Peran Genetika Dalam Pemuliaan Ternak

advertisement
•Dasar
pewarisan sifat pada ternak
•Factor-faktor yang mempengaruhi fenotif ternak
•Genetika populasi



Apabila kita mengawinkan sapi Bali, maka anaknya
yang diharapkan adalah sapi Bali bukan sapi
madura. Demikian juga anaknya yang kita harapkan
adalah mirip dengan kedua orang tuanya.
Dengan demikian ada sifat-sifat baka yang
diturunkan oleh kedua orang tua kepada anaknya.
Sifat baka ini diwariskan dari generasi ke generasi.
Materi yang membawa sifat keturunan itu di sebut
gen. Gen terletak pada kromosom dan kromosom
terletak pada inti sel.


Tubuh ternak terdiri dari berjuta-juta sel. Sel tidak
dapat dilihat dengan mata telanjang tapi harus
dilihat dengan bantuan mikroskop. Didalam sel
terdapat inti sel dan didalam inti sel terdapat
kromosom.
Didalam kromosom terletak gen atau unit dasar
pembawa sifat kebakaan. Didalam kromosom, gen
gen terletak pada lokus.

Kromosom didalam inti selalu berpasangan.
Pasangan kromosom tersebut disebut kromosom se
homolog.

Sel yang mempunyai inti dimana kromosom tersebut
berpasangan disebut diploid (2n),
sedangkan apabila dalam sel tersebut hanya
terdapat setengah jumlah kromosom maka disebut
haploid (n).


Setiap jenis ternak mungkin mempunyai jumlah
kromosom yang berbeda.
Kromosom dapat dibedakan menjadi:
1. Kromosom tubuh (Autosom)
2. Kromosom kelamin (Sex)
Ada satu pasang kromosom kelamin dengan simbol
kromosom X dan kromosom Y. Kegunaan dari pada
kromosom ini yaitu menentukan jenis kelamin.

Penentuan jenis kelamin pada ternak mamalia dan
unggas berbeda.

Pada ternak mamalia misalnya sapi, domba, dan
kambing, ternak betina terdapat kromosom XX,
sedangkan pada ternak jantan XY.
Pada unggas keadaan ini terbalik, pada ternak
betina XY dan ternak jantan XX.

Untuk mempertahankan kehidupan, sel mengalami
pembelahan.
Ada dua macam pembelahan sel:
1. pembelahan mitosis
2. pembelahan miosis
Pembelahan mitosis umumnya terjadi pada sel tubuh.
Jumlah
kromosom
yang
dihasilkan
pada
pembelahan ini adalah sama dengan induknya yaitu
diploid (2n).
Pembelahan miosis biasanya terjadi pada sel kelamin.
Jumlah kromoson yang dihasilkan adalah haploid
(n). Sel ini disebut sel kelamin atau sel gamet.
Pada ternak jantan sel gamet disebut sperma dan
pada ternak betina disebut sel telur.
Ternak jantan dan betina menghasilkan sel kelamin
yang jumlah kromosomnya haploid (n).
Apabila mereka kawin atau terjadi fertilisasi antara sel
telur dan sperma, maka jumlah kromosom anaknya
adalah diploid



Suatu sifat pada ternak mungkin dipengaruhi oleh
banyak gen. Pengaruh keseluruhan dari gen-gen
pada suatu individu disebut genotip.
Genotip bisa disebut juga sebagai komposisi genetik
dari suatu individu yang berhubungan dengan
seluruh alel atau gen-gen yang dimilikinya.
Sedangkan fenotip adalah sifat yang tampak dari
luar yang merupakan ekspresi dari genotip dan
lingkungan.

Bentuk lain dari gen yang terletak pada kromosom
disebut „Allel“. Sebagaimana kromosom ,allel selalu
berpasangan dengan allel sejenis. Jika pada suatu
individu muncul allel yang sama maka maka individu
tersebut disebut individu „Homozigot“ dan jika
pasangan allelnya berbeda disebut „Heterozigot“.

