SOSIOLOGI PERUBAHAN SOSIAL 2013 AGAMA DAN PERUBAHAN SOSIAL & PERAN AGAMA DALAM REKONSTRUKSI MASYARAKAT IDEAL DI INDONESIA DISUSUN OLEH AISYAH NUR ISNAINI 1006762921 FITRIANI H. 1006692700 R RIZKY ADITYAWAN U 1006772670 RENI DIANA BASRI 106762991 SIFFA AFDHALI 0906633804 FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN SOSIOLOGI DEPOK APRIL, 2013 1 SOSIOLOGI PERUBAHAN SOSIAL 2013 A. Islam dan Transformasi Sosial A.1 Transformasi Sosial Mengenai Pandangan Agama Mengenai Masalah Kaitan Organik Iman dan Ilmu Dalam pembahasan Islam dan Transformasi Sosial bagian pertama ini oleh Nurcholish Madjid membahas mengenai hubungan agama dan ilmu dalam pandangan antara ajaran agama Islam dan agama Kristen. Agama Islam yang dianut oleh kaum Muslimin mengajarkan bahwa agama bersifat universal dimana agama tidak menentang ilmu pengetahuan malah justru agama melihat ilmu pengetahuan sebagai pengembangnya dan dalam pandangan agama Islam tidak terjadi pemisahan antara iman dan ilmu. Tidak seperti pandangan yang sempat berkembang di dunia Barat yang menyebutkan bahwa Tuhan telah mati. Islam sendiri dalam ajarannya tidak menyembah tokoh yang membawa atau mengajarkan ajaran-ajaran agama kepada umatnya. Bertrand Russel mengungkapkan bahwa agama Muhammad adalah agama monotheisme yang sederhana yang tidak dibuat kacau oleh Trinitas dan dan Inkarnasi. Muhammad tidak mengakui sebagai Tuhan dan pengikutnya juga tidak memberi pengakuan sebagai Tuhan. Trinitas merupakan ajaran agama Kristen yang berarti dalam diri Tuhan terdapat tiga pribadi yaitu Bapa, Putera dan Roh Kudus.1 Sementara itu inkarnasi adalah ajaran Kristen yang menyebutkan bahwa Yesus merupakan Tuhan.2 Russel mengatakan bahwa agama Kristen menghancurkan peradaban Maya dan Inca. Agama Kristen dianggap Russel menghalangi kemajuan intelektual dan membinasakan para pemikir yang mengembangkan ilmu pengetahuan. Berbeda dengan Islam, dalam tulisan ini dikatakan bahwa sistem keimanan Islam ditunjang oleh ilmu pengetahuan sehingga umat Islam menjadi semakin dekat kebenaran yang sesungguhnya yaitu milik Allah SWT dan ilmu pengetahuan bukan merupakan ancaman bagi suatu ajaran agama Islam. Bagi rakyat Indonesia, fenomena ini akan menimbulkan suatu proses transformasi sosial dimana terjadi perubahan besar masyarakat seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan maka keimanan juga akan meningkat. A.2 Islam dan Transformasi Sosial Mengenai Pemahaman Agama terhadap Etos Kerja 1 http://katolisitas.org/1479/mengapa-harus-ada-tiga-pribadi-di-dalam-trinitas-bukan-2-atau-4 diakses tanggal 28 April 2013 jam 14.26 WIB 2 http://katolisitas.org/tag/inkarnasi diakses tanggal 28 April 2013 jam 14.42 WIB 2 SOSIOLOGI PERUBAHAN SOSIAL 2013 Dalam pembahasan Islam dan Transformasi Sosial yang kedua ini adalah mengenai masalah etos kerja. Mengenai masalah etos kerja, Frithjof Schuan seorang filsuf Muslim dari Swiss mengungkapkan bahwa Nabi Muhammad, Nabi Ibrahim dan Nabi Musa mengajarkan ethical monotheisme. Ethical Monotheisme adalah ajaran mengenai pendekatan kepada Tuhan Yang Maha Esa dimana dilakukan melalui amal perbuatan yang baik. Walaupun pada awalnya dilakukan oleh masing-masing umat nabi-nabi tersebut, terjadi perubahan yang dialami oleh umat Nabi Isa yang sebelumnya ajarannya sama menjadi berubah. Paulus yang merupakan pemimpin umat Nabi Isa sekarang mengubah aktivitas kerja dan amal perbuatan yang semula ditujukan kepada Tuhan menjadi ajaran menyembah Nabi Isa. Sehingga keselamatan pun diperoleh bukan dari Tuhan melainkan Nabi Isa. Berbeda dengan Kristen, agama Islam mengajarkan pendekatan pribadi kepada Tuhan dengan melalui ibadah, aktifitas kerja dan amal ibadah. Walaupun dikatakan bahwa terdapat ritual di dalam ajaran agama Islam seperti haji maupun kurban, tetapi tidak menghalangi ajaran Islam yang lebih menekankan nilai-nilai yang terkandung di dalam ritual-ritual tersebut yaitu ketakwaan kepada Allah. Membahas mengenai hubungan takdir serta etos kerja umat beragama, dalam tulisan ini dijelaskan bahwa dalam ajaran agama Islam juga telah mengajarkan kepada umatnya agar tetap melakukan pekerjaan serta usahanya. Nabi Muhammad SAW menjelaskan bahwa janganlah umat Islam berpegangan kepada takdir tetapi harus terus bekerja. Bekerja itulah yang sebenarnya akan membawa kepada takdir setiap individu. Oleh karena itu diwajibkan bagi setiap muslim untuk berusaha dan bekerja dan tidak mengemis dalam menjalani hidup. Selanjutnya Nabi Muhammad juga menjelaskan bahwa sebaik-baik dukungan untuk bertaqwa kepada Allah adalah harta. Walaupun begitu Nabi juga mengatakan kemiskinan dan kekayaan yang dialami oleh umat