Keywords: Komunikasi, Efektivitas kerja

advertisement
PENGARUH KOMUNIKASI TERHADAP EFEKTIVITAS KERJA PEGAWAI
PADA SUB BAGIAN PENGKAJIAN KANTOR DPRD
KABUPATEN KUTAI TIMUR
Ishak Rudi1
ABSTRACT
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang positif dan
signifikan antara variabel Komunikasi dengan variabel Efektivitas Kerja Pegawai pada
Sub Bagian Pengkajian Kantor DPRD Kabupaten Kutai Timur, hal ini dapat dilihat dari
hasil perbandingan antara nilai r empiris (hitung) dengan nilai r teoritis (tabel) pada tabel
harga-harga kritis untuk r product moment, yaitu r(hit) = 0,832 > r (tab) = 0,444 pada
tingkat signifikansi 0,05 untuk n = 20. Ini berarti bahwa ada hubungan yang positif antara
variabel Komunikasi dengan variabel Efektivitas Kerja pegawai Pada Sub Bagian
Pengkajian Kantor DPRD Kabupaten Kutai Timur.
Berdasarkan hasil perhitungan yang dibuat untuk pengujian hipotesis dengan
menggunakan uji-t, di dapat hasil t(hit) = 4,862, hasil perhitungan tersebut
memperlihatkan bahwa t hitung lebih besar dari t tabel yang terdapat pada tabel hargaharga kritis student-t untuk n - 2 pada tingkat signifikansi 0,05, yaitu t (hit) = 4,862 > t
(tab) = 1,734. Ini berarti bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari
variabel Komunikasi terhadap variabel Efektivitas Kerja Pegawai. Dengan demikian
dapat pula dikatakan bahwa rumusan masalah di dalam penelitian ini telah terjawab dan
hipotesis yang diajukan dapat diterima dan dibuktikan kebenarannya, bahwa
komunikasi berpengaruh positif terhadap efektivitas kerja Pegawai Pada Sub Bagian
Pengkajian Kantor DPRD Kabupaten Kutai Timur.
Keywords: Komunikasi, Efektivitas kerja
I. PENDAHULUAN
Komunikasi adalah suatu proses pertukaran pesan verbal maupun nonverbal
antara si pengirim pesan dengan si penerima pesan untuk mengubah tingkah laku.
(Muhammad, 2005 : 5).
1
Alumni Fisipol Untag 1945 Samarinda
3
Komunikasi merupakan faktor yang penting karena komunikasi yang terjalin dengan baik antara
pegawai dengan pimpinan, antara pegawai dengan pegawai dan antara pegawai
dengan masyarakat sekitar organisasi juga akan meningkatkan efektivitas kerja bagi
pegawai. Komunikasi yang kurang antara pegawai dengan pimpinan akan
menyebabakan pegawai akan kesulitan untuk menyampaikan informasi-informasi yang
dapat mendorong kemajuan organisasi.
Komunikasi adalah sebuah perangkat yang digunakan di dalam organisasi dalam penyampain atau
pertukaran informasi dari pengirim kepada penerima baik lisan, tertulis maupun
menggunakan alat komunikasi. Pertukaran infomasi yang terjadi diantara pengirim dan
penerima tidak hanya dilakukan dalam bentuk lisan maupun tertulis oleh manusia.
Akan tetapi komunikasi yang terjadi dalam organisasi dewasa ini juga menggunakan
alat komunikasi canggih. Banyak manajer dewasa ini mengirim informasi dengan
system informasi manajemen yang kompleks, dimana data berasal dari berbagai
sumber, kemudian dianalisis oleh komputer dan disampaikan kepada penerima secara
elektronik.
Organisasi-organisasi sekarang ini sangat mementingkan komunikasi dalam bentuk arus informasi.
Bukan saja arus informasi berguna bagi pengendalian pihak pimpinan tetapi juga
karena dapat menciptakan kesetiakawanan antara seluruh lapisan pekerja dan rasa
keterlibatan yang menyebabkan keikutsertaan yang lebih sadar dan intensif.
Komunikasi memegang peranan yang sangat penting di dalam menentukan sampai berapa jauh
orang-orang dapat bekerjasama secara efektif mencapai tujuan yang sudah ditentukan.
