Konseling dan Psikoterapi dalam Islam KONSELING DAN PSIKOTERAPI DALAM ISLAM Edy Kusnadi Fakultas Ushuluddin IAIN STS Jambi Abstrak Artikel ini hendak mengupas perspektif Islam mengenai konseling dan psikoterapi. Dalam Islam, konseling dan terapi dalam Islam merupakan salah satu dari berbagai tugas manusia dalam membina dan membentuk manusia secara ideal. Bahkan bisa dikatakan bahwa konseling dan terapi islam merupakan amanat yang deberikan Allah kepada semua Rasul dan NabiNya. Terdapat beberapa metode konseling dan terapi didalam islam yakni: metode keteladanan, metode penyadaran, metode penalaran logis dan dengan menggunakan metode pelajaran kisah daripada para nabi dan rasul terdahulu. Sehingga dengan demikian seseorang atau individu yang mengalami gangguan kejiwaan akan dapat di sembuhkan dan jika keadaannya lebih parah atau terindikasi mendapat gangguan daripada mahkluk halus maka penggunaan metode yang tepat adalah terapi ruqyah, yakni dengan membacakan ayat-ayat Al-Qur’an. Namun demikian tidak semua orang dapat melakukan konseling dan terapi terhadap orang lain sebab diperlukan pengetahuan dan keahlian khusus, sehingga dia bisa dikatakan sebagai seorang konselor atau terapis. Kata Kunci: Konseling, Terapi, Islam, Metode Konseling, Syarat Konselor A. Pendahuluan Manusia sebagai makhluk Allah tidak terlepas daripada ujian dan cobaan atas berbagai masalah yang datang. Masalah tersebut sangat mempengaruhi mental individu dalam usaha untuk menyelesaikannya. Sesetengah ada yang menerima masalah dan tekanan tersebut sebagai ujian dan cobaan daripada TAJDID Vol. XIII, No. 2, Juli-Desember 2014 439 Edy Kusnadi Allah, sedangkan ada juga yang menganggapnya sebagai hukuman Tuhan atau juga ada yang menyalahkan taqdir Tuhan atas dirinya. Tekanan dalam menghadapi masalah itu pula bermacammacam. Hal tersebut tergantung pada kekuatan mental individu tersebut. Antara cara yang dapat digunakan dalam meredam tekanan tersebut melalui cara konseling. Konseling adalah merupakan suatu konsep atau cara yang telah diketahui umum, khususnya dikalangan masyarkat maju. Semakin maju kehidupan anggota masyarakat maka semakin meningkat pula masalah-masalah yang harus di tempuh oleh anggota masyarakat tersebut. Secara etimologi istilah konseling berasal dari bahasa latin yaitu : Consilium, yang berarti “dengan atau bersama” yang dirangkai menerima atau memahami1. Konseling dapat diartikan sebagai suatu proses untuk membantu seseorang dalam membuat keputusan dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi. Proses ini juga akan membantu individu untuk melaksanakan pilihan yang telah dipilih berdasarkan proses yang dijalanakan dengan seseorang konselor. Dalam proses ini juga individu dapat mengetahui akar masalah dan mencari atau mengetahui cara penyelesaian yang paling tepat. Sekaligus dapat mengurangkan gangguan dan tekanan jiwa yang dihadapi oleh individu yang bermasalah. Konsep atau definisi konseling dalam perspektif Islam sangatlah luas. Konseling Islam mempunyai skup masalah yang lebih besar yaitu yang berhubungan dengan keimanan seeorang seperti aspek ketuhanan, alam akhirat, dosa, pahala, surga, neraka, hari kiamat, dan sebagainya. Mengikut ajaran Islam, konsep bimbingan konseling ini adalah suatu kagiatan yang sangat berguna dalam hubungan sesama manusia. Amalan nasehat-menasehati dan menjauhi perbuatan yang bertentangan dengan syariat Islam merupakan pondasi dalam pendidikan Islam. 1 Lihat. H. Prayitno, Dasar-Dasar Bimb9ngan dan Konseling (Jakarta: Depdikbud, 2003), 99-105. 440 TAJDID Vol. XIII, No. 2, Juli-Desember 2014 Konseling dan Psikoterapi dalam Islam B. Fungsi Konseling dalam Islam 1. Memberi Informasi Masalah atau konflik yang sering di hadapi oleh individu maupun pasien yang datang untuk mendapatkan rawatan biasanya berkaitan dengan pengetahuan atau pemahamana mereka tentang permasalahan yang sedang mereka hadapi. Misalnya, cara terbaik untuk menangini masalah, sebab masalah itu timbul, pihak yang seharusnya mereka temui dan sebagainya. Selain itu, sesi konseling, yang dilakukan juga dapat memberikan gambaran yang jelas kepada pasien berkaitan dengan masalah yang mereka hadapi dan memahami bagaimana pemahaman pasien tentang kondisinya. 2. Memahami Diri Sendiri. Selalunya pasien yang datang ada yang keliru tentang permasalahan yang mereka hadapi. Ada antara mereka menganggap masalah atau konflik yang timbul berasal dari orang lain atau lingkungannya. Meskipun masalah itu sebenarnya berasal daripada pasien itu sendiri tanpa mereka sadari. Sesi konseling yang dijalankan dapat membantu pasien memahami lebih lanjut mengenai diri (memahami diri dan lingkungan) dan membantu pasien untuk memahami dirinya adalah kunci pada masalah yang dihadapinya. Ini menjelaskan bahwa pasien itu sendiri yang mempunyai kelebihan dalam menyelesaikan masalahnya sendiri disampaing bantuan oleh perawat atau konselor. 3. Memberi Dukungan/Motifasi Dukungan, kemesraan, dan pujian adalah satu elemen sampingan yang cukup penting dalam kehidupan manusia, oleh karena itu dukungan mental dan moral amat penting kepada pasien yang mempunyai masalah pribadi, kejiwaan dan yang berkenaan. Dukungan emosi yang menyatu, iklas, kemesraan dan simpati yang ditunjukan oleh perawat waktu sesi konseling dapat mengurangkan beban yang dihadapi. Dalam usaha memberi dukungan kepada pasien seorang konselor haruslah menerapkan bahwa dukungan sebenarnya adalah datang daripada Allah SWT, konsep berdo’a, bertawakal, TAJDID Vol. XIII, No. 2, Juli-Desember 2014 441 Edy Kusnadi dan berusaha. Sikap yang tidak mudah berputus asa itulah yang sewajarnya ditekankan. Mohon dukungan dan perlindungan daripada Allah dengan berdo’a sewaktu menghadapi kesusahan merupakan ajaran yang ditekankan sendiri oleh Rasulullah SAW sebagaimana sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas: “Adalah Nabi apabila menghadapi kesusahan akan berkata “Tiada Tuhan selain Allah yang Maha Besar lagi Maha