DAMPAK PENGGUNAAN BETAHISTIN

advertisement
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAMPAK PENGGUNAAN BETAHISTIN MESILATE TERHADAP
PERBAIKAN GEJALA VERTIGO PERIFER DI RUMAH SAKIT
BETHESDA YOGYAKARTA
SKRIPSI
Dijalankan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi(S.Farm)
Program Studi Farmasi
Oleh :
K. Reny Indriawati
NIM : 138114156
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAMPAK PENGGUNAAN BETAHISTIN MESILATE TERHADAP
PERBAIKAN GEJALA VERTIGO PERIFER DI RUMAH SAKIT
BETHESDA YOGYAKARTA
SKRIPSI
Dijalankan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi(S.Farm)
Program Studi Farmasi
Oleh :
K. Reny Indriawati
NIM : 138114156
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahkan kepada ,
Tuhan Yesus Kristus,
Keluarga dan Sahabat,
Serta almamaterku tercinta
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PRAKATA
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa penulis panjatkan atas segala
berkat, rahmat, dan limpahan kasih-Nya yang luar biasa sehingga penulis dapat
menyelesaikan naskah skripsi yang berjudul “Dampak Penggunaan Betahistin
Mesilate terhadap Perbaikan Gejala Vertigo Perifer di Rumah Sakit Bethesda
Yogyakarta” sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) di
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulisan skripsi ini mendapat dukungan
dan bantuan dari berbagai pihak, sehingga penulis mengucapkan terima kasih
kepada :
1.
Aris Widayati, M.Si., Ph.D., Apt, selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma yang telah memberikan izin dan arahan kepada peneliti.
2.
Dr.dr.Rizaldy Taslim Pinzon, M. Kes, Sp.S, selaku dosen pembimbing skripsi
yang telah banyak membantu dalam berbagai ilmu, pengetahuan, dan
wawasan, serta bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk
berdiskusi dan mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi ini.
3.
Maria Wisnu Donowati, M.Si., Apt. dan Christianus Heru Setiawan, M.Sc.,
Apt., selaku dosen penguji atas semua saran, dan dukungan yang
membangun.
4.
Kepala Rumah Sakit Bethesda dan Poli Saraf rawat jalan yang memberikan
ijin kepada peneliti untuk mengadakan penelitian dan pengambilan data.
5.
Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Duta Wacana, yang telah memberikan ijin untuk
melakukan penelitian.
6.
Pasien Poli Saraf rawat jalan di Rumah Sakit Bethesda,Yogyakarta yang telah
bersedia terlibat dalam penelitian sebagai responden.
7.
Seluruh Dosen Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma yang telah
memberikan ilmu pengetahuan dan bimbingan kepada penulis selama proses
perkuliahan.
8.
Bapak Andreanus Sutarna, Mama Yohana S, Kakakku Deny Adventra, dan
seluruh keluarga tercinta, sumber semangat, yang selalu berdoa, memberikan
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kasih sayang dan cinta, dukungan, perhatian, kesabaran dalam membimbing
penulis dari awal hingga berakhirnya penulisan ini.
9.
Teman-teman seperjuangan skripsi ‘Maria Atika Sukmana W, Tiara Triasari,
Immanuel Cahyo Hari Mulia, Andreas Krisyonas Rendra, Gregorius Dwi
Krissantono, Dias Rosari Laksmidewi, Santi Lim, Florentina Kassandra,
Veronica Fideliawati dan yang selalu berjuang bersama dan saling
memberikan semangat.
10. Sahabat-sahabat, Keke, Dini, Noni, Rosa, Yosephine, Yunita, Elin, Nawa atas
semua hiburan dan selalu mengingatkan penulis selama ini.
11. Bapak Ibu dan teman-teman dari kos Keasa, atas segala doa, dukungan,
semangat, dan nasehat kepada penulis.
12. Teman-teman FSM D 2013, FKK C 2013 dan semua angkatan 2013 yang
telah bersama-sama berproses dan berbagi suka duka di Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma.
13. Mario Riandi Junikus yang telah memberikan semangat, dukungan dan
nasehat kepada penulis.
14. Semua pihak yang telah membantu penulis, yang tidak dapat disebutkan satu
persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan
serta masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak. Akhir kata
penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak terutama
di bidang ilmu farmasi.
