perbedaan perkembangan sosial anak usia 3-6 tahun - journal-ums

advertisement
PERBEDAAN PERKEMBANGAN SOSIAL ANAK USIA
3-6 TAHUN DENGAN PENDIDIKAN USIA DINI DAN
TANPA PENDIDIKAN USIA DINI DI KECAMATAN
PETERONGAN JOMBANG
THE DIFFERENCES IN SOCIAL DEVELOPMENT OF CHILDREN AGES 3-6 YEARS
BETWEEN EARLY AGE EDUCATION AND WITHOUT AGE EARLY EDUCATION IN
DISTRICT PETERONGAN, JOMBANG
Retno Wulandari, Burhannudin Ichsan, Yusuf Alam Romadhon
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta
Korespondensi: dr. Burhannudin Ichsan,MMed,MKes, Email: [email protected]
ABSTRAK
Pertumbuhan dan perkembangan anak dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya stimulasi perkembangan
dan faktor lingkungan dari anak. Pendidikan anak usia dini merupakan suatu bentuk stimulasi yang pada
dasarnya adalah upaya-upaya intervensi yaitu menciptakan lingkungan sekitar anak usia dini agar mampu
menstimulasi seluruh aspek perkembangan anak. Penelitian ini observasional analitik, dengan pendekatan cross
sectional. Pengambilan sampel dengan teknik random sample (probability samples) dengan pendekatan cluster
sampling. Uji statistik yang digunakan uji Chi-Square (nilai expected<5, maksimal 20% dari jumlah sel). Terdapat
perbedaan perkembangan sosial pada anak usia 3-6 tahun dengan pendidikan usia dini dan tanpa pendidikan usia
dini secara signifikan (p.0,002). Kesimpulan: Terdapat perbedaan yang signifikan antara perkembangan sosial
pada anak usia 3-6 tahun dengan pendidikan usia dini dan tanpa pendidikan usia dini di Kecamatan Peterongan
Jombang.
Kata kunci.Perkembangan sosial, pendidikan usia dini, anak usia 3-6 tahun
ABSTRACT
Growth and development of children is influenced by many factors, including the stimulation of the
development of the child and environmental factors. Early childhood education is a form of stimulation that is
basically intervention efforts that create the environment for early childhood in order to stimulate all aspects of
child development.This study was observational analytic with cross sectional approach. The sampling technique
of random sample (probability samples) with a cluster sampling approach.The used statistical test Chi-Square test
(expected values ​​<5, maximal 20% of the number of cells). There are differences in social development in children
aged 3-6 years with early education and without early education significantly (p. 0.002). Conclusion: There are
significant differences between social development in children aged 3-6 years old with early childhood education
and without early childhood education in Peterongan Sub district Jombang.
Keywords. Social development, early childhood education, children aged 3-6 years
PENDAHULUAN
Perkembangan
secara
termitologis
adalah proses kualitatif yang mengacu pada
penyempurnaan fungsi sosial dan psikologis dalam
diri seseorang dan berlangsung sepanjang hidup
(Ikalor, 2013).Manusia dalam perkembangannya
melalui beberapa tahapan. Tahapan yang harus
dilalui manusia dan sangat berpengaruh terhadap
manusia baik secara fisik maupun secara psikologis
adalah masa anak-anak, karena pada masa anakanak ini adalah sebagai pondasi (Halimah &
Kawuryan, 2010).
Biomedika, Volume 8 Nomor 1, Februari 2016
Perkembangan anak pada usia dini disebut
sebagai masa emas “Golden Age” yang artinya
perkembangan pada usia ini sangat berpengaruh
terhadap perkembangan pada periode berikutnya
hingga anak menjadi dewasa (Sulistiani, 2009).
Usia 0-6 tahun adalah usia yang sangat menentukan
dalam pembentukan karakter baik sikap, perilaku,
dan kepribadian seorang anak di masa depan
(Dorlina, 2011). Umumnya pada tahap ini anak usia
dini belajar mengenai berbagai hal termasuk dalam
mengembangkan kemampuan motorik, kognitif,
bahasa, serta sosioemosional mereka (Mayar, 2013).
