HASIL PENELITIAN Komorbiditas Nyeri pada Pasien Lanjut Usia Rizaldy Pinzon Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana/ RS Bethesda, Yogyakarta, Indonesia ABSTRAK Latar belakang: Kondisi komorbiditas menyebabkan penggunaan obat jamak pada pasien lanjut usia dengan keluhan nyeri. Hal tersebut dapat meningkatkan risiko munculnya efek samping obat. Obat analgesik pada lanjut usia dapat mempengaruhi jantung, ginjal, otak, dan sistem gastrointestinal. Tujuan penelitian ini adalah mengukur prevalensi kondisi komorbiditas pada pasien lanjut usia dengan nyeri neuromuskuler. Metode: Penelitian potong lintang dengan metode sampling konsekutif. Subjek penelitian adalah pasien lanjut usia dengan nyeri neuromuskuler yang berobat ke poliklinik saraf RS Bethesda Yogyakarta periode Februari 2013-April 2013. Penilaian nyeri terstandar dilakukan pada semua pasien. Hasil: Data diperoleh dari 96 pasien lanjut usia (> 60 tahun), 52 laki-laki dan 44 perempuan. Kondisi nyeri neuromuskuler yang umum dijumpai adalah nyeri leher, nyeri lengan/ tungkai, dan nyeri punggung bawah. Sebagian besar pasien memiliki derajat nyeri sedang. Kondisi medis yang umum dijumpai adalah ulkus peptikum dan tekanan darah tinggi. Kondisi komorbiditas nyeri harus dipertimbangkan dalam tatalaksana nyeri. Simpulan: Sebagian besar pasien nyeri berusia lanjut memiliki kondisi komorbiditas. Kondisi ini harus dipertimbangkan dalam diagnosis dan tatalaksana nyeri. Kata kunci: Nyeri, komorbiditas medis, lanjut usia ABSTRACT Background: Comorbidities in older adults lead to the use of multiple drugs, which is associated with an increased occurrence of adverse drug reaction. Analgesic drugs used in elderly may affect heart, kidney, brain, and GI tract. The aim of this study is to measure the prevalence of comorbidities conditions in elderlies with neuromuscular pain. Method: Cross sectional study with consecutive sampling method was used in this study. The subjects are elderly who came to neurology clinic from February 2013-April 2013 with neuromuscular pain condition. Standardized pain assessment was used in all patients. Result: The data were obtained from 96 elderly patients (age > 60 years old), consist of 52 male and 44 female. The most common neuromuscular problems are cervical pain, arm/ leg pain, and low back pain. Majority of patients come with moderate pain intensity. Medical comorbidities are very common, the most common are active peptic ulcer and high blood pressure. The presence of medical comorbidities should be taken into account in pain management. Conclusion: Majority of elderly pain patients suffered from other medical comorbidities. Coexisting conditions should be considered in diagnosis and therapy. Rizaldy Pinzon. Comorbidities among Elderlies with Pain Problem. Keywords: Pain, medical comorbidities, elderly PENDAHULUAN Nyeri neuromuskuler merupakan salah satu kondisi medis yang paling umum dijumpai pada lanjut usia. Populasi lanjut usia memiliki berbagai kondisi medis yang harus menjadi pertimbangan dalam melakukan tatalaksana nyeri.1 Penelitian terdahulu memperlihatkan bahwa 82% pasien lanjut usia memiliki minimal satu kondisi medis yang harus dipertimbangkan dalam memilih terapi nyeri.2 Dokter yang memeriksa seorang pasien lanjut usia harus menanyakan kondisi medis komorbiditas. Komorbiditas tersebut dapat berinteraksi dengan obat anti-nyeri, meningkatkan risiko efek samping, dan Alamat korespondensi mempengaruhi farmakokinetik obat antinyeri.3 Penelitian memperlihatkan bahwa populasi lanjut usia lebih banyak mengonsumsi obatobatan daripada dewasa muda.4 Hal tersebut memudahkan munculnya dampak potensiasi efek samping obat anti-nyeri. Kondisi lanjut usia juga menyebabkan penurunan fungsi organ ginjal dan hati yang merupakan alat metabolisme tubuh utama,5 sehingga memerlukan penyesuaian dosis obat antinyeri. Penelitian kondisi komorbiditas nyeri neuromuskuler pada lanjut usia masih sangat terbatas. Tujuan penelitian ini adalah mengukur prevalensi kejadian penyakit