hubungan dukungan suami dengan persiapan persalinan ibu hamil

advertisement
ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR DENGAN BERAT BAYI LAHIR RENDAH
DI RSUD SALATIGA
Eka Indah Siti Kurniawati 1), Chichik Nirmasari2), Rini Susanti3)
Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo
Email: UP2M@AKBIDNgudiWaluyo
ABSTRAK
Kurniawati, Eka I. S. 2014. Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir Ny. R Umur 4 hari dengan
Berat Bayi Lahir Rendah di RSUD Salatiga. Karya Tulis Ilmiah. D III Akademi Kebidanan
Ngudi Waluyo Ungaran. Pembimbing I : Chichik Nirmasari, S.SiT., M.Kes. Pembimbing II :
Rini Susanti, S.SiT.,M.Kes.
Berat Bayi Lahir rendah (BBLR) di Jawa Tengah pada tahun 2011 sebanyak 21,184 meningkat
banyak apabila dibandingkan dengan tahun 2010 yang sebanyak 15.631. Berdasarkan rekam medik
RSUD Salatiga selama 1 tahun terakhir didapatkan jumlah kelahiran sebanyak 1081 bayi, jumlah
BBLR sebanyak 190 bayi (17,5%), BBLSR 30 bayi (2,77%), BBLASR 14 bayi (1,29%) dan jumlah
kematian bayi dengan BBLR selama 1 tahun terakhir yaitu 23 bayi (2,12%).
Metode penulisan yang di gunakan adalah metode pengamatan (observasi) langsung ke bayi
yang dibagi lagi menjadi dua yaitu : data primer meliputi wawancara atau anamnesa melalui
perantara ibu bayi dan bidan yang merawat bayi. Data sekunder meliputi dokomentasi yang
diperoleh dari dokumentasi rekam medis pasien.
Dari hasil perawatan yang dilakukan selama kurang lebih 2 hari di rumah sakit, sesuai advice
dokter diperbolehkan pulang karena keadaan bayi semakin membaik yaitu bayi menyusu dengan
kuat. Hasil observasi keadaan umum dan TTV baik. Hari ke 7 setelah dilakukan metode kanguru di
rumah hasilnya berat badan bayi meningkat yaitu berat badan bayi 2470 gram, pada hari selanjutnya
observasi kembali dilakukan penimbangan berat badan bayi 2510 gram.
Diharapkan bagi RSUD Salatiga dapat digunakan sebagai masukan atau tambahan pada masa
yang akan datang mengenai pelaksanaan asuhan kebidanan pada Bayi Baru Lahir dengan Berat
Bayi Lahir Rendah.
Kata kunci : bayi baru lahir dengan berat lahir rendah
ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR DENGAN BERAT BAYI LAHIR RENDAH DI RSUD SALATIGA
1
ABSTRACT
Kurniawati, Eka I. S. 2014 Midwifery care of newborns with low birth weight babies in
hospitals salatiga. Final Task. Ngudi Waluyo Midwifery Academy Ungaran. Supervisior I :
Chichik Nirmalasari, S.SiT.,M.Kes, II : Rini Susanti, S.SiT.,M.Kes.
Low birth weight infants (BBLR) in central java in 2011 of 21.184 increased a lot when
compared with the year 2010, a total of 15.631. Based on the hospital medical records for the last 1
year Salatiga get the number of birth in 1081 as a baby, number of low birth weight babies as much
as 190 (17,5%),very low birth weight infants 30 (2,77%), birth weight babies very very low 14
(1,29%)and the number of deaths of infant with low birth weight during the last 1 year with 23
babies (2,12%).
Writing method used is the method of (observation) directly to the baby in for longer into two :
primary nomina include interviews or through intermediaries diagnose the baby’s mother and
midwife who care for infants. Dokomentasi secondary nomina include those obtained from the
patient medical record documentation.
