diagnostik potensi peserta didik

advertisement
Al-‘Ulum; Vol. 1, Tahun 2012
Risnita, Diagnostik …
2,2% dan tergolong “unggul” (IQ 120-129) berjumlah 6,7% dari
populasinya. Jumlah ini memang masih tergolong kecil, namun secara
potensial mereka unggul dalam salah satu atau beberapa bidang yang
meliputi bidang-bidang intelektual umum dan akademis khusus, berpikir
kreatif-produktif, kepemimpinan, seni dan psikomotorik.
DIAGNOSTIK POTENSI PESERTA DIDIK
Risnita 1
Abstraksi
Pembelajaran menempatkan peserta didik sebagai subjek bukan
sebagai objek. Menurut Piaget sejak lahir peserta didik mengalami
tahap-tahap perkembangan Kognitif. Setiap tahapan perkembangan
kognitif tersebut mempunyai karakteristik yang berbeda-beda.
Berdasarkan Intelegeni Wechsler peserta didik berbakat intelektual
tergolong “sangat unggul” (IQ 130 keatas) berjumlah 2,2% dan
tergolong “unggul” (IQ 120-129) berjumlah 6,7% dari populasinya.
Peserta didik bagaikan aneka macam bunga elok di taman sari yang
indah. Mereka memiliki pesonanya masing-masing sehingga tidak
bisa diseragamkan begitu saja atau dipangkas sama rata.
Kata kunci : multiple intelegences
A. Pendahuluan
Potensi hanya dapat digali dan dikembangkan serta dipupuk secara
effektif melalui strategi pendidikan dan pembelajaran yang terarah dan
terpadu, dikelola secara serasi dan seimbang dengan memperhatikan
pengembangan potensi pesera didik secara utuh dan optimal. Oleh karena
itu, strategi manajemen pendidikan perlu secara khusus memperhatikan
pengembangan potensi peserta didik yang memiliki kemampuan dan
kecerdasan luar biasa (unggul), yaitu dengan cara penyelenggaraan
program pembelajaran yang mampu mengembangkan keunggulankeungulan tersebut, baik dalam hal potensi intelektual maupun bakat
khusus yang bersifat keterampilan (gifted and talented).
Strategi pembelajaran yang dilaksanakan selama ini masih bersifat
massal, yang memberikan perlakuan dan layanan pendidikan yang sama
kepada semua peserta didik. Padahal mereka berbeda tingkat kecakapan,
kecerdasan, minat, bakat, dan kreativitasnya. Strategi pelayanan
pendidikan seperti ini memang tepat dalam konteks pemerataan
kesempatan, akan tetapi kurang menunjang usaha mengoptimalkan
pengembangan potensi peserta didik secara cepat.
Peserta didik yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa
merupakan kelompok kecil. Berdasarkan Intelegeni Wechsler peserta didik
berbakat intelektual tergolong “sangat unggul” (IQ 130 keatas) berjumlah
1
Dosen Fakultas Tarbiyah IAIN STS Jambi
89
B. Memahami Peserta Didik
Mengajar atau “teaching” adalah membantu peserta didik
memperoleh informasi, ide, keterampilan, nilai, cara berpikir, sarana untuk
mengekspresikan dirinya, dan cara-cara belajar bagaimana belajar (Joyce
dan Well, 1996). Sedangkan pembelajaran adalah upaya untuk
membelajarkan peserta didik. Secara implisit dalam pembelajaran terdapat
kegiatan memilih, menetapkan mengembangkan metode untuk mencapai
hasil pembelajaran yang diinginkan. Pemilihan, penetapan, dan
pengembangan metode didasarkan pada kondisi pembelajaran yang ada.
Kegiatan-kegiatan tersebut pada dasarnya merupakan inti dari
perencanaan pembelajaran.
Konsep pembelajaran adalah “bagaimana membelajarkan peserta
didik”, dan bukan pada “apa yang dipelajari peserta didik”. Dengan
demikian pembelajaran menempatkan peserta didik sebagai subjek bukan
sebagai objek. Oleh karena itu agar pembelajaran dapat mencapai hasil
yang optimal guru perlu memahami karakteristik peserta didik.
