IMPLEMENTASI PERSPEKTIF GLOBAL DALAM PEMBELAJARAN IPS DI SEKOLAH DASAR SUWARTI Dosen KSDP FIP Universitas Negeri Malang Jl Semarang Nomor 5 Malang e-mail: [email protected] Abstrak : Perspektif global merupakan pendekatan dan pemahaman tidak hanya tentang situasi lokal melainkan kondisi yang terjadi secara global. Sebagai sebuah pendekatan perspektif global mengajak peserta didik untuk berpikir secara global dan bertindak secara lokal dengan mengedepankan prinsip konservasi atas lokalitas. Isu dan permasalahan global dipelajari dalam perspektif global diimplementasikan dalam pembelajaran ilmu pengetahuan sosial di sekolah dasar. Peserta didik di sekolah dasar dalam tahapan berpikir kongkrit menuju berpikir abstrak, pemahaman dan pemecahan masalah yang diberikan dirancang sesederhana mungkin namun tetap mengedepankan esesnsi dari permasalahan itu sendiri. Kata Kunci: implementasi, perspektif global, pembelajaran studi sosial menghadapi dan menangani kompleksitas kehidupan di masyarakat yang banyak masalah, maka lahirlah IPS. Menurut Suradisastra (1992: 4) IPS merupakaan kajian tentang manusia dan dunia sekelilingnya. Menurut pendapat Somantri (dalam Fajar, 2005: 35) yang menjelaskan bahwa IPS merupakan suatu synthetic discipline antara berbagai ilmu-ilmu sosial (untuk pembelajaran di sekolah biasanya terdiri dari sejarah, ekonomi, geografi, dan kewarganegaraan). Selain harus mampu mensintesiskan konsepkonsep yang relevan antara ilmu-ilmu sosial tersebut, juga perlu dimasukkan unsur-unsur pendidikan dan pembangunan serta masalahmasalah sosial dalam hidup bermasyarakat. Jadi Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan penyederhanaan atau adaptasi dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan pedagogis/ psikologis untuk tujuan pendidikan. Ilmu-ilmu sosial yang membentuk Ilmu Pengetahuan Sosial meliputi antropologi, Manusia lahir sebagai makhluk individu dan sekaligus sebagai makhluk sosial. Konsekuensi manusia sebagai makhluk sosial adalah manusia selalu hidup bermasyarakat. Seperti diketahui bersama bahwa masyarakat sangat kompleks. IPS harus menggambarkan kekompleksan masyarakat dan tuntutan perkembangan masyarakat yang mendunia (global). Lahirnya IPS tidak bisa terlepas dari kompleksitas kehidupan di masyarakat yang sering kali berkembang secara tidak terduga. Perkembangan seperti itu dapat membawa berbagai dampak yang luas. Karena luasnya akibat terhadap kehidupan, maka muncul masalah. Masalahmasalah global yang perlu dipecahkan misalnya penduduk dan keluarga berencana, hak asasi manusia, pembangunan, migrasi, lingkungan hidup dan sumber daya alam, kelaparan dan bahan pangan dan sebagainya. Masalah atau isuisu global inilah yang akan dipaparkan perspektif global kemudian diimplementasikan dalam pembelajaran IPS. Oleh karena itu siswa SD perlu dibekali pengetahuan supaya nantinya mereka mampu 67 68 WAHANA SEKOLAH DASAR (Kajian Teori dan Praktik Pendidikan) Tahun 24, Nomor 1,Januari 2016 ekonomi, geografi, sejarah, politik, psikologi, dan sosiologi. PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) Masyarakat Indonesia sangat kompleks atau beragam. Dalam masyarakat Indonesia yang kompleks tersebut dipertajam lagi oleh kemajemukan masyarakat Indonesia yang terdiri dari banyak suku, harus bersatu di bawah naungan Bhinneka Tunggal Ika. Oleh karena itu kajian IPS bukan hanya mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang berhubungan dengan manusia saja, melainkan juga tentang tindakan-tindakan empatik yang melahirkan pengetahuan tersebut. Manurut Barth dan Shermis (dalam Suradisastra, 