From the results of the treatment were conducted for approximately 2 days in the hospital,
appropriate advice doctors are allowed to go home because the situation is getting better baby baby
suckling strongly. General state of the infant observation results and vital signs either. Day 7 after
the kangaroo method in the result increases the baby weight baby weight 2470 grams, on the next
day of observation did back in 2510 infants weighing grams.
Expected for the general hospital area salatiga can be used as an additional input or in the future
regarding the implementation of midwifery care in newborns with low birth weight.
Key word : newborns with low birth weight
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Berdasarkan penelitian WHO di seluruh
dunia, terdapat kematian ibu sebesar 500.000
jiwa per tahun dan angka kematian khususnya
neonatus sebesarnya 10.000.000 jiwa per
tahun. Kematian maternal dan neonatal
terutama terjadi di Negara berkembang
(Manuaba, 2010). Angka Kematian Bayi
(AKB) merupakan jumlah kematian bayi (011 bulan) per 1.000 kelahiran hidup dalam
kurun waktu 1 tahun. AKB menggambarkan
tingkat permasalahan masyarakat yang
berkaitan dengan faktor penyebab kematian
bayi, tingkat pelayanan antenatal, status gizi
ibu hamil, tingkat keberhasilan program KIA
dan KB, serta kondisi lingkungan dan sosial
ekonomi. Apabila AKB di suatu wilayah
tinggi, berarti status kesehatan di daerah
tersebut rendah (Dinkes, 2011). AKB di
provinsi Jawa Tengah tahun 2011 sebesar
10,34/1.000 kelahiran hidup, menurun bila
dibandingkan dengan tahun 2010 sebesar
10,62/1.000 kelahiran hidup. Dibandingkan
dengan target Millenium Development Goals
(MDGs) ke-4 tahun 2015 sebesar 17/1.000
kelahiran hidup, maka AKB di provinsi Jawa
Tengah tahun 2011 sudah cukup baik karena
telah melampui targer (Dinkes, 2011).
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di Jawa
Tengah pada tahun 2011 sebanyak 21,184
meningkat banyak apabila dibandingkan
dengan tahun 2010 yang sebanyak 15.631.
Adapun presentasi BBLR tahun 2011
sebanyak 3,73%, meningkat bila dibandinkan
tahun 2010 sebesar 2,69%. Presentasi BBLR
yang ditangani di Jawa Tengah pada tahun
2010 seluruh kabupaten/kota sudah memenuhi
target dalam Renstra Dinas Kesehatan Provinsi
Jawa Tengah sebesar 70% (Dinkes, 2011).
Penyebab BBLR secara umum bersifat multifaktorial, sehingga kadang mengalami kesulitan
untuk melakukan tindakan pencegahan. Namun
penyebab terbanyak bayi BBLR adalah
kelahiran
prematur
(Proverawati
dan
Ismawati, 2010). Penyakit yang terjadi pada
bayi prematur berhubungan dengan belum
matangnya fungsi organ-organ tubuhnya. Hal
ini berhubungan dengan umur kelahiran saat
ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR DENGAN BERAT BAYI LAHIR RENDAH DI RSUD SALATIGA
2
bayi dilahirkan. Makin muda umur kelahiran,
makin tidak sempurna organ-organnya.
Konsekuensi dari anotomi dan fisiologi yang
belum matang. Bayi prematur cenderung
mengalami masalah yang bervariasi. Hal ini
harus diantisipasi dan dikelola pada saat
neonatal (Proverawati dan Ismawati, 2010).
Dalam menegakan kemungkinan infeksi
pada BBLR sangat penting terutama pada
bayi BBLR, karena infeksi dapat menyebar
dengan cepat dan menyebabkan angka
kematian yang tinggi. Disamping itu gejala
klinis infeksi pada bayi tidak khas (Manuaba,
2010). Oleh karena itu, setiap bayi lahir dari
kemungkinan tersebut perlu mendapat antibiotika prokfilaksis, sehingga memperkecil
kemungkinan menjadi sepsis atau meningitis.
