masih terjadi di masyarakat kelurahan Silalas kota Medan yang mengakibtkan adanya Hambatan Komunikasi Interpersonal diantara Etnis Tionghoa dan Pribumi. Hal ini terjadi karena beberapa faktor. Masyarakat etnis tionghoa dan pribumi hanya mau berkomunikasi sama yang mereka kenal dan sama yang mau diajak berkomunikasi saja. Kalau diantara merek tidak ada yang mau diajak berkomunikasi mereka juga tidak mau berkomunikasi. Adanya komunikasi terjadi antara masyarakat Tionghoa dan pribumi hanya pada saat yang ingin mereka bicarakan hal ya penting saja, baru mau berkomunikasi begitu juga sebaliknya. Bahasa yang mereka gunakan saat berkomunkasi dengan pribumi adalah bahasa Indonesia karena bahasa Indonesia merupakan bahasa yang mudah 75 dimengerti saat berkomunkasi namun ada juga etnis Tionghoa yang megunakan bahasa hokien pada saat berkomunikasi dengan masyarakat pribumi karena masyarakat pribumi juga sudah bisa menggunakan bahasa hokien. sering juga di jumpain pada saat etnis Tionghoa dan masyarakat pribumi bersamaan etnis Tionghoa menggunakan bahasa hokien pada saat bersama etnis nya meskipun pada saat itu masyarakat pribumi disitu, yang menyebabkan masyarakat pribumi tersebut tidak mengerti apa yang mereka bicarakan. Selain dari bahasa dalam berkomunikasi antara etnis Tionghoa dan Pribumi menggunakan bahasa tubuh atau gerakan tubuh saat berkomunkasi, tetapi tidak semua etnis Tionghoa dan pribumi menggunakan bahasa isyarat tujuanya agar tidak terjadi kesalahpahaman saat berkomuikasi karena dengan bahasa juga sudah bisa berkomunikasi langsung. Perbedaan status sosial diantara etnis Tionghoa dan pribumi juga dapat kita lihat bahwa ada beberapa etnis Tionghoa yang tidak mau berkomunkasi dengan masyarakat pribumi yang status sosial nya tidak tinggi, karena etnis Tionghoa merasa status sosialnya yang lebih tinggi. Tetapi tidak semua etnis Tionghoa berperilaku seperti itu ada juga yang tidak mempersoalkannya dan merasa semua status sosial diantara etnis Tionghoa dan pribumi itu sama. Selain perbedaan status sosial yang meneybabkan jarang berkomunikasinya antara etnis Tionghoa dan masyarakat pribumi prasangka negatif juga muncul dari beberapa masyarakat pribumi yang melihat etnis Tionghoa itu sombong,takud,dan tertutup dikarenakan jarang nya berkomunkasi terhadap masyarakat pribumi. 76 Namun perbedaan kebudayaan dan agama yang berbeda – beda membuat hubungan komunikasi yang baik antra etnis Tionghoa dan pribumi dan menjadikan mereka saling mempererat hubungan sosial dianatara mereka. Hal tersebut bisa kita lihat pada saat hari – hari besar dari mereka saling berkunjung satu sama lainnya. Perbedaan fisik dan kepercayaan diantara mereka bukan satu persoalan lagi karena antara etnis Tionghoa dan Pribumi sudah saling percaya satu sama lain dan tidak ada membeda – beda fisik dari diri mereka. Hubungan komunkasi melalui handponed sangat penting bagi beberapa etnis Tionghoa dan masyarakat Pribumi untuk menjadi salah satu alat internatif untuk berkomunkasi disaat – saat penting dan beberapa dari mereka lebih memilih langsung menjumpai dan berbicara langsung agar tidak terjadi kesalahan infomasi pada saat berkomunikasi. Dalam pelaksanaan observasi di lapangan ditemukan kesimpulan bahwa diantara kedua etnis yang berbeda masih terjadi hambatan komunikasi intepersonal diantara mereka karena di sebabkan beberapa faktor yang mempengaruhi. Bila dibandingkan antara teoritis dengan kondisi rill dilapangan menunjukan beberapa persamaan yang menyatakan masih ada hambatan komunkasi diantara mereka baik dari etnis Tionghoa dan pribuminya sendiri. Tertuatama status sosial yang menyebabkan hambtan komunikasi diantara mereka yang masih memandang tinggi dan rendahnya status sosial saat berkomunikasi. 77 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, sesuai dengan permasalahan dan tujuan dari penulis ini, maka penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut. 1. Masih terdapat beberapa faktor – faktor yang memungkinkan terjadinya hambatan komunikasi interpersonal antara etnis Tiongah dan Pribumi di Kelurahan Silalas Kota Medan. 2. Status sosial merupakan salah satu faktor yang menyebabkan adanya hambatan komunikasi antara Etnis Tionghoa dan pribumi di Kelurahan Silalas Kota Medan. Karena sebagaian besar etnis Tionghoa masih melihat status sosial terhadap orang pribumi, yang menyebabkan adanya pemisah antara mereka. 3. Prasangka Negatif yang menimbulkan adanya sikap ketidak harmonisan antara etnis Tiongha dan pribumi masih terjadi. Dikarenakan Etnis Tionghoa jarang berkomunkasi dengan masyarakat pribumi. 