BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehamilan merupakan siklus yang normal dalam kehidupan perempuan dan pasangan untuk melanjutkan keturunan. Proses tersebut sering dianggap sebagai simbol dari feminitas perempuan. Hal ini seringkali menjadi kebahagiaan bagi pasangan karena mereka akan mengalami perubahan peran sebagai orang tua. Namun selama kehamilan terjadi perubahan-perubahan yang dikombinasi oleh mitos, sosial budaya, agama, dan moral (Budiarti, 2010). Pada perempuan hamil, terjadi perubahan pada fisik maupun psikologisnya, karena ketidakseimbangan hormon estrogen dan progresteron. Pada perubahan fisik, wanita merasa tidak percaya diri dengan penampilannya, dan mengurangi kenyaman aktivitas seksual pasangan. Perubahan psikologis menyebabkan perubahan mood dengan mudah dan meningkatkan sensitivitas terhadap orang lain. Wanita hamil menjadi lebih mudah menangis, marah, dan gembira yang muncul bergantian karena suatu provokasi atau tanpa provokasi. Rasa takut terhadap nyeri saat berhubungan seksual dan melahirkan, menjadi penyebab berubahnya kuantitas dan kualitas aktivitas seksual (Bobak, Lowdermilk, & Jensen, 2005). Menurut Kinsey (1995), kuantitas seksual dinilai dari banyaknya frekuensi berhubungan seksual dalam setiap minggu. Sedangkan kualitas seksual meliputi: permulaan, gairah, orgasme, kepuasan, kesulitan, nyeri saat penetrasi, fungsi seksual pria. 1 2 Perubahan aktivitas seksual pada suami mengalami perubahan dari segi kepuasan dan fungsi seksualnya. Suami dengan masa kehamilan pasangan tidak mengalami masalah dan merasa puas dalam kegiatan seksual mereka, walaupun sebagian besar mengalami gangguan pada dorongan seksual dan ereksi mereka. Hal ini dapat disebabkan oleh stres yang tinggi, perubahan fisik dan psikologis pasangan, serta kurangnya informasi terkait seksualitas selama kehamilan (Cedli, 2012). Perubahan fisiologis dan psikologis selama kehamilan menyebabkan perubahan dalam aktivitas seksual. Serati et al (2010) dan Johnson (2011) melakukan review artikel yang menjelaskan bahwa terjadi penurunan seksualitas selama proses kehamilan. Pada penelitian yang dilakukan Yangin dan Eroglu (2011), perubahan perilaku seksual selama kehamilan diakibatkan oleh ketidaknyamanan secara fisik, percaya bahwa hubungan seksual akan membahayakan janin, mitos, dosa menurut agama, dan rekomendasi tenaga medis karena kehamilan beresiko (plasenta previa, riwayat kehamilan prematur, ancaman keguguran, pendarahan vagina, dan penyakit menular seksual). Ibu hamil dan pasangannya kadang menanyakan tentang seksualitas selama kehamilan dan konsekuensinya. Petugas kesehatan perlu melakukan konseling terkait hal tersebut kepada pasangan. Kegiatan seksual yang terjadi selama kehamilan memiliki frekuensi yang sangat bervariasi dan cenderung menurun sejalan dengan bertambahnya usia kehamilan. Penurunan aktivitas seksual dapat disebabkan oleh faktor morning sickness pada awal kehamilan, kecemasan 3 terjadinya kecacatan janin dan keguguran, kecemasan terjadinya infeksi vagina, dan ketidaknyamanan karena perubahan fisik (Claire, Crytal, & Farine, 2011). Hal tersebut didukung oleh penelitian Samutri (2011) di Puskesmas Tegalrejo Yogyakarta bahwa terdapat penurunan penurunan aktivitas seksual ibu pada aspek biologis, fisik, dan emosional sejalan dengan bertambahnya usia kehamilan. Pada aspek biologis yaitu frekuensi dan aspek fisik menurun secara signifikan selama trimester 2 dan 3. Pada aspek emosional yaitu kepuasan, penurunan signifikan selama trimester 1 dan 3. Responden yang memperoleh informasi tentang aktivitas seksual selama kehamilan sebanyak 35,9% persen. Hasil yang berbeda ditunjukkan pada penelitian yang dilakukan Jamali dan Mosalanejad (2013) di Iran, dengan hasil pada trimester pertama hasrat seksual cenderung menurun, tetapi tidak signifikan. Hal ini dipengaruhi oleh mual, muntah, nyeri, dan perubahan mood pada awal kehamilan sehingga menurunkan gairah seksual. Pada trimester kedua aktivitas seksual cenderung naik karena