Disamping gejala umum seperti di atas,
seperti menigitis padat dijumpai kejang,
fontanela menonjol, kejang kaku, bahkan
terjadi ikhterus. Bila terjadi demikian bidan
segera melakukan rujukan medis ke
puskesmas atau dokter spesialis anak untuk
mendapatkan pengobatan yang cepat dan
tepat (Manuaba, 2010).
Penatalaksanaan umum yang dilakukan pada
kasus bayi BBLR yaitu menjaga kehangatan
pada bayi dengan perawataan bayi dalam
inkubator, mempertahankan suhu lingkungan
yang dapat mengurangi kehilangan panas
pada suhu lingkungan yang rendah, pengaturan
dan pengawasaan intake nutrisi dengan
menentukan pilihan susu, cara pemberian dan
jadwal-jadwal pemberian yang sesuai dengan
kebutuhan BBLR, meningkatkan kehamilan
berkala minimal 4 kali, ibu juga mengetahui
pertumbuhan dan perkembangan janin dalam
rahim supaya ibu bisa menjaga kesehatan
janin, sebaiknya ibu juga dapat merencanakan
persalinan di usia reproduksi sehat antara 2034 tahun (Proverawati dan Ismawati, 2010).
Pentingnya memberikan lingkungan yang
tepat bagi BBLR yang sehat tidak dapat
diabaikan. Lingkungan yang ideal adalah
lingkungan yang mirip dengan lingkungan
rumah, yang menyiapkan suatu daur siang dan
malam, makanan yang teratur, istirahat,
stimulasi dan pemberian perhatian cinta kasih
(Fraser, 2009).
Bedasarkan rekam medik RSUD Salatiga
selama setahun terakhir pada bulan Desember
2013 didapatkan data jumlah kelahiran
sebanyak 1081 bayi, jumlah BBLR sebanyak
190 bayi (17,57%), BBLSR 30 bayi (2,77%),
BBLASR 14 bayi (1,29%), dengan jumlah
bayi yang mengalami resiko tinggi berdasarkan
penyakit, Hipotermi 252 bayi (23,31%),
Hiperbilirubin PH 160 bayi (14,80%),
hiperbilirubin non PH 41 bayi (3,79%),
asfiksia 221 bayi (20,44%), RDS 2 bayi
(0,18%), GE 3 bayi (0,27%), Sepsis 36 bayi
(3,33%), BRPN 19 bayi (1,75%), Kejang 31
bayi (2,86%), omfalocel 3 bayi (0,27%),
kembar siam 1 bayi (0.09%), labiopalatoskisis
1 bayi (0.09%), labiogratoskisis 1 bayi
(0.09%), Hidrocepalus 1 bayi (0.09%),
cardionegali 1 bayi (0.09%), CTEV 2 bayi
(0,18%), atresiani 1 bayi (0.09%), PJB 2 bayi
(0,18%), kontreksibond 1 bayi (0.09%).
Jumlah kematian bayi sesuai dengan
patologisnya selama satu tahun sebanyak 34
bayi (3,14%) meninggal, BBLR 23 bayi
(2,12%) meninggal, Asfiksia 7 bayi (0,64%)
meninggal, kelainan congenital 2 bayi
(0,18%) meninggal, sepsis 2 bayi (0,18%)
meninggal.
Tujuan Studi Kasus
1. Tujuan umum
Penulis mampu melaksanakan asuhan
kebidanan pada bayi baru lahir dengan
berat badan lahir rendah di RSUD
Salatiga.
2. Tujuan khusus
a. Melakukan asuhan kebidanan pada
Berat Badan Lahir Rendah.
b. Melakukan interpretasi data yang
meliputi diagnosa kebidanan, masalah
Bayi baru lahir dengan Berat Badan
Lahir Rendah.
c. Merumuskan diagnosa potensial Bayi
baru lahir dengan Berat Badan Lahir
Rendah.
d. Mengidentifikasi antisipasi/tindakan
segera Bayi baru lahir dengan Berat
Badan Lahir Rendah.
e. Merencanakan tindakan yang akan
dilakukan Bayi baru lahir dengan
Berat Badan Lahir Rendah.
f. Melaksanakan tindakan sesuai dengan
rencana tindakan Bayi Baru Lahir
dengan Berat Badan Lahir Rendah.
ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR DENGAN BERAT BAYI LAHIR RENDAH DI RSUD SALATIGA
3
g. Melaksanakan
evaluasi
tindakan
kebidanan Bayi Baru Lahir dengan
Berat Badan Lahir Rendah
h. Penulis mampu mengetahui kesenjangan
antara teori dan kasus nyata yang ada
di lahan berkaitan dengan bayi baru
lahir dengan berat badan lahir rendah.
Manfaat Studi Kasus
1. Bagi Penulis
Menambah ilmu dan wawasan tentang
asuhan kebidanan pada bayi dengan berat
badan lahir rendah.
2. Bagi Profesi
Meningkatkan pengetahuan dan
penanganan bagi bayi dengan berat badan
lahir rendah dengan tepat, cepat, dan
komprehensif.
3. Bagi Institusi
Hasil studi kasus diharapkan dapat
lebih meningkatkan mutu pelayanan
dalam memberikan asuhan kebidanan
pada bayi dengan berat badan lahir rendah
dan sebagai referensi atau sumber bacaan
yang berkaitan dengan asuhan kebidanan
pada bayi dengan berat badan lahir rendah.
PEMBAHASAN
Pengkajian
Data subyektif :
1. Pada teori menurut Proverawati dijelaskan
bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
terjadinya BBLR salah satunya yaitu :
kehamilan pada usia < 20 tahun atau lebih
dari 35 tahun, di lahan ibu berusia 19
tahun maka tidak ada kesenjangan antara
teori dan praktek.
2. Pada teori menurut Proverawati dijelaskan
bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
terjadinya BBLR salah satunya yaitu :
keadaan gizi ibu kurang baik saat hamil,
di lahan ditemukan kenaikan berat badan
ibu selama hamil hanya 7 kg dan ini
mempengaruhi keadaan gizi ibu dan bayi,
maka tidak ada kesenjangan antara teori
dan praktik.
3. Pada teori menurut Proverawati dijelaskan
bahwa umur kehamilan sama dengan atau
kurang dari 37 minggu, di lahan
ditemukan umur kehamilan 39 minggu 4
hari, maka terdapat kesenjangan antara
teori dan praktik.
Data Obyektif :
Menurut teori Proverawati dijelaskan
bahwa gambaran klinis dari bayi BBLR
adalah
1. Lingkar kepala kurang dari 33 cm, di
lahan ditemukan lingkar kepala bayi
normal yaitu 34 cm setelah diberikan
intake nutrisi ASI kurang lebih 13 hari
lingkar kepala bayi bertambah menjadi 35
cm, maka terdapat kesenjangan antara
teori dan praktik.
2. Panjang bayi kurang dari 45 cm, di lahan
praktik ditemukan panjang badan bayi 50
cm setelah dilakukan asuhan pada bayi
dengan pemberian nutrisi selama 13 hari
panjang badan bayi bertambah menjadi 55
cm, maka terdapat kesenjangan atara teori
dan praktik.
3. Lingkar dada kurang dari 30 cm, di lahan
praktik ditemukan linggkar dada 33 cm,
setelah dilakukan pengkajian dan diberi
asuhan pada bayi selama 13 hari lingkar
dada bertambah menjadi 35 cm maka
terdapat kesenjangan antara teori dan
praktik.
4. Tanda-tanda bayi BBLR yaitu kulit tipis
mengkilat, tulang rawan daun telinga
belum
sempurna
pertumbuhannya,
genetalia belum sempurna testis belum
turun ke dalam scrotum, tonus otot bayi
lemah bayi kurang aktif, puting susu
belum terbentuk sempurna puting masih
berupa titik, reflek menelan bayi dan
menghisap bayi lemah, di lahan tidak
ditemukan kulit bayi kemerahan tidak
tipis dan mengkilat, daun telinga bayi
sudah terbentuk sempurna, genetalia
sudah sempurna dan testis sudah turun,
gerakkan bayi aktif dan reflek menghisap
kuat maka terdapat kesenjangan antara
teori dan praktik.