Contoh: Bila ada sepasang allel A1 dan A2. Allel
pada suatu individu selalu berpasangan. Jika pada
suatu individu muncul allel A1 dan A1 atau A2 dan
A2 maka individu tersebut disebut individu
homozigot.

Jika pada individu tersebut muncul pasangan allel
A1 dan A2 maka individu tersebut disebut individu
heterozigot.
Allel-allel dalam kromoson selalu berinteraksi dalam
mengekspresikan sifat sifatnya.
 Interaksi allel-allel ini dapat kita bedakan menjadi:
1. Interaksi allel-allel pada kromosom yang sehomolog
2. Interaksi allel dengan allel lain pada kromosom
yang tidak sehomolog [epistasis]
3. Aksi gen-gen aditif

Untuk kelompok 1 dan 2 disebut ekspresi GEN NON
ADITIF
Sedangkan kelompok 3 disebut ekspresi GEN ADITIF

Suatu alel mungkin menutupi ekspresinya alel lain
pada kromosom yang sehomolog. Alel yang
menutupi disebut alel dominan, dan yang ditutupi
disebut alel resesif.

Tetapi pada suatu keadaan individu yang heterozigot
lebih unggul dari tetuanya yang homozigot, aksi gen
ini disebut over dominan. Sebaliknya apabila alel
dominan tidak bisa menutupi alel resesifnya dengan
sempurna, aksi ini disebut intermediate/ dominan
tidak sempurna
Contoh: Alel C pada sapi bisa menyebabkan warna
bulu merah. Alel pasangannya menyebabkan warna
kulit bulu putih. Alel pada individu selalu
berpasangan. Dengan demikian ada 3 kemungkinan
alel tersebut berpasangan :
 (1) CC
 (2) Cc
 (3) cc
Pasangan-pasangan alel tersebut disebut genotip,
sedangkan warna bulu yang bisa dilihat dari luar
disebut fenotip.
 Sapi ber genotip CC berwarna merah.
 Sapi bergenotip cc berwarna putih.
 Ada beberapa kemungkinan fenotip untuk genotip
Cc:
Jika fenotip Cc berwarna merah, C disebut dominan
lengkap.
 Jika Cc berwarna merah tua, C disebut over
dominan.
 Jika Cc berwarna rose, C disebut dominan tidak
lengkap/ intermediate.
Contoh 2 yaitu:
Sifat pertandukan
TT dan Ttmemunculan sifat tidak bertanduk
tt  muncul bertanduk.
Contoh 3 yaitu:


Warna kulit sapi FH (dominan lengkap)
Bila genotif BB atau Bb warna kulit hitam
Bila genotif bb  merah


Disamping berinteraksi dengan alel pada kromosom
yang sehomolog, alel dapat juga berinteraksi dengan
alel lain pada kromosom yang tidak sehomolog.
Interaksi ini disebut Epistatis.
Gen yang satu mungkin menutupi expresi gen yang
lain. Gen yang menutupi tersebut disebut gen
epistais dan yang tertutupi disebut hypostatis.

Epistasis-hipostasis adalah peristiwa dengan dua
faktor yang bukan pasangan alelnya dapat
mempengaruhi bagian yang sama dari suatu
organisme. Namun, pengaruh faktor yang satu
menutup ekspresi faktor lainnya.