1992: 4) secara ringkas yang dikaji dalam IPS adalah a) pengetahuan, b) pengolahan informasi, c) telaah nilai dan keyakinan, d) peran serta dalam kehidupan. Sedangkan menurut Sapriya (2009: 48), dimensi program pendidikan IPS mencakup pengetahuan (knowledge), keterampilan (skills), nilai dan sikap (value and attitudes) serta tindakan (action). Dimensidimensi tersebut adalah sebagai berikut. Dimensi Pengetahuan Dimensi pengetahuan maksudnya adalah wawasan atau pandangan tentang pengetahuan sosial. Pengetahuan sosial meliputi peristiwa yang terjadi di lingkungan masyarakat tertentu. Ada juga yang mengemukakan pengetahuan sosial mencakup keyakinan dan pengalaman belajar siswa. Secara konseptual pengetahuan hendaknya mencakup fakta, konsep dan generalisasi yang dipahami siswa. Fakta adalah data yang spesifik tentang peristiwa, objek, orang, dan hal-hal yang terjadi (Sapriya, 2009:49). Konsep adalah pengertian yang disimpulkan dari sekumpulan data yang mempunyai kesamaan ciri. Konsep ada yang konkrit ada yang abstrak. Sedangkan generalisasi adalah pernyataan yang dibentuk oleh dua konsep atau lebih. Betapa pentingnya fakta dalam konteks pembelajaran IPS, walaupun fakta bukan tujuan akhir dalam pembelajaran IPS. Di dalam pembelajaran IPS, tidak mungkin guru mengabaikan fakta, sebab fakta sangat esensial dalam proses berfikir. Fakta akan memberikan isi materi kepada konsep sebagai pilar-pilar kegiatan intelektual. Di dalam kegiatan pembelajaran fakta harus diletakkan dalam hubungan fungsional dengan konsep dan generalisasi dengan cara-cara berfikir yang sistematik. Pandangan seperti itu, siswa akan mampu melihat hubungan di antara fenomena intelektual dan menggunakannya untuk meraih pengetahuan yang bermakna. Tugas guru adalah membantu siswa membangun dan mengembangkan konsep dan generalisasi. Oleh karena itu kegiatan pembelajaran harus menggunakan faktafakta sebagai pembentukan konsep dan generalisasi dan pijakan pembelajarannya adalah kurikulum. Dimensi Keterampilan Keterampilan ini sangat dibutuhkan karena bertujuan mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang mampu berpartisipasi secara cerdas dalam masyarakat demokratis. Keterampilan yang dibutuhkan dalam pembelajaran IPS di antaranya adalah keterampilan yang dapat dipakai untuk menangani gejala-gejala sosial. Sebagaimana dipaparkan oleh Supriya (2009: 51), bahwa keterampilan yang diperlukan dalam pembelajaran IPS adalah keteramilan meneliti, keterampilan berfikir, keterampilan partisipasi sosial, dan keterampilan berkomunikasi. Dimensi Nilai dan Sikap. Pendapat Gordon Allport (dalam Mulyana, 2011: 9) menjelaskan bahwa nilai adalah keyakinan yang membuat seseorang bertindak atas dasar pilihannya. Sedangkan menurut Margono dkk (2002: 65) nilai adalah apa yang dianggap bernilai atau berharga yang menjadi landasan, pedoman, pegangan, dan semangat seseorang dalam melakukan sesuatu. Nilai dapat menjadi standart berkelakuan seseorang. Standart berkelakuan yang dimaksud dapat berwujud benarsalah, bermoral-tidak bermoral, adil-tidak adil, jujur-tidak jujur, tanggung jawab-tidak bertanggung jawab dan sebagainya. Fraenkel (dalam Sa’dun Akbar 2009: 2) menjelaskan bahwa nilai itu tidak ada dalam pengalaman melainkan ada dalam fikiran manusia. Oleh karena itu nilai itu abstrak. Nilai tidak dapat dilihat, yang dapat dilihat adalah objek yang mempunyai nilai. Misalnya gedung, meja, pantai, buku, pensil dan sebagainya. Biasanya nilai dipelajari sebagai hasil dari pergaulan atau komunikasi antar individu dalam kelompok seperti keluarga, himpunan keagamaan, kelompok