Interpretasi Data
Dalam langkah ini penulis dapat menginterpretasikan diagnosa masalah berdasarkan
data yang penulis kumpulkan dari hasil
pengkajian. Adapun diagnosa kebidanan yang
muncul adalah Asuhan kebidanan bayi baru
lahir dengan berat bayi lahir rendah di RS
Salatiga. Sedangkan masalah yang muncul
adalah hipotermi sedang.
ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR DENGAN BERAT BAYI LAHIR RENDAH DI RSUD SALATIGA
4
Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial
Menurut
teori
Muslihatun
yaitu
kemungkinan pada bayi BBLR terjadi
hipotermi, bayi akan mengalami stres dingin
(cold stress) jika hipotermi berlanjut, akan
timbul cidera dingin (cold injury) selanjutnya
mungkin saja terjadi hipoglikemi dan asidosis
metabolik. Pada kenyataannya tidak terjadi
hipotermi Pada tingkatan selanjutnya yaitu
hipotermi berat karena segera ditangani
dengan baik. Bayi mengalami masalah
hipotermi sedang pada awal pengkajian.
Indentifikasi Kebutuhan akan Tindakan
Segera/Antisipasi
Pada teori menurut Proverawati untuk
mengatasi masalah hipotermi pada BBLR
harus dirawat di dalam inkubator sehingga
panas badannya mendekati dalam rahim
sebelumnya bayi dibungkus dengan kain
(dibedong) atau menggunakan metode
kanguru. Pengkajian di lakukan di dua tempat
yaitu di rumah sakit dan dirumah. Di rumah
sakit pada awal pengkajian bayi mengalami
hipotermi asuhan yang diberikan yaitu bayi
dibungkus dengan kain (dibedong) dan
dimasukkan dalam inkubator tidak dilakukan
metode kanguru, pengkajian selanjutnya
setelah bayi pulang kerumah untuk
menghangatkan bayi dilakukan bedong dan
metode kanguru, sehingga tidak terdapat
kesenjangan antara di lahan dan di teori.
Rencana Manajemen
1. Mempertahankan suhu tubuh optimal, di
lahan praktik merencanakan asuhan untuk
mempertahankan suhu optimal bayi yaitu
dengan membedong, inkubator dan
dilakukan metode kanguru, sehingga tidak
terdapat kesenjangan antara teori dan
praktik.
2. Memenuhi kebutuhan nutrisi, di lahan
praktik merencanakan asuhan untuk
pemenuhan kebutuhan nutrisi bayi yaitu
dengan memberikan ASI kepada bayi
secara ekslusif, sehingga tidak terdapat
kesenjangan antara di teori dan praktik.
3. Mencegah dan mengatasi infeksi, di lahan
praktik merencanakan asuhan untuk
mencegah terjadinya infeksi
yaitu
menjaga pola kebersihan bayi mencuci
tangan sebelum dan sesudah memegang
bayi, mengganti popok segera setelah
terkena BAK atau BAB, memandikan
bayi, sehingga tidak terdapat kesenjangan
antar teori dan praktik.
4. Memenuhi kebutuhan psikologis, di lahan
praktik merencanakan asuhan untuk
pemenuhan kebutuhan psikologis bayi
yaitu kasih sayang ibu yang tulus saat
merawat bayinya, sehingga tidak terdapat
kesenjangan antara teori dan praktik.
Pelaksanaan
Pada teori menurut Proverawati dilakukan
mempertahankan suhu tubuh optimal, memenuhi
kebutuhan nutrisi, mencegah dan mengatasi
infeksi, memenuhi kebutuhan psikologis
melibatkan program imunisasi.
Di lahan dilakukan mempertahankan suhu
optimal dengan cara membedong atau
memberikan selimut pada bayi, bayi
ditempatkan di inkubator, dan dilakukan
metode kanguru setelah pasien pulang ke
rumah.
