38 Efektifitas Penerapan Model Pembelajaran

advertisement
JPE-Volume 2, Nomor 1, 2009
Efektifitas Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)
dan Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Tipe Jigsaw untuk Meningkatkan
Aktivitas Belajar, Hasil Belajar dan Respon Belajar Siswa pada Mata Pelajaran
Ekonomi di SMA Negeri 2 Malang
Sri Handayani *)
Sapir *)
Abstract
Education is important aspect to create development of nation. Related
with that statement, education in Indonesian still has lower quality than
advanced stations. That problem is more bad with is dominated learning
process wich show a knowledge is fact which must memorized. Learning
method in class generally still conventional with teacher oriented. For
solving this problem with use learning model of Problem Based Learning
and Cooperative Learning Jigsaw type. Data analysis use qualitative
descriptive method which objective to get illustration clear and riil about
phenomenon which show in learning process. Research result shows
student learning activities increase from 59,21 in phase I become 70,71 in
phase II so that can be seen its increasing is 11,5%. Learning result of
cognitive aspect increase average value from 76 in phase I become 86,71
in phase II. Student affective assessment can increase. Beside that student
psychomotor assessment can increase 6%. Student learning response
increase after using this learning method.
Keywords: Problem-Based Learning, Cooperative Learning, Jigsaw,
learning activities, learning result, learning response.
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan sarana
terpenting
untuk
mewujudkan
kemajuan bangsa dan negara. Dengan
pendidikan yang bermutu, akan
tercipta sumber daya manusia yang
berkualitas. Salah satu persoalan
besar yang dihadapi bangsa Indonesia
saat ini adalah rendahnya kualitas
pendidikan nasional. Rendahnya
kualitas
pendidikan
tersebut
disebabkan oleh banyak faktor.
Alamat korespondensi:
Sri Handayani: Fakultas Ekonomi_UM
Email: [email protected]
Sapir. Jurusan Ekonomi Pembangunan,
Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang.
E-mail: [email protected]
Pendidikan Indonesia memiliki
mutu yang rendah jika dibandingkan
dengan negara-negara maju. Jika suatu
negara mempunyai sistem pendidikan
yang baik, maka dari sistem itulah
akan melahirkan tenaga kerja yang
baik. Dari hal ini, maka dapat
diketahui bahwa pendidikan memiliki
dimensi yang kompleks.
Dalam
rangka
mengembangkan
iklim
belajar
mengajar seperti yang menumbuhkan
rasa percaya diri, sikap, dan perilaku
yang inovatif dan kreatif, sangat
diperlukan adanya keterkaitan antar
38
JPE-Volume 2, Nomor 1, 2009
komponen-komponen
pendidikan.
Komponen-komponen
pendidikan
yang meliputi guru, siswa, kurikulum,
alat (media pembelajaran) dan
sumber belajar, materi, metode
maupun
alat
evaluasi
saling
bekerjasama untuk mewujudkan
proses belajar yang kondusif.
Sejauh
ini
proses
pembelajaran di sekolah masih
didominasi oleh sebuah paradigma
yang menyatakan bahwa sebuah
pengetahuan (knowledge) merupakan
perangkat fakta-fakta yang harus
dihafal. Di samping itu, situasi kelas
sebagian besar masih berfokus pada
guru (teacher) sebagai sumber utama
pengetahuan,
serta
penggunaan
metode ceramah sebagai pilihan
utama strategi belajar mengajar. Salah
satunya dengan mengembangkan
pendekatan, strategi, model, dan
metode pembelajaran yang sudah ada.
Hal ini sesuai dengan fakta bahwa
mayoritas proses belajar mengajar di
Indonesia
masih
menggunakan
metode konvensional yaitu masih
terbatas pada teacher oriented.
Seiring dengan perkembangan
zaman proses pembelajaran saat ini
memerlukan sebuah strategi belajar
mengajar
baru
yang
lebih
menekankan pada partisipasi siswa
(student oriented). Selain itu dalam
perjalanan proses perubahan tersebut
juga berdampak pada perubahan
kurikulum pendidikan saat ini,
dengan diterapkannya kurikulum
tingkat satuan pendidikan (KTSP)
pada
sekolah-sekolah
sebagai
penyempurnaan
dari
kurikulum
sebelumnya.
Pembelajaran
yang
menyenangkan memang menjadi
Alamat korespondensi:
Sri Handayani: Fakultas Ekonomi_UM
Email: [email protected]
Sapir. Jurusan Ekonomi Pembangunan,
Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang.
E-mail: [email protected]
langkah awal untuk mencapai hasil
belajar yang berkualitas. Nurhadi, dkk
(2003:11) menyatakan bahwa “belajar
akan lebih bermakna apabila siswa
atau anak didik mengalami sendiri apa
yang dipelajarinya”. Pembelajaran
kontekstual ini merupakan model
pembelajaran
yang
mampu
mendorong siswa mengkonstruksikan
pengetahuan yang telah diperolehnya
melalui pola pikir mereka sendiri.
Nurhadi, dkk (2003:13) menyatakan
bahwa pembelajaran kontekstual
adalah sebagai berikut.
Konsep belajar dimana guru
menghadirkan dunia nyata
kedalam
kelas
dan
mendorong siswa membuat
hubungan antar pengetahuan
yang dimilikinya dengan
penerapannya
dalam
kehidupan mereka sehari
hari,
sementara
sis-wa
memperoleh pengetahuan dan
keterampilan dari konteks
yang terbatas, sedikit demi
sedikit, dan dari proses
mengkonstruksi
sendiri
sebagai
bekal
untuk
memecahkan masalah dalam
kehidupannya
sebagai
anggota masyarakat.
