ANTRO MANAJEMEN-Baru

advertisement
ANTROPOLOGI MANAJEMEN
(Pengampu: Atik T/Setiadi)
Deskripsi singkat mata kuliah: Antropologi manajemen dimaksudkan untuk memberi
wawasan kepada mahasiswa tentang bagaimana budaya, termasuk budaya perusahaan
(corporate culture) akan mempengaruhi manajemen suatu usaha serta bagaimana mereka
mengelola/pengorganisasian SDM, SDA, serta akses (manajemen) keuangan dan seluruh
proses pengelolaan perusahaan.
Melalui mata kuliah ini mahasiswa diharapkan mampu mengindentifikasi gaya pengelolaan
usaha berdasar kultur suatu suku bangsa/bangsa/ras serta ke depan mampu menumbuhkan
jiwa wirausaha dan peluang bisnis yang ada di sekitar kita.
Tujuan:
1.
2.
3.
4.
5.
pemahaman akan pengaruh kultur dalam suatu usaha
pemahaman corporate culture suatu usaha dan birokrasi pemerintahan
identifikasi gaya pengelolaan usaha berdasar suku bangsa/bangsa/ras
pemahaman mengenai manajemen lokal dan global
menumbuhkan semangat wirausaha dan peluang berusaha berdasar kasus-kasus yang
dipelajari.
6. memahami pentingnya wirausaha terhadap kemajuan bangsa
Topik dan jadwal perkuliahan: culture and values, rites and ritual, komunikasi dan jaringan
budaya, Sun Tsu dalam budaya Cina, budaya perusahaan besar, kecil, budaya korporasi di
pemerintahan Indonesia, manajemen lokal (Jawa, Minang, keturunan Cina), manajemen Asia
(Cina, Jepang, Korea, Philipina), manajemen lokal, global, etos kerja, multikulturalisme
dalam usaha, filosofi pengusaha dan corporate social responsibility.
Tugas dan kuajiban mahasiswa: mengikuti perkuliahan dengan daftar hadir minimal 75%,
membuat tugas mingguan/bulanan terkait dengan topik yang sedang dibahas serta kuliah
kerja lapangan mengenai dunia usaha di sekitar wilayah Yogyakarta (UMKM) mengenai
gaya pengelolaaan usaha mereka.
Referensi:
Axelrod, A., 2003, Patton on leadership, siasat ampuh untuk perang bisnis (terjemahan),
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Birch, Paul dan Brian Clegg, 1996, Berpikir Kreatif Dalam Bisnis, Jakarta, PT Gramedia
Pustaka Utama.
Bloomsbury Team, 2005, 7 Kunci memenangkan negosiasi (penterjemah Pungki K. Timur),
Yogyakarta: Diglossia
Charlie, Lie, 2004, Resep kaya ala Tionghoa, kiat jitu sukses secara finansial, Bandung,
NexxMedia Inc.
Chasan, M, 2005, Sukses Bisnis Modal Dengkul, Yogyakarta, Pustaka Pelajar
Chung, KH, Hak Chong Lee dan Ku Hyun Jung, 1997, Korean Management Global Strategy
and Cultural Transformation, Berlin, Walter de Gruyter.
Deal, T. E. dan A.A. Kennedy, 1992, Corporate Cultures, the Rites and Rituals of Corporate
Life. California: Addison-Wesley Publishing Company Inc.
DeMente, B. 1986, Bisnis Cara Jepang (terjemahan). Jakarta, PT Pantja Simpati
Dirgantoro, C., 2002, Keunggulan bersaing melalui proses bisnis, Jakarta, PT Gramedia
Widiasarana
Elashmawi, Farid dan Philip R. Harris, 1999, Manajemen Multibudaya Kecakapan Baru
Demi Sukses Global, Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama.