47
Masa balita juga sebagai periode emas bagi
orangtua untuk mengembangkan potensi anak
secara optimal. Pada masa balita hampir seluruh
sel-sel otak berkembang pesat. Tidak ada orang
yang paling berarti dalam kehidupan seorang balita
selain orangtuanya yang dapat memenuhi segala
pertumbuhan dan perkembangannya. Kemampuan
orangtua dalam memenuhi kebutuhan akan
asuh, asih, dan asah akan mempengaruhi mutu
kepribadian anak di kemudian hari (BKKBN,
2014).
Pertumbuhan dan perkembangan anak
dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya
pendidikan ibu, pekerjaan ibu, pendidikan bapak,
stimulasi perkembangan dan faktor lingkungan
dari anak (Ardita dkk, 2012). Meadow menyatakan
bahwa lingkungan akan mempengaruhi anak
dalam berbagai hal, antara lain akan berpengaruh
terhadap bagaimana seorang anak berkembang
dan belajar dari lingkungan (Martani, 2012).
Pendidikan anak usia dini merupakan suatu
bentuk stimulasi yang pada dasarnya adalah upaya
intervensi yaitu menciptakan lingkungan sekitar
anak usia dini agar mampu menstimulasi seluruh
aspek perkembangan anak. Mashar menyatakan
bahwa anak yang mengalami hambatan ataupun
problema perkembangan, tidak akan berkembang
secara optimal (Martani, 2012).
Pendidikan anak pada usia dini telah menjadi
perhatian para orangtua, ahli pendidikan, dan
pemerintah. Pendidikan pada usia dini bermanfaat
mengembangkan berbagai kompetensi anak usia
dini termasuk kompetensi sosial. Kompetensi
sosial adalah kemampuan seseorang untuk
berhubungan dengan orang lain. Kompetensi
sosial pada anak usia dini terdiri dari karakter
individu, keterampilan sosial, hubungan dengan
teman sebaya, dan hubungan dengan orang dewasa
(Siti, 2012). Banyak permasalahan yang muncul
pada perilaku anak usia dini. Permasalahan
tentang perilaku yang mencakup perkembangan
sosial, emosi, dan moral ialah perilaku antisosial.
Perilaku antisosial ini saat ini sering kita jumpai
dan ada pula yang terlihat pada anak usia dini.
Perilaku antisosial ini akan menjadi permasalahan
yang komplek pada anak dan akan berdampak
pada perilaku agresif. Orangtua berharap bahwa di
Taman Kanak-kanak (TK) anak akan mendapatkan
stimulasi yang memadai bagi perkembangan anak.
Lingkungan belajar diluar rumah atau di TK, anak
48
akan belajar dan mendapat stimulasi (Martani,
2012).
Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah
suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi
anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun
yang dilakukan dengan pemberian rangsangan
pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani agar anak
memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan
lebih lanjut. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
justru belum banyak mendapat perhatian.
Pendidikan usia dini baru diperoleh oleh sebagian
kecil anak di Indonesia. Pendataan Depdiknas
pada tahun 2002, baru 28 persen dari 26,1 juta
anak usia 6 tahun yang mendapat pendidikan
usia dini. Sebagian besar di antara mereka, yakni
2,6 juta, mendapatkan pendidikan dengan jalan
masuk ke Sekolah Dasar pada usia lebih awal
(Enung, 2006). Indonesia memiliki fasilitas
PAUD yang relatif sedikit. Situasi yang seperti
ini menjelaskan mengapa orangtua cenderung
untuk menyekolahkan anak-anak mereka lebih
awal, sekitar 72 persen anak usia enam tahun
telah terdaftar di kelas 1 Sekolah Dasar (UNICEF
Indonesia, 2012). Sebanyak 2,5 juta anak mendapat
pendidikan di Bina Keluarga Balita (BKB), 2,1
juta anak bersekolah di TK atau Raidhatul Atfhal,
dan sekitar 100.000 anak di kelompok bermain
(play group). Rasio jumlah lembaga pendidikan
dan anak usia dini diperkirakan 1:8. Data tersebut
memperlihatkan bahwa Pendidikan Anak Usia
Dini (PAUD) belum cukup mendapatkan perhatian
padahal kapasitas perkembangan kognitif anak
sudah dapat terbentuk pada usia dini jauh dibawah
usia sekolah (Enung, 2006). Akses dan kualitas
pelayanan PAUD sangat tidak seimbang, menurut
UNICEF Indonesia (2012) menyampaikan kirakira 62 persen anak usia 3 sampai 6 tahun belum
pernah berpartisipasi dalam program pendidikan
anak usia dini atau prasekolah. Tahun 2009,
proporsi anak perkotaan yang mengikuti beberapa
bentuk program PAUD dua kali lipat dari proporsi
anak pedesaan.