C. Tahap-tahap Perkembangan Peserta Didik
Menurut Piaget sejak lahir peserta didik mengalami tahap-tahap
perkembangan Kognitif. Setiap tahapan perkembangan kognitif tersebut
mempunyai karakteristik yang berbeda-beda.
Perkembangan peserta didik sesuai dengan tugas-tugas
perkembangannya baik dalam aspek kognitif maupun aspek non kognitif,
melalui tahap-tahap sebagai berikut :
1. Perkembangan kemampuan peserta didik usia sampai 5 tahun (TK).
Pada usia ini, anak (peserta didik) berada dalam periode
“praoperasional” yang dalam menyelesaikan persoalan, ditempuh
melalui tindakan nyata dengan jalan memanipulasi benda atau objek
yang bersangkutan. Peserta didik belum mampu menyelesaikan
persoalan melalui cara berpikir logik sistematik. Kemampuan
mengolah informasi dari lingkungan belum cukup tinggi untuk dapat
menghasilkan tranformasi yang tepat. Demikian juga perkembangan
moral peserta didik masih berada pada tingkatan moralitas yang baku.
Peserta didik belum sampai pada pemilihan kaidah moral sendiri
secara naral. Perkembangan nilai dan sikap sangat dipengaruhi oleh
situasi yang berlaku dalam keluarga. Nilai-nilai yang berlaku dalam
90
Al-‘Ulum; Vol. 1, Tahun 2012
Risnita, Diagnostik …
keluarga akan diadopsi oleh peserta didik melalui proses imitasi dan
identifikasi. Keterkaitan peserta didik dengan suasana dan lingkungan
keluarga sangat besar.
peserta didik berbakat biasanya cendrung di atas rata-rata. Namun peserta
didik yang intelektualitasnya tingi tidak selalu menunjukkan peserta didik
berbakat. Bakat seni dan olahraga misalnya, keduanya memerlukan
strategi, taktik, dan logika yang berhubungan dengan kecerdasan. Dengan
demikian, umumnya peserta didik berbakat memang memiliki tingkat
intelegensi di atas rata-rata.
Peserta didik berbakat adalah peserta didik yang mampu mencapai
prestasi yang tinggi karena mempunyai kemampuan-kemampuan unggul.
Kemampuan-kemampuan tersebut meliputi :
1. Kemampuan intelektual umum (kecerdasan intelegensi)
2. Kemampaun akademik khusus
3. Kemampuan berpikir kreatif-poduktif
4. Kemampuan memimpin
5. Kemampuan dalam salah satu bidang seni
6. Kemampuan psikomotor (seperti dalam olah raga).
2. Perkembangan Kemampuan peserta didik usia 6-12 tahun (SD).
Pada usia ini peserta didik dalam periode operasional konkrit
yang dalam menyelesaikan masalah sudah mulai ditempuh dengan
berpikir, tidak lagi terlalu terikat pada keadaan nyata. Kemampuan
mengolah informasi lingkungan sudah berkembang sehingga
transformasi yang dihasilakan sudah lebih sesuai dengan kenyataan.
Demikian juga perkembangan moral anak sudah mulai beralih pada
tingkatan moralitas yang fleksibel dalam rangka menuju ke arah
pemilihan kaidah moral sendiri secara nalar. Perkembangan moral
perserta didik masa ini sangata dipengaruhi oleh kematangan
intelektual dan interaksi dengan lingkungannya. Dorongan untuk
keluar dari lingkungan rumah dan masuk ke dalam kelompok sebaya
mulai nampak dan semakin berkembang. Pertumbuhan fisik
mendorong peserta didik untuk memasuki permainan yang
membutuhkan otot kuat.
Faktor lain yang juga menentukan perkembangan potensi peserta
didik menjadi bakat, yakni Kecerdasan Emosional (Emotional Quetient).
Bakat yang dimiliki peserta didik tidak terbatas pada satu keahlian. Jika
bakat tersebut dikembangkan bisa menjadi lebih dari dua keahlian yang
saling berkaitan. Misal jika peserta didik suka menyanyi tak jarang pula ia
akan berbakat menari. Jika peserta didik suka baca puisi biasanta peserta
didik akan punya bakat seni peran.