4
Penelitian ini menyatakan adanya hubungan langsung antara komunikasi dan disiplin kerja, dimana
melalui komunikasi yang baik dalam organisasi maka pegawai akan bekerja secara lebih
disiplin, efektif dan efisien dengan efektivitas kerja yang cukup besar apabila mereka
mengerti bukan hanya kebutuhannya sendiri yang terpenuhi akan tetapi juga
kebutuhan kelompok maupun organisasinya secara total.
Komunikasi sering pula di katakan sebagai proses pemindahan pengertian dalam bentuk gagasan atau
informasi dari seseorang ke orang lain. Proses komunikasi memungkinkan manajer
untuk melaksanakan tugas- tugas mereka. Informasi harus dikomunikasikan kepada
para manajer agar mereka mempunyai dasar perencanaan, rencana- rencana harus
dikomunikasikan kepada pihak lain agar dilaksanakan. Pengorganisasian memerlukan
komunikasi dengan bawahan tentang penugasan jabatan mereka. Pengarahan
mengharuskan atasan untuk berkomunikasi dengan bawahannya agar tujuan kelompok
dapat dicapai. Komunikasi tertulis dan lisan adalah bagian esensi pengawasan. Jadi,
manajer dapat melaksanakan fungsi-fungsi manajemen mereka hanya melalui interaksi
dan komunikasi dengan pihak lain.
Hubungan antara pimpinan dan bawahannya harus ditangani dengan efektif jika ingin tenaga kerja
dan organisasi mau tumbuh bersama. Sehingga dengan itu maka seorang atasan sebagai
pihak yang berkompeten dalam mengelola semua urusan baik manusia, sumber daya
manusia maupun modal usaha harus memberikan perhatian yang sesuai karena dalam
kenyataannya betapa banyak sarana dan prasarana bahan dan peralatan yang modern
apabila tidak digerakan dan dikelola oleh
5
manusia maka semua itu tidak akan ada artinya terutama untuk mencapai tujuan organisasi.
Komunikasi mempunyai hubungan berarti dengan bermacam-macam aspek efektivitas kerja. Dalam
suatu organisasi diperlukan iklim yang mendukung dalam komunikasi organisasi.
Untuk menciptakan suatu organisasi yang efektif dan akan lebih memungkinkan
mempengaruhi hubungan yang bersifat organisasional yang lebih menyenangkan
daripada yang tidak menyenangkan. Dari hal ini menyatakan bahwa ada hubungan
yang positif antara komunikasi berorganisasi dengan efektivitas kerja dan hasil yang
dicapai oleh pekerja.
komunikasi yang baik antara pimpinan dengan bawahan tidak semudah yang kita bayangkan dan
sulit diimplementasikan dalam keseharian bekerja di kantor, berdasarkan pengamatan
penulis, khususnya di Sub Bagian Pengkajian Kantor DPRD Kabupaten Kutai Timur
terlihat masih kurang optimal antara komunikasi dan koordinasi pimpinan dengan
bawahan maupun komunikasi antar bagian, tentu saja hal ini akan mengganggu
terhadap efektifitas kerja pada kantor tersebut. Selain itu juga berdasarkan wawancara
sekilas yang penulis lakukan dengan unsur pimpinan dan sebagian staf di Kantor
DPRD Kabupaten terdapat adanya ego pribadi dan lemahnya dalam bekerjasama antar
pegawai tentu saja hal ini akan membuat kurang efektinya dalam melaksanakan tugas
pekerjaan di kantor, disisi yang lain tuntutan reformasi birokrasi saat ini dan yang akan
datang aparatur pemerintah bekerja efesien dan efektif.
PERMASALAHAN
“ Apakah Komunikasi Berpengaruh
Positif Terhadap Efektivitas Kerja Pegawai Pada Sub Bagian Pengkajian
Kantor DPRD Kabupaten Kutai Timur”.
II.
METODE PENELITIAN
Pelaksanaan penelitian ini mengambil lokasi di wilayah Kabupaten Kutai Timur.