Balita di Indonesia sangat besar yaitu
sekitar 10 persen dari seluruh populasi. Calon
generasi penerus bangsa perlu mendapat perhatian
yang serius. Stimulasi yang memadai artinya
merangsang otak balita sehingga perkembangan
kemampuan gerak, bicara, dan bahasa, sosialisasi
dan kemandirian pada balita dapat berlangsung
Biomedika, Volume 8 Nomor 1, Februari 2016
secara optimal sesuai umur anak (Depkes RI, 2007).
Perkembangan sosial mengacu pada perilaku anak
dalam hubungannya dengan lingkungan sosial
agar mandiri dan dapat berinteraksi untuk menjadi
manusia sosial. Kemandirian adalah salah satu
komponen dari kecerdasan emosional. Para ahli
pendidikan dan psikolog berpendapat bahwa
kemandirian menentukan keberhasilan dalam
kehidupan seseorang (Retnowati, 2008).
Pemeriksaan tumbuh kembang di Jawa
Timur pada tahun 2010 telah dilakukan pada
2.321.542 anak balita dan prasekolah atau 63,48%
dari 3.657.353 anak balita. Cakupan tersebut
menurun dibandingkan tahun 2009 sebesar
64,03% dan masih dibawah target 80%, perlu
perbaikan agar dapat diperbaiki apabila terjadi
masalah atau keterlambatan tumbuh kembang
pada anak prasekolah (Dinas Kesehatan Provinsi
Jawa Timur, 2011). Pemantauan tersebut harus
dilakukaan secara teratur dan berkesinambungan.
Sedini mungkin pemantauan dapat dilakukan oleh
orangtua. Pemantauan juga dapat dilakukan oleh
masyarakat melalui kegiatan posyandu dan oleh
guru di sekolah. Pengetahuan tentang deteksi
dini pertumbuhan dan perkembangan anak perlu
dimiliki oleh orangtua, guru, dan masyarakat
(Chamida, 2012).
Permasalahan perilaku anak tidak terlepas
dari proses sosialisasi anak. Perkembangan
sosial diperoleh anak melalui kematangan dan
kesempatan belajar dari berbagai stimulus dari
lingkungan anak. Perilaku sosial merupakan
aktivitas yang berkaitan dengan orang lain, baik
dengan teman sebaya, guru, orangtua maupun
saudara. Perilaku sosial yang dibina pada
awal masa kanak-kanak sangat menentukan
kepribadiannya.Dengan melakukan penelitian
ini, diharapkan dapat memberikan wawasan yang
bermanfaat secara nasional maupun global.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
perbedaan perkembangan sosial anak usia 3-6
tahun dengan pendidikan usia dini dan tanpa
pendidikan usia dini di Kecamatan Peterongan
Jombang.
METODE
Penelitian ini menggunakan rancangan
observasional analitik dengan pendekatan cross
sectional. Data yang menyangkut Pendidikan
Biomedika, Volume 8 Nomor 1, Februari 2016
Usia Dini dan perkembangan sosial anak diukur
sekaligus pada suatu saat(Notoatmodjo, 2012).
Sampel dari penelitian ini adalah anak usia 3-6
tahun dengan pendidikan usia dini dan tanpa
pendidikan usia dini.Teknik pegambilan sampel
dilakukan dengan cluster random sampling.Besar
sampel dihitung dengan menggunakan rumus
besar sampel untuk penelitian analitik kategorik
tidak berpasangan dan ditemukan masing-masing
kelompok 31 anak. Untuk menghindari adanya
drop out saat penelitian masing-masing sampel
ditambah oleh peneliti sebesar 10% sehingga total
sampel menjadi 68(Dahlan, 2013).