Berkaitan dengan hal tersebut
memang
melalui
pendekatan
kontekstual
pembelajaran
yang
dilakukan akan lebih bermakna.
Pendekatan ini dapat dilakukan
dengan menerapkan berbagai macam
strategi di dalamnya. Salah satunya
dengan
menggunkan
model
pembelajaran
berbasis
masalah
(Problem-Based Learning) dan model
pembelajaran kooperatif (Cooperative
leraning). Banyak model yang
39
JPE-Volume 2, Nomor 1, 2009
dilakukan untuk menerapkan model
pembelajaran Cooperative Learning.
Misalnya dengan menggunakan tipe
Jigsaw.
Model pembelajaran ProblemBased Learning ( Pengajaran berbasis
masalah) dan Cooperative Learning
tipe Jigsaw dipandang relevan untuk
menghadirkan suasana nyata di dalam
proses
pembelajaran.
Secara
kontekstual,
Permasalahan
pembelajaran Ekonomi sangat dekat
dengan realitas persoalan-persoalan
yang terjadi di masyarakat.
Nurhadi,
dkk
(2004:56)
mendefinisikan
Pembelajaran
berbasis masalah (Problem-Based
Learning) adalah:
Suatu
pendekatan
pengajaran
yang
menggunakan
masalah
dunia nyata sebagai suatu
konteks bagi siswa untuk
belajar
tentang
cara
berpikir
kritis
dan
keterampilan pemecahan
masalah, serta untuk
memperoleh pengetahuan
dan konsep yang esensial
dari materi pelajaran.
Slavin (dalam Isjoni, 2007:15)
mengemukakan
pengertian
Cooperative Learning adalah:
In Cooperative Learning
methods, students work
together in four member
teams to master material
initially presented by the
teacher.
Definisi
dari
jigsaw
merupakan pembelajaran kooperatif
suatu model pembelajaran yang
40
dirancang agar siswa mempelajari
informasi-informasi divergen dan
tingkat tinggi melalui kerja kelompok.
SMA Negeri 2 Malang juga
mulai berubah untuk hasil belajar
yang lebih bermutu. Pada mata
pelajaran ekonomi khususnya mulai
dilakukan variasi bentuk model-model
pembelajaran,
namun
dalam
pelaksanaannya
masih
belum
maksimal. Hal ini karena modelmodel pembelajaran yang dilakukan
sebatas diskusi model konvensional
yang rawan dengan menurunnya
minat siswa pada saat aktivitas
berlangsung. Oleh karena itu perlunya
perubahan model-model pembelajaran
yang dapat meningkatkan partisipasi
siswa.
Berdasarkan masalah dan
gambaran
umum
yang
telah
dipaparkan
di
atas,
peneliti
memandang perlu untuk meneliti
tentang “Efektifitas Penerapan Model
Pembelajaran
Berbasis
Masalah
(Problem-Based
Learning)
Dan
Pembelajaran
Kooperatif
(Cooperative Learning) Tipe Jigsaw
Untuk
Meningkatkan
Aktivitas
Belajar, Hasil Belajar, Dan Respon
Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi
Di SMA Negeri 2 Malang”.
METODE PENELITIAN
Penelitian
ini
menggunakan
pendekatan atau metode deskriptif
kualitatif yang bertujuan untuk
menggambarkan atau melukiskan
kondisi yang sebenarnya dari suatu
situasi.
Pendekatan
kualitatif
digunakan
untuk
mendapatkan
gambaran secara jelas dan nyata
tentang
proses
pelaksanaan
Alamat korespondensi:
Sri Handayani: Fakultas Ekonomi_UM
Email: [email protected]
Sapir. Jurusan Ekonomi Pembangunan,
E-mail: [email protected]
JPE-Volume 2, Nomor 1, 2009
pembelajaran yang diterapkan dalam
kelas dan hasil belajar siswa sebagai
hasil
dari
penerapan
model
pembelajaran yaitu model pemaduan
Problem-Based
Learning
dan
Cooperatif Learning tipe Jigsaw pada
mata pelajaran ekonomi.
Jenis penelitian ini adalah
Penelitian Tindakan Kelas ( PTK )
atau CAR ( Classroom Action
Research ).
Dalam penelitian ini para
siswa dikenai tindakan, yaitu berupa
pembelajaran dengan menggunakan
model
Problem-Based Learning
(Pembelajaran Berbasis Masalah) dan
Cooperatif learning (Pembelajaran
Kooperatif) tipe Jigsaw. Selama
proses pembelajaran berlangsung
setiap peristiwa yang terjadi diamati
oleh peneliti dan observer untuk
melihat
keefektifan
model
pembelajaran yang diterapkan dalam
meningkatkan aktivitas belajar, hasil
belajar, dan respon siswa khususnya
pada mata pelajaran ekonomi.
Prosedur dan langkah-langkah
dalam penelitian tindakan kelas ini
mengikuti prinsip dasar penelitian
tindakan kelas. Penelitian ini terdiri
dari dua siklus yaitu siklus 1 dan
siklus 2.