Yogyakarta, 12 Januari 2017
Penulis
K. Reny Indriawati
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAMPAK PENGGUNAAN BETAHISTIN MESILATE TERHADAP
PERBAIKAN GEJALA VERTIGO PERIFER DI RUMAH SAKIT
BETHESDA YOGYAKARTA
ABSTRAK
Pendahuluan: Vertigo adalah salah satu keluhan yang sering dijumpai dalam
praktek yang digambarkan sebagai rasa berputar, pening, tak stabil (giddiness,
unsteadiness) atau pusing (dizziness). Penatalaksanaan pasien-pasien vertigo
perifer sering kontroversi karena patofisiologi vertigo belum jelas. Beberapa obat
ditemukan memiliki aktivitas antivertigo. Betahistin menyerupai histamin untuk
terapi gangguan vaskuler dan vasomotor, dipakai untuk pengobatan vertigo,
motionsickness, dan gangguan vestibuler sentral atau perifer. Tujuan: Mengetahui
dampak penggunaan betahistin mesilate terhadap perbaikan gejala vertigo perifer
di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta. Metode: Non eksperimental menggunakan
rancangan case series dan menggunakan data prospektif. Untuk mengidentifikasi
perbedaan dampak penggunaan betahistin pada penderita vertigo perifer, dengan
perbaikan derajat keluhan vertigo digunakan skala Dizziness Handicap Inventory
(DHI). Sebanyak 20 subyek penelitian yang masuk kriteria inklusi dianalisis
menggunakan uji repeated ANOVA. Hasil: Data diperoleh dari 20 pasien dengan
vertigo perifer didapatkan rerata total skor DHI pada baseline (awal) adalah
42,95±21,44, 35,20±19,56 pada kunjungan 2, dan 28,40±18,76 pada kunjungan 3
didapatkan signifikansi (p) sebesar 0,000. Rerata skor item DHI pada baseline
(awal), kunjungan 2, dan kunjungan 3 pada item fisik (14,30±9,02 versus
13,00±8,14 versus 10,20±6,55), item fungsional (17,55±8,77 versus 13,40±7,43
versus 11,20±7,00), dan item emosional (11,10±8,06 versus 8,80±7,82 versus
7,10±7,77) didapatkan p<0,001. Kesimpulan: Penggunaan betahistin masilate
memperbaiki gejala vertigo perifer.
Kata Kunci : vertigo perifer, betahistin mesilate , DHI
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
EFFECTS OF BETAHISTINE MESILATE USE TO IMPROVE
PERIPHERAL VERTIGO SYMPTOMS AT BETHESDA HOSPITAL IN
YOGYAKARTA
ABSTRACT
Background:Vertigo is one complaint that is often encountered in a practice
described as a sense of spinning, dizziness, being unstable (giddiness,
unsteadiness) or dizziness (dizziness). The management of patients suffering from
peripheral vertigo is often controversial because the pathophysiology is unclear.
Some drugs were found to have activities named antivertigo. Betahistine, a
histamine-like substance was introduced as an active drug in the treatment of
vascular and vasomotor disorders. Later it was used to treat vertigo, motion
sickness and various vestibular disorders of central and peripheral origin.
Objective: To know the effects of betahistine mesilate use to improve peripheral
vertigo symptoms at Bethesda Hospital in Yogyakarta. Method: Nonexperimental study uses case series design and prospective data. To identification
differences in the impact of the use of betahistine in patients suffering from
peripheral vertigo with the improvement of the degree of vertigo complaint using
Dizziness Handicap Inventory (DHI) scale. A total of 20 subjects entered the
inclusion criteria analysed for using Repeated ANOVA test. Result: The data
obtained from 20 patients with peripheral vertigo available the mean of a total
DHI score at baseline is 42,95±21,44, 35,20±19,56 on visit 2 and 28,40±18,76 on
visit 3 that were obtained significance (p) 0,000. The item mean score at baseline
is visit 2 and visit 3 (14,30±9,02 versus 13,00±8,14 versus 10,20±6,55) on a
physical item, (17,55±8,77 versus 13,40±7,43 versus 11,20±7,00) on a functional
item, and (11,10±8,06 versus 8,80 ±7,82 versus 7,10±7,77) on an emotional item
that were obtained p<0,001. Conclusion: The use of betahistine mesilate improve
the symptoms of peripheral vertigo.
Keywords: peripheral vertigo, betahistine mesilate , DHI
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ...................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .............................................................v
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ..............................................vi
PRAKATA .........................................................................................................vii
ABSTRAK ..........................................................................................................ix
ABSTRACT ........................................................................................................x
DAFTAR ISI .......................................................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................xii
DAFTAR TABEL ..............................................................................................xiii
DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................xiv
PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
METODE PENELITIAN ................................................................................... 2
Rancangan penelitian .......................................................................................... 2
Instrumen Penelitian ........................................................................................... 2
Analisis data ........................................................................................................ 2
HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................................... 3
KESIMPULAN .................................................................................................. 8
SARAN ............................................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 9
LAMPIRAN .......................................................................................................11
BIOGRAFI PENULIS .......................................................................................29
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat izin penelitian .......................................................................... 11
Lampiran 2. Ethical Clearance ............................................................................. 12
Lampiran 3.Informed Consent .............................................................................. 13
Lampiran 4.Formulir Pengambilan Data............................................................... 14
Lampiran 5.Kuisioner DHI ................................................................................... 16
Lampiran 6. Definisi Operasional ......................................................................... 22
Lampiran 7. Perhitungan Sampel Penelitian ........................................................ 24
Lampiran 9.Uji Normalitas ................................................................................... 25
Lampiran 10. Uji Repeated ANOVA skor DHI .................................................... 26
Lampiran 11. Surat Keterangan Clinical Epidemiology & Biostatistics Units (CE
& BU) .................................................................................................................... 28
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL
Tabel I. Karakteristik Subyek Penelitian (n=20) ................................................ 3
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Perubahan Total Skor DHI (rata-rata ± SD) ...................................... 6
Gambar 2.Perubahan Skor Item DHI (rata-rata ± SD) ........................................ 6
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PENDAHULUAN
Vertigo adalah salah satu keluhan yang sering dijumpai dalam praktek yang
digambarkan sebagai rasa berputar, pening, tak stabil (giddiness, unsteadiness) atau pusing
(dizziness). Prevalensi vertigo di Jerman, umur 18 tahun hingga 79 tahun adalah 30%, 24%
diantaranya diasumsikan karena gangguan vestibuler (Grill et al., 2013; Bisdorff et al,
2013). Studi yang dilakukan oleh
Chaker et al. (2012) menunjukkan pasien yang
mengalami vertigo vestibular, 75% mendapatkan gangguan vertigo perifer dan 25%
mengalami vertigo sentral. Di Indonesia angka kejadian vertigo sangat tinggi, pada tahun
2010 dari usia 40 sampai 50 tahun sekitar 50%. Vertigo adalah keluhan nomor tiga paling
sering dikeluhkan oleh penderita yang datang ke praktek umum, setelah nyeri kepala, dan
stroke. Umumnya vertigo ditemukan sebesar 15% dari keseluruhan populasi dan hanya 4%
– 7% yang diperiksakan ke dokter (Sumarilyah, 2010).
