PENGARUH KOMUNIKASI TERHADAP EFEKTIVITAS KERJA PEGAWAI PADA SUB BAGIAN PENGKAJIAN KANTOR DPRD KABUPATEN KUTAI TIMUR Ishak Rudi1 ABSTRACT Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara variabel Komunikasi dengan variabel Efektivitas Kerja Pegawai pada Sub Bagian Pengkajian Kantor DPRD Kabupaten Kutai Timur, hal ini dapat dilihat dari hasil perbandingan antara nilai r empiris (hitung) dengan nilai r teoritis (tabel) pada tabel harga-harga kritis untuk r product moment, yaitu r(hit) = 0,832 > r (tab) = 0,444 pada tingkat signifikansi 0,05 untuk n = 20. Ini berarti bahwa ada hubungan yang positif antara variabel Komunikasi dengan variabel Efektivitas Kerja pegawai Pada Sub Bagian Pengkajian Kantor DPRD Kabupaten Kutai Timur. Berdasarkan hasil perhitungan yang dibuat untuk pengujian hipotesis dengan menggunakan uji-t, di dapat hasil t(hit) = 4,862, hasil perhitungan tersebut memperlihatkan bahwa t hitung lebih besar dari t tabel yang terdapat pada tabel hargaharga kritis student-t untuk n - 2 pada tingkat signifikansi 0,05, yaitu t (hit) = 4,862 > t (tab) = 1,734. Ini berarti bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel Komunikasi terhadap variabel Efektivitas Kerja Pegawai. Dengan demikian dapat pula dikatakan bahwa rumusan masalah di dalam penelitian ini telah terjawab dan hipotesis yang diajukan dapat diterima dan dibuktikan kebenarannya, bahwa komunikasi berpengaruh positif terhadap efektivitas kerja Pegawai Pada Sub Bagian Pengkajian Kantor DPRD Kabupaten Kutai Timur. Keywords: Komunikasi, Efektivitas kerja I. PENDAHULUAN Komunikasi adalah suatu proses pertukaran pesan verbal maupun nonverbal antara si pengirim pesan dengan si penerima pesan untuk mengubah tingkah laku. (Muhammad, 2005 : 5). 1 Alumni Fisipol Untag 1945 Samarinda 3 Komunikasi merupakan faktor yang penting karena komunikasi yang terjalin dengan baik antara pegawai dengan pimpinan, antara pegawai dengan pegawai dan antara pegawai dengan masyarakat sekitar organisasi juga akan meningkatkan efektivitas kerja bagi pegawai. Komunikasi yang kurang antara pegawai dengan pimpinan akan menyebabakan pegawai akan kesulitan untuk menyampaikan informasi-informasi yang dapat mendorong kemajuan organisasi. Komunikasi adalah sebuah perangkat yang digunakan di dalam organisasi dalam penyampain atau pertukaran informasi dari pengirim kepada penerima baik lisan, tertulis maupun menggunakan alat komunikasi. Pertukaran infomasi yang terjadi diantara pengirim dan penerima tidak hanya dilakukan dalam bentuk lisan maupun tertulis oleh manusia. Akan tetapi komunikasi yang terjadi dalam organisasi dewasa ini juga menggunakan alat komunikasi canggih. Banyak manajer dewasa ini mengirim informasi dengan system informasi manajemen yang kompleks, dimana data berasal dari berbagai sumber, kemudian dianalisis oleh komputer dan disampaikan kepada penerima secara elektronik. Organisasi-organisasi sekarang ini sangat mementingkan komunikasi dalam bentuk arus informasi. Bukan saja arus informasi berguna bagi pengendalian pihak pimpinan tetapi juga karena dapat menciptakan kesetiakawanan antara seluruh lapisan pekerja dan rasa keterlibatan yang menyebabkan keikutsertaan yang lebih sadar dan intensif. Komunikasi memegang peranan yang sangat penting di dalam menentukan sampai berapa jauh orang-orang dapat bekerjasama secara efektif mencapai tujuan yang sudah ditentukan. 