Islam adalah kebahagiaan. Sebagai tambahan Nabi juga mengatakan bahwa kemuliaan orang beriman adalah orang yang tidak bergantung dengan orang lain. Hal ini juga dapat dikatakan dengan ajaran Calvinis yaitu etika protestan mengenai predestinasi yang menyebutkan bahwa Tuhan telah menentukan takdir baik dan buruk bagi seluruh yang ada di alam semesta ini termasuk umat-umat yang ada di dalamnya.3 Walaupun begitu, dalam predestinasi Tuhan tidak memberitahukan kepada hambanya siapa saja yang akan mendapat kebaikan atau keburukan dari Tuhan. Oleh karena itu umat Protestan sekte Calvinis terus 3 http://www.kadnet.org/web/index.php?option=com_content&view=article&id=1719:sebuah-permenungantentang-predestinasi--john-calvin-&catid=98:theology&Itemid=99 diakses tanggal 28 April 2013 jam 23.15 WIB 3 SOSIOLOGI PERUBAHAN SOSIAL 2013 berusaha agar menjadi dan termasuk dalam rencana Tuhan sebagai orang yang mendapatkan kebahagiaan kelak. Paham serta ajaran yang disampaikan oleh Islam maupun Calvinis terlihat bahwa keduanya mengembangkan etos kerja yang positif dan kuat untuk mendukung pembangunan yang didasari oleh ajaran agama. A.3 Islam dan Transformasi Sosial di Masyarakat Indonesia Semua agama memiliki misi yang sama dalam membangun dan memperbaharui dunia menjadi semakin manusiawi dengan tujuan memberikan kedamaian, kebahagian, dan keselamatan bersama bagi manusia. Secara historis, Indonesia yang masyarakatnya plural dengan 6000-an pulau yang ditempati sekitar 300-an suku, 400-an bahasa, dan lebih dari 5 agama dan kepercayaan. Namun, pluralitas Indonesia tidaklah hanya dipandang sebagai kemajemukan dan keunikan masyarakatnya, akan tetapi dalam pluralitas tersebut ditanami rasa kebersamaan dan kerjasama sehingga mampu hidup rukun dalam perbedaan dan mencapai kebaikan bersama. Paham kemajemukan masyarakat adalah bagian yang sangat penting dalam tatanan masyarakat maju. Pluralisme tidak hanya menyangkut tentang sikap bersedia untuk mengakui hak kelompok lain untuk ada, tetapi juga mengandung makna kesediaan untuk berlaku adil kepada kelompok lain atas dasar perdamaian dan saling menghormati. Hal ini juga terkandung dalam Qur’an Surat al-Mumtahanah/60:8. Bagi bangsa Indonesia sendiri dalam usaha transformasi sosial, menuju masyarakat yang demokrasi serta adil jika pluralisme itu dapat ditanamkan dalam kesadaran umat Muslim yang merupakan golongan terbesar warga negara. Bahkan dalam Islam pun pluralisme merupakan syarat utama Ukhuwwah Islamiyah. Dalam ajaran Islam, Ukhuwwah Islamiyah sebenarnya lebih dihubungkan dengan pluralisme bukan monolitisme. Dipahami dari Qur’an Surat al-Hujarat/49:11, yang mana isinya: “Wahai sekalian orang-orang beriman, kalau-kalau mereka (yang dipandang rendah) itu lebih baik dari mereka (yang memandang rendah). Dalam hal ini tidak dibenarkan menerapkan absolutisme dalam sikap kita terhadap sesama Muslim. Tidak hanya dalam intern umat Islam saja, namun juga perlu diterapka pada golongan-golongan di luar Islam. Tidak dibenarkan memaksakan kebenaran kepada orang lain, sebab mereka harus diberi kebebasan mengenali sendiri mana yang benar dansalah yang telah jelas berbeda itu (lihat Q.S. al-Baqarah/2:256). Sementara itu semua kelompok agama wajib melaksanakan ajaran mereka masing-masing dan diberi kebebasan untuk itu (Q.S al-Maidah/5:44-49). Manusia menurut fitrahnya baik, oleh karena itu berpotensi untuk benar, sehingga ia berhak untuk menyuarakan pendapatnya dengan bebas serta untuk didengar. Namun manusia 4 SOSIOLOGI PERUBAHAN SOSIAL 2013 tetaplah lemah dan rawan untuk berbuat kesalahan, maka ia harus dengan rendah hati mendengarkan pendapat orang lain. Hal inilah yang disebut keterbukaan, yaitu semangat yang melandasi dialog yang sehat. Dalam Kitab Suci pun mengisyaratkan bahwa keterbukaan adalah indikasi mereka yang mendapat hodayah dari Allah, dan mereka yang terbuka itulah yang disebut “kaum berpikiran mendalam’ (ulu al-albab) (lihat Q.S al-Zumar/39:17-18). B. Mengembangkan Dialog Antar Agama Kenyataan bahwa bangsa Indonesia hidup dalam kemajemukan atau pluralitas, mendesak untuk dikembangkannya dialog antar agama bahkan intern agama. Toleransi agama harus dibangun dari dasar pemahaman serta pengakuan bahwa semua orang beragama adalah orang-orang yang sama-sama berjuang untuk mencari dan menemukan Tuhan. Semua agama mengajarkan kebaikan, perdamaian, serta cinta kasih hanya saja dengan cara yang berbeda-beda. Dialog dapat diartikan sebagai pembicaraan langsung antara orang-orang yang mempunyai pandangan berbeda-beda. Untuk saling memeproleh informasi yang akhirnya akan menciptakan perasaan saling pengertian. Dalam dialog antar agama mencakup beberapa hal yang penting, sebagai berikut: 1. Bukan mencari siapa yang benar dan siapa yang salah Umat beragama seringkali terjebak dalam truth claim dan salvation claim, hingga rela melakukan apa saja demi klaimnya. Setiap agama mengklaim sebagai yang paling benar dan yang lain sesat. Tidak jarang demi klaimnya antara agama terjadi tindak kekerasan. Sebagai umat yang sama-sama mencari kedamaian dan cinta kasih, bukan posisinya untuk menentukan mana yang salah dan mana yang benar. Tidak benar adanya apabila antar umat beragama saling menjadi hakim untuk agama lain. Sebab masing-masing agama juga menjalani apa yang mereka yakini. 