Bakat yang dimiliki peserta didik juga berkaitan dengan bakat orang
tua. Sekitar 60% bakat peserta didik diturunkan dari orang tua, selebihnya
dipengaruhi faktor lingkungan. Bakat turunan bisa dideteksi dengan cara
membandingka peserta didik dengan peserta didik lain. Peserta didik
berbakat lebih cepat berkembang ketimbang peserta didik lain seusianya,
misalnya mereka lebih cepat dalam hal berhitung soal matematika,
menari, atau menghafal lagu jika dibandingkan dengan peserta didik
lainnya.
1. Tanda-tanda Bakat Peserta Didik
a. Mempunyai ingatan yang kuat, contoh : sanggup mengingat letak
benda-benda, tempat-tempat penyimpanan, lokasi-lokasi dsb.
b. Mempunyai logika dan keterampilan analitis yang kuat. Contoh
sanggup menyimpulkan, menghubung-hubungkan satu kejadian
dengan kejadian lainnya.
c. Mampu berpikir abstrak, contoh: membayangkan sesuatu yang
tidak tampak, kemampuan berimajinasi dan asosiasi, Misal
membayangkan keadaan di bulan, di luar angkasa, atau tempat
lain yang belum pernah dikunjungi.
3. Perkembangan kemampuan peserta didik usia 13-15 tahun (SLTP).
Pada usia ini peserta didik memasuki masa remaja, periode
formal operasional yang dalam perkembangan cara berpikir mulai
meningkat ke taraf lebih tinggi, abstrak dan rumit. Cara berpikir yang
bersifat rasional, sistematik dan eksploratif mulai berkembang pada
tahap ini. Kecendrungan berpikir mereka mulai terarah pada hal-hal
yang bersifat hipotesis, pada masa yang akan datang, dan pada hal-hal
yang bersifat abstrak. Kemampuan mengolah informasi dari
lingkungan sudah semakin berkembang.
D. Bakat dan Kecerdasan Peserta Didik
Bakat dan kecerdasan merupakan dua hal yang berbeda, namun
saling terkait. Bakat adalah kemampuan yang merupakan sesuatu yang
melekat (inherent) dalam diri seseorang. Bakat peserta didik dibawa sejak
lahir dan terkait struktur otaknya. Secara genetik struktur otak telah
terbentuk sejak lahir, tetapi berfungsinya otak sangat ditentukan oleh cara
peserta didik berinteraksi dengan lingkungannya. Biasanya kemampuan itu
dikaitkan dengan intelegensi atau kecerdasan, dimana kecerdasan atau
intelegensi (Intelligence Quotient) merupakan modal awal untuk bakat
tertentu.
Potensi bawaan peserta didik sampai menjadi bakat berkaitan
dengan kecerdasan intelektual (IQ) peserta didik. Tingkat intelektalitas
91
92
Al-‘Ulum; Vol. 1, Tahun 2012
Risnita, Diagnostik …
d. Mampu membaca tata letak (ruang). Contoh: menguasai rute
jalan, kemana harus berbelok, menyebutkan bentuk ruang.
e. Mempunyai keterampilan mekanis, contoh: pintar bongkar pasang
benda yang rumit.
f. Mempunyai bakat musik dan seni
g. Luwes dalam atletik dan menari
h. Pintar bersosialisasi, contoh: mudah bergaul, mudah beradaptasi
i. Mampu memahami perasaan manusia, contoh: pandai berempati,
baik dan peduli pada orang lain.
j. Mampu memikat dan merayu, contoh : penampilannya selalu
membuat orang tertarik, mampu membuat orang mengikuti
kemauannya.
unik. Peserta didik harus dilihat sebagai individu yang memiliki
berbagai potensi yang berbeda satu sama lain, namun saling
melengkapi dan berharga. Mungkin dapat diibaratkan sebagai bungabunga aneka warna di suatu taman yang indah, mereka akan tumbuh
dan merekah dengan keelokannya masing-masing.
2. Kecerdasan Peserta Didik
Menurut Gardner, kecerdasan seseorang meliputi unsur-unsur
kecerdasan matematika-logika, kecerdasan bahasa, kecerdasan
musikal, kecerdasan visual spasial, kecerdasan kinestetik, kecerdasan
interpersonal, kecerdasan intrapersonal dan kecerdasan naturalis.
