Modul Psikologi Umum II [TM10]

advertisement
MODUL PERKULIAHAN
Psikologi Umum
II
Modul Standar untuk
digunakan dalam
Perkuliahan di Universitas
Mercu Buana
Fakultas
Program Studi
Psikologi
Psikologi
Tatap Muka
09
Kode MK
Disusun Oleh
Rizky Putri A. S. Hutagalung, M. Psi,
Psi
Abstract
Kompetensi
Modul ini berisi tentang kepribadian
manusia. Kepribadian manusia dilihat
dan dipelajari dari berbagai sudut
pandang
seperti
psikodinamika,
humanistik, kognitif
sosial, trait,
personologis, serta kisah hidup.
Mahasiswa
memahami
tentang
Kepribadian
manusia
dilihat
dan
dipelajari dari berbagai sudut pandang
seperti
psikodinamika,
humanistik,
kognitif sosial, trait, personologis, serta
kisah hidup. Mahasiswa juga mampu
menganalisa kepribadian para tokoh
serta melihat kepribadian diri sendiri
dari berbagai sudut pandang.
BAB IX: Kepribadian
Kata personality dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa Yunani kuno prosopon
atau persona, yang artinya ‘topeng’ yang biasa dipakai artis
dalam theater. Para artis itu bertingkah laku sesuai dengan
ekspresi topeng yang dipakainya, seolah-olah topeng itu
mewakili ciri kepribadian tertentu. Jadi konsep awal
pengertian personality (pada masyarakat awam) adalah
tingkah laku yang ditampakkan ke lingkungan sosial - kesan
mengenai diri yang diinginkan agar dapat ditangkap oleh
lingkungan sosial.
Allport (1937) mengatakan “character is personality evaluated and personality is
character devaluated”
Ada beberapa kata atau istilah yang oleh masyarakat diperlakukan sebagai sinonim
kata personality, namun ketika istilah-istilah itu dipakai di dalam teori kepribadian diberi
makna berbeda-beda. Istilah yang berdekatan maknanya antara lain :
1. Personality (kepribadian); penggambaran perilaku secara deskriptif tanpa memberi nilai
(devaluative)
2. Character (karakter); penggambaran tingkah laku dengan menonjolkan nilai (benarsalah, baik-buruk) baik secara ekspilit maupun implisit.
3. Disposition (watak); karakter yang telah dimiliki dan sampai sekarang belum berubah.
4. Temperament (temperament); kepribadian yang berkaitan erat dengan determinan
biologic atau fisiologik, disposisi hereditas.
5. Traits (sifat); respons yang senada (sama) terhadap kelompok stimuli yang mirip,
berlangsung dalam kurun waktu yang (relatif) lama.
6. Type-Attribute (ciri): mirip dengan sifat, namun dalam kelompok stimulasi yang lebih
terbatas.
7. Habit (kebiasaan): respon yang sama cenderung berulang untuk stimulus yang sama
pula.
‘14
2
Psikologi Umum 2
Rizky Putri Asridha S. Hutagalung, M.Psi, Psi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Sampai sekarang, masih belum ada batasan formal personality yang mendapat
pengakuan atau kesepakatan luas dilingkungan ahli kepribadian. Masing-masing pakar
kepribadian membuat definisi sendiri-sendiri sesuai dengan paradigma yang mereka yakini
dan fokus analisis dari teori yang mereka kembangkan. Berikut adalah beberapa contoh
definisi kepribadian:
1. Kepribadian adalah nilai sebagai stimulus sosial, kemampuan menampilkan diri secara
mengesankan (Hilgard & Marquis)
2. Kepribadian adalah kehidupan seseorang secara keseluruhan, individual, unik, usaha
mencapai
tujuan,
kemampuannya
bertahan
dan
membuka
diri,
kemampuan
memperoleh pengalaman (Stern)
3. Kepribadian adalah organisasi dinamik dalam sistem psikofisiologik seorang yang
menentukan model penyesuaiannya yang unik dengan lingkungannya (Allport)
4. Kepribadian adalah pola trait-trait yang unik dari seseorang (Guilford)
5. Kepribadian adalah seluruh karakteristik seseorang atau sifat umum banyak orang yang
mengakibatkan pola yang menetap dalam merespon suatu situasi (Pervin)
6. Kepribadian adalah seperangkat karakteristik dan kecenderungan yang stabil, yang
menentukan keumuman dan perbedaan tingkah laku psikologik (berpikir, merasa, dan
gerakan) dari seseorang dalam waktu yang panjang dan tidak dapat dipahami secara
sederhana sebagai hasil dari tekanan sosial dan tekanan biologic saat itu (Mandy atau
Burt)
7. Kepribadian adalah suatu lembaga yang mengatur organ tubuh, yang sejak lahir sampai
mati tidak pernah berhenti terlibat dalam pengubahan kegiatan fungsional (Murray)
8. Kepribadian adalah pola khas dari fikiran, perasaan, dan tingkah laku yang
membedakan orang satu dengan yang lain dan tidak berubah lintas waktu dan situasi
(Phares)
Friedman &Shusctack (2006) mengatakan bahwa kepribadian memiliki 8 aspek kunci
yang secara keseluruhan dapat membantu kita memahami inti dari kompleksitas individual.
1. Aspek ketidaksadaran
2. Kekuatan EGO yang memberikan rasa identitas (self)
‘14
3
Psikologi Umum 2
Rizky Putri Asridha S. Hutagalung, M.Psi, Psi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
3. Manusia sebagai “makhlukbiologis” dengan hakikat genetik, fisik, dan fisiologis, dan
temperamental yang unik.
4. Individu “dikondisikan” atau “dibentuk” oleh pengalaman
5. Memiliki dimensi kognitif
6. Kumpulan trait, kemampuan, dan kecenderungan spesifik.
7. Dimensi spiritual
8. Makhluk sosial yang berinteraksi dengan lingkungan
Teori Kepribadian
Teori kepribadian adalah sejumlah ide yang dibentuk oleh individu untuk
menjelaskan bagaimana karakteristik individu lain (Bruner & Tagiuri, 1954).
Tanpa disadari, kita sebagai masyarakat awam seringkali membuat suatu teori
kepribadian sendiri, padahal seringkali teori tersebut tidak tepat dan tidak akurat. Teori
keopribadian implisit biasanya diciptakan oleh masyarakat berdasarkan kesan tertentu dari
seseorang atau disebut juga “teori Kepribadian Sehari-hari”. Misalnya : “orang tampan
pemalas” atau “orang yang sipit tidak dapat dipercaya”.
Teori kepribadian implisit tidak bagus untuk dijadikan pedoman atau common sense
karena bukan berdasarkan data yang akurat. Hal ini juga karena teori tersebut terlalu
sederhana dan tidak mengikuti kaidah ilmiah. Teori Kepribadian merupakan kumpulan
konsep dan asumsi mengenai bagaimana cara yg baik untuk memahami dan mempelajari
individu. Suatu Teori / Konsep / Konstruk tidak berlaku secara universal dan tetap memiliki
batasan.
Contoh : Teori Psikoanalisa Freud cocok untuk menjelaskan sebab-sebab terjadinya
gangguan kejiwaan seperti histeria, namun tidak cocok bila digunakan untuk menjelaskan
bagaimana mengajarkan ketrampilan baru pada anak autis.
Manfaat teori kepribadian secara umum adalah :

membuat kita dapat memahami dinamika kepribadian manusia dengan lebih
tersistematis dan teroganisir. Kerangka kerja yang membantu kita mempelajari
perilaku tertentu dengan lebih spesifik sehingga perilaku dapat diprediksi dan
dipahami.
‘14
4
Psikologi Umum 2
Rizky Putri Asridha S. Hutagalung, M.Psi, Psi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id

Kerangka kerja yang membantu kita mempelajari perilaku tertentu dengan lebih
spesifik sehingga perilaku dapat diprediksi dan dipahami.

Dasar untuk mengembangkan teori baru melalui riset dan asesmen

Membantu kita untuk mempertahankan konsistensi dalam berpikir
Sama seperti teori ilmiah pada umumnya yang memiliki fungsi deskriptif dan prediktif,
begitu juga teori kepribadian. Berikut penjelaskan fungsi deskriptif dan prediktif dari teori
kepribadian.

Fungsi Deskriptif
Fungsi deskriptif (menjelaskan atau menggambarkan) merupakan fungsi teori
kepribadian dalam menjelaskan atau menggambarkan perilaku atau kepribadian
manusia secara rinci, lengkap, dan sistematis. Pertanyaan-pertanyaan apa,
mengapa, dan bagaimana seputar perilaku manusia dijawab melalui fungsi deskriptif.

Fungsi Prediktif
Teori kepribadian selain harus bisa menjelaskan tentang apa, mengapa, dan
bagaimana tingkah laku manusia sekarang, juga harus bisa memperkirakan apa,
mengapa, dan bagaimana tingkah laku manusia di kemudian hari. Dengan demikian
teori kepribadian harus memiliki fungsi prediktif
Dimensi Teori Kepribadian
Setiap teori kepribadian diharapkan mampu memberikan jawaban atas pertanyaan
sekitar apa, mengapa, dan bagaimana tentang perilaku manusia. Untuk itu setiap teori
kepribadian yang lengkap, menurut Pervin (Supratiknya, 1995), biasanya memiliki dimensidimensi sebagai berikut :

Pembahasan tentang struktur, yaitu aspek-aspek kepribadian yang bersifat relatif
stabil dan menetap, serta yang merupakan unsur-unsur pembentuk sosok
kepribadian.

Pembahasan tentang proses, yaitu konsep-konsep tentang motivasi untuk
menjelaskan dinamika tingkah laku atau kepribadian.
‘14
5
Psikologi Umum 2
Rizky Putri Asridha S. Hutagalung, M.Psi, Psi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id

Pembahasan tentang pertumbuhan dan perkembangan, yaitu aneka perubahan pada
struktur sejak masa bayi sampai mencapai kemasakan, perubahan-perubahan pada
proses yang menyertainya, serta berbagai faktor yang menentukannya.

Pembahasan tentang psikopatologi, yaitu hakikat gangguan kepribadian atau tingkah
laku beserta asal-usul atau proses perkembangannya.

Pembahasan tentang perubahan tingkah laku, yaitu konsepsi tentang bagaimana
tingkah laku bisa dimodifikasi atau diubah.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Teori Kepribadian
Berkembangnya teori-teori kepribadian tidak terlepas dari sejumlah faktor yang
melatarbelakangi dan mempengaruhinya, yang secara garis besar dibedakan menjadi dua,
yaitu faktor-faktor historis dan faktor-faktor kontemporer.
Koeswara (1991) mengibaratkan kedua faktor tersebut sebagai faktor pembawaan
dan faktor lingkungan yang mempengaruhi perkembangan kepribadian seseorang.

Faktor-faktor historis
Secara historis banyak faktor yang mempengaruhi berkembanya teori-teori
kepribadian dan empat diantaranya merupakan faktor yang pengaruhnya sangat
kuat. Keempat faktor yang dimaksud adalah : a. peng-obatan klinis Eropa, b.
psikometrik, c. behaviorisme, dan d. psikologi Gestalt (Koeswara, 1991: 13).