Gambar 1. Gambar alur dalam tindakan PTK
Perencanaan
Refleksi
SIKLUS I
Pelaksanaan
Pengamatan
Perencanaan
Refleksi
SIKLUS II
Pelaksnaan
Pengamatan
Sebagai bahan refleksi untuk siklus berikutnya
Sumber Arikunto (2007: 16)
Penelitian ini merupakan
penelitian
kualitatif
sehingga
kehadiran peneliti mutlak diperlukan.
Subyek dalam penelitian ini
adalah siswa kelas XI SMA Negeri 2
Malang, Program Ilmu Sosial Kelas
Alamat korespondensi:
Sri Handayani: Fakultas Ekonomi_UM
Email: [email protected]
Sapir. Jurusan Ekonomi Pembangunan,
Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang.
E-mail: [email protected]
Sos 1 yang berjumlah 35 siswa,
dengan 19 orang siswa perempuan dan
16 orang siswa laki-laki. Dengan tema
materi untuk penelitian ini adalah
Kebijakan Fiskal dan Kebijakan
Moneter.
41
JPE-Volume 2, Nomor 1, 2009
Tabel 1. Jenis Data, Indikator Data, Instrumen, Teknik Pengumpulan Data
dan Analisis Data.
No
Data
1.
Penerapan model
pemaduan PBL
dan Cooperative
Learning
tipe
Jigsaw
Aktifitas Siswa
2.
Pengumpulan Data
Teknik
Instrumen
Pengumpulan
Data
Lembar
Observasi selama
panduan
kegiatan
observasi
pembelajaran
Indikator data
-
• Mengumpulkan
informasi
Lembar
panduan
observasi
• Melakukan pengamatan
• Merumuskan hipotesis
• Melakukan diskusi
• Menganalisis masalah
• Tingkat
keterampilan
berpikir siswa
• Keterampilan
siswa
bertanya
• Keterampilan
siswa
menjawab
• Membuat kesimpulan
• Mempresentasikan
3.
Hasil
siswa
belajar • Hasil tes belajar kognitif
(tes)
• Hasil
(sikap)
4.
afektif
Lembar
panduan
observasi
• Hasil belajar psikomotorik
Lembar
panduan
observasi
Angket
belajar
Respon siswa
Dalam
penelitian
ini,
instrumen yang digunakan adalah :
Lembar Observasi, Tes yang
42
Soal-soal tes
• Observasi selama
kegiatan
pembelajaran
• Observasi selama
kegiatan
pembelajaran
• Observasi selama
kegiatan
pembelajaran
• Observasi
saat
diskusi
• Melihat makalah
siswa
• Observasi selama
kegiatan
pembelajaran
• Observasi
saat
diskusi
• Observasi
saat
diskusi
• Melihat makalah
siswa
• Observasi
saat
diskusi
• Pemberian soal
pilihan
ganda
pada tiap akhir
siklus
• Observasi
saat
diskusi
• Observasi
diskusi
Analisis Data
Mengenai teknik
analisis data dapat
dilihat di lampiran
Triangulasi data
Hasil Observasi
dianalisis secara
deskriptif
Mengenai teknik
analisis data dapat
dilihat di lampiran
saat
Pemberian angket
balikan siswa
setelah diskusi
(siklus)
Mengenai teknik
analisis data dapat
dilihat di lampiran
dilakukan untuk mengukur hasil
belajar siswa yaitu aspek kognitif pada
Alamat korespondensi:
Sri Handayani: Fakultas Ekonomi_UM
Email: [email protected]
Sapir. Jurusan Ekonomi Pembangunan,
E-mail: [email protected]
JPE-Volume 2, Nomor 1, 2009
sikulus I dan II, Angket, Wawancara,
Catatan Lapangan, Dokumentasi.
Lembar observasi indikator
penilaian aktivitas belajar siswa, yang
dihitung menggunakan rumus:
P =
F
x 100 %
N
(Diadopsi dari Arikunto, 2000:246)
Tabel 2 Kriteria Persentase Aktivitas Belajar Siswa
No. Persentase (%)
1.
92 – 100
2.
75 – 91
3.
50 – 74
4.
25 – 49
5.
0 – 24
Sumber: Arikunto (2000)
Hasil Belajar Aspek Kognitif
Hasil belajar aspek kognitif
dilakukan dengan langkah-langkah:
Memberikan pos tes; Menilai hasil tes
siswa dengan kriteria ketuntasan
minimum (KKM) yang digunakan di
SMA Negeri 2 Malang yaitu 75;
Membandingkan hasil belajar siswa
aspek kognitif pada siklus I dengan
siklus
II
untuk
mengetahui
peningkatan
aspek
kognitif;
Mendeskripsikan untuk menjelaskan
peningkatan hasil belajar aspek
kognitif dari siklus I dan siklus II.
Hasil Belajar Aspek Afektif
dilakukan dengan langkah-langkah:
Memberikan penilaian untuk masingmasing aspek yang diamati; Mencari
rata-rata aspek afektif yang diamati
tiap siklus; Mempersentase skor
dengan menggunakan rumus :
P =
F
x100 %
N
(Diadopsi dari Arikunto, 2000:246)
selanjutnya
membandingkan
persentase aspek afektif pada siklus I
dengan siklus II; Mendeskripsikan
peningkatan hasil belajar aspek
afektif dari siklus I dan siklus II.
Untuk
hasil
belajar
aspek
psikomotorik, analisis data dilakukan
Alamat korespondensi:
Sri Handayani: Fakultas Ekonomi_UM
Email: [email protected]
Sapir. Jurusan Ekonomi Pembangunan,
Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang.