Penatalaksanaan pasien dengan vertigo perifer sering kontroversi karena patofisiologi
vertigo belum jelas dan pasti. Beberapa obat ditemukan memiliki aktivitas antivertigo.
Terapi yang ideal harus mempunyai onset cepat, efektif, dan efek samping yang minimal
(Irving et al., 2001). Pemberian obat dengan fungsi peningkatan aliran darah pada vertigo
lebih sering diberikan. Survey internasional menemukan bahwa betahistin lebih banyak
digunakan dalam pengobatan berbagai jenis vertigo, termasuk Benign Paroximal
Posisional Vertigo (BPPV), penyakit meniere, dan vertigo perifer lainnya (Sokolova et al.,
2014).
Penggunaan awal terapi yang paling sering diresepkan adalah
betahistin 26.6%,
piracetam 11,5% dan gingko biloba 11.5%. Terapi lainnya termasuk benzodiazepin,
kalsium antagonis, dan difenhidramin yaitu 7,9 %. Studi epidemiologis menunjukkan
penggunaan betahistin lebih banyak daripada difenhidramin, dan obat vertigo lainnya
karena pasien dengan penggunaan betahistin dilaporkan lebih sedikit mengalami efek
samping daripada obat vertigo lainnya walaupun dengan dosis yang lebih tinggi (Benecke
et al.,2010).
Studi yang dilakukan oleh Afanasyeva et al.(2003) selama 4 tahun pada 43 pasien dan
pemeriksaan 75 pasien yang masuk rumah sakit dengan serangan vertigo akut ditemukan
mekanisme efek vertigolitik atau betahistin yang menaikkan aliran vena krasial. Pemberian
betahistin pada vertigo perifer dibandingkan dengan plasebo menunjukkan adanya
perbaikan yang signifikan terhadap frekuensi, intensitas, dan durasi serangan vertigo
perifer (Mira et al., 2003). Studi yang dilakukan selama 8 minggu menunjukkan bahwa
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
betahistin lebih efektif dibanding flunarisin secara signifikan (Albera et al., 2003).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak penggunaan betahistin mesilate
terhadap perbaikan gejala vertigo perifer di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta.
METODE PENELITIAN
Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental menggunakan rancangan
case series dan menggunakan data prospektif. Penelitian ini dilakukan di unit rawat jalan
poliklinik bagian penyakit saraf di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta.
Subyek penelitian yang diambil adalah semua pasien dengan vertigo perifer yang
datang berobat di unit rawat jalan poliklinik bagian penyakit saraf di Rumah Sakit
Bethesda Yogyakarta. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah semua pasien dengan
keluhan vertigo perifer, jenis kelamin laki-laki maupun perempuan, menerima terapi
betahistin mesilate, bersedia ikut dalam penelitian ini dengan menandatangani informed
consent. Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah lembar rekam medik tidak lengkap dan
pasien yang telah rutin melakukan terapi dengan betahistin mesilate.
Variabel bebas pada penelitian ini adalah umur, jenis kelamin, dosis, frekuensi
penggunaan, lama pemberian, obat lain, dan komorbiditas. Variabel tergantung pada
penelitian ini adalah outcome keluhan vertigo, yaitu rerata penurunan beratnya vertigo
antara baseline (awal), kunjungan 2, dan kunjungan 3 dinilai menggunakan Dizziness
Handicap Inventory (DHI).
Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan adalah daftar pertanyaan penelitian berupa
formulir pengambilan data yang digunakan untuk mencatat data obyektif yang diperoleh
dari rekam medis pasien dan kuesioner penelitian Dizziness Handicap Inventory (DHI)
yang digunakan untuk menilai beratnya keluhan pusing atau vertigo yang bersifat
subyektif.
Analisis data
Karakteristik subyek penelitian meliputi umur, jenis kelamin, dosis, frekuensi
penggunaan, lama pemberian, obat lain, dan komorbiditas dilakukan analisis deskriptif.
Data skor DHI dianalisis dengan menghitung rerata, standar deviasi serta normalitas data.
Uji normalitas dilakukan dengan uji Shapiro-Wilk karena data berjumlah <50. Analisis
statistik dilakukan oleh Pusat Kajian Clinical Epidemiology & Bioststistics Unit (CE&BU)
2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
menggunakan program IBM SPSS Statistics 22 Lisensi UGM dengan taraf kepercayaan
95%.
HASIL DAN PEMBAHASAN
a. Karakteristik Subyek Penelitian
Karakteristik data subyek penelitian diperoleh melalui analisis deskriptif. Pada
penelitian ini jumlah sampel yang terpilih mengikuti penelitian adalah 20 pasien yang
didiagnosis vertigo perifer dan mendapatkan obat betahistin mesilate yang menjalani rawat
jalan di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta.