peningkatan hormonal dan aliran darah ke area pelvis yang menyebabkan area kelamin menjadi sensitif dan terjadinya orgasme pertama kali saat kehamilan. Pada trimester ketiga aktivitas seksual menurun secara signifikan karena perubahan tubuh yang menonjol dan menyebabkan ketidaknyamanan saat berhubungan. Ketakutan terhadap kesehatan janin juga menyebabkan penurunan pada trimester ini. Kebutuhan keintiman dan seksualitas termasuk dalam kebutuhan holistik manusia secara biologis yang harus dipenuhi. Namun jarang sekali pasien membicarakan tentang keintiman dan seksualitasnya. Karena dalam segi ini ada 4 pemikiran bahwa hal ini adalah sesuatu yang tabu. Sebagai perawat, mempunyai tanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan dasar pasien (Steven, Bordui, & Weide, 2005). Di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2013 terdapat ibu hamil sebanyak 617.067 jiwa dengan proporsi ibu hamil yang melakukan antenatal care (ANC) sebesar 99,0% dan cakupan ANC K4 79,7 persen pada tahun tersebut (Riskesdas, 2013). Dari data Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo tahun 2013, jumlah ibu hamil sebanyak 14.966 jiwa dengan cakupan ANC K4 88,1% (Pradana, 2014). Hasil survey Puskesmas daerah Kabupaten Sukoharjo 1 tahun sampai Maret 2015, ibu hamil terbanyak di Puskemas Mojolaban terdapat 1.501 dan kedua di Puskesmas Baki terdapat 1.045 ibu hamil. Di Puskesmas Mojolaban sebagian petugas kesehatan telah memberikan konseling mengenai aktivitas seksual selama kehamilan, sedangkan di Puskesmas Baki belum pernah dilakukan konseling dan penyuluhan mengenai hal tersebut pada pasangan hamil. Berdasarkan hasil wawancara terhadap beberapa ibu hamil yang melakukan ANC di Puskesmas Baki Sukoharjo, terjadi perubahan aktivitas seksual antara sebelum dan selama kehamilan. Ibu hamil bingung apakah hubungan seksual selama kehamilan berbahaya atau tidak, namun merasa malu untuk menanyakan hal tersebut. Bidan petugas puskesmas menyatakan bahwa konseling tentang aktivitas seksual selama kehamilan hanya diberikan kepada ibu yang menanyakan hal tersebut. Dari hasil penelitian sebelumnya, dan untuk menyempurnakan penelitian yang belum menyertakan sub variabel suami, penulis merasa tertarik untuk 5 memilih topik penelitian perubahan aktivitas seksual dengan menyertakan suami sebagai responden untuk menurunkan recall bias. B. Rumusan Masalah Kehamilan adalah proses untuk melanjutkan keturunan dan mempertahankan generasinya. Kehamilan menyebabkan perubahan baik secara fisiologis dan psikologis sehingga mempengaruhi aktivitas seksual pasangan baik secara kualitas maupun kuantitas. Sehubungan dengan uraian tersebut, rumusan masalah dari penelitian ini adalah: Adakah perubahan aktivitas seksual pada pasangan sebelum dengan selama kehamilan? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan aktivitas seksual pada pasangan ibu hamil dan suami sebelum dengan selama kehamilan. 2. Tujuan khusus a. Untuk mengetahui perubahan kuantitas aktivitas seksual (frekuensi aktivitas seksual dalam seminggu) pasangan ibu hamil dan suami sebelum dengan selama kehamilan b. Untuk mengetahui perubahan kualitas aktivitas seksual (permulaan, gairah, orgasme, kepuasan, kesulitan, nyeri saat penetrasi, fungsi seksual pria) pasangan ibu hamil dan suami sebelum dengan selama kehamilan D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pendidikan keperawatan, perawat dan tenaga medis, institusi pelayanan, pasangan ibu hamil dan suami, dan peneliti. 6 1. Manfaat teoritis a. Pendidikan keperawatan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi dan pengetahuan peserta didik tentang perubahan pola aktivitas seksual saat kehamilan. Sehingga peserta didik dapat memberikan informasi yang tepat mengenai seksualitas selama kehamilan dengan menggunakan metode yang tepat. Bagi institusi pendidikan dapat digunakan untuk pengembangan kurikulum khususnya pada keperawatan maternitas. 2. Manfaat praktis a. Perawat. Ibu hamil maupun suami cenderung malu untuk melakukan konseling tentang seksualitas selama kehamilan. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan perawat dan tenaga medis dalam memberikan edukasi mengenai seksualitas selama kehamilan pada pasangan. b. Institusi pelayanan. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pembuatan buku panduan untuk konseling seksual selama kehamilan sehingga dapat meningkatkan pengetahuan pemberi pelayanan maupun pasangan pada masa kehamilan dan sebagai acuan penyuluhan tentang seksualitas selama kehamilan. c. Pasangan ibu hamil dan suami. Hasil penelitian ini dapat menambah informasi yang tepat bagi ibu hamil dan suami tentang aktivitas seksual selama kehamilan. 7 d. Peneliti. Hasil penelitian diharapkan dapat sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya dengan variabel yang lain, dan dapat dijadikan Evidence Based Practice untuk perubahan aktivias seksual selama kehamilan pada pasangan selama kehamilan E. Keaslian Penelitian a. Wannakosit dan Phupong (2010) “Sexual Behavior in Pregnancy: Comparing between Sexual Education Group and Nonsexual Education Group” yang dilakukan di klinik antenantal Departement of Obstetrics and Gynecology, Faculty of Medicine, Chulangkorn University, Bangkok, Thailand. Metode yang digunakan adalah analitik kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Subjek penelitian 71 responden dengan umur gestasi 14-27 minggu). Kuesioner berisi pertanyaan sosiodemografi, graviditas, paritas, perilaku seksual sebelum kehamilan dan selama kehamilan, dan pertanyaan tentang sikap dan sumber informasi aktivitas seksual selama kehamilan. Hasilnya tidak ada perbedaan perilaku seksual selama kehamilan pada kelompok dengan pendidikan seksual dan kelompok tanpa pendidikan seksual. Perbedaan dengan penelitian ini, dalam metode yaitu deskriptif komparatif, instrumen pengukuran menggunakan PSRI dan BSFI, subjek penelitian pada ibu hamil dan pasangan di Puskesmas Baki Sukoharjo, dan kultur Indosesia yang masih tabu untuk membicarakan masalah seksualitas. Persamaan dengan penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional dan variabel aktivitas seksual selama kehamilan. 8 b. Bello et al (2011) melakukan penelitian tentang “Effect of Pregnancy and Childbirth on Sexual of Women in Ibadan, Nigeria”. Metode yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Subjek penelitiannya 375 pasien antenatal pada fasilitas kesehatan masyarakat di Ibadan. Instrumen yang digunakan adalah 55 item kuesioner dengan pertanyaan terbuka dan tertutup yang berisi tentang karakteristik demografi, riwayat kehamilan sebelumnya, persepsi aktivitas seksual selama kehamilan, dan pengalaman seksual selama kehamilan dan setelah melahirkan. Sebanyak 91% responden melakukan aktivitas sex selama hamil, namun terjadi penurunun aktivitas dan kepuasan seksual, perubahan cara maupun posisi selama kehamilan. Pendidikan sex selama kehamilan mampu meningkatkan adaptasi seksual mereka. Perbedaan dengan penelitian ini, instrumen pengukuran menggunakan PSRI dan BSFI, subjek penelitian pada ibu hamil dan pasangan di Puskesmas Baki Sukoharjo, dan kultur Indosesia yang masih tabu untuk membicarakan masalah seksualitas. Persamaan dengan penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan rancangan cross sectional dan variabel aktivitas seksual selama kehamilan. c. Yabgin dan Eroglu (2011) “Investigation of the Sexual Behavior of Pregnant Women Residing in Squatter Neighborhoods in Southwestern Turkey: A Qualitative Study”. Metode penelitian adalah deskriptif kualitatif dengan rancangan cross sectional. Subjek penelitian 26 wanita hamil sehat dengan usia kehamilan sampai 37 minggu. Penurunan aktivitas seksual diakibatkan oleh 9 beberapa faktor: 63% responden mengatakan tidak nyaman secara fisik saat berhubungan seksual, 58% percaya hubungan seksual akan membahayakan janin, 33% bahwa itu dosa menurut Islam, 25% percaya dengan mitos mengenai hubungan seksual selama kehamilan, dan 21% karena rekomendasi tenaga kesehatan. Perbedaan dengan penelitian