Memenuhi kebutuhan nutrisi dengan cara
menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya
setiap 2 jam sekali, dan di rumah sakit pada
waktu malam hari bayi diberikan tambahan
PASI (bila ibu tidak bisa menyusui
dikarenakan pulang).
Mencegah dan mengatasi infeksi dengan
cara selalu menggaanti popok setiap kali
terkena BAK atau BAB, mencuci dan
merendam dalam air panas supaya bakteri
yang masih tersisa di tempat minum bayi,
sebelum dan sesudah memegang bayi harus
cuci tangan,
Memenuhi kebutuhan psikologis yaitu
merawat bayi dengan kasih sayang.
Faktor pendukung : pihak rumah sakit
memperbolehkan untuk mempertahankan
suhu bayi dengan membedong bayi dan
mempertahankan
kehangatan
bayi
di
inkubator.
Faktor penghambat : pihak rumah sakit
tidak memperbolehkan melakukan metode
kanguru, metode kanguru dilakukan setelah
pasien pulang ke rumah. Maka tidak ada
kesenjangan antara teori dan di lahan praktik.
ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR DENGAN BERAT BAYI LAHIR RENDAH DI RSUD SALATIGA
5
Evaluasi
Pada tahap ini menjelaskan tentang hasil
perawatan selama kurang lebih 2 hari di
rumah
sakit,
sesuai
advice
dokter
diperbolehkan pulang karena keadaan bayi
semakin membaik yaitu bayi meyusu dengan
kuat. Hasil observasi keadaan umum dan TTV
baik. Hari ke 7 setelah di lakukan metode
kanguru di rumah hasilnya berat bayi sudah
meningkat yaitu berat bayi 2470 gram , pada
hari jumat, 4 Juli 2014 observasi kembali
dilakukan penimbangan berat bayi 2510 gram
PENUTUP
Kesimpulan
1. Pengkajian pada bayi baru lahir dengan
bayi berat lahir rendah pada bayi Ny. R
dengan berat badan bayi kurang yaitu
2460 saat lahir hasil pemeriksaan
antropometri ukuran lengan bayi 8,5 cm
dibawah normal. Pada hari ke empat bayi
mengalami hipotermi suhu 36°C di tandai
dan ekstremitas dingin.
2. Pada interpretasi data ditegakkan diagnosa
kebidanan yaitu Bayi Ny. R umur 4 hari
dengan berat badan bayi lahir rendah.
Masalah yang timbul yaitu bayi
mengalami hipotermi sedang yang akan
ditandai dengan bayi malas menyusu dan
akan berakibat berat badan bayi sulit
untuk ditingkatkan. Kebutuhan yang
diperlukan adalah pemberian kehangatan
dan pemenuhan asupan nutrisi dan cairan
dengan ASI.
3. Diagnosa Potensial yang terdapat pada
kasus ini yaitu hipotermi berat namun
tidak terjadi karena segera diberi asuhan
dengan baik. Bayi Ny. R tidak mengalami
hipotermi berat karena sudah terjaga
kehangatan dan tercukupi asupan cairannya
pada umur 4 hari. Pada hari ke enam
setelah melahirkan, ASI pada Ny. R sudah
lancar sehingga ibu dapat memberikan
ASI kepada bayinya.
4. Antisipasi penanganan segera tidak
dilakukan karena diagnosa potensial tidak
muncul.
5. Rencana asuhan kebidanan pada bayi
Ny. R dengan bayi berat lahir rendah
secara menyeluruh yaitu beri konseling
pada ibu untuk memberikan ASI sesering
mungkin kepada bayinya, beri konseling
kepada ibu dan keluarga untuk melakukan
perawatan metode kanguru pada bayinya
1 kali dalam 24 jam, jaga kehangatan dan
kebersihan bayi.