Faktor-faktor Kontemporer
Faktor-faktor kontemporer yang mempengaruhi perkembangan teori kepribadian
mencakup faktor dari dalam dan dari luar psikologi.
Faktor-faktor yang bersumber dari dalam bidang psikologi yaitu:

munculnya perluasan bidang psikologi, seperti psikologi lintas budaya (crosscultural psychology), dan

Studi tentang proses-proses kognitif dan motivasi.
Faktor-faktor
kontemporer
dari
luar
bidang
psikologi
yang
mempengaruhi
perkembangan teori kepribadian antara lain berkembangnya aliran filsafat
eksistensialisme, perubahan sosial budaya yang pesat, dan berkembangnya
teknologi komputer. Eksistensialisme merupakan aliran filsafat yang menekankan
‘14
6
Psikologi Umum 2
Rizky Putri Asridha S. Hutagalung, M.Psi, Psi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
kebebasan, penentuan diri, dan keberubahan manusia, mempengaruhi para teoris
kepribadian
eksistensial
dan
humanistik.
Perubahan
sosial
budaya
telah
memberikan arah baru kepada penelitian dan penyusunan teori kepribadian.
Sedangkan berkembangnya teknologi komputer membuka peluang yang luas bagi
penelitian secara besar-besaran dan cermat.
Pendekatan Klasik Psikologi Kepribadian
Sebenarnya usaha untuk menyusun teori dalam psikologi kepribadian telah
sejak lama dilakukan yakni sebelum masehi. Orang mencoba memberikan ciri-ciri
khusus kepada sesuatu, baik itu berwujud benda, pemandangan, musim, lukisan
dan sebagainya, dengan cara mencari sesuatu yang menyebabkan segala sesuatu
itu mempunyai daya tarik yang kuat.
manusia,
Demikianlah halnya dengan kehidupan
seseorang berusaha mencari ciri-ciri
khusus, yang terdapat pada
manusia yang lain.
Empedocles, seorang filsuf Yunani Kuno, yang berpendapat bahwa segala
yang ada di dunia ini terdiri atas empat unsur, yaitu ; tanah, air, api, dan udara,
mencoba membedakan ciri-ciri khusus bagaimana bila seseorang terlalu banyak
salah satu dari keempat unsur tersebut.
Bila didalam tubuh seseorang terlalu
banyak unsur tanah, misalnya maka orang itu akan memiliki sifat dingin, acuh tak
acuh, tidak mudah terpengaruh, dsb. Sedang bila kebanyakan unsur api, maka
orang tersebut akan kelihatan lincah, mudah bergerak, ribut dan seakan-akan tidak
punya pendirian.
Ada pula yang mencoba menghubungkan tata bintang dalam hubungannya
dengan musim, bernama astronomi, dalam hubungannnya dengan watak orang
yang dilahirkan pada musim itu (astrologi).
Usaha-usaha yang masih bersifat pra-ilmiah ;
a. Chirologi atau ilmu guratan tangan
Dasar pikiran dari pada pengetahuan ini ialah kenyataan bahwa gurat-gurat
tangan orang itu tidak ada yang sama satu sama lain, macannya adalah sebanyak
orangnya. Jika sekiranya orang dapat mengenal perbedaan-perbedaan serta sifatsifat khusus gurat-gurat tangan tersebut, maka dia akan dapat mengenal
perebdaan-perbedaan serta sifat-sifat khas orangnya.
‘14
7
Psikologi Umum 2
Rizky Putri Asridha S. Hutagalung, M.Psi, Psi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
b. Astrologi atau ilmu perbintangan
Dasar pikiran daripada pengetahuan ini ialah adanya pengaruh kosmis terhadap
manusia. Pada waktu seseorang dilahirkan, dia ada dalam posisi tertentu terhadap
benda-benda angkasa; jika sekiranya kita dapat mengenal perbedaan-perbedaan
mengenai sifat-sifat khas orang.
c. Grafologi atau ilmu tentang tulisan tangan
Dasar pemikiran grafologi itu adalah segala gerakan yang dilakukan oleh manusia
itu merupakan ekspresi daripada kehidupan jiwanya; jadi juga gerakan menulis dan
selanjutnya tulisan sebagai hasil gerakan menulis itu, merupakan bentuk ekspresi
kehidupan jiwa. Kalau sekiranya orang dapat mengetahui keadaan khusus tulisan
seseroang dengan baik, berarti dia juga dapat mengenal keadaan khusus
kepribadian si penulisnya.
Dalam menganalisis tulisan tangan itu hal yang diperhatikan antara lain;
-
Apakah tulisan tetap lurus ataukah naik / menurun
-
Condong atau gerakan tegaknya tulisan
-
Jarak tulisan dari garis yang satu ke garis lainnya
- Tumpul runcingnya tulisan
-
Tebal – tipisanya tulisan,
-
Jarak tulisan dari tepi dan sebagainya
d. Phisiognomi atau ilmu tentang wajah
Pengetahuan ini berusaha memahami kepribadian atas dasar keadaan wajahnya.
Dasar pikiran untuk mengusahakan pengetahuan ini ialah keyakinan bahwa ada
hubungan antara keadaan wajah dan kepribadian. Hal-hal yang tampak pada wajah
dapat dipergunakan untuk membuat interpretasi mengenai apa yang terkandung
dalam jiwa.
e. Phrenologi atau ilmu tentang tengkorak
Pengetahuan ini bermaksud memahami kepribadian atas dasar keadaan
tengkoraknya. Dasar pikirannya adalah bahwa tiap-tiap fungsi atau kecakapan itu
masing-masing mempunyai pusatnya diotak. Jikalau salah satu (atau lebih) dari
‘14
8
Psikologi Umum 2
Rizky Putri Asridha S. Hutagalung, M.Psi, Psi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
kecakapan itu keadaannya luar biasa,maka pusatnya di otakpun luar biasa
besarnya.
Akibat hal ini ialah bentu tengkorak lalu berubah oleh pusat yang
membesar tersebut, sehingga ada tonjolan-tonjolannya. Denganmengukur secara
teliti tonjolan-tonjolan tersebut, dapat ditarik kesimpulan tentang kecakapankecakapan atau sifat-sifat orangnya.
f . Onychologi atau ilmu tentang kuku
Oncychologi berusaha memahami kepribadian seseorang atas dasar keadaan
kuku-kukunya. Kuku di ujung jari itu mempunyai hubungan yang erat dengan
susunan syaraf, dengan cabang-cabangnya yang terhalus berujung di pucuk-pucuk
jari. Warna serta bentuk kuku dapat dipakai sebagai landasan untuk mengenal
kepribadian orang.
Tipologi
Tipologi adalah pengetahuan yang berusaha menggolongkan manusia menjadi tipetipe tertentu atas dasar faktor-faktor tertentu, misalnya karakteristik fisik, psikis, pengaruh
dominant nilai-nilai budaya, dst. Tipologi menurut ilmu Psikologi terdiri dari 2 komponen,
yaitu :

Sifat atau karakter yang dibentuk oleh faktor lingkungan, misalnya : malas, rajin,
usil, tertutup, terbuka

Watak atau disebut juga temperamen, dibentuk oleh faktor genetika, misalnya
kebanyakan orang yang
Dalam
mengenal
tipologi
berasal dari luar pulau wataknya keras dan pemarah.
kepribadian
ini,
terdapat
2
aliran
yang
dapat
membedakannya yaitu aliran naturalisme dan nativisme. Salah satu tokoh dari aliran
naturalisme yaitu Schoupenhour menyatakan bahwa segala yang suci ada di tangan Tuhan,
namun yang rusak ada di tangan manusia. Sedangkan dalam aliran Nativisme, J.J.
Rousseau berpendapat bahwa faktor bawaan lebih kuat daripada faktor luar.
‘14
9
Psikologi Umum 2
Rizky Putri Asridha S. Hutagalung, M.Psi, Psi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Sudut Pandang Psikodinamika
Kepribadian (personality) dipandang sebagai suatu pola pikiran, emosi, dan perilaku
yang bertahan dan berbeda yang menjelaskan cara seseorang beradaptasi dengan dunia.
Sudut pandang psikodinamika (psychodynamic perspectives) memandang kepribadian yang
berdasarkan ketidaksadaran dan berkembang berbagai tahapan. Kebanyakan sudut
pandang psikodinamika menekankan bahwa pengalaman masa awal individu dengan
orangtua memerankan peran yang sangat penting dalam membentuk kepribadian individu.
Teori Psikoanalisis Sigmund Freud
Sumbangan besar teori Freud adalah penelusurannya
mengenai alam tidak sadar. Selain itu, Freud meyakini bahwa
manusia akan termotivasi oleh dorongan utama yang belum
atau tidak disadari. Freud menyatakan bahwa kehidupan
mental terbagi menjadi dua tingkat, yaitu : Alam Sadar dan
Alam Tidak Sadar, yang terbagi menjadi Alam Tidak Sadar
dan Alam Bawah Sadar.

Alam Tidak Sadar
Alam tidak sadar menjadi tempat bagi segala dorongan, desakan, maupun insting
yang tidak kita sadari, tetapi menjadi pendorong perkataan, perasaan, dan tindakan
manusia. Keberadaan alam tidak sadar ini dapat diketahui melalui mimpi, kesalahan
ucap, berbagai jenis lupa yang dikenal sebagai represi. Semua proses tidak sadar ini
biasanya muncul dari represi pengalaman masa kanak-kanak dan peninggalan
filogenetis. Alam tidak sadar bukan bersifat tidak aktif, namun berusaha terus menerus
agar dapat disadari, walaupun muncul dalam alam sadar sebagai wujud yang berbeda.

Alam Bawah Sadar
Alam Bawah Sadar ini berisi semua elemen yang tidak disadari, tetapi dapat muncul
dalam kesadaran dengan cepat. Alam Bawah Sadar ini berasal dari dua hal yaitu :
1. Persepsi Sadar, sesuatu yang dipersepsikan orang secara sadar dalam waktu
singkat, namun masuk ke alam bawah sadar ketika fokus perhatian beralih ke hal
‘14
10
Psikologi Umum 2
Rizky Putri Asridha S. Hutagalung, M.Psi, Psi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
lain. Pikiran yang dapat masuk dengan bebas antara alam sadar dan alam bawah
sadar merupakan pikiran yang bebas dari kecemasan
2. Alam Tidak Sadar, dorongan yang ada dalam alam tidak sadar dapat masuk ke
alam bawah sadar dalam bentuk yang berbeda.