Secara lebih spesifik penelitian ini dilakukan dengan mengambil lokasi Kantor
DPRD Kabupaten Kutai Timur pada Sub Bagian Pengkajian. Pemilihan lokasi
penelitian tersebut di dasarkan pada pertimbangan dari segi efisiensi dan
efektivitas di dalam pelaksanaan penelitian, karena penulis bekerja pada Bagian
Pengkajian kantor DPRD Kabupaten Kutai Timur, dengan mengambil lokasi
penelitian ini penulis dapat lebih efektif di dalam menggali semua data yang
diperlukan dan dapat menghemat biaya yang harus dikeluarkan di dalam
pelaksanaan penelitian.
Analisis data yang penulis gunakan di dalam penelitian ini adalah metode analisis Koefisien
Korelasi Product Moment (pearson) dengan rumus sebagai berikut :
This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com
52
dimana :
r
x
y
: Koefisien Korelasi
: Independen Variabel
: Dependen Variabel
n
: Jumlah Pengamatan (Sampel)
Untuk mengujin tingkat korelasi antara independen variabel dengan dependen variabel
digunakan tabel harga-hara kritis rs Koefisien Korelasi Product Moment
(Pearson), pada tingkat signifikansi 5% atau 0,05. Cara pengambilan keputusan
dengan menggunakan metode ini adalah jika harga rs empiris (hitung) lebih
besar daripada harga-harga kritis rs teoritis (tabel), maka berarti terdapat
hubungan yang signifikan antara independen variabel dan dependen variabel
pada tingkat signifikansi 5%. Jika rs empiris lebih kecil daripada harga-harga
kritis rs teoritis maka hubungan yang terjadi tidak signifikan.
Disamping dengan metode tersebut, maka untuk dapat memebrikan penafsiran terhadap
Koefisien Korelasi Product Moment ini menurut Sugiyono (2010) dapat pula
berpedoman pada ketentuan yang tertera pada tabel berikut ini.
Tabel -1 Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Terhadap Koefisien
Korelasi ProductMoment ( Pearson )
Interval Koefisien
Tingkat Hubungan
0,00-0,199
Sangat Rendah
0,20-0,399
Rendah
0,40-0,599
Sedang
0,60-0,799
Kuat
0,80-1,000
Sangat Kuat
Sumber :Sugiyono, Statistika Untuk Penelitian, Alfabeta, 2010, hal,216
This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com
53
Sedangkan untuk kepentingan pengujian hipotesis penelitian, maka penulis menggunakan uji-t
sebagai perangkatnya. Pada tahapan ini rs empiris yang dihasilkan diuji dengan
uji-t dengan rumus sebagai berikut :
dimana :
t
: Uji-t
r
n
: Koefisien Korelasi
: Jumlah Pengamatan (Sampel)
Harga t hitung tersebut selanjutnya dibandingan dengan harga t tabel. Untuk tingkat kesalahan
5% dengan derajat kebebasan (dk) = n - 2. Dengan hipotesis : Ha diterima,
apabila t hitung lebih besar dari t table, yang berarti hubungan kedua variabel
signifikan (mempunyai keberartian). Ho diterima, apabila t hitung lebih kecil
dari t table, yang berarti hubungan kedua variabel tidak signifikan (tidak
mempunyai keberartian).
Semua perhitungan di dalam analisis data dan pengujian hipotesis dilakukan dengan
menggunakan aplikasi program SPSS 15.0 for Windows.
III.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Komunikasi
Seperti telah dipaparkan pada bab terdahulu bahwa untuk mengukur variabel Komunikasi
Intern ini penulis membatasi hanya menggunakan 3 (tiga) indikator, yaitu :
1.
Komunikasi Ke bawah.
2.
Komunikasi Ke atas.
3.
Komunikasi Horisontal.
Masing-masing indikator tersebut terdiri dari 2 (dua) pertanyaan di dalam angket. Berikut akan
disajikan data yang berhasil dihimpun di lapangan untuk masing-masing
indikator Pengawasan kerja.
a. . Komunikasi Ke bawah
Komunikasi ke bawah adalah jenis komunikasi yang bergerak dari pimpinan ke bawahan. Tiap
komunikasi yang mengalir dari pimpinan
This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com
56
puncak hingga ke bawah mengikuti hierarki adalah komunikasi ke bawah. Komuniukasi ke
bawah juga dikatakan sebagai komunikasi yang mengalir dari pucuk pimpinan
ke berbagai jenjang yang ada dibawahnya, berisi yang berkaitan dengan
pelaksanaan fungsi pimpinan. Komunikasi ke bawah ini dapat berupa instruksi
tugas maupun penyampaian informasi mengenaik kebijakan-kebijakan
organisasi.