2. Menghargai agama dan kepercayaan orang lain Di dalam dialog antara agama sikap toleran yang perlu dikembangkan adalah sikap yang menghargai milai-nilai kemanusiaan dan mengahragi agama serta kepercayaan orang lain. Menhargai agama dan kepercayaan orang lain, berarti membiarkan umat agama lain, mengekspresikan penghayatan agamanya baik secara ritual maupun penghayatan konkrit sehari-hari. 3. Dari eksklusif ke inklusif Terjadinya konflik antara agama bukanlah karena ajaran agamanya, tetapi karena manusianya yang tidak dewasa dan ketidakmampuan untuk menerima pluralitas. Adnya eksklusifitas dari masing-masing agama dengan ketertutupan dan mengambil 5 SOSIOLOGI PERUBAHAN SOSIAL 2013 jarak terhadap agama lain. Untuk dapat mewujudkan agama sebagai berkah bagi manusia perlu adanya perubahan sikap dari eksklusif menjadi inklusif. Perlunya kesadaran untuk menciptakan kerukunan serta persaudaraan yang luas dan terbuka. C. Pentingnya Dialog Antar Agama Dialog terbuka sangat diperlukan untuk mengenal budaya dan kebiasaan satu sama lain agar dapat membangun hubungan yang toleran. Dialog juga berberguna untuk membina persatuan, sebagai pemerkaya dan pemakaran iman dari setiap pemeluk agama. 1. Tujuan yang ingin dicapai Tujuan dialog adalah menekankan kesinambungan kedalam hubungan yang dapat ditemukan diantara agama-agama dan komunitas. Menurut Hans Kung, dialog bukan hanya berhenti pada ko-eksistensi, tapi juga pro-eksistensi. Artinya, dialog terbuka bukan hanya mengantarkan agama-agama kepada eksistensi, tapi juga mengakui dan mendukung adanya agama-agama lain untuk dapat bereksistensi, namun bukan berarti menyamakan setiap agama. Dialog terbuka dapat digunakan sebagai sarana pembelajaran antar agama untuk dapat menghayati, memperkaya, atau bahkan mengoreksi dari masing-masing pihak. Sehingga dialog terbuka diharapkan mampu mencegah adanya kesalahpahaman dan permusuhan, serta dapat mendukung keberadaan agama satu sama lain. 2. Berlakunya diantara yang seagama Dialog bukan hanya dibutuhkan oleh agama-agama yang berlainan saja, namun dibutuhkan pada satu agama juga. Hal ini dikarenakan sering kali timbulnya kesalahpahaman dan perbedaan karena adanya berbagai aliran dari satu agama. Contohnya ada Kristen Katolik dan Protestan, ada Islam Ahlu Sunah dan Islam Syiah, Hindu Wisnu dan Hindu Syiwa, dan sebagainya. D. Model Dialog Antar Umat Beragama Ada beberapa model dialog antar umat beragama yang dikemukakan oleh beberapa pemikir agamawan. 1. Membuat Pengelompokkan Ada tiga macam model dialog yang dijelaskan oleh Paul F. Knitter dalam bukunya Satu Bumi Banyak Agama, yaitu: a. Pusatkan pembicaraan atau tema tentang “ada banyak jalan menuju ke satu sumber yang Ilahi (Divine Centre).” b. Mengelompokkan berdasarkan kategori yang sama. 6 SOSIOLOGI PERUBAHAN SOSIAL 2013 Contohnya, eklesiosentris (terpusat pada Gereja), Kristosentris (terpusat pada Yesus), teosentris (terpusat pada Allah). c. Mempergunakan kriteria penjabaran tentang pemahaman eksklusivisme, inklusivisme, dan pluralisme. Seperti Kristu bersama agama-agama, Kristus di dalam agama-agama. 2. Melakukan Dialog Beringkat Dalam bukunya yang berjudul Wacana Budha Dharma, Dr. Krishnanda Wijaya Mukti mengemukakan beberapa perbedaan dialog antar agama, yaitu: a. Dialog kehidupan sehari-hari. Yaitu semua orang bekerja sama, belajar mencontoh kebaikan dari kehidupan sehari-hari, dalam lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, dsb. b. Dialog melakukan pekerjaan sosial Bekerja sama melakukan pekerjaan sosial dengan para pengikut agama lain dengan sasaran meningkatkan martabat dan kualitas hidup manusia. c. Dialog pengalaman keagamaan Saling memperkaya dan memajukan penghayatan nilai-nilai dan cita-cita rohani masing-masing pribadi dengan berbagi pengalaman berdoa, meditasi, dan sebagainya. Dapat dilakukan dengan pemeluk suatu agama tinggal untuk beberapa waktu di komunitas agama lain atau berdoa bersama untuk perdamaian dunia, dsb. d. Dialog pandangan teologis Dialog ini dilakukan oleh para ahli agama untuk saling memahami dan menghargai nilai-nilai rohani masing-masing dengan mengangkat pandangan dan tradisi keagamaan dalam menyikapi persoalan manusia. 