Tabel I. Karakteristik Subyek Penelitian Penggunaan Betahistin Mesilate Pada Pasien
Vertigo Perifer
Karakteristik subjek penelitian
Jenis kelamin
Laki-laki
Perempuan
Usia
Dosis harian
6 mg
12 mg
Frekuensi
2 kali dalam 1 hari
3 kali dalam 1 hari
Lama pemberian
Penggunaan obat lain
kombinasi betahistin dengan flunarizin
kombinasi betahistin dengan domperidon
kombinasi betahistin dengan flunarizin
dan domperidon
Komorbiditas
diabetes melitus
hipertensi
dislipidemia
dispepsia
Proporsi, n(%)
6(30%)
12(70%)
55,85±13,71
10(50%)
10(50%)
8(40%)
12(60%)
8,1±1,65
8(40%)
4(20%)
2(10%)
1(5%)
3(15%)
2(10%)
8(40%)
Berdasarkan dari keseluruhan subyek menurut jenis kelamin didapatkan 6 (30%)
laki-laki,sedangkan perempuan 14 (70%). Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa
subyek perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki. Hasil penelitian ini sesuai dengan
penelitian Rahul et al. (2016), terhadap 60 subyek yang mengalami vertigo perifer dan
didapatkan proporsi jumlah subyek perempuan adalah 75% dan laki-laki adalah 25%.
3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Penelitian sama oleh Sokolova et al. (2014) pada 80 subyek, diperoleh jumlah subyek
perempuan 73% sedangkan laki-laki 27%. Penelitian lain oleh Dimitrov (2013)
menunjukkan bahwa perempuan (52%) yang lebih sering terkena dibandingkan laki-laki
(31%), dengan rasio 1,67: 1. Prevalensi relatif lebih tinggi pada perempuan dapat dikaitkan
dengan variasi hormonal.
Penelitian ini didapatkan subyek memiliki rerata usia 55,85 (SD ±13,71) dengan
rentang usia antara 25-75 tahun. Hasil ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan
di Neuro-otologists Dizziness Clinics, Korea, dari 1.692 pasien penderita vertigo perifer,
67,7% adalah perempuan, 32,3% adalah laki-laki dengan usia rata-rata penderita 54,8 ± 14
tahun. Penelitian yang dilakukan Dewanto G (2009), menunjukkan kasus vertigo perifer
sering terjadi pada usia rata-rata 51-57 tahun, jarang pada usia 35 tahun tanpa riwayat
trauma kepala.
Jenis obat betahistin yang digunakan menunjukkan bahwa semua pasien
menggunakan obat betahistin mesilate. Pada tabel diatas menunjukkan penggunaan
betahistin mesilate 6 mg (50%) sama banyak dengan betahistin mesilate 12 mg (50%).
Frekuensi yang paling banyak digunakan adalah 3 kali sehari dalam sehari (60%)
dibandingkan dengan frekuensi 2 kali sehari dalam sehari. Rata-rata lama pemberian
betahistin mesilate yaitu 8,1 (SD±1,65) hari dengan rentang penggunaannya yaitu 5-10
hari. Dosis dapat disesuaikan sesuai dengan respon terhadap pengobatan. Peningkatan
dosis dapat diamati setelah beberapa minggu pengobatan, tetapi hasilnya biasanya lebih
baik adalah diamati setelah 1-6 bulan terapi. Efektivitas betahistin telah dibuktikan menjadi
tergantung dosis dan waktu pengobatan. Karena itu, dosis dan durasi yang tepat untuk
pengobatan adalah komponen kunci dari keberhasilan terapi (Alcocer et al, 2015).
Penggunaan obat lain selain betahistin mesilate yaitu flunarizin dan domperidon. Ada
8(40%) subyek menggunakan flunarizin dan 4 (20%) subyek menggunakan domperidon,
dan yang tidak mengunakan domperidon 16 (80%).
Riwayat diabetes melitus didapatkan pada 1(5%) subyek, dan yang tidak
didapatkan diabetes melitus 19(95%) subyek. Diabetes merupakan vestibulotoksik karena
menyebabkan iskemiadi struktur vestibuler (Hersh et.al., 2012). Dilaporkan oleh Yoda
et.al (2011), bahwa DM tipe II dapat menyebabkan terlepasnya deposit di kanalis
semisirkularis sehingga berisiko meningkatkan BPPV (Benign Paroxymal Positional
Vertigo), tetapi hal ini tidak berhubungan dengan durasi DM. Akibat hiperglikemia salah
satunya terjadi proses aterosklerosis pada makrovaskuler dan mikrovaskuler dan mudah
4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
terjadi mikrotrombus, jika terjadi pada pembuluh darah kecil dapat menyebabkan infark
labirin dan timbul tuli mendadak. Akibat lain dari DM adalah kerusakan saraf yang apabila
sampai pada serabut motorik dan sensorik akan menyebabkan gangguan keseimbangan
disertai vertigo.
Riwayat hipertensi didapatkan pada 3 (15%) subyek, dan yang tidak didapatkan
hipertensi 17 (85%) subyek. Hipertensi dapat menyebabkan kerusakan vaskuler ditelinga
dalam dan memicu BPPV. BPPV dapat diakibatkan sekuele iskemik labirin yang
memungkinkan terlepasnya otolith dari membran otolith (Brevem et.al., 2007).