komorbiditas pada pasien lanjut usia yang datang dengan keluhan nyeri neuromuskuler. Kajian mendalam dilakukan untuk melihat kemungkinan interaksi obat, potensi efek samping, dan pertimbangan pemilihan obat anti-nyeri. METODE Metode penelitian adalah potong lintang. Subjek penelitian adalah pasien lanjut usia (>60 tahun) di poliklinik saraf RS Bethesda, Yogyakarta, antara Februari 2013 sampai dengan April 2013 dengan keluhan nyeri neuromuskuler (nyeri punggung bawah, email: [email protected] CDK-226/ vol. 42 no. 3, th. 2015 173 HASIL PENELITIAN nyeri tengkuk, nyeri lengan/ tungkai). Data dikumpulkan secara konsekutif. Pasien nyeri kepala tidak dimasukkan dalam penelitian ini. Pasien dengan gangguan komunikasi juga tidak diikutkan pada penelitian ini. Digunakan lembar assessment nyeri yang meliputi hal-hal berikut: (1) penilaian intensitas nyeri dengan Visual Analogue Scale, (2) daftar pertanyaan tentang kondisi komorbiditas, (3) obat-obat lain yang digunakan. Kondisi komorbiditas yang ditanyakan: (1) tekanan darah tinggi, (2) penyakit jantung, (3) kencing manis, dan (4) gastritis/dispepsia. Anamnesis dikonfirmasi dengan hasil pemeriksaan fisik, telaah catatan rekam medis, dan obat-obat rutin yang digunakan. Data ditampilkan dalam bentuk tabel dan grafik yang diolah dengan paket program statistik. HASIL Data diperoleh dari 96 subjek penelitian, 52 laki-laki dan 44 perempuan. Usia rerata subjek Tabel 1. Proporsi penyakit penyerta pada pasien dengan nyeri neuromuskuler (n=96) Kondisi penyerta Jumlah Persentase Hipertensi 8 8,3% Riwayat sakit jantung dan stroke 6 6,3% Diabetes 6 6,3% Dispepsia/gangguan lambung 28 29,2% Lainnya 4 4,1% Tidak ada kondisi penyerta 44 45,8% penelitian adalah 64,4±6,4 tahun. Kondisi nyeri neuromuskuler yang paling sering dijumpai adalah nyeri lengan/tungkai, nyeri tengkuk, dan nyeri punggung bawah. Proporsi terbesar pasien datang dengan intensitas nyeri sedang (VAS 4-6), yaitu 60%. Kondisi komorbiditas dijumpai pada 52 pasien (54%); yang paling sering adalah gastritis/ dispepsia dan tekanan darah tinggi. PEMBAHASAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari separuh pasien lanjut usia yang menderita nyeri neuromuskuler memiliki kondisi komorbiditas. Hal ini sesuai dengan beberapa kajian terdahulu yang memperlihatkan bahwa kondisi komorbiditas ditemukan pada kurang lebih 2/3 pasien nyeri yang berusia lanjut.1,2,3 Penatalaksanaan nyeri yang optimal adalah mengurangi rasa nyeri dengan signifikan dan dengan efek samping seminimal mungkin.6 Penatalaksanaan nyeri pada populasi lanjut usia lebih kompleks mengingat kebanyakan pada lanjut usia fungsi metabolismenya sudah menurun, menderita berbagai penyakit, dan mengonsumsi obat. Obat antiinflamasi non-steroid sangat sering digunakan dalam tatalaksana nyeri, namun penggunaan pada populasi lanjut usia harus dibatasi Tabel 2. Potensi efek samping obat anti-nyeri pada populasi lanjut usia8-10 Obat Grafik 1. Kondisi medis yang menjadi alasan berobat Potensi efek samping OAINS Gagal jantung Hipertensi Gagal ginjal Ulkus peptikum Selective Cox Inhibitor Gagal jantung Gagal ginjal Stroke Opioid Konstipasi Retensi urin Anti-depresan trisiklik Aritmia jantung mengingat potensi efek samping yang lebih besar. Hal tersebut berlaku pula bagi analgetik adjuvan (misalnya: anti-depresan trisiklik) yang dapat menimbulkan aritmia jantung dan risiko jatuh. Potensiasi efek samping sedasi akan lebih mudah dijumpai pada kombinasi opiat dengan golongan antiparkinson pada lanjut usia. Golongan selective Cox inhibitor dikatakan memiliki efek samping gastrointestinal lebih minimal, namun memiliki risiko efek samping kardiovaskuler lebih besar. Berbagai rekomendasi membatasi penggunaan selective Cox-Inhibitor pada pasien dengan penyakit kardiovaskuler7-9 (tabel 2). Berbagai kondisi medis selain nyeri pada lanjut usia (hipertensi, diabetes, riwayat stroke, osteoporosis), mengharuskan populasi ini untuk mengonsumsi berbagai obat. Pada kondisi nyeri neuromuskuler, pemilihan obat anti-nyeri harus mempertimbangkan