4 Penelitian ini menyatakan adanya hubungan langsung antara komunikasi dan disiplin kerja, dimana melalui komunikasi yang baik dalam organisasi maka pegawai akan bekerja secara lebih disiplin, efektif dan efisien dengan efektivitas kerja yang cukup besar apabila mereka mengerti bukan hanya kebutuhannya sendiri yang terpenuhi akan tetapi juga kebutuhan kelompok maupun organisasinya secara total. Komunikasi sering pula di katakan sebagai proses pemindahan pengertian dalam bentuk gagasan atau informasi dari seseorang ke orang lain. Proses komunikasi memungkinkan manajer untuk melaksanakan tugas- tugas mereka. Informasi harus dikomunikasikan kepada para manajer agar mereka mempunyai dasar perencanaan, rencana- rencana harus dikomunikasikan kepada pihak lain agar dilaksanakan. Pengorganisasian memerlukan komunikasi dengan bawahan tentang penugasan jabatan mereka. Pengarahan mengharuskan atasan untuk berkomunikasi dengan bawahannya agar tujuan kelompok dapat dicapai. Komunikasi tertulis dan lisan adalah bagian esensi pengawasan. Jadi, manajer dapat melaksanakan fungsi-fungsi manajemen mereka hanya melalui interaksi dan komunikasi dengan pihak lain. Hubungan antara pimpinan dan bawahannya harus ditangani dengan efektif jika ingin tenaga kerja dan organisasi mau tumbuh bersama. Sehingga dengan itu maka seorang atasan sebagai pihak yang berkompeten dalam mengelola semua urusan baik manusia, sumber daya manusia maupun modal usaha harus memberikan perhatian yang sesuai karena dalam kenyataannya betapa banyak sarana dan prasarana bahan dan peralatan yang modern apabila tidak digerakan dan dikelola oleh 5 manusia maka semua itu tidak akan ada artinya terutama untuk mencapai tujuan organisasi. Komunikasi mempunyai hubungan berarti dengan bermacam-macam aspek efektivitas kerja. Dalam suatu organisasi diperlukan iklim yang mendukung dalam komunikasi organisasi. Untuk menciptakan suatu organisasi yang efektif dan akan lebih memungkinkan mempengaruhi hubungan yang bersifat organisasional yang lebih menyenangkan daripada yang tidak menyenangkan. Dari hal ini menyatakan bahwa ada hubungan yang positif antara komunikasi berorganisasi dengan efektivitas kerja dan hasil yang dicapai oleh pekerja. komunikasi yang baik antara pimpinan dengan bawahan tidak semudah yang kita bayangkan dan sulit diimplementasikan dalam keseharian bekerja di kantor, berdasarkan pengamatan penulis, khususnya di Sub Bagian Pengkajian Kantor DPRD Kabupaten Kutai Timur terlihat masih kurang optimal antara komunikasi dan koordinasi pimpinan dengan bawahan maupun komunikasi antar bagian, tentu saja hal ini akan mengganggu terhadap efektifitas kerja pada kantor tersebut. Selain itu juga berdasarkan wawancara sekilas yang penulis lakukan dengan unsur pimpinan dan sebagian staf di Kantor DPRD Kabupaten terdapat adanya ego pribadi dan lemahnya dalam bekerjasama antar pegawai tentu saja hal ini akan membuat kurang efektinya dalam melaksanakan tugas pekerjaan di kantor, disisi yang lain tuntutan reformasi birokrasi saat ini dan yang akan datang aparatur pemerintah bekerja efesien dan efektif. PERMASALAHAN “ Apakah Komunikasi Berpengaruh Positif Terhadap Efektivitas Kerja Pegawai Pada Sub Bagian Pengkajian Kantor DPRD Kabupaten Kutai Timur”. II. METODE PENELITIAN Pelaksanaan penelitian ini mengambil lokasi di wilayah Kabupaten Kutai Timur. Secara lebih spesifik penelitian