6. Pelaksanaan asuhan yang diberikan pada
bayi Ny. R dengan bayi berat lahir rendah
sudah sesuai dengan perencanaan yaitu
memberikan konseling kepada ibu untuk
memberikan ASI sesering mungkin setiap
2 jam sekali kepada bayinya, memberi
konseling kepada ibu dan keluarga untuk
melakukan perawatan metode kanguru
pada bayinya 1 kali dalam 24 jam,
menjaga kehangatan dan kebersihan bayi.
7. Pada langkah evaluasi setelah dilakukan
asuhan kebidanan pada bayi baru lahir
dengan bayi berat lahir rendah dalam 13
hari 5 kali pengkajian hasilnya terlihat
berat badan bayi sudah normal yaitu 2510,
kehangatan dan kebersihannya tepenuhi.
Saran
1. Bagi bidan
Bidan lebih meningkatkan pengetahuan
dan ketrampilannya serta selalu mengikuti
perkembangan dalam rangka deteksi dini
faktor resiko bayi berat lahir rendah dan
pengkajian hendaknya dilakukan secara
lengkap sehingga diperoleh suatu diagnosa
yang tepat dan dapat disusun suatu
perencanaan yang sesuai dengan kondisi
klien.
2. Bagi RSUD Salatiga
Dapat digunakan sebagai masukan
atau tambahan pada masa yang akan
datang mengenai pelaksanaan asuhan
kebidanan pada bayi baru lahir dengan
bayi berat lahir rendah.
3. Bagi penulis
Bagi penulis hendaknya mampu
melaksanakan asuhan kebidanan dan
mampu mengaplikasikan teori yang
diperoleh di bangku kuliah dengan
kenyataan yang ada.
4. Bagi Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo
Diharapkan dapat menambah bahan
bacaan serta menambah literatur di
perpustakaan, agar mahasiswa lebih
mudah dalam menyelesaikan tugas
khususnya tentang bayi baru lahir dengan
bayi berat lahir rendah.
ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR DENGAN BERAT BAYI LAHIR RENDAH DI RSUD SALATIGA
6
5. Bagi peneliti lain
Diharapkan dapat melakukan studi
kasus mengenai ikterus neonatorum
dengan teknik yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
50 tahun IBI. 2006. Ede Manuaba, Ida Bagus.
1998.
Mansjoer, Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta
Kedokteran, Jakarta : Media Aesulaplus.
Mochtar, Rustam. 2008. Sinopsis Obstetri.
Jakarta : EGC.
Mohammad
Judha.
2012.
Asuhan
Pertumbuhan Kehamilan, Persalinan
Neonatus, Bayi dan Balita. Yogyakarta :
Nuha Medika.
Muslihatun, Wafi Nur. 2010. Asuhan
Neonatus Bayi dan Balita. Yogyakarta :
Fitramaya.
Notoatmodjo, S. 2010. Metedologi Penelitian
Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Nursalam. 2009. Proses dan Dokumentasi
Keperawatan Konsep dan Praktik. Jakarta
: Media Aesculapius.
Prawirohardjo,
Sarwono.
2012.
Ilmu
Kebidanan. Jakarta : YBPSP.
Proverawati,
Imawati.
2010
BBLR.
Yogyakarta : Nuha Medika.
Rekam Medik RSUD Salatiga. 2013.
Surasmi, Astrining. 2003. Perawatan Bayi
Resiko Tinggi. Jakarta : EGC.
Varney, Hellen. 2007. Varney’s Midwifery
Third Edition. Baston : Jones and Bartles.
Winkjosastro H, 2007. Kapita Selekta
Kedokteran, Jakarta : Media Aesulapsus.
Wong, D. 2004. Pedoman Klinis Perawat
Pediatrik. Jakarta : EGC.
ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR DENGAN BERAT BAYI LAHIR RENDAH DI RSUD SALATIGA
7
ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR DENGAN BERAT BAYI LAHIR RENDAH
DI RSUD SALATIGA
ARTIKEL
Disusun Oleh :
EKA INDAH SITI KURNIAWATI
0111419
AKADEMI KEBIDANAN NGUDI WALUYO
UNGARAN
2014
ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR DENGAN BERAT BAYI LAHIR RENDAH DI RSUD SALATIGA
8
Download