interaksi dengan obat-obat lain. Pada seorang penderita stroke yang menggunakan antiplatelet (misalnya: aspirin dosis rendah), penambahan OAINS akan meningkatkan risiko perdarahan saluran cerna.12 Tabel 3 memperlihatkan potensi interaksi obat yang dapat merugikan. Beberapa penelitian terdahulu mengukur prevalensi komorbiditas pada pasien sindrom nyeri neuromuskuler. Penelitian Leite, dkk.13 pada 91 orang pasien osteoartritis memperlihatkan bahwa hipertensi ditemukan pada 75,7% kasus, dan dislipidemia pada 52,6% kasus. Hal serupa ditunjukkan oleh penelitian Al Ghamdi14 pada 116 pasien rheumatoid arthritis yang menunjukkan bahwa komorbiditas yang umum dijumpai adalah hipertensi (53%), diabetes (43%), dan obesitas (36%). Gangguan sistem gastrointestinal juga umum Tabel 3. Potensi merugikan akibat interaksi obat anti-nyeri8-11 (n=96) ( ) Obat anti-nyeri OAINS Opioid Obat yang berinteraksi Dampak Aspirin dosis rendah Toksisitas gastrointestinal, trombosis Alendronate Efek gastrointestinal Methotrexate Efek gastrointestinal, hematologik Warfarin Perdarahan Penghambat saluran kalsium Antikolinergik Obat anti-parkinson Konstipasi, ileus paralitik Tranquilizer Delirium Pregabalin ACE inhibitor Angioedema Grafik 2. Proporsi intensitas nyeri pada kelompok studi Pregabalin/ gabapentin Tranquilizer Delirium, mudah jatuh (n=96) Anti-depresan trisiklik Amiodarone Aritmia jantung 174 CDK-226/ vol. 42 no. 3, th. 2015 HASIL PENELITIAN dijumpai sebagai komorbiditas pada pasien dengan nyeri muskuloskeletal. Penelitian kasus kontrol Kadam, dkk.15 menunjukkan bahwa kejadian gastritis umum dijumpai bersamaan dengan kondisi osteoartritis dibandingkan dengan kelompok kontrol (OR: 1,98, 95% CI:1,46-2,68). Hasil serupa juga ditunjukkan pada penelitian kasus kontrol Chan, et al,16 yang memperlihatkan bahwa gangguan gastrointestinal dan kardiovaskuler secara bermakna lebih umum dijumpai pada pasien osteoartritis yang berusia lanjut. Penelitian Marks, et al,17 menunjukkan bahwa 55% pasien dengan osteoartritis panggul memiliki minimal 1 komorbiditas penyerta. Hipertensi merupakan kondisi komorbiditas yang paling umum dijumpai (65%). Pertanyaan mendasar adalah “apakah kondisi komorbiditas mempengaruhi perjalanan penyakit nyeri muskuloskeletal?” Jawaban pertanyaan kritis tersebut adalah ya. Penelitian van Dijk, et al,18 pada 288 pasien dengan osteoartritis memperlihatkan bahwa kondisi komorbiditas mempengaruhi intensitas nyeri dan kualitas hidup yang buruk. Kajian Gabriel dan Michaud19 menunjukkan bahwa kondisi komorbiditas memberikan dampak pada luaran yang buruk pada pasien dengan artritis. Kematian lebih banyak dijumpai secara bermakna pada pasien artritis yang mengalami komorbiditas kardiovaskuler. Pertanyaan kritis lain adalah “apakah kondisi komorbiditas akan mempengaruhi pemberian terapi pada pasien nyeri muskuloskeletal?” Jawaban pertanyaan tersebut adalah ya. Perubahan kondisi fisiologis dan kondisi komorbiditas pada lanjut usia menyebabkan penatalaksanaan nyeri pada populasi ini menjadi lebih kompleks. Interaksi obat anti-nyeri dengan obat-obat lain yang sedang dikonsumsi memungkinkan munculnya efek samping. Efek samping yang paling sering dilaporkan adalah gangguan gastrointestinal, renal, ketidakseimbangan elektrolit, gangguan endokrin, dan gangguan kulit.12 Kajian Taubert20 menyebutkan penggunaan obat anti-inflamasi non-steroid pada pasien dengan komorbiditas gangguan kardiovaskuler secara bermakna meningkatkan risiko serangan vaskuler ulang dan kematian dini. Penggunaan anti-inflamasi non-steroid dan obat penghambat COX2 yang selektif harus sangat dibatasi pada pasien-pasien yang memiliki riwayat penyakit kardiovaskuler atau faktor risiko vaskuler yang tinggi.21 Kelemahan penelitian ini adalah desain potong lintang tanpa periode follow up. Peneliti tidak mengukur dampak jangka panjang komorbiditas terhadap nyeri kronik yang dialami oleh pasien. Penelitian serupa di Indonesia masih cukup terbatas dan perlu dilakukan lebih luas di masa mendatang. Praktisi medis