Reka Racana Jurnal Online Institut Teknologi Nasional © Jurusan Teknik Sipil Itenas | No.x | Vol. Xx Juli 2015 Pengaruh Infiltrasi Hujan dalam Analisis Stabilitas Lereng Kondisi Jenuh Sebagian Menggunakan Metode Elemen Hingga PRATIWI, DESTI SANTI 1, HAMDHAN, INDRA NOER2 1 Mahasiswa, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Nasional 2 Dosen, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaa n Institut Teknologi Nasional Email : [email protected] ABSTRAK Kejadian longsoran pada lereng salah satunya disebabkan oleh adanya infiltrasi hujan yang masuk ke dalam tanah. Infiltrasi hujan yang masuk ke dalam tanah akan mengisi pori dalam tanah sehingga dapat menurunkan nilai kuat geser pada tanah. Pada tanah jenuh sebagian, nilai tekanan pori negatif (suction) diperhitungkan dalam menentukan nilai kuat geser tanah. Ketika terjadi hujan, nilai suction akan berkurang seiring dengan terinfiltrasinya air hujan kedalam tanah sehingga nilai kuat geser pada tanah menurun. Jenis tanah yang dimodelkan dalam analisis stabilitas lereng adalah loamy sand, sandy loam dan lempung yang memiliki sifat permeabilitas yang berbeda, sehingga pengaruh infiltrasi hujan pada ketiga jenis tanah ini pun akan berbeda. Analisis ini dilakukan dengan menggunakan Program PLAXIS 2D AE yang berbasis Elemen Hingga. Dari hasil analisis didapat bahwa penurunan tercepat terjadi pada tanah yang memiliki tingkat permeabilitas yang tinggi dibandingkan dengan tanah yang memiliki permeabilitas yang rendah. KataKunci: Kelongsoran, infiltrasi, permeabilitas, jenuh sebagian, suction. ABSTRACT One of the main effects due to instability of a slope is caused by rainfall infiltration. This causes a reduction of the beneficial negative pore water pressure (suction). Therefore, suction decrease while the soil unit weight is increasing, which has a destabilizing effect on the slope. In the unsaturated part of the soil, negative pore water pressures are taken into account by increasing the shear strength. By having rainfall infiltration, the suction will decrease with the infiltration, which results into a decreasing shear strength. For the case study loamy sand, sandy loam and clay, different permeability characteristics have been used. The numerical analyses had been carried out by using PLAXIS AE based on a 2D Finite Element Method. One of the main outputs of the case study is that the decreasing of the factor of safety is more significant for soils with a high permeability than for soils with a low permeability. Keywords: Sliding, infiltration, permeability, unsaturated, suction. Reka Racana - 1 Pratiwi, Desti Santi, Hamdhan, Indra Noer 1. PENDAHULUAN Curah hujan yang tinggi di Indonesia menyebabkan kondisi lereng di beberapa wilayah Indonesia sering mengalami kelongsoran. Kelongsoran tersebut terjadi karena adanya infiltrasi hujan ke dalam tanah sehingga pori dalam tanah terisi air dan menyebabkan kuat geser tanah berkurang. Pada tanah unsaturated soil (tanah jenuh sebagian), aliran air akibat infiltrasi hujan dapat mengubah nilai tekanan air pori negatif (suction) dan kuat geser pada tanah. Nilai suction dapat menurun akibat besarnya intensitas curah hujan dan lamanya durasi hujan yang terjadi. Pengaruh air hujan pada lereng jenuh sebagian tentunya perlu dipertimbangkan untuk kestabilan lereng