Secara rinci masing-masing kecerdasan tersebut dijelaskan sebagai
berikut :
Selain memiliki tanda-tanda keunggulan di atas peserta didik
berbakat mempunyai karakteristik negatif diantaranya :
a. Mampu mengaktualisasikan pernyataan secara fisik berdasarkan
pemahaman pengetahuan yang sedikit.
b. Dapat mendominasi diskusi
c. Tidak sabar untuk segera maju ke tingkat berikutnya
d. Suka ribut
e. Memilih kegiatan membaca dari pada berpartisipasi aktif dalam
kegiatan masyarakat, atau kegiatan fisik
f. Suka melawan aturan, petunjuk-petunjuk atau prosedur tertentu
g. Frustasi disebabkan tidak jalannya aktivitas sehari-hari
h. Menjadi bosan karena banyak hal yang diulang-ulang
i. Menggunakan humor untuk memanipulasi sesuatu.
j. Melawan jadwal yang (hanya) didasarkan atas pertimbangan
waktu saja bukan atas pertimbangan tugas.
1. Kecerdasan Matematika Logika
Menunjukkan kemampuan seseorang dalam berpikir secara
induktif dan deduktif, berpikir menurut aturan logika, memahami
dan menganalisis pola angka-angka, serta memecahkan masalah
dengan menggunakan kemampuan berpikir.
2. Kecerdasan Bahasa
Menunjukkan kemampan seeorang untuk menggunakan bahasa
dan kata-kata, baik secara tertulis maupun lisan, dalam berbagai
bentuk yang berbeda untuk mengekspresikan gagasangagasannya.
3. Kecerdasan Musikal
Menunjukkan kemampuan seeorang untuk peka terhadap suarasuara nonverbal yang berada disekelilingnya, termasuk dalam hal
ini adalah nada dan irama.
4. Kecerdasan Visual-Spasial
Menunjukkan kemampuan seseorang untuk memahamai secara
lebih mendalam hubungan antara objek dan ruang.
5. Kecerdasan Kinestetik
Menunjukkan kemampuan seseorang untuksecara aktif
menggunakan bagian-bagian atau seluruh tubuhnya untuk
berkomunikasi dan memecahkan berbagai masalah.
6. Kecerdasan Interpersonal
Menunjukkan kemampuan seseorang untuk peka terhadap
perasaan orang lain. Mereka cendrung untuk memahami dan
berinteraksi dengan orang lain sehingga mudah bersosialisasi
dengan lingkungan di sekelilingnya.
Peserta didik yang unggul dalam bidang tertentu belum tentu
unggul di bidang yang lain. Misalnya ada peserta didik yang unggul di
bidang matematika, namun ia kurang mampu menyanyi di depan kelas
atau menggambar. Sebaliknya peserta didik yang sudah sering tampil
menyanyi di layar televisi, mungkin kurang tangkas ila harus
memecahkan soal-soal matematika yang rumit di kelas. Kondisi
semacam ini harus dipahami oleh guru. Kelebihan dan kelemahan
yangada pada peserta didik hendaknya diperlakukansecara seimbang.
Dengan demikian potensi yang dipunyai peserta didik akan tumbuh
dan berkembang selaras dengan perkembangan ilmu yang mereka
terima melalui pembelajaran di seolah maupun di lingkungannya.
Keberhasilan pendidikan terkait dengan kemampuan orang tua
dan guru dalam hal memahami peserta didik sebagai individu yang
93
94
Al-‘Ulum; Vol. 1, Tahun 2012
Risnita, Diagnostik …
7. Kecerdasan Intrapersonal
Menunjukkan kemampuan seseorang untuk peka terhadap dirinya
sendiri. Ia cendrung mampu mengenali berbagai kekuatan maupun
kelemahan yang ada pada dirinya.
8. Kecerdasan Naturalis
Menunjukkan kemampuan seseorang untuk peka terhadap
lingkungan alam, misalnya yang berada di lingkungan alam yang
terbuka seperti pantai, gunung, cagar alam, atau hutan.