Fuad, F.M. 2005, Kiat sukses merintis bisnis, Yogyakarta, Tugu Publisher
Gamping, A.S., 2008, Filosofi Pengalaman Warisan Para Pengusaha Superkaya,
Yogyakarta, Pustaka Timur
Gordon, M.M., 1995, Teknik manajemen Iacocca, rahasia super manajer Amerika dalam
memimpin perusahaan, Jakarta, Penerbit Widaya
Hall, S dan Jan Brogniez, 2003, Attracting perfect consumers, menguasai pasar dengan
kekuatan synchronic strategic (penerjemah Rudiyanto), Jakarta, PT Bhuana Ilmu Populer
Harefa, A, 2001, Menata karir menuju kebebasan finansial, Jakarta: Penerbit Buku Kompas
Hor, Khoo Kheng, 2004, Applying Sun Tsu of Art of War in Corporate Planning (Sun Tsu
Dalam Perencanaan Perusahaan), Jakarta: BIP
Jennings, Jason dan L. Haughton, 2004, Bagaimana Memanfaatkan Kecepatan Sebagai Alat
Bersaing Dalam Dunia Bisnis, Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama.
Jingyu, W, 2000, Patron God of Popular Chinese Trades, Dewa-dewa Pelindung
Perdagangan. Jakarta, PT Elex Media Komputindo
Joewono, H.H, Joewono, N.T, dan Tim Nova, 2006, Wanita sukses usaha sendiri. Jakarta:
Primamedia Pustaka
Kabare Jogja, 2004, Manajemen Jawa , Oktober, Edisi, 28 Tahun ke 3, hlm. 16.
Kamdani, J., 2004, Succeed above Success, Jakarta, PT Primamedia Pustaka
Kartajaya, H, Yuswohadi dan Dewi Madyani, 2004, On becoming a consumer-centric
company, transformasi TELKOM menjadi perusahaan berbasis pelanggan, Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama
Kasali, R., 2007, Recode, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Krames, J.A., 2008, Inside Drucker’s Brain, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama
Martin, A.N. 2005, Pemburu dan Petani, Membangun Spirit Intrapreneurship, Jakarta,
Gamedia Pustaka Utama
Nugroho, A,A, dan Ati Cahayani, 2003, Multikulturalisme dalam Bisnis, Jakarta, PT
Grasindo.
Peters, J, H, dan Lenny van Ameijde, 2003, Hospitality in Motion State of the Art in Service
Management, Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama.
Sing, Chan Kok, 2000, Patron gods of popular Chinese trades, dewa-dewa pelindung
perdagangan (penterjemah Antonius E.W), Jakarta: Elex Media Komputindo
Sugiantoro, R, 2001, Tourism, Trade, Investment: Yogya Dalam Bingkai Otonomi,
Yogyakarta: Bigraf Publishing.
Waringin, T.D. 2005, Financial Revolution. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Wibowo, Ari Satriyo, 2004, 45 Kisah Bisnis Top Pilihan,
Komputindo
Jakarta, PT Elex Media
Yudiantoro, E., 2007, Learning by doing to be a successfull entrepreneur, Jakarta, Prestasi
Pustaka Publishing
PEMAHAMAN TENTANG WIRAUSAHA
Wirausaha adalah gabungan antara pikiran dan tindakan yang cepat
menangkap kesempatan dengan pendekatan holistik, digabung dengan
kemampuan untuk memimpin.
Perlu keberanian khusus dalam menjalankan bisnis khususnya untuk
menghadapi:
1. Risiko pribadi
2. Risiko keuangan
Memimpin bisnis baru membutuhkan: mental yang kuat, imajinasi,
motivasi, komitmen, hasrat, integritas, kerjasama, visi perusahaan
yang jelas.
Bisnis adalah usaha jangka panjang sehingga tidak bisa diharapkan
untuk menjadi kaya dalam waktu singkat
Manajemen lokal dan global
Globalisasi membawa konsekuensi pada cara mengelola suatu usaha. Kata
kunci globalisasi adalah kompetisi dan daya saing suatu usaha. Siapa yang
mampu berkompetisi dan memiliki daya saing yang tinggi dialah yang menjadi
unggul.