masyarakat, atau himpunan dari orang-orang yang mempunyai satu tujuan. Nilai yang ada di masyarakat sangat bervariasi sesuai tingkat keragaman kelompok masyarakat. Heterogenitas nilai akan menimbulkan masalah bagi guru dalam pembelajaran IPS. Disatu pihak, nilai dapat masuk ke dalam masyarakat, dan mungkin steril dari isu-isu yang sedang menerpa dan terhindarkan dalam masyarakat demokratis. Dipihak lain tidak dapat dipungkiri bahwa nilai tertentu muncul dengan kekuatan yang sama di masyarakat dan menjadi pembelajaran yang baik serta menjadi pelindung dari berbagai penyimpangan dan pengaruh luar. Agar ada kejelasan dalam mengkaji nilai dalam masyarakat, maka nilai dapat dibedakan menjadi nilai substantif dan nilai prosedural (Sapriya, 2009: 54). Nilai substantif adalah keyakinan yang telah dipegang oleh seseorang dan umumnya hasil belajar, bukan sekedar menanamkan atau menyampaikan informasi semata (Sapriya, 2009: 54). Setiap orang mempunyai keyakinan yang berbeda-beda sesuai dengan keyakinannya tentang berbagai hal, walaupun mereka hidup dalam satu kelompok. Dalam mempelajari nilai substantif, siswa perlu memahami proses-proses, lembaga-lembaga, aturan-aturan untuk memecahkan konflik dalam mayarakat. Dengan kata lain siswa mengetahui bahwa ada keragaman nilai dalam masyarakat dan mereka perlu mengetahui isi nilai dan implikasi dari nilai-nilai tersebut. Sedangkan nilai prosedural yang perlu ditanamkan dibelajarkan antara lain nilai toleransi, kejujuran, kerjasama, disiplin, menghargai pendapat orang lain, tanggung jawab, dan sebagainya. Peran guru dalam membelajarkan atau melatih nilai prosedural, yaitu dengan melalui kegiatan pembelajaran atau langkah-langkah pembelajaran di kelas. Nilai dan tindakan tidak berdiri sendiri. Nilai merupakan sesuatu yang diinginkan sehingga melahirkan tindakan pada diri seseorang (Mulyana, 2011:14). Contoh, seorang guru merancang membuat rencana pembelajarannya atau RPP, seorang pedagang menata tempat dagangannya, seorang ibu memasak untuk keluarganya, petani mengolah lahan sawahnya, dan sebagainya. Semua itu merupakan perwujudan dari tindakan yang didasari oleh nilai-nilai yang berbeda. Dimensi Tindakan. Tindakan sosial merupakan dimensi pembelajaran IPS yang penting sebab melalui tindakan dapat memungkinkan siswa menjadi peserta didik yang aktif. Siswa dapat belajar secara konkrit dan praktis tentang apa yang diketahui yaitu tentang isu-isu sosial atau masalah sosial di masyarakat untuk dipecahkan. Sehingga jelas apa yang akan dilakukan dan bagaimana caranya agar siswa belajar menjadi warga negara yang efektif di masyarakat. Berkaitan dengan tindakan yang harus dilakukan oleh siswa, hal ini tentunya disesuaikan dengan perkembangan siswa dan tingkatan sekolahnya. Bagi siswa SD belum mampu memahami keluasan dan kedalaman masalah-masalah sosial di masyarakat secara utuh. Akan tetapi siswa SD perlu diperkenalkan kepada masalahmasalah tersebut. Selanjutnya mereka kelak diharapkan mampu bertindak secara 69 70 WAHANA SEKOLAH DASAR (Kajian Teori dan Praktik Pendidikan) Tahun 24, Nomor 1,Januari 2016 rasional dalam memecahkan masalah atau isu-isu sosial yang dihadapinya. Terlebih pada saat ini, yaitu era globalisasi di mana isu-isu global disegala bidang antara lain bahan makanan, penduduk, energy, polusi, dan keanekaragaman hayati (Retnaningsih, 1998: 165). Sedangkan menurut Merryfield (dalam Sumaatmadja (2005: 5.19), masalahmasalah global dalam pembelajaran IPS meliputi penduduk dan keluarga berencana, hak asasi manusia, pembangunan, migrasi, lingkungan hidup dan sumber daya