Soal:
Pada penyilangan gandum berkulit biji hitam (HHkk) dengan
gandum berkulit biji kuning (hhKK), ternyata 100% pada F1
berkulit biji hitam. Tentukan rasio fenotif F2-nya?
Penyelesaian:
P1
:
HHkk (biji hitam)
><
hhKK (biji kuning)
Gamet :
Hk
hK
F1
:
HhKk (biji hitam) [artinya: H epistasis terhadap
K/k
P2
:
HhKk (biji hitam)
><
HhKk (biji hitam)
Gamet :
HK, Hk, hK, hk
HK, Hk, hK, hk
HK
Hk
hK
hk
HK
HHKK (biji
hitam)
HHKk (biji
hitam)
HhKK (biji
hitam)
HhKk (biji hitam)
Hk
HHKk (biji
hitam)
HHkk (biji hitam) HhKk (biji hitam)
hK
HhKK (biji
hitam)
HhKk (biji hitam)
hhKK (biji
kuning)
hhKk (biji
kuning)
hk
HhKk (biji hitam)
Hhkk (biji hitam)
hhKk (biji
kuning)
hhkk (putih)
Rasio fenotif F2: hitam : kuning : putih = 12 : 3 : 1
Hhkk (biji hitam)
EPISTASIS
merupakan interaksi antar gen yang bukan
pasangannya (gen yg berada pada lokus yang
berbeda). Nisbah fenotip pd epistasis biasanya tidak
sesuai dengan hasil yg diperoleh oleh Mendel.
Interaksi beberapa gen, dimana gen yang bersifat
menutup disebut (epistasis) dan gen yang bersifat
tertutupi (hipostasis).
Epistasis – hipostasis pertama kali ditemukan oleh
Nelson dan Ehle.
Interaksi gen bisa berupa gen-gen dominan (epistasis
dominan),
dan
jika
interaksi
terjadi
antar gen-gen resesif (epistasis resesif)



EPISTASIS DOMINAN
~ hasil temuan: Hasil persilangan warna kulit gandum hitam
dengan warna kuning
…mengahasilkan warna kulit gandum pada F1 semunya hitam
K : kuning, k : hijau
 P :Epistasis, p : tidak mengalahkan
EPISTASIS RESESIF
 pada warna
bulu tikus




Berdasarkan persilangan di atas, gen yang bersifat
menutup disebut epistasis, sedangkan gen yang
bersifat tertutupi disebut hipostasis,
sehingga perbandingan fenotip untuk epistasis
dominan = kulit hitam : kulit kuning : kulit putih = 12
: 3 : 1.
Sedangkan rasio fenotip untuk epistasis resesif
adalah 9 : 3 : 4


Dua alel mungkin mempunyai kekuatan yang sama
sehingga fenotip yang terbentuk dalam keadaan
heterozigot adalah diantara kedua induknya yang
homozigot. Aksi ini disebut aksi gen aditif.
Aksi gen aditif bisa antara alel pada kromosom yang
sehomolog atau antara alel pada kromosom yang
berlainan. Aksi gen ini banyak dijumpai pada sifat
kuantitatif.




Ekspresi gen aditif tidak menampakan perbedaan
fenotip yang mencolok sebagaimana ekspresi gen
non aditif
Dicontohkan beberapa pasang gen mempengaruhi
suatu sifat yang dapat diukur, mis bobot badan
Setiap gen besar memberikan kontribusi sebesar 10
unit bobot bdn, sedangkan gen kecil 5 unit.
Bila terdapat gen AaBBCCdd, maka fenotif bobot bdn
sebesar 50 + 15 = 65 unit.



Genotif yang lain
AABBCcDd akan mengekspresikan bobot bdn
sebesar 60 + 10 = 70.
Jelas bahwa ekspresi gen aditif bersifat
menambahkan.


Sejak abad ke 19, seorang ilmuwan Austria Groger
Johan Mandel melakukan berbagai percobaan pada
kacang ercis guna menyelidiki penurunan sifat.
Hasil-hasil percobaannya dipublikasikan pada tahun
1865 dan dinyatakan sebagai dasar ilmu keturunan
atau genetika.
Ada dua hal penting dari hasil percobaan Mandel :
1. Hukum segregasi ( pemisahan ) dari alel.
2. Hukum kebebasan memilih Pasangan.

Hukum 1: Pemisahan Alel.
Hukum ini menyatakan bahwa
“ alel yang berada pada kromosom mempunyai
peluang yang sama untuk berpisah dalam bentuk sel
kelamin (gamet). Dengan demikian sel kelamin
hanya mengandung satu alel saja.“
Hukum 2:
Setelah alel-alel berpisah, alel-alel tersebut
mempunyai kebebasan memilih pasangan jika
terjadi perkawinan.
Dengan demikian anak-anaknya kembali dalam
keadaan diploid.