Kriteria inklusi dari penelitian ini yaitu
anak usia 3-6 tahun dengan pendidikan usia dini
dan tanpa pendidikan usia dini di wilayah kerja
Pukesmas Dukuhklopo Kecamatan Peterongan
Jombang, sedangkan kriteria eksklusinya yaitu
: a) anak dengan sakit berat, b) anak yang cacat
lahir, c) anak menderita infeksi kronis, dan d)
orang tua yang menolak anak diikutkan penelitian.
Pendidikan Usia Dini yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah aspek sosial anak yang
mengikuti PAUD dan tidak mengikuti PAUD
pada usia 3-6 tahun.Penilaian dilakukan dengan
metode dokumentasi dengan mencari data anak
yang mengikuti kegiatan pendidikan di luar
rumah (PAUD) dan data anak dengan kegiatan
pendidikan dari lingkungan rumah.Perilaku sosial
merupakan aktivitas yang berkaitan dengan orang
lain, baik dengan teman sebaya, guru, orang tua
maupun saudara. Penilaian perkembangan sosial
menggunakan Denver Developmental Screening
Test II (DDST II) dengan kategori sesuai dan tidak
sesuai. Penelitian dilaksanakan di wiayah kerja
Puskesmas Dukuhklopo Kecamatan Peterongan
Jombang yang dilaksanakan pada bulan Desember
2015.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil analisis univariat adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Distribusi Sampel Berdasarkan Usia
Usia
3 Tahun
4 Tahun
5 Tahun
6 Tahun
Total
Jumlah
17
27
19
5
68
Presentase
25%
39,7%
27,9%
7,4%
100%
49
Tabel 2. Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Total
Jumlah
41
27
68
Presentase
60,3%
39,7%
100%
Hasil analisis bivariat adalah sebagai berikut
Tabel 3. Hasil Uji Chi-Square Perbedaan Perkembangan Sosial Anak-anak yang
mengikuti PAUD dan tidak
Sesuai
Tidak Sesuai
Total
Presentase
Perkembangan Sosial
P
N
%
N
%
N
%
PAUD
22
64,7
12
35,3
34
100,0%
Tidak PAUD
9
26,5
25
73,5
34
100,0%
0,002
Jumlah
31
45,6
37
54,4
68
100,0%
Berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa
anak yang mengikuti PAUD dan memiliki
perkembangan sesuai sebanyak 22 anak (64,7%)
dan memiliki perkembangan menyimpang atau
tidak sesuai sebanyak 12 anak (35,3%). Pada
anak yang tidak mengikuti PAUD dan memiliki
perkembangan yang sesuai sebanyak 9 anak
(26,5%) dan menyimpang atau tidak sesuai
sebanyak 25 anak (73,5%).
Berdasarkan uji Chi-Square didapatkan
nilai p sebesar 0,002 atau p<0,05. Penelitian
yang dilakukan terhadap 68 anak yang berusia
antara 3-6 tahun di wilayah kerja Puskesmas
Dukuhklopo Kecamatan Peterongan Jombang
menunjukkan bahwa perkembangan sosial yang
sesuai pada kelompok anak usia 3-6 tahun dengan
pendidikan usia dini jauh lebih banyak sekitar 22
anak (64,7%) dibandingkan dengan perkembangan
sosial yang sesuai pada kelompok anak usia 3-6
tahun tanpa pendidikan usia dini sekitar 9 anak
(26,5%). Sedangkan perkembangan sosial yang
tidak sesuai pada kelompok anak usia 3-6 tahun
dengan pendidikan usia dini jauh lebih sedikit
sekitar 12 anak (35,5%) dibandingkan dengan
perkembangan sosial yang tidak sesuai pada
kelompok anak usia 3-6 tahun tanpa pendidikan
anak usia dini sekitar 25 anak (73,5%). Hasil
tersebut dibuktikan dengan menggunakan ChiSquare didapatkan nilai p sebesar 0,002 (p<0,05).
Hasil analisis tersebut dapat disimpulkan terdapat
perbedaan yang bermakna antara perkembangan
sosial pada anak usia 3-6 tahun dengan pendidikan
usia dini dan tanpa pendidikan usia dini di
Kecamatan Peterongan Jombang.