ini dilakukan dengan mengambil lokasi Kantor DPRD Kabupaten Kutai Timur pada Sub Bagian Pengkajian. Pemilihan lokasi penelitian tersebut di dasarkan pada pertimbangan dari segi efisiensi dan efektivitas di dalam pelaksanaan penelitian, karena penulis bekerja pada Bagian Pengkajian kantor DPRD Kabupaten Kutai Timur, dengan mengambil lokasi penelitian ini penulis dapat lebih efektif di dalam menggali semua data yang diperlukan dan dapat menghemat biaya yang harus dikeluarkan di dalam pelaksanaan penelitian. Analisis data yang penulis gunakan di dalam penelitian ini adalah metode analisis Koefisien Korelasi Product Moment (pearson) dengan rumus sebagai berikut : This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com 52 dimana : r x y : Koefisien Korelasi : Independen Variabel : Dependen Variabel n : Jumlah Pengamatan (Sampel) Untuk mengujin tingkat korelasi antara independen variabel dengan dependen variabel digunakan tabel harga-hara kritis rs Koefisien Korelasi Product Moment (Pearson), pada tingkat signifikansi 5% atau 0,05. Cara pengambilan keputusan dengan menggunakan metode ini adalah jika harga rs empiris (hitung) lebih besar daripada harga-harga kritis rs teoritis (tabel), maka berarti terdapat hubungan yang signifikan antara independen variabel dan dependen variabel pada tingkat signifikansi 5%. Jika rs empiris lebih kecil daripada harga-harga kritis rs teoritis maka hubungan yang terjadi tidak signifikan. Disamping dengan metode tersebut, maka untuk dapat memebrikan penafsiran terhadap Koefisien Korelasi Product Moment ini menurut Sugiyono (2010) dapat pula berpedoman pada ketentuan yang tertera pada tabel berikut ini. Tabel -1 Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Terhadap Koefisien Korelasi ProductMoment ( Pearson ) Interval Koefisien Tingkat Hubungan 0,00-0,199 Sangat Rendah 0,20-0,399 Rendah 0,40-0,599 Sedang 0,60-0,799 Kuat 0,80-1,000 Sangat Kuat Sumber :Sugiyono, Statistika Untuk Penelitian, Alfabeta, 2010, hal,216 This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com 53 Sedangkan untuk kepentingan pengujian hipotesis penelitian, maka penulis menggunakan uji-t sebagai perangkatnya. Pada tahapan ini rs empiris yang dihasilkan diuji dengan uji-t dengan rumus sebagai berikut : dimana : t : Uji-t r n : Koefisien Korelasi : Jumlah Pengamatan (Sampel) Harga t hitung tersebut selanjutnya dibandingan dengan harga t tabel. Untuk tingkat kesalahan 5% dengan derajat kebebasan (dk) = n - 2. Dengan hipotesis : Ha diterima, apabila t hitung lebih besar dari t table, yang berarti hubungan kedua variabel signifikan (mempunyai keberartian). Ho diterima, apabila t hitung lebih kecil dari t table, yang berarti hubungan kedua variabel tidak signifikan (tidak mempunyai keberartian). Semua perhitungan di dalam analisis data dan pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan aplikasi program SPSS 15.0 for Windows. III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Komunikasi Seperti telah dipaparkan pada bab terdahulu bahwa untuk mengukur variabel Komunikasi Intern ini penulis membatasi hanya menggunakan 3 (tiga) indikator, yaitu : 1. Komunikasi Ke bawah. 