Dalam menajemen suatu usaha akan terlihat jelas budaya pemiliknya atau siapa
yang mengelola usaha tersebut. Sebut saja Matsushita yg menerapkan nilai
budaya kesejahteraan bersama, berada bersama, kepuasaan pelanggan dll. Atau
Mitsubishi: jujur dlm bisnis, orientasi pd karyawan, semangat tinggi dsb. Di sini
terlihat jelas bagaimana budaya Jepang terefleksi dlm perusahaan Jepang.
Beberapa karakteristik manajemen tradisional:
-
pengelolaaan mengalir seperti air/kekeluargaan
-
tidak ada perencanaan ke depan
-
keuntungan tidak dihitung
-
pengeluaran dan pendapatan tidak ada pembukuan
-
pendapatan tidak diinvestasikan lagi
-
tanpa organisasi/struktur
-
inovasi jarang
-
ukuran keberhasilan: rumah, tanah, pendidikan, pergi haji
-
prinsip tuna satak bathi sanak
-
harga tidak tetap
-
tidak ada standar: mutu, pelayanan, purna jual
Contoh: Soto ayam kemiri Pak Lasdi Tarzan, Pati, gudeg bu Amat
Ciri-ciri manajemen modern:
-
management by web (MBW)
-
struktur organisasi ada/jelas
-
memiliki visi, misi, kredo, konsep, nilai, filosofi perusahaan
-
ada targeted, segmented, positioning (proses upaya unt menempatkan
produk, merk perush, individu, apa saja dlm pikiran mrk yg dianggap
sasaran, konsumen)
-
inovatif (Perry Tristanto perintis FO ke BO, Sukyatno Es Teller 77 ke
Bakmi Tek-Tek, Ikan bakar pasti enak)
-
desentralisasi (Jollibee-Philipina)
-
ukuran keberhasilan: target, cabang, peningkatan
penjualan/omset/finansial yg lbh tinggi, penghargaan,
- pangsa pasar global yg terus membesar
Contoh: Al Fath, Uniliver , PT Mustika Ratu
Etika bisnis suatu usaha juga bisa dilihat dari penerapan etika Protestan, etika
Islam, Konfusianisme, dll, ke dalam gaya pengelolaan usahanya.
Mis; etika Konfusianisme banyak diterapkan di Jepang, Korea, Taiwan,
Hongkong, Singapore.
Manajemen Minang: rumah makan Padang: tiap personil mempunyai bagian
tertentu sesuai tanggungjawabnya. Kemajuan usaha, gaji yang akan diterima
dan ditentukan oleh semua personilnya.
Contoh: pemilik modal akan mendapat keuntungan sebesar 50%, kasir 10%,
juru masak 20%, pelayan, 10%, tukang cuci piring 5%, tukang parkir 5% dan
sebagainya.
Manajemen Jawa: tuna satak bathi sanak, tidak tegas/ora tegel, kurang disiplin,
pemilik adalah penguasa, asal jalan, tanpa pembukuan
Manajemen Jepang: perdamaian dan keharmonisan/selaras dg semua tingkatan,
hierarki atas-bawah, berpikir intuitif, perush sbg klg besar, kerja sama, saling
percaya, mengesampingkan kepentingan diri, bebas dari tekanan persaingan, tg
jawab bersama dlm pengambilan keputusan/hasil
Manajemen Korea: global strategy dan cultural transformation. Etika brat dan
timur bercampur. Barat (new ethic: education, consencus formation,
komersialisasi, strong leadership of gov). Timur (Confucianism: value system,
strata atas: ahli, PNS, petani, insinyur, pedagang, budak; hub harmonis antara
raja-person, etika orangtua-anak/patuh pd orang tua, hormat pada yang lbh tua,
patuh pd suami, percaya terhadap teman).
Dalam manajemen dikenal istilah corporate culture (cc) yaitu budaya
perusahaan yang akan mewarnai pengelolaan usaha tersebut. CC merupakan
perekat suatu perusahaan.
CC adalah nilai-nilai yang menjadi pegangan sumber daya manusia dalam
menjalankan kuajibannya dan perilakunya di dalam organisasi
CC terlihat dlm interaksi dari pimpinan ke karyawan, diantara karyawan, dari
karyawan ke pimpinan.