E-mail: [email protected]
Klasifikasi
Baik sekali
Baik
Cukup baik
Kurang baik
Tidak baik
dengan langkah-langkah: Memberikan
penilaian terhadap masing-masing
aspek psikomotorik; Mencari rata-rata
aspek psikomotorik yang diamati tiap
siklus;
Memberikan
skor;
Membandingkan
skor
aspek
psikomotorik pada siklus I dengan
siklus II; Mendeskripsikan untuk
menjelaskan peningkatan hasil belajar
aspek psikomotorik dari siklus I dan
siklus II.
HASIL PENELITIAN
Pelaksanaan
Tindakan
dan
Observasi I
Pada pelaksanaan tindakan
siklus I di pertemuan I terdapat
rangkaian kegiatan awal (pembukaan),
inti,
dan
penutup.
Kegiatan
pembelajaran
diawali
dengan
memberikan tes awal (pre test) kepada
siswa selama 20 menit. Selama proses
pembelejaran berlangsung dilakukan
pengamatan yang meliputi aktivitas
siswa yang terdiri dari 10 aspek yaitu:
mengumpulkan informasi, melakukan
pengamatan, merumuskan hipotesis,
melakukan diskusi, menganalisis
masalah,
Tingkat
keterampilan
berpikir siswa , keterampilan bertanya
siswa, keterampilan menjawab siswa,
43
JPE-Volume 2, Nomor 1, 2009
membuat
kesimpulan,
mempresentasikan hasil diskusi.
Pelaksanaan Tindakan II dan
Observasi II
Pelaksanaan tindakan II didasarkan
pada tahap perencanaan tindakan II
yang
telah
disusun
dengan
memperhatikan hasil refleksi pada
siklus I. Berikut ini merupakan hasil
penelitian silus I dan II pada masingmasing
aspek
Tabel 3 Data Penilaian Aktivitas Belajar Siswa Siklus I dan Siklus II
Indikator
Mengumpulkan informasi
Melakukan pengamatan
Merumuskan hipotesis
Melakukan diskusi
Menganalisis masalah
Tingkat keterampilan berpikir siswa
Keterampilan siswa bertanya
Keterampilan siswa menjawab
Membuat kesimpulan
Mempresentasikan hasil diskusi
Persentase rerata
Prosentase
Siklus I
Tiap
I
II
65,71
66,43
55
55,71
55,71
56,43
57,86
58,57
60
60,71
59,21
82,14
70,71
67,14
72,14
66,43
68,57
72,86
68,57
65,71
72,86
70,71
Persentase
Peningkatan
Tiap-Tiap
Indikator
16,43
4,28
12,14
16,43
10,72
12,14
15
10
5,71
12,15
11,5
Tabel 4 Data Nilai Hasil Belajar Kognitif Siswa Siklus I dan Siklus II
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
44
Urutan Siswa berdasarkan Nomor
Urut
Siswa 1
Siswa 2
Siswa 3
Siswa 4
Siswa 5
Siswa 6
Siswa 7
Siswa 8
Siswa 9
Siswa 10
Siswa 11
Siswa 12
Siswa 13
Siswa 14
Siswa 15
Siswa 16
Siswa 17
Siswa 18
Siswa 19
Siswa 20
Siswa 21
Siswa 22
Jenis
Kelamin
P
L
L
P
L
P
P
L
P
L
P
L
L
P
P
L
P
L
L
P
P
P
Nilai Tes
Siklus I
70
75
80
70
85
70
75
75
65
85
80
50
80
85
80
80
70
80
85
65
85
80
Nilai Tes
Siklus II
85
80
90
80
95
85
80
95
80
95
95
80
95
90
80
90
90
80
85
80
80
95
Alamat korespondensi:
Sri Handayani: Fakultas Ekonomi_UM
Email: [email protected]
Sapir. Jurusan Ekonomi Pembangunan,
E-mail: [email protected]
JPE-Volume 2, Nomor 1, 2009
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
Siswa 23
Siswa 24
Siswa 25
Siswa 26
Siswa 27
Siswa 28
Siswa 29
Siswa 30
Siswa 31
Siswa 32
Siswa 33
Siswa 34
Siswa 35
Rata-rata
P
P
P
L
L
L
L
P
P
L
L
P
P
85
55
85
80
80
75
75
85
75
80
75
60
80
76
95
75
80
85
95
95
85
80
90
95
95
80
80
86,71
Tabel 5 Data Penilaian Hasil Belajar Afektif Siswa Siklus I dan Siklus II
Prosentase
Siklus I
Indikator
Kehadiran siswa
Keaktifan dalam kelas
Keseriusan/motivasi/perhatian
Ketepatan waktu dalam mengumpulkan tugas
Kerjasama dan tanggung jawab
Menghargai orang lain
Tidak menganggu teman lain
Persentase rerata
Tiap
I
II
92,86
80
68,58
75
79,28
72,86
72,86
79,92
96,43
87,86
87,86
87,86
91,43
82,86
82,14
88,06
Persentase
Peningkata
n Tiap-Tiap
Indikator
3,57
7,86
19,28
12,86
12,15
10
9,28
8,14
Tabel 6 Data Penilaian Hasil Belajar Psikomotorik Siswa Siklus I dan Siklus
II
Indikator
Kualitas isi
Kelengkapan laporan
Kerapian laporan
Ketepatan waktu
Persentase rerata
Prosentase
Siklus I
Tiap
I
II
78,4
80
88
76,8
80,8
80
100
88
79,2
86,8
Alamat korespondensi:
Sri Handayani: Fakultas Ekonomi_UM
Email: [email protected]
Sapir. Jurusan Ekonomi Pembangunan,
Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang.