Anak akan menerima satu alel dari sel kelamin
bapaknya (sperma) dan satu alel dari sel kelamin
induknya (sel telur).
Dengan demikian sianak akan memperoleh ½ sifat
dari bapaknya dan ½ dari induknya.
Tidak akan pernah terjadi seekor anak menerima
seluruh sifat dari bapaknya saja atau induknya saja.
Dominan lengkap
Misalkan warna bulu pada sapi Fries Holand
- ada yang belang putih hitam dan
- ada yang belang putih merah.
Setiap warna dipengaruhi oleh satu alel. Belang putih
hitam adalah dominan terhadap belang putih merah.
Alel untuk belang putih hitam diberi simbol H,
belang putih merah diberi simbol h.
Alel H dan h terletak pada satu diantara 30 pasang
kromosom.
Ada 3 kemungkinan kombinasi genotip pasangan
alel itu pada kromosom yang sehomolog.
Tiga kemungkinan kombinasi pasangan kromosom
sehomolog untuk alel H dan h.
 - Genotip HH disebut homozygot dominan
 - Genotip hh disebut homozygot resesif
 - Genotip Hh disebut heterozygot


Fenotip ternak tergantung pada tingkat dominasi.
Disini H dominan terhadap h.
Jadi ternak yang bergenotip HH dan Hh akan
berwarna belang putih hitam, dan
ternak yang bergenotip hh akan berwarna putih
merah
Kalau ternak yang bergenotip HH kawin dengan hh
maka anak yang akan lahir sebagai berikut :
 Ternak yang bergenotip HH akan membentuk satu
macam gamet yaitu H saja.
 Demikian juga ternak yang bergenotip hh akan
membentuk satu macam gamet h saja.
„Anak yang akan genotip Hh atau seluruh turunan
pertamanya (F1 atau Filial1) akan berwarna belang
putih hitam. Genotip anak pada F2 nya adalah: 1
HH, 2 Hh, 1 hh, sedangkan fenotip anaknya adalah 3
belang putih hitam dan 1 belang putih merah.“
Intermediate.
Intermediate terjadi jika alel yang dominan tidak
menutup penuh alel resesifnya, sehingga banyaknya
fenotip akan sebanding dengan genotipnya.
Contoh : Pada sapi Shorthorn ditemukan warna merah
dan putih. Hasil perkawinan dari kedua warna sapi
tersebut menghasilkan anak [F1]berwarna roan
( merah kelabu ).
Alel yang mewakili warna merah menutupi alel warna
putih tidak sempurna. Anak F2 perbandingan
genotip dan fenotipnya sama yaitu: 1 MM(merah), 2
Mm (roan), 1 mm (putih).


Pola pewarisan suatu sifat tidak selalu dapat dipelajari
melalui percobaan persilangan buatan. Pada tanaman
keras atau hewan-hewan dengan daur hidup panjang
seperti gajah, misalnya, suatu persilangan baru akan
memberikan hasil yang dapat dianalisis setelah kurun
waktu yang sangat lama. Demikian pula, untuk
mempelajari pola pewarisan sifat tertentu pada manusia
jelas tidak mungkin dilakukan percobaan persilangan.
Pola pewarisan sifat pada organisme-organisme
semacam itu harus dianalisis menggunakan data hasil
pengamatan langsung pada populasi yang ada.
Seluk-beluk pewarisan sifat pada tingkat populasi
dipelajari pada cabang genetika yang disebut genetika
populasi

untuk mempelajari pola pewarisan sifat
tertentu pada manusia jelas tidak mungkin
dilakukan percobaan persilangan. Pola
pewarisan sifat pada organisme-organisme
semacam itu harus dianalisis menggunakan
data hasil pengamatan langsung pada populasi
yang ada.
Mempelajari mekanisme pewarisan sifat pada
kelompok ternak yang besar yaitu populasi
 Populasi ternak : suatu sekelompok ternak dari
bangsa/species yg sama pada suatu tempat/daerah
tertentu, dimana antar anggota kelompok tsb saling
kawin
 Perbedaan individu dengan populasi:
1. Tempat dan lingkungan
2. Umur dan waktu
3. Genotipe

