produksi bioetanol dari limbah tongkol jagung sebagai - MMT-ITS

advertisement
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVIII
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 27 Juli 2013
PRODUKSI BIOETANOL DARI LIMBAH TONGKOL JAGUNG
SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF TERBARUKAN
1, )
* Siti Mushlihah, 1)Yulinah Trihadiningrum
1) Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Jl. Arief Rahman Hakim, Sukolilo, Surabaya 60111,Indonesia
e-mail*): [email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji proses Pretreatment pengolahan limbah tongkol
jagung agar menghasilkan etanol yang optimal, mengkaji proses hidrolisis tongkol jagung
agar dapat menghasilkan kadar gula reduksi yang dapat dimanfaatkan dengan maksimal oleh
bakteri Zymomonas mobilis menjadi etanol, dan mengkaji nilai pH buffer yang tepat untuk
produksi etanol dari fermentasi limbah tongkol jagung. Variasi berbeda yang dilakukan dalam
penelitian adalah: penambahan larutan alkali Ca(OH)2 dan NaOH, proses hidrolisis
(ditambahkan dengan enzim excelzyme® saja, ditambahkan dengan enzim excelzyme® +
larutan H2SO4, ditambahkan dengan enzim excelzyme® + larutan H2SO4 + larutan HCl), pH
buffer (4, 5, 6). Lama waktu fermentasi (hari) : 4, 6, 8, 10. Penentuan produk etanol yang
dihasilkan dilakukan dengan mengukur: konsentrasi etanol, kadar gula, dan derajat keasaman
pH. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, proses Pretreatment limbah tongkol jagung agar
menghasilkan etanol yang optimal adalah dengan penambahan alkali NaOH dan melakukan
proses hidrolisis dengan kombinasi HCl, H2SO4 dan enzim excelzyme® yakni menghasilkan
kadar gula 12 % dan etanol sebanyak 10,48% pada nilai pH awal 5. Pada range pH 4-6
produksi etanol dapat berlangsung tanpa perbedaan yang signifikan, namun pada pH 5
dihasilkan etanol dengan konsentrasi tertinggi.
Kata kunci: Bioetanol, Hidrolisis, Limbah Tongkol Jagung,Pretreatment.
PENDAHULUAN
Salah satu contoh pengadaan bahan bakar nabati adalah bioetanol. Bioetanol dapat
digunakan untuk pembuatan gasohol yaitu bahan bakar cair dari campuran bensin dan
bioetanol. Bioetanol diproduksi dari tanaman yang mengandung biomassa seperti gula, pati,
lignoselulosa (Adrados dan Choteborska, 2005; Kim et al., 2008; Taherzadeh et al., 2008).
Produksi bioetanol dari selulosa umumnya melalui tahapan proses pretreatment, hidrolisis,
fermentasi, dan destilasi. Proses pretreatment dilakukan untuk memudahkan pemecahan pati
dan selulosa menjadi glukosa. Pretreatment dapat meningkatkan hasil gula yang diperoleh.
Proses pretreatment dapat dilakukan dengan menggunakan zat kimia asam seperti H2SO4,
kapur, Ca(OH)2, ammonia fiber expansion (AFEX), ammonia recycle percolation (ARP),
katalis, organosol, sulfite pretreatment top overcome recalcitrance (SPORL), ozone, oksidasi
dengan alkali, jamur pelapuk putih (Lioyd dan Wyman, 2005; Gupta dan Lee, 2009).
Proses hidrolisis yang umum digunakan pada industri etanol adalah menggunakan
hidrolisis asam dengan menggunakan asam sulfat (H2SO4) atau dengan menggunakan asam
klorida (HCl) (Lee et al., 1997). Proses hidrolisis juga dapat dilakukan dengan menggunakan
enzim, untuk menghidrolisis selulase dapat menggunakan enzim selulase, sedangkan untuk
hidrolisis hemiselulosa dapat menggunakan enzim yang menyerang hemiselulosa, seperti
ISBN : 978-602-97491-7-5
D-15-1
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVIII
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 27 Juli 2013
glukuronidase, asetil esterase, xilanase, β-xilosidase, galaktomannanase, dan glukomannanase
(Duff dan Muray, 1996). Zymomonas mobilis memiliki beberapa kelebihan dibandingkan
Saccharomyces cerevisiae, diantaranya lebih toleran terhadap suhu, pH rendah, serta tahan
terhadap etanol konsentrasi tinggi (Zhang dan Feng, 2010).
Tongkol jagung merupakan salah satu limbah pertanian yang mengandung bahan
lignoselulosa yang potensial untuk dikembangkan menjadi bioetanol. Keberadaan limbah
tongkol jagung ini melimpah dan kontinyu setelah pasca panen. Di Indonesia limbah tongkol
jagung dihasilkan sekitar 2,29 juta ton/tahun (Suciyanto et al., 2006) dengan kadar air 9,60%
(Lorenz dan Kulp, 1991). Komponen utama limbah tongkol jagung yaitu selulosa (32,345,6%), hemiselulosa (39,8%), dan lignin (6,7-13,9%) (Menon dan Rao, 2012).