CC adalah bagaimana segala sesuatu yg dilakukan di perusahaan yg mungkin
tidak secara tertulis ada tetapi akan tampak dalam interaksinya.
Manusia dalam bidang menejemen merupakan resources yg berharga, namun
kadang-kadang banyak usaha tidak menyadari hal tersebut.
CORPORATE CULTURE BIROKRASI INDONESIA
Birokrasi PNS
-
perilaku kerja tidak profesional
-
kinerja tidak jelas
-
mekanisme reward-punishment tidak berjalan
-
motivasi berprestasi hilang (korupsi tidak dihukum, berprestasi tidak
dapat hadiah)
Akibat aturan yang tidak jelas (Pemda) akan berdampak buruk terhadap kinerja
organisasi. Standar kualitas pelayanan Pemda tidak berorientasi pada kepuasaan
pelanggan, sehingga perlu perubahan paradigma (paradigma birokrasi-birokrasi
corporate governence. Corporate governance adalah lembaga sektor pemerintah
yang mempunyai kebiasaan bertindak dg menggunakan sumber daya dg cara
baru untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas mereka.Di sini diperlukan
inovasi dan kreativitas.
Pra kondisi CG:
-
kualitas SDM yang memadai (skill, moralitas)___ efisien dan efektif
-
stabilitas sos, ek, keam (langka di Ina)
-
pelayanan berorientasi pada kepuasaan masyarakat
Masyarakat pelanggan harus dilayani karena ini yg menentukan kehidupan
organisasi ------ market oriented approarch.
CG menerapkan fungsi bisnis ke dalam organisasi pemerintah
Pemerintah: service oriented organization
Bisnis
: profit oriented organization
BIDANG UNGGULAN INDUSTRI KREATIF DI INDONESIA
1. periklanan
2. arsitektur
3. barang seni
4. kerajinan
5. desain
6. mode
7. permainan interaktif
8. musik
9. seni pertunjukkan
10. penerbitan dan percetakan
11. layanan komputer dan piranti lunak
12. radio, tv
13. riset dan pengembangan
14. film, video, fotografi
Triple helix: tiga aktor utama dalam industri kreatif yaitu: pemerintah, bisnis,
lembaga penelitian
ABG= triple helix= academician, bussiness, government
Jejaring lokal dan global
”Aset paling berharga bagi perusahaan pada abad ke 21 adalah pengetahuan dan
pekerja terdidik. Pengetahuan telah menjadi modal bagi pembangunan ekonomi
menggantikan sumber daya alam yang tidak dapat menjadi andalan lantaran dapat
terdepresiasi, bahkan memunculkan perusakan lingkungan yang ujungnya merugikan
manusia.” Peter Drucker, Management Challenges for the 21 st Century.
Networking dalam suatu usaha selalu dimaksudkan untuk memperluas
pasar, mendekatkan akses penjual terhadap pembeli serta untuk meningkatkan
penjualan dan keuntungan.
Jejaring ini merupakan sebuah kerjasama antara dua pihak atau lebih.
Jejaring lokal
- jual langsung penjual-pembeli (pedagang keliling, pasar, mindring)
-
getok tular (dari mulut ke mulut)
-
titip barang/jual titip
-
kekerabatan/jaringan keluarga luas, menggunakan seluruh kerabat
luas untuk memasarkan/membuka cabang di luar kota demi
meningkatkan penjualan
mis: Ayam Mbok Berek, Flora grup, ayam Wong Solo
Jejaring global
-
Franchise/waralaba yaitu memberikan hak penggunaan lisensi merk,
saluran distribusi dan bimbingan manajemen. Kemitraan ini terjadi
antara usaha menengah/besar dg usaha kecil.