Pengasih, Tiada Tuhan melainkan Allah Tuhan Semesta Alam dan Tuhan Arasy yang Tinggi”.2 Sifat tidak mudah berputus asa haruslah ditekankan dalam konseling dalam usaha memberi dukungan kepada pasien agar tetap tabah menghadapi ujian hidup. Perlu juga dijelaskan bahwa setiap ujian yang terjadi pasti ada hikmah disebaliknya. Sebagaimana juga dinyatakan dalam firman Allah dalam Surah al-Baqarah ayat 156-157; Artinya: “(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa suatu kesusahan”mereka berkata sesungguhnya kami adalah kepunyaan Allah dan kepada Allah Jualah kami kembali. Mereka itu adalah orang-orang yang dilimpahi dengan berbagai-bagai kebaikan dari Tuhan mereka serta rahmatNya; dan mereka itulah orang-orang mendapat petunjuk hidayah-Nya”3 2 Hadits Riwayat al-Bukhari (Kitab al-Da’awat, no. Hadist 6345) Lihat al-Bukhari (2000) Sahih al-Bukhari dalam Mawsu’ah al-Hadit as-Sharif alKutub as-Sittah, al-Riyad: Dar-as-Salam li al-Nashr wa al-Tawzi, .534. 3 Anonim. Al-Qur’an dan Terjemahannya (Surabaya: Departemen Agama RI, 1989). 442 TAJDID Vol. XIII, No. 2, Juli-Desember 2014 Konseling dan Psikoterapi dalam Islam 4. Penyelesaian Konflik/Masalah Secara umum kita semua telah mendapat gambaran bahwa konseling berkaitan dengan penyelesaian masalah. Setiap sesi yang dijalankan seharusnya dapat membantu dalam permasalahan pasien walaupun tidak secara menyeluruh. Jika sesi konseling dapat dijalankan dengan baik oleh perawat atau konselor, ini dapat mengurangkan ketegangan yang terjadi. Sekaligus sesi konseling ini juga dapat membantu pasien menerima perbedaan dan mencari jalan untuk mencapai penyelasaian yang memberikan kesan kembali kepada diri dan lingkungannya. Dalam perspektif Islam, seorang konselor juga wajar menjelaskan kepada pasien bahwa setiap masalah pasti ada jalan keluarnya. Hal ini telah dinyatakan Allah dalam firman-Nya di mana orang yang bertaqwa akan diberi petunjuk dan jalan keluar dari masalah yang dialaminya. Menurut Tafsir Ibnu Katsir, jalan keluar ini dimasudkan menyelamatkan atau membebaskan seseorang daripada kesusahan di dunia dan di akhirat sebagaimana dinyatakan Allah dalam Al-Qur’an surah at-Talaq ayat 2 : Artinya: Dan siapa yang bertaqwa kepada Allah SWT (dengan mengerjakan suruhan-Nya dan meninggalkan larangan-Nya) niscaya Allah akan mengadakan baginya jalan keluar (dari segala perkara yang menyusahkannya)”4 5. Membuat Keputusan Sebagai seorang konselor yang menjalankan sesi konseling pasien adalah individu yang mempunyai hak sepenuhnya dalam membuat keputusan bagi menyelesaikan masalah yang mereka hadapi. konselor bertindak sebagai medium dalam membatu pasien mencari alternatif penyelesaian masalah dan boleh 4 Anonim. Al-Qur’an dan Terjemahannya (Surabaya: Departemen Agama RI, 1989). TAJDID Vol. XIII, No. 2, Juli-Desember 2014 443 Edy Kusnadi menyarankan atau membicarakan dengan pasien beberapa cara penyelesain sebelum sesuatu keputusan itu diambil. C. Tujuan Konseling dalam Islam 1. Memudahkan Pengobatan Tingkahlaku Pasien Tujuan utama konseling adalah membatu pasien membuat suatu perubahan tingkahlaku yang bisa membuat pasien dapat menjalani kehidupan yang lebih produktif dan memuaskan. Jika selama ini pasien menyalahkan takdir dan pasrah dengan masalah yang dihadapinya tanpa berusaha, dengan adanya sesi konseling pendirian pasien selama ini mampu dirubah. 2. Meningkatkan Keupayaan Pasien Memulai dan Meneruskan Hubungan dalam Konseling Banyak dikalangan pasien yang mendapatkan rawatan menghadapi masalah sekarang, berinteraksi dengan orang lain dan perawat serta konselor. Terkadang ini terjadi karena pasien kurang mampu berkomunikasi dan mempunyai imej negatif pada diri sendiri. Tujuan perawatan ini ialah mencari jalan supaya dapat meningkatkan mutu serta cara pasien berkomunikasi dengan orang lain dan lingkungannya dengan sistem yang baik. 3. Membantu Pasien Mengurus Diri Sendiri Satu lagi tujuan konselor yang penting ialah membantu pasien yang sedang dirawat, corak kehidupa sejak kecil, masa remaja, dewasa dan memasuki alam rumah tangga sedikit banyak mempenguruhi tindakan pasien dalam menghadapi masalah dan mencari jalan penyelesaiannya. Dalam keadaan yang demikian, konselor akan membatu pasien mengurus diri dengan lebih baik terutama dengan keadaan baru terhadap maslah dan dalam kehidupan kesehariannya. 4. Menggalakkan Proses Membuat Keputusan Kepada sesetengah pasien membuat suatu keputusan yang penting amat menyukarkannya, tujuan konseling bagi pasien tersebut ialah membantunya membuat suatu keputusan yang penting dalam hidupnya. Keputusan yang diambil pasien amat mempengaruhi penyelesaian masalahnya. Konselor perlu memastikan pasien memahami dan mengetahui mengapa serta 444 TAJDID Vol. XIII, No. 2, Juli-Desember 2014 Konseling dan Psikoterapi dalam Islam bagaimana keputusan yang diambil dapat menyelesaikan masalah yang di hadapinya. Meskipun konselor dan pasien telah membuat keputusan bersama daripada hasil perbincangan terhadap alternatif yang akan dilakukan, tindakan diperingkat ini menurut metode Islam, konselor boleh menyarankan pada pasien supaya shalat Istikharah dala hal-hal yang memerlukan pasien membuat pilihan terutamanya kesulitan dalam membuat keputusan dan menentukan pilihan. Shalat ini dilakukan apabila seseorang itu kebingungan untuk membuat suatu keputusan atau pilihan sedangkan dia tidak tau adakah pilihanya itu baik atau tidak kepada dirinya. Dengan melakukan shalat istikharah, seseorang itu mengharapkan agar Allah SWT meimberinya petunjuk. Hal ini seperti yang diriwayatkan dalam hadits Bukhari sebagaimana berikut: Artinya: “Daripada Jabir RA bahwa Rasulullah SAW mengajar kami melakukan istikharah sebagaimana diperintahkan dalam Al-Qur’an dan baginda bersabda” Wahai Tuhanku sesungguhnya aku memohon kebajikan dari pada-Mu dengan ilmu-Mu, aku memohon kekuatan dengan kekuasaan-Mu, aku meminta kepada-Mu karena karunia-Mu yang Maha Besar. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Berkuasa dan aku tidaklah berkuasa, Engkaulah yang Maha Mengetahui sedangkan aku tidak mengetahui dan Engkaulah yang lebih mengetahui segala perkara Ghaib. Ya Allah Ya Tuhanku jika Engkau mengetahui perkara itu baik bagiku, bagi agamaku, duniaku, dan akibat perkara itu apakah pada masa sekarang atau akan datang maka anugerahkanlah kapadaku kekuatan dan berkatkanlah bagiku padanya. Tapi jika Engkau mengetahui perkara itu buruk bagiku, pada agamaku, duniaku dan akibat perkara itu apakah pada masa sekarang ataupun yang kan datang, maka hindarkanlah aku daripada perkara tersebut dan anugerahkanlah kepadaku kekuatan untuk melakukan TAJDID Vol. XIII, No. 2, Juli-Desember 2014 445 Edy Kusnadi kebajikan dimanapun adanya kebajikan kemudian ridhailah aku”.5 Shalat hajat juga tidak kalah pentingnya dikerjakan sewaktu qiyamullail, malah shalat ini amat perlu dilaksanakan ketika seseorang itu mengalami kesusahan dan mengaharapkan kebaikan pada agama dan dunianya. 5. Membantu Perkembangan dan Pencapaian Potensi Pasien Membantu mengembangkan potensi yang ada pada pasien. Tujuanya adalah memberi peluang kepada pasien mempelajari cara-cara menggunakan pikiran dan keupayaannya ketahap yang paling maksimum untuk mencari jalan penyelasain terhadap masalah yang di hadapi. Tujuan konseling ialah mengurangkan atau mengatasi apa saja yang menghalang perkembangan potensi diri sendiri dalam menyelesaikan masalahnya. Jadi secara keseluruhannya fungsi konseling dalam Islam ada tiga fungsi6, yakni: a. Fungsi remedial atau rehabilitatif. Adapun peranan rehabilititif berfokus pada masalah penyesuaian diri, penyembuhan masalah psikologi, mengembalikan kesehatan mental dan mengatasi gangguan emosional. b. Funsi educatif/Pengembangan Adapun fungsi pengembangan ini menfokuskan pada masalah: 1. Membantu meningkatka keterampilan-keterampilan dalam kehidupan, 2. Mengidentifikasi dan memecahkan masalah-masalah dalam kehidupan. 3. Membantu meningkatkan kemampuan menghadapi transisi dalam kehidupan, 4. Pada kebutuhan jangka pendek konseling membantu individu menjelaskan nilai-nilai menjadi lebih tegas mengendalikan kecemasan, meningkatkan keterampilan komunikasi antar pribadi, memutuskan arah hidup dan sebagainya. 5 Hadits Riwayat al-Bukhari (Kitab al-Da’awat, (dalam bab istikharah) no. Hadist 6382) Lihat al-Bukhari (2000) Sahih al-Bukhari dalam Mawsu’ah al-Hadit, 536. 6 Hamdan Bakran Adz-Zaky, Konseling dan Psikoterapi Islam (Jogyakarta: Fajar Pustaka Baru, 2004), 217. 446 TAJDID Vol. XIII, No. 2, Juli-Desember 2014 Konseling dan Psikoterapi dalam Islam c. Fungsi Prefentif/ Pencegahan Fungsi pencegahan ini adalah sangat membantu individu agar dapat melakukan pencegahan sebelum mengalami masalahmasalah kejiwaan. Upaya ini juga membantu untuk mengurangi atau mengelakkan resiko-resiko yang dapat menyebabkan gangguan kejiwaan. Fungsi ini adalah memberi bimbingan terhadap individu-individu agar dapat kembali kepada buimbingan Al-Qur’an dan Sunnah Rasul. D. Metode Konseling dalam Islam Dalam Islam terdapat banyak metode konseling dilakukan antaranya yang di kemukakan oleh Musfir Bin Said Az-Zahrani7 sebagai berikut: 1. Metode Keteladanan, metode keteladanan ini adalah ditandai dengan menggambarkan suri teladan yang baik sebagaimana firman Allah dalam surah al-Ahzab ayat 21: Atinya : Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.8 2. Metode Penyadaran, metode ini adalah banyak menggunakan ungkapan-ungkapan nasehat dan juga at-Targhib wat-Targhib (janji dan ancaman) sebagai mana halnya dengan firman Allah dalam surah al-Hajj ayat 1-2 yaitu: 7 Lihat Musfir bin Said Az-Zahrani, Konseling Terapi (Jakarta: Gema Insani, 2005), 26-28. 8 Anonim. Al-Qur’an dan Terjemahannya. TAJDID Vol. XIII, No. 2, Juli-Desember 2014 447 Edy Kusnadi Artinya : Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu; Sesungguhnya kegoncangan hari kiamat itu adalah suatu kejadian yang sangat besar (dahsyat). 2. (ingatlah) pada hari (ketika) kamu melihat kegoncangan itu, lalailah semua wanita yang menyusui anaknya dari anak yang disusuinya dan gugurlah kandungan segala wanita yang hamil, dan kamu Lihat manusia dalam Keadaan mabuk, Padahal sebenarnya mereka tidak mabuk, akan tetapi azab Allah itu sangat kerasnya.9 3. Metode Penalaran Logis, adalah berkisar dialog dengan akal dan perasaan individu sebagaimana firman Allah dalam surat Al Hujarat 12 yaitu: 9 448 Anonim. Al-Qur’an dan Terjemahannya. TAJDID Vol. XIII, No. 2, Juli-Desember 2014 Konseling dan Psikoterapi dalam Islam Artinya: Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.10 4. Metode Kisah, adalah dengan menggunakan cerita-cerita baik yang termuat di dalam Al-Qur’an maupun Hadist seprti kejadian-kejadian yang terjadi atau dialog antara para nabi dan kaumnya. Oleh karenanya kisah-kisah ini dapat dijadikan contoh dan model yang mampu menjadi penjelas bagi perilaku yang diharapkan, hingga dapat di biasakan dan menghindari perilaku yang tercela. E. Jenis-Jenis Penyakit yang Memerlukan Konseling/Terapi Dalam rawatan Islam, anatar penyakit-penyakit yang disarankan untuk mendapatkan rawatan konseling antaranya: 1. Penyakit Kejiwaan (Mental) Penyakit ini sudah sinonim dengaan masyarakat dunia hari ini. Semakin maju sebuah peradaban maka semakin ramai yang akan menghadapi penyakit mental. Ini menunjukkan bahwa penyakit mental amat dipengaruhi oleh zaman disamping faktorfaktor lainya. Penyakit mental ini dapat dikaitkan dengan tekanan ataupun stres dan penyakit gila. Pesakit yang mengidap penyakit ini memerlukan waktu yang agak lama untuk disembuhkan dengan rawatan modern, tradisonal, Islam dan sesi konseling yang berkesinambungan. 