2. Komunikasi Ke atas. 3. Komunikasi Horisontal. Masing-masing indikator tersebut terdiri dari 2 (dua) pertanyaan di dalam angket. Berikut akan disajikan data yang berhasil dihimpun di lapangan untuk masing-masing indikator Pengawasan kerja. a. . Komunikasi Ke bawah Komunikasi ke bawah adalah jenis komunikasi yang bergerak dari pimpinan ke bawahan. Tiap komunikasi yang mengalir dari pimpinan This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com 56 puncak hingga ke bawah mengikuti hierarki adalah komunikasi ke bawah. Komuniukasi ke bawah juga dikatakan sebagai komunikasi yang mengalir dari pucuk pimpinan ke berbagai jenjang yang ada dibawahnya, berisi yang berkaitan dengan pelaksanaan fungsi pimpinan. Komunikasi ke bawah ini dapat berupa instruksi tugas maupun penyampaian informasi mengenaik kebijakan-kebijakan organisasi. Berdasarkan data yang diperoleh melalui angket yang telah dibagikan kepada responden dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 2. Jawaban Responden Tentang Indikator Komunikasi Ke bawah Jawaban R e s p o n d e n No. Per A B C Ju D m l a h E t a n y a a n 1 1 - - 2 ( 8 ( 20 0 ( 1 0 , 0 % ) 4 0 (1 , 0 % ) 5 0 , 0 % ) 0 0 % ) 1 2 - - 1 ( 9 ( 20 (1 ( 5 , 0 4 5 , 0 5 0 , 0 0 % % ) 0 % ) 0 % ) Sumb e r D a Pt a : H a s i l e n e l i t i a n Berdasarkan data tersebut di atas dapat dijelaskan bahwa untuk pertanyaan nomor 1, yaitu apakah pimpinan seringkali memberikan instruksi tugas kepada para bawahan bawahan, sebanyak 2 orang responden atau 10,0% menjawab cukup sering, sebanyak 8 orang responden atau 40,0% menjawab sering dan sebanyak 10 orang responden atau 50,0% memberikan jawaban sangat sering. Sementara itu untuk pertanyaan nomor 2, yaitu apakah pimpinan seringkali para bawahan, sebanyak 1 orang responden atau 5,0% memberikan jawaban cukup sering, sebanyak 9 orang responden atau 45,0% memberikan jawaban sering dan sebanyak 10 orang responden atau 50,0% memberikan jawaban sangat sering. b. Komunikasi Ke atas ) This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com 57 Komunikasi ke atas adalah arus komunikasi yang bergerak dari bawah ke atas. Pesan yang disampaikan antara lain laporan pelaksanaan pekerjaan, keluhan karyawan, sikap dan perasaan karyawan tentang beberapa hal, pengembangan prosedur dan teknik, informasi tentang produksi dan hasil yang dicapai, dan lain-lain. Jika arus informasi ke atas tidak lancar maka pimpinan kurang mengetahui dan menyadari secara tepat keadaan organisasi pada umumnya. Untuk mengetahui data yang berkaitan dengan indikator ini, maka dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 3. Jawaban Responden Tentang Indikator Komunikasi Keatas Jawaban R e s p o n d e n No. Pert A J B C D E - 4 8 ( 8 ( u m l a h a n y a a n 2 3 - (20, 0 % ) 0 4 0 , 0 % ) ( 4 0 , 0 % ) Sumber Data : Hasil Penelitian Berdasarkan data tersebut di atas dapat dijelaskan bahwa untuk pertanyaan nomor 3, yaitu apakah pimpinan seringkali memberikan kesempatan kepada para bawahan untuk menyampaikan saran dan pendapat sehubungan dengan pelaksanaan tugas mereka, sebanyak 4 orang responden atau 20,0% menjawab cukup sering, sebanyak 8 orang responden atau 40,0% memberikan jawaban sering, dan sebanyak 8 orang responden atau 40,0% menjawab sangat sering. 