Mis: McD, KFC, Es Teller 77, LP Primagama, Roti Boy, Roti Kecil
-
Joint venture/patungan/partnership, kerjasama bersifat sementara
Mis: General Electric (USA) 1990 patungan dg Toshiba (Jepang), GE mendapat
akses pasar Asia-Pasifik, Toshiba mendapat akses transfer pengetahuan
teknologi GE
-
akuisisi (ambil alih, nama tetap)
Mis: Chowking Foods Corp (jaringan resto cepat saji Cina no. 1 di Philipina)
diakuisisi oleh Jolibee Foods Corp. Philipina
-
kartel, kumpulan para produksen yang sejenis untuk mengurangi
persaingan sekaligus meningkatkan penjualan
Mis: Matahari, Ramayana menetapkan potongan harga/diskon sesuai
kesepakatan
-
aliansi
Mis: IBM, Motorola, Apple, mengembangkan chip mikroprosesor Power PC
(saingan chip Pentium Intel);
Nestle, Cocacola beraliansi mendistribusikan minuman hangat dlm kaleng mll
mesin-mesin penjual (Nestle menyediakan kopi, teh dan Cocacola
mendistribusikan lwt jaringan mesin penjual yg berskala internasional)
-
strategi mengepung musuh : 1. pengembangan pasar (Cocacola
mendapat pesaing Pepsi Co yg membuka pasar baru shg luas pasarnya
lbh dibanding saingannya (regional, nasional, internasional)
2. diversifikasi
Diversifikasi konsentris (HP produk printer, tinta, kertas atau berkaitan dg
produk inti)
Diversifikasi konglomerat (perus. Tbk Wing Tai Holding, Singapore,
tekstil/produk tekstil atau tidak terkait dg produk inti ke properti)
3. integrasi
Integrasi mundur; jk memperluas bisnis dg cara bergerak ke hulu/mundur
mis: Michelin, Goodyear membeli perkebunan karet unt menjamin stabilitas
harga dan pasokan barang
Integrasi maju (ke hilir), jk memperluas jaringan bisnis dg cara bergerak
maju mis: Pepsi Co mengambil alih jaringan resto Taco Bell, KFC, Pizza
Hut 1990 demi unt menjamin saluran distribusi dan memperluas pangsa
pasar.
Contoh lain: Kodak yang berbisnis inti pada foto mencoba menjual aspirin,
pengecer cat, pengharum ruangan dll, tetapi karena tidak sukses akhirnya
kembali ke bisnis inti.
Media yang dipakai untuk memperluas jaringan :
Pasar lokal:
- halo-halo lewat pengeras suara (penjual jamu, perkakas rumah tangga) atau
berteriak/memanggil pembeli lewat mulut penjual secara langsung (Seribu tigacelana dalam anak, Lima ribu satu - mainan- sayang anak)
Pasar global:
- katalog, internet,
- iklan koran/majalah/ tv/radio/bioskop,
- billboard, brosur, selebaran, liflet, spanduk, foyer, poster, umbul-umbul
- pameran/exibition
- sponsor suatu event
Etos kerja lokal dan global
Etos kerja adalah semangat kerja suatu kelompok orang/masyarakat/suku
bangsa/bangsa/ras tertentu. Etos kerja umumnya berakar pada budaya
masyarakatnya. Mereka yang berasal dari soft culture (menekankan harmoni,
kelembutan dsb) umumnya memiliki etos kerja yang rendah. Sementara mereka
yang berasal dari hard culture (menekankan kompetisi, kekerasan) cenderung
memiliki etos kerja yang tinggi.
Waktu sebagai asumsi penghubung suatu budaya
a. Berkaitan dengan waktu budaya dibedakan menjadi 2
1. Budaya monochronic: menganggap waktu sebagai sesuatu yang sangat
terbatas, sehingga mereka sangat menghargai waktu.
Ciri: selalu tepat waktu, menggnakan waktu sec. produktif, sadar bhw waktu tdk
bisa diulang lagi, tdk melakukan kegiatan yg membuang waktu, berbicara
langsung ke pokok persoalan, negosiasi cepat, tidak menghargai masa lalu, mis:
USA, Eropa Utara, Anglo Saxon.
2. Budaya polychronic: menganggap waktu sbg sesuatu yg tdk terbatas,
waktu tersedia unt mengakomodasi aktivitas yg ada serta menganggap bhw dlm
waktu yg bersamaan dpt dilaksanakan bbrp aktivitas sekaligus.