Berdasarkan data yang diperoleh melalui angket yang telah dibagikan kepada responden dapat
dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 2. Jawaban Responden Tentang Indikator Komunikasi Ke bawah
Jawaban
R
e
s
p
o
n
d
e
n
No.
Per
A
B
C
Ju
D
m
l
a
h
E
t
a
n
y
a
a
n
1
1
-
-
2
(
8
(
20
0
(
1
0
,
0
%
)
4
0 (1
,
0
%
)
5
0
,
0
%
)
0
0
%
)
1
2
-
-
1
(
9
(
20
(1
(
5
,
0
4
5
,
0
5
0
,
0
0
%
%
)
0
%
)
0
%
)
Sumb
e
r
D
a
Pt
a
:
H
a
s
i
l
e
n
e
l
i
t
i
a
n
Berdasarkan data tersebut di atas dapat dijelaskan bahwa untuk pertanyaan nomor 1, yaitu
apakah pimpinan seringkali memberikan instruksi tugas kepada para bawahan
bawahan, sebanyak 2 orang responden atau 10,0% menjawab cukup sering,
sebanyak 8 orang responden atau 40,0% menjawab sering dan sebanyak 10 orang
responden atau 50,0% memberikan jawaban sangat sering. Sementara itu untuk
pertanyaan nomor 2, yaitu apakah pimpinan seringkali para bawahan, sebanyak
1 orang responden atau 5,0% memberikan jawaban cukup sering, sebanyak 9
orang responden atau 45,0% memberikan jawaban sering dan sebanyak 10 orang
responden atau 50,0% memberikan jawaban sangat sering.
b. Komunikasi Ke atas
)
This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com
57
Komunikasi ke atas adalah arus komunikasi yang bergerak dari bawah ke atas. Pesan yang
disampaikan antara lain laporan pelaksanaan pekerjaan, keluhan karyawan,
sikap dan perasaan karyawan tentang beberapa hal, pengembangan prosedur
dan teknik, informasi tentang produksi dan hasil yang dicapai, dan lain-lain. Jika
arus informasi ke atas tidak lancar maka pimpinan kurang mengetahui dan
menyadari secara tepat keadaan organisasi pada umumnya. Untuk mengetahui
data yang berkaitan dengan indikator ini, maka dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3. Jawaban Responden Tentang Indikator Komunikasi Keatas
Jawaban
R
e
s
p
o
n
d
e
n
No.
Pert
A
J
B
C
D
E
-
4
8
(
8
(
u
m
l
a
h
a
n
y
a
a
n
2
3
-
(20,
0
%
)
0
4
0
,
0
%
)
(
4
0
,
0
%
)
Sumber Data : Hasil Penelitian
Berdasarkan data tersebut di atas dapat dijelaskan bahwa untuk pertanyaan nomor 3, yaitu
apakah pimpinan seringkali memberikan kesempatan kepada para bawahan
untuk menyampaikan saran dan pendapat sehubungan dengan pelaksanaan
tugas mereka, sebanyak 4 orang responden atau 20,0% menjawab cukup sering,
sebanyak 8 orang responden atau 40,0% memberikan jawaban sering, dan
sebanyak 8 orang responden atau 40,0% menjawab sangat sering.
1
0
0
%
)
Sedangkan untuk pertanyaan nomor 4, yaitu apakah pimpinan seringkali memperhatikan
berbagai macam keluhan dari para bawahan sehubungan dengan pelaksanaan
tugas mereka, sebanyak 2 orang responden atau 10,0% memberikan jawaban
cukup sering, sebanyak 10 orang responden atau 50,0% yang memberikan
jawaban sering dan
This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com
58
sebanyak 8 orang responden atau 40,0% memberikan jawaban sangat sering.
c. Komunikasi Horisontal
Apabila terjadi komunikasi diantara anggota kelompok kerja yang sama, diantara kelompok
kerja pada tingkat yang sama, diantara manajer pada tingkat yang sama atau
antara bagian atau departemen pada tingkat yang sama, atau antara pegawaipegawai apa saja yang secara horizontal sama dalam hierarki organisasi, maka
komunikasi tersebut adalah komunikasi horizontal. Komunikasi horizontal ini
sangat intens dilakukan antar bagian yang memiliki tingkat sekuensi kerja yang
tinggi, yang dimaksudkan untuk menghemat waktu dan memudahkan
melakukan koordinasi yang dapat berlangsung secara formal (hubunganhubungan kerja dalam pembagian struktur kerja diatur secara formal atau secara
informal) untuk mempercepat tindakan.