alam, kelaparan dan bahan pangan, perdamaian dan keamanan, prasangka dan diskriminasi. Masalah atau isu-isu global inilah yang akan dipaparkan dalam perspektif global kemudian diimplementasikan dalam pembelajaran IPS. PERSPEKTIF GLOBAL Pengertian Perspektif Global Sekarang manusia hidup pada era globalisasi, yang ditandai dengan fenomena hampir semua orang berinteraksi secara transnasionl (tidak hanya terbatas pada negaranya saja), multikultural (dalam berbagai macam budaya) dan saling berinteraksi dengan budaya lain selain budaya yang kita miliki. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya memahami gejala-gejala dan peristiwa yang berada di semua tempat. Interaksi dan saling keterkaitan di semua wilayah dunia semakin cepat karena didukung oleh ketersediaan transportasi dan tehnologi komunikasi yang semakin meningkat. Kemajuan transportasi dan tehnologi komunikasi telah mengubah tingkat kecepatan arus informasi. Derasnya informasi tersebut membawa dampak semakin cepatnya yang ditimbulkan bisa mengarah pada suatu keterbukaan, caracara berfikir, gaya hidup global. Pendapat ini seperti dipaparkan dalam buku Megatrend 2000 oleh John Naisbitt. Pendapat John Naisbitt (dalam Retnaningsih, 1998: 14) dijelaskan bahwa pada tahun-tahun tersebut akan terjadi proses globalisasi melalui tehnologi informasi, dan ada 3 mode yang mudah diterima oleh banyak budaya, yaitu makanan (food), pakaian (fashion), dan hiburan (entertainment). Pendapat John Naisbitt tersebut ternyata juga merambah Indonesia. Terbukti dapat kita lihat melalui anak-anak kecil yang sudah tahu jenis makanan yang berasal dari negara lain. Misalnya untuk makanan anak-anak sudah mengenal KFC, Dunkin’s Donat, pizzahut, MC dan sebagainya. Mereka justru tidak mengenal dan tidak menyukai makanan asli Indonesia seperti getuk, mendut, nogosari, klepon dan sebagainya. Untuk pakaian anakanak lebih menyukai jeans dan kaos tak berkerah atau kaos oblong. Di dunia hiburan anak-anak lebih menyukai film-film luar negeri Doraimon, sinchan dan sebagainya. Itulah kenyataan pada era globalisasi yang tidak bisa dipungkiri, karena setiap hari kita saksikan, kita alami melalui media televisi, internet, koran dan berbagai media lain baik elektronik maupun bukan. Pada era ini muncul istilah perspektif global. Beberapa istilah yang berhubungan dengan perspektif global adalah global, globalisasi dan perspektif global. Global memiliki pengertian sesuatu hal (berupa masalah, kejadian, kegiatan atau sikap) yang berkaitan dengan dunia, internasional, atau seluruh alam jagad raya. Menurut pendapat Joe Huckle (dalam Sumaatmadja, 2005: 1.13) Globalisasi adalah suatu proses di mana kejadian, keputusan dan kegiatan disalah satu bagian dunia menjadi suatu konsekuensi bagi individu dan masyarakat di daerah lain. Kejadian atau peristiwa di daerah lain langsung diterima oleh daerah atau negara lain tanpa menunggu permisi dari daerah atau negara yang bersangkutan. Hal ini disebabkan oleh media televisi dan lain-lain. Contohnya saat terjadi peristiwa pembunuhan gadis kecil Angeline di Bali oleh ibu angkatnya, dalam waktu singkat baik di warung-warung, tempat mangkal tukang becak, salon-salon kecantikan, ibu-ibu rumah tangga dan tempat lain semua membicarakan Angeline. Sedangkan pendapat Sumaatmaja (2005: IMPLEMENTASI PRESPEKTIF GLOBAL DALAM PEMBELAJARAN IPS DI SEKOLAH DASAR... 