2. Penyakit Kritis Penyakit ini boleh juga diartikan sebagai penyakit yang sukar untuk diubati dan tiada penawar untuk penyembuhannya dalam dunia perubatan canggih sekarang ini. Sebagai contoh 10 Anonim. Al-Qur’an dan Terjemahannya. TAJDID Vol. XIII, No. 2, Juli-Desember 2014 449 Edy Kusnadi penyakit kanker, HIV dan AID. Pasien yang menderita penyakit ini akan sangat tertekan karena sudah mengetahui bahwa peluang untuk sembuh sangat tipis. Hanya dengaan kuasa Allah saja penyakit ini bisa sembuh. Olek karena itu konseling sangat penting memberikan semangat dan dorongan kepada pasien untuk meneruskan hidup dengan sempurna sehingga keakhir hayatnya. 3. Pecandu Narkoba Narkoba merupakan bahan yang telah merusakan jutaan manusia di muka bumi ini. Narkoba juga telah berhasil menjerat para anak muda dan remaja sekarang kearah kehidupan yang negatif. Banyak pecandu narkoba yang berada di penjara maupun di rumah sakit. Bigitu juga ditempat-tempat pemulihan para pecandu narkoba. Bagi mereka yang mau mangubah corak kehidupan mereka kearah yang lebih baik maka konseling sangat penting dalam membantu penyembuhan mereka disamping perawatan secara medis. Pada umumnya penggunaan perawatan medis lebih ditekankan pada para pecandu narkoba.11 4. Penyakit Hati Penyakit hati boleh dikaitkan dengan hasrat dengki, iri hati, riak, sombong, angkuh dan sebagainya. Penyakit ini adalah penyakit yang cukup serius dan mempunyai pesakit yang cukup banyak karena terkadang sulit untuk mengidentifikasi individunya. Penyakit ini biasanya menghinggapi individu yang kurang pendidikan agamanya. Oleh karena itu rawatan Islam sangat membantu dalam merawat pasien ini dengan bacaan do’a dan sesi terapi. F. Persyaratan Konselor/Terapis 1. Beriman dan Bertaqwa terhadap Allah SWT Bagi seorang konselor Islam beriman dan bertaqwa adalah merupakan syarat utama yang harus di penuhi, sebab siapa saja yang mendalami profesi ini maka ia harus memiliki keimanan, kemakrifatan, dan ketauhidan yang berkualitas. Karena ia banyak menggunakan metode-metode yang sangat erat kaitannya dengan Allah, seperti metode kenabian seperti 11 Lihat Farida Kusuma Wati dan Ydi Hartono. Buku ajar Keperawatan Jiwa (Jakarta: Salemba Medika, 2011), 90-96. 450 TAJDID Vol. XIII, No. 2, Juli-Desember 2014 Konseling dan Psikoterapi dalam Islam metode melalui mimpi, ilhham dan kasysyaf.maka syarat utama yang harus dimiliki adalah ia dapat bermakrifat kepada Allah SWT.12 2. Berakhlak Mulia Aspek inipun sangat penting dimiliki oleh seorang konselor atau terapis, yaitu aspek moralitas atau akhlak. Aspek ini adalah memperhatikan sopan santun, adab etika dan tatakerama ketuhanan yang dengan moralitas ini proses kerja konseling maupun terapi dilakukan. Berbicara mengenai akhlak tentunya umat Islam selalu akan berpedoman pada Ahklaknya Rasulullah Saw, dengan kata lain Imam Al-Ghazali mengungkapkan bahwa kebagusan ahklaknya adalah Iman, dan keburukan ahklak itu ialah nifaq (sifat Orang Munafiq).13 Menurut Hamdani Bakran Adz-Dzaky aspek moralitas itu terdiri dari: Niat, Iktikad (keyakinan), Siddiq (Kejujuran dan kebenaran), amanah, Tablig, Sabar, Ikhtiar dan Tawakal, Mendo’akan, memelihara kerahasiaan, memelihara pandangan mata dan menggunakan kata-kata yang baik dan terpuji.14 3. Mempunyai Skill (pengetahuan) tentang konseling Sebagai seorang konselor, haruslah menguasai ilmu dalam perubatan Islam. Hal ini jenis penyakit yang dialami oleh pasien antara yang satu dengan lainnya adalah berbeda, pun juga cara penanganannya juga berbeda. Apabila seorang konselor menguasai ilmu dalam rawatan Islam dan mampu untuk mengkonseling pasien, ini memberikan keyakinan kepada pasien untuk mendapatkan rawatan dan konseling sekaligus memperkenalkan konsep rawatan Islami. Oleh karena itu seorang konselor harus menguasai ilmu rawatan jiwa secara Islami dengan lebih mendalam atau profesional. Denga menguasai keahlian dalam konseling supaya sesi pengkonselingan dapat dicapai dengan sebaik mungkin. Jika seorang konselor tidak menguasai ilmu konseling maka, sesi 12 Hamdan Bakran Adz-Zaky, Konseling dan Psikoterapi Islam, 300. Lihat H. Ismail Ya’kub, Ihya’ Al Ghazali (Jakarta: CV. Faisan, 1986), Cet VII. 182-199. 14 Lihat Hamdan Bakran Adz-Zaky. Konseling dan Psikoterapi Islam. 2004, 302-322 TAJDID Vol. XIII, No. 2, Juli-Desember 2014 451 13 Edy Kusnadi konseling tidak akan berhasil dan masalah yang dihadapi pasien tidak dapat diselesaiakan dengan baik. Keahlian itu bukan saja menguasai dari segi teori malah dalam prakteknyalah yang amat penting. Jadi kemampuan yang dimiliki oleh konselor itu sangat menentukan keberhasilan konseling tersebut. 4. Bersedia Mendengar dan Bersifat Terbuka Dalam proses konseling, konselor lebih banyak menggunakan keahlian mendengar dalam menyelami masalah yang dihadapi oleh pasien. Konselor haruslah bersedia untuk mendengar segala keluhan pasien dan menjadi pendengar yang taat dan simpatik. Dengan cara ini pasien yang mendapat rawatan dan konseling akan lebih bersedia dan ikhlas dalam meluahkan masalah yang dihadapinya. Konselor juga harus bersikap terbuka dalam menerima luahan keluhan pasien yang datang mengadu tentang masalah mereka. Konselor tidak boleh sama sekali membuat andaian yang belum pasti maupun anggapan yang negatif terhadap keluhan pasien pada tingkat awal sesi dilakukan. Konselor harus besikap terbuka dalam membantu pasien untuk menyelesaikan masalah yang mereka hadapi. Ada beberapa hal yanag cukup dipertimbangkan dalam konseling antaranya: a. Tidak seperti pelayanan yang dilakukan oleh seorang dokter, pada umumnya seorang dokter langsung saja menanyakan keluhan-keluhan terhadap pasiennya. Akan tetapi pada sesi konseling biasanya seorang konselor harus memperkenalkan diri dulu dan kemudian memulai pembicaraan mengenai diri pasien. b. Seorang konselor biasanya banyak menanyakan pertanyaan terhadap pasien mengenai hal-hal yang menjadi keluhannya hal ini seakan menunjukan kesungguhan dan minat terhadap masalah tersebut. c. Kemudian dengan perlahan barulah menawarkan bantuan terhadap pasien yang diikuti dengan sikap simpatik. d. Dalam sesi ini seorang konselor harus bisa membuat suasana seakan bertukar fikiran sehingga tidak terlalu 452 TAJDID Vol. XIII, No. 2, Juli-Desember 2014 Konseling dan Psikoterapi dalam