Riwayat hiperlipidemia didapatkan pada 2(10%) subyek, dan yang tidak didapatkan
hiperlipidemia 18(80%) subyek. Penelitian yang dilakukan oleh Purwatiningsih (2015)
menunjukkan bahwa riwayat hiperlipidemia bukan merupakan faktor risiko terjadinya
vertigo perifer dan tidak bermakna secara statistik. Hal ini berbeda dengan penelitian yang
dilakukan Santos dan Bittar (2012) terhadap 174 pasien dengan LDL normal dan 151
pasien dengan peningkatan LDL bermakna secara statistik jika dibandingkan dengan
populasi umum. Hiperlipidemia dapat menyebabkan kerusakan vaskuler di telinga dalam
sehingga memicu vertigo (Breven et al., 2007).
Riwayat dispepsia didapatkan pada 8(40%) subyek, dan yang tidak didapatkan
dispepsia 12(60%) subyek. Rangsang gerakan menimbulkan stres yang akan memicu
sekresi CRF (corticotropin releasing factor) sehingga peningkatan kadar CRF selanjutnya
akan mengaktifkan susunan saraf simpatik yang dapat meningkatkan aktivitas sistem saraf
parasimpatik. Teori ini dapat menerangkan gejala penyerta yang sering timbul berupa
pucat, berkeringat di awal serangan vertigo akibat aktivitas simpatis, yang berkembang
menjadi gejala mual, muntah dan hipersalivasi setelah beberapa saat akibat dominasi
aktivitas susunan saraf parasimpatik (Wreksoatmodjo, 2004).
b. Perubahan skor DHI pada pasien vertigo peifer antara baseline, kunjungan 2 dan
kunjungan 3
Subyek penelitian yang terpilih dinilai berat keluhan verrtigo menggunakan
kuisioner Dizziness Handicap Inventory (DHI). Kuisioner DHI merupakan kuesioner
digunakan untuk menilai beratnya keluhan pusing atau vertigo yang bersifat subyektif.
DHI dikembangkan untuk mengevaluasi secara kuantitatif dampak yang dirasakan sendiri
oleh penderita gangguan sistem vestibular dalam kehidupan sehari-harinya. Skala DHI
terdiri dari 25 pertanyaan, berisi 9 pertanyaan mengenai fungsional, 9 mengenai emosional,
5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dan 7 mengenai fisik. Setiap item pertanyaan disediakan 3 jawaban dan nilai. Jawaban
“Ya” nilainya 4, “Kadang” nilainya 2, “Tidak” nilainya 0. Jangkauan nilai yang
kemungkinan didapat adalah nilai minimal = 0 yang berarti tidak ada keluhan, sampai
dengan nilai maksimal =100 yang berarti sangat menderita pusing atau vertigo. Penilaian
DHI dilakukan pada saat pasien melakukan sebelum terapi (baseline), kunjungan 2 dan
kunjungan 3.
50
42,95 ± 21,44
perubahan total skor DHI
(rata-rata ± SD)
45
40
35,20 ± 19,56
35
28, 40 ± 18,76
30
25
20
15
10
5
0
Baseline
Kunjungan 2
Kunjungan 3
Gambar 1. Perubahan Total Skor DHI (rata-rata ± SD)
20
perubahan skor item DHI
(rata-rata ± SD)
18
16
17,5 ± 8,77
14,3 ± 9,02
13,0 ± 8,14 13,4 ± 7,43
14
11,2 ± 7,00
10,2 ± 6,55
11,1 ± 8,06
12
8,8 ± 7,82
10
7,1 ± 7,77
8
6
4
2
0
baseline
item fisik
kunjungan 2
item fungsional
kunjungan 3
item emotional
Gambar 2. Perubahan Skor Item DHI (rata-rata ± SD)
6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Gambar 1 menunjukkan data skor DHI pada 20 subyek penelitian pada baseline
(awal), kunjungan 2 dan kunjungan 3 setelah pengobatan. Total skor DHI pada baseline
(awal)
adalah 42,95±21,44, 35,20±19,56 pada kunjungan 2, dan 28,40±18,76 pada
kunjungan 3. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat perbedaan total
skor DHI antara baseline, kunjungan 2, dan kunjungan 3 (p = 0,000).
Selanjutnya dilakukan evaluasi lebih lanjut mengenai item fisik, fungsional dan
emosional, seperti ditunjukkan pada grafik. Dari data menunjukkan perbaikan yang
signifikan pada baseline (awal), kunjungan 2, dan kunjungan 3 pada item fisik (14,30±9,02
versus 13,00±8,14 versus 10,20±6,55, p<0,001 ), item fungsional (17,55±8,77 versus
13,40±7,43 versus 11,20±7,00, p<0,001), dan item emosional (11,10±8,06 versus 8,80
±7,82 versus 7,10±7,77, p<0,001). Penelitian yang dilakukan Mira et al.(2003) pada 75
subyek menerima betahistin dan 69 pasien menerima plasebo menunjukkan hasil bahwa
betahistin lebih efektif dibandingkan dengan plasebo (dilihat dari frekuensi, intensitas,
durasi vertigo, & perbaikan gejala & kualitas hidup). Menurut penelitian Albera et al.