Howard Gardner pakar psikologi perkembangan berupaya
menciptakan teori baru tentang pengetahuan yang dikenal dengan
teori Multiple Intelegences atau kecerdasan majemuk/Ganda.
Kecerdasan tidak terbatas pada kecerdasan intelektual yang diukur
dengan menggunakan beberapa tes intelegensi, atau sekedar
melihat prestasi yang ditampilkan peserta didik melalui ulangan
maupun ujian di sekolah, tetapi kecerdasan juga menggambarkan
kemampuan peserta didik pada bidang lain, seperti : seni, spasial,
olah-raga, berkomunikasi, dan cinta akan lingkungan.
Daniel Goleman melalui bukunya Emotional Intellegence
atau Kecerdasan Emosional, mengembangkan dan melengkapi
teori Gardner, dari delapan spektrum kecerdasan yang
dikemukakan oleh Gardner, Goleman memberikan tekanan pada
aspek kecerdasan interpersonal atau antar pribadi. Inti kecerdasan
ini mencakup kemampuan untuk membedakan dan menanggapi
dengan tepat suasana hati, tempramen, motivasi dan hasrat
keinginan orang lain. Namun menurut Gardner, kecerdasan antar
pribadi ini lebih menekankan pada aspek kognisi atau pemahaman,
sementara faktor emosi atau perasaan kurang diperhatikan.
Menurut Goleman faktor emosi ini sangat penting dan
memberikan suatu warna yang kaya dalam mencerdaskan pribadi
dalam bentuk kecerdasan emosional. Lima wilayah kecerdasan
pribadi dalam bentuk kecerdasan emosional menurut Goleman
adalah :
a. Kemampuan Mengenali Emosi Diri.
Adalah kemampuan seseorang dalam mengenali
perasaannya sendiri sewaktu perasaan atau emosi itu muncul.
Ini sering dikatakan sebagai dasar dari kecerasan emosional.
b. Kemampuan Mengelola Emosi
Adalah kemampuan seseorang untuk mengendalikan
perasannya sendiri sehingga tidak meledak dan akhirnya dapat
mempengaruhi perilakunay secara salah.
95
c. Kemampuan Memotivasi Diri.
Adalah kemampuan memberikan semangat kepada diri
sendiri untuk melakukan sesuatu yang baik dan bermanfaat.
d. Kemampuan Mengenali Emosi Orang Lain
Adalah kemampuan utuk mengerti perasaan dan
kebutuhan orang lain sehingga orang lain akan merasa senang
karena dimengerti perasaannya.
e. Kemampuan Membina Hubungan
Adalah kemampuan untuk mengelola emosi orang lain
sehingga tercipta keterampilan sosial yang tinggi dan
membuat pergaulan seseorang menjadi lebih luas.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan betapa pentingnya
kecerdasan emosional dikembangkan pada diri peserta didik. Kecerdasan
emosional perlu lebih dihargai dan dikembangkan pada peserta didik
sejak usia dini karena hal inilah yang mendasari keterampilan seseorang
di tengah masyarakat kelak sehingga akan membuat seluruh potensinya
dapat berkembang secara lebih optimal. Banyak dijumpai peserta didik
yang begitu cerdas di sekolah, begitu cemerlang prestasi akademiknya,
namun tidak mampu mengelola emosinya, seperti mudah marah, mudah
putus asa, atau angkuh dan sombong, sehingga prestasi tersebut tidak
banyak bermanfaat untuk dirinya.
Pendapat lain dikemukakan oleh Robert Coles, menurutnya di
samping IQ ada suatu kecerdasan yang disebut sebagai kecerdasan
moral yang juga memegang peranan amat penting bagi kesuksesan
seseorang dalam hidupnya. Hal ini ditandai dengan kemampuan seorang
peserta didik untuk bisa menghargai dirinya sendiri maupun diri orang
lain, memahami perasaan terdalam orang-orang di sekelilingnya, dan
mengikuti aturan-aturan yang berlaku, yang semuanya ini merupakan
kunci keberhasilan bagi seorang peserta didik di masa depan. Namun
sebagai makhluk Tuhan peserta didik mempunyai kewajiban untuk
selalu taat menjalankan perintah agamanya (Emotionally and Spritual
Quotien). Oleh karena itu harus dijaga hubungan yang seimbang antara
diri individu (IQ), sosial (EQ), dan hubungan dengan Tuhan (ESQ).