50
Hasil data analisis univariat menunjukkan
distribusi berdasarkan usia anak 3-6 tahun di desa
Dukuhklopo, anak usia prasekolah dari Rencana
Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten
Jombang Tahun 2015diperoleh jumlah penduduk
di Kabupaten Jombang menurut kelompok usia
anak 0-4 tahun berjumlah 53.655 jiwa untuk
laki-laki dan perempuan berjumlah 50.976 jiwa
dengan total anak usia 0-4 tahun di Jombang
sebanyak 104.631 jiwa. Kelompok usia 5-9
tahun berjumlah 50.092 jiwa untuk laki-laki dan
perempuan berjumlah 47.804 jiwa dengan total
anak usia 5-9 tahun di Jombang terbanyak yaitu
97.869 jiwa. Dalam distribusi tersebut didapatkan
anak usia 6 tahun yang harusnya masih mengikuti
program PAUD hanya didapatkan sebanyak 5
(7,4%), hal ini karena Indonesia memiliki program
PAUD yang relatif sedikit. Situasi yang seperti ini
menjelaskan mengapa orangtua lebih cenderung
untuk menyekolahkan anak-anak mereka di
Sekolah Dasar lebih awal, sekitar 72 persen anak
usia 6 tahun telah terdaftar di kelas 1 Sekolah
Dasar (UNICEF, 2012).
Ditribusi untuk perkembangan sosial,
jumlah sampel terbanyak untuk sampel
perkembangan sosial yaitu perkembangan sosial
tidak sesuai sebanyak 37 sampel (54,4%) dan
perkembangan sosial sesuai sebanyak 31 sampel
(45,6%). Hasil Penelitian Darsana (2012) di Bali
yang menyatakan bahwa Perkembangan anak
akan optimal bila interaksi sosial diusahakan
sesuai dengan kebutuhan anak pada berbagai
tahap perkembanganya. Dalam perkembangan
anak terdapat masa kritis yang diperlukan
Biomedika, Volume 8 Nomor 1, Februari 2016
rangsangan atau stimulasi yang berguna
agar potensi berkembang, sehingga perlu
mendapatkan perhatian. Kegiatan stimulasi,
deteksi dan intervensi dini penyimpangan tumbuh
kembang yang menyeluruh dan terkoordinasi
diselenggarakan dalam bentuk kemitraan atau
kerjasama antara keluarga, dengan tenaga
profesional (kesehatan, pendidikan dan sosial)
akan meningkatkan tumbuh kembang anak usia
dini dan kesiapan memasuki jenjang pendidikan
formal (Kusbiantoro, 2015). Tingginya angka
keterlambatan yang ditemukan merupakan potensi
untuk menurunkan kualitas hidup di kemudian
hari sehingga perlu diupayakan bagaimana cara
mengatasinya.
Delfita(2011) menyatakan tujuan pendidikan
anak usia dini yaitu : 1) memberikan pengasuhan
dan pembimbingan yang memungkinkan anak agar
tumbuh dan berkembang sesuai dengan usia dan
potensinya, 2). mengidentifikasi penyimpangan
yang mungkin terjadi, sehingga jika terjadi
penyimpangan dapat dilakukan intervensi dini
segera, 3) menyediakan pengalaman yang
beraneka ragam dan mengundang minat bagi
anak usia dini, yang memungkinkan mereka
mengembangkan potensi dalam berbagai bidang,
sehingga siap untuk mengikuti pendidikan formal,
4) membangun landasan bagi perkembangan
potensi peserta didik agar menjadi manusia
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, 5) mengembangkan potensi kecerdasan
spiritual, intelektual, emosional, dan sosial
peserta didik pada masa emas pertumbuhannya
dalam lingkungan bermain yang edukatif dan
menyenangkan.