(2003) dimana melakukan penelitian sebanyak 29 subyek menerima terapi betahistin dan
23 subyek menerima terapi flunarizin menunjukkan hasil setelah 8 minggu terapi rerata
total DHI & subskor fisik signifikan lebih rendah betahistin dibanding flunarisin (7.5 & 3.6
poin). Begitu juga penelitian yang dilakukan oleh Roceanu et al. (2014) pada 259 subyek
penelitian menunjukkan hasil perbaikan signifikan secara statistik 12-14 poin tercatat di
semua tiga domain dari skala Dizzines Handicap Index (p<0,0001).
Penelitian tentang betahistin mesilate masih terbatas sehingga penelitian ini dapat
memberikan pengetahuan terkait dampak penggunaan betahistin mesilate dan dapat
digunakan menentukan pengobatan vertigo perifer yang tepat dan efektif, memberikan
pilihan terapi lebih banyak dalam pengobatan vertigo khususnya vertigo perifer karena
banyaknya konsep teori tentang patofisiologi vertigo.
Jenis penelitian ini adalah observasional (non-ekperimental) dengan rancangan
penelitian case series. Rancangan penelitian case series artinya peneliti menggunakan
pengukuran atau pengambilan data secara berulang-ulang dalam kurun waktu tertentu.
Pada penelitian ini menggunakan pendekatan secara prospektif karena data diperoleh dari
wawancara. Pendekatan prospektif memiliki keterbatasan hasilnya tidak dapat diperoleh
dalam waktu yang singkat dan terdapat kemungkinan individu yang diobservasi drop out
dan akan mengganggu analisis hasil. Kuesioner penelitian Dizziness Handicap Inventory(
7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DHI) bersifat subyektif dan dilakukan dengan cara wawancara, namun kesalahan bertanya
dan juga kesalahan mentafsirkan jawaban, masih dapat terjadi.
KESIMPULAN
Penggunaan betahistin masilate menurunkan gejala vertigo perifer yang diukur
menggunakan kuisioner Dizzines Handicap Inventory (DHI)
SARAN
Perlu dilakukan penelitian dengan obat antivertigo lain dengan kuisioner yang ada
untuk mengukur perbaikan gejala vertigo perifer.
8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA
Afanasyeva, S.A., Gorbacheva, F.E., & Natyazhkina, G.M., 2003. Isolated Vertigo :
Pathogenesis and Efficacy of Betahistine (Betaserc), in Journal of Neurology, Abstract
: 4.
Albera, R., Ciuffolotti, R., Di Cicco, M., De Benedittis, G., Grazioli, I., Melzi, G., Mira,
E., Pallestrini, E., Passali, D., Serra, A., & Vicini, C., 2003. Double Blind,
Randomized, Multicenter Study Comparing the Effect of Betahistine and Flunarizine
on The Dizziness Handicap in Patients with Reccurent Vestibular Vertigo. Acta
Otolaryngol; 123: 588-593.
Alcocer, R. R., Gregorio, J., Rodríguez, L., Romero, A. N., Luis, J., Nuñez, C., and Ticse,
L., 2015. Use of betahistine in the treatment of peripheral vertigo. Acta OtoLaryngologica., 1–7.
Benecke, H., Pérez-Garrigues, H., Bin Sidek, D., Uloziene, I., Kuessner, D., Sondag, E., &
Theeuwes, A., 2010. Effects of betahistine on patient-reported outcomes in routine
practice in patients with vestibular vertigo and appraisal of tolerability: Experience in
the OSVaLD study. International Tinnitus Journal., 16(1), 14–24.
Bisdorff, A., Bosser, G., Gueguen, R., & Perrin, P., 2013. The epidemiology of vertigo,
dizziness, and unsteadiness and its links to co-morbidities. Frontiers in Neurology., 4,
1–7.
Chaker Rahul T., Eklare, Nishikant., 2012. Vertigo in Cerebrovasculer Disease.
Otolaryngology Clinics : An International Journal.,4 (1): 46-53
Dewanto G., 2009. Panduan Praktis Diagnosis & Tatalaksana Penyakit Saraf. Jakarta.
EGC.
Dimitrov, R. , 2013. Population epidemiological study on the prevalence of dizziness in
the city of São Paulo. Brazilian Journal of Otorhinolaryngology.,79(6), 688–698.
Grill E, Müller M, Brandt T, J. K., 2013. Vertigo and dizziness: challenges for
epidemiological research.OA Epidemiology. OA Epidemiology, 1(2), 12.
Hersh, D., Worrall, L., Howe, T., Sherratt, S., & Davidson, B., 2012. SMARTER goal
setting in aphasia rehabilitation. Aphasiology., 26, 220–233.
Irving, C., Richman, P., Kaiafas, C., Eskin, B., & Allegra, J., 2001. Intramuscular
Droperidol versus Intramuscular Dimenhydrinate for the Treatment of Acute
Peripheral Vertigo in the Emergency Department : A Randomized Clinical trial.
Academic Emergency Medicine; 9 : 650-653.
Mira, E., Guidetti, G., Ghilardi, L., Fattori, B., Malannino, M., Maiolino, L., Mora, R.,
Ottoboni, S., Pagnini, P., Leprini, M., Pallestrini, E., Passali, D., Nuti, D., Russolo, M.,
Tirreli, G., Simoncelli, C., Brizi, S., Vicini, C., & Frasconi, P., 2002. Betahistine
Dihydrochloride in the Treatment of Peripheral Vestibular Vertigo. European Archives
of Oto-Rhino-Laryngology, 123; 588-593.
