BAB II LANDASAN TEORI A. Kemampuan Koneksi Matematis

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kemampuan Koneksi Matematis
Koneksi berasal dari kata dalam bahasa Inggris yaitu Connection yang
berarti hubungan atau kaitan. Kemampuan koneksi matematis dapat diartikan
sebagai kemampuan menghubungkan atau mengaitkan matematika. Di dalam
matematika memuat beberapa kemampuan salah satunya yaitu kemampuan
koneksi matematis. Dalam NCTM (2000),
terdapat lima kemampuan dasar
matematika yang merupakan standar yakni problem solving (pemecahan
masalah),
reasoning
and
proof
(penalaran
dan
bukti),
communication
(komunikasi), connection (koneksi), dan representation (representasi).
Menurut Lappan (2002) koneksi matematis merupakan suatu kegiatan
pembelajaran dimana siswa dapat mendefinisikan bagaimana cara untuk
menyelesaikan suatu permasalahan, situasi – situasi, dan ide – ide matematika
yang saling berhubungan kedalam bentuk model matematika, serta siswa dapat
menerapkan
pengetahuan
yang
diperoleh
untuk
menyelesaikan
dalam
memecahkan satu masalah ke masalah lain.
Menurut NCTM (National Council of Teacher of Mathematics, 2000)
koneksi matematis merupakan suatu konteks yang menghubungkan matematika
dengan mata pelajaran yang lain, serta menekankan keterkaitan ide – ide
matematika, dimana siswa tidak hanya belajar matematika, tetapi mereka juga
belajar tentang kegunaan matematika. Untuk menekankan koneksi, guru harus
Pengaruh Pembelajaran Connecting..., Zulva Chambera S.D, FKIP UMP, 2014
mengetahui kemampuan siswa dalam belajar matematika pada kelas – kelas
sebelumnya dan apa yang mereka akan peroleh di kelas – kelas berikutnya.
Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa kemampuan koneksi
matematis adalah salah satu komponen kemampuan berfikir tingkat tinggi melalui
kegiatan yang meliputi mendefinisikan bagaimana cara untuk menyelesaikan
suatu permasalahan sehari – hari, situasi – situasi, dan ide – ide matematika yang
saling berhubungan ke dalam bentuk model matematika, dimana siswa tidak
hanya belajar matematika, tetapi mereka juga belajar tentang kegunaan
matematika.
Dalam penelitian ini indikator koneksi matematis yang digunakan menurut
NCTM (2000), yaitu (1) Mengenali dan menggunakan koneksi antara ide – ide
matematika; (2) Menunjukkan cara menghubungkan ide – ide matematika dan
membangun satu sama lain untuk menghasilkan satu kesatuan yang koheren; (3)
Mengenali dan menerapkan matematika dalam konteks di luar matematika.
B. Pembelajaran CORE (Connecting, Organizing, Reflecting, Extending)
Pembelajaran CORE adalah merupakan salah satu pembelajaran alternatif
yang
dapat
digunakan
untuk
mengaktifkan
siswa
dalam
membangun
pengetahuannya sendiri. Menurut Duane, dkk (2010) CORE adalah singkatan
yang terdiri dari Connecting, Organizing, Reflecting, Extending. Guru
membimbing siswa dalam mengorganisasikan pemikiran siswanya untuk
menghubungkan informasi pelajaran sebagai bahan diskusi dan memberikan siswa
kesempatan untuk berlatih menerapkan pengetahuan baru mereka dengan cara
Pengaruh Pembelajaran Connecting..., Zulva Chambera S.D, FKIP UMP, 2014
yang bervariasi , kemudian guru memberikan pengulangan tentang apa yang
sudah dipelajari dalam bentuk pertanyaan yang mendorong siswa untuk berhenti
dan merenungkan apa yang mereka pelajari dalam pelajaran dan bisa
menggunakan pengetahuan baru di masa depan.
