KITAB 1 TIMOTIUS GPIB JEMAAT IMMANUEL DI BEKASI PDT. ALEX LETLORA TIMOTIUS Meski ayahnya tidak seiman, ia menjadi ”teladan bagi orang-orang yang setia, dalam hal berbicara, dalam tingkah laku, dalam kasih, dalam iman, dalam kemurnian”. (1 Timotius 4:12) Ia menerapkan nasihat Alkitab, ”Latihlah dirimu dengan pengabdian yang saleh sebagai tujuanmu.” (1 Timotius 4:7) Timotius membantu rasul Paulus selama kira-kira 15 tahun. Arti nama Timotius (Inggris: Timothy, dan Yunani: Timotheos) adalah “menghormati Tuhan”. Nama yang indah, bukan? Seperti namanya, Timotius sejak kecil memang sudah dididik untuk takut dan menghormati Tuhan oleh neneknya, Lois, dan oleh ibunya, Eunike. Kampung halaman Timotius adalah Listra, dan kemungkinan besar Timotius bertobat dan menjadi Kristen ketika Paulus datang memberitakan Injil di kota itu. Paulus sangat senang melihat orang muda ini, dan walaupun belum lama berselang Barnabas dia gantikan dengan Silas untuk menjadi teman seperjalanannya, namun ia memasukkan Timotius juga dalam kelompoknya, barangkali untuk menggantikan Yohanes Markus (Kis 15:36 dab). Pilihan ini dibenarkan oleh orang lain, sebab di kemudian hari Paulus mengingatkan bahwa Timotius dapat dikhususkan untuk pekerjaan ini (1 Tim 1:18; 4:14). Pada saat itu Timotius menerima karunia khusus untuk tugasnya itu, yg disampaikan kepadanya melalui penumpangan tangan sidang penatua dan Paulus sendiri (1 Tim 4:14; 2 Tim 1:6). Untuk menghilangkan suatu perlawanan yg tidak perlu dari pihak Yahudi setempat, Timotius disunat sebelum berangkat menemani Paulus. Kedekatan Paulus – timotius terjadi karena peristiwa ini. Bahwa Timotius dipenjarakan setidaknya sekali selama masa penulisan Perjanjian Baru tersirat oleh penulis Ibrani menyebutkan Timotius pada akhir surat ini. Hal ini juga jelas bahwa Timotius memiliki beberapa jenis penyakit perut, karena saran Paulus dalam 1 Timotius 5:23, konseling Timotius untuk "Tidak lagi minum air secara eksklusif, tetapi menggunakan sedikit anggur demi perut dan penyakit sering dialmi oleh Timotius. Pendahuluan. Timotius adalah seorang anak yang lahir dari perkawinan campuran, ibunya wanita Yahudi, yang jelas mengajar dia mengenai Kitab Suci, bapaknya seorang Yunani (Kis. 16:1; 2 Tim. 1:5). Kampung halamannya di Listra (Kis.16:1). Timotius bertobat dalam usia yang sangat muda (para teolog memperkirakan sekitar 15 tahun) ketika Paulus dalam perjalanan safari pertama penginjilannya mengunjungi Listra. Ketika Paulus meninggalkan Listra, Timotius diikiutsertakan dalam perjalanan pelayanannya (Kis.16:1-3; Kis. 17:14, 20:4; Fil.1:1). Ketika Paulus hendak meneruskan perjalanannya ke Makedonia, ia mendesak dan akhirnya meninggalkan Timotius di Efesus untuk menasihatkan orang-orang tertentu, agar mereka tidak mengajarkan ajaran lain ( I Tim 1:3). Timotius ternyata pemalu, sebab Paulus mendesak orang-orang Korintus supaya membuatnya merasa lega dan jangan menghina dia (1 Kor 16:10-11; bnd 4:17 dab). Dari keadaan yg timbul di Korintus (lih 2 Kor) nampaknya misi Timotius tidak berhasil baik, dan walaupun namanya terdapat bersama nama Paulus dalam salam Surat 2 Kor, bukan Timotius tapi Titus yg menjadi