4. Pribumi merasa etnis Tionghoa mempunyai suatu motivasi dalam hidup mereka, karena itu Pribumi memandang Etnis Tionghoa lebih suka mementingkan pekerjaan mereka dari pada berinteraksi dengan mereka. 78 5. Perbedaan fisik dan kepercayaan diantara mereka bukan satu persoalan lagi karena antara etnis Tionghoa dan Pribumi sudah saling percaya satu sama lain dan tidak ada membeda – beda fisik dari diri mereka. 6. Hubungan komunkasi melalui handponed sangat penting bagi beberapa etnis Tionghoa dan masyarakat Pribumi untuk menjadi salah satu alat internatif untuk berkomunkasi disaat – saat penting 79 B. Saran Berdasrkan hasil peneliatian dan pengematan langsung yang telah dilakukan penulis sebagaiamana yang telah diuraikan bab – bab terdahulu, Penulis telah mendapatkan kesimpulan yang merupakan representasi dari keseluruhan pembahasan. Penulis memberikan saran – saran yang dimasksud masukan kepada masyarakat Kelurahan Silalas Kota Medan dan para pembaca sebagai berikut : 1. Setiap masyarakat Kelurahan Silalas baik itu Etnis Tionghoa dan pribumi, harus saling berinteraksi dan berkomuikasi satu sama yang lainya agar tidak terjadi kesalah pahaman. 2. Mayarakat Etnis Tionghoa sebaiknya lebih sering berkomunkasi dengan masyarakat pribumi agar tidak ada lagi pandangan negatif terhadap Etnis Tionghoa. 3. Perbedaan status sosial bukan menjadi suatu perbedaan dan jarak diantara etnis Tionghoa dan pribumi untuk berkomunikasi. 4. Diharapkan dengan perbedaan agama dan kebudayaan yang ada, harus saling menjaga dan menghargaain satu sama lainnya. 5. Sebaiknya Orang Tionghoa dan pribumi saat berkomunikasi jangan pada saat yang penting – penting saja baru mau berkomunikasi, tetapi harus sering berngobrol agar hubungannya tetap baik. 6. Sebaiknya Etnis Tionghoa tidak menggunakan bahasa Hokien pada saat berkomunikasi dengan orang pribumi agar tidak terjadi kesalah pahaman saat berkomunikasi. 80 7. Faktor – faktor yang menjadi kesalahpahamn sebaiknya dihilangkan agar tidak terjadi konflik diantara etnis Tionghoa dan Pribumi. 8. Sikap saling percaya yang ada harus tetap dijaga. Agar terlihat harmonis saat bertetanggan. 9. Perbedaan yang ada diantara keduanya bukan suatu hal yang menjadi pemisah saat berkomunikasi/ 81 DAFTAR PUSTAKA Arifin, Anwar, 2003, Ilmu Komunikasi, Sebuah Pengantar ringkas, Bandung, Armico. Cangara, Hafied,2007. Pengantar Ilmu Komunikasi. Rajagrafindo persada. Jakarta. Effendy, Uchjana Onong, 2004. Teori Komunikasi, Ilmu dan Praktik, Bandung. PT. Remaja Rosdakarya. Gunawan, Hafied, 2007. Pengantar Ilmu Komunikasi. Rajagrafindo persada. Jakarta. Harapan Edi dan Ahmad Syarwani. 2014. Komunikasi Antarpribadi. Palembang. Raja Grafindo Persada. ______________. 2001, Gatra – gatra Komunikasi Atarbudaya, pustaka pelajar: Yogyakarta. Koentjaraningrat,2004. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta:djambatan. Joseph A.Devinto. 1998, Komunikasi Antar Manusia. Kuliah Dasar. Jakarta. Profesional Books. Koentjaraningrat,2004. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta:djambatan. Liliweri, Alo. 2001. Komunikasi Serba Ada Serba Guna. Jakarta: Peranda Media group Mulyana, Deddy&Rakhmat, Jalaludin. 2010. Komunikasi Antarbudaya. Bandung; PT. RemajaRosdakarya. ______________, 2002. Ilmu Komunikasi suatu Pengantar. Bandung, Pt. RemajaRosdakarya ______________, 2004 : Komunikasi Efektif, “Suatu Pendekatan Lintasbudaya.” Bandung, PT Remaja RosdaKarya. _____________. 2008 : Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Remaja Rosdakarya Nasrullah, Rulli, 2012 : Komunikasi Antarbudaya, “Di Era Budaya Siber”. Jakarta, Kencana Prenadamedia Group. 82 Rahmat, Jalaludin, 1994. Psikologi Komunikasi. Remaja Karya. Bandung. Setiadi, Elly, 2010 : Ilmu Sosial dan Budaya Dasar ― Cetakan ke-6‖, Jakarta, Kencana Prenada Media Gropu. Sihabudi, Ahmad. 2011. Komunikasi AntarBudaya. Serang. Bumi Aksara. Singaribumbun, Masri. 1995. Metode Penelitian Survey. Jakarta. Soerjono,Soekanto. Sosiologi suatu pengantar. Jakarta. Rajawali,2001. Suprapto, Tommy.2002. Pengantar Ilmu Komunikasi. Yogyakarta. Suranta,2011. Komunikasi Inpersonal. Graha Ilmu Yogya. Usman, Husaini dan Pornomo Setiady Akbar. 2004. Metedologi Penelitian Sosial. Bumi Aksara. Jakarta. 83 Sumber Lain : http:id,wikipedia.org/wiki/pribumi : terakhir di akses pada 29 november 2015. Pukul 20.30 wib. Web.budays-Tionghoa.net/index.php/item/1876-penertian-budaya—budaya Tionghoa Www. Psychologymania.com/2012/12/ pengertian-intensitas-komunikasi. http://m.kompasiana.com/yo_fenny/bahasa-indonesia-logat-jawa-para-etnis tionghoa_550b7aafa33311cf1c2e3e92 84