dengan berbagai jenis tanah yang memiliki nilai parameter hidrolik yang berbeda-beda. Adapun jenis tanah yang akan ditinjau pada analisis stabilitas lereng ini adalah tanah homogenloamy sand, sandy loam, dan tanah lempung. Maksud dan Tujuan penelitian ini adalah melakukan analisis pengaruh infiltrasi hujan berupa besar intensitas dan tinggi genangan maksimum akibat hujan pada tanah jenuh sebagian pada lereng dengan tanah homogen menggunakan Program PLAXIS 2D AE yang berbasis Elemen Hingga, sehingga dapat mengetahui pengaruh infiltrasi hujan terhadap stabilitas lereng pada berbagai macam jenis tanah. 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gerakan Tanah dan Longsoran pada Lereng Lereng adalah suatu permukaan tanah yang miring yang membentuk sudut tertentu terhadap bidang horizontal.Lereng dapat dibedakan menjadi dua, yaitu lereng alami dan lereng buatan.Lereng alami adalah lereng yang terbentuk sendiri oleh alam atau lingkungan, sedangkan lereng buatan adalah lereng yang dibuat oleh manusia yang dapat berupa pemotongan tebing atau pembangunan lereng. Gerakan tanah adalah gerakan perpindahan atau gerakan lereng dari bagian atas atau perpindahan massa tanah maupun batu pada arah tegak, mendatar atau miring dari kedudukan semula. Longsoran merupakan bagian dari gerakan tanah.Longsoran dapat dibagi menjadi beberapa bagian berdasarkan bentuk bidang gelincirnya. (1) Longsoran translasi, bergeraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk rata atau menggelombang landai. (2) Longsoran rotasi, bergeraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk cekung dan longsoran ini dapat terjadi pada batuan maupun pada tanah. 2.2 Teori Keruntuhan Mohr Coulomb Teori keruntuhan Mohr Coulomb diperkenalkan oleh Mohr (1980) yang menyatakan bahwa keruntuhan terjadi pada suatu material akibat kombinasi kritis antara tegangan normal dan geser, bukan hanya akibat tegangan normal dan geser dalam kondisi maksimum saja. ๐๐ = f (σ) ...................................................... (1) Garis keruntuhan yang dinyatakan oleh persamaan di atas sebenarnya berbentuk garis lengkung, tetapi dalam berbagai permasalahan besar mekanika tanah, garis tersebut didekati oleh sebuah garis lurus yang menunjukan hubungan linear antara tegangan normal dan geser (Coulomb, 1776). Hubungan tersebut dikenal sebagai kriteria keruntuhan Mohr-Coulomb yang dapat ditulis sebagai berikut : ๐๐ = c + σ tan ฯ .......................................... (2) Reka Racana - 2 Pengaruh Infiltrasi Hujan dalam Analisis Lereng Kondisi Jenuh Sebagian dengan Menggunakan Metode Elemen Hingga Dimana : c = kohesi ฯ = sudut geser dalam Ketika tegangan normal dan geser bekerja pada suatu bidang massa tanah, maka keruntuhan geser tidak akan terjadi pada bidang tersebut. Ketika tegangan normal dan geser tepat pada garis keruntuhan, maka keruntuhan geser akan terjadi pada bidang tersebut. Suatu kondisi yang berada di atas garis keruntuhan Mohr-Coulomb tidak mungkin terjadi, karena kondisi tersebut keruntuhan gesernya sudah terjadi. Pada tanah kondisi jenuh air, besar tegangan normal total pada sebuah titik sama dengan jumlah tegangan efektifnya ditambah tegangan air pori, atau : S = c + (σ – u) tan ฯ = c + σ’ tan ฯ ........................... (3) Dimana : u = tegangan air pori σ’ = tegangan efektif