Alam Sadar
Alam sadar merupakan elemen mental yang setiap saat berada dalam kesadaran.
Alam Sadar ini tidak memainkan peran penting dalam teori psikoanalisis. Berbagai pikiran
dapat masuk ke alam sadar melalui dua hal, yaitu :
1. Sistem kesadaran perseptual, yaitu sebuah sistem yang berfungsi sebagai
perantara bagi persepsi kita tentang stimulus luar. Dalam sistem ini, stimulus yang
diterima melalui indera, namun tidak mengancam, akan dapat masuk ke alam
sadar
2. Gagasan yang tidak mengancam dari alam bawah sadar dan gagasan yang
membuat cemas dari alam tidak sadar.
Wilayah Pikiran / Struktur Kepribadian
Selama periode 1920an, Freud memperkenalkan model struktural yang terdiri dari
tiga bagian. Pembagian pikiran ke dalam tiga bagian ini membantu Freud menjelaskan
gambaran mental berdasarkan fungsi atau tujuannya. Ketiga bagian tersebut adalah :
1.
das Es atau Id
Id adalah inti kepribadian yang sepenuhnya tidak disadari. Id tidak memiliki
hubungan dengan dunia nyata, tetapi selalu berusaha meredakan ketegangan
dengan memuaskan keinginan dasar. Id beroperasi berdasarkan prinsip kenikmatan
(PLEASURE PRINCIPLE ), yaitu : berusaha memperoleh kenikmatan dan menghindari
rasa sakit. Bagi Id, kenikmatan adalah keadaan yang relatif inaktif atau tingkat energi
yang rendah, dan rasa sakit adalah tegangan atau peningkatan energi yang
mendambakan kepuasan. Bayi yang baru lahir adalah perwujudan id yang bebas dari
hambatan ego atau superego. Bayi akan memuaskan kebutuhannya, tanpa peduli
apakah hal itu mungkin untuk dilakukan (ego) atau tepat untuk dilakukan (superego).
Sifat dari id ini adalah tidak realistis, tidak logis, tidak mampu membedakan baikburuk.
‘14
11
Psikologi Umum 2
Rizky Putri Asridha S. Hutagalung, M.Psi, Psi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Id adalah kepribadian yang dibawa sejak lahir. Dari Id ini akan muncul ego dan
super-ego. Saat dilahirkan, Id berisi semua aspek psikologis yang diturunkan, seperti
insting, impuls dan drive. Id berada dan beroperasi dalam daerah unconscious,
mewakili subyektifitas yang tidak pernah disadari sepanjang usia. Id berhubungan
erat dengan proses fisik untuk mendapatkan energi psikis yang digunakan untuk
mengoperasikan sistem dari struktur kepribadian lainnya.
Pleasure principle diproses dengan dua cara, tindak refleks (refllex actions)
dan proses primer (primary process). Tindak refleks adalah reaksi otomatis yang
dibawa sejak lahir seperti mengejabkan mata-dipakai untuk menangani kepuasan
rangsang sederhana dan biasanya dapat segera dilakukan. Proses primer adalah
reaksi
membayangkan/
mengkhayal
sesuatu
yang
dapat
mengurangi
atau
menghilangkan tegangan-dipakai untuk menangani stimulus kompleks, seperti bayi
yang lapar membayangkan makanan atau puting ibunya.
Id hanya mampu membayangkan sesuatu, tanpa mampu membedakan
khayalan itu dengan kenyataan yang benar-benar memuaskan kebutuhan. Id tidak
mampu membedakan yang benar dan yang salah, tidak tahu moral. Jadi harus
dikembangkan jalan memperoleh khayalan itu secara nyata, yang memberikan
kepuasan tanpa menimbulkan ketegangan baru khususnya masalah moral. Alasan ini
lah yang kemudian membuat Id memunculkan ego.
2.
das Ich atau Ego
Ego adalah wilayah pikiran yang memiliki hubungan dengan realita. Ego
berkembang dari id masa bayi. Ego memampukan seseorang berkomunikasi dengan
dunia luar, sehingga ego merupakan pengambil keputusan dari kepribadian. Ego
dikendalikan oleh REALITY PRINCIPLE . Ego dapat bersifat sadar, bawah sadar,
maupun tidak sadar, sehingga ego mampu membuat keputusan di tiga wilayah
tersebut. Dalam menjalankan fungsi kognitif dan intelektualnya, ego seringkali
mengalami desakan antara dorongan id dan superego yang saling berlawanan.
Kondisi ini menyebabkan ego akan mengalami kecemasan. Pada saat cemas, maka
ego akan melindungi dirinya dengan menggunakan mekanisme pertahanan.
Ego berkembang dari Id agar orang mampu menangani realitas sehingga ego
beroperasi mengikuti prinsip realita (reality principle); usaha memperoleh kepuasan
yang ditemukan obyek yang nyata-nyata dapat memuaskan kebutuhan.
‘14
12
Psikologi Umum 2
Rizky Putri Asridha S. Hutagalung, M.Psi, Psi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Ego adalah eksekutif (pelaksana) dari kepribadian, yang memiliki dua tugas
utama; pertama, memilih stimulasi mana yang hendak direspon dan atau insting
mana yang akan dipuaskan sesuai dengan prioritas kebutuhan. Kedua, menentukan
kapan dan bagaimana kebutuhan itu dipuaskan sesuai dengan tersedianya peluang
yang resikonya minimal.
Dengan kata lain, ego sebagai eksekutif kepribadian berusaha memenuhi
kebutuhan
Id
sekaligus
juga
memenuhi
kebutuhan
moral
dan
kebutuhan
perkembangan-mencapai-kesempurnaan dari superego. Ego sesungguhnya bekerja
untuk memuaskan Id, karena itu ego yang tidak memiliki enerji sendiri untuk akan
memperoleh enerji dari Id.
3.
das Uber-Ich atau Superego
Superego adalah aspek moral dan ideal dari kepribadian, yang dikendalikan
oleh MORALISTIC AND IDEALISTIC PRINCIPLE . Sama seperti ego, superego tidak
memiliki energi nya sendiri. Namun, berbeda dengan ego, superego tidak memiliki
hubungan dengan dunia luar. Superego memiliki dua subsistem, yaitu : (a) suara hati,
yang muncul dari pengalaman mendapat hukuman atas perilaku yang tidak pantas
dan mengajarkan kita tentang hal-hal yang sebaiknya tidak dilakukan ; (b) ego ideal,
yang muncul dari pengalaman mendapat penguatan atas perilaku yang tepat dan
mengarahkan kita pada hal yang sebaiknya dilakukan.
Super ego adalah kekuatan moral dan etik dari kepribadian, yang beroperasi
memakai prinsip idealistic (idealistic principle) sebagai lawan dari prinsip kepuasan Id
dan prinsip realistik dari ego. Superego berkembang dari ego, dan seperti ego dia
tidak mempunyai enerji sendiri. Sama dengan ego, superego beroperasi di tiga
daerah kesadaran. Namun berbeda dengan ego, dia tidak mempunyai kontak dengan
dunia luar (sama dengan Id) sehingga kebutuhan kesempurnaan yang dijangkaunya
tidak realistik (Id tidak realistik dalam memperjuangkan kenikmatan). Prinsip idealistic
mempunyai dua subprinsip, yakni conscience dan ego-ideal.
Superego pada hakekatnya merupakan elemen yang mewakili nilai-nilai orang
tua atau interpretasi orang tua menangani standart sosial, yang diajarkan kepada
anak melalui berbagai larangan dan perintah. Apapun tingkah laku yang dilarang,
dianggap salah, dan dihukum oleh orang tua, akan diterima menjadi suara hati
(conscience), yang berisi apa saja yang tidak boleh dilakukan. Apapun yang disetujui,
‘14
13
Psikologi Umum 2
Rizky Putri Asridha S. Hutagalung, M.Psi, Psi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
dihadiahi dan dipuji orang tua akan diterima menjadi standar kesempurnaan atau ego
idea, yang berisi apa saja yang seharusnya dilakukan. Proses pengembangan
konsensia dan ego ideal, yang berarti menerima standar salah dan benar itu disebut
introyeksi (introjection). Sesudah menjadi introyeksi, kontrol pribadi akan mengganti
kontrol orang tua.
Superego bersifat nonrasional dalam menuntut kesempurnaan, menghukum
dengan kesalahan ego, baik yang telah dilakukan maupun baru dalam fikiran. Paling
tidak ada 3 fungsi dari superego; (1) mendorong ego menggantikan tujuan-tujuan
realistik dengan tujuan-tujuan moralistic, (2) memerintah impuls Id, terutama impuls
seksual dan agresif yang bertentangan dengan standart nilai masyarakat, dan (3)
mengejar kesempurnaan.
Jika id dominan, sedangkan ego dan supergo lemah, maka akibatnya adalah
seseorang hanya akan terus menerus menjadi orang yang selalu memuaskan
keinginannya, tanpa mempertimbangkan apa yang mungkin dan tepat bagi orang
tersebut. Jika superego dominan, sedangkan id dan ego lemah, maka seseorang
akan menjadi pribadi yang mudah merasa bersalah dan inferior. Jika ego dominan
dan kuat, sedangkan id dan superego mampu terintegrasi ke dalam ego yang
berfungsi dengan baik, maka seseorang akan sehat secara psikologis dan mampu
memegang kendali atas prinsip kesenangan dan moralitas.
Dinamika Kepribadian
Tingkat kehidupan mental dan wilayah pikiran menjelaskan struktur kepribadian.
Namun, kepribadian itu sendiri juga tidak tinggal diam, namun melakukan tindakan. Oleh
karena itu, Freud mengenalkan konsep dinamika kepribadian, yaitu prinsip motivasional
yang menjelaskan kekuatan yang mendorong tindakan manusia. Freud berasumsi bahwa
manusia termotivasi untuk mencari kesenangan, menurunkan ketegangan, dan kecemasan.
Motivasi ini berasal dari energi fisik, psikis, dan dorongan dasar yang manusia miliki.
Dorongan ini berfungsi sebagai stimulus internal dalam diri seseorang, yang bersifat
konstan. Freud menyatakan bahwa berbagai dorongan yang ada itu dapat digolongkan
menjadi dua golongan, yaitu dorongan seks dan agresi. Kedua dorongan ini berasal dari id,
namun ada di bawah kendali ego. Setiap dorongan memiliki :
1. Desakan, besarnya kekuatan dari dorongan yang keluar
2. Sumber, bagian tubuh yang mengalami ketegangan atau rangsangan
3. Tujuan dorongan adalah memperoleh kepuasan
4. Objek dorongan adalah orang atau benda yang dijadikan alat untuk memperoleh tujuan.
‘14
14
Psikologi Umum 2
Rizky Putri Asridha S. Hutagalung, M.Psi, Psi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Dorongan Seks atau Eros
Tujuan dorongan seksual adalah kesenangan, yang mencakup pemuasan genital,
mulut, dan anus. Dorongan seksual dapat muncul dalam berbagai bentuk, misalnya : (1)
Narsisisme. Narsisisme muncul diawali dengan pemusatan libido pada ego pribadi
mereka. Hal ini disebut dengan Narsisme Primer, yang biasa terjadi pada anak-anak.
Sejalan dengan berkembangnya ego, maka anak melepaskan narsisme primernya dan
mengembangkan ketertarikan pada orang lain. Namun, pada masa puber, remaja akan
kembali mengarahkan libido ke ego dan memusatkan perhatian kepada penampilan
pribadi. Ini yang disebut dengan Narsisme Sekunder ; (2) Cinta. Manisfestasi eros ini
berkembang pada saat orang mengarahkan libido mereka pada objek atau orang lain ;
(3) Sadisme, adalah kebutuhan kepuasan seksual dengan cara menyakiti orang lain ; (4)
Masokisme adalah kebutuhan kepuasan seksual yang diperoleh dengan cara menyakiti
diri sendiri, atau dipermalukan orang lain.
Dorongan Agresi atau Thanatos.
Tujuan dari dorongan agresi yang merusak adalah menghancurkan diri. Dorongan
agresi
ini
dapat
mempermalukan
berubah
orang
lain,
bentuk
humor,
menjadi
dan
menggoda,
menikmati
bergosip,
penderitaan
sarkasme,
orang
lain.
Kecenderungan dorongan agresi ini ada pada semua orang.
Kecemasan. Kecemasan adalah situasi afektif yang tidak menyenangkan dan diikuti oleh
sensasi fisik yang memperingatkan seseorang akan bahaya yang mengancam. Diantara
tiga wilayah pikiran, hanya ego yang dapat merasakan adanya kecemasan ini. Ada tiga
jenis kecemasan, yaitu :
KECEMASAN NEUROSIS, adalah rasa cemas karena adanya bahaya yang tidak diketahui.
Rasa ini ada pada ego, tetapi muncul karena dorongan id
KECEMASAN MORAL, disebabkan karena konflik ego dan superego
KECEMASAN REALISTIS , ini terkait erat dengan rasa TAKUT, yaitu perasaan tidak
menyenangkan dan tidak spesifik, yang mencakup kemungkinan bahaya itu sendiri.
Namun, ada hal yang membedakan antara kecemasan realistis dan rasa takut, yaitu
terletak pada objek ketakutan yang spesifik. Fungsi dari kecemasan adalah memberi tahu
ego akan bahaya yang mengintai, sehingga ego dapat melakukan persiapan untuk
waspada dan melindungi dirinya. Ego akan melakukan pertahanan diri supaya ego bebas
dari rasa sakit yang akan ditimbulkan oleh kecemasan tersebut.
‘14
15