Menurut Margaret, dkk (2010) CORE adalah pembelajaran yang
menggabungkan empat unsur yaitu connect, organize, reflect, extend. Guru
menghubungkan informasi pada pengetahuan siswa, mengatur konten atau ide
baru bagi siswa, meberikan kesempatan bagi siswa untuk merefleksikan informasi
yang
didapat,
dan
memberikan
siswa
kesempatan
untuk
memperluas
pembelajaran.
Menurut Wheeler & Toppen (2011) pembelajaran CORE adalah
pembelajaran yang menggabungkan empat elemen yaitu connect, organize,
reflect, and extend. Keempat elemen tersebut dapat digunakan untuk
menghubungkan informasi lama dengan informasi baru, mengorganisasikan
informasi dari berbagai sumber, merefleksikan segala sesuatu yang sudah
dipelajari, dan mengembangkan atau memperluas pembelajaran.
Menurut Suyatno (2009) pembelajaran CORE adalah sebagai berikut : (1)
Connecting, merupakan kegiatan mengoneksikan informasi lama dan informasi
baru; (2) Organizing, merupakan kegiatan megorganisasikan ide – ide untuk
memahami materi; (3) Reflecting, merupakan kegiatan memikirkan kembali,
mendalami, dan menggali informasi yang sudah didapat; (4) Extending,
,merupakan kegiatan untuk mengembangkan, memperluas, menggunakan dan
menemukan.
Pengaruh Pembelajaran Connecting..., Zulva Chambera S.D, FKIP UMP, 2014
Berikut penjelasan dari pembelajaran CORE adalah :
1. Connecting
Yaitu menghubungkan sebuah informasi lama dengan informasi baru dalam
sebuah diskusi kelompok dimana materi yang sudah diajarkan sebelumnya
dihubungkan dengan materi yang akan dipelajari siswa.
2. Organizing
Yaitu siswa mengorganisasikan informasi – informasi yang telah diperoleh
untuk menyusun ide, meliputi penyusunan ide – ide setelah siswa
menemukan hubungan dalam pelajaran yang diberikan.
3. Reflecting
Yaitu siswa bersama anggota kelompoknya merefleksikan atau memikirkan
kembali hasil diskusi dan menerapkan ide yang didapat, serta dilaksnakan
dalam kegiatan belajar kelompok.
4. Extending
Yaitu siswa dapat memperluas pengetahuan yang sudah diperoleh selama
proses belajar mengajar. Pengetahuan siswa akan bertambah saat siswa
menerapkan pengetahuan yang diperolehnya untuk menyelesaikan masalah.
C. Direct Instruction ( Pembelajaran Langsung )
Direct instruction atau pembelajaran langsung merupakan pembelajaran
yang menitik beratkan pada metode ceramah. Pengajaran tersebut telah
dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan siswa dalam
proses pembelajaran.
Pengaruh Pembelajaran Connecting..., Zulva Chambera S.D, FKIP UMP, 2014
Menurut Sanjaya (2005) pembelajaran langsung adalah istilah yang sering
digunakan untuk teknik pembelajaran ekspositori, atau teknik penyampaian
semacam kuliah (sering juga digunakan istilah “chalk and talk”). Strategi
pembelajaran langsung, merupakan bentuk dari pendekatan pembelajaran yang
berorientasi kepada guru (teacher centered approach). Dikatakan demikian, sebab
dalam pembelajaran ini guru memegang peran yang sangat dominan. Melalui
pembelajaran ini guru menyampaikan materi pembelajaran secara terstruktur.
Diharapkan, apa yang disampaikan itu dapat dikuasai siswa denagn baik.
Menurut Arends (2008) pembelajaran langsung adalah sebuah pembelajaran
yang berpusat pada guru. Model pembelajaran langsung dirancang secara spesifik
untuk meningkatkan pembelajaran pengetahuan faktual yang terstruktur dengan
baik, yang dapat diajarkan secara langkah – langakah demi- langkah dan
dimaksudkan untuk membantu siswa menguasai pengetahuan prosedural yang
dibutuhkan unyuk melakukan berbagai keterampilan sederhana maupun
kompleks.