Purwatiningsih., 2015. Pengaruh antara Lama Menderita Diabetes Melitus Tipe II dengan
Terjadinya Vertigo Perifer. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.
9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Rahul, R. K., Andrews, C. J., & Sridevi, K., 2016. Prevalence , risk factors and clinical
presentations of patients with peripheral vertigo : a retrospective study from a tertiary
care hospital. International Journal of Advances in Medicine.,3(1), 106–109.
Roceanu, A. M., Albu, S., Gabriela, M., Cozma, S., & Mărceanu, L., 2014. Effects and
tolerability of betahistine in patients with vestibular vertigo : results from the
Romanian contingent of the OSVaLD study. International Journal of General
Medicine.,7, 531–538.
Santos, M. A., & Bittar, R.S., 2012. Vertigo and Metabolic Disorders. International
Tinnitus Journal, 17(1): 16-20.
Sokolova, L., Hoerr, R., Mishchenko, T., & Seidman, M. D., 2014. Clinical Study
Treatment of Vertigo: A Randomized, Double-Blind Trial Comparing Efficacy and
Safety of Ginkgo biloba Extract EGb 761 and Betahistine. International Journal of
Otolaryngology.,1-6.
Sumarilyah, E., 2010. Jurnal Penelitian Pengaruh Senam Vertigo Terhadap
Keseimbangan Tubuh pada Pasien Vertigo di RS Siti Khodijah Sepanjang.RS Siti
Khodijah Sepanjang: Jawa Timur.
Von Brevern, M., Radtke, A., Lezius, F., Feldmann, M., Ziese, T., Lempert, T., &
Neuhauser, H., 2007. Epidemiology of benign paroxysmal positional vertigo: a
population based study. Journal of Neurology, Neurosurgery, and Psychiatry, 78(7),
710–5
Wreksoatmodjo B.R. 2004. Vertigo: Aspek Neurologi. Cermin Dunia Kedokteran. 144:4146.
Yoda S., Cureoglu S., Baylan Y.M., Morita N., Fukushima H., Harada T., Paparella M.M.,
2011. Association between Type 1 Diabetes Mellitus and Deposits in the Semicircular
Canals, Otolaryngol Head Neck Surg. 145(3): 458-462.
10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian
11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 2.Ethical Clearance
12
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 3. Informed Consent
13
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 4. Formulir Pengambilan Data
14
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 5. Kuisioner DHI
16
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 6. Definisi Operasional
Variabel
Definisi
Cara
ukur
Hasil ukur
Skala
ukur
Usia
Usia
adalah
banyaknya
tahun
yang
dilalui
oleh
responden,
tercantum pada
rekam
medis
Rumah
Sakit
Bethesda
Yogyakarta.
Pembagian dua
jenis
kelamin
yang ditentukan
secara biologis
dan
anatomis
yang
melekat
pada
jenis
kelamin tertentu,
tercantum pada
rekam
medis
Rumah
Sakit
Bethesda
Yogyakarta.
Pembagian dua
jenis
obat
betahistin,
tercantum pada
rekam
medis
Rumah
Sakit
Bethesda
Yogyakarta
Rekam
medis
Usia yang tercantum di
rekam medis
Numerik
Rekam
medis
1. Laki-laki
2. Perempuan
Nominal
Jenis
kelamin
Jenis Obat
Rekam
medis
1. Betahistin
Nominal
dihidroklorida
2. Betahistin
mesilate
22
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Dosis
Dosis
adalah Rekam
takaran
yang medis
diberikan pada
pasien
yang
mendapat terapi,
tercantum pada
rekam
medis
Rumah
Sakit
Bethesda
Yogyakarta.
Frekuensi Jangka
waktu Rekam
penggunaa pemberian obat medis
n
betahistin
dihidroklorida,
tercantum pada
rekam
medis
Rumah
Sakit
Bethesda
Yogyakarta.
Lama
pemberian
Obat lain
Lama
waktu
pemberian obat
betahistin
dihidroklorida,
tecantum pada
rekam
medis
Rumah
Sakit
Bethesda
Yogyakarta.
Obat lain yang
diberikan
kepada pasien
selain betahistin
dihidroklorida
Rekam
medis
Rekam
medis
Komorbidi Adanya
satu Rekam
tas
atau
lebih medis
gangguan
(
penyakit) selain
vertigo perifer
1.
2.
3.
4.
6 mg
8 mg
12 mg
24 mg
Ordinal
Frekuensi
penggunaan Ordinal
dibagi menjadi dalam
tiga kelompok frekuensi
yaitu:
1. 1 kali dalam 1
hari
2. 2 kali dalam 1
hari
3. 3 kali dalam 1
hari
Lama pemberian dibagi Ordinal
menjadi:
1. 5 hari
2. 7 hari
3. 10 hari
Obat lain yang diberikan Ordinal
yaitu
1. Dimenhidrinat
2. Flunarizin
3. Cinarizin
4. Ginkgo biloba
1. Diabetes Melitus Ordinal
2. Hipertensi
3. Dislipidemia
4. Jantung iskemik
5. Dispepsia/gastriti
s
23
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 8. Perhitungan Sampel Penelitian
Perhitungan sampel
Perhitungan besar sampel menggunakan perangkat lunak power and sampel
size. Perangkat lunak ini adalah perangkat lunak yang diperoleh dari
http://biostat.mc.vanderbilt.edu/wiki/Main/PowerSampleSize.Jumlah sampel minimal
yang didapat yaitu 5 subyek dan dibulatkan menjadi 20 subyek.