1 0 0 % ) Sedangkan untuk pertanyaan nomor 4, yaitu apakah pimpinan seringkali memperhatikan berbagai macam keluhan dari para bawahan sehubungan dengan pelaksanaan tugas mereka, sebanyak 2 orang responden atau 10,0% memberikan jawaban cukup sering, sebanyak 10 orang responden atau 50,0% yang memberikan jawaban sering dan This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com 58 sebanyak 8 orang responden atau 40,0% memberikan jawaban sangat sering. c. Komunikasi Horisontal Apabila terjadi komunikasi diantara anggota kelompok kerja yang sama, diantara kelompok kerja pada tingkat yang sama, diantara manajer pada tingkat yang sama atau antara bagian atau departemen pada tingkat yang sama, atau antara pegawaipegawai apa saja yang secara horizontal sama dalam hierarki organisasi, maka komunikasi tersebut adalah komunikasi horizontal. Komunikasi horizontal ini sangat intens dilakukan antar bagian yang memiliki tingkat sekuensi kerja yang tinggi, yang dimaksudkan untuk menghemat waktu dan memudahkan melakukan koordinasi yang dapat berlangsung secara formal (hubunganhubungan kerja dalam pembagian struktur kerja diatur secara formal atau secara informal) untuk mempercepat tindakan. Data yang berkaitan dengan indikator ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel-4. Jawaban Responden Tentang Indikator Komunikasi Horisontal Jawaban R e s p o n d e n No. Per A Ju B C D E - 2 ( 9 ( 9 ( m l a h t a n y a a n 5 - 1 0 , 0 % ) 6 - - 2 8 1 20 4 5 (1 , 0 % ) 26 4 5 , 0 % ) 0 0 % ) 0 ( ( ( 1 0 , 0 % ) 4 0 (1 , 0 % ) 5 0 , 0 % ) Sumber Data : H a s i l P e n e l i t i a n Berdasarkan data tersebut di atas dapat dijelaskan bahwa untuk pertanyaan nomor 5, yaitu apakah antar bagian di kantor anda seringkali mengadakan koordinasi dalam pelaksanaan tugas, sebanyak 2 orang responden atau 10,0% menjawab jawaban cukup sering, sebanyak 9 0 0 % ) This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com 59 orang responden atau 45,0% menjawab jawaban sering dan sebanyak 9 orang responden atau 45,0% memberikan jawaban sangat sangat sering. Sedangkan untuk pertanyaan nomor 6, yaitu apakah diantara para pegawai seringkali mengadakan koordinasi untuk memecahkan berbagai macam persoalan di dalam pekerjaan, sebanyak 2 orang responden atau 10,0% memberikan jawaban cukup sering, sebanyak 8 orang responden atau 40,0% memberikan jawaban sering, dan sebanyak 10 orang responden atau 50,0% memberikan jawaban sangat sangat sering. B. Efektivitas Kerja Efektivitas Kerja adalah suatu keadaan yang menunjukkan aktivitas pekerjaan yang memberikan hasil atau akibat seperti yang dikehendaki sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan. Seperti telah diuraikan pada bagian terdahulu bahwa untuk mengukur efektivitas kerja, penulis membatasi hanya menggunakan 3 (tiga) indikator, yaitu : 1. Kemampuan menyesuaikan diri 2. Kemampuan mengatasi masalah 3. Pencapaian hasil a. Kemampuan Menyesuaikan Diri Kemampuan menyesuaikan diri sangatlah penting, karena hal ini merupakan tujuan organisasi, dimana dengan mampu menyesuaikan diri pegawai akan dapat bekerjasama dengan orang lain sehingga pemenuhan kebutuhan dan tujuan organisasi tercapai. Untuk mengetahui data yang berkaitan dengan indikator ini, maka dapat dilihat data yang disajikan pada tabel di bawah ini. This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com 60 Tabel-5. Jawaban Responden Tentang Kemampuan Menyesuaikan Diri Jawaban No. Per A B C R e s p o n d e n D - 2 ( 6 ( J u m l a h E t a n y a a n 1 7 - 1 - - - 9 ( 3 ( 0 , 0 % ) 2 H a s i l P e 0 6 0 , 0 % ) 1 0 0 % ) 1 0 5 5 , 0 % ) 1 0 0 % ) ( 4 ( 5 , 0 % ) Sumber Data : 2 ( 1 0 , 0 % ) 8 2 n e l i t i a n Berdasarkan data tersebut di atas dapat dijelaskan bahwa untuk pertanyaan