Diasumsikan ternak mempunyai:

Gen yang diploid (2 N)

Bereproduksi seara biseksual (jantan dan betina)
Setiap individu ternak mempunyai 2 lokus untuk setiap
pasang gen.
Mis: sepasang gen R dan r mengendalikan suatu sifat
kualitatif tertentu maka setiap individu hanya mempunyai
satu dari 3 kemungkinan genotipe yaitu RR, Rr dan rr.
Sebagai contoh, di dalam populasi tertentu terdapat
tiga macam genotipe, yaitu AA, Aa, dan aa. Maka,
proporsi atau persentase 3 genotipe tsb akan
menggambarkan susunan genetik populasi tempat
mereka berada.
Adapun nilai proporsi atau persentase genotipe
tersebut dikenal dengan istilah frekuensi genotipe.
Jadi, dapat didefinisikan bahwa frekuensi genotipe
adalah proporsi atau % individu di dalam suatu
populasi yang tergolong ke dalam genotipe
tertentu.



Frekuensi suatu gen ditandai dengan huruf p, dan
aleL nya dengan huruf q
Frekuensi gen R =p =Jumlah gen R/jumlah seluruh
gen R dan r
Frekuensi gen r = q= Jumlah gen r/jumlah seluruh
gen R dan r

Frekuensi genotipe= Jumlah ternak bergenotipe
tertentu/jumlah seluruh ternak

Frekuensi fenotipe= jumlah ternak berfnotipe
tertentu/jumlah seluruh ternak
Dalam suatu populasi ternak 150 ekor sapi
Shorthorn terdiri:
 90 ekor warna merah (dikendalikan sepasang gen
homozigot dominan)
 50 ekor warna roan (heterozigot)
 10 ekor warna putih (homozigot resesif)
Hitungah Frekuensi gen, genotipe dan fenotipe




Jumlah frekuensi alel di dalam populasi akan tetap
seperti frekuensi awal dengan syarat: populasi
besar,kawin acak, tidak ada mutasi, tidak ada
migrasi dan tidak ada seleksi alam ( semua genotipe
mempunyai kesempatan yang sama dalam
keberhasilan reproduksi
Proporsi gentipe pada generasi yang akan datang
akan bernilai sama seperti generasi
terdahulu/sebelumnya
Populasi dikatakan dalam keadaan
equilibrum/seimbang


ahli Matematika Inggris G.H. Hardy dan
seorang ahli Fisika Jerman W. Weinberg
secara terpisah mengembangkan model
matematika yang dapat menerangkan proses
pewarisan tanpa mengubah struktur
genetika di dalam populasi.
menyatakan bahwa jumlah frekuensi alel di
dalam populasi akan tetap seperti frekuensi
awal





Frekuensi alel (gen) dan genotipe dalam populasi
Jika dalam populasi terdapat 2 alel pada lokus
tunggal, alel dominan D dan alel resesif d, jika
frekuensi alel dominan dilambangkan dengan p,
maka frekuensi alel resesif dilambangkan dengan q
Maka p + q = 1
Pada reproduksi seksual, frekuensi setiap macam
gamet sama dengan frekuensi alel dalam populasi.
Jika gamet berpasangan secara acak, maka peluang
frekuensi homozigot DD= p², peluang frekuensi
homozigot dd=q², dan peluang heterozigot Dd= 2pq
Maka p² + 2pq + q² = 1
•
•
•
•
•
Contoh paling sederhana dapat terlihat pada
suatu lokus tunggal beralel ganda: alel yang
dominan ditandai A dan yang resesif ditandai a.
Kedua frekuensi alel tersebut ditandai p dan q
secara berurutan;
freq(A) = p; freq(a) = q; p + q = 1
Apabila populasi berada dalam kesetimbangan,
maka freq(AA) = p2 untuk homozigot AA dalam
populasi, freq(aa) = q2 untuk homozigot aa, dan
freq(Aa) = 2pq untuk heterozigot.
Jadi, freq genotip diharapkan pd generasi
berikutnya: p2AA + 2pqAa + q2aa = 1