Menurut Diana (2010),faktor yang
mempengaruhi perkembangan anak secara
keseluruhan
yaitu
faktor
gizi
(nutrisi)
berpengaruh terhadap struktur anatomi otak yang
mempengaruhi sel syaraf, faktor infeksi penyakit
yang disebabkan oleh kuman penyakit (bakteri,
virus, ricketsia, jamur, cacing dan sebagainya),
faktor pola pengasuhan anak berupa sikap
dan perilaku Ibu atau pengasuh lain dalam hal
kedekatannya dengan anak (memberikan makan,
merawat, kebersihan, memberi kasih sayang
dan sebagainya). Faktor yang mempengaruhi
perkembangan sosial anak usia dini menurut
Mayar(2013) : 1) faktor lingkungan keluarga, 2)
faktor dari luar rumah, dan 3) faktor pengaruh
pengalaman sosial anak.
Biomedika, Volume 8 Nomor 1, Februari 2016
Penelitian
yang
dilakukan
oleh
Setyaningrum et al, (2014) membuktikan bahwa
anak yang mengikuti pembelajaran di PAUD
berpeluang mempunyai perkembangan kognitif
baik hampir empat kali dibandingkan anak yang
tidak ikut pembelajaran di PAUD. Penelitian dari
Hastuti et al, Alfiasari, & Chandriyani (2010)
juga membuktikan bahwa pemberian stimulasi
psikososial yang optimal kepada anak akan
meningkatkan perkembangan kognitif anak.
Didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh
Gultiano& King (2006) di Philipina membuktikan
bahwa terjadi peningkatan perkembangan
psikososial sebesar 6 – 11% pada anak usia 0-4
tahun yang dilakukan stimulasi selama 2 tahun
terhadap 7 domain yang diukur dengan instrument
Revised Early Childhood Devolopment Checklist
(REC), yaitu : Gross motor, fine motor, self
help, receptive language, expressive language,
cognitive, socialemotional. Penelitian yang
dilakukan oleh UNICEF Indonesia pada tahun
2012 membuktikan hasil studi tentang kesiapan
bersekolah di enam Kabupaten di Indonesia
menunjukkan bahwa program-program PAUD
telah membantu mengembangkan kompetensi
psikososial dan kognitif.
Kualitas PAUD di Indonesia belum dapat
diukur karena belum pernah ada penelitian
tentang ini sebelumnya. Dalam membimbing
dan mendidik anak usia dini, guru perlu memiliki
berbagai macam kompetensi yaitu kompetensi
pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi
kepribadian dan kompetensi sosial. Penelitian dari
Novianti et al, Puspitasari, & Chairilsyah (2012)
di Kota Pekanbaru masih banyak guru PAUD
yang tidak memahami prinsip-prinsip dalam
melakukan asesmen pada anak usia dini. Dengan
demikian apabila guru PAUD tidak memiliki
kompetensi dalam melaksanakan asesmen maka
sulit untuk mengetahui tingkat perkembangan
anak yaitu apakah anak berkembang sesuai
harapan atau sebaliknya mengalami keterlambatan
perkembangan, akibatnya guru tidak dapat
memberikan layanan pendidikan sesuai dengan
kebutuhan tiap anak, selain itu guru juga akan
sulit merancang pembelajaran yang dapat
mengoptimalkan perkembangan anak. Untuk itu
Pemerintah harusnya lebih memperhatikan standar
tenaga pendidik yang sesuai dengan kurikulum
pada program Pendidikan Anak Usia Dini.
51
Dinas Pendidikan setempat disarankan
untuk melakukan sosialisasi kepada keluarga
mengenai pentingnya keikutsertaan anak dalam
pendidikan prasekolah. Hal serupa juga ditujukan
kepada pengasuh dalam kelompok BKB (Bina
Keluarga Balita), Posyandu, dan Pos PAUD yang
berperan banyak untuk menyebarluaskan dan
menginformasikan kepada keluarga mengenai
pentingnya anak mengikuti pendidikan prasekolah
dengan menyebarkan leaflet, mengunjungi ke
rumah-rumah keluarga dan menjadikan agenda
rutin setiap bulan dalam Posyandu. Selain itu,
mengingat stimulasi psikososial berpengaruh
terhadap perkembangan kognitif anak maka
disarankan kepada keluarga untuk memberikan
stimulasi yang maksimal kepada anak. Jika
dalam pemberian stimulasi terbentur oleh dana
disarankan untuk meningkatkan aktivitas ibu
dan anak, ibu lebih terlibat dalam pengasuhan
(bermain bersama anak, pergi bersama anak), serta
memberikan kehangatan dan penerimaan kepada
anak serta memberikan teladan kepada anak.