3. Menghargai perbedaan interpretasi teks suci Muhammad Ali menjelaskan ada beberapa sikap yang perlu dipegang dalam melakukan dialog seputar perbedaan pemahaman dan interpretasi atas teks-teks suci, antara lain: a. Mengakui perbedaan pemahaman terhadap kitab suci orang lain b. Menghargai perbedaan pemahaman terhadap kitab suci dalam agama tertentu. c. Berdebat secara cerdas, bukan debat kusir, yaitu tidak ada penghujatan, pengkafiran, pelabelan ‘setan’ terhadap mitra dialog, atau theological 7 SOSIOLOGI PERUBAHAN SOSIAL 2013 judgment yang tidak berdasarkan ilmu pengetahuan. Serta tidak boleh suatu agama memaksakan untuk menerima pernyataan atau pewartaan iman mereka 4. Mengikuti kuliah character building Dalam character building diberikan bermacam-macam dasar ajaran agama, baik teologi dan ritualnya agar dapat mengenal masing-masing agama satu sama lain. Dari pencapaian tersebut, dialog bisa dilanjutkan melalui berbagai aktivitas formal dan informal. Ada syarat utama, yaitu kesepakatan bahwa sewaktu membahas tentang suatu agama, pakailah kacamata dari agama tersebut, seperti ketika membahas Islam, gunakanlah kacamata agama Islam , saat berdiskusi Kristen, gunakanlah kacamata agama Kristen, dan seterusnya. Tujuannya adalah tidak terjadinya pandanganpandangan dan penilaian yang negatif terhadap ajaran agama-agama tersebut. Sedangkan model dialog apapun yang dijalankan, kesemuanya harus menjalankan prisnsip-prinsip dalam pelaksanaan dialog tersebut, yaitu: 1. Frank Witness, yaitu masing-masing tidak menyembunyikan keyakinan untuk menghilangkan kecurigaan atau ketakutan yang tidak diungkapkan. 2. Mutual respect, yaitu sikap simpati terhadap kesulitan orang lain dan penghargaan terhadap prestasi orang lain. 3. Religious Freedom, yaitu hak untuk memeluk agama tanpa paksaan. E. Dialog Inter Agama Dialog inter agama merupakan dialog yang dilakukan untuk agama yang sama. Dialog agama penting karena terdapatnya aliran atau kelompok yang berbeda-beda dalam satu agama. Latar belakang timbulnya perbedaan pandangan a. Karena perbedaan penafsiran Awalnya ada perbedaan penafsiran terhadap teks kitabsuci. Kemudian perbedaan tersebut mulai ada pengikutnya, yang kemudian semakin lama semakin berkembang sampai mereka resmi memiliki kelompok da tempat ibadah sendiri. Kemudian mereka mengembangkan ritual keagamaan mereka dengan perbedaan sekaligus persamaan dengan aliran atau kelompok agama lainnya. b. Perbedaan latar belakang pendidikan Hal ini dikarenakan adanya perbedaan latar belakang pendidikan tradisional dan modern. Mereka yang memiliki latar belakang pendidikan 8 SOSIOLOGI PERUBAHAN SOSIAL 2013 yang modern biasanya lebih rasional, sedangkan yang berpendidikan tradisional menerima penjelasan yang tradisonal dan sederhana. Misalnya, pada masalah hukum, biasanya mereka yang berlatar belakang modern cenderung berkesimpulan yang kritis dan argumentatif. Sedangkan, yang berlatar belakang tradisional menerima pendapat dan pemikiran yang sederhana. c. Perbedaan visi politik Contoh dalam sejarah Islam, awalnya aliran-aliran tersebut berlatar belakang politik, kemudian berubah menjadi aliran keagamaan, dan membawa masalah teologi kedalamnya, bahkan memberikan justifikasi atau penilaian kepada pandangan atau keyakinan yang berbeda. 2. Model dialog yang dapat dilakukan a. Mengadakan pertemuan berkesinambungan Pada dasarnya, yang diperlukan dalam menghadapi perbedaanperbedaan yang ada jalan keluar yang sederhana dan tidak perlu menyinggung esensi dari ajaran yang berbeda-beda itu. Hal tersebut dapat dilakukan contohnya adalah dengan mengadakan pertemuan-pertemuan umat, khususnya pada perayaan hari besar keagamaan yang mana tiap aliran dapat datang dan berkumpul bersama. Dalam kesempatan itu, dapat direnungkan bersama pokok-pokok iman yang menjadi landasan atau inti dari kepercayaan yang mengikat diantara mereka. b. Lebih mengutamakan kesamaan Dialog dapat dilanjutkan dengan mengangkat isu-isu yang menjadi perhatian bersama. Seperti dengan mencoba mencari solusindari masalahmasalah kemanusiaan dengan sudut pandang kepercayaan dan jati diri mereka bersama. Dengan begitu mereka dapat saling melihat perbedaan dan kekhasan satu sama lain dan menggunakan perbedaan dan kesamaan tersebut sebagai dasar pengikat mereka. c. Saling menjelaskan dan mendengarkan Dialog kemudian dapat dilanjutkan dengan membahas seputar perbedaan diantara mereka. Yaitu seputar