Data yang berkaitan dengan indikator ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel-4. Jawaban Responden Tentang Indikator Komunikasi Horisontal
Jawaban
R
e
s
p
o
n
d
e
n
No.
Per
A
Ju
B
C
D
E
-
2
(
9
(
9
(
m
l
a
h
t
a
n
y
a
a
n
5
-
1
0
,
0
%
)
6
-
-
2
8
1
20
4
5 (1
,
0
%
)
26
4
5
,
0
%
)
0
0
%
)
0
(
(
(
1
0
,
0
%
)
4
0 (1
,
0
%
)
5
0
,
0
%
)
Sumber Data :
H
a
s
i
l
P
e
n
e
l
i
t
i
a
n
Berdasarkan data tersebut di atas dapat dijelaskan bahwa untuk pertanyaan nomor 5, yaitu
apakah antar bagian di kantor anda seringkali mengadakan koordinasi dalam
pelaksanaan tugas, sebanyak 2 orang responden atau 10,0% menjawab jawaban
cukup sering, sebanyak 9
0
0
%
)
This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com
59
orang responden atau 45,0% menjawab jawaban sering dan sebanyak 9 orang responden atau
45,0% memberikan jawaban sangat sangat sering.
Sedangkan untuk pertanyaan nomor 6, yaitu apakah diantara para pegawai seringkali
mengadakan koordinasi untuk memecahkan berbagai macam persoalan di
dalam pekerjaan, sebanyak 2 orang responden atau 10,0% memberikan jawaban
cukup sering, sebanyak 8 orang responden atau 40,0% memberikan jawaban
sering, dan sebanyak 10 orang responden atau 50,0% memberikan jawaban
sangat sangat sering.
B. Efektivitas Kerja
Efektivitas Kerja adalah suatu keadaan yang menunjukkan aktivitas pekerjaan yang
memberikan hasil atau akibat seperti yang dikehendaki sesuai dengan waktu
yang telah ditetapkan.
Seperti telah diuraikan pada bagian terdahulu bahwa untuk mengukur efektivitas kerja,
penulis membatasi hanya menggunakan 3 (tiga) indikator, yaitu :
1.
Kemampuan menyesuaikan diri
2.
Kemampuan mengatasi masalah
3.
Pencapaian hasil
a. Kemampuan Menyesuaikan Diri
Kemampuan menyesuaikan diri sangatlah penting, karena hal ini merupakan tujuan
organisasi, dimana dengan mampu menyesuaikan diri pegawai akan dapat
bekerjasama dengan orang lain sehingga pemenuhan kebutuhan dan tujuan
organisasi tercapai.
Untuk mengetahui data yang berkaitan dengan indikator ini, maka dapat dilihat data yang
disajikan pada tabel di bawah ini.
This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com
60
Tabel-5. Jawaban Responden Tentang Kemampuan Menyesuaikan Diri
Jawaban
No.
Per
A
B
C
R
e
s
p
o
n
d
e
n
D
-
2
(
6
(
J
u
m
l
a
h
E
t
a
n
y
a
a
n
1
7
-
1
-
-
-
9
(
3 (
0
,
0
%
)
2
H
a
s
i
l
P
e
0
6
0
,
0
%
)
1
0
0
%
)
1
0
5
5
,
0
%
)
1
0
0
%
)
(
4 (
5
,
0
%
)
Sumber Data :
2
(
1
0
,
0
%
)
8
2
n
e
l
i
t
i
a
n
Berdasarkan data tersebut di atas dapat dijelaskan bahwa untuk pertanyaan nomor 7, yaitu
apakah para pegawai mempunyai kemampuan untuk saling menyesuaikan diri
sehingga mampu bekerjasama dengan baik di dalam pekerjaan, sebanyak 2
orang responden atau 10,0% menjawab cukup mampu, sebanyak 6 orang
responden atau 30,0% menjawab mampu dan sebanyak 12 orang responden atau
60,0% memberikan jawaban sangat sangat mampu. Sementara itu untuk
pertanyaan nomor 8, yaitu apakah para pegawai mampu beradaptasi dengan
suasana kerja yang tercipta di kantor, sebanyak 9 orang responden atau 45,0%
memberikan jawaban mampu, dan sebanyak 11 orang responden atau 55,0%
memberikan jawaban sangat mampu.