Hal ini mengindikasikan pentingnya pendidikan
parenting untuk ibu mengenai bagaimana
memberikan stimulasi kepada anak yang dapat
dilakukan oleh koordinasi tim penggerak PKK
dan Kelompok PAUD. Penelitian di Amerika
Serikat menunjukkan bahwa anak yang tidak
banyak distimulasi maka otaknya akan lebih
kecil 30 persen dibandingkan anak lain yang
mendapatkan rangsangan secara optimal. Untuk
itu diperlukan penilaian terhadap perkembangan
anak agar gangguan terhadap perkembangan anak
dapat diketahui lebih cepat (Diana, 2010).
Penelitian ini mempunyai kelebihan dimana
sampel yang digunakan sudah memenuhi kriteria
dan sudah memenuhi target.Penelitian ini juga
sederhana dan ekonomis.Kelemahan penelitian
ini adalah skrining dilakukan hanya sekali,
seharusnya dilakukan pemeriksaan ulangan
untuk menghindari bias pemeriksaan. Skrining
sebaiknya dikombinasi dengan alat skrining yang
lain. Skrining pada subjek yang dinilai meragukan
dalam penilaian harus dilakukan ulangan
pemeriksaan 1-2 minggu kemudian setelah
pemeriksaan pertama untuk memastikan adanya
keterlambatan perkembangan.
52
SIMPULAN
Berdasarkan
hasil
penelitian
yang
dilakukan peneliti, didapatkan perkembangan
sosial yang tidak sesuai pada anak usia 3-6 tahun
tanpa pendidikan usia dini (73,5%) lebih banyak
dibandingkan perkembangan sosial yang sesuai
pada anak usia 3-6 tahun tanpa pendidikan usia
dini (26,5%). Perkembangan sosial yang sesuai
pada anak usia 3-6 tahun dengan pendidikan
usia dini (64,7%) lebih banyak dibandingkan
perkembangan sosial yang tidak sesuai pada
anak usia 3-6 tahun dengan pendidikan usia dini
(35,3%), maka pada hasil uji Chi-Square nilai p
didapatkan sebesar 0,002 (p<0,05). Hasil analisis
tersebut dapat disimpulkan terdapat perbedaan
yang signifikan antara perkembangan sosial pada
anak usia 3-6 tahun dengan pendidikan usia dini
dan tanpa pendidikan usia dini di Kecamatan
Peterongan Jombang, yaitu lebih baik yang
mengikuti pendidikan usia dini.
DAFTAR PUSTAKA
Ardita V., Kadir A., & Askar M., 2012.Deteksi
Perkembangan Anak Berdasarkan DDST di
RW I Kelurahan Luminda Kecamatan Wara
Utara Kota Palopo.Vol. 1(2).
BKKBN 2014.Menjadi Orangtua Hebat dalam
Mengasuh Anak (Usia 0 – 6 Tahun).ISBN :
978-602-8068-87-1
Chamida N.A., 2012. Deteksi Dini Gangguan
Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
Dahlan M.S., 2013. Besar Sampel Dan Cara
Pengambilan Sampel dalam Penelitian
Kedokteran dan Kesehatan.Jakarta :
Salemba Medika
Darsana W., 2012. Hubungan stimulasi
kecerdasan multipel dengan perkembangan
personalsosial anak usia pra sekolah.http://
darsananursejiwa.blogspot.com/2012/01/
hubunganstimulasi-kecerdasanmultipel.
html. Diakses 9 Januari 2016
Delfita R., 2011. Meningkatkan Kemampuan
Berbahasa Anak Melalui Permainan
Gambar Dalam Bak Pasir di Taman KanakKanak Bina Anaprasa Mekar Sari Padang.
Jurnal Pesona PAUD. Vol 1(1).
Biomedika, Volume 8 Nomor 1, Februari 2016
Departemen Kesehatan RI 2007. Pedoman
Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan
Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak
Ditingkat Pelayanan Kesehatan Dasar.