Terdapat populasi kambing sejumlah 1500 ekor
tidak bertanduk (dominan) dan 50 ekor bertanduk
(resesif). Hitung frekuensi gen , genotipe dan jumlah
ternak yang homozigot dominan dan heterozigot

Untuk mempelajari pola pewarisan sifat pada tingkat
populasi terlebih dahulu perlu difahami pengertian
populasi dalam arti genetika atau lazim disebut juga
populasi Mendelian. Populasi mendelian ialah
sekelompok individu suatu spesies yang bereproduksi
secara seksual, hidup di tempat tertentu pada saat yang
sama, dan di antara mereka terjadi perkawinan
(interbreeding) sehingga masing-masing akan
memberikan kontribusi genetik ke dalam (gene pool),
yaitu sekumpulan informasi genetik yang dibawa oleh
semua individu di dalam populasi.

Deskripsi susunan genetik suatu populasi mendelian
dapat diperoleh apabila kita mengetahui macam
genotipe yang ada dan juga banyaknya masingmasing genotipe tersebut. Sebagai contoh, di dalam
populasi tertentu terdapat tiga macam genotipe,
yaitu AA, Aa, dan aa. Maka, proporsi atau persentase
genotipe AA, Aa, dan aa akan menggambarkan
susunan genetik populasi tempat mereka berada.

Adapun nilai proporsi atau persentase genotipe tersebut
dikenal dengan istilah frekuensi genotipe. Jadi, frekuensi
genotipe dapat dikatakan sebagai proporsi atau
persentase genotipe tertentu di dalam suatu populasi.
Dengan perkataan lain, dapat juga didefinisikan bahwa
frekuensi genotipe adalah proporsi atau persentase
individu di dalam suatu populasi yang tergolong ke
dalam genotipe tertentu. Pada contoh di atas jika
banyaknya genotipe AA, Aa, dan aa masing-masing 30,
50, dan 20 individu, maka frekuensi genotipe AA = 0,30
(30%), Aa = 0,50 (50%), dan aa = 0,20 (20%).

Susunan genetik suatu populasi ditinjau dari gengen yang ada dinyatakan sebagai frekuensi gen,
atau disebut juga frekuensi alel, yaitu proporsi atau
persentase alel tertentu pada suatu lokus. Jika kita
gunakan contoh perhitungan frekuensi genotipe
tersebut di atas, maka frekuensi alelnya dapat
dihitung sebagai berikut.
AA Aa aa Total
Banyaknya individu 30 50 20 100
Banyaknya alel A
60 50 110
Banyaknya alel a
50 40 90

Karena di dalam tiap individu AA terdapat dua buah
alel A, maka di dalam populasi yang mempunyai 30
individu AA terdapat 60 alel A. Demikian juga,
karena tiap individu Aa membawa sebuah alel A,
maka populasi yang mempunyai 50 individu Aa akan
membawa 50 alel A. Sementara itu, pada individu aa
dengan sendirinya tidak terdapat alel A, sehingga
secara keseluruhan banyaknya alel A di dalam
populasi tersebut adalah 60 + 50 + 0 = 110

Dengan cara yang sama dapat dihitung banyaknya
alel a di dalam populasi, yaitu 0 + 50 + 40 = 90.
Oleh karena itu, frekuensi alel A = 110/200 = 0,55
(55%), sedang frekuensi a = 90/200 = 0,45 (45%).