E-mail: [email protected]
Persentase
Peningkatan
Tiap-Tiap
Indikator
1,6
20
0
2,4
6
45
JPE-Volume 2, Nomor 1, 2009
Tabel 7
No
1.
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
46
Sebaran Respon Belajar Siswa Terhadap Model Pembelajaran
Berbasis Masalah (Problem-Based Learning) dan Pembelajaran
Kooperatif (Cooperative Learning) Tipe Jigsaw.
Respon terhadap mata pelajaran
ekonomi
Saya selalu mengikuti pelajaran ekonomi
materi kebijakan fiskal dan kebijakan
moneter
Saya merasa rugi bila tidak mengikuti
pelajaran ekonomi materi kebijakan fiskal
dan kebijakan moneter
Saya merasa pelajaran ekonomi materi
kebijakan fiskal dan kebijakan moneter
penting
Saya berusaha mengerjakan tugas ekonomi
materi kebijakan fiskal dan kebijakan
moneter
Saya berusaha memahami pelajaran
ekonomi materi kebijakan fiskal dan
kebijakan moneter
Saya bertanya pada guru bila ada materi
kebijakan fiskal dan kebijakan moneter
yang belum jelas
Saya mengerjakan soal-soal latihan
ekonomi materi kebijakan fiskal dan
kebijakan moneter
Saya mendiskusikan materi kebijakan fiskal
dan kebijakan moneter dengan teman-teman
Saya berusaha memiliki buku pelajaran
ekonomi
Saya merasa senang mengikuti pelajaran
ekonomi secara berkelompok dengan
teman sekelas saya
Saya selalu menerapkan apa yang saya
peroleh selama belajar kebijakan fiskal dan
kebijakan moneter
Saya selalu berusaha mencari buku tentang
kebijakan fiskal dan kebijakan moneter
Saya kurang suka mendengar guru memberi
pelajaran dengan berceramah
Saya menjadi suka terhadap pelajaran
ekonomi setelah mengikuti pembelajaran
dengan model pembelajaran berbasis
masalah dan pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw
Saya lebih berani menyampaikan pendapat
setelah mengikuti pembelajaran dengan
model pembelajaran berbasis masalah dan
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
Saya ingin model pembelajaran dengan
Pilihan Jawaban
SS
S
R
TS
STS
8
18
6
3
-
10
19
6
-
-
10
19
6
-
-
9
21
3
2
-
9
26
-
-
-
9
25
1
8
19
8
19
8
-
-
10
15
6
4
-
5
21
8
1
-
10
20
2
2
1
6
16
10
3
-
5
16
9
4
1
5
20
3
4
3
6
2
3
4
1
8
20
5
2
-
6
17
9
3
-
Alamat korespondensi:
Sri Handayani: Fakultas Ekonomi_UM
Email: [email protected]
Sapir. Jurusan Ekonomi Pembangunan,
E-mail: [email protected]
JPE-Volume 2, Nomor 1, 2009
model pembelajaran berbasis masalah dan
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw diulang
lagi pada bahasan-bahasan yang lain
17
Saya ingin model pembelajaran dengan
model pembelajaran berbasis masalah dan
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
diterapkan juga pada mata pelajaran yang
lain
18
Dengan pembelajaran berbasis masalah dan
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
pembelajaran ekonomi jadi lebih mudah
dikerjakan dan diterapkan
19
Dengan model pembelajaran berbasis
masalah dan pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw saya lebih semangat dalam belajar
20
Saya merasa belajar dengan model
pembelajaran berbasis masalah dan
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw sesuai
dengan keinginan saya.
Jumlah
Persentase (%)
PEMBAHASAN
Pelaksanaan
Pembelajaran
Berbasis Masalah (Problem-Based
Learning)
dan
Pembelajaran
Kooperatif (Cooperative Learning)
tipe Jigsaw
Selama observasi siklus I,
ditemukan bahwa semua aspek yang
tercantum dalam lembar observasi
tahapan pembelajaran teramati selama
proses pembelajaran. Beberapa aspek
dalam tahapan pembelajaran masih
kurang optimal dilakukan oleh guru,
seperti pada tahap mengorientasi
siswa pada masalah guru tdalam
mejelaskan tujuan pembelajaran
masih belum optimal. Pada tahap
tersebut, guru hanya mengulang dan
mengingatkan siswa pada materi
sebelumnya. Selain itu guru juga
kurang
menjelaskan
prosedur
pembelajaran berbasis masalah dan
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
secara rinci dan menyeluruh kepada
siswa, sehingga banyak siswa yang
Alamat korespondensi:
Sri Handayani: Fakultas Ekonomi_UM
Email: [email protected]
Sapir. Jurusan Ekonomi Pembangunan,
Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang.
E-mail: [email protected]
6
15
9
4
1
6
18
6
4
1
7
16
8
3
1
5
16
8
5
1
21,15
54
16,57
6,85
1,45
masih belum mengerti langkahlangkah yang harus dikerjakan dalam
pembelajaran berbasis masalah dan
banyak siswa yang kurang mengerti
mengenai tugas yang harus dikerjakan
terutama dalam membuat rumusan
masalah serta hipotesis dalam
pembuatan laporan kelompok. Selain
itu yang tampak dalam siklus I adalah
kerjasama siswa yang belum optimal.