E
96
Identifikasi Potensi Peserta Didik
1. Ciri-ciri (indikator) Keberbakatan Peserta Didik.
Bakat dan minat berpengaruh pada prestasi mata pelajaran
tertentu. Dalam satu kelas, bakat dan minat peserta didik yang satu
berbeda dengan bakat dan minat peserta didik lainnya. Namun setiap
Al-‘Ulum; Vol. 1, Tahun 2012
peserta didik diharapkan dapat menguasai semua materi pelajaran
yang diajarkan oleh guru di sekolah.
Munandar mengungkapkan ciri-ciri (indikator) peserta didik
berbakat sbb:
a. Indikator intelektual/belajar
b. Indikator kreativitas
c. Indikator motivasi
2. Kecendrungan Minat Jabatan Peserta Didik
a. Realistik
b. Penyelidik
c. Seni
d. Sosial
e. Suka Usaha
f. Tidak mau berubah
3. Proses Identifikasi Potensi Peserta Didik
Ada dua cara untuk mengidentifikasi anak berbakat
a. Identifikasi melalui penggunaan data objektif,
1).
Skor tes intelegensi individ
2).
Skor tes intelegensi kelompok
3).
Skor tes akademik
4).Skor tes kreativitas
b. Identifikasi melalui penggunaan data subjektif
1).
Ceklis prilaku
2).
Nominasi oleh guru
3).
Nominasi oleh orang tua
4).
Nominasi oleh teman sebaya
5).
Nominasi oleh diri sendiri.
Diagram 1 : Diagram Pemanfaatan Hasil Penjaringan Potensi
Peserta Didik dalam Bimbingan Karir.
Mata
Pelajaran/Kelompok
Skala Prestasi
Mata Pelajaran
0
Rata-rata
10
Matematika
*
Sains
*
Pengetahuan
Sosial
*
Bahasa
*
Risnita, Diagnostik …
F. Peranan Guru dalam Mengembangkan Potensi Peserta Didik.
Dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional pasal 39 ayat (2) menyebutkan pendidik merupakan
tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksankan proses
pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan
pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat,
terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi. Sedangkan dalam pasal 32
ayat (1) disebutkan bahwa pendidik khusus merupakan pendidikan bagi
peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses
pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, sosial dan/atau memiliki
potensi kecerdasan dan bakat istimewa.
Dalam pembelajaran guru sebagai pendidik berinteraksi dengan
peserta didik yang mempunyai potensi beragam. Untuk itu pembelajaran
hendaknya lebih diarahkan kepada proses belajar kreatif dengan
menggunakan proses berpikir divergen (proses berpikir ke macam-macam
arah dan menghasilkan banyak alternatif pnyelesaian) maupun proses
berpikir konvergen (proses berpikir mencari jawaban tungal yang paling
tepat).
Dalam konteks ini guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator dari
pada pengarah yang menentukan segala-galanya bagi peserta didik.
Sebagai fasilitator guru lebih banyak mendorong peserta didik (motivator)
untuk mengembangkan inisiatif dalam menjajagi tugas-tugas baru. Guru
harus lebih terbuka menerima gagasan-gagasan peserta didik dan lebih
berusaha menghilangkan ketakutan dan kecemasan peserta didik yang
menghambat pemikiran dan pemecahan masalah secara kreatif.
G. Penutup
Peserta didik adalah individu unik yang mempunyai eksistensi, yang
memiliki jiwa sendiri, serta mempunyai hak untuk tumbuh dan
berkembang secara optimal sesuai dengan iramanya masing-masing yang
khas. Peserta didik bagaikan aneka macam bunga elok di taman sari yang
indah. Mereka memiliki pesonanya masing-masing sehingga tidak bisa
diseragamkan begitu saja atau dipangkas sama rata. Mereka sunguh
memerlukan perlakuan khusus dan individual selain sekedar perlakuan
kolektifikasi.