Psikologi Umum 2
Rizky Putri Asridha S. Hutagalung, M.Psi, Psi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Mekanisme Pertahanan Diri
Freud mengembangkan mekanisme pertahanan diri pada tahun 1926. Banyak orang
yang menganggap bahwa mekanisme pertahanan diri ini adalah sesuatu yang buruk.
Namun sesungguhnya, mekanisme pertahanan diri ini adalah hal yang normal dilakukan
oleh semua orang. Mekanisme pertahanan diri menjadi sesuatu yang buruk, jika digunakan
secara berlebihan. Akibat buruk yang mungkin muncul adalah adanya perilaku kompulsif,
repetitif, dan neurosis.
Freud menggunakan istilah mekanisme pertahanan diri (defense mechanism) untuk
menunjukkan proses tak sadar yang melindungi si individu dari kecemasan melalui
pemutarbalikan kenyataan. Pada dasarnya strategi-strategi ini tidak mengubah kondisi
objektif bahaya dan hanya mengubah cara individu mempersepsi atau memikirkan masalah
itu. Jadi, mekanisme pertahanan diri melibatkan unsur penipuan diri.
Istilah mekanisme bukan merupakan istilah yang paling tepat karena menyangkut
semacam peralatan mekanik. Istilah tersebut mungkin karena Freud banyak dipengaruhi
oleh kecenderungan abad ke-19 yang memandang manusia sebagai mesin yang rumit.
Sebenarnya, kita akan membicarakan strategi yang dipelajari individu untuk meminimalkan
kecemasan dalam situasi yang tidak dapat mereka tanggulangi secara efektif. Tetapi karena
“mekanisme pertahanan diri” masih merupakan istilah terapan yang paling umum maka
istilah ini masih akan tetap digunakan.
Ada delapan mekanisme pertahanan diri yang dikemukakan Freud, yaitu :
1.
Represi
Represi adalah mekanisme pertahanan yang paling dasar. Ketika ego terancam oleh
dorongan id yang tidak diinginkan, maka ego akan memaksa dorongan atau perasaan
mengancam itu ke alam tidak sadar. Tidak ada satu masyarakat manapun yang
mengijinkan dorongan seksual dan agresi diekspresikan secara total tanpa batas.
Pada umumnya, ekspresi yang tanpa batas itu akan memunculkan hukuman atau
tekanan dari masyarakat. Oleh karena itu, jika seseorang merasakan kedua dorongan
tersebut, maka mereka akan merasakan kecemasan. Kedua dorongan tersebut jika
ditekan, maka akan mungkin muncul melalui mimpi, salah ucap, atau bentuk
mekanisme pertahanan lainnya.
2.
Pembentukkan Reaksi
Pembentukan
reaksi
adalah
mekanisme
pertahanan
yang
berbentuk
menyembunyikan diri dalam bentuk yang bertentangan dengan bentuk asalnya. Ciri
‘14
16
Psikologi Umum 2
Rizky Putri Asridha S. Hutagalung, M.Psi, Psi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
perilaku ini adalah sifatnya berlebihan, obsesif, dan kompulsif. Dapat dikatakan,
bahwa pembentukkan reaksi ini terbatas hanya pada satu objek tunggal.
3.
Pengalihan
Pengalihan adalah pengalihan dorongan yang tidak sesuai ini pada sejumlah orang
atau objek, sehingga dorongan aslinya tersembunyi.
4.
Fiksasi.
Pada umumnya, psikis bertumbuh secara berkelanjutan melalui serangkaian tahap
perkembangan. Namun, proses pendewasaan untuk mencapai pertumbuhan psikis
tersebut tidak lepas begitu saja dari peristiwa yang penuh stres dan kecemasan. Jika
ego akan melangkah ke tahap perkembangan selanjutnya, namun tahap tersebut
menyebabkan kecemasan, maka ego akan tetap bertahan di tahap perkembangan
saat ini yang lebih nyaman. Kondisi ini yang disebut dengan fiksasi. Tahap oral
merupakan tahap yang penuh dengan perjuangan untuk meredakan ketegangan.
Sedangkan orang yang sangat terobsesi pada kerapihan dan keteraturan, maka
dapat dikatakan memiliki fiksasi anal. Tahap anal merupakan tahap dimana anak
sangat patuh kepada orangtuanya.
5.
Regresi
Regresi adalah suatu langkah mundur ke tahap sebelumnya, ketika dorongan yang
muncul pada masa kini menyebabkan ego mengalami kecemasan.
6.
Proyeksi
Proyeksi adalah suatu usaha mengarahkan dorongan yang tidak diinginkan kepada
objek eksternal, yaitu orang lain.
7.
Introyeksi
Introyeksi adalah suatu usaha pertahanan dimana seseorang memasukkan sifat-sifat
positif orang lain ke dalam dirinya sendiri. Pada umumnya, orang melakukan
introyeksi agar dapat menghargai diri sendiri secara berlebihan dan meminimalkan
perasaan inferiornya.
8.
Sublimasi
Sublimasi
adalah
usaha
merepresi
dorongan
yang
tidak
diinginkan,
dan
menggantinya menjadi hal-hal yang dapat diterima oleh lingkungan sosial. Di sisi lain,
‘14
17
Psikologi Umum 2
Rizky Putri Asridha S. Hutagalung, M.Psi, Psi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
masyarakat tidak melihat ekspresi itu sebagai sesuatu yang tidak bermoral,
melainkan pencapaian sebuah karya seni dari si pematung tersebut. Kondisi ini
merupakan gabungan antara kepuasan dorongan, pencapaian karya seni, dan
pengakuan dari masyarakat.
Tahap Perkembangan
Freud meyakini bahwa usia empat atau lima tahun pertama kehidupan adalah masa
yang sangat penting bagi perkembangan kepribadian. Masa ini disebut dengan masa
infantil, yang kemudian diikuti dengan masa laten, pada usia lima hingga 11 atau 12 tahun.
Pada masa laten ini, pertumbuhan seksual sedikit terjadi pada anak-anak. Kemudian
dilanjutkan dengan masa genital pada usia puber, dan yang terakhir adalah masa dewasa.
Periode Infantil. Freud berasumsi bahwa pada masa ini, anak-anak memiliki kehidupan
seksual. Namun, seksualitas anak-anak berbeda dengan seksualitas orang dewasa. Hal
ini disebabkan karena anak-anak tidak memiliki kemampuan reproduksi dan sepenuhnya
autoerotis. Anak-anak menerima rangsangan seksual dan bereaksi terhadap stimulasi
seksual yang bersifat erogen. Pada masa ini, anak-anak memiliki tiga zona erogen,
sehingga Freud membagi tahap infantil ini ke dalam tiga fase, yaitu :
1.
FASE ORAL.
Mulut merupakan zona erogen pertama yang memberikan kesenangan dan
kepuasan kepada bayi. Hal ini disebabkan karena bayi mendapat nutrisi untuk
bertahan hidup melalui aktivitas oral, dan memperoleh kesenangan dari perilaku
mengisap. Namun, seiring waktu, bayi akan mengalami perasaan frustrasi dan
cemas karena jeda waktu menyusui yang panjang, dan adanya penyapihan secara
bertahap. Kondisi ini menyebabkan bayi mengalami perasan ambivalen terhadap ibu.
Jika anak tidak mampu menyikapi proses penyapihan dengan baik, maka pada masa
itu anak mengalami kecemasan. Kecemasan itu akan berlanjut pada masa dewasa,
dimana orang akan mengalami fiksasi oral, berbentuk mengunyah permen karet,
mengisap permen, merokok, menggigit pensil, makan berlebihan, atau mengeluarkan
pernyataan sarkastik.
2.
FASE ANAL.
Anus merupakan zona erogen yang kedua. Ciri dari fase ini adalah kepuasan melalui
perilaku agresif dan melakukan ekskresi atau pembuangan. Oleh karena ini, pada
masa ini, orangtua sering melakukan toilet training kepada anak. Proses
‘14
18
Psikologi Umum 2
Rizky Putri Asridha S. Hutagalung, M.Psi, Psi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
pembuangan ini, akan menimbulkan kepuasan seksual dan rasa sakit, yaitu ketika
mereka menahan untuk tidak mengeluarkan feses mereka. Kondisi ini sering disebut
kesenangan narsistik dan masokis. Kedua kondisi inilah yang menjadi pondasi dasar
dari karakter anal, yaitu kepuasan erotis dengan menyimpan dan memiliki berbagai
objek, serta menatanya dengan rapi dan teratur.
3.
FASE F ALIK.
Wilayah genital adalah zona erogen yang ketiga. Fase ini dimulai ketika anak berusia
3 atau 4 tahun. Pada masa ini sering terjadi Oedipus complex, baik pada laki-laki
maupun pada perempuan.
Periode Laten. Periode yang terjadi pada usia 4 atau 5 tahun ini merupakan periode
perkembangan seksual yang nonaktif. Hal ini disebabkan karena orangtua mencegah
aktivitas seksual anak, sehingga anak akan merepresi dorongan seksualnya dan
mengarahkan energi psikisnya ke sekolah, teman, hobi, atau aktivitas nonseksual
lainnya.
Periode Genital. Periode ini terjadi ketika seseorang mengalami pubertas, yang
ditandai dengan penyadaran kembali akan dorongan seksual yang terhambat selama
periode laten.
Periode Dewasa. Pada periode ini, seseorang memiliki struktur pikiran seimbang, yaitu
ego mampu mengendalikan id, sedangkan superego membuka diri terhadap dorongan id
yang masuk akal.
Kritik Terhadap Freud
Apakah Freud Memahami Wanita?
Kritik yang kerap ditujukan terhadap Freud adalah ia tidak memahami wanita dan teori
kepribadiannya sangat berorientasi pada laki2. Kritik tersebut ada benarnya dan Freud
sendiri mengakui bahwa ia tidak sepenuhnya memahami jiwa perempuan.
Mengapa Freud tidak memiliki pemahaman yang baik tentang jiwa feminin? salah
satu jawabannya adalah karena ia adalah anak pada jamannya. Jaman dimana
masyarakat saat itu sangat didominasi oleh laki2. Meskipun beberapa teman Freud
perempuan, akan tetapi sahabat-sahabat paling dekatnya adalah laki-laki. Perempuan2
seperti ini berbeda dengan istri dan ibu Freud yang keduanya merupakan istri dan ibu
khas Wina yang kepedulian utamanya adalah mengurus suami dan anak2.
‘14
19
Psikologi Umum 2
Rizky Putri Asridha S. Hutagalung, M.Psi, Psi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Mengapa Freud tidak bisa memahami perempuan? mengingat ia dibesarkan di
pertengahan abad 19, penerimaan orang tua terhadap dominasinya atas saudara–
saudara perempuannya ,kecenderungannya untuk membesar-besarkan perbedaan
antara perempuan dan laki-laki, membuat Freud tidak mempunyai pengalaman yang
memadai untuk bisa memahami perempuan.
Apakah Freud Seorang Ilmuwan
Kritik terhadap Freud sering kali berkutat pada posisinya sebagai seorang ilmuwan.
Tokoh-tokoh cendekia lain meyakini bahwa Freud jelas-jelas melihat dirinya sebagai
ilmuwan dalam bidang ilmu kemanusiaan, yaitu seorang humanis atau akademisi bukan
ilmuwan alam.
Kekurangan atau kelemahan Psikoanalisis dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Teori yang baik harus bisa diulang, sementara teori Freud itu sendiri nyaris tidak
mungkin direka ulang.
2. Teori yang bermanfaat adalah kemampuannya mengorganisasi pengetahuan kedalam
kerangka
yang
bermakna.Sayangnya,
kerangka
teori
kepribadian
Freud,yang
memberikan penekanan pada alam tidak sadar,sangat longgar dan fleksibel sehingga
data2 yang saling tidak konsisten pun bisa ikut masuk dalam kerangka ini.
3. Apakah psikonalisis memiliki satu set istilah dengan definisi operasional? disinilah
kekurangan teori ini. Sehingga istilah seperti id,ego,superego,alam sadar,alam bawah
sadar,tahap oral,tahap anal,tahap falik dan banyak lagi tidak punya definisi operasional.
Artinya mereka tidak dijabarkan dalam operasi atau perilaku yang spesifik. Peneliti harus
menyusun sendiri definisi untuk sederatan istilah psikonanalisis.
4. Psikonalisis sendiri bukan teori yang sederhana sehingga dapat memberikan jawaban
termudah.
5. Banyak konsep Freud sangat dipengaruhi oleh lingkungan dimana ia tinggal.
6. 5 tahun pertama kehidupan tidaklah sekuat yang diduga Freud dalam membentuk
kepribadian orang dewasa.
7. Ego dan berbagai proses pikiran ketidaksadaran memainkan peranan yang lebih
dominan dalam kepribadian kita dibandingkan yang Freud yakini. Ia mengklaim bahwa
selamanya kita terkurung pada cengkraman id yang naluriah dan tidak disadari.
‘14
20
Psikologi Umum 2
Rizky Putri Asridha S. Hutagalung, M.Psi, Psi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
8. Banyak faktor sosio-kultural lebih penting daripada yang diyakini Freud. Para pakar
psikodinamika yang lebih kontemporer khususnya menekankan lingkungan interpersonal
keluarga dan peran hubungan sosial yang dini dalam perkembangan kepribadian.
Selain Sigmund Freud, beberapa tokoh lain meneruskan aliran psikodinamika, hanya
saja mereka kurang sepakat dengan psikonalisa klasik seperti yang diungkapkan Freud.