Hal ini karena siswa belum terbiasa
melakukan metode pembelajaran
kooperatif.
Kondisi
tersebut
diperparah dengan kesulitan siswa
untuk
menguhubungkan
kasus
permasalah oleh guru dengan meteri
yang dipelajari. Selain itu guru merasa
kesulitan dalam membimbing siswa
karena siswa sudah mengenal dan
dekat dengan peneliti, sehingga siswa
tidak terlalu serius. Hal lain yang
belum dilakukan guru pada siklus I
adalah
kurang
memberdayakan
pertanyaan
provokatif
dan
komunikatif
untuk
melihat
kemampuan siswa dalam aspek
47
JPE-Volume 2, Nomor 1, 2009
kognitif, aspek afektif, dan aspek
psikomotorik serta memotivasi siswa
untuk aktif dalam kelas. Hasil
pengamatan yang dilakukan juga
belum maksimal karena keterbatasan
waktu yang diberikan oleh guru. Hal
ini dikarenakan pada saat pelaksanaan
siklus I tersebut bertepatan dengan
kegiatan tengah semester (KTS) yang
dilakukan oleh siswa, selain itu siswa
juga dibebani tugas oleh guru kelas.
Pada rencana pembelajaran peneliti
merencanakan untuk pelaksanaan
tindakan dilakukan 4 kali pertemuan,
selain penjelasan tentang prosedur.
Pada siklus II, ditemukan
bahwa aspek-aspek yang tercantum
dalam lembar observasi pembelajaran
berbasis masalah dan pemebelajaran
kooperatif tipe jigsaw telah dilakukan
oleh guru, karena pada siklus II
merupakan penyempurnaan dari
siklus I dengan memperhatikan hasil
refleksi pada siklus I. Oleh karena itu,
pembelajaran pada siklus II lebih baik
dari pada siklus I.
Pada siklus I permasalahan
yang diberikan berhubungan dengan
kebijakan fiskal dan pada siklus II
permasalahannya
berhubungan
dengan
kebijakan
moneter.
Sedangkan
untuk
pembelajaran
kooperatif siswa membahas materimateri yang sudah ditentukan guru
(peneliti) tentang kebijakan fiskal dan
kebijkan moneter.
Proses pembelajaran berbasis
masalah dan pembelajaran kooperatif
tipe jigsaw pada siklus II sudah
mengalami peningkatan, siswa sudah
mulai bisa membagi tugas dengan
teman
kelompoknya
sehingga
masing-masing siswa mempunyai
tanggung jawab sendiri-sendiri.
48
Tujuan
dari
penerapan
pembelajaran berbasis masalah dan
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
adalah membantu siswa dalam
meningkatkan aktivitas belajar siswa.
Melalui kegiatan pemecahan masalah
terhadap permasalahan yang ada,
maka pada akhirnya siswa terbiasa
memecahkan masalah yang dihadapi
dalam kehidupan sehari-hari sehingga
siswa memiliki tanggung jawab atas
dirinya
sendiri
dan
nantinyan
tanggung jawab kepada masyarakat.
Aktivitas Belajar Siswa
Secara keseluruhan aktivitas
belajar siswa kelas XI IPS 1 SMA
Negeri
2
Malang
mengalami
peningkatan pada setiap siklusnya.
Peningkatan tersebut terjadi karena
adanya faktor-faktor yang meliputi:
(1) penjelasan lebih rinci dari peneliti
mengenai prosedur pelaksanaan model
pembelajaran berbasis masalah dan
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw,
(2) siswa lebih banyak berpartisipasi
aktif dalam kegiatan pembelajaran, (3)
siswa sudah memahami tentang
sebuah permasalahn dan dapat
merumuskan hipotesis sendiri, (4)
siswa sudah mulai senang dan terbiasa
dengan berdiskusi, (5) siswa sudah
mengerti tentang tanggung jawabnya,
(6) siswa sudah mulai terlatih dengan
kegiatan-kegiatan pemecahan kasus,
(7) siswa sudah mulai mau
mengemukakan pendapat melalui
pertanyaan, (8) siswa sudah mulai
senang dengan model pembelajaran
ini sehingga siswa mau menjawab
sebuah permasalahan, (9) adanya hand
out dan LKS yang membantu siswa,
serta motivasi dan pendampingan dari
peneliti tentang mebyimpulkan sebuah
Alamat korespondensi:
Sri Handayani: Fakultas Ekonomi_UM
Email: [email protected]
Sapir. Jurusan Ekonomi Pembangunan,
E-mail: [email protected]
JPE-Volume 2, Nomor 1, 2009
permasalahan, (10) siswa sudah mulai
mau berbicara di depan. Hal ini dapat
dilihat bahwa semua aspek dalam
kriteria aktivitas belajar siswa
mengalami peningkatan yang cukup.
Aktivitas belajar siswa secara
berkelanjutan berkaitan dengan hasil
belajar. Aktivitas belajar siswa
merupakan
suatu
serangkaian
kegiatan yang dilakukan oleh siswa
yang umumnya terdiri dari perhatian
siswa dalam mengikuti pembelajaran,
catatan tugas, keseriusan dalam
keikutsertaan pembelajaran, tingkatan
kesalahan yang dilakukan, dan
tanggapan siswa dalam merespon
pembelajaran yang dilakukan.