Islam menekankan pada apa yang harus dilakukan oleh pasien, pasien diberi ruang untuk berfikir. e. Suasana akan lebih kondusif jika antara konselor dan pasien saling bertentangan mata, hal ini terlihat seakan-akan ada kesungguhan dari konselor tersebut untuk membantu pasien. f. Intonansi dan gaya berbicara perlu juga di tekankan pada sesi ini sebab hal ini akan berpengaruh pada persepsi pasien. g. Kemudian memberikan kesempatan pada pasien untuk lebih aktif menceritakan hal-hal yang ingin di kemukakannya, sehingga konselor dapat menarik kesimpulan terhadap permasalahan pasien tersebut. G. Hal-Hal yang dibenarkan dalam Konseling Antara hal hal yang dibenarkan dalam konseling adalah sebagai berikut: 1. Penerapan unsur Humor Dalam sesi konseling, penerapan unsur humor boleh dilakukan oleh konselor dalam menjalankan sesi konseling terhadap pasien. Ini dapat dijadikan sesi yang tidak terlalu formal dan dapat menceriakan suasana pada waktu sesi konseling. Tetapi unsur humor tersebut tidak melampaui batas, tidak menyentuh sensitifitas pasien dan tidak menyalahi batas agama. 2. Penggunaan Bahan Tambahan Dalam sesi konseling penggunaan bahan dukungan boleh dilakukan seperti menggunakan unsur suara seperti musik yang santai untuk memberikan ketenangan dalam terapi kepada pasien, selain itu majalah, koran dan gambar-gambar atau bahan bacaan lain yang sederhana boleh juga digunakan, secara tidak langsung dapat membantu suasana yang kondusif. Namun penggunaan bahan tambahan ini tidak seharusnya digunakan dalam seluruh proses konseling, tetapi diminimumkan penggunaanya dan disesuaikan dengan kondisi yang ada. 3. Penggunaan Tempat Tempat juga sangat mendukung dalam sesi konseling. Sebab suasana tempat kalau dalam keadaan yang nyaman, teratur dan kondusif dapat membuat suasana sesi konseling yang baik sebab akan menimbulkan kenyamanan kepada pasien yang TAJDID Vol. XIII, No. 2, Juli-Desember 2014 453 Edy Kusnadi mendapatkan konseling dan tidak menimbulkan fitnah dikalangan masyarakat. Misalkan jika seorang pasien perempuan datang bertemu dengan konselor laki-laki tentunya tentunya tidak di tempat yang tertutup dan hanya berdua saja, begitu juga sebaliknya jika pasien laki-laki dan konselor perempuan. H. Hal-Hal yang dihindari Waktu Konseling Antara yang dilarang waktu konseling adalah: 1. Mencatat Konselor tidak digalakkan untuk mencatat untuk semua keterangan sepanjang sesi konseling berjalan. Sebaliknya konselor perlu menggunakan keahlian mendengar yang baik untuk mengingat dan memahami segala luahan perasaan dan informasi yang disampaikan oleh pasien. Karena dikhawatirkan mencatat dapat menunjukkan kurang keprihatinan konselor terhadap diri pasien sawaktu sesi konseling dijalankan. 2. Tiada objek penghalang saat sesikonseling dijalankan Saat sesi dijalankan, keadaan tempat atau lingkungan yang digunakan haruslah nyaman dan sesuai untuk menjalankan sesi konseling. Halangan yang dimaksud disini adalah penggunaan kain penghalang atau lemari sebagai batas antara pasien dan konselor. Karena penggunaan alat tersebut dapat mengurangi rasa kedekatan antara pasien dan konselor jadi lebih baik berhadapan langsung waktu duduk di kursi atau lagi duduk santai di tempat tertentu. Konseling yang di jalankan haruslah bertentangan mata dan tidak boleh membelakangi pasien. 3. Gerak Tubuh Segala gerak tubuh konselor yang diekspresikan pada sesi konseling menjadi perhatian dan tumpuan pasien. Oleh karena itu konselor harus meminimumkan pergerakan yang dapat mengganggu konsentrasi pasien. Misalnya konselor tidak boleh menunjukan gerak tubuh sperti menggrui, menggoyangkan kaki, menyilangkan kaki, berpeluk tubuh, dan gerakan tubuh lain yang dianggap tidak sesuai terhadap sepanjang sesi konseling dijalankan. Gerakan seperti ini dapat menganggu jalanya sesi konseling. 454 TAJDID Vol. XIII, No. 2, Juli-Desember 2014 Konseling dan Psikoterapi dalam Islam I. Tahap-Tahap dalam Konseling Islam 1. Tahap Pra Sesi Tahap pra sesi adalah tahap permulaan yang mana sebelum tahap konseling dilakukan oleh konselor. Pada tahap ini biasanya kalau di rumah sakit biasanya konselor terlebih dahulu mengumpulkan data-data dan keterangan tentang pasien tersebut agar sesi konseling nantinya sedikit banyak oleh konselor sudah tau bentuk dan jenis penyakit yang diderita oleh pasien secara umumnya. Biasanya konselor mencari keterangan pada pasien itu sendiri atau melalui dokter yang merawat atau orang terdekat pasien tersebut. Kalau konseling tersebut dilakukan pada klinik swasta atau RSU atau RSJ sebagai pesakit luar biasanya sebelum itu akan dilakukan melalui beberapa tahap seperti sesi pendaftaran, pemberian kartu pasien, pencatatan data pribadi pasien dan dimasukan dalam buku rekod atau rekam medis. Lain halnya jika pasien tersebut di RSJ maka untuk melakukan konseling, biasanya pasien yang akan melakukan konseling telah terlebih dahulu di klasifikasikan oleh konselor bahwa pasien tersebut sudah bisa dan layak mendapatkan layanan konseling. Hal ini dikarenakan jika keadaan pasien tersebut belum layak maka konselor atau pskiater belum mengirimkan pasien tersebut kedalam rawatan konseling, sebab masih di kategorikan sebagai rawatan medis kondusif. 