Hubungan matematika antara frekuensi genotipe
dan frekuensi alel
Seandainya di dalam suatu populasi terdapat
genotipe AA, Aa, dan aa, masing-masing dengan
frekuensi sebesar P, H, dan Q, sementara diketahui
bahwa frekuensi alel A dan a masing-masing adalah
p dan q, maka antara frekuensi genotipe dan
frekuensi alel terdapat hubungan matematika
sebagai berikut.
p = P + ½ H dan q = Q + ½ H
Dalam hal ini P + H + Q = 1 dan p + q = 1.

Agar diperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai
hubungan tersebut, kita perhatikan contoh perhitungan
berikut ini.

Data frekuensi golongan darah sistem MN pada orang Eskimo
di Greenland menurut Mourant (1954) menunjukkan bahwa
frekuensi golongan darah M, MN, dan N masing-masing
sebesar 83,5 %, 15,6%, dan 0,9% dari 569 sampel individu.
Kita telah mengetahui pada Bab II bagian alel ganda bahwa
genotipe golongan darah M, MN, dan N masing-masing
adalah IMIM, IMIN, dan ININ. Maka, dari data frekuensi
genotipe tersebut dapat dihitung besarnya frekuensi alel IM
dan IN. Frekuensi alel IM = 83,5% + ½ (15,6%) = 91,3%,
sedang frekuensi alel IN = 0,9% + ½ (15,6%) = 8,7%.

Hasil perhitungan frekuensi alel dapat digunakan untuk
menentukan sifat lokus tempat alel tersebut berada.
Suatu lokus dikatakan bersifat polimorfik jika frekuensi
alelnya yang terbesar sama atau kurang dari 0,95.
Sebaliknya, suatu lokus dikatakan bersifat monomorfik
jika frekuensi alelnya yang terbesar melebihi 0,95. Jadi,
pada contoh golongan darah sistem MN tersebut lokus
yang ditempati oleh alel IM dan IN adalah lokus
polimorfik karena frekuensi alel terbesarnya ( IM =
91,3%), masih lebih kecil dari 0,95.

Hukum Keseimbangan Hardy-Weinberg
Populasi mendelian yang berukuran besar sangat
memungkinkan terjadinya kawin acak (panmiksia) di
antara individu-individu anggotanya. Artinya, tiap individu
memiliki peluang yang sama untuk bertemu dengan
individu lain, baik dengan genotipe yang sama maupun
berbeda dengannya. Dengan adanya sistem kawin acak
ini, frekuensi alel akan senantiasa konstan dari generasi
ke generasi. Prinsip ini dirumuskan oleh G.H. Hardy, ahli
matematika dari Inggris, dan W.Weinberg, dokter dari
Jerman,. sehingga selanjutnya dikenal sebagai hukum
keseimbangan Hardy-Weinberg.

Di samping kawin acak, ada persyaratan lain yang
harus dipenuhi bagi berlakunya hukum
keseimbangan Hardy-Weinberg, yaitu tidak terjadi
migrasi, mutasi, dan seleksi. Dengan perkatan lain,
terjadinya peristiwa-peristiwa ini serta sistem kawin
yang tidak acak akan mengakibatkan perubahan
frekuensi alel.

Oleh karena frekuensi genotipe zigot telah
didapatkan, maka frekuensi alel pada populasi zigot
atau populasi generasi keturunan dapat dihitung.
Fekuensi alel A = p2 + ½ (2pq) = p2 + pq = p (p + q)
= p. Frekuensi alel a = q2 + ½ (2pq) = q2 + pq = q (p
+ q) = q. Dengan demikian, dapat dilihat bahwa
frekuensi alel pada generasi keturunan sama
dengan frekuensi alel pada generasi tetua.

Pada aksi gen dominan lengkap, perhitungan
frekuensi gen dimulai dari homosigot resesif. Dari
hasil survey diketahui bahwa pada suatu kecamatan
jumlah kerbau sebanyak 225 ekor, 9 diantaranya
albino. Berapa frekuensi gen resesif dan dominan?
Download