nomor 7, yaitu apakah para pegawai mempunyai kemampuan untuk saling menyesuaikan diri sehingga mampu bekerjasama dengan baik di dalam pekerjaan, sebanyak 2 orang responden atau 10,0% menjawab cukup mampu, sebanyak 6 orang responden atau 30,0% menjawab mampu dan sebanyak 12 orang responden atau 60,0% memberikan jawaban sangat sangat mampu. Sementara itu untuk pertanyaan nomor 8, yaitu apakah para pegawai mampu beradaptasi dengan suasana kerja yang tercipta di kantor, sebanyak 9 orang responden atau 45,0% memberikan jawaban mampu, dan sebanyak 11 orang responden atau 55,0% memberikan jawaban sangat mampu. b. Kemampuan Mengatasi Masalah Dalam rangka mencapai efektivitas kerja, seorang pegawai yang bertugas di kantor dituntut kemampuannya untuk mengatasi masalah, agar supaya permasalahan jangan bertambah dan akan berpengaruh terhadap pemborosan sumber daya organisasi. Semakin mampu seorang pegawai mengatasi masalah maka akan meningkatkan efektivitas kerja pegawai dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Untuk mengetahui data yang berkaitan dengan indikator kemampuan mengatasi masalah, terlihat pada table di bawah ini : This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com 61 Tabel 6. Jawaban Responden Tentang Kemampuan Mengatasi Masalah Jawaban R e s p o n d e n No. Pert A J B C D E - 2 9 ( 9 u m l a h a n y a a n 2 9 - (4 (10, 0 % ) 1 1 - 0 - 2 0 4 ( 5 , 0 % ) 2 7 ( (5 (10, 0 % ) 3 ( 5 , 0 % ) 5 , 0 % ) 1 0 0 % ) 1 0 5 , 0 % ) 1 0 0 % ) Sumber Data : Hasil Penelitian Berdasarkan tabel tersebut di atas dapat dijelaskan bahwa untuk pertanyaan nomor 9, yaitu apakah para pegawai merasa mampu mengatasi permasalahan yang ada di kantor., sebanyak 2 orang responden atau 10,0% menjawab jawaban cukup mampu, sebanyak 9 orang responden atau 45,0% menjawab jawaban mampu, sebanyak 9 orang responden atau 45,0% memberikan jawaban sangat mampu. Sedangkan untuk pertanyaan nomor 10, yaitu apakah para pegawai mampu menyelesaikan pekerjaan sesuai tugas dan jabatannya, sebanyak 2 orang responden atau 10,0% yang menjawab cukup selesai, sebanyak 7 orang responden atau 35,0% memberikan jawaban selesai dan sebanyak 11 orang responden atau 55,0% memberikan jawaban sangat selesai. c. Pencapaian Hasil Pencapaian hasil yang dimaksud adalah tercapainya target penyelesaian pekerjaan kantor sesuai dengan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Pencapaian target penyelesaian pekerjaan merupakan implementasi dari efektivitas kerja pegawai. Untuk mengetahui data yang berkaitan dengan indikator kemampuan mengatasi masalah, terlihat pada table di bawah ini : Tabel 7. Jawaban Responden Tentang Pencapaian Hasil Jawaban R e s p o n d e n N A Pertanyaan o B. C D J E u m l a h This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com 62 1 11 - - 1 2 8 1 0 5 5 , 0 % ) 0 0 % ) 1 0 5 5 , 0 % ) 0 0 % ) ( ( (4 5 , 0 % ) 1 12 - - - 0 (1 , 0 % ) 2 9 ( (4 5 (1 , 0 % ) Su P : m b e r D a t a H a s i l e n e l i t i a n Berdasarkan data tersebut di atas dapat dijelaskan bahwa untuk pertanyaan nomor 11, yaitu bagaimanakah pencapaian hasil pekerjaan pegawai sebanyak 1 orang responden atau 5,0% menjawab jawaban cukup tercapai, sebanyak 8 orang responden atau 40,0% menjawab tercapai, dan sebanyak 11 orang responden atau 55,0% memberikan jawaban sangat tercapai. Sedangkan untuk pertanyaan nomor 12, yaitu apakah terdapat kendala atau hambatan dalam pencapaian hasil pekerjaan selama ini, sebanyak 9 orang responden atau 45,0% yang memberikan jawaban lancar dan sebanyak 11 orang responden atau 55,0% memberikan jawaban sangat lancar. IV. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan uraian analisa data dan proses pengujian hipotesis dalam bab lima sebelumnya, maka penulis dapat menarik beberapa kesimpulan sebagai berikut : 4. Salah satu faktor yang cukup menentukan terjalinnya komunikasi yang baik efesien dan efektik serta harmonis adalah peran pimpinan, komunikasi yang baik berpengaruh positif dan signifikan terhadap efektivitas kerja pegawai. Pimpinan bersikap terbuka, tidak memaksakan kehendak tapi bertindak sebagai fasilitator yang mendorong suasana demokratis dan kekeluargaan, mengajak pegawai untuk mau dan mampu mengemukakan pendapatnya dalam memecahkan masalah yang dan mendorong supaya pegawai dan karyawan mau melaksanakan aktifitas dan berkreatifitas, mengembangkan kebiasaan untuk berdiskusi secara terbuka dan mendengarkan pendapat orang lain, hal ini didukung oleh hasil analisa data. 5. Dari hasil analisis data diketahui bahwa koefisien korelasi Product Moment yang dihasilkan adalah r = 0,832. Berdasarkan hasil analisis tersebut, jelas terlihat bahwa variabel Komunikasi mempunyai hubungan yang positif dengan variabel Efektivitas Kerja Pegawai pada sub Bagian Pengkajian Kantor DPRD Kabupaten Kutai Timur. Hal ini dapat dilihat dari hasil perbandingan antara nilai r empiris (hitung) dengan nilai r teoritis (tabel) pada tabel harga-harga kritis untuk r signifikansi 0,05 untuk n = 20. Ini berarti bahwa ada hubungan yang This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com 69 positif antara variabel Komunikasi dengan variabel Efektivitas Kerja pegawai pada sub Bagian Pengkajian Kantor DPRD Kabupaten Kutai Timur. 4. Berdasarkan hasil perhitungan yang dibuat untuk pengujian hipotesis dengan menggunakan uji-t, di dapat hasil t(hit) = 4,862, hasil perhitungan tersebut memperlihatkan bahwa t hitung lebih besar dari t tabel yang terdapat pada tabel harga-harga kritis student-t untuk n - 2 pada tingkat signifikansi 0,05, yaitu t(hit) = 4,862 > t(tab) = 1,734. Ini berarti bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel Komunikasi terhadap variabel Efektivitas Kerja Pegawai pada sub Bagian Pengkajian Kantor DPRD Kabupaten Kutai Timur. Dengan demikian dapat pula dikatakan bahwa rumusan masalah di dalam penelitian ini telah terjawab dan hipotesis yang diajukan dapat diterima dan dibuktikan kebenarannya. B. Saran-Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut : 1. Perlunya pimpinan atau kepala bagian dan Sub Bagian Pengkajian Kantor DPRD Kabupaten Kutai Timur lebih meningkatkan dan mengintensifkan fungsi atau peranan Komunikasi agar efektivitas kerja para pegawai yang selama ini sudah relatif cukup baik dapat dipertahankan dan lebih ditingkatkan lagi. 2. Perlunya para pegawai mempertahankan dan meningkatkan Efektivitas kerjanya serta lebih meningkatkan kemampuan diri di dalam bekerja agar kinerja yang diberikan lembaga dapat lebih ditingkatkan lagi, This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com 70 sehingga fungsi pelayanan yang dilakukan dapat dijalankan dengan baik dan maksimal. 