2. Menyiapkan Ruang Konseling. Ruangan konseling juga perlu menjadi perhatian bagi sesi konseling. Suasana ruangan yang cukup Islami, seperti adanya poster atau gambar-gambar dan ayat-ayat yang menghiasi ruangan akan tetapi tidaklah terlalu banyak. Letak ruangan yang cukup nyaman dan tidak bising, serta jauh dari bau yang menyengat seperti bau wc, sampah dan lainnya. Tentunya keadaan ruangan yang tenang untuk berkonsultasi secara bebas dan tertutup terhadap pendengaran umum. TAJDID Vol. XIII, No. 2, Juli-Desember 2014 455 Edy Kusnadi 3. Menyelaraskan Hubungan dengan Pasien Konsep “ramah terhadap pelanggan” adalah konselor harus mengutamakan dan menciptakan suasana ramah dalam konseling. Ini karena konselor yang ramah membuat pasien akan lebih terbuka dalam sesi konseling dijalankan. Kondisi ini juga dapat mengukur kepercayaan pasien kepada konselor dalam merahasiakan informasi ataupun masalah yang diluahkan oleh pasien tersebut. Dengan demikian, konselor harus merahasiakan segala informasi tentang pasien tersebut, konselor hanya dapat menginformasikan ini kepada seseorang yang berhubungan saja sebagai rekomendasi dan pandangan serta tidak boleh diceritakan kepada individu yang tidak ada hubungannya dengan kepentingan pasien tersebut. Persoalan kerahasiaan adalah merupakan hal yang sangat penting bagi pasien untuk menjaga keyakinan pasien terhadap kerahasiaan informasi tentang dirinya. Etika kerahasiaan bukan saja merupakan etika dalam sesi konseling juga merupakan suatu ajaran yang terdapat dalam ajaran Islam. sudah tentu dalam menganalisis masalah tersebut banyak informasi dan sesuatu yang sangat rahasia tentang diri pasien tersebut. Dalam hal ini pasien harus rela dan transparan untuk memceritakan masalahnya secara jujur, jika ia menganggab konselor tersebut dapat dipercaya mengenai kerahasiaan pasien. Siafat yang amanah dan menyimpan rahasia sangat penting bagi setiap konselor dalam membangun hubungan dengan pasien. Hal ini sesuai denga hadist Rasulullah yang diriwayatkan oleh Jabir RA; “Apabila seseorang itu bercerita sesuatu perkara kemudian dia pergi, maka itu adalah amanah.”15 Mengungkapkan rasia orang lain merupakan suatu penghianatan dan bisa mengakibatkan keburukan. Sikap untuk menyimpan rahasia orang lain dan menutup aib pasien adalah merupakan suatu yang dianjurkan oleh Rsulullah sebagaimana yang di riwayatkan oleh Abu Hurairah Ra yaitu; 15 Hadist Riwayat al-Tirmidhi.. Sunan al-Tirmidhi dalam Mawsu’ah alhadist, 2000.1848. 456 TAJDID Vol. XIII, No. 2, Juli-Desember 2014 Konseling dan Psikoterapi dalam Islam Atinya : Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa yang menghilangkan satu kesusahan seorang muslim dari kesusahan-kesusahan dunia, niscaya Allah akan menghilangkan baginya satu kesusahan dari pada kesusahan-kesusahan di hari kiamat. Barang siapa yang memudahkan orang yang mengalami kepayahan di dunia niscaya Allah akan memudahkan baginya urusan dunia dan akhiratnya. Barang siapa yang menutup keaiban seorang muslim di dunia maka Allah akan menutup keaibannya di dunia dan akhirat. Sesungguhnya Allah senantiasa menolong hamba-Nya selama hamba-Nya berusaha 16 menolong saudaranya. Membina hubungan dapat ditunjukkan dengan tingkah laku secara verbal dengan pasien. Secara verbal hubungan dapat dilakukan dengan nada yang lemah lembut, suara yang jelas, serta komunikasi yang baik. Bagi komunikasi non verbal pula dapat berbentuk senyuman, mimik muka yang menyenangkan, dan gerakan tubuh yang menunjukan kesopanan antara konselor dan pasien. 4. Mencari dan Menganalisis Masalah Dalam tahap ini, konselor harus mengetahui masalah yang dialami oleh pasien. Konselor perlu mencari dan mendiagnosa masalah yang sedang dihadapi oleh pasien. Mungkin masalah yang sedang di hadapi pasien adalah disebabkan oleh depresi, pemikiran yang tidak rasional, tertekan perasaan, ancaman, putus asa, tidak terima kenyataan, mungkin juga pengalaman yang pahit yang mengganggu pemikiran pasien. 5. Memastikan Pokok Masalah Sebagaimana kita ketahui bahwa setiap manusia tidak akan dapat lari dari masalah. Masalah yang sering datang pastinya berasal dari sesuatu yang disadari ataupun yang tidak di sadari. Dalam hal ini setelah melakukan pendiagnosaan terhadap pasien tentunya sorang konselor dapat menentukan akar dari masalah tersebut. Biasanya masalah tersebut timbul disebabkan oleh 16 Hadist Riwayat Muslim. Sahih Muslim. Dalam Mawsu’ al-Hadisth, ibid. 2000. 1147. TAJDID Vol. XIII, No. 2, Juli-Desember 2014 457 Edy Kusnadi beberapa faktor, antaranya; faktor diri sendiri, keluarga, orang lain, lingkungan dan taqdir. Oleh karena itu konselor harus bijaksana dalam menentukan pokok masalah tersebut. 6. Melakukan Tindakan Setelah mengetahui pokok masalah tersebut tindakan perlu dilakukan dalam menyelesaikan masalah yang timbul. Sebelum tindakan diambil, konselor dan pasien perlu membicarakan dan memaparkan langkah yang perlu diambil dalam menyelesaikan masalah dan waktu yang dibutuhkan untuk menjalankan tindakan yang telah dipilih tersebut. Konselor harus memastikan keputusan pasien untuk melakukan tindakan sesuai dengaan tuntunan agama dan kemauan pasien tanpa ada dipaksa oleh konselor tersebut. 7. Mengakhiri Sesi Konseling Pada tahap ini, semua keputusan sudah dicapai dan pasien telah mengalami kemajuan dengan sesi konseling yang dilakukan. Ini artinya bahwa sesi konseling di akhiri dan untuk selanjutnya pasien tersebutlah melakukan uasha terapinya sendiri baik itu di rumah maupuh di mana saja. Jika pasien masih mengalami masalah yang cukup serius, konselor dapat meminta pasien untuk terus melakukan konseling sampai kepada sembuh total dimana konselor sudah merasa pasti akan kesembuhan pasien tersebut. Dan jika di perlukan maka pasien dapat berkunjung kepada konselor untuk meminta bimbingan dan konseling kembali. Maka sesi konseling ini perlu di tamatkan dalam keadaan sama-sama senang dan ikhlas. J. Paradikma Psikoterapi Islam Paradikma adalah sistem atau model konseptual yang menggambarkan suatu aspek kenyataan dimana nantinya dapat ditarik kesimpulan-kesimpulan tentang bagaimana atau apa langkah-langkah yang harus diambil untuk menjalankan suatu kegiatan atau pengkaian. Paradikma psikoterapi islam adalah bersumber pada AlQur’an dan As sunnah, Empiris (pengalaman) dan Science (ilmu pengetahuan)17, unsur ini dapat diuraikan yakni: 17 458 Lihat Hamdan Bakran Adz-Dzaky, 279-295. TAJDID Vol. XIII, No. 2, Juli-Desember 2014 Konseling dan Psikoterapi dalam Islam 1. Al-Qur’an. Al-Qur’an adalah wahyu Allah Ta’ala yang telah diturunkan oleh Allah SWT kepada Rsul-Nya Muhammad Saw. Melalui perantara malaikat-Nya. Dan atas bimbingan-Nya pula nabi Muhammad Saw dapat menjelaskan tafsir dan ta’wil wahyu-Nya itu sebagai pesan-pesan yang tersurat maupun tersurat. Adapun arti penyembuhan/obat (syifa’) yang terdapat dalam Al-Qur’an itulah akal dan penyembuhan bagi siapa saja yang meyakininya. 2. As-Sunnah (Al-Hadits) Bayak dari hadits-hadits rasulullah yang menerangkan tentang bagaimana baginda melakukan penyembuhan psikoterapi terhadap para sahabatnya dan kaumnya. Sebagai contohnya; dari Aisya ra., beliau mengatakan bahwasanya apabila ada yang sakit diantara kami beliau mengusap kedua tangannya (ditempat yang sakit) sambil berdo’a: “Ya Allah, Tuhan manusia, hilangkanlah penyakit ini dan sembuhkanlah, karena Engkaulah Maha Penyembuh. Tidak ada kesembuhan selain kesembuhan –Mu, yaitu penyembuhan yang tidak meninggalkan penyakit.” (HR. Muslim). Jadi nyatalah bahwa rasulullah pun telah melakukan penyembuhan terhadap para kerabat, sahabat atau kaumnya dengan menggunakan terapi. 3. Empirik (pengalaman) orang-orang shaleh Cara ini juga merupakan model yang dilakukan oleh para sahabat terhadap masyarakat perkampungan pada masa dahulu. K. Terapi dalam Islam Berbeda halnya dengan terapi dalam pandangan barat yang benyak menggunakan alat bantu baik secara medis maupun non medis, tetapi di dalam islam terapi dilakukan dengan lebih bayak menggunakan atau berpedoman pada ayat-ayat Al-Qur’an dan hadist Rasul. Terutama terhadap orang yang tidak merasa tenang, aman, serta tentram dalam hatinya adalah orang yang sakit rohani atau mentalnya. Usaha penanggulangan kekusutan atau penyakit rohani ini dapat dilakukan sedini mungkin oleh TAJDID Vol. XIII, No. 2, Juli-Desember 2014 459 Edy Kusnadi orang yang bersangkutan. Dengan mencari cara yang tepat untuk menyesuaikan diri dengan norma-norma moral maka kekusutan mental atau penyakit mental ini dapat di sembuhkan. Penyelesaian dengan memilih penyesuaian diri dengan memilih norma-norma moral yang luhur seperti bekerja dengan jujur, dan bertanggung jawab, maka dalam konteks ini akan terlihat adanya hubungan agama sebagai terapi penyakit mental. Sebab nilai-nilai luhur termuat dalam ajaran agama, dan bagaimanapun hal ini dapat di gunakan untuk penyesuaian dan pengendalian diri hingga terhindar dari konflik batin.Pendekatan terapi keagamaan dapat di rujuk melalui informasi dari Al-Quran itu sendiri sebagai kitab suci umat Islam. Di antara tentang gangguan mental Firman Allah swt dalam Al-Quran, Q.S. Yunus:57:. Artinya: Wahai manusia, sesungguhnya telah datang dari Tuhanmu Al-Quran yang mengandung pelajaran, penawar bagi penyakit batin (jiwa), tuntunan serta rahmat bagi orang-orang yang beriman (Q.S. Yunus:57)18 Kemudian dalam ayat lain Allah SWT juga menegaskan dalam Q.S. Israa’:82 : Artinya: Dan Kami turunkan dari Al-Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang 18 460 Anonim. Al-Qur’an dan Terjemahannya, . TAJDID Vol. XIII, No. 2, Juli-Desember 2014 Konseling dan Psikoterapi dalam Islam beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.(Q.S. Israa’:82)19 Selain itu ada banyak ayat dalam Al-Quran yang mengisyaratkan tentang pengobatan, karena Al-Quran itu sendiri di turunkan sebagai penawar dan rahmat bagi orang mukmin. Segala bentuk terapi yang menggunakan media atau digali dari Al-Quran di antaranya: 1. Terapi Ruqyah Kata Ruqyah berasal dari kata bahasa Arab. Terapi Ruqyah adalah proses pengobatan dan penyembuhan suatu penyakit apakah mental, spritual, dan moral maupun fisik dengan melalui bimbingan Al-Quran dan sunnah Nabi Saw. Dengan kata lain terapi Ruqyah adalah suatu terapi penyembuhan dari penyakit fisik maupun gangguan kejiwaan dengan psikoterapi dan konseling islam dengan menggunakan bacaan ayat-ayat AlQuran dan doa-doa. Menurut Ibnu Qoyyim Al-Jauziyah dam Hamdani Bakran terapi Ruqyah merupakan terapi dengan melafazkan do’a, baik dari Al-Qur’an maupun sunnah untuk menyembuhkan suatu penyakit tidak hanya terbatas penyakit gangguan jiwa tetapi juga termasuk terapi fisik dan gangguan kejiwaan.20 Ada 3 cara dalam melakukan terapi Ruqyah yaitu: a. Menggunakan ayat-ayat Al-Qur’an atau hadis tanpa mengubah susunan kalimatnya. b. Menggunakan bahasa Arab yang fasih, di baca dengan jelas sehingga tidak merubah dari makna aslinya. c. Menyakini bahwa bacaan dari ayat-ayat Al-quran merupakan sarana atau wasilah untuk penyembuhan. Sedangkan yang menyembuhkan pada hakikatnya adalah Allah SWT. Jadi jelaslah bahwa dasar terapi Ruqyah adalah, firman Allah dalam surah Al-Israa’:81-82 seperti yang telah di kemukakan di atas, yang menyatakan bahwa Al-Qur’an adalah obat dari segalanya. 19 20 Anonim. Al-Qur’an dan Terjemahannya. Hamdan Bakran Adz-Dzaky. TAJDID Vol. XIII, No. 2, Juli-Desember 2014 461 Edy Kusnadi 2. Terapi Zikir Secara harfiah dzikir berarti ingat , dalam hal ini yang di maksud adalah ingat kepada Allah SWT. Ada banyak bentuk amalan dzikir, salah satunya adalah membaca ayat suci AlQur’an. Dengan berdzikir hati menjadi tenang dan terhindar dari kecemasan. Hal ini di terangkan dalam firman Allah SWT dalam Q.S. Ar-Ra’d:28, seperti yang telah di kemukakan di atas. 3. Terapi Do’a Do’a memilki kekuatan spritual yang dapat membangkitkan rasa percaya diri dan rasa optimis. Dan yang kedua merupakan hal mendasar bagi penyembuhan suatu penyakit. Banyak terdapat do’a-do’a di dalam Al-Qur’an maupuh hadist. 4. Terapi Shalat Shalat adalah salah satu cara untuk membersihkan jiwa dan raga manusia. Shalat adalah ibadah yang menuntut gerakan fisik. Di dalamnya ada tiga tindakan yaitu pikiran, perkataan dan tindakan. Jadi, hikmah dari gerakan shalat adalah untuk kesehatan jasmani dan akan membawa efek bagi kesehatan rohani atau kesehatan mental. Shalat ternyata tidak hanya menjadi amalan utama di akhirat nanti, tetapi selain itu gerakan-gerakan shalat paling proporsional bagi anatomi tubuh manusia, bahkan dari sudut medis adalah gudang obat bagi berbagai jenis penyakit. 