b. Kemampuan Mengatasi Masalah
Dalam rangka mencapai efektivitas kerja, seorang pegawai yang bertugas di kantor dituntut
kemampuannya untuk mengatasi masalah, agar supaya permasalahan jangan
bertambah dan akan berpengaruh terhadap pemborosan sumber daya
organisasi. Semakin mampu seorang pegawai mengatasi masalah maka akan
meningkatkan efektivitas kerja pegawai dalam rangka mencapai tujuan
organisasi.
Untuk mengetahui data yang berkaitan dengan indikator kemampuan mengatasi masalah,
terlihat pada table di bawah ini :
This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com
61
Tabel 6. Jawaban Responden Tentang Kemampuan Mengatasi Masalah
Jawaban
R
e
s
p
o
n
d
e
n
No.
Pert
A
J
B
C
D
E
-
2
9
(
9
u
m
l
a
h
a
n
y
a
a
n
2
9
-
(4
(10,
0
%
)
1
1
-
0
-
2
0
4 (
5
,
0
%
)
2
7
(
(5
(10,
0
%
)
3 (
5
,
0
%
)
5
,
0
%
)
1
0
0
%
)
1
0
5
,
0
%
)
1
0
0
%
)
Sumber Data : Hasil Penelitian
Berdasarkan tabel tersebut di atas dapat dijelaskan bahwa untuk pertanyaan nomor 9, yaitu
apakah para pegawai merasa mampu mengatasi permasalahan yang ada di
kantor., sebanyak 2 orang responden atau 10,0% menjawab jawaban cukup
mampu, sebanyak 9 orang responden atau 45,0% menjawab jawaban mampu,
sebanyak 9 orang responden atau 45,0% memberikan jawaban sangat mampu.
Sedangkan untuk pertanyaan nomor 10, yaitu apakah para pegawai mampu menyelesaikan
pekerjaan sesuai tugas dan jabatannya, sebanyak 2 orang responden atau 10,0%
yang menjawab cukup selesai, sebanyak 7 orang responden atau 35,0%
memberikan jawaban selesai dan sebanyak 11 orang responden atau 55,0%
memberikan jawaban sangat selesai.
c. Pencapaian Hasil
Pencapaian hasil yang dimaksud adalah tercapainya target penyelesaian pekerjaan kantor
sesuai dengan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya.
Pencapaian target penyelesaian pekerjaan merupakan implementasi dari
efektivitas kerja pegawai.
Untuk mengetahui data yang berkaitan dengan indikator kemampuan mengatasi masalah,
terlihat pada table di bawah ini :
Tabel 7. Jawaban Responden Tentang Pencapaian Hasil
Jawaban
R
e
s
p
o
n
d
e
n
N
A
Pertanyaan
o
B. C
D
J
E
u
m
l
a
h
This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com
62
1
11
-
-
1
2
8
1
0
5
5
,
0
%
)
0
0
%
)
1
0
5
5
,
0
%
)
0
0
%
)
(
(
(4
5
,
0
%
)
1
12
-
-
-
0 (1
,
0
%
)
2
9
(
(4
5 (1
,
0
%
)
Su
P
:
m
b
e
r
D
a
t
a
H
a
s
i
l
e
n
e
l
i
t
i
a
n
Berdasarkan data tersebut di atas dapat dijelaskan bahwa untuk pertanyaan nomor 11, yaitu
bagaimanakah pencapaian hasil pekerjaan pegawai sebanyak 1 orang responden
atau 5,0% menjawab jawaban cukup tercapai, sebanyak 8 orang responden atau
40,0% menjawab tercapai, dan sebanyak 11 orang responden atau 55,0%
memberikan jawaban sangat tercapai.