1.5) yang dimaksud dengan perspektif global adalah suatu cara pandang dan cara berpikir terhadap suatu masalah, kejadian atau kegiatan dari sudut kepentingan global yaitu dari sisi kepentingan dunia atau internasional. Oleh karena itu, sikap dan perbuatan kita juga diarahkan untuk kepentingan global. Retnaningsih (1998:5) menjelaskan bahwa perspektif global merupakan suatu pendekatan dan pandangan/wawasan bukan program. Perspektif global tidak termasuk program, karena bukan serangkaian tindakan dan tahap-tahap dengan perkiraan hasil secara kuantitatif yang harus dilalui sesuai dengan yang direncanakan, mengingat bahwa ilmu sosial lebih tepat dievaluasi keberhasilannya secara kualitatif. Perspektif global akan tetap diperlukan sepanjang manusia masih tinggal di bumi sebagai makhluk sosial saling terjadi pengaruh mempengaruhi antar manusia dengan lingkungan alamnya. Perspektif global merupakan pandangan/wawasan global bukan nasional ataupun lokal. Sebagai pendekatan dan wawasan maka perspektif global berusaha mendidik siswa agar berpikir global tapi bertindak lokal dan bukan sebaliknya berpikir lokal bertindak secara global. Contoh berpikir global bertindak lokal adalah masalah kebakaran hutan. Kebakaran hutan yang terjadi di beberapa tempat di Indonesia, dampaknya sangat luas. Asap sampai di mana-mana baik di dalam negeri maupun luar negeri. Hal ini akan berpengaruh terhadap transportasi darat, udara dan air. Akibat dari asap juga menyebabkan sakit pernafasan bahkan ada anak kecil yang sampai meninggal dunia. Perspektif Global sebagai Bagian dari IPS Ilmu Pengetahuan Sosial tidak bisa dipisahkan dari hakikat manusia. Setiap manusia sebagai makhluk individu dan sebagai makhluk sosial. Sebagai makhluk individu manusia dengan kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki berhak memutuskan sesuatu, tanpa campur tangan orang lain. Tetapi sebagai 71 makhluk sosial manusia tidak bisa manusia tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Keterlibatannya atau interaksinya dengan orang lain ini disebut kehidupan sosial. Di dalam interaksi sosial akan selalu terjadi kerjasama, saling ketergantungan, saling pengaruh mempengaruhi, persaingan dan konflik. Kehidupan sosial merupakan kumpulan dari individu-individu yang membentuk masyarakat dari yang terkecil ataupun terdekat hingga terbesar atau terjauh. Setiap manusia akan menjadi anggota masyarakat yang terkecil yaitu keluarga, kemudian semakin meluas. Urutan kehidupan sosial manusia mulai dari terkecil sampai terjauh adalah keluarga, rukun tetangga, rukun warga, kelurahan, kecamatan, kabupaten/ kotamadya, propinsi, negara, sampai yang terjauh yaitu masyarakat dunia. Setiap individu akan berpartisipasi baik secara langsung maupun tidak langsung dalam setiap masyarakat tersebut. Partisipasi dilakukan jika manusia memiliki pengetahuan dan sebaliknya. Sehingga partisipasi dan pengetahuan saling berkaitan satu sama lain. Orang tidak mungkin berpartisipasi tanpa mengetahui bagaimana cara berpartisipasinya. Interaksi sosial seperti kerjasama, saling ketergantungan, saling mempengaruhi dapat berjalan harmonis, jika orang mempunyai pengetahuan. Jika interaksi sosial berjalan harmonis, maka tidak akan terjadi konflik atau konflik dapat dihindari. Perspektif global menekankan setiap manusia sebagai warga dunia. Sehingga interaksi sosial juga tidak hanya kepada warga masyarakat yang dekat tetapi juga kepada warga dunia. Interaksi yang sifatnya global sudah terjadi sejak lama, meskipun intensitasnya tidak sekuat seperti sekarang ini. Contohnya adalah untuk memenuhi kebutuhan bahan mentah (rempah-rempah) yang dibutuhkan orang Eropa, mereka berbondong-bondong berlayar ke negara lain seperti Indonesia. Agar suplainya lancar mereka menjadikan wilayah yang kaya akan rempah-rempah dijadikan