ini, metode yang digunakan adalah kuantitatif, subjek penelitian pada ibu hamil dan pasangan di Puskesmas Baki Sukoharjo, dan kultur Indosesia yang masih tabu untuk membicarakan masalah seksualitas. Persamaan dengan penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional dan variabel aktivitas seksual selama kehamilan. d. Samutri (2011) melakukan penelitian tentang “Perubahan Aktivitas Seksual Selama Kehamilan di Puskesmas Tegalrejo Yogyakarta”. Metode yang digunakan adalah deskriptif komparatif dengan rancangan penelitian cross sectional. Subjek penelitian ibu hamil yang melakukan ANC di Puskesmas Tegalrejo Yogyakarta. Besar sampel 78 ibu hamil, yang diambil dengan quota sampling sehingga didapatkan quota 28 ibu hamil tiap trimester. Aktivitas seksual dinilai dari aspek biologis, psikologis, dan fisik. Instrumen yang digunakan adalah PSRI dan pertanyaan sumber informasi yang didapatkan ibu hamil tentang aktivitas seksual selama kehamilan diukur dengan skala nominal. Aspek biologis menurun pada tiap trimester, dan menurun secara signifikan pada trimester 2 dan 3. Aspek emosional menurun sejalan dengan usia kehamilan dan terdapat perbedaan yang signifikan pada trimester 1 dan 3. Aspek fisik menurun pada semua trimester, tapi penurunan signifikan pada 10 trimester 2 dan 3. Responden memperoleh informasi tentang aktivitas seksual selama kehamilan dari berbagai sumber, namun yang paling umum berasal dari dokter dan tenaga kesehatan lain (35,9%). Perbedaan dengan penelitian ini, subjek penelitian pada ibu hamil dan melibatkan suami di Puskesmas Baki Sukoharjo. Penambahan instrumen karakteristik responden dan BSFI untuk suami. Aktivitas seksual dinilai dari kuantitas dan kualitas. Persamaan dengan penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan rancangan cross sectional, variabel aktivitas seksual selama kehamilan, dan menggunakan instrumen PSRI dan item pertanyaan sumber informasi yang didapatkan ibu hamil tentang aktivitas seksual kehamilan. e. Cedli (2012) “Fungsi Seksual Suami Selama Masa Kehamilan Pasangan” yang dilakukan di Puskesmas Pasar Minggu dengan 40 responden diambil secara total sampling. Metode yang digunakan deskriptif sederhana. Subjek penelitian, suami yang memiliki pasangan istri 30 hari terakhir kehamilan. Instrumen yang digunakan adalah BSFI, The Index of Sexual Satisfaction, dan pertanyaan kriteria responden. Sebanyak 57,5% suami menyatakan puas dalam berhubungan seksual selama kehamilan, dan 82,5% fungsi seksualnya tidak terganggu. Perbedaan dengan penelitian ini, subjek penelitian pada ibu hamil dan melibatkan suami di Puskesmas Baki Sukoharjo. Penambahan instrumen PSRI dan item pertanyaan sumber informasi yang didapatkan ibu hamil tentang aktivitas seksual kehamilan. Aktivitas seksual dinilai dari kuantitas dan kualitas. Persamaan dengan penelitian ini menggunakan metode deskriptif, 11 variabel aktivitas seksual selama kehamilan, dan menggunakan instrumen BSFI dan pertanyaan karakteristik responden. f. Esmer et al (2013) melakukan penelitian “Female Sexual Function and Associated Factors During Pregnancy” di Turki. Metode penelitian menggunakan deskriptif, dengan kuantatif, dan rancangan penelitian cross sectional. Responden adalah 400 wanita subur hamil, dan 363 yang menyelesaikan kuesioner. Instrumen yang digunakan adalah FSFI. Terjadi penurunan frekuensi seiring usia kehamilan pada tiap-tiap trimester. Tidak ada perbedaan antara trimester 1 dan 2, dan mengalami perbedaan signifikan pada trimester 3. Pada trimester ketiga pasangan khawatir akan membahayakan kehamilan. Hanya 23,8% pasangan yang berkonsultasi dengan staf medis. Perbedaan dengan penelitian ini, subjek penelitian pada ibu hamil dan pasangan di Puskesmas Baki Sukoharjo, instrumen menggunakan PSRI dan BSFI, dan kultur Indosesia yang masih tabu untuk membicarakan masalah seksualitas. Persamaan dengan penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan rancangan cross sectional dan variabel aktivitas seksual selama kehamilan.