Sedangkan untuk pertanyaan nomor 12, yaitu apakah terdapat kendala atau hambatan dalam
pencapaian hasil pekerjaan selama ini, sebanyak 9 orang responden atau 45,0%
yang memberikan jawaban lancar dan sebanyak 11 orang responden atau 55,0%
memberikan jawaban sangat lancar.
IV.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan uraian analisa data dan proses pengujian hipotesis dalam bab lima sebelumnya,
maka penulis dapat menarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :
4.
Salah satu faktor yang cukup menentukan terjalinnya komunikasi yang baik
efesien dan efektik serta harmonis adalah peran pimpinan, komunikasi yang
baik berpengaruh positif dan signifikan terhadap efektivitas kerja pegawai.
Pimpinan bersikap terbuka, tidak memaksakan kehendak tapi bertindak sebagai
fasilitator yang mendorong suasana demokratis dan kekeluargaan, mengajak
pegawai untuk mau dan mampu mengemukakan pendapatnya dalam
memecahkan masalah yang dan mendorong supaya pegawai dan karyawan mau
melaksanakan aktifitas dan berkreatifitas, mengembangkan kebiasaan untuk
berdiskusi secara terbuka dan mendengarkan pendapat orang lain, hal ini
didukung oleh hasil analisa data.
5.
Dari hasil analisis data diketahui bahwa koefisien korelasi Product Moment yang
dihasilkan adalah r = 0,832. Berdasarkan hasil analisis tersebut, jelas terlihat
bahwa variabel Komunikasi mempunyai hubungan yang positif dengan variabel
Efektivitas Kerja Pegawai pada sub Bagian Pengkajian Kantor DPRD Kabupaten
Kutai Timur. Hal ini dapat dilihat dari hasil perbandingan antara nilai r empiris
(hitung) dengan nilai r teoritis (tabel) pada tabel harga-harga kritis untuk r
signifikansi 0,05 untuk n = 20. Ini berarti bahwa ada hubungan yang
This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com
69
positif antara variabel Komunikasi dengan variabel Efektivitas Kerja pegawai pada sub Bagian
Pengkajian Kantor DPRD Kabupaten Kutai Timur.
4.
Berdasarkan hasil perhitungan yang dibuat untuk pengujian hipotesis dengan
menggunakan uji-t, di dapat hasil t(hit) = 4,862, hasil perhitungan tersebut
memperlihatkan bahwa t hitung lebih besar dari t tabel yang terdapat pada tabel
harga-harga kritis student-t untuk n - 2 pada tingkat signifikansi 0,05, yaitu t(hit)
= 4,862 > t(tab) = 1,734. Ini berarti bahwa terdapat pengaruh yang positif dan
signifikan dari variabel Komunikasi terhadap variabel Efektivitas Kerja Pegawai
pada sub Bagian Pengkajian Kantor DPRD Kabupaten Kutai Timur. Dengan
demikian dapat pula dikatakan bahwa rumusan masalah di dalam penelitian ini
telah terjawab dan hipotesis yang diajukan dapat diterima dan dibuktikan
kebenarannya.
B. Saran-Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diajukan beberapa saran
sebagai berikut :
1.
Perlunya pimpinan atau kepala bagian dan Sub Bagian Pengkajian Kantor DPRD
Kabupaten Kutai Timur lebih meningkatkan dan mengintensifkan fungsi atau
peranan Komunikasi agar efektivitas kerja para pegawai yang selama ini sudah
relatif cukup baik dapat dipertahankan dan lebih ditingkatkan lagi.
2.
Perlunya para pegawai mempertahankan dan meningkatkan Efektivitas kerjanya
serta lebih meningkatkan kemampuan diri di dalam bekerja agar kinerja yang
diberikan lembaga dapat lebih ditingkatkan lagi,
This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com
70
sehingga fungsi pelayanan yang dilakukan dapat dijalankan dengan baik dan maksimal.
3.
Perlunya pimpinan sesuai tingkatan memperhatikan prinsip-prinsip
membangun komunikasi yang baik antara lain : membangkitkan perhatian
komunikator sebelum komunikasi dimulai, memelihara kontak pribadi selama
berkomunikasi, tunjukan diri sebagai komunikator yang baik, berbicara secara
menyakinkan, bersikap empatik dan simpatik, bertindak sebagai pembimbing
bukan pendorong, mengemukakan pesan komunikasi yang menyangkut
kepentingan komunikan, bukan kepentingan komunikator semata.