wilayah jajahannya, sehingga terjadilah kolonialisme. Wilayah-wilayah tersebut akhirnya tidak hanya dijadikan 72 WAHANA SEKOLAH DASAR (Kajian Teori dan Praktik Pendidikan) Tahun 24, Nomor 1,Januari 2016 sebagai sumber bahan mentah tetapi juga sebagai pasar untuk menjual barang-barang dagangannya. Interaksi sosial semakin meluas ketingkat global, beriringan dengan perkembangan tehnologi transportasi dan komunikasi. Interaksi bisa terjadi secara fisik maupun non fisik melalui internet. Tehnologi komputer melalui E-mail menyebabkan dunia menjadi tanpa batas secara non fisik. Secara fisik batas-batas wilayah setiap negara berdasarkan hukum internasional masih jelas. IMPLEMENTASI PERSPEKTIF GLOBAL DI SEKOLAH DASAR MELALUI PEMBELAJARAN IPS Masalah-masalah Global yang Dikembangkan dalam Pembelajaran IPS Masalah global terjadi jika masalah dunia itu, lingkupnya telah mengglobal. Sebagai contohnya adalah pencemaran udara. Selama pencemaran udara hanya memperlihatkan gejala yang terjadi sewaktu-waktu dalam frekuensi yang sangat rendah, masih dinyatakan sebagai fenomena pencemaran udara. Tetapi jika telah mengundang pemecahan karena telah ada pada tahap membahayakan lingkungan, dapat dinyatakan sebagai masalah pencemaran udara. Jika lingkupnya semakin meluas dari batas-batas lokal menembus batas-batas regional dan telah mendunia pencemaran udara itu menjadi masalah global. Berkenaan dengan masalah global, Merryfield (dalam Sumaatmadja, 2005: 5.19) memaparkan yang termasuk dalam masalahmasalah global adalah penduduk dan keluarga berencana, pembangunan, hak asasi manusia, migrasi, kepemilikan bersama secara global, lingkungan hidup dan sumber daya alam, kelaparan dan bahan pangan, perdamaian dan keamanan, prasangka dan diskriminasi. Masalah-masalah tersebut perlu diberikan dalam pembelajaran di sekolah dasar, namun bobot dan lingkupnya perlu disesuaikan dengan kemampuan peserta didik. Sedangkan yang akan dibahas dalam tulisan ini adalah masalah penduduk dan keluarga berencana. Masalah Penduduk dan Keluarga Berencana Kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang semakin meningkat, akan meningkat pula sarana dan prasarana kesehatan yang canggih. Bahkan sekarang ini didukung oleh tenaga kesehatan yang profesional. Hal ini akan berpengaruh terhadap berkurangnya angka kematian. Banyaknya angka kelahiran dan berkurangnya angka kematian menyebabkan penduduk bertambah, walaupun sedikit dapat diatasi dengan keluarga berencana dan pendidikan kependudukan. Dengan pertambahan penduduk akan berakibat banyak terhadap aspek kehidupan manusia. Misalnya kebutuhan akan pendidikan, perumahan, makanan, kesehatan, ketenagakerjaan, dan lingkungan hidup. Akibatnya akan terjadi masalah penduduk. Semakin banyak jumlah penduduk semakin banyak pula bahan makanan, air, energi, dan masih banyak lagi yang dibutuhkan oleh manusia. Ini berarti pula banyak tanah yang harus diolah, pemakaian pupuk dan pestisida, makin merosotnya kualitas air, harus membangun proyek-proyek pembangkit tenaga listrik, pembangunan perumahan penduduk dan sebagainya. Akibat dari semua itu adalah semakin parahnya erosi tanah, polusi air, udara, dan tanah. Secara keseluruhan maka hasil akhir yang terjadi adalah kapasitas produksi bahan pangan merosot, masalahmasalah kesehatan meningkat akibat dari polusi dan buruknya sanitasi, berkurangnya habitat sehingga menyebabkan hilangnya keanekaragaman hayati dan menurunnya kualitas hidup manusia. Proses Pembelajaran untuk Siswa SD Mengingat bahwa anak usia SD masih dalam taraf berpikir dari konkrit ke abstrak, maka pemahaman permasalahan harus dilakukan IMPLEMENTASI PRESPEKTIF GLOBAL DALAM PEMBELAJARAN IPS DI SEKOLAH DASAR... sesederhana mungkin. Simulasi dan belajar halhal yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari merupakan hal yang mudah untuk dilakukan. Menurut Retnaningsih (1998: 201) proses pembelajarannya sebagai berikut. Tema: Pertambahan penduduk. Pesan Perspektif global: Upaya mengatasi pertambahan penduduk. Jenis kegiatan: Simulasi. Tujuan kegiatan: 1. Siswa dapat memahami arti pertambahan penduduk yang tidak terkendali. 