Pendekatan Sosio - Kultural dari Horney Karen Horney (1885 – 1952) menolak
konsep klasik psikoanalisis bahwa anatomi merupakan takdir dan memperingati
bahwa beberapa gagasan populer dari Freud hanyalah hipotesis. Horney juga
meyakini bahwa kebutuhan untuk keamanan, bukan seks, merupakan motif
eksistensi manusia.

Teori Analitis dari Jung Carl Jung (1875 – 1961) memiliki keluhan yang berbeda
mengenai teori psikoanalisis. Jung berbagi ketertarikan Freud dalam ketidaksadaran,
tetapi ia meyakini bahwa Freud meremehkan peran pikiran ketidaksadaran dalam
kepribadian. Bahkan, Jung meyakini bahwa akar kepribadian kembali pada awal
eksistensi manusia. Ketidaksadaran kolektif (collective unconscious) di ekspresikan
melalui apa yang di sebut Jung sebagai arketip (archetypes) ialah nama yang di
berikan Jung kepada berbagai gagasan dan citra yang sarat dengan emosional yang
memiliki makna yang kaya dan simbolik bagi semua orang. Dua arketip umum
adalah anima (wanita) dan animus (pria). Jung meyakini tiap-tiap diri kita memiliki sisi
“feminim” yang pasif dan sisi “maskulin” yang asertif.

Psikologi Individual dari Adler Alferd Adler (1870 - 1937) merupakan pakar teori
Freud yang kontemporer. Dalam psikologi individual Adler, manusia didorong oleh
berbagai tujuan dan sasaran – kesempurnaan, bukan kenikmatan, merupakan
motivator utama dalam kehidupan manusia. Adler menduga bahwa setiap orang
berjuang untuk keunggulan dengan berusaha untyuk beradaptasi, meningkatkan dan
menguasai lingkungan. Kompensasi merupakan istilah Adler untuk usaha individual
untuk mengatasi inferioritas atau kelemahan yang nyata atau khayalan dengan
mengembangkan kemampuan seseorang.
Sudut Pandang Humanistik
Sudut
pandang
humanistik
menekankan
kapasitas
seseorang
untuk
pertumbuhan pribadi, kebebasan untuk memilih takdirnya sendiri, dan berbagai
‘14
21
Psikologi Umum 2
Rizky Putri Asridha S. Hutagalung, M.Psi, Psi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
kualitas positif manusia. Para psikolog humanistik meyakini bahwa tiap-tiap kita
memiliki kemampuan untuk coping, mengendalikan hidup kita, dan mencapai apa
yang kita inginkan.
Aliran ini muncul akibat reaksi atas aliran behaviourisme dan psikoanalisis.
Kedua aliran ini dianggap merendahkan manusia menjadi sekelas mesin atau
makhluk yang rendah. Aliran ini biasa disebut mazhab ketiga setelah Psikoanalisa
dan Behaviorisme.
Salah satu tokoh dari aliran ini, Abraham Maslow mengkritik Freud dengan
mengatakan bahwa Freud hanya meneliti mengapa setengah jiwa itu sakit, bukannya
meneliti mengapa setengah jiwa yang lainnya bisa tetap sehat.
Aliran ini memandang setiap orang mempunyai kemampuan untuk menjadi
lebih baik dan memiliki pandangan optimistik dan bisa maju (berkembang). Seperti
misalnya :
a. Memiliki pandangan yang segar tentang manusia.
b. Melihat potensi diri individu untuk tumbuh berkembang sesuai keinginan untuk
lebih baik atau lebih banyak dari pada apa yang ada di dalam individu itu sendiri.
Aliran ini sangat berbeda dengan psikoanalisa dan behavoiristik yang
mengabaikan potensi diri pada individu.
Kritikan aliran humanistik terhadap aliran psikoanalisa dan behavioristik.
a. Terhadap behavioristik
Behaviorisme yang bersifat mekanis dan mementingkan masa lalu ini tidak
seperti yang di pahami oleh aliran humanistic. Pada aliran humanistic, individu
mempunyai kemampuan atau keinginan untuk berkembang melebihi yang ada
pada dalam dirinya.
b. Terhadap psikoanalisa
Aliran humanistik tidak menyetujui sifat pesimisme,karena dalam aliran
humanistik individu itu memiliki sifat yang optimistik. Aliran ini mempercayai
bahwa individu pasti dapat dan harus mengatasi masa lampau. Selain itu
manusia juga dapat berkembang dengan potensi yang dimilikinya.
‘14
22
Psikologi Umum 2
Rizky Putri Asridha S. Hutagalung, M.Psi, Psi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Pendekatan Maslow
Maslow menyusun teori hierarki kebutuhan manusia, dimana variasi
kebutuhan manusia dipandang tersusun dalam bentuk hierarki atau berjenjang.
Setiap jenjang kebutuhan dapat dipenuhi hanya kalau jenjang sebelumnya telah
(relatif) terpuaskan. Pada puncak hirearki Maslow, adalah kebutuhan untuk
aktualisasi diri. Aktualisasi diri adalah motivasi untuk mengembangkan potensi penuh
seseorang sebagai manusia. Maslow menggambarkan orang yang teraktualisasi
dirinya sebagai orang yang spontan, kreatif, dan memiliki kapasitas yang polos untuk
menjadi mengagumkan. Menurut Maslow, seseorang pada tingkat eksistensi yang
optimal ini akan toleran terhadap orang lain, memiliki rasa humor yang halus, dan
cenderung mengejar kebaikan yang lebih besar.
Maslow menemukan dalam penelitiannya bahwa banyak orang yang
mencapai
aktualisasi
diri
ternyata
mengalami
pengalaman
puncak:
suatu
pengalaman mistik mengenai perasaan dan sensasi yang mendalam, psikologik dan
fisiologik.
Suatu
keadaan
dimana
seseorang
mengalami
ekstasi-keajaiban-
terpesona-kebahagiaan yang luar biasa, seperti pengalaman keilahian yang
mendalam, dimana saat itu diri seperti hilang atau mengalami transendensi.
Pengalaman puncak itu bisa diperoleh dari mengalami sesuatu yang sempurna,
nyata dan luar biasa, menuju keadilan atau nilai yang sempurna. Sepanjang
mengalami hal itu, orang merasa sangat kuat, sangat percaya diri dan yakin.
Pengalaman puncak itu mengubah seseorang menjadi merasa lebih harmoni dengan
dunia, pemahaman dan pandanganya menjadi luas. Maslow menerima gambaran
pengalaman puncak yang disusun oleh Wiliam James, sebagai berikut:

Tidak terlukiskan (ineffability) : subjek seseudah mengalami pengalaman puncak
segera mengatakan bahwa itu adalah ekspresi keajaiban, yang tidak dapat
digambarkan dengan kata-kata, yang tidak dapat dijelaskan kepada orang lain.