apa saja perbedaan yang terjadi dan kenapa bisa hal tersebut terjadi. d. Mengutamakan pesan kedamaian, kebenaran, dan keselamatan 9 SOSIOLOGI PERUBAHAN SOSIAL 2013 Hal ini dimaksudkan untuk tidak memberikan penilaian tengtang yang baik dan yang buruk. Akan tetapi, lebih menggunakan pesan-pesan mulia dari masing-masing inti kepercayaan atau agama sebagai benang merah yang dapat mempersatukan semuanya dalam semangat hidup baik dan bermoral di hadapan Tuhan dan sesama. F. Potret Hidup Keagamaan Di Indonesia Potret hidup keagamaan di Indonesia dapat dikatakan kompleks yang digambarkan dengan sisi positif maupun sisi negatifnya. Secara umum di Indonesia, sisi positif agama adalah menumbuhkan semangat religiositas dalam hati para warganya. Namun, disisi lain kenyataaanya yang ada adalah kegagalan agama memainkan perannya dalam membina kerukunan, kedamaian, dan kesejahteraan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia. Adapun dibawah ini dipaparkan potret keagamaan di Indonesia, yaitu: 1. Menjadi alat politik penguasa Selama masa penjajahan dan kemerdekaan saat ini, kehidupan bangsa Indonesia selalu direfleksikan dengan ketidakadilan dan penyalahgunaan kekuasaan di berbagai sektor kehidupan. Pada masa perjuangan melawan penjajah, agama kehilangan semangat dasarnya karena para umatnya belum memahami nilai-nilai kemanusaian tranformatif dan progresid dari ajaran agama. Dalam perjalanannya, agama-agama sibuk mengurusi diri-sendiri sebagai institusi dan gagal menjadi kekuatan moral dalam pembela kebaikan dan kebenaran. Bahkan, agama dapat dijadikan sebagai alat politik oleh penguasan dan sebagai kekuatan untuk mempertahankan status quo. 2. Terlalu orientasi ritual Pemahaman yang keliru selama ini memperlihatkan bahwa agama erat kaitannya dengan hal ritual-seremonial sehingga agama kehilangan peran kritisnya bagi masyarakat. Ritual keagamaan lebih diutamakan daripada kepedulian terhadap kondisi sosial yang konflik yang disebabkan oleh agama itu sendiri. Agama berubah menjadi wacana pemecah belah pada tingkat elit dan diantara penganutnya. Agama menjadi bersifat fanatisme sempit dimana hanya mengutamakan kemegahan yang bersifat lahiriah, seperti pembangunan sarana fisik, pendirian rumah ibadat, penggunaan simbol-simbol keagamaan dll. 3. Gagal sebagai pembentuk karakter bangsa Bangsa Indonesia dipandang sebagai bangsa yang religius karena tercermin dari dasar negara yaitu sila pertama Pancasila yang berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Individunya mengakui dirinya beragama dengan bukti dalam identitas diri. Namun, kenyataan yang ada 10 SOSIOLOGI PERUBAHAN SOSIAL 2013 ketidakadilan menjamur, institusi pemerintahan melakukan korupsi, kolusi, dan nepotisme. Hal ini memperlihatkan ada jurang pemisah antara kenyakinan agama dengan praktek kehidupannya. 4. Toleransi semu Bangsa Indonesia dikenal dengan kehidupan religius tinggi, toleransi yang diwujudkan dengan sikap warganya yang ramah dan santun. Namun, hal itu hanya toleransi semu yang terlihat pada permukaan saja. Di Indonesia seringkali terjadi konflik antaragama, bahkan agama dimanfaatkan sebagai alat adu domba oleh pihak-pihak tertentu. Agama dimanfaatkan untuk membangun sentimen kelompok, merupakan penghayatan yang salah. 5. Prospek baik ke depan Secara hakiki, agama membawa pesan perdamaian, kebaikan, dan kesejahteraan bagi umatnya. Penghayatan yang salah akan agama membuat agama itu sendiri menjadi bumerang bagi masyarakat. Agama-agama mengembangkan paham egaliter, yaitu persamaan manusia di hadapan Tuhan sehingga diciptakan saudara, sederajat, dan semartabat. Agama memang memiliki watak ganda, disatu sisi menjadi pengabsah masyarakat yang sudah mapan, tetapi menjadi kekuatan kritis dan pembebas melawan kemapanan. Oleh karena itu, seluruh umat beragama perlu melakukan pembaharuan dan perbaikan dalam penghayatan keagamaan. G. Agama Sebagai Kekuatan Pembebas Agama lebih dibatasi sebagai kepercayaan teologis dan filosofis, padahal agama harus mampu menjadi kekuatan spiritual bagi manusia. 1. Teologis yang membebaskan Teologis pembebasan adalah suatu pembacaan baru pada kitab suci, sebuah paradigma baru mengenai perjuangan pembebasan, dan sebagai reaksi penentangan terhadap struktur-struktur ketidakadilan dan ketergantungan ekonomi yang menindas begitu banyak orang miskin. 2. Takdir dan kebebasan memilih Tujuan agama dalam pembebasan adalah untuk memberikan kehormatan dan harga diri kepada manusia, serta untuk menghapuskan eksploitasi, penindasan dan ketidakadilan. 