2. Siswa dapat melihat perbedaan dari keluarga kecil dan keluarga besar (anaknya banyak). Bahan yang dibutuhkan: 1. Biji-bijian misal jagung, biji koro, biji kecipir atau sejenisnya. 2. Daftar harga bahan pokok, makanan, minuman, buah-buahan, untuk lauk misalnya telur, daging, tempe dan sebagainya. Pelaksanaan kegiatan: 1. Siswa dibagi dalam kelompok dan setiap kelompok diminta membawa biji-bijian, jumlahnya 50 biji (sesuai kebutuhan). 2. Masing-masing kelompok diberi tugas untuk membuat bagan atau silsilah atau pohon keluarga dengan bijibijian yang dianggap mewakili bapak, ibu, dan anak. Tiap kelompok membuat dua bagan, yaitu keluarga yang anaknya dua kemudian menjadi bapak-ibu dan punya anak lagi, dan seterusnya. Sedangkan bagan yang satu adalah keluarga dengan jumlah anak lima. 3. Setelah selesai membuat bagan keluarga tersebut, diberi tugas membuat pengeluaran untuk kebutuhan untuk 1 hari bagi 2 keluarga yang berbeda jumlah anaknya tersebut. Kebutuhan tersebut meliputi menu makanan, air, bahan bakar, sampah, transportasi dan lain-lain. Evaluasi: 1. Bagaimana kerja sama siswa dalam kelompok. 2. Bagaimana partisipasi dan pemahaman terhadap pelaksanaan tugas guru. 3. Kedisiplinan dalam mentaati langkahlangkah yang perlu dilakukan. 4. Kecermatan dalam perhitungan. PENUTUP Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan penyederhanaan atau adaptasi dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora, serta 73 kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan pedagogis/ psikologis untuk tujuan pendidikan. Secara ringkas program IPS ada 4 dimensi yaitu pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap serta tindakan. Karena yang dikaji dalam IPS adalah manusia/masyarakat maka muncul masalah- masalah sosial. Jika masalah tersebut lingkupnya berkembang maka akan menjadi masalah global. Masalah-masalah global dalam pembelajaran IPS meliputi penduduk dan keluarga berencana, hak asasi manusia, pembangunan, migrasi, lingkungan hidup dan sumber daya alam, kelaparan dan bahan pangan, perdamaian dan keamanan, prasangka dan diskriminasi. Masalah atau isu-isu global inilah yang akan dipaparkan dalam perspektif global kemudian diimplementasikan dalam pembelajaran IPS DAFTAR RUJUKAN Akbar, Sa’dun dkk. 2009. Model-Model Pembelajaran Terpadu Pendidikan Kewarganegaraan SD. Malang: IKIP MALANG. Fajar, Arnie. 2005. Portofolio dalam Pelajaran IPS. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Margono dkk. 2002. Pendidikan Pancasila Topik Aktual Kenegaraan dan Kebangsaan. Malang: Universitas Negeri Malang. Mulyana, Rohmat. 2011. Mengartikulasikan Pendidikan Nilai. Bandung: Alfabeta. Retnaningsih, O. U. 1998. Perspektif Global. Pekanbaru: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi Proyek Pembinaan Guru Sekolah Dasar (Primary School Teacher Development Project). Sumaatmadja, N dan Wihardit, K. 2005. Perspektif Global. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka. Suradisastra, Djodjo dkk. 1991. Pendidikan IPS III. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan.