Kontribusi Motivasi Kerja Guru ... / Yenni KONTRIBUSI MOTIVASI KERJA GURU TERHADAP DISIPLIN KERJA GURU Oleh: Yenni Abstrak Kontribusi kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi kerja guru terhadap disiplin kerja guru. Disiplin kerja guru madrasah dapat ditingkatkan melalui pemberian motivasi kerja guru. Pendisiplinan merupakan tindakan yang diambil untuk mengatasi guru-guru sebagai reaksi terhadap pelanggaran yang dilakukan. Tujuan mengapa setiap guru di sekolah harus disiplin sesungguhnya sangat baik. Kepala sekolah ingin memotivasi dan mempertahankan hubungan saling menghormati baik dalam pekerjaan maupun bersosialisasi. Dengan disiplin dapat meningkatkan moril, semangat kerja, etos kerja, serta efektifitas dan efisiensi kerja. Kedisiplinan dari profesi seorang guru dimana suatu sikap dan nilai-nilai yang sesuai dengan peraturan di sekolah. Motivasi kerja guru dalam proses belajar mengajar berkontribusi sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Kata kunci: Motivasi, Disiplin, dan Guru. A. Pendahuluan Guru merupakan salah satu komponen penting dalam proses pendidikan yang ikut berperan dalam pembentukan Sumber Daya Manusia (SDM). Peran guru dalam pendidikan tidak hanya sebatas dalam pembelajaran, tetapi sebagai informator, organisator, motivator, fasilitator, mediator, inisiator, dan evaluator. Untuk mencapai tujuan pendidikan sangat dibutuhkan guru yang mempunyai potensi, rasa pengabdian, yang tinggi dan bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas profesinya. Moh. Uzer Usman (2007: 7), menyatakan bahwa, “Tugas guru sebagai profesi meliputi, mendidik, mengajar, dan melatih”. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup. Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan melatih berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan pada siswa. Mencermati uraian di atas, terlihat betapa besarnya peran guru dalam membantu pertumbuhan dan perkembangan peserta didik. Guru memiliki peran dan fungsi yang sangat penting dalam membentuk kepribadian, akhlak, mentalitas, dan moral anak. Dengan demikian dapat dikatakan tercapainya tujuan pendidikan di sekolah sangat dipengaruhi oleh sikap guru dalam melaksanakan tugas profesinya. Kenyataan inilah yang mengharuskan guru memiliki disiplin yang tinggi dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, karena guru adalah tokoh yang menjadi panutan bagi peserta didik dan lingkungannnya. Tulus Tu'u (2004: 31), berpendapat tentang disiplin sebagai berikut. “Disiplin sebagai ketaatan terhadap peraturan dan norna kehidupan masyarakat berbangsa dan bernegara yang berlaku, yang dilaksanakan MAU’IZHAH AKADEMIKA/Vol.4/No.01/April 2015 1061 Kontribusi Motivasi Kerja Guru ... / Yenni secara sadar dan ikhlas, lahir bathin. sehingga timbul rasa malu apabila terkena sangsi dan rasa takut terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Perilaku tersebut diikuti berdasarkan dan keyakinan bahwa hal itulah yang benar, dan keinsyafan bahwa hal itu bermanfaat bagi dirinya dan masyarakat. Pada sisi lain, disiplin adalah alat untuk menciptakan perilaku dan tata tertib manusia sebagai kelompok masyarakat. Oleh sebab itu, disiplin berarti hukuman atau sangsi yang berbobot mengatur dan mengendalikan perilaku”. Disiplin sangat penting bagi guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik dan pengajar. Dengan disiplin, guru dapat melaksanakan tugas profesinya. Masalah disiplin kerja erat kaitannya dengan sikap dan perilaku seseorang dalam melaksanaan pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya. Jika dikaitkan dengan tugas guru dalam pembelajaran, guru berhadapan dengan sejumlah peserta didik dengan berbagai macam latar belakang, sikap, dan potensi, yang