harus mempertimbangkan kondisi komorbiditas dan kemungkinan interaksi obat dalam pemilihan obat analgesik pada lanjut usia untuk memperoleh hasil optimal dengan efek samping yang minimal. SIMPULAN Penelitian memperlihatkan bahwa komorbiditas umum dijumpai pada pasien lanjut usia yang berobat dengan keluhan nyeri. Adanya penyakit komorbid harus menjadi bahan pertimbangan dalam pemilihan terapi, berkaitan dengan potensi interaksi obat dan efek samping. DAFTAR PUSTAKA 1. Fortin M, Bravo G, Hudon C, Vanasse A, Lapointe L. Prevalence of multimorbidity among adults seen in family practice. Ann Fam Med. 2005;3:223-8. 2. Wolff JL, Starfield B, Anderson G. Prevalence, expenditures, and complications of multiple chronic conditions in the elderly. Arch Intern Med. 2002;162;2269-76. 3. Kaufman DW, Kelly JP, Rosenberg L, Anderson TE, Mitchell AA. Recent patterns of medication use in the ambulatory adult population of the United States: The slone survey. JAMA. 2002 Jan 16;287:337-44. 4. Qato DM, Alexander GC, Conti RM, Johnson M, Schumm P, Lindau ST. Use of prescription and over the counter medications and dietary supplements among older adults in the United States. JAMA. 2008 Dec 24; 300:2867-78. 5. 6. Cusack BJ. Pharmacokinetics in older person. Am J Geriatr Pharmacother. 2004;2:274-302. Guwitz JH, Fields TS, Harrold LR, Rothschild J, Debellis K, Seger AC. Incidence and preventability of adverse drug events among older persons in the ambulatory setting. JAMA. 2003 Mar 5;289:1107-16. 7. Guwitz JH, Fields TS, Avorn J, McCormick D, Jain S, Eckler M. Incidence and preventability of adverse drug events in nursing homes. Am J Med. 2000;109:87-94. 8. Brouwers JR, de Smet PA. Pharmacokinetic-pharmacodynamics drug interactions with nonsteroidal anti inflammatory drugs. ClinPharmocokinet. 1994;27:462-85. 9. McLeod PJ, Huang AR, Tamblyn RM, Gayton DC. Defining inappropriate practices in prescribing for elderly people: A national consensus panel. CMAJ. 1997 Feb 1;156:385-91. 10. Linblad CI, Artz MB, Pieper CF, Sloane RJ, Hajjar ER, Ruby CM. Potential drug-disease interactions in frail: Hospitalized elderly patients. Ann Pharmacother. 2005;39:412-7. 11. Bowie MW, Slattum PW. Pharmacodynamics in older adults: A review. Ann J Geriatr Pharmacother. 2007;5:263-303. 12. Strassels SA, McNiol E, Suleman R. Pharmacotherapy of pain in older adults. Clin Geriatr Med. 2008;24:275. 13. Leite AA, Costa AJG, de Lima BAM, Padilha AV, Albuquerque EC, Marques CD. Comorbidities in patients with osteoarthritis: Frequency and impact of pain and physical function. Rev Bras Reumatol. 2011; 51(2):113-23. 14. Al Ghamdi AA. The co-morbidities and mortality rate among rheumatoid arthritis patients at the western region of Saudi Arabia. JKAU Med Sci. 2009;16(3):15-29. 15. Kadam UT, Jordan K, Croft PR. Clinical comorbidity in patients with osteoarthritis: A case control study of general practice consulters in England and Wales. Ann Rheum Dis. 2004;63:408-14. 16. Chan KW, Ngai HY, Ip K, Lam KH, Lai WW. Co-morbidities of patients with knee osteoarthritis. Hong Kong Med J. 2009;15:168-72. 17. Marks R, Allegrante JP. Comorbid disease profile of adults with end stage hip osteoarthritis. Med Sci Monit. 2002;8(4):305-9. 18. Van Dijk GM, Veenhof C, Schellveis F, Hulsmans H, Bakker JP, Arwert H, et al. Comorbidity, limitations in activities and pain in patients with osteoarthritis of the hip or knee. BMC Muskuloskeletal Disorder 2008 Jun 26;9(95). 19. Gabriel SE, Michaud K. Epidemiological studies in incidence, prevalence, mortality, and comorbidity of the rheumatic diseases. Arthritis Res. and Ther. 2009;11:229. 20. Taubert KA. Can patients with cardiovascular disease take non steroidal anti inflammatory drugs? Circulation 2008;117: 322-4. 21. Antman EM, Bennett JS, Daugherty A, Furberg C, Roberts H, Taubert KA. Use of nonsteroidal anti-inflammatory drugs: An update for clinicians: A scientific statement from the American Heart Association. Circulation 2007;115:1634-42. CDK-226/ vol. 42 no. 3, th. 2015 175