Kualitas kebenaran intelektual (neotic quality) : Pengalaman puncak adalah
pengalaman menemukan kebenaran dari hakekat intelektual.

Waktunya pendek (transciency) : Keadaan mistis tidak bertahan lama. Umumnya
hanya berlangsung 30 menit atau paling lama satu atau dua jam (jarang sekali ada
yang berlangsung lebih lama), pengalaman itu menjadi kabur dan orang kembali ke
dunianya sehari-hari.,
‘14
23
Psikologi Umum 2
Rizky Putri Asridha S. Hutagalung, M.Psi, Psi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id

Pasif (passivity): orang yang mengalami pengalaman mistis merasa kemauan dirinya
tergusur (abeyance), dan terkadang dia merasa terperangkap dan dikuasai oleh
kekuatan yang sangat besar.
Pada mulanya Maslow berpendapat bahwa pengalaman puncak ini hanya
dapat dialamu oleh orang-orang tertentu saja, khususnya mereka yang sudah
mencapai aktualisasi diri akan mengalaminya secara teratur berkali-kali. Namun
sesudah Maslow semakin terampil mewawancarai orang mengenai pengalamanpengalaman orang itu, dia menemukan bahwa sebagian besar “orang rata-rata”
pernah mengalami pengalaman puncak. Masalahnya, orang cenderung mereaksinya
dengan melarikan diri alih-alih dengan penerimaan yang “terbuka”. Orang yang
pandangan hidupnya materialis dan mekanistik adalah orang yang secara taksadar
berusaha melarikan diri dan melupakan pengalaman puncak, mereka sengaja
menghilangkan bagian kehidupan spiritual yang sangat penting dari kehidupannya.
Pengaruh pengalaman puncak berjangka lama-tidak mudah hilang (lasting), antara
lain:

Hilangnya simptom neurotik

Kecenderungan melihat diri sendiri lebih sehat

Perubahan pandangan mengenai orang lain dan hubungan dengan mereka.

Perubahan pandangan diri mengenai dunia.

Munculnya kreativitas, spontanitas, dan kemampuan mengeskpresikan diri.

Kecenderungan mengingat pengalaman puncak itu dan berusaha mengulanginya.

Kecenderungan melihat kehidupan secara umum sebagai hal yang lebih berharga.
Dapat disimpulkan, aktualisasi diri yang dicapai melalui pengalaman puncak
membuat orang lebih religius, mistikal, sholeh, dan indah (poetical) dibanding
dengan aktualisasi yang diperoleh melalui pengembangan diri (yang lebih praktis,
membumi, terikat dengan urusan keduniaan). Namun secara umum orang yang
mencapai aktualisasi diri mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
‘14

Orientasinya realistik, memandang realitas secara efisien.

Menerima diri, orang lain dan alam sekitar apa adanya
24
Psikologi Umum 2
Rizky Putri Asridha S. Hutagalung, M.Psi, Psi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id

Spontan, sederhana, alami

Lebih memperhatikan masalah (problem-centered) alih-alih memperhatikan diri
sendiri (self-centered).

Berpendirian kuat dan membutuhkan privacy

Otonom dan bebas dari kultur lingkungan

Memahami orang dan sesuatu secara segar dan tidak stereotip

Memiliki pengalaman mistikal atau spiritual, walaupun tidak harus religius.

Mengenal harkat kemanusiaan, memliki minat sosial (gemeinschaft).

Cenderung memiliki hubungan akrab dengan sedikit orang tercinta alih-alih
hubungan renggang dengan banyak orang.

Memiliki nilai dan sikap demokratis.

Tidak mengacaukan sarana dengan tujuan

Rasa humornya filosofik, tidak berlebihan

Sangat kreatif

Menolak bersetuju dengan kultur

Luluh dengan lingkungan alih-alih sekedar menanganinya.
Pendekatan Rogers
Karya Rogers yang inovatif memberikan dasar bagi lebih banyak penelitian
kontemporer pada harga diri, pertumbuhan pribadi, dan determinasi diri. Rogers meyakini
bahwa kebanyakan manusia memiliki banyak kesulitan menerima kebenaran tentang
perasaan positif mereka sendiri. Menurut pandangannya, kita dilahirkan dengan banyak
benih kualitas baik dala diri kita. Namun demikian, seiring kita tumbuh dewasa, orang-orang
yang signifikan di sekitar kehidupan kita membuat ita menjauh dari perasaan yang tulus.
‘14
25
Psikologi Umum 2
Rizky Putri Asridha S. Hutagalung, M.Psi, Psi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Diri (self) Melalui pengalaman individu dengan dunia, diri muncul - ”saya”
atau “aku” sebagai eksistensi kita. Rogers tidak mempercayai bahwa segala aspek
diri disadari, tetapi ia meyakini semuanya dapat diakses ke kesadaran.
Konsep diri (self-concept), tema sentral dalam pandangan Rogers dan para
penganut humanistik lainnya, merupakan keseluruhan persepsi dan penilaian
individu mengenai kemampuan, perilaku, dan kepribadiannya. Dalam pandangan
Rogers, seseorang yang memiliki konsep diri tidak akurat cenderung tidak dapat
menyesuaikan diri.
Penghargaan Positif Tanpa Syarat,
Empati,
dan Ketulusan
Rogers
mengajukan tiga metode untuk membantu seseorang mengembangkan konsep diri
yang lebih positif : penghargaan positif tanpa syarat, empati, dan ketulusan.
Penghargaan positif tanpa syarat (unconditional positive regard) adalah istilah dari
Rogers untuk penerimaan, penghargaan, dan menjadi positif terhadap orang lain
tanpa memperdulikan perilaku seseorang. Ketika perilaku seseorang tidak pantas,
menjengkelkan atau tidak dapat diterima, orang tersebut tetap memerlukan rasa
hormat, kenyamanan, dan cinta dari orang lain.
Mengevaluasi Pandangan Humanistik
Sudut pandang humanistik membuat kita peka pada pentingnya pengalaman
subjektif, kesadaran, konsepsi diri, pertimbangan seseorang sebagai keseluruhan,
dan hakikat bawaan yang positif. Psikologi humanistik menarik perhatian pada
berbagai kapasitas positif manusia. Kelemahannya adalah kecenderungan untuk
terlalu optimis dan mendorong cinta diri yang berlebihan.
SUDUT PANDANG TRAIT
Berbagai Teori Trait
Teori Trait (trait theories) menyatakan bahwa kepribadian terdiri atas sifat-sifat (trait)
yang luas dan menetap yang cenderung mengarah pada berbagai respons karakteristik.
Gordon Allport (1897-1967) yang terkadang di rujuk sebagai Bapak Psikologi Kepribadian
Amerika, terganggu terutama oleh pandangan negatif mengenai manusia yang digambarkan
oleh psikoanalisis. Ia menolak anggapan bahwa ketidaksadaran adalah hal utama untuk
memahami kepribadian.
‘14
26
Psikologi Umum 2
Rizky Putri Asridha S. Hutagalung, M.Psi, Psi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Dalam mendefinisikan kepribadian, Allport menekankan keunikan tiap-tiap orang dan
kapasitas mereka untuk beradaptasi dengan lingkungan. Bagi Allport,unit yang harus kita
gunakan untuk memahami kepribadian adalah trait. Ia mendefinisikan trait sebagai berbagai
struktur mental yang membuat situasi yang berbeda menjadi sama bagi seseorang.
Misalnya, jika Gabi senang bergaul, ia cenderung berperilaku ramah dan bahagia, baik pada
pesta maupun dalam situasi belajar kelompok. Definisi Allport mengandung arti bahwa
perilaku seharusnya konsisten sepanjang situasi yang berbeda-beda.
Model Kepribadian Lima Faktor
Sudut pandang yang dominan saat ini dalam psikologi kepribadian adalah model
lima faktor. Trait-trait “lima besar” dalam model ini meliputi :

Neurotisisme lebih sering dikaitkan dengan perasaan emosi negatif daripada emosi
positif dalam kehidupan sehari-hari seseorang dan lebih lama mengalami keadaankeadaan negatif (Lucas & Fujita, 2000). Neurotisme berkaitan dengan lebih banyak
keluhan kesehatan, meskipun kaitan ini tidak selalu berarti bahwa individu yang
neurotik sebenarnya lebih mungkin jatuh sakit (Goodwin, Cox, & Clara, 2006).

Orang-orang yang ekstrofer lebih mungkin terlibat dalam berbagai kegiatan sosial
(Emmons & Diener, 1986).

Opennes dikaitkan dengan IQ yang lebih tinggi, nilai-nilai liberal keterbukaan pikiran
dan toleransi. Opennes to experience dikaitkan dengan kreativitas dan pencapaian
kreatif (King Mckee – Walker, & Broyles, 1996).

Agreebleness berkaitan dengan kedermawanan dan ketika diminta membuat satu
keinginan untuk segala hal, mereka lebih mungkin membuat keinginan yang altruistik
seperti “perdamaian dunia” (King & Broyless, 1997).

Consentiouness dihubungkan dengan kualitas persahabatan yang lebih baik (Jensen
– Campbell & Malcolm, 2007) dan telah menunjukkan berkaitan dengan perilakuperilaku sehat dan panjang umur (Mroczek, Spiro & Griffin, 2006).
Mengevaluasi Sudut Pandang Trait
Mengkaji orang-orang dalam kaitannya dengan trait mereka memiliki nilai praktis.
Mengidentifikasi trait seseorang memungkinkan kita meramalkan lebih baik kesehatan,
pemikiran keberhasilan pekerjaan, dan keteranmopilan antar pribadi seseorang, namun
‘14
27
Psikologi Umum 2
Rizky Putri Asridha S. Hutagalung, M.Psi, Psi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
demikian pendekatan trait telah di kritik karena memusatkan pada berbagai dimensi luas
dan tidak memperhatikan keunikan tiap-tiap orang.
Sifat (Trait) adalah predisposisi atau kecenderungan untuk merespon secara sama
terhadap kelompok stimulus yang mirip. Dapat dikatakan juga, sifat adalah struktur psikofisik
yang mampu menjadikan banyak stimulus berfungsi ekuivalen, membimbing tingkah laku
adaptif dan ekspresif. Misalnya, hari ini A marah karena B menghilangkan pena
kesayangannya, maka jika C menghilangkan buku kesayangannya, A akan marah juga. Hal
ini menunjukkan bahwa trait berfungsi konsisten, baik waktu, stimulus, atau tempat. Allport
membedakan trait menjadi dua, yaitu :
1. Trait Umum (Nomothetic Trait). Trait umum adalah sifat bersama yang dimiliki oleh
banyak orang, dan digunakan untuk membandingkan orang dari budaya berbeda.
Asumsi yang mendasari trait ini adalah persamaan evolusi dan pengaruh sosial.
Misalnya, orang Batak memiliki sifat lebih terbuka dibanding suku lain. Atau orang Jawa
memiliki sifat lebih sopan dalam berbicara dibanding suku lain.
2. Trait Individual (Personal Disposition atau Morphological Trait atau Idiographic Trait).
Trait individual adalah manifestasi trait umum seseorang, sehingga selalu unik bagi
orang itu. Sifat unik ini merupakan gambaran tepat dari struktur kepribadian. Trait
individual merupakan subkategori dari trait umum, yang memiliki tingkat generalitas
berbeda-beda, ada yang mempengaruhi tingkah laku secara umum, ada yang hanya
mempengaruhi tingkah laku tertentu saja. Ada tiga tingkatan disposisi, yaitu :

Disposisi Kardinal,
yaitu sifat luar biasa khas yang hanya dimiliki sedikit orang, sifat yang sangat
berperan dan mendominasi seluruh hidupnya. Disposisi ini sangat jelas, tidak dapat
disembunyikan, karena tercermin pada semua tingkah laku orang yang memilikinya.
Pada umumnya, orang tidak memiliki disposisi ini, karena hanya beberapa orang
yang memilikinya. Misalnya, narsis, hedonis, dsb.