Ciri: bertegur sapa sbg keharusan, meremehkan wkt/ jam karet/tdk tepat wktu,
tidak disiplin, terlambat sbg hal yg wajar, menghargai masa lalu/sejarah. Mis;
Ina, Timur Tengah, Eropa Latin.
b. Nilai budaya dan kerja dibedakan menjadi: high-context and low-context
culture, individualism and collectivism, attitute to power, attitute to
achievement, attitute to conflict and harmony, tolerence of ambiguity and
ancertainly.
1. high -context culture: informasi lbh banyak bersifat implisit, pesan
sederhana, makna dalam, hubungan personal dekat/kolektif, kepentingan
kelompok diutmakan, loyal pd kelompok, tergantung pd kelompok,
banyak perusahaan keluarga. Mis: Ina,Jepang, Thailand
2. low-context culture: informasi bersifat eksplisit, bhs yg digunakan tdk
punya arti mendua, individual, lbh egois, kepentingan diri, mandiri, tdk
ingin membebani org lain dg masalahnya, mis: USA Swiss, Australia.
Etos kerja tinggi/kuat: kompetisi tinggi, daya saing kuat, disiplin tinggi, kerja
keras, pantang putus asa, growth philosophy, bergerak cepat, on time
Etos kerja rendah/lemah: tidak ada orientasi ke depan, tidak ada growth
philosophy, cepat menyerah, lamban, berpaling ke akhirat, kurang disiplin,
cepat bosan, melanggar perintah, cepat meninggalkan pekerjaan, suka menundanunda pekerjaan
Etos kerja lokal umumnya menunjuk ke etos kerja yang rendah meskipun
beberapa suku bangsa di Indonesia sudah memiliki etos kerja yg tinggi. Mis:
Cina, Batak, Minang
Beberapa unsur budaya yang banyak dijumpai pada masyarakat di Indonesia
1.
Kebahagiaan dlm arti hdp selaras dg sesama man lbh diutamakan drpd
kesejahteraan yg diwujudkan mll pemilikan benda-benda keperluan hdp
2.
etika dlm usaha dianggap umum lbh penting drpd prestasi belaka
3.
harmoni sosial mempunyai nilai sosial lbh tinggi drpd saingan mencari
kekayaan material
4.
jati diri yg terpercaya dan terhormat adl lbh berbobot drpd kekayaan
5.
menikmati waktu membawa kebahagiaan lbh bsr drpd mengejar waktu
atau dikejar waktu
6.
dlm hub dg man perasaan bathin lbh berharga drpd pikiran
7.
watak halus dan menghormati perasaan pihak lain lbh terpuji drpd watak
kasar yg tidak memperhatikan sopan santun pergaulan
ETOS KERJA GLOBAL
Dalam dunia global bisnis MNC merupakan bisnis yang menggurita. Orangorang yang terlibat di dalamnya dianggap sebagai orang yang beretos kerja
tinggi. Etos kerja usaha dari negara maju kemudian akan mewarnai etos kerja
global tersebut. Ciri dari etos kerja global antara lain:
disiplin tinggi, kerja keras, kompetisi dan daya saing tinggi, integritas dan
profesionalisme, orientasi materialisme.
Di samping etos kerja nilai-nilai perusahaan juga memerang peran penting atas
suatu usaha. Seperti badan usaha di AS, Jepang dan Malaysia berikut:
Amerika
persaingan
inovasi
mutu
informalitas
teknologi
keterbukaan
kreativitas
kebutuhan konsumen
pemberdayaan
keuntungan
Jepang
keselarasan kelompok
hubungan jangka pj
Mutu
kepuasaan pelanggan
Konservatif
para pekerja
moral tinggi
perhatian pdperorangan
tidak main judi
sumbangan pd masy
Malaysia
sadar status
manaj oleh pertemuan
teritorial
kerja tim
senioritas
keselarasan kelompok
otoritas
visioner
profesionalisme
persaingan
Download