Gambar 1 Keruntuhan Mohr Coulomb 2.3 Analisis Stabilitas Lereng 2.3.1 Metode Elemen Hingga / Finite Element Method (FEM) Dalam metode elemen hingga, teknik kekuatan geser reduksi (Shear Strength Reduction / SSR) dapat diterapkan.Sudut dilatancy dan modulus elastisitas tanah tidak menjadi parameter penting dalam teknik ini.Faktor keamanan dapat diperoleh dari asumsi kriteria kegagalan Mohr-Coulomb, yaitu dengan cara mengurangi parameter kekuatan secara bertahap berupa nilai-nilai ฯavailable dan cavailable hingga tidak terdapat keseimbangan dalam perhitungan. Parameter kekuatan yang sesuai dapat dinyatakan sebagai ฯfailure dan cfailure dan faktor keamanan ๏จfe didefinisikan: ๏จfe = cavailable cfailure = tan∅available tan∅failure ................................. (4) 2.3.2 Tanah Jenuh Sebagian (Unsaturated Soils) Infiltrasi curah hujan menyebabkan penurunan nilai suction dan peningkatan kadar air dan permeabilitas di tanah jenuh sebagian. Intensitas dan durasi hujan, muka air tanah awal dan karakteristik hidraulik adalah parameter yang sangat berpengaruh terhadap analisis stabilitas lereng. Hal tersebut sejalan dengan yang dikemukakan oleh Cai dan Ugai (2004) “menyelidiki efek dari karakteristik hidraulik, degree of saturation, intensitas dan durasi hujan pada tekanan air di lereng. Hasil penelitian menunjukkan bahwa parameter ini memiliki pengaruh yang signifikan pada tekanan air di lereng dan dengan Reka Racana - 3 Pratiwi, Desti Santi, Hamdhan, Indra Noer demikian berpengaruh pada stabilitas lereng di bawah infiltrasi air hujan. Faktor keamanan lereng akan meningkat jika kekuatan geser ditambah dengan nilai suction dipertimbangkan, tetapi pengaruh suction menurun dan akhirnya menghilang ketika tanah jenuh dengan infiltrasi curah hujan.” 2.3.3 Aliran Air Tanah pada Kondisi Tanah Jenuh Sebagian Aliran air tanah pada kondisi tanah jenuh sebagian memiliki beberapa dasar, yaitu: a. Hukum Darcy Aliran air dalam tanah jenuh umumnya dijelaskan menggunakan hukum Darcy. Dia menganggap bahwa laju aliran air melalui massa tanah sebanding dengan gradien hidraulik. Keseimbangan untuk aliran air tanah dapat dinyatakan dengan persamaan berikut: ∇๐๐ค + ๐๐ค ๐ + ๐ = 0๏ ๏ฎ๏ฎ๏ฎ๏ฎ๏ฎ๏ฎ๏ฎ๏ฎ๏ฎ๏ฎ๏ฎ๏ฎ๏ฎ๏ฎ๏ฎ๏ฎ๏ฎ๏ฎ๏ฎ๏ฎ๏ฎ๏ฎ๏ฎ๏ฎ๏ฎ๏ฎ๏ฎ๏ฎ๏ฎ๏ฎ๏ฎ๏ฎ๏ฎ๏ฎ๏ฎ๏ฎ๏ฎ๏ฎ๏ฎ๏ฎ๏ (5)๏ Dimana: g = vektor percepatan gravitasi ๐ =vektor dari gaya gesekan., per satuan volume, antara fluida yang mengalir dan kerangka tanah b. Kompresibilitas Air Kompresibilitas air untuk aliran air tanah tidak jenuh dapat didefinisikan sebagai berikut: 1−๐+โ๐ β = S๐ฝ๐ค + ๐พ ..............................................(6) ๐๐๐ Dimana: S = derajat kejenuhan ๐ฝ๐ค = kompresibilitas air murni (4.58×10-7 kPa-1) h = koefisien volumetrik kelarutan udara (0,2) K = modulus bulk udara Oleh Verrujit (2001), persamaan disederhanakan dengan tidak memasukan nilai kelarutan udara sehingga menjadi: 1−๐ β = S๐ฝ๐ค + ๐พ ................................... (7) ๐๐๐ c. Model Hidraulik Parameter hidraulik aliran air tanah pada tanah kondisi jenuh sebagian, dijelaskan oleh kurva karakteristik air tanah/ Soil Water Characteristic Curve (SWCC) yang ditunjukkan pada Gambar 2. Kurva SWCC menggambarkan kapasitas tanah untuk menyimpan air pada tekanan yang berbeda. Ada banyak model yang menggambarkan perilaku hidraulik pada tanah jenuh sebagian, salah satunya Van Genuchten (1980) memperkenalkan hubungan antara kejenuhan dan suction pore pressure head ฯp S(ฯp) = Sres + (Ssat – Sres) [ 1 + (ga | ฯp |)gn]gc ............................. (8) ๐ ๐๐ = ๐ ๐ค๐ ................................................................ (9) ๐ค 2.3.4 Kuat Geser pada Tanah Jenuh Sebagian (Unsaturated Soils) Teori Terzaghi mengenai tegangan efektif klasik dan koefisien suction (๏ฃ) untuk tegangan efektif tanah jenuh sebagian, seperti persamaan berikut ini: ๐ ′ = (๐ − ๐๐ ) + (๐๐ − ๐๐ค ) ............................................................................ (10) Dimana : ๐′ = tegangan efektif ๐ = tegangan total ๐๐ = tekanan udara pori Reka Racana - 4 Pengaruh Infiltrasi Hujan dalam Analisis Lereng Kondisi Jenuh Sebagian dengan Menggunakan Metode Elemen Hingga ๐๐ค = tekanan suction Nilai (๐๐ − ๐๐ค ) disebut nilai suction dan ๏ฃ๏ adalah nilai koefisien suction dengan nilai bervariasi dari 0 sampai 1 tergantung dari kondisi tanah dalam kondisi kering sampai jenuh. Ketika kondisi tanah jenuh (๏ฃ๏ฝ1), maka persamaan menjadi: ๐ ′ = (๐ − ๐๐ค ) .................................................................. (11) Dan ketika kondisi tanah kering (๏ฃ๏ฝ0), maka persamaan menjadi: ๐ ′ = (๐ − ๐๐ ) ................................................................... (12) Nilai tekanan udara pori dapat diasumsikan sangat kecil bahkan tidak ada (๐๐ ≈ 0), sehingga pada kondisi kering, tegangan efektif sama dengan tegangan total. Sedangkan koefesien suction (๏ฃ๏ฉ didapat dari uji laboratorium. Namun untuk menguji tanah kondisi jenuh sebagian akan memakan waktu yang lama dan biaya yang tinggi,. Oleh karena itu nilai ๏ฃ๏ bisa dihubungkan dengan degree of saturation atau effective degree of saturation (Se) yang diperoleh dari hasil penelitian Vanapalli (1996) yang disajikan pada Gambar 3, sehingga dapat diperoleh persamaan yang lebih sederhana, yaitu: ๐ ′ = ๐ − ๐๐ ๐๐ค .................................................................. (13) Gambar 2 Kurva SWCC (Soil Water Characteristic Curve). Gambar 3 Grafik antara koefisien suction (๏ฃ๏ฉ๏ dengan nilai degree of saturation. Reka Racana - 5 Pratiwi, Desti Santi, Hamdhan, Indra Noer 2.3.5 Diagram Suction Diagram suction dalam tanah jenuh sebagian umumnya tergantung pada sifat-sifat tanah yang diberikan oleh SWCC, nilai permeabilitas tanah, infiltrasi dan durasi curah hujan, tingkat penguapan, kondisi drainase, dan lokasi muka air tanah seperti yang ditunjukan pada Gambar 4. Gambar 4 Diagram suction. 3. ANALISIS DATA 3.1 Pemodelan Lereng Pemodelan lereng pada tiga jenis tanah, yaitu loamy sand, sandy loam, dan lempung diasumsikan memiliki geometri dan nilai parameter kuat geser yang sama, yang membedakan hanya nilai parameter hidrolik. Besarnya intensitas hujan yang digunakan adalah 0,2 m3/hari dan 0,3 m3/hari selama 30 hari dengan tinggi genangan maksimum yang digunakan adalah 0,1 meter dan 0,05 meter, sehingga pada analisis dibuat dengan empat kondisi. Analisis stabilitas lereng dilakukan dengan menggunakan Program PLAXIS 2D AE berbasis Elemen Hingga. 3.2 Metode Penelitian Pemodelan lereng dengan pengaruh infiltrasi dan durasi hujan yang dilakukan dalam analisis stabillitas lereng kondisi jenuh sebagian (unsaturated soil) dengan menggunakan Program PLAXIS 2D AE yang berbasis Elemen Hingga, memiliki prosedur analisis yang ditunjukan pada Gambar 5. 