5. Terapi Mental dengan Zakat dan Sedekah Allah telah memerintahkan Rasul-Nya untuk mengambil dan mengumpulkan sedekah dari harta orang kaya dari kaum muslimin, baik yang bersifat sedekah wajib maupun sedekah yang disunnahkan, karena sedekah mampun membersihkan dan menyucikan jiwa sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an surah at-Taubah : 103: 462 TAJDID Vol. XIII, No. 2, Juli-Desember 2014 Konseling dan Psikoterapi dalam Islam Artinya: Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.21 Dalam ayat diatas tampak bagaimana zakat dapat membersihkan dan menyucikan jiwa dengan cara meningkatkan posisinya karena kebaikan dan keberkahan hartanya sehingga ia berhak untuk mendapatkan kebahagiaan baik di dunia dan akhirat. 6. Terapi Mental dengan Puasa Puasa adalah salah satu latihan dan didikan bagi jiwa dan banyak mengandung terapi penyakit kejiwaan dan penyakit fisik. Disaat berpuasa inilah seorang muslim selalu berusaha untuk berperilaku baik dengan mendengarkan kata hatinya tanpa harus ada seseorang yang mengawasi gerak gerik tingkah lakunya. Dengan berpuasa pula maka seorang muslimpun akan terlatih untuk bersabar atas lapar dan haus serta dalam menahan syahwatnya. Kemudian puasa juga salah satu terapi bagi yang efesien dalam melepaskan diri dari perasaan bersalah dan berdosa dari perasaan deprisi ataupun dari penyakit kejiwaan lainnya.22 7. Terapi Mental dengan Haji Haji merupakan pusat pelatihan dari segalanya bagi muslim, dalam haji seorang muslim akan selalu mengingat Allah selalu berdo’a kepada-Nya setiap waktu mengerjakan shalat dengan kekhusyuan. Maka dengan haji, manusia bisa melepaskan dirinya dari kebencian dan iri dengki kepada manusia dengan memperkuat hubungan cinta kasih dan persaudaraan islami diantara orang-orang yang melaksanakan ibadah haji khususnya dan seluruh manusia pada umumnya haji merupakan terapi atas perasaan berdosa dan bersalah karena dengan hajilah semua dosa dan kesalahan dapat diampuni.23 21 Anonim. Al-Qur’an dan Terjemahannya. Musfir bin Said Az-Zahrani, Konseling Terapi, 2007, 490. 23 Musfir bin Said Az-Zahrani, Konseling Terapi, 2007, 493. TAJDID Vol. XIII, No. 2, Juli-Desember 2014 22 463 Edy Kusnadi 8. Terapi Mental dengan Kesabaran Sabar adalah salah satu sifat mulia yang dimiliki oleh seorang mukmin yang berkaitan erat dengan kuatnya keinginan. Seorang mukmin yang sabar dan memiliki keinginan yang kuat akan bersabar ketika ia menghadapi rintangan dan cobaan dan hal itu tidak akan melemahkan keinginan tersebut. Dengan keinginan yang kuatlah manusia dapat merealisasikan tugas besarnya dan mewujudkan tujuannya yang tertinggi disertai dengan taufik dari Allah, percaya diri dan tawakal padaNya setelah selesai melaksanakan semua tugasnya tersebut. 9. Terapi Mental dengan Istiqhfar dan Tobat Manusia didalam menjalani kehidupan ini tidak terlepas dari kesalahan dan kekhilafan, namun hendaknya jika kita telah melakukan dosa-dosa yang besar hendaknya kita meminta ampun kepada Allah dan betobat dengan sepenuh hati dan jiwa. Bertobat diwajibkan bagi sesipapun yang mengerjakan dosa. Setiap muslim pastinya pernah mengerjakan dosa dan melakukan sebahagian maksiat baik yang mecil maupun yang besar. Namun sesungguhnya Allah telah menjanjikan pengampunan dari semua dosa bagi orang-orang yang ingin bertobat sehingga ia akan merasakan ketenangan dalam dirinya dengan terlepasnya dosa yang meresahkannya, bahkan sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertobat. Sebagaimana firman Allah dalam surah al-Baqarah : 222 menyatakan : Artinya: Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.24 Jadi seorang mukmin hendaknya selalu memilki fikiran yang positif kepada Tuhannya dan memiliki harapan yang besar bahwa Allah SWT akan menerima tobatnya. 24 464 Anonim, Al-Qur’an dan Terjemahannya. TAJDID Vol. XIII, No. 2, Juli-Desember 2014 Konseling dan Psikoterapi dalam Islam L. Kesimpulan Konseling dan terapi Islami merupakan suatu cara atau metode yang dilakukan untuk membantu individu yang mengalami gangguan psikis atau kejiwaan dengan menggunakan cara-cara yang bersumberkan pada Al-Qur’an dan Hadits Rasulullah. Konseling terapi islami merupakan salah satu unsur kehidupan yang saling melengkapi, dengan proses pendidikan yang berkesinambungan dan juga pengajaran yang urgen dalam kehidupan setiap individu. Konseling dan terapi islami merupakan suatu profesi yang dilakukan oleh seorang konselor yang memiliki kompetensi atau pengetahuan dibidangnya sehingga tidak salah dalam memberikan bantuan, terdapat setidaknya empat persyaratan sebagai seorang konselor islami yakni: ia beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, berpengetahuan di bidangnya (menpunyai Skill), berahklak mulia dan bersifat terbuka. Adapun model atau metode konseling Islami terdiri dari empat cara yakni: dengan cara keteladanan, penyadaran, penalaran logis dan dengan metode mengambil kisah-kisah para nabi dan Rasul terdahulu. Sehingga dengan demikian diharapkan dengan model dan metode tersebut maka tercapailah matlamat daripada proses konseling terapi Islami. M. Daftar Pustaka Anonim. Al-Qur’an dan Terjemahannya, Surabaya: Departemen Agama RI.1989. Abu ‘Abd Allah Muhammad bin Ismail al- al-ja’fi. Sahih alBukhari dalam Mawsu’ah al-Hadit as-Sharif al-Kutub asSittah, al-Riyad: Dar-as-Salam li al-Nashr wa al-Tawzi, 2000. H. Prayitno, Dasar-Dasar Bimb9ngan dan Konseling, Jakarta : Depdikbud, 2003 Musfir bin Said Az-Zahrani.. Konseling Terapi, Terj. Sari Narulita & Miftahhul Jannah, Jakarta: Pen.Gema Insani. 2007. Aunur Rahim Faqi. Bimbingan dan Konseling Dalam Islam, Pen. UUI Press, Yogyakarta. 2001. TAJDID Vol. XIII, No. 2, Juli-Desember 2014 465 Edy Kusnadi Farida Kusumawati. Buka Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika. 2011. Hamdani Bakran. Konseling dan Psikoterapi Islam. Yokyakaarta: Fajar Pustaka. 2004. Cet ke-3. HM Arifin.. Pokok-Pokok Pikiran tentang Bimbingan dan Penyuluhan Agama, Bulan Bintang, Jakarta. 1967. H. Ismail Ya’kup. Ihya’ Al Ghazali. Jakarta : C.V. Faisan. 1986 Cet VII. 182-199. 466 TAJDID Vol. XIII, No. 2, Juli-Desember 2014