C. Hasil Belajar Siswa
Dalam penelitian ini, hasil
belajar yang diamati terdiri dari tiga
aspek, yaitu kognitif, afektif dan
psikomotorik.
Hasil belajar aspek kognitif
merupakan tingkat pemahaman siswa
terhadap materi. Hasil belajar aspek
kognitif diukur dari nilai pos-test
siswa tiap akhir siklus. Hasil pos-test
tiap akhir siklus dibuat rerata dan
dilihat jumlah siswa yang tuntas dan
belum tuntas, kemudian dibandingkan
tiap
siklus
untuk
mengetahui
peningkatan hasil belajar aspek
kognitif. Tingkat ketuntasan pada
siklus II mengalami peningkatan
sebesar 25,72%.
Hasil belajar aspek afektif
lebih berorientasi pada pembentukan
sikap melalui proses pembelajaran.
Hasil belajar aspek afektif yang
diamati dalam penelitian ini meliputi:
kehadiran siswa, keaktifan dalam
kelas, keseriusan/motivasi/perhatian,
Alamat korespondensi:
Sri Handayani: Fakultas Ekonomi_UM
Email: [email protected]
Sapir. Jurusan Ekonomi Pembangunan,
Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang.
E-mail: [email protected]
ketepatan
waktu
dalam
mengumpulkan tugas, kerjasama dan
tanggung jawab, menghargai orang
lain, dan tidak mengganggu teman
lain. Untuk mendapatkan data aspek
afektif ini dilakukan observasi selama
proses pembelajaran yang dilakukan
oleh para observer. Instrumen yang
digunakan adalah lembar observasi
berupa rubrik penilaian aspek afektif
(sikap) siswa.
Hasil belajar aspek yang ketiga
adalah psikomotorik. Keterampilan
psikomotorik siswa merupakan tugas
yang diberikan siswa untuk dikerjakan
dirumah. Tugas tersebut adalah
mencari berita baik dari media massa
ataupun media cetak atau artikel yang
sesuai dengan pokok bahasan yaitu
pada siklus I tentang kebijakan fiskal
dan siklus II tentang kebijakan
moneter, kemudian kasus tersebut
diberi tanggapan atau opini dan
disimpulkan. Hasil belajar aspek
psikomotorik yang diamati dalam
penelitian ini meliputi: kualitas isi,
kelengkapan
laporan,
kerapian
laporan, dan ketepatan waktu dalam
mengumpulkan tugas.
Secara
keseluruhan
hasil
belajar siswa kelas XI IPS 1 SMA
Negeri 2 Malang dapat ditingkatkan
melalui
pembelajaran
berbasis
masalah (Problem-Based Learning)
dan
pembelajaran
kooperatif
(Cooperative Learning) tipe Jigsaw.
Hal ini dapat dilihat bahwa ketiga
aspek dalam hasil belajar mengalami
peningkatan.
Faktor-faktor
yang
menyebabkan
peningkatan
hasil
belajar siswa pada aspek kognitif
antara lain: (1) siswa sudah mulai
terbiasa dengan model pembelajaran
berbasis masalah dan pembelajaran
49
JPE-Volume 2, Nomor 1, 2009
kooperatif tipe jigsaw, (2) peneliti
lebih memotivasi dan mendampingi
siswa, dan (3) peneliti selalu
mengingatkan tentang adanya pos tes
pada akhir pertemuan setiap kali
memulai pelajaran.
Untuk hasil belajar aspek
afektif meningkatnya hasil belajar
siswa disebabkan oleh faktor-faktor
antara lain: (1) siswa suda senang
terhadap
model
pembelajaran
berbasis masalah dan pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw, (2) siswa
mulai
senang
tentang
materi
kebijakan moneter sehingga siswa
aktif dalam pembelajaran.
Sedangkan hasil belajar siswa
aspek psikomotorik juga mengalami
peningkatan. Faktor-faktor yang
mempengaruhi antara lain: (1) siswa
mulai sadar akan tanggung jawab
dalam meyelesaikan tugas, (2) materi
pada siklus II tentang kebijakan
moneter sangat dekat dengan
kehidupan sehari-hari sehingga siswa
lebih mudak memahami. Pada
dasarnya ketiga hasil belajar diatas
tidak dapat berdiri sendiri, tetapi
berhubungan
satu
sama
lain.
Seseorang yang berubah tingkat
kognitifnya sebenarnya dalam kadar
tertentu telah juga mengalami
perubahan
pada
sikap
dan
perilakunya. Agar masing-masing
anggota kelompok dapat meningkat
hasil belajarnya, maka pada saat
proses pembelajaran berlangsung
semua anggota kelompok harus hadir,
agar mereka dapat memperoleh
pengetahuan pada saat pembelajaran
berlangsung karena hasil belajar
adalah hasil yang telah diperoleh
siswa dari pengalaman-pengalaman
50
dan latihan-latihan
selama pembelajaran.
yang
diikuti
Respon Belajar Siswa
Respon
siswa
terhadap
penerapan
model
pembelajaran
berbasis masalah (Problem-Based
Learning)
dan
pembelajaran
kooperatif (Cooperative Learning)
tipe Jigsaw secara umum baik.
Peningkatan respon siswa tersebut
karena banyaknya siswa yang
berpendapat bahwa metode ceramah
adalah membosankan, selain itu
melalui penerapan metode ini siswa
lebih suka berdiskusi tentang materi
yang sedang dipelari dengan teman
sekelas. Hal ini menyebabkan siswa
lebih bersemangat untuk mengikuti
proses
pembelajaran.