utusan baru rasul Paulus. Timotius menemani Paulus pada kunjungan berikutnya ke Korintus, sebab dia bersama Paulus sebagai teman sekerjanya waktu Surat Rm ditulis (Rm 16:21). Timotius penuh kasih sayang (2 Tim 1:4), tapi sangat penakut (2 Tim 1:7 dab); ia memerlukan banyak nasihat pribadi dari bapaknya secara iman; ia dinasihati supaya jangan membiarkan dirinya tergoda oleh nafsu orang muda (2 Tim 2:22), dan supaya jangan merasa malu menyaksikan Injil (2 Tim 1:8). Namun tidak seorang pun dari teman-teman Paulus yg lain yg begitu amat dipujipuji karena ketaatannya (1 Kor 6:10; Flp 2:19 dab; 2 Tim 3:10 dab). Tepat sekali bahwa surat Paulus yang terakhir dialamatkan dengan begitu penuh kasih sayang kepada penggantinya yang kelemahan-kelemahannya begitu kelihatan sama seperti kebajikan-kebajikannya. Hal utama yang disampaikan Paulus kepada pembantu mudanya ialah supaya Timotius tetap berjuang untuk mempertahankan iman yang sejati dan membuktikan kesalahan ajaran palsu yang melemahkan kuasa Injil yang menyelamatkan (1Tim 1:3-7; 1Tim 4:1-8; 1Tim 6:3-5,20-21). Paulus juga menginstruksikan Timotius mengenai syarat-syarat kerohanian dan sifat bagi para pemimpin gereja dan memberikan gambaran tersusun dari macam orang yang diizinkan menjadi pemimpin rohani gereja Empat ciri utama menandai surat ini. (1) Surat ini yang dialamatkan langsung kepada Timotius sebagai wakil Paulus di jemaat Efesus, sangat pribadi dan ditulis dengan emosi dan perasaan yang mendalam. (2) Bersama dengan surat 2 Timotius, maka lebih dari surat PB lainnya surat ini menekankan tanggung jawab pendeta untuk memelihara Injil agar tetap murni dan bebas dari ajaran palsu yang akan melemahkan kuasanya untuk menyelamatkan. (3) Surat ini menekankan nilai unggul dari Injil, pengaruh setan di belakang semua pencemaran, panggilan gereja yang kudus dan syarat tinggi yang ditetapkan Allah bagi para pemimpinnya. (4) Surat ini memberikan pedoman yang paling lengkap dalam PB mengenai bagaimana seorang gembala harus berhubungan secara patut dengan pria dan wanita serta dengan semua kelompok usia dan sosial dalam gereja. Timotius juga diberi tugas untuk administrasi Gereja, memilih diakon yang benar (1 Tim 3:10) dan tidak tergesagesa menahbiskan seseorang (1 Tim 5:22). Surat Rasul Paulus juga menuliskan syarat- syarat bagi imam, diakon, janda (1 Tim 3:1-7; 3:8-13; 5:9-15). 1 Tim 3:15 menyebutkan 3 hal dalam hal ekklesiologi: a) “Gereja/ jemaat Allah yang hidup̶1;. Rasul Paulus menggunakan istilah jemaat Allah yang hidup ini untuk menerangkan bahwa Gereja adalah umat Allah yang merupakan kelanjutan dari bangsa pilihan Allah dalam Perjanjian Lama. b) Gereja adalah “keluarga Allah̶1: Keluarga adalah ciri khas Gereja. Rasul Paulus mengajarkan bahwa kita adalah “kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah” (Ef 2:19). Maka keluarga haruslah menjadi ide dasar ikatan hubungan antara para anggota Gereja; yang dipersatukan oleh kehendak Allah, sebuah tempat kehadiran Allah yang lebih penuh daripada kehadiran-Nya di bait Yerusalem (lih. 1 Raj 8:12-64). Keluarga Allah ini dibangun oleh batu- batu yang hidup (1 Pet 2:5) dengan fondasinya adalah para rasul (1 Kor 