Menurut Trianto (2009) pada model pembelajaran langsung terdapat lima
fase yang sangat penting. Guru mengawali pelajaran dengan penjelasan tentang
tujuan dan latar belakang pembelajaran, serta mempersiapkan siswa untuk
menerima penjelasan guru. Ciri- ciri model pengajaran langsung (direct
instruction) adalah sebagai berikut:
a.
Adanya tujuan pembelajaran dan pengaruh model pada siswa termasuk
prosedur penilaian belajar.
b.
Sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran.
Pengaruh Pembelajaran Connecting..., Zulva Chambera S.D, FKIP UMP, 2014
c.
Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar model yang diperlukan agar
kegiatan pembelajaran tertentu dapat berlangsung dengan berhasil.
Tabel 2.1
Fase-fase dalam model pengajaran langsung (direct instruction)
Fase
Peran Guru
Fase 1
Menyampaikan
tujuan Guru menjelaskan TKP, informas latar
dan
mempersiapkan belakang pelajaran, pentingnya pelajaran,
siswa
mempersiapkan siswa untuk belajar.
Fase 2
Mendemostrasikan
Guru
mendemostrasikan
ketrampilan
pengetahuan
dan dengan benar, atau menyajikan informasi
ketrampilan
tahap demi tahap.
Fase 3
Membimbing pelatihan
Guru
merencanakan
dan
memberi
bimbingan pelatihan awal.
Fase 4
Mengecek pemahaman Mengecek apakah siswa telah berhasil
dan memberikan umpan melakukan tugas dengan baik, memberi
balik
umpan balik.
Fase 5
Memberikan kesempata Guru
mempersiapkan
kesempatan
untuk pelatihan lanjutan melakukan pelatihan lanjutan, dengan
dan penerapan.
perhatian khusus pada penerapan kepada
situasi lebih kompleks dan kehidupan sehari
hari.
D. Materi Pelajaran Matematika
Standar Kompetensi
: Memahami sifat – sifat kubus, balok, prisma, limas,
dan
bagian
–
bagiannya
serta
menentukan
ukurannya.
Kompetensi Dasar
:Menghitung luas permukaan dan volume kubus, balok,
prisma, dan limas
Pengaruh Pembelajaran Connecting..., Zulva Chambera S.D, FKIP UMP, 2014
Indikator :
1. Mencari rumus luas permukaan kubus dan balok.
2. Menghitung luas permukaan kubus dan balok.
3. Mencari rumus volume kubus dan balok.
4. Menghitung volume kubus dan balok
5. Menggunakan konsep – konsep luas permukaan dan volume kubus, balok
untuk menyelesaikan masalah sehari – hari.
E. Kerangka Berpikir
Koneksi matematis yaitu merupakan suatu kegiatan pembelajaran dimana
siswa dapat mendefinisikan bagaimana cara untuk menyelesaikan suatu
permasalahan, situasi – situasi, dan ide – ide matematika yang saling berhubungan
kedalam bentuk model matematika, serta siswa dapat menerapkan pengetahuan
yang diperoleh untuk menyelesaikan dalam memecahkan satu masalah ke masalah
lain. Dalam dunia pendidikan, terutama dalam pembelajaran matematika
kemampuan menghubungkan suatu materi yang satu dengan materi yang lain atau
dengan kehidupan sehari – hari berperan penting dalam proses pembelajaran
matematika, karena dapat meningkatkan kemampuan kognitif siswa, seperti
mengingat kembali, memahami penerapan suatu konsep terhadap lingkungan.
Siswa dikatakan mampu dalam koneksi pada mata pelajaran matematika
apabila ia mampu mengkaitkan antar topik matematika dalam matematika dengan
pengalaman sehari – hari, serta siswa dapat menyadari bahwa matematika
merupakan ilmu yang saling berhubungan dan berkaitan. Siswa akan lebih
Pengaruh Pembelajaran Connecting..., Zulva Chambera S.D, FKIP UMP, 2014
memahami matematika dan juga memberikan daya tarik matematik lebih besar.