kesemuanya itu berpengaruh terhadap kebiasaannya dalam mengikuti pembelajaran dan berprilaku di sekolah. Oleh sebab itu, pengaruh guru akan lebih terasa, bila selain mengajar dan mendidik melalui kata-kata, guru juga memberi keteladan dengan perbuatannya yang disiplin. Ada beberapa faktor yang diduga turut berhubungan dengan disiplin kerja guru, yang merupakan bagian dari perilaku setiap individu dalam menjalankan aktivitas pekerjaannya. Pendapat Veithzal Rivai (2004), menyatakan sebagai berikut. “Disiplin kerja guru dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor internal maupun faktor eksternal. Faktor internal yaitu faktor yang dihubungkan dengan sifat seseorang, seperti motivasi kerja, semangat kerja, dan inisiatif kerja. Faktor eksternal, yaitu faktor-faktor yang berasal dari lingkungan seperti tingkat kesejahteraan, kepemimpinan kepala sekolah, ketegasan, pengawasan, dan insentif”. Selain itu Alex Nitisesmito (1982) berpendapat, “Ada beberapa faktor yang berhubungan dengan disiplin kerja guru, yaitu; komitmen pada tugas, motivasi kerja, tingkat pendidikan, kepemimpinan kepala sekolah, insentif, supervisi oleh pengawas, kesempatan karir, sarana dan prasarana”. Keberhasilan suatu pekerjaan tergantung dari motivasi seseorang dalam bekerja. Sebagaimana yang diterangkan oleh hadis berikut. انما االعمال: قال اميرالمؤمنينن رضى هللا عنه سمعت رسول هللا صلى هللا عليه وسلم يقول ومن،بالنيات وانما لكل امرء مانوى فمن كانت هجرته الى هللا ورسوله فهجرته الى هللا ورسوله (كانت هجرته لدنيا يصيبها او امرءة ينكحها فهجرته الى ما هاجر اليه (رواه البخارى ومسلم Artinya: Amirul Mu’minin (Umar bin Khottob) RA berkata: “aku mendengar rosulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya amal perbuatan itu disertai dengan niat, dan setiap orang mendapat balasam amal sesuai dengan niatnya. Barang siapa yang berpijak karena Allah dan Rosulnya, dan barang siapa yang hijrahnya karena dunia yang diharapkan atau karena MAU’IZHAH AKADEMIKA/Vol.4/No.01/April 2015 1062 Kontribusi Motivasi Kerja Guru ... / Yenni wanita yang ia nikahi, maka nikahnya menuju yang ia inginkan.” (HR. Bukhori dan Muslim) Motivasi Kerja bagi guru adalah dorongan yang timbul dari dalam diri, secara sadar atau tidak untuk melaksanakan tugasnya sebagai guru dalam mencapai tujuannya. Sehingga ia merasa lebih peduli, bertanggung jawab, loyal dan disiplin dalam pelaksanaan tugasnya sebagai guru. Melayu Hasibuan (1996) mengemukakan, "Seseorang yang memiliki motivasi kerja, akan dapat mendorong semangat”. Menegakkan disiplin, meningkatkan suasana hubungan kerja yang baik. Diharapkan guru yang memiliki motivasi kerja tinggi akan lebih berdisiplin dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya dari pada guru yang memiliki motivasi rendah. Dari uraian di atas, banyak faktor yang diduga berkontribusi pada disiplin kerja guru, antara lain: Kepemimpinan kepala sekolah, motivasi kerja, tingkat pendidikan, insentif, supervisi oleh pengawas, dan saranaprasarana. Mengingat banyaknya faktor yang diduga terkait dengan disiplin kerja guru, dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang dianggap urgen permasalahannya, ditambah dengan hasil prasurvei yang telah dilakukan maka penelitian hanya dibatasi pada satu faktor saja, yaitu Kontribusi Motivasi Kerja terhadap Disiplin Kerja Guru, dengan didasarkan alasan betapa pentingnya disiplin kerja guru untuk menghasilkan lulusan madrasah yang berkualitas dan mampu melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. B. Pembahasan Istilah motivasi berasal dari bahasa latin yaitu ‘movere’ yang berarti bergerak atau menggerakkan. Winardi (2001: 65), motivasi diartikan juga sebagai suatu kekuatan sumber daya yang menggerakkan dan mengendalikan perilaku