Secara
keseluruhan respon siswa dapat
ditingkatkan dengan menggunakan
pembelajaran berbasis masalah dan
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.
PENUTUP
Kesimpulan
Penerapan
pembelajaran
berbasis masalah (Problem-Based
Learning)
dan
pembelajaran
kooperatif (Cooperative Learning)
tipe Jigsaw dapat meningkatkan
aktivitas belajar siswa kelas XI IPS 1
SMA Negeri 2 Malang.
Penerapan
pembelajaran
Problem-Based
Learning
dan
Cooperative Learning tipe Jigsaw
dapat meningkatkan hasil belajar
siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 2
Malang.
Penerapan
Problem-Based
Learning dan Cooperative Learning
tipe Jigsaw dapat meningkatkan
Alamat korespondensi:
Sri Handayani: Fakultas Ekonomi_UM
Email: [email protected]
Sapir. Jurusan Ekonomi Pembangunan,
E-mail: [email protected]
JPE-Volume 2, Nomor 1, 2009
respon siswa dalam mengikuti proses
pembelajaran ekonomi di kelas.
Siswa yang menyatakan sangat setuju
(SS) dengan penerapan model ini
yaitu sebesar 21,15 %. Siswa yang
menyatakan setuju (S) sebesar 54 %.
Saran
Perlu adanya pengkondisian
bagi masing-masing tingkat satuan
pendidikan dan guru mata pelajaran
ekonomi
khususnya
dalam
penggunaan model pembelajaran
Problem-Based
Learning
dan
Cooperative Learning tipe Jigsaw
agar dapat menghasilkan hasil
optimal dalam pencapaian tujuan
pembelajaran.
Penerapan
pembelajaran
Problem-Based
Learning
dan
Cooperative Learning tipe Jigsaw
hendaknya disesuaikan dengan materi
yang akan diajarkan dan lingkungan
belajar siswa serta ketersediaan waktu
yang cukup.
Disarankan bagi Musyawarah
Guru Mata Pelajaran (MGMP) dapat
mendiskusikan
metode-metode
pembelajaran yang efektif untuk mata
pelajaran ekonomi, sehingga dapat
merekomendasikannya kepada guru
mata pelajaran, salah satunya yaitu
penerapan model Problem-Based
Learning dan Cooperative Learning
tipe Jigsaw.
Bagi peneliti selanjutnya,
hendaknya melakukan tindakan lebih
dari dua siklus dan adanya konsep
pengukuran
tentang
tujuan
pembelajaran
dalam
mengukur
keefektifan metode Problem-Based
Learning dan Cooperative Learning
tipe Jigsaw.
DAFTAR RUJUKAN
Arikunto, Suharsimi. 2001. DasarDasar Evaluasi Pendidikan.
Jakarta: Bumi Aksara
Arikunto. Suharsimi. 2006. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan
Praktek. Jakarta: PT Rineka
Cipta
Arikunto. Suharsimi.dkk.
Penelitian
Tindakan
Jakarta: Bumi Aksara
2007.
Kelas.
Djatmika, E.T. 2004. Pendekatan
Pembelajaran
Ekonomi
SMA/MAN
Atas
Dasar
Kurikulum Baru dan Kecakapan
Hidup, Ilmu Pengetahuan Sosial,
37 (3). November 2003
Alamat korespondensi:
Sri Handayani: Fakultas Ekonomi_UM
Email: [email protected]
Sapir. Jurusan Ekonomi Pembangunan,
Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang.
E-mail: [email protected]
Dimyati & Mudjiono. 2002. Belajar
dan
Pembelajaran.
Jakarta:
Dirjen
Pendidikan
Tinggi
DEPDIKBUD
Hamalik, Oemar. 2003. Kurikulum
dan Pembelajaran. Jakarta: PT.
Bumi Aksara
Hamalik, Oemar. 2001. Proses
Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Bumi
Aksara
Isjoni. 2007. Cooperative Learning.
Bandung: Alfabeta
Nurhadi & Senduk, A.G. 2003
Pembelajaran
Kontekstual
(Contextual
Teaching
and
Learning/CTL)
dan
penerapannya
dalam
KBK.
51
JPE-Volume 2, Nomor 1, 2009
Malang:
Malang.
Universitas
Negeri
Sanjaya, Wina. 2006. Pembelajaran
dalam Implementasi Kurikulum
Berbasis Kompetensi. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group
Sukardi,
2004.
Metodologi
Penelitian Pendidikan. Jakarta: Sinar
grafika Offset.
Tim Abdi Guru. 2004. Ekonomi SMA
untuk Kelas XI. Jakarta: Erlangga
Universitas Negeri Malng. 2007.
Pedoman
Penulisan
Karya
Ilmiah, Skripsi, Tesis, Disertasi,
Artikel,
Makalah,
Laporan
penelitian.
Edisi
keempat.
Malang:
Biro
Administrasi
Perencanaan,
dan
Sistem
Informasi bekerjasama dengan
Penerbit Universitas Negeri
Malang.
Wiriaatmaja, Rochiati. 2007 Metode
Penelitian
Tindakan
Kelas.
Bandung: PT remaja Rosdakarya
52
Alamat korespondensi:
Sri Handayani: Fakultas Ekonomi_UM
Email: [email protected]
Sapir. Jurusan Ekonomi Pembangunan,
E-mail: [email protected]
Download