3.3 Analisis Stabilitas Lereng pada Kondisi Tanpa Hujan Hasil analisis lereng menggunakan Program PLAXIS 2D AE pada kondisi tanpa hujan berupa gambar bidang longsor, diagram suction dan diagram saturation, dapat dilihat pada Gambar 6(a) untuk lereng pada tanah loamy sand, pada Gambar 6(b) hasil analisis pada tanah sandy loam¸dan pada Gambar 6(c) hasil analisis untuk tanah lempung.Tipe longsoran yang terjadi pada ketiga jenis tanah ini adalah longsoran dasar lereng (based failure). Dari hasil analisis juga didapat nilai faktor keamanannya, yaitu pada tanah loamy sand nilai faktor keamanannya sebesar 1,25, sedangkan untuk tanah sandy loam sebesar 1,25, dan pada tanah lempung nilai faktor keamanannya adalah 1,38. Pada Gambar 6 juga terlihat perbedaan diagram saturation, yang menunjukkan perbedaan nilai parameter hidrolik setiap jenis tanah. Reka Racana - 6 Pengaruh Infiltrasi Hujan dalam Analisis Lereng Kondisi Jenuh Sebagian dengan Menggunakan Metode Elemen Hingga Mulai A Perumusan masalah Menentukan faktor hujan Tinggicurah genangan Durasi hujan (๏น) (t) Studi pustaka Data lereng: 1. Jenis tanah: loamy sand, sandy loam dan lempung 2. Material tanah: Φ, c, E, g,๏ u 3. Geometri lereng Intensitas curah hujan (q) Memberikan pengaruh air hujan terhadap model geometri lereng Analisis stabilitas lereng akibat air hujan menggunakan Program PLAXIS 2D AE dengan Metode Elemen Hingga Pemodelan lereng dengan menggunakan Program PLAXIS 2D AE 1. Bidang longsor 2. Diagram Suction dan degree of saturation 3. Nilai Faktor Keamanan (SF) Model geometri lereng tanah pasir, lempung dan lanau dengan parameter tanah Φ, c, E, g,๏ u Selesai A Gambar 5 Bagan alir pemodelan lereng dengan pengaruh infiltrasi dan durasi hujan mennggunakan Program PLAXIS 2D AE. Gambar 6 Hasil analisis pada ketiga jenis tanah kondisi tanpa hujan. 3.4 Analisis Stabilitas Lereng pada 4 (Empat) Kondisi Analisis stabilitas lereng pada 4 (empat) kondisi untuk ketiga jenis tanah dilakukan agar dapat membandingkan jenis tanah yang sangat besar terpengaruh infiltrasi hujan.Pada kondisi I, nilai intensitas hujan yang digunakan sebesar 0,3m3/hari dan nilai genangan air maksimum di atas permukaan lereng sebesar 0,1 meter. Sedangkan untuk kondisi II, yaitu dengan nilai intensitas hujan adalah 0,3m3/hari dan nilai genangan air maksimum di atas permukaan lereng sebesar 0,05 meter. Adapun analisa pada kondisi III, yaitu nilai intensitas hujan yang digunakan sebesar 0,2m3/hari dan nilai genangan air maksimum di atas permukaan sebesar 0,1 meter.Untuk kondisi IV, nilai intensitas yang digunakan sebesar 0,2 m3/hari dan tinggi genangan maksimum adalah 0,05 meter. Reka Racana - 7 Pratiwi, Desti Santi, Hamdhan, Indra Noer Adapun nilai parameter tanah yang digunakan dalam pemodelan ketiga jenis tanah ini, yaitu: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. gsat = 20,0 kN/m3 gunsat = 18,0 kN/m3 c = 10 kN/m2 ๏ฆ = 200 Parameter hidraulik tanah loamy sand = 3,499 m/hari Parameter hidraulik tanah sandy loam = 1,063 m/hari Parameter hidraulik tanah lempung = 0,04752 m/hari Dari hasil analisis didapat gambar bidang longsor beserta nilai faktor keamanan, diagram degree of saturation, dan diagram suction pada setiap kondisi yang disajikan pada Gambar 7 hingga Gambar 