Disposisi Sentral,
yaitu kecenderungan sifat yang menjadi ciri seseorang, dan menjadi titik pusat
tingkah lakunya. Sifat seperti ini biasa ditulis dalam surat rekomendasi yang
menjelaskan sifat seseorang. Misalnya, ambisius, jujur, senang berkompetisi, dan
lain sebagainya.
‘14
28
Psikologi Umum 2
Rizky Putri Asridha S. Hutagalung, M.Psi, Psi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id

Disposisi Sekunder,
yaitu sifat yang tidak umum, dan kurang penting untuk menggambarkan kepribadian.
Sifat ini tidak menyolok, jarang digunakan, dan hanya digunakan pada kesempatan
khusus. Misalnya : A itu adalah wanita yang sabar (Disposisi Sentral), namun pada
suatu hari seorang teman menghina orangtuanya, maka A menjadi marah meledakledak (Disposisi Sekunder).
Allport membedakan penggunaan istilah trait, attitude, habit, type, yang dalam
kehidupan sehari-hari dianggap sama. Trait, attitude, habit merupakan predisposisi. Ketiga
hal itu merupakan faktor genetik dan belajar, yang mengawali tingkah laku. Type merupakan
superordinasi dari ketiga konsep lainnya.

Type merupakan kategori nomotetik luas konsepnya. Type merangkum ketiga
konsep lainnya, yang dapat ditemui pada diri seseorang.