manusia. Motivasi sebagai upaya yang dapat memberikan dorongan kepada seseorang untuk mengambil suatu tindakan yang dikehendaki, sedangkan motif sebagai daya gerak seseorang untuk berbuat. Karena perilaku seseorang cenderung berorientasi pada tujuan dan didorong oleh keinginan untuk mencapai tujuan tertentu. Motivasi, Luthans (1985: 183) adalah dorongan di dalam diri manusia yang mengaktifkan, menggerakkan serta mengarahkan perilaku untuk mencapai tujuan, karena itu kunci untuk mengerti motivasi adalah memahami hubungan kebutuhan, dorongan dan tujuan. Nelson dan Spitzer (2003: 19), mendefinisikan motivasi sebagai energi internal manusia yang mendorong manusia memuaskan kebutuhannya. Pengertian lain tentang motivasi adalah sesuatu di dalam diri manusia yang memberi energi, aktivitas dan gerakan yang mengarahkan perilaku untuk mencapai tujuan Winardi, membedakan motivasi atas dua klasifikasi yaitu internal dan eksternal . “Teori motivasi internal berpusat pada kebutuhan individu, keinginan dan harapannya sebagai kekuatan yang menyusun motivasi. Potensi yang ada pada seorang individu seperti kebutuhan dan keinginan mempengaruhi perilakunya dalam mencapai tujuan dan sasarannya yang selanjutnya berakumulasi kepada pencapaian tujuan dan sasaran kelompok MAU’IZHAH AKADEMIKA/Vol.4/No.01/April 2015 1063 Kontribusi Motivasi Kerja Guru ... / Yenni dan organisasi. Motivasi eksternal merupakan gabungan dari faktor-faktor internal dengan faktor-faktor eksternal seperti kebijakan organisasi sebagai penyusunannya”. Setiap individu dalam kegiatan sehari-harinya tidak terlepas dari keinginan dan kebutuhan tertentu untuk mencapai tujuan. Keinginan dan kebutuhan dalam melakukan aktivitas inilah yang disebut motivasi. Terdapat beberapa pengertian motivasi, yang penulis kutip antara lain sebagai berikut. a. Motivasi, Wursanto (2006: 15), adalah suatu pernyataan yang kompleks dalam suatu organisme yang mengarah pada tingkah laku ke suatu tujuan atau perangsang. b. Motivasi, Husaini Usman (2004, 24), adalah suatu daya yang terdapat dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan sesuatu, atau keadaan seseorang atau organisme yang menyebabkan kesiapannya untuk memulai serangkaian tingkah laku atau perbuatan. c. Motivasi, Sardiman (1994: 73), adalah daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu, motivasi dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam subjek untuk melakukan aktivitasaktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. d. Motivasi, George R. Terry dan Leslie W. Rue (2012: 168), adalah perilaku manusia dan merupakan sebuah unsur yang vital dalam manajemen. e. Robert Heller dalam Wibowo (2013: 109), yang mengatakan bahwa motivasi adalah keinginan untuk bertindak, Setiap orang dapat termotivasi oleh beberapa kekuatan yang berbeda. f. Motivasi adalah keinginan untuk melakukan sesuatu dan menentukan kemampuan bertindak untuk memuaskan kebutuhan individu. Dari beberapa pendapat ahli diatas secara umum dapat kita ambil persamaan tentang unsur-unsur motivasi yaitu,’ suatu daya/penggerak yang terdapat dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan sesuatu aktifitas untuk mencapai suatu tujuan’. Berdasarkan defenisi diatas, maka motivasi dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Setiap perasaan atau kehendak dan keinginan yang sangat mempengaruhi kemauan individu, sehingga individu tersebut terdorong untuk berperilaku atau bertindak 2. Pengaruh kekuatan yang menimbulkan perilaku individu 3. Setiap tindakan atau kejadian yang menyebabkan berubahnya perilaku seseorang 4. Proses yang menentukan gerakan atau perilaku individu kepada tujuan (goal). Setiap orang dapat termotivasi oleh beberapa kekuatan yang berbeda. Di pekerjaan