10. Pada tanah loamy sand dengan kondisi I, didapat nilai faktor keamanan ketika 30 hari terinfiltrasi hujan yaitu sebesar 1,09. Tipe longsoran yang terjadi berdasarkan gambar bidang longsor adalah based failure atau longsoran dasar. Dari gambar terlihat adanya kenaikan bidang longsor yang terjadi akibat infiltrasi hujan. Pada tanah sandy loam pun terjadi penurunan nilai faktor keamanan akibat infiltrasi hujan selama 30 hari menjadi 1,19. Sedangkan pada tanah lempung nilai faktor keamanan setelah 30 terinfiltrasi hujan adalah sebesar 1,27. Nilai parameter hidraulik pada tanah mempengaruhi nilai kuat geser tanah. Tanah loamy sand memiliki nilai parameter hidraulik yang besar atau dengan kata lain memiliki sifat permeabilitas yang tinggi dibandingkan dengan tanah sandy loam dan lempung, sehingga proses kejenuhan pada tanah loamy sand akan cepat yang ditunjukkan pada gambar. Semakin tinggi tingkat permeabilitas, maka nilai kuat geser tanah akan berkurang. Begitupula nilai suction, nilai suction akan berkurang apabila tingkat permeabilitas tinggi. Gambar 7 Hasil analisis pada ketiga jenis tanah kondisi I. Reka Racana - 8 Pengaruh Infiltrasi Hujan dalam Analisis Lereng Kondisi Jenuh Sebagian dengan Menggunakan Metode Elemen Hingga Gambar 8 Hasil analisis pada ketiga jenis tanah kondisi II. . Gambar 9 Hasil analisis pada ketiga jenis tanah kondisi III. Reka Racana - 9 Pratiwi, Desti Santi, Hamdhan, Indra Noer Gambar 10 Hasil analisis pada ketiga jenis tanah kondisi IV. 3.5 Hasil Analisis Stabilitas Lereng pada 4 (Empat) Kondisi Hasil analisis pada tugas akhir ini berupa nilai faktor keamanan untuk pemodelan ketiga jenis tanah dengan empat kondisi yang akan dibandingkan. Perbandingan nilai faktor keamanan tersebut disajikan dalam bentuk grafik yang tertera pada Gambar 11. Pada keempat kondisi, terlihat bahwa nilai faktor keamanan pada tanah lempung (clay) memiliki nilai tertinggi dibandingkan dengan tanah loamy sand dan sandy loam yaitu sebesar 1,27 setelah 30 hari terinfiltrasi hujan untuk semua kondisi. Penurunan nilai faktor keamanan pada tanah lempung rata-rata sebesar 0,01 yang dapat dilihat pada Gambar 11. Pada tanah sandy loam, nilai faktor keamanan mengalami perubahan yaitu 1,19 pada kondisi I dan kondisi II, dan 1,21 pada kondisi III dan kondisi IV. Sedangkan perubahan nilai faktor keamanan yang cukup signifikan terjadi pada grafik loamy sand, yakni sebesar 1,09 pada kondisi I, 1,13 pada kondisi II, 1,15 pada kondisi III, dan sebesar 1,16 pada kondisi IV. Sehingga dapat dikatakan bahwa pada tanah loamy sand pengaruh infiltrasi hujan cukup besar karena tingkat permeabilitas pada tanah ini cukup tinggi. Reka Racana - 10 Pengaruh Infiltrasi Hujan dalam Analisis Lereng Kondisi Jenuh Sebagian dengan Menggunakan Metode Elemen Hingga Gambar 11 Grafik antara nilai faktor keamanan dan durasi hujan pada empat kondisi. 