3. Usaha pembebasan yang disertai doa Agama berperan membebaskan manusia dari berbagai belenggu, baik yang berasal dari dalam dirinya sendiri-dari segala nafsu dan keserakahannya-maupun yang berasal dari luar seperti penindasan dan penganiayaan oleh sesama. Untuk mendapatkan pembebasan, keadilan dll manusia seharusnya berusaha dan berdoa. Tidaklah manusia hanya 11 SOSIOLOGI PERUBAHAN SOSIAL 2013 mengandalkan doa (permintaan kepada Tuhan) sementara Tuhan merupakan sosok yang gaib yang keberadaannya tidak tertangkap jelas oleh manusia. H. Kerjasama Antar Agama Kerjasama antar umat beragama merupakan suatu keharusan untuk menghasilkan pembaharuan yang diperlukan. 1. Pentingnya kerjasama Untuk lebih efektif dalam menjalankan perannya sebagai sebuah kekuatan pembebas, maka agama-agama harus lebih proaktif lagi dalam mewujudkannya melalui kerja sama. Jika kesadaran dan kerjasama antara kelompok yang berbeda berlangsung, maka apa yang disebut multikulturalisme kolaboratif akan terbangun. Multikulturalisme kolaboratif merupakan salah satu pendekatan mengatasi masalahmasalah akibat perbedaan etnis, agama dan budaya, seperti konflik dan disintegrasi nasional. 2. Bidang-bidang kerjsama Ada banyak bidang dimana agama-agama dapat bekerja sama memainkan peran pencerahan dan pembebasan yang membuahkan pemberdayaan bagi para penganutnya dan warga Indonesa seluruhnya. Diantaranya berikut ini : a) Penegakan keadilan Dapat dikatakan bahwa masyarakat kita telah lama menderita akibat adanya perlakuan yang tidak sama, baik terhadap individu maupun kelompok. Diskriminasi dalam berbagai bentuk dan cara, berlangsung di berbagai sektor kehidupan, tanpa ada yang sungguh-sungguh peduli dengan itu. Oleh karena itu penting peran agama-agama bersama-sama mengambil langkah-langkah strategis untuk mengurangi atau bahkan memberantas praktek yang menyengsarakan rakyat tersebut. b) Perbaikan taraf hidup Perbaikan taraf hidup merupakan hal yang penting, karena ketertinggalan di sala satu bidang akan mempengaruhi bidang-bidang lainnya juga. Kalau ekonomi lemah, maka peningkatan pendidikan, kesehatan, dan sebagainya juga ikut terbengkalai. c) Perbaikan akhlak Tugas utama agama adalah bagaimana agar dengan berbagai pesan moral yang terkandung didalamnya bisa menjadi sumber semnagat dan moralitas bagi 12 SOSIOLOGI PERUBAHAN SOSIAL 2013 umatnya. Dalam hal ini peran institusi keagamaan dan juga tokoh-tokoh agama ialah menyediakan iklim keagamaan yang harmonis, rukun, damai, dan juga menjadi guru yang baik bagi umatnya. I. Langkah-langkah yang perlu diambil 1. Memperbaiki paradigma hidup keagamaan Pada tataran teologis, agama-agama perlu mengubah paradigm teologis yang pasif, tekstual dan eksklusif. Agama-agama harus mengembangkan teologi yang inklusif, pluralis, kontekstual, yang mampu menggugah para pemeluk agama untuk menemukan kehendak Tuhan dalam berbagai praksis dan pergumulan hidup mereka. Teologi harus memperjuangkan kebebasan dari segala belenggu dan penindasan, sekaligus memberi dorongan dan kekuatan untuk hidup dengan baik di hadapan Tuhan dan sesama. 2. Membela kaum lemah Kerjasama yang dibangun antar agama-agama terutama berorientasi untuk memihak yang lemah dengan memberdayakan mereka. Dapat dikatakan bahwa perbaikan taraf hidup masyarakat merupakan hal yang penting dan harus dilakukan secara simultan diberbagai sektor. Agama memainkan perannya sebagai penyalur berkat dari Tuhan melalui sesama. 3. Menghadirkan suasana surga di dunia ini Surga dan nirwana sebagai lambang dari kesejahteraan, kedamaian dan kebahagiaan hidup, bukan hanya sebagai kenyataan di akhirat nanti tapi juga kita sudah mulai menikmatinya dalam kehidupan di dunia ini. Hal itu tercermin dalam bentuk ketentraman, keamanan, kerukunan, kedamaian, kesejahteraan, dan segala wujud kebaikan bersama. 4. Menjadi pelopor perbaikan akhlak Dalam hal perbaikan akhlak bangsa ini, agama tidak boleh berpangku tangan saja. Ada tanggungjawab besar yang harus dijalankan dengan sepenuh hati. Dalam aktivitas sehari-hari, setiap pribadi yang beriman hendaknya bisa menjadi teladan bagi sesama. 