1. Kesalahan tipe I (α) ditetapkan sebesar 0.05
2. Kesalahan tipe II(β) ditetapkan 0.20 sehingga power 1-β = 1-0.20 0.8
3. Prevalensi paparan (δ) ditetapkan sebesar 30.1(Albera et al., 2003)
4. Standar deviasi(σ) ditetapkan sebesar 18.2 (Albera et al., 2003)
24
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 9.Uji Normalitas
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova
Statistic
Delta_fisik1_2
Delta_fisik1_3
Delta_fisik2_3
Delta_Emosional1_2
Delta_Emosional1_3
Delta_Emosional2_3
Delta_Fungsional1_2
df
Shapiro-Wilk
Sig.
Statistic
df
Sig.
.255
20
.001
.881
20
.018
.170
20
.132
.877
20
.015
.199
20
.036
.900
20
.041
.250
20
.002
.849
20
.005
.185
20
.070
.895
20
.033
.273
20
.000
.869
20
.012
.223
20
.010
.939
20
.227
Delta_Fungsional1_3
.192
20
.053
.944
20
.282
Delta_Fungsional2_3
.281
20
.000
.789
20
.001
*
.200
.946
20
.308
Delta_Total1_2
.125
20
Delta_Total1_3
.191
20
.053
.928
20
.143
.127
20
.200*
.932
20
.171
Delta_Total2_3
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
25
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 10. Uji repeated ANOVA skor DHI
Descriptive Statistics
Mean
Skor 1 FISIK
Skor 2 FISIK
Skor 3 FISIK
Std.
Deviation
N
14.30
9.021
20
13.00
8.143
20
10.20
6.550
20
Multivariate Testsa
Effect
Fisik
Value
Pillai's
Trace
Wilks'
Lambda
Hypothesis
df
F
Error df
Sig.
.590
12.928b
2.000
18.000
.000
.410
12.928b
2.000
18.000
.000
Hotelling's
Trace
1.436
12.928b
2.000
18.000
.000
Roy's
Largest
Root
1.436
12.928b
2.000
18.000
.000
a. Design: Intercept
Within Subjects Design: Fisik
b. Exact statistic
Descriptive Statistics
Mean
Skor 1
EMOSIONAL
Skor 2
EMOSIONAL
Skor 3
EMOSIONAL
Std.
Deviation
N
11.10
8.065
20
8.80
7.824
20
7.10
7.772
20
Multivariate Testsa
Effect
Emosional
Value
Pillai's
Trace
Wilks'
Lambda
Hypothesis
df
F
Error df
Sig.
.627
15.156b
2.000
18.000
.000
.373
15.156b
2.000
18.000
.000
Hotelling's
Trace
1.684
15.156b
2.000
18.000
.000
Roy's
Largest
Root
1.684
15.156b
2.000
18.000
.000
a. Design: Intercept
Within Subjects Design: Emosional
b. Exact statistic
Descriptive Statistics
Mean
Std.
Deviation
N
Skor 1
FUNGSIONAL
17.55
8.769
20
Skor 2
FUNGSIONAL
13.40
7.430
20
Skor 3
FUNGSIONAL
11.20
7.001
20
26
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Multivariate Testsa
Effect
Fungsional
Value
Pillai's
Trace
Wilks'
Lambda
Hypothesis
df
F
Error df
Sig.
.806
b
37.289
2.000
18.000
.000
.194
37.289b
2.000
18.000
.000
Hotelling's
Trace
4.143
37.289b
2.000
18.000
.000
Roy's
Largest
Root
4.143
37.289b
2.000
18.000
.000
a. Design: Intercept
Within Subjects Design: Fungsional
b. Exact statistic
Descriptive Statistics
Mean
Std.
Deviation
N
Skor 1 TOTAL
SKOR
42.95
21.441
20
Skor 2 TOTAL
SKOR
35.20
19.557
20
Skor 3 TOTAL
SKOR
28.40
18.757
20
Multivariate Testsa
Effect
Total
Value
Pillai's
Trace
Wilks'
Lambda
F
Hypothesis
df
Error df
Sig.
.835
45.482b
2.000
18.000
.000
.165
45.482b
2.000
18.000
.000
Hotelling's
Trace
5.054
45.482b
2.000
18.000
.000
Roy's
Largest
Root
5.054
45.482b
2.000
18.000
.000
a. Design: Intercept
Within Subjects Design: Total
b. Exact statistic
27
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 11. Surat keteranganClinical Epidemiology & Biostatistics Units (CE&BU)
28
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BIOGRAFI PENULIS
K. Reny Indriawati lahir di Way Tawar pada tanggal 19 Juli 1995
merupakan putri kedua dari pasangan Andreanus Sutarna dan Yohana S.
Penulis menempuh pendidikan di SDN 1 Purwa Agung (2001-2007),
SMPN 1 Negara Batin (2007-2010), SMA Xaverius Pringsewu (20102013) dan pada tahun 2013 meneruskan pendidikan di Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Selama menempuh pendidikan di
FF USD penulis aktif dalam berbagai kegiatan kemahasiswaan dan
terlibat dalam kepanitiaan. Penulis juga mendapat kesempatan untuk
menjadi penerima dana hibah dari DIKTI pada tahun 2016 dalam
Program Kreativitas Mahasiswa bidang Pengabdian masyarakat (PKM-M).
29
Download