3. Perlunya pimpinan sesuai tingkatan memperhatikan prinsip-prinsip membangun komunikasi yang baik antara lain : membangkitkan perhatian komunikator sebelum komunikasi dimulai, memelihara kontak pribadi selama berkomunikasi, tunjukan diri sebagai komunikator yang baik, berbicara secara menyakinkan, bersikap empatik dan simpatik, bertindak sebagai pembimbing bukan pendorong, mengemukakan pesan komunikasi yang menyangkut kepentingan komunikan, bukan kepentingan komunikator semata. BIBLIOGRAFI Augusty Ferdinan. 2006. Metode Penelitian Manajemen. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. CV. Indoprint. Semarang As'ad, Mochammad. 2003. Psikologi Industri: Seri Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Liberty. Bintoro Tjokroamidjoyo.1990. Teori Strategi Pembangunan Nasional, Gunung Agung, Jakarta. Danim, Sudarwan., 2004. Motivasi Kepemimpinan dan Efektivitas Kelompok. Pustaka Ilmu, Bandung. Gibson, James L, John M.I, James H. Donnely. 1996. Organisasi, Perilaku, Struktur, Proses. Edisi Kedelapan. Jakarta: Bina Aksara. Hadi, Sutrisno. 1995. Analisis Regresi. Yogyakarta: P2LPTK. Handoko, T. Hani. 1998. Manajemen Edisi2. Yogyakarta: BPFE. Handoko, T. Hani. 2001. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: BPFE. Handayaningrat, Suwarno., 1985. Sistem Birokrasi Pemerintah. Pustaka Utama, Jakarta. Hasibuan, Muhammad. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara. Jalaluddin Rakhmat. 1996. Metode Penelitian Komunikasi. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung. Koentjaraningkat. Penelitian Masyarakat. M. Manullang., 1986, Dasar-dasar Manajemen, Ghalia Indonesia, Jakarta Manulang, M., 1996. Pengantar Ekonomi Perusahaan. Edisi Revisi. Liberty, Yogyakarta Masri Singarimbun dan Sofian Effendi.1992. Metode Penelitian Survei, Cetakan I, LP3ES, Jakarta. Muhammad, Arni. 2005. Komunikasi Organsasi. Jakarta: Bumi Aksara. Moh Nazir, 1995. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta Nitisemito, Alex S.1991. Manajemen Personalia-Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Ghalia. This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version http://www.simpopdf.com 72 Muhammad. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara. Mulyana, Deddy. 2005. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosda Karya. Robbins, Stephen P. 1997. Perilaku Organisasi. Jilid I dan II. Jakarta: Erlangga. Sondang P. Siagian, 1992. Kerangka Dasar Ilmu Administrasi, Rineka Cipta, Jakarta. Siagian, Sondang P. 1985. Organisasi Kepemimpinan dan Perilaku Administrasi. Jakarta: Gunung Agung. Steers, Richard M., 1995. Efektivitas Organisasi. Erlangga, Jakarta. Sugiyono. 2000. Statistik untuk Penelitian, Alfabeta. Bandung Sugiyono, 2010. Memahami Penelitian Kualitatif. CV. Alfabeta. Bandung Supriyono, 2000. Sistem Pengendalian Manajemen. BPFE-Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Sutrisno Hadi.2004. Metodologi Research II, Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi UGM, Yoyakarta. Syamsi, Ibnu., 1988. Pokok-Pokok Organisasi dan Manajemen, Alumni, Bandung. Pace, R. Wayne, Don F. Faules. 2005. Komunikasi Organisasi: Straegi Meningkatkan Kinerja Perusahaan. Editor Deddy Mulyana. Bandung: Remaja Rosda Karya. Vardiansyah, Dani. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi: Pendekatan Taksonomi Konseptual. Jakarta: Ghalia Indonesia. The Liang Gie, 1988, Administrasi Perkantoran Modern, Penerbit Liberty, Yogyakarta. T. Hani Handoko., 2009. Manajemen. BPFE Fakultas Ekonomika dan Cipta.