5. Bekerjsama memberantas kejahatan dan menebar kebaikan Kerjasama berbagai agama dapat diarahkan untuk memberantas kejahatan di berbagai lingkungan hidup seperti korupsi, kolusi, dan nepotisme. Hal tersebut dapat dilakukan dengan adanya sangsi moral dari masyarakat melalui gerakan moral untuk mencegah 13 SOSIOLOGI PERUBAHAN SOSIAL 2013 terjadinya kejahatan-kejahatan tersebut. Selain itu agama-agama harus memasyarakatkan dan menyebarluaskan kebaikan melalui kerjasama diberbagai proyek kemanusiaan, dan mempengaruhi sebanyak mungkin orang untuk berbuat baik. J. Tiga Pendekatan dalam Melihat Potret Agama di Indonesia 1. Fungsi Menurut Durkheim, agama, yaitu “a religion is a unified system of beliefs and practices relative to sacred things.” Selain itu, Durkheim menekankan bahwa fungsi agama dalam menciptakan keteraturan sosial dan kohesi sosial. Begitupula, Parsons melihat fungsi agama sebagai integrasi sosial. Namun, agama tidaklah sesederhana konsep. Secara hakiki, fungsi agama bagi manusia sebagai kekuatan moral dan spiritual, pedoman kehidupan dalam menciptakan kebaikan, keadilan kedamaian, dan membantu manusia memecahkan persoalanpersoalan yang tidak dapat dijawab oleh manusia dan IPTEK. Namun, kenyataannya yang ada agama gagal dalam memainkan perannya. Perubahan pada kondisi sosial masyarakat juga mengakibatkan perubahan pada penghayatan tentang agama. Perubahan agama dapat dilihat dari fungsinya, saat ini agama dapat menjadi sebagai alat politik bagi penguasa dimana banyak parpol yang mengatasnamakan agama sebagai visinya. Akibatnya, agama dijadikan sebagai alat adu domba, agama yang sakral dengan simbol, nilai menurut Durkheim menjadi penyatu masyarakat malah menjadi pemicu konflik terselubung dalam masyarakat. Selain itu, saat ini agama hanya dihayati sebagai sebuah simbol keyakinan dimana semakin banyaknya pembangunan tempat ibadah. Agama lebih sering diartikan hanya sebuah ritual yang dijalankan tanpa tahu makna spiritualnya. 2. Substansi Agama dalam pendekatan substansi didefinisikan secara teologis. Teologi adalah cara memahami pesan Tuhan dalam konteks yang berbeda-beda. Saat ini, diperlukan teologi pembebasan dimana agama dijadikan sebagai kekuatan pembebas dari eksploitasi, penindasan, dan ketidakadilan. Pembebasan tersebut dapat dilakukan dengan kerjasama, ataupun dialog untuk menghasilkan pembaharuan. 3. Institusi Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa dalam fungsi itu sendiri agama telah berubah. Digunakan sebagai kekuatan elit penguasa untuk mempertahankan kekuasaannya. Hal ini dilakukan melalui partai politik serta organisasi masayarakat yang bertindak mengatasnamakan agama demi kepentingan kelompoknya. Tidak jarang dari institusi14 SOSIOLOGI PERUBAHAN SOSIAL 2013 institusi tersebut melakukan tindak kekerasan terhadap kelompok lain yang menciptakan konflik dengan memakai agama sebagai alat pembenaran. Secara dasar, visi utama dari agama bahwasannya menciptakan kebaikan, kebenaran, keadilan, kedamaian, dan kesejahteraan bagi manusia yang merupakan nilai-nilai dari masyarakat ideal. Indonesia secara lahiriah memiliki masyarakat yang plural, namun menjadi permasalahannya apakah nilai pluralisme itu terkandung dalam masyarakat yang plural. Perlu diingat bahwasannya nilai pluralisme yang utama dalam kehidupan keagamaan adalah kepedulian, kebersamaan, dan toleransi. Hal itu penting mengingat masalah-masalah kehidupan keagamaan di Indonesia yang begitu kompleks seperti, konflik antaragama, individu yang mencerminkan akhlak yang buruk, pemerintah yang KKN dll. Oleh karena itu, perlu kembali mengkaji dengan kritis peran agama dalam merekonstruksi masyarakat ideal yang inklusif di Indonesia. Dari berubahnya agama dilihat dari tiga pendekatan diatas bisa kita lihat hubungan perubahan tersebut dengan peran agama untuk membentuk masyarakat ideal melalui struktur kultur dan proses. Dari fungsi itu sendiri agama telah berubah. Agama saat ini justru berubah fungsi menjadi alat poltik bagi penguasa. Untuk dapat meraih kekuasaan banyak partai politik yang visi misinya mengatas namakan agama untuk memperoleh dukungan. Hal ini juga semakin mendorong partai mengatasnamakan mana agama yang benar dan mana agama yang salah. Sehingga muncul persaingan antara agama itu sendiri. Kondisi seperti justru membuat kondisi beragam di Indonesia menjadi terkotak-kotak. Saling menjauhkan diri satu sama lain. Pengkotak-kotakan agama ini pula telah bagian dari kultur masyarakat itu sendiri. Secara subtansi agama ideologi agama juga telah menjadi alat bagi penguasa yang kini agama tidak lagi menjadi sumber moralitas. Sehingga dalam kehidupan sehari-hari agama hanya menjadi simbol dan sekedar ritual semata. Hal ini semakin diperparah dengan lahirnya institusiinstitusi politik seperti partai politik yang melanggengkan kondisi agama yang seperti ini. Dalam usaha menciptakan masyarakat yang ideal, dari kultur agama yang telah terkotak-kotak tersebut, harus dimulai dengan adanya usaha untuk membuka kotak-kotak tersebut dengan cara bekerja sama. Oleh karena itu perubahan ini dapat dimulai dari proses yaitu adanya dialog-dialog antar agama. Dialog yang diprakarsai oleh tokoh-tokoh intelektual mengajak umat beragama untuk saling berdialog satu sama lain. Sesuai dengan tujuan