3.6 Analisis Stabilitas Lereng pada Kondisi Lereng Jenuh Air Analisis pada kondisi lereng jenuh air dilakukan pada ketiga jenis tanah yang dimodelkan. Analisis pada kondisi ini dilakukan untuk mengetahui nilai faktor keamanan ketika kondisi paling kritis, yaitu kondisi dimana infiltrasi hujan telah memenuhi pori dalam tanah sehingga lereng jenuh air. Kondisi ini akan terjadi ketika durasi hujan yang terjadi sangat panjang dan besarnya intensitas hujan yang tinggi, sehingga muka air tanah berada di permukaan lereng. Adapun hasil analisis berupa bidang gelincir, diagram suction, dan diagram degree of saturation ketiga jenis tanah pada kondisi jenuh air ditunjukkan pada Gambar 12. Dari hasil analisis didapat nilai faktor keamanan paling kritis untuk ketiga jenis tanah tersebut, yaitu sebesar 0,56. Gambar 12 Hasil analisis terhadap tiga pemodelan kondisi lereng jenuh air. 4. KESIMPULAN Reka Racana - 11 Pratiwi, Desti Santi, Hamdhan, Indra Noer Setelah dilakukan analisis pada pemodelan ketiga jenis tanah untuk empat kondisi, dapat disimpulkan bahwa adanya pengaruh intensitas hujan dan tinggi genangan terhadap lereng dengan jenis tanah loamy sand, sandy loam, dan tanah lempung yang dapat dilihat dari penurunan nilai faktor keamanan selama 30 hari terinfiltrasi hujan. Pengaruh infiltrasi hujan terbesar selama 30 hari terjadi pada tanah loamy sand, terlihat dari besar penurunan nilai faktor keamanan yang signifikan sebesar 12,8% ketika nilai intensitas hujan 0,3m3/hari dan tinggi genangan maksimum 0,1 meter. Pada kondisi lereng jenuh air, nilai parameter hidraulik sudah tidak berpengaruh pada ketiga jenis tanah ini. Karena pada kondisi jenuh air didapat nilai faktor keamanan yang sama yaitu sebesar 0,56. Pada tanah lempung dibutuhkan durasi yang cukup lama untuk mendapatkan kondisi lereng yang jenuh air, dibandingkan dengan tanah loamy sand dan sandy loam. DAFTAR RUJUKAN Arief, S. (2007) Metode-metode dalam Analisis Kestabilan Lereng.www.scribd.com, Sulawesi Selatan, Indonesia. Blyth, F.G., Freitas, M.H. (1974) A Geology for Engineers 6th edition. London. Erwin Arnold Cai, F. ; Ugai, K. (2004) Numerical Analysis of rainfall effect on slope stability.International Journal of Geomechanics, Vol. 4(2), ASCE, 69-78. Das, B. M, (1995) Mekanika Tanah (Prinsip-Prinsip Rekayasa Geoteknik), Jilid 2, Erlangga, Jakarta, Indonesia. Departemen Pekerjaan Umum, (1987) Petunjuk Perencanaan Penanggulangan Kelongsoran. Yayasan Penerbit PU. Jakarta, Indonesia. Gasmo, J.M. ; Rahardjo, H.; Leong, E. C. 2000. Infiltration Effect on Stability of a residual soil slope.Computers and Geotechnics. Vol. 26 (2), 145-165 Geotecknical Engineering Centre, (2012) Manual Kestabilan Lereng, UNPAR. Griffiths, D., V.; Lu, N. 2005.Unsaturated slope stability analysis with steady infiltration or evaporation using elasto-plastic finite elements. International Journal of Geomechanics, ASCE, Vol. 29 (3), 249-267 Hamdhan, I., N.; Schweiger, H., F. (2013) Finite Element Method-Based Anaysisi of an Unsaturated Soil Slope Subjected to Rainfall Infiltration.International Journal of Geomechanics, ASCE, Vol. 13 (5), 653-658 Hamdhan, I., N. (2013) A Contribution to Slope Stability Analysis with the Finite Element Method. Graz. Gruppe Geotechnil Graz. Hasanah, F. (2014) Analisis Stabilitas Lereng Dengan Perkuatan Dinding Turap dan Dinding Penahan Tanah Menggunakan Metode Elemen Hingga.Bandung: Insitut Teknologi Nasional Terzaghi, K., Peck, R.B. (1967) Soil Mechanics in Engineering Practice, 2nd edition. Civil Engineering Harvard University; University of Illionis Zhan, T.,L.,T.; Ng,C.,W.,W. (2004) Analytical analysis of rainfall infiltration mechanism in unsaturated soils.International Journal of Geomechanics, ASCE, Vol. 4 (4), 273-284 Reka Racana - 12