kita perlu mempengaruhi bawahan untuk menyelaraskan dengan kebutuhan organisasi. Motivasi kerja adalah hasil dari kekuatan internal dan eksternal yang menyebabkan pekerjaan memilih jalan bertindak yang sesuai dan menggunakan perilaku tertentu. MAU’IZHAH AKADEMIKA/Vol.4/No.01/April 2015 1064 Kontribusi Motivasi Kerja Guru ... / Yenni Idealnya perilaku itu akan diarahkan pada pencapaian tujuan organisasi. Sementara Newstrom mengemukakan beberapa indikator motivasi antara lain adalah : 1. Engagement, merupakan janji pekerja untuk menunjukkan tingkat antusiasme, inisiatif dan usaha untuk meneruskan. 2. Commitment, adalah suatu tingkatan dimana pekerja mengikat dengan organisasi dan menunjukkan tindakan organisasi. 3. Satisfaction, kepuasan merupakan refleksi pemenuhan kontrak psikologis dan memenuhi harapan ditempat kerja 4. Turnover, kehilangan pekerja yang dihargai. Pendapat lain mengatakan bahwa motivasi sebagai proses yang memperhitungkan intensitas, arah dan ketekunan usaha individual terhadap pencapaian tujuan. Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi merupakan dorongan untuk bertindak terhadap serangkaian proses perilaku manusia dengan mempertimbangkan arahkan, intensitas dan ketekunan pada pencapaian tujuan, sedang elemen yang terkandung dalam motivasi meliputi unsure membangkitkan, mengarahkan, menjaga, menunjukan intensitas, bersifat terus menerus dan adanya tujuan. Teori motivasi yang paling terkenal adalah teori hierarki kebutuhan, dengan pencetusannya Abraham Maslow. Menurut Maslow bahwa setiap diri manusia terdapat hierarki dari lima kebutuhan, yaitu : 1. Fisik (Fisiologic) 2. Rasa Aman ( Safety) 3. Kasih Sayang ( Belonging and Love) 4. Penghargaan (Self Esteem) 5. Aktualisasi Diri. Aktualisasi Diri Penghargaan Diri Kepemilikan Sosial Rasa Aman 1. Kebutuhan Fisiologis Kebutuhan Fisiologis (Fisiologic) Umumnya kebutuhan fisiologi bersifat usaha menjaga keseimbangan unsur-unsur fisik seperti makanan, minuman, gula, garam, protein serta kebutuhan istirahat dan seks. Kebutuhan fisiologis sangat kuat, dalam keadaan kelaparan dan kehausan semua kebutuhan lain ditinggalkan dan orang mencurahkan semua kemampuannya memwnuhi kebutuhan ini. MAU’IZHAH AKADEMIKA/Vol.4/No.01/April 2015 1065 Kontribusi Motivasi Kerja Guru ... / Yenni 2. Kebutuhan keamanan (safety) Setelah kebutuhan fisiologis terpenuhi, muncul kebutuhan keaamanan, stabilitas, proteksi, struktur hukum, keteraturan,batas, kebebasan dari rasa takut dan cemas. Kebutuhan Fisiologis dan keamanan pada dasarnya adalah kebutuhan mempertahankan kehidupan. 3. Kebutuhan Kasih Sayang Setelah kebutuhan fisiologis dari keamanan relatif terpuaskan, kebutuhan dimiliki atau menjadi bagian dari kelompok sosial dan cinta menjadi tujuan yang dominan. Orang yang sangat peka dengan kesendirian, pengasingan, ditolak dilingkungan dan kehilangan sahabat atau kehilangan cinta. 4. Kebutuhan penghargaan Ketika kebutuhan dimiliki dan mencintai sudah relatif terpuaskan, kekuatan motivasinya melemah, diganti motivasi harga diri. 5. Kebutuhan Aktualisasi Diri Akhirnya setelah semua kebutuhan dasar terpenuhi, muncullah kebutuhan aktualisasi diri, sesuatu kebutuhan yang orang mampu mewujudkannya secara maksimal dengan seluruh bakat kemampuan potensinya. Aktualisasi diri adalah keinginan untuk memperoleh kepuasan dengan dirinya sendiri. Sodality: Jurnal Transdisiplin Sosiologi, Komunikasi, dan Ekologi Manusia Vol.2, No. 3 2008| 293 Perilaku manusia pada hakekatnya berorientasi pada tujuan, karena itu perilaku timbul karena adanya sesuatu sebab atau keinginan, (2) perilaku diarahkan kepada tujuan, (3) perilaku ada yang dapat diukur dan ada yang tidak dapat diukur, dan (4) perilaku memiliki motivasi. Dengan demikian perilaku manusia pada dasarnya berorientasi pada tujuan, yang dimotivasi oleh keinginan untuk mencapai tujuan tertentu. Berdasarkan uraian di atas, maka motivasi kerja adalah dorongan, upaya dan keinginan yang terdapat di dalam diri manusia, yang berfungsi mengaktifkan, memberi daya serta mengarahkan perilakunya untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawab dalam lingkup pekerjaannya. Motivasi kerja guru MTs Negeri Model Jambi terdiri dari (1) dorongan untuk bekerja secara baik, memperhatikan umpan balik dan berorientasi pada pencapaian tujuan, (2) upaya untuk bertanggung jawab, berani bersaing, (3) mempunyai keinginan untuk menikmati kesuksesan dan kesediaan menerima tugas. Disiplin Kerja menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan (tata tertib dan sebagainya). Kata disiplin berasal dari bahasa Latin “disciplina” yang berarti latihan atau pendidikan kesopanan dan kerokhanian serta pengembangan tabiat. As. Munandar dalam Bahrodin (2007: 23), mengemukakan, disiplin adalah bentuk ketaatan terhadap aturan, telah ditetapkan. segala macam kebijaksanaan itu tidak mempunyai arti apabila tidak didukung dengan disiplin para pelaksanaannya. Disiplin kerja guru menurut Ali Imron adalah suatu keadaan tertib dan teratur yang dimiliki oleh guru dalam MAU’IZHAH AKADEMIKA/Vol.4/No.01/April 2015 1066 Kontribusi Motivasi Kerja Guru ... / Yenni bekerja di sekolah, tanpa ada pelanggaran - pelanggaran yangmerugikan baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap dirinya, teman sejawatnya dan terhadap sekolah secara keseluruhan. Siswanto Sastrohadiwiryo (2005: 291), mendefinisikan disiplin kerja sebagai suatu sikap menghormati, menghargai, patuh, dan taat terhadap peraturanperaturan yang berlaku, baik yang tertulis maupun tidak tertulis serta sanggup menjalankannya dan tidak mengelak untuk menerima sanksisanksinya apabila ia melanggar tugas dan wewenang yang diberikan kepadanya. Kerlinger dan Pahazur dalam Margono (2007: 7), mengemukakan, umumnya disiplin yang baik terdapat apabila seeorang datang ke kantor dengan teratur dan tepat waktu, apabila mereka berpakaian serba baik pada tempat pekerjaannya, apabila mereka menggunakan bahanbahan dan perlengkapan dengan hatihati, apabila mereka menghasilkan jumlah dan kualitas pekerjaan yang memuaskan dan mengikuti cara - cara kerja yang ditentukan. Peningkatan disiplin juga dapat dilakukan dengan membuat aturan dan tata tertib kemudian menjalankannya sesuai hasil keputusan bersama. Adanya kerjasama antara kepala sekolah, wakil, guru, dan guru piket sangat membantu implementasinya dalam kebiasaan-kebiasaan sehari-hari. Kepala sekolah harus membangun kerjasama tersebut dan menjelaskan prosedur-prosedur dengan sejelas-jelasnya kemudian membuat program pengembangan kreativitas, bakat, minat untuk menyemangati guru. Berdasarkan uraian diatas penulis menyimpulkan bahwa disiplin kerja adalah suatu keadaan dimana setiap individu malaksanakan peraturan yang berlaku dengan semestinya serta tidak adanya pelanggaran terhadap peraturan tersebut baik secara langsung mapun tidak langsung. indikator disiplin kerja dalam penelitian ini adalah: (1) tanggungjawab dalam pekerjaan dan tugas, (2) ketaatan terhadap peraturan yang telah ditetapkan, (3) penggunaan waktu secara efektif. C. Penutup Upaya yang apat dilakukan untuk meningkatkan motivasi kerja guru terutama motivasi ekstrinsik dengan cara berbagi pengalaman sesama guru dalam lingkungan sekolah yang sama atau mencontoh kepada guru-guru lain di luar lingkungan sekolah yang dinilai lebih berhasil. Selain itu kepala sekolah dalam memimpin sebuah madrasah perlu menerapkan prilaku yang sesuai dengan peranan seorang pemimpin yang baik, yaitu mempengaruhi guru, menggerakkan