dialog itu sendiri yaitu sharing feeling, untuk saling memahami hingga tumbuh perasaan saling menghargai. Kerjasama antar umat beragama untuk melakukan perubahan di berbagai bidang seperti yang telah dijelaskan sebelumnya juga perlu dilakukan. Dialog dapat dilakukan untuk 15 SOSIOLOGI PERUBAHAN SOSIAL 2013 mengembalikan fungsi agama yang sama-sama untuk mengajarkan cinta dan kasih bukan persaingan. Selain itu substansi agama juga dapat dikuatkan dalam kehidupan sehari-hari melalui dialog antar umat beragama. Misalnya melihat dari Qur’an Surat al-Hujarat/49:11, yang mana isinya: “Wahai sekalian orang-orang beriman, kalau-kalau mereka (yang dipandang rendah) itu lebih baik dari mereka (yang memandang rendah). Dalam surat ini kurang lebihnya mengajarkan manusia untuk tidak saling memandang rendah orang lain. Melalui dialog, ajaran-ajaran agama ini dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu untuk menciptakan masyarakat ideal ini adalah bagaimana merubah kultur kondisi agama yang sudah sedemikian terfragmentasi melalui proses dialog dan kerjasama antar agama. Dari hal tersebut menunjukkan bahwa ada perpotongan dimana suatu kultur diproseskan (processed culture) yaitu bagaimana interkasi di dalam masyarakat dinegosiasikan kembali suatu budaya yang telah ada. Berdasarkan hasil dari proses dialog antar agama dalam bekerjasama membangun multikulturalisme kolaboratif yang mampu menghargai perbedaan budaya demi mencapai masyarakat ideal, memang belum terdapat bukti konkret tentang struktur yang terpengaruh oleh proses dan kultur yang disebutkan. Struktur dibutuhkan untuk tetap dapat menjaga keutuhan dari masyarakat yang lebih inklusif. Namun, kemudian masyarakat dapat mengusulkan adanya peraturan yang sesuai dengan pencapaian dalam tahap proses dan kultur. Hal tersebut dapat terlihat pada artikel “MUI Minta Pemerintah Keluarkan UU Kerukunan Antar Umat Beragama” yang bersumber di website sekretariatkabinetRepublik Indonesia, bahwa MUI sebagai salah satu kelompok representative dari masyarakat dan juga kelompok agama Islam mendorong terciptanya struktur berupa undang-undang berdasarkan apa yang telah dilalui dalam proses dan kultur. Dalam kehidupan keberagamaan dan keberimanan, sangat diwarnai oleh keanekaragaman. Namun, yang dikehendaki dari tiap kepercayaan dan agama adalah sama, yaitu ingin mencapai kebahagiaan, kedamaian, dan keselamatan manusia. Torenasi perlu dibangun dalam masyarakat yang majemuk. Perlu adanya rekonstruksi keadaan masyarakat yang serba tidak stabil, yang saling tertutup dan menjaga jarak antar golongan ke arah yang lebih inklusif sebagai bentuk kedewasaan dalam menerima berbagai perbedaan. Oleh karena itu, perbedaan-perbedaan yang muncul harus disikapi secara baik, yaitu dengan terbuka, saling mengenal, dan mengembangkan dialog untuk mencapai kerukunan, kerjasama, dan kebersamaan yang saling memajukan. Dan tidak pada posisi mencari mana yang benar dan salah, melainkan saling belajar untuk memperdalam dan memperbaiki penghayatan iman kita 16 SOSIOLOGI PERUBAHAN SOSIAL 2013 sendiri. Dengan keterbukaan juga diharapkan kita dapat menemukan hal mendasar yang essensial bahwa kita semua memiliki kesamaan dan keprihatinan yang sama, serta mengarahkan pada kebaikan. Agama menjadi sumber utama bahwa semua manusia diajarkan untuk mencari kebaikan dan menyebarkan cinta kasih. Hal inilah yang perlu ditananmkan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Agama bukanlah pendorong untuk semakin berbeda, tetapi sebagai penguat untuk membangun persaudaraan yang lebih luas. Maka dari itu, rekonstruksi masyarakat ideal dapat dilakukan dengan kembali pada hal dasar ini serta penguatan dalam struktur melalui peran aktif pemerintah serta masyarakat. 17 SOSIOLOGI PERUBAHAN SOSIAL 2013 Daftara Pustaka: Antonius Atosokhi Gea, Noor Rachmat, dan Antonina Panca Yuni Wulandari. Dialog Antar Agama. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. 2004 Madjid, Nurkholis. Islam Doktrin dan Peradaban: Sebuah Telaah Kritis Tentang Masalah Keimanan, Kemanusiaan, dan Kemodernan. Jakarta: Yayasan Wakaf Paramadina. 1992. http://www.setkab.go.id/berita-8096-mui-minta-pemerintah-keluarkan-uu-kerukunan-antarumat-beragama.html http://katolisitas.org/1479/mengapa-harus-ada-tiga-pribadi-di-dalam-trinitas-bukan-2-atau-4 diakses tanggal 28 April 2013 jam 14.26 WIB http://katolisitas.org/tag/inkarnasi diakses tanggal 28 April 2013 jam 14.42 WIB http://www.kadnet.org/web/index.php?option=com_content&view=article&id=1719:sebuahpermenungan-tentang-predestinasi--john-calvin-&catid=98:theology&Itemid=99 diakses tanggal 28 April 2013 jam 23.15 WIB 18