Dinas Kesehatan Kabupaten Jombang
Diana F.M., 2010. Pemantauan Perkembangan
Anak Balita. Jurnal Kesehatan Masyarakat.
Vol. 4 (2).
Dinas kesehatan Jawa Timur 2011. Profil Kesehatan
2011 Provinsi Jawa Timur.http://dinkes.
jatimprov.go.id/userfile/dokumen/1321926974_
Profil_Kesehatan_Provinsi_Jawa_Timur_2010.
pdf Diakses pada tanggal 15 Agustus 2015
Dorlina N., 2011. Perkembangan Bahasa
AnakPrasekolah. Jurnal Pembinaan dan
Pengembangan Pendidikan. Vol. 08 (1).
Enung F., 2006. Psikologi Perkembangan :
Perkembangan Peserta Didik. Bandung :
CV Pustaka Setia
Gultiano S.A., & King E.M., 2006. A Better
Start in Life : Evaluation Result from an
Early Childhood Development Program.
Philippine Journal of Development Number
61, First and Second Semesters 2006.
Volume XXXIII, Numbers 1 & 2
Halimah N., & Kawuryan F., 2010.Kesiapan
Memasuki Sekolah Dasar Pada Anak
yang Mengikuti Pendidikan TK dengan
yang Tidak Mengikuti Pendidikan TK
di Kabupaten Kudus.Jurnal Psikologi
Universitas Muria Kudus Vol. 1(1).
Hastuti D., Alfiansari.,& Chandriyani., 2010.
Nilai Anak, Stimulasi Psikososial, Dan
Perkembangan Kognitif Anak Usia 2-5
Tahun Pada Keluarga Rawan Pangan Di
Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah.
Jurnal Ilmiah Keluarga dan Konseling.Vol.
3 (1): 27-34
Ikalor A., 2013.Pertumbuhan dan Perkembangan.
Jurnal Pertumbuhan dan Perkembangan.
Vol. 7(1): 1-6.
Biomedika, Volume 8 Nomor 1, Februari 2016
Kusbiantoro D., 2015. Pertumbuhan Dan
Perkembangan Anak Usia Prasekolah di
Taman Kanak-Kanak Aba 1 Lamongan.
Surya.Vol.7(1).
Martani W., 2012. Metode Stimulasi dan
Perkembangan Emosi Anak Usia Dini.
Jurnal Psikologi. Vol. 39 (1): 112 – 120
Mayar F., 2013. Perkembangan Sosial Anak Usia
Dini Sebagai Bibit Untuk Masa Depan
Bangsa. Jurnal Al-Ta’lim, Jilid 1, Nomor 6
November 2013, hlm. 459-464
Novianti R., Puspitasari E., & Chairilsyah D., 2012.
Pemetaan Kemampuan Guru Paud Dalam
Melaksanakan Asesmen Perkembangan
Anak Usia Dini di Kota Pekanbaru. Jurnal
SOROT. Vol 8 (1): 1 – 104
Retnowati Y., 2008. Pola Komunikasi Orangtua
Tunggal dalam Membentuk Kemandirian
Anak (Kasus di Kota Yogyakarta).Jurnal
Ilmu Komunikasi. Vol.6 (3).
Setyaningrum S.R., Triyanti.,& Indrawani Y.M.,
2014. Pembelajaran di Pendidikan Anak
Usia Dini Dengan Perkembangan Kognitif
pada Anak. Jurnal Kesehatan Masyarakat
Nasional Vol.8, No. 6.
Siti M., 2012. Peningkatan Kompetensi Sosial
Anak Usia Dini Dengan Metode Bermain.
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol.
18 (1)
Sulistiani W., 2009. Penerapan Metode
Bermainuntuk Meningkatkan Kemampuan
Sosial AnakUsia Dini. Jurnal Ilmiah
Psikologi dan Psikologi KelautanKemaritiman.Vol. 3(2).
UNICEF
Indonesia
2012.Pendidikan
&
Perkembangan Anak Usia Dini. http://
www.unicef.org/indonesia/id/A3_-_B_
Ringkasan_Kajian_Pendidikan.pdf Diakses
pada tanggal 15 Agustus 2015
53
Download