3:11) dan Kristus sebagai batu penjuru (Mat 21:42). c) Gereja sebagai “tiang penopang dan tonggak kebenaran̶1; Tonggak ini mengingatkan kepada tiang penopang pada bait Allah di Yerusalem (lih. 1 Raj 7:15-52). Ekspresi ini menggambarkan kekuatan/ kekokohan Gereja dalam menjaga dan menyampaikan kebenaran; sebab Wahyu Allah harus dijaga dan dijelaskan/ diinterpretasikan. Maka, kebenaran di sini maksudnya adalah Wahyu Allah yang disampaikan kepada manusia. Mengapa Gereja adalah tiang penopang dan dasar kebenaran? Sebab Kristus sendiri telah mendirikan Gereja-Nya di atas pondasi yaitu para rasul, sehingga Gereja yang setia berpegang pada ajaran para rasul tersebut merupakan tiang penopang dan dasar kebenaran Wahyu Allah yang disampaikan kepada manusia. Sebab Yesus telah mempercayakan wewenang pengajaran wahyu tersebut kepada para rasul-Nya, yang diteruskan oleh para penggantinya, dengan persyaratan yang telah disebutkan dalam surat kepada Timotius. Garis Besar : 1. Hukum melawan iman. 1:1-2:15. 2. Petunjuk mengenai jabatan dalam gereja. 3:116. 3. Nasihat kepada Timotius mengenai pengajaran palsu. 4:1-16. 4. Nasihat kepada Timotius mengenai disiplin dalam gereja. 5:1-6:2a. 5. Bahaya dari mencintai uang. 6:2b-21. Dalam I Timotius diajarkan dengan jelas akan kehidupan dari setiap orang Kristen dalam melayani jemaat atau Gereja, baik ia seorang pendeta, penatua, maupun anggota jemaat biasa. Ada empat hal penting yang Rasul Paulus ingatkan kepada Timotius: a. Larilah dari pertengkaran/pertentangan dan cinta akan uang. b. Carilah buah-buah Roh. c. Lawanlah ajaran sesat dengan iman yang teguh. d. Peliharalah Amanat Agung Tuhan Yesus Kristus, dengan melaksanakannya dalam sukacita. Tema-tema Kunci 1. Ajaran sesat. Perjanjian Baru penuh dengan peringatan terhadap ajaran sesat. Dunia dewasa ini sedang ditantang oleh berbagai macam 'isme' dan 'ideologi'. Dalam zaman yang mudah bertoleransi ini, peringatan para rasul perlu mendapatkan perhatian yang serius. Ketulusan saja tidak cukup: kita harus 'menguji roh-roh itu' (1 Yoh. 4:1). Perhatikan berbagai petunjuk dalam Perjanjian Baru tentang guru-guru palsu - (misalnya, Kis 20:28-30; Mat 24:4, 5, 23, 24; 2Yoh 1:7-11). Kegagalan untuk mengerti siapa dan apa yang dilakukan oleh Kristus merupakan akar dari hampir semua ajaran palsu mengenai hal ini - lihat 1Timotius 3:16. Kepemimpinan. Jika gereja ingin memuliakan Allah, maka gereja itu harus mempunyai pola kepemimpinan yang benar. Perhatikan persyaratan rohani dan moral yang ditekankan oleh Rasul Paulus. Perhatikan juga bahaya mengangkat petobat baru untuk menduduki posisi yang menuntut tanggung jawab (1Tim 3:6). Bandingkan persyaratan bagi para penatua dan diaken. Perhatikan penekanan pada kehidupan rumah tangga yang baik dan juga pada reputasi pemimpin itu dalam dunia sekuler. Apakah kelemahan gereja merupakan sebagian pencerminan dari kepemimpinannya? Apakah kita cukup berhati-hati dalam memastikan bahwa para pemimpin itu memenuhi persyaratan yang dituntut dalam Perjanjian Baru? Apakah metode pengangkatan pemimpin gereja kita cukup mampu untuk menetapkan orang-orang yang tepat? BERIKAN YANG TERBAIK SEKALIPUN TIDAK MUDAH.