Trait merupakan kecenderungan umum untuk merespon secara sama kelompok
stimulus yang mirip. Attitude lebih umum dibanding habit, tetapi kurang umum
dibanding trait. Attitude memiliki rentang dari yang sangat khusus sampai yang
sangat umum. Ciri dari attitude ini adalah adanya sifat penilaian (evaluatif).
Habit. merupakan kecenderungan merespon satu situasi atau stimulus. Misalnya, orang
dengan tipe introvert (type) akan cenderung menolak mengikatkan diri dengan
lingkungannya (trait). Orang seperti ini akan dinilai sebagai orang yang tidak ramah atau
kurang mampu bergaul (attitude). Selain itu, orang seperti ini biasanya memiliki kebiasaan
untuk duduk menyendiri di tempat yang terpisah (habit).
Sudut Pandang Personologis Dan Kisah Hidup
Pendekatan personologis dan kisah hidup (personological and life story perspective)
menekankan bahwa cara untuk memahami seseorang adalah dengan memusatkan pada
sejarah hidup dan kisah hidupnya – berbagai aspek yang membedakan individu dari individu
lainnya.
Pendekatan personologis Murray
Murray menelurkan kata personologi yang merunjuk pada kajian keseluruhan
manusia. Ia terkenal dengan pernyataannya bahwa “sejarah organisme adalah organisme”
‘14
29
Psikologi Umum 2
Rizky Putri Asridha S. Hutagalung, M.Psi, Psi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
yang berarti bahwa dalam rangka memahami seseorang, kita harus memahami sejarah
seseorang, termasuk segala aspek kehidupannya.
Para pengikut Murray yang kontemporer mengkaji kepribadian melalui laporan
riwayat dan wawancara. McAdams memperkenalkan pendekatan kisah hidup terhadap
identitas yang yang memandang identitas sebagai kisah yang terus–menerus merubah
dengan permulaan, tengah, dan akhir. Psikobiografi merupaka suatu bentuk penyelidikan
pesonologis yang melibatkan peranan teori kepribadian pada kehidupan seseorang.
Pendekatan kisah hidup terhadap kepribadian mengungkapkan kekayaan tiap-tiap kisah
hdup unik seseorang. Namun demikian, pendekatan ini dapat sangat sulit dilakukan. Lebih
jauh lagi, psikobiografi dapat menjadi terlalu subjektif dan tidak dapat digeneralisasikan.
Sudut Pandang Kognitif Sosial
Sudut pandang konitif social (social cognitive perspektives) pada kepribadian
menekankan keawasan, keyakinan, pengharapan, dan tujuan yang disadari. Seraya
menyatukan berbagai prinsip dari behaviorisme, para psikolog kognitif sosial menjelajahi
kemampuan seseorang untuk menalar, memikirkan masalau, masa kini, dan masa depan,
dan merefleksikan diri. Mereka menekankan interpretasi individu terhadap situasi dan
dengan demikian memusatkan pada keunikan tiap-tiap individu dengan meneliti bagaimana
perilaku disesuaikan terhadap situasi beragam yang ditemuinya.
Teori Kognitif Sosial Bandura
Teori kognitif sosial diciptakan oleh Bandura dan Walter Mischel yang menyatakan bahwa
perilaku, lingkungan, dan faktor orang/ kognitif penting dalam memahami kepribadian.
Dalam pandangan bandura, faktor-faktor tersebut berinteraksi secara timbal balik. Dua
konsep penting dalam teori kognitif sosial adalah self-efficacy dan kendali pribadi. Selfefficacyadalah keyakinan bahwa seseorang dapat menguasai situasi dan menghasilkan
hasil yang positif. Kendali pribadi merujuk pada keyakinan individu mengenai apakah
hasiltindakan mereka tergantung pada tindakan mereka sendiri (internal) atau peristiwa
diluar kendali mereka (eksternal). Berbagai penelitian mengungkapkan bahwa individu yang
dicirikan dengan self-efficacy dan tingkat kendali yang tinggi biasanya memperlihatkan
keberfungsian dan penyesuaian yang positif.
‘14
30
Psikologi Umum 2
Rizky Putri Asridha S. Hutagalung, M.Psi, Psi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Sumbangan Walter Mischel
Mischel melihat bahwa orang awam maupun psikolog professional tampaknya
secara intuitif meyakini bahwa perilaku manusisa relative konsisten, tetapi bukti empiris
menunjukkan banyak variasi dalam perilaku-suatu situasi yang di sebut Mischel sebagai
paradoks konsistensi. Orang memilih politisi untuk duduk di pemerintahan karena mereka
melihat politisi tersebut jujur, dapat dipercaya, penuh pendirian, dan integritas; pemilik usaha
dan manajer personalia memilih pekerja yang tepat waktu, loyal, kooperatif, pekerja keras,
rapi dan dapat bersosialisasi. Psikolog dan juga orang awam telah lama merangkum
perilaku manusisa dengan menggunaakan nama sifat yang deskriptif. Mischel berargumen
bahwa, sebaik-baiknya, orang-orang tersebut hanya separuhnya benar. Ia berpendapat
bahwa beberapa sifat dasar memang bertahan seiring berjalannya waktu, tetapi hanya ada
sedikit bukti yang menunjukkan bahwa sifat-sifat tersebut dapat digeneralisasikan dari satu
situasi ke situasi lainnya. Mischel sangat menentang usaha untuk mengatribusikan perilaku
pada sifat global ini.
Selama bertahun-tahun, penelitian telah gagal untuk mendukung konsistensi dari
sifat kepribadian di antara situasi yang berbeda. Hugh Harthstorne dan Mark May, dalam
penelitian klasik mereka pada tahun 1928, menemukan bahwa anak sekolah yang jujur
dalam satu situasi dapat menjadi tidak jujur pada situasi yang lainnya. Sebagai contoh,
beberapa anak akan mencontek dalam ujian, tetapi tidak akan mencuri barang-barang
pesta; yang lainnya akan melanggar peraturan dalam perlombaan atletik, tetapi tidak akan
menyontek dalam ujian. Beberapa psikologi seperti Seymour Epstein (1979,1980)
berargumen bahwa penelitan seperti yang dilakukan oleh Hartshorne dan May
menggunakan perilaku yang terlalu spesifik. Epstein beranggapan bahwa, daripada
bergantung pada satuan perilaku, peneliti harus menghitung rata-rata pengukuran dari
perilaku; yang berarti mereka harus mendapatkan jumlah dari berbagai perilaku.
Untuk memecahkan paradoks konsistensi yang klasik. Mischel dan Shoda (Mischel,
2004; Mischel & Shoda, 1995, 1999; Shoda & Mischel, 1996, 1998) menawarkan sistem
kepribadian kognitif-afektif (cognitive-affektive
personality system atau disebut juga
cognitive-affective processing system-CAPS) yang menjelaskan keberagaman dalam
berbagai situasi dan juga stabilitas dari perilaku dalam diri seseorang. Kurangnya
konsistensi yang terlihat dari perilaku seseorang tidak disebabkan oleh eror yang bersifat
acak ataupun situasi. Akan tetapi, perilaku yang berpotensi untuk dapat diprediksi, yang
merefleksikan pola variasi stabil didalam diri seseorang. Sistem kepribadian kognitif-afektif
memprediksikan bahwa perilaku seseorang akan berubah dari satu situasi ke situasi yang
lainnya.
‘14
31
Psikologi Umum 2
Rizky Putri Asridha S. Hutagalung, M.Psi, Psi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Mischel dan Shoda (Mischel, 1999, 2004; Mischel&Ayduk, 2002; Shoda, LeeTiernan,
& Mischel, 2002) percaya bahwa variasi dalam perilaku dapat dikonseptualisasikan dalam
kerangka berpikir berikut: apabila A, maka X; tetapi apabila B, maka Y. Sebagai contoh,
apabila Mark diprovokasi oleh istrinya, maka ia akan bereaksi agresif. Akan tetapi, saat
“apabila” berubah, begitu juga dengan “maka”. Apabila Mark terlihat konsisten karena ia
bereaksi berbeda pada stimulus yang sama. Akan tetapi, Mischel dan Shoda akan
berargumen bahwa diprovokasi oleh dua orang yang berbeda tidak menyusun stimulus yang
sama. Perilaku Mark tidak berarti tidak konsisten dan dapat merefleksikan pola seumur
hidup yang stabil dalam bereaksi. Interpretasi ini diyakini Mischel dan Shoda memecahkan
paradoks konsistensi, dengan mengikutsertakan sejarah panjang dari variasi dalam perilaku
yang dapat diobservasi dan keyakinan intuitif dari psikolog dan orang awam bahwa
kepribadian relative stabil. Variasi dalam perilaku yang paling sering diobservasi merupakan
bagian penting dalam menyatukan stabilitas kepribadian.
Teori ini tidak mengindikasikan bahwa perilaku adalah percabangan dari sifat
kepribadian global yang stabil. Apabila perilaku adalah sifat global, maka hanya ada sedikit
variasi individual dalam perilaku. Dengan perkataan lain, Mark akan bereaksi dalam bentuk
yang sama terhadap provokasi, tanpa memperhatikan situasi spesifik. Akan tetapi, pola
variasi yang bertahan lama pada Mark menunjukkan kurang memadainya teori situasi dan
teori sifat. Pola variasinya adalah ciri khas kepribadian dalam bentuk perilaku, yaitu
bentuk yang konsisten dari variasi perilakunya dalam situasi tertentu (Shoda, LeeTiernan, &
Mischel, 2002). Kepribadiannya mempunyai cirri khas yang bersifat stabil dalam berbagai
situasi walaupun saat perilakunya berubah. Mischel (1999) percaya bahwa teori kepribadian
yang memadai harus “berusaha memprediksi dan menjelaskan ciri khas kepribadian
tersebut daripada mengeliminasi atau tidak menghiraukannya”.
Mengevaluasi Sudut Pandang Kognitif Sosial
Kekuatan teori kognitif sosial adalah fokusnya pada berbagai proses kognitif dan kendali
diri.namun demikian, pendekatan sosial kognitif tidak memberikan perhatian yang memadai
pada perbedaan individu yang menatap, pada faktor-faktor biologis, dan pada kepribadian
sebagai suatu keseluruhan.
‘14
32
Psikologi Umum 2
Rizky Putri Asridha S. Hutagalung, M.Psi, Psi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Pengukuran Kepribadian
Tes-tes Lapor Diri
Tes-tes lapor diri mengukur berbagai trait kepribadian dengan menanyakan pada
peserta tes pertanyaan mengenai preferensi dan perilaku mereka. Tes yang terkenal untuk
mengukur lima besar adalah NEO-PI-R yang menggunakan item-item lapor diri untuk
mengukur tiap-tiap trait lima besar. Meskipun tes lapor diri memiliki face validity, ia mungkin
memunculkan respon yang tidak valid, sebagaimana ketika orang-orang berusaha
menjawab pertanyaan dengan cara yang diinginkan oleh masyarakat. Tes terkunci secara
empiris yang bergantung pada item-item dengan pertanyaan yang tidak langung mengenai
beberapa kriteria, dikembangkan untuk mengatasi masalah face validity. Minnesota
Multiphasic Personality Inventory (MMPI) merupakan tes kepribadian lapor diri yang paling
luas digunakan dan diteliti. 10 skala klinisnya membantu para terapis dalam mendiagnosis
berbagai permasalahan psikologis.
MMPI (Minessota Multiphasic Personality Inventory)
Merupakan salah satu tes yang paling sering menggunakan testkepribadian. Tes ini
dilakukan dengan tet yang profesional sebagai pendamping dalam mengidentifikasi struktur
kepribadian dan psikopatologi. Penulis asli dari MMPI adalah R. Starke Hathaway, PhD, dan
JC McKinley, MD. Test MMPI merupakan hak cipta dari Universitas Minnesota. Lembar
jawaban yang distandarisasikan dapat di skor secara manual, tetapi banyak tes juga yang
melakukan skoring dengan menggunakan komputerisasi. Program penilaian dengan
menggunakan komputer digunakan untuk standar versi yang sekarang, MMPI-2, disahkan
oleh University of Minnesota untuk penilaian Pearson dan perusahaan lain yang berlokasi di
negara yang berbeda.
Program penilaian komputer menawarkan berbagai pilihan profil penilaian termasuk
penilaian skor yang diperluas, yang meliputi data yang terbaru dan yang lebih mampu
mengukur secara psikometri- skala klinis yang distruktur ulang (skala RC). Hasil penilaian
yang diperluas ini juga memberikan skor yang lebih tradisional menggunakan Scales klinis
sebaik isinya, Tambahan, dan potensi sub menarik bagi dokter. Penggunaan MMPI adalah
dikontrol ketat terutama untuk keuangan, dan untuk yang jauh lebih sedikit alasan etis. Para
dokter yang menggunakan MMPI harus membayar untuk bahan laporan dan jasa penilaian,
sama besarnya dengan biaya penginstalan program komputer.
‘14
33
Psikologi Umum 2
Rizky Putri Asridha S. Hutagalung, M.Psi, Psi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Tes-tes Proyektif
Tes-tes proyektif, dirancang untuk mengukur berbagai aspek ketidaksadaran diri
kepribadian, memperlihatka rangsangan yang ambigu pada individu dan kemudian meminta
meraka untuk menggambarkannya atau menceritakan suatu kisah mengenainnya. Tes-tes
proyektif didasarkan pada asumsi bahwa ke ambiguan rangsangan memungkinkan individu
untuk memproyeksikan kepribadian mereka pada rangsangan tersebut. Tes cipratan tinta
Rorschach merupakan tes proyektif yang digunakan secara luas, meskipun keefektifannya
kontroversial. Thematic Apperception Test (TAT) merupakan tes proyektif lainnya yang telah
digunakan dalam penelitian kepribadian.
Metode-metode Pengukuran Lainnya
Pengukuran perilaku berusaha mendapatkan informasi objek mengenai kepribadian
melauli pengamatan perilaku dan keterkaitan dengan lingkungan. Pengukuran kognitif
berusaha untuk menemukan perbedaan individu dalam pengolahan dan bertindak atas
informasi melalui wawancara dan kuesioner. Alat pengukuran lainnya meliputi mendapatkan
laporan dari rekan-rekannya dan pengukuran psikofisiologis.
Daftar Uji Pengamatan Pasangan Hidup :
Jenis Perilaku
Kegiatan berbagi
Item
Kami duduk dan membaca bersama-sama.
Kami berjalan bersama-sama.
Peristiwa interaktif yang
menyenangkan
Pasangan saya bertanya bagaimana hari saya.
Kami membicarakan mengenai berbagai perasaan pribadi.
Pasangan saya memperlihatkan ketertarikan pada apa yang
saya katakan.
Dengan sepakat atau bertanya pertanyaan yang relevan.
Kejadian interaktif yang
tidak menyenangkan
Pasangan saya memerintahkan saya melakukan sesuatu.
Pasangan saya mengeluh mengenai sesuatu yang telah saya
perbuat.
Pasangan saya menyela saya.
‘14
34
Psikologi Umum 2
Rizky Putri Asridha S. Hutagalung, M.Psi, Psi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Perilaku penuh kasih
Kami berpegangan tangan.
sayang yang
Pasangan saya memeluk dan mencium saya.
menyenangkan
Perilaku penuh kasih
Pasangan saya terburu-buru melakukan hubungan seks tanpa
sayang yang tidak
pemanasan terlebih dahulu.
meyenangkan
Pasangan saya menolak pendekatan seksual saya.
Peristiwa menyenangkan
Pasangan saya mencuci piring.
Pasangan saya membersihkan rumah.
Peristiwa tidak
Pasangan saya terlalu banyak bicara tantang pekerjaannya.
menyenangkan
Pasangan saya berteriak pada anak-anak.
Berbagai Pendekatan Terhadap Psikologi Kepribadian :
Pendekatan
Psikodinamika
Rangkuman
Asumsi
 Kepribadian dicirikan oleh
Aspek kepribadian
berbagai proses ketidaksadaran.
Studi kasus
terpenting adalah
ketidaksadaran.
 Kepribadian berkembang
Metode yang lazim
Teknik proyektif.
sepanjang tahapan
 Pengalaman masa kanak-kanak
sangat penting bagi kepribadian
ketika dewasa.
Humanistik
 Kepribadian berkembang diluar
berhubungan pada
organismik
untuk
tumbuh dan mengaktualisasikan
diri.
siapa sebenarnya kita
dan apa yang
sebenarnya kita
 Kecenderungan sehat ini dapat
dilemahkan
dengan
sosial.
tekanan
inginkan, kita dapat
mengarah pada hidup
yang lebih bahagia dan
lebih sehat.
‘14
35
Psikologi Umum 2
Rizky Putri Asridha S. Hutagalung, M.Psi, Psi
Kuesioner
dasarnya baik. Dengan
bawaan seseorang.
 Motif-motif
Hakikat manusia pada
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Wawancara
Observasi
Kognitif Sosial
 Kepribadian
koheren
merupakan
yang
interaksi
pola
mencirikan
seseorang
dengan
dan
pengharapan
merupakan
inti
daripada
variabel
trait-tait
global.
Trait
pahami sebagai hal
situasi yang berbeda-beda;
yang berubah
Untuk memahami
 Keyakinan
minat
Pengamatan majemuk pada
sepanjang situasi.
situasi yang ditemuinya
individu
Perilaku paling baik di
perilaku, kita harus
Perilaku yang direkam video
dan dinilai oleh observer,
Kuesioner.
memahami apa makna
tiap-tiap situasi bagi
eseorang.
Kepribadian
dicirikan
oleh
Trait relatif stabil
sekumpulan lima trait umum yang
sepanjang waktu. Trait
diwakili dalam bahasa alami yang
meramalkan perilaku.
Kuesioner
Laporan pengamatan
di gunakan orang sehari-hari untuk
menggambarkan
diri
mereka
sendiri dan orang lain.
Personologis
dan Kisah Hidup
 Untuk memahami kepribadian
kita
harus
memahami
proses kepribadian
orang
memiliki
sekumpulan pengalaman hidup
yang unik, dan berbagai kisah
yang kita ceritakan mengenai
pengalaman
36
Psikologi Umum 2
Rizky Putri Asridha S. Hutagalung, M.Psi, Psi
Otobiografi
Wawancara
yang dikaitkan denga
perilaku,
perkembangan, dan
kesejahteraan
tersebut
membentuk identitas kita.
‘14
Riwayat tertulis
kesempatan unik untuk
meneliti berbagai
keseluruhan seseorang.
 Tiap-tiap
Kisah kita memberikan
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Psikobiografi
Daftar Pustaka
Atkinson, R.L., Atkinson, R.C., Smith, R.C., & Bem, D.J. (1987). Pengantar Psikologi, Edisi
Kesebelas, Jilid Dua. Batam: Interaksara.
Ciccarelli, S.K & White, J.N (2009). Psychology(2nd ed.) New Jersey: Pearson International,
Inc.
Feldman, Robert S. (2012). Pengantar Psilologi “Understanding Psychology” (Terjemahan).
Jakarta: Penerbit Salemba Humanika.
King, L.A. (2010). Psikologi Umum, Sebuah Pandangan Apresiatif. Buku 2. Jakarta:
Salemba Humanika.
Miller. P. H. (1993). Theories of Developmental Psychology 3rd ed. New York: W. H.
Freeman and Company
Papalia.D.E., Old.S.W., Feldman.R.D. (2008). Human Development 9th ed. Jakarta:
Kencana
Sardiman, A.M. (2005). Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT RajaGrafindo
Perkasa.
Wade, C., Travis, C. (2008). Psikologi, Jilid 2 (terjemahan) (edisi kesembilan), Jakarta:
Erlangga.
‘14
37
Psikologi Umum 2
Rizky Putri Asridha S. Hutagalung, M.Psi, Psi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Download