Penguasaan kemampuan tersebut dapat dilatihkan pada materi pembelajaran
matematika dan model pembelajaran yang sesuai, yang berpotensi memberikan
pengetahuan yang lebih kepada siswa untuk mengkoneksikan ide – idenya dalam
memecahkan masalah.
Pembelajaran CORE adalah pembelajaran yang menggabungkan empat
tahapan yaitu connect, organize, reflect, and extend. Pada
tahap connect
menekankan pada penyampaian konsep lama yang akan dihubungkan dengan
konsep baru oleh siswa melalui diskusi kelompok, serta mengenali dan
menggunakan koneksi antara ide – ide matematika, diharapkan siswa akan dapat
menyusun ide – ide dengan menghubungkan pengetahuan yang dimilikinya.
Selanjutnya pada tahap organize siswa memahami materi yang telah diperoleh
untuk mengorganisasikan/menyusun suatu ide yaitu setelah siswa menunjukkan
cara menghubungkan ide – ide matematika dan membangun satu sama lain untuk
menghasilkan satu kesatuan yang koheren untuk menyelesaikan masalah yang
diberikan. Pada tahap reflect diharapkan siswa mampu menggunakan koneksi
antara ide – ide matematika dalam interaksi kelompok agar bisa mengidentifikasi
kesulitan – kesulitan yang mereka hadapi selama proses pembelajaran,
memikirkan solusi yang didapatkan, sehingga mereka memiliki pemahaman baru
tentang matematika, selanjutnya pada tahap extend siswa dapat memperluas
pengetahuan atau ide yang sudah mereka peroleh selama proses pembelajaran
melalui tugas individu dan juga bisa menerapkan matematika dalam konteks di
luar matematika atau menyelesaikan masalah sehari – hari menggunakan
Pengaruh Pembelajaran Connecting..., Zulva Chambera S.D, FKIP UMP, 2014
matematika. Sehingga pembalajaran CORE merupakan suatu pembelajaran
kooperatif yang diduga dapat memberikan pengaruh
lebih baik terhadap
kemampuan koneksi matematika siswa dalam memahami serta menyerap materi
pembelajaran matematika di sekolah
Sedangkan pembelajaran langsung adalah suatu model pembelajaran yang
menitik beratkan pada metode ceramah, dimana guru berperan sebagai pembicara
utama, siswa kebanyakan bersifat pasif karena harus mendengarkan materi yang
diberikan oleh guru. Guru mengawali pelajaran dengan penjelasan tentang tujuan
dan latar belakang pembelajaran, serta mempersiapkan siswa untuk menerima
penjelasan guru.
Pada hakikatnya, pembelajaran yang ideal di dalam kelas adalah
pembelajaran yang menimbulkan adanya interaksi guru dengan siswa. Siswa
diberi kesempatan untuk bisa mengenali dan menggunakan koneksi antara ide –
ide matematika. Siswa juga dapat mengeluarkan berbagai ide yang dimiliki untuk
menunjukkan cara menghubungkan ide – ide matematika dan membangun satu
sama lain untuk menghasilkan satu kesatuan koheren, serta mampu mengkaitkan
matematika dengan kehidupan sehari – hari. Hal tersebut bertujuan agar
pemerataan kemampuan koneksi matematis siswa dapat tersebar merata.
Berdasarkan pemikiran tersebut, diduga kemampuan koneksi matematis siswa
yang mengikuti pembelajaran CORE lebih baik daripada kemampuan koneksi
matematis siswa yang mengikuti pembelajaran langsung.
Pengaruh Pembelajaran Connecting..., Zulva Chambera S.D, FKIP UMP, 2014
F. Hipotesis
Berdasarkan dengan masalah yang dirumuskan di atas, maka hipotesis
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : kemampuan koneksi matematis siswa
yang mengikuti pembelajaran CORE lebih baik dari pada kemampuan koneksi
matematis siswa yang mengikuti pembelajaran langsung.
Pengaruh Pembelajaran Connecting..., Zulva Chambera S.D, FKIP UMP, 2014
Download