guru agar tekun melaksanakan tugas, mengarahkan guru agar dapat bekerja sama, membimbing guru dan memberi contoh keteladanan. Saran-saran dari hasil penelitian ini di antaranya guru seharusnya memahami begitu pentingnya motivasi kerja dan disiplin kerja dalam mencapai tujuan pendidikan yang telah dirumuskan. Selain itu seorang guru juga harus mampu mengimplementasikan disiplin kerja dengan penuh rasa tanggung jawab. Diharapkan peserta didik juga bisa dan mampu MAU’IZHAH AKADEMIKA/Vol.4/No.01/April 2015 1067 Kontribusi Motivasi Kerja Guru ... / Yenni menerapkan disiplin pada dunia kerja yang akan ia hadapi nanti. Untuk peneliti lainnya yang tertarik tentang disiplin kerja guru, disarankan supaya mengkaji berbagai variabel lain yang diduga turut mempengaruhi disiplin kerja guru. Disiplin dalam bekerja sangat penting artinya bagi guru. Karena itu, kedisiplinan harus ditanamkan secara terus menerus kepada guru. Penanaman yang terus menerus menyebabkan disiplin tersebut menjadi kebiasaan bagi guru. Orang-orang yang berhasil dalam bidangnya masingmasing, pada umumnya mempunyai kedisplinan yang tinggi. Sebaliknya orang yang gagal, umumnya tidak disiplin. Sesungguhnya masalah kedisiplinan ini menjadi perhatian bagi setiap manusia. Disiplin mempunyai peranan yang sangat penting dalam mengarahkan kehidupan manusia untuk meraih cita-citanya serta kesuksesan dalam bekerja, karena tanpa adanya kedisiplinan maka seseorang tidak mempunyai patokan tentang apa yang baik dan yang buruk dalam tingkah lakunya. MAU’IZHAH AKADEMIKA/Vol.4/No.01/April 2015 1068 Kontribusi Motivasi Kerja Guru ... / Yenni DAFTAR PUSTAKA Andri Feriyanto dan Endang Shyta Triana. Pengantar Manajemen (3 in 1). Jogyakarta : Mediatera. 2015. Ali Imron. Pembinaan Guru di Indonesia. Jakarta: Dunia Pustaka Jaya. 1995. Moch Bahrodin. Pengaruh Kepemimpinan, Motivasi dan Disiplin Kerja terhadap Prestasi Kerja Pegawai Pengadilan Negeri Purworejo. Tesis. Purwokerto: Program Pascasarjana Unversitas Jendral Soedirman. 2007. George R. Terry dan Leslie W. Rue. Dasar-dasar Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara. 2012. Hasibuan, Melayu. Manajemen dan Organisasi. Jakarta: Bumi Aksara. 1996. Hersey, Paul dan Ken Blanchard. Management of Organizational, Behavior: Utilizing Human Resources. Prentice Hall: Englewood Cliff. 1998. Harold Koontz, Cyril O’Donnel dan HeinzWeihrich. Management. New York: McGraw Hill.1980. Fred Luthans. Organizational Behavior. New York: McGraw Hill. 1985. Marjono. Pengaruh Kedisiplinan, Motivasi, dan Fasilias Sekolah terhadap Prestasi Belajar siswa kelas VIII SMPN 8 Purworejo. Tesis. Purwokerto: Program Pascasarjana Unversitas Jendral Soedirman. 2007. Miftah Thoha. Kepemimpinan dalam Manajemen. Jakarta: Grafindo Persada. 2004. Nelson, B. dan Spitzer, D.The 1001 Rewards and Recognition Fieldbook. New York: Workman Publishing. 2003. Siswanto Sastrohadiwiryo. Manajemen Tenaga Kerja Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara. 2005 Tu’u, Tulus. Peranan Disiplin Pada Perilaku dan Prestasi Siswa. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia. 2004. MAU’IZHAH AKADEMIKA/Vol.4/No.01/April 2015 1069 Kontribusi Motivasi Kerja Guru ... / Yenni Husaini Usman. Peran Baru Administrasi Pendidikan dari Sistem. Jakarta: 2004. Mohd Uzer Usman. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2007 Veithzal Rivai. Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan. Jakarta: Grafindo Persada. 2004. Wibowo. Perilaku dalam Organisasi. Jakarta : Raja Grafindo Persada. 2013. Winardi, Tenaga Terampil Masih Terbatas. Jakarta: Media Grafika. 2001. Wursanto. Manajemen Kepegawaian. Yogyakarta: Kanisius Publikasi Departemen. 2006. MAU’IZHAH AKADEMIKA/Vol.4/No.01/April 2015 1070