DAFTAR BACAAN
Bimbingan
Belajar
Bimbingan
karir
Amstrong, Thomas. (1994). Multiple Intelligence in the Classroom,
Alexandria, Virginia :ASCD
97
98
Al-‘Ulum; Vol. 1, Tahun 2012
Risnita, Diagnostik …
Balitbang Depdikbud, (1994). Kurikulum Peserta Didik yang Memiliki
Kemampuan dan Kecerdasan Luar Biasa, pada Pendidikan
Dasar dan Menengah, Jakarta: Departemen Penidikan dan
Kebudayaan.
VALIDITAS TES BUATAN DOSEN
(SURVAI PADA DOSEN DI FAK.TARBIYAH IAIN SULTHAN
THAHA SAIFUDDIN JAMBI TA.2010 - 2011)
Coles, Robert. (1997). The Moral Intelligence of Children. New York:
Random House, Inc
RIZALMAN
Gardner, Howard. (1993). Multiple Intelligence. New York: Basic Books
Harper Collins Publ. Inc
Abstrak
The objective of the research is to study the relationships between
Comprehension of Constructing Achievement Test, Perception of
Evaluation System and Validity of Lecturers Constructed Test. The
research was conducted at the Faculty of Education al IKIP Jakarta
1998/1999 with N - 41 lecturers by taking proportional random
sampling technique.
The research concluded that there are positive relationships
between (1) comprehension of constructing achievement test (X1) and
validity of lecturers constructed test (Y) with ry1 -0,49 and Y - 22,26 +
1,16X,, (2) perception of evaluation system (X2) and validity of
lecturers constructed^ test (Y) with ry2 -0,34 and Y = 32,87 + 0,25X2.
That is also positive relationships between those two independent
variables with Two independent variables with dependent variables
with R Y,? 0,56 and multiple regression ? = 13,00 + 103X1 + 0,18X2
Holland, John L. (1985). Making Vocational Choices, A Theory of
Vocational Personalities and Work Enviroments. New Jersy
: Prentice-Hall, INC
Kamaluddin, Laode. (1993). Pengembangan Pendidikan Nilai Sebagai
Upaya Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia.
Maklah Seminar Nasional: Jakarta Hilton Convenntion
Centre.
Moeljadi. (1993). Pokok-pokok Pengelolaan Sekolah Menengah. Jakarta:
Lincah Store.
Munandar, Utami. S.C. (1992). Mengembangkan Bakat dan Kreativitas
Peserta Didik Sekolah. Jakarta : Gramedia
Renzulli, Joseph S., Reis Selly M. Smith Linda H. (1981). Gifted and
Talented Education in Perspective. Virginia : Eric. Clearing
House.
Kata Kunci :Pemahaman, Persepsi
buatan dosen.
Reni Akbar, dkk. (2001). Keberbakatan Intelektual. Jakarta : Grasindo
Stoliz, Paul G. (1997) Adversity Quotient: Turning Obstacles into
opportunities. New York : John Wiley & Sons, Inc.
Semiawan, Conny, R. (1992). Pengembangan Kurikulum Berdiferensiasi,
Jakarta : Grasindo.
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan
Nasional.
Pendidikan merupakan suatu proses yang dilakukan secara sadar dalam
rangka upaya memberikan bimbingan, pembelajaran dan pelatihan kepada
peserta didik untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Oleh karena
pelaksanaan pendidikan tersebut melibatkan berbagai unsur yang ada
didalamnya, maka pendidikan sebenarnya merupakan suatu sistem yaitu satu
kesatuan dari berbagai unsur yang menimbulkan suatu interaksi antara
pendidikan dengan anak didik dalam suatu lingkungan dan suasana yang
kondusif.
Unsur-unsur yang dimaksud dalam interaksi pendidik adalah unsur anak didik
sebagai input. Unsur pembelajaran sebagai suatu proses dan unsur lulusan
sebagai out put. Dalam - unsur pembelajaran sebagai suatu proses ada
beberapa faktor yang mernpengaruhi yaitu pertama faktor instrumental yang
meliputi ; pendidik, kurikulum, metode, media, sarana dan prasarananya serta

99
dan Validitas tes hasil belajar
Dosen Fakultas Tarbiyah IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
100
Download