BIBLIOGRAFI
Augusty Ferdinan. 2006. Metode Penelitian Manajemen. Badan Penerbit
Universitas Diponegoro. CV. Indoprint. Semarang
As'ad, Mochammad. 2003. Psikologi Industri: Seri Sumber Daya Manusia.
Yogyakarta: Liberty.
Bintoro Tjokroamidjoyo.1990. Teori Strategi Pembangunan Nasional,
Gunung Agung, Jakarta.
Danim, Sudarwan., 2004. Motivasi Kepemimpinan dan Efektivitas
Kelompok. Pustaka Ilmu, Bandung.
Gibson, James L, John M.I, James H. Donnely. 1996. Organisasi,
Perilaku, Struktur, Proses. Edisi Kedelapan. Jakarta: Bina Aksara.
Hadi, Sutrisno. 1995. Analisis Regresi. Yogyakarta: P2LPTK.
Handoko, T. Hani. 1998. Manajemen Edisi2. Yogyakarta: BPFE.
Handoko, T. Hani. 2001. Manajemen Personalia dan Sumber Daya
Manusia. Yogyakarta: BPFE.
Handayaningrat, Suwarno., 1985. Sistem Birokrasi Pemerintah. Pustaka
Utama, Jakarta.
Hasibuan, Muhammad. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia.
Jakarta: Bumi Aksara.
Jalaluddin Rakhmat. 1996. Metode Penelitian Komunikasi. PT. Remaja
Rosdakarya. Bandung.
Koentjaraningkat. Penelitian Masyarakat.
M. Manullang., 1986, Dasar-dasar Manajemen, Ghalia Indonesia, Jakarta
Manulang, M., 1996. Pengantar Ekonomi Perusahaan. Edisi Revisi.
Liberty, Yogyakarta
Masri Singarimbun dan Sofian Effendi.1992. Metode Penelitian Survei,
Cetakan I, LP3ES, Jakarta.
Muhammad, Arni. 2005. Komunikasi Organsasi. Jakarta: Bumi Aksara.
Moh Nazir, 1995. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta
Nitisemito, Alex S.1991. Manajemen Personalia-Manajemen Sumber
Daya Manusia. Jakarta: Ghalia.
This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version http://www.simpopdf.com
72
Muhammad. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi
Aksara.
Mulyana, Deddy. 2005. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung:
Remaja Rosda Karya.
Robbins, Stephen P. 1997. Perilaku Organisasi. Jilid I dan II. Jakarta:
Erlangga.
Sondang P. Siagian, 1992. Kerangka Dasar Ilmu Administrasi, Rineka
Cipta, Jakarta.
Siagian, Sondang P. 1985. Organisasi Kepemimpinan dan Perilaku
Administrasi. Jakarta: Gunung Agung.
Steers, Richard M., 1995. Efektivitas Organisasi. Erlangga, Jakarta.
Sugiyono. 2000. Statistik untuk Penelitian, Alfabeta. Bandung
Sugiyono, 2010. Memahami Penelitian Kualitatif. CV. Alfabeta. Bandung
Supriyono, 2000. Sistem Pengendalian Manajemen. BPFE-Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta.
Sutrisno Hadi.2004. Metodologi Research II, Yayasan Penerbit Fakultas
Psikologi UGM, Yoyakarta.
Syamsi, Ibnu., 1988. Pokok-Pokok Organisasi dan Manajemen, Alumni,
Bandung.
Pace, R. Wayne, Don F. Faules. 2005. Komunikasi Organisasi: Straegi
Meningkatkan Kinerja Perusahaan. Editor Deddy Mulyana.
Bandung: Remaja Rosda Karya.
Vardiansyah, Dani. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi: Pendekatan
Taksonomi Konseptual. Jakarta: Ghalia Indonesia.
The Liang Gie, 1988, Administrasi Perkantoran Modern, Penerbit Liberty,
Yogyakarta.
T. Hani Handoko., 2009. Manajemen. BPFE Fakultas Ekonomika dan
Cipta.
Download