Salah satu pemanfaatan tongkol jagung adalah sebagai bahan konsentrat pada pakan
ternak ruminansia. Tongkol jagung tanpa pengolahan memiliki karakteristik: serat kasar tinggi,
protein dan kecernaan rendah. Pemanfaatan tongkol jagung sebagai bahan pakan perlu
ditingkatkan kualitasnya antara lain dengan fermentasi. Fermentasi tersebut dilakukan agar
dapat meningkatkan protein kasar tongkol jagung dengan menurunkan kandungan serat kasar,
serta meningkatkan kecernaan tongkol jagung, sehingga dapat digunakan alternatif pakan
yang baik untuk ternak ruminansia (Prastyawan et al., 2012). Pemanfaatan tongkol jagung
sebagai alternatif energi terbarukan berupa bioetanol dapat diolah melalui proses Pretreatment,
hidrolisis, fermentasi dan destilasi. Setelah melalui proses destilasi, maka akan didapatkan
etanol dan residu tongkol jagung. Residu tersebut dapat dimanfaatkan sebagai bahan
konsentrat pakan ruminansia karena kandungan serat kasarnya telah turun dan telah terbentuk
asam-asam organik yang dibutuhkan untuk pertumbuhan ruminansia. Oleh karena itu,
pengolahan tongkol jagung sebagai bahan baku pembuatan bioetanol dianggap lebih efektif
karena selain diperoleh etanol juga dihasilkan residu yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan
ternak. Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk mengkaji proses penambahan zat untuk
pretreatment pengolahan limbah tongkol jagung agar menghasilkan etanol yang optimal,
mengkaji proses hidrolisis tongkol jagung agar dapat menghasilkan kadar gula yang dapat
dimanfaatkan dengan maksimal oleh bakteri Zymomonas mobilis menjadi etanol, dan
mengkaji nilai pH buffer yang tepat untuk produksi etanol dari fermentasi limbah tongkol
jagung.
METODE
Persiapan Sampel
Limbah yang digunakan adalah tongkol jagung yang dikeringkan kemudian dihaluskan dan
diayak hingga berukuran < 1 mm (Harmsen et al., 2010). Limbah tongkol jagung kemudian
diencerkan dengan air dengan perbandingan 1:3 (v/v), sehingga menghasilkan 50 mL sampel
tongkol jagung.
Pretreatment dengan Alkali
Proses Pretreatment dilakukan dengan mencampurkan bahan menggunakan dua jenis alkali,
yakni NaOH dan Ca(OH)2. Sebanyak 50 mL sampel tongkol jagung masing-masing
dicampurkan dengan NaOH dan Ca(OH)2. Alkali NaOH yang digunakan memiliki
konsentrasi 12% dengan pemanasan selama 1 jam, pada suhu 70oC (Harmsen et al., 2010).
Sedangkan Ca(OH)2 yang digunakan memiliki konsentrasi 1,5% dengan perendaman selama 6
hari, pada suhu ruangan (Menon dan Rao, 2012).
ISBN : 978-602-97491-7-5
D-15-2
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVIII
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 27 Juli 2013
Hidrolisis
Setelah dilakukan pretreatment alkali, 50 mL sampel kemudian dihidrolisis dengan
menggunakan tiga perlakuan yang berbeda, yaitu: ditambahkan dengan enzim excelzyme®
saja, ditambahkan dengan enzim excelzyme ® + larutan H2SO4, ditambahkan dengan enzim
excelzyme ® + larutan H2SO4 + larutan HCl. Sampel kemudian dihidrolisis dengan
menggunakan enzim excelzyme® yang merupakan campuran antara enzim selulase dan enzim
hemiselulase (aktivitas 7 IU/ml) sebanyak 70 IU dan diinkubasi selama 14 jam pada suhu
55°C dengan pH 5,5 yang diinkubasi pada water batch (Nataraja et al., 2010). Konsentrasi
larutan H2SO4 yang digunakan 6% dan dipanaskan selama 1 jam, pada suhu 90oC (Harmsen
et al., 2010). Konsentrasi larutan HCl yang digunakan 3%, lalu dikocok homogen pada suhu
ruang (Lee et al., 1997).
Pengaturan pH Buffer
Pada penelitian ini dilakukan perlakuan yang berbeda agar hasil yang diperoleh dapat
dibandingkan satu sama lain. Perlakuan tersebut antara lain kondisi derajat keasaman (pH)
yang berlainan menggunakan sampel yang mengandung kadar gula tertinggi. Kondisi pH pada
proses ini dikontrol dengan menambahkan Na-citrate buffer. Variasi pH setiap proses
ditambahkan Na-citrate buffer dengan pH masing-masing sebesar 4, 5, dan 6. pH 4 adalah pH
media pertumbuhan Z. mobilis dilingkungan, sedangkan pH 5 dan 6 adalah nilai pH yang
masuk dalam range pH untuk fermentasi (Cazetta et al., 2007).
Fermentasi
Sebelum dilakukan proses fermentasi, diperlukan proses pembuatan starter mikroorganisme
yang akan digunakan. Jenis mikroorganisme yang digunakan adalah Z. mobilis.
Pembuatan Starter Zymomonas mobilis
Z. mobilis diambil 1 ose yang sebelumnya telah dikultur pada medium NA pada tabung reaksi,
dan diinokulasikan ke dalam erlenmeyer 50 ml yang berisi 5 ml medium NBsteril yang telah
diatur pH menjadi 4 dengan penambahan buffer Na-citrate 0,1 M. Kemudian diinkubasi
dalam inkubator pada suhu 30°C selama 24 jam (Aktivasi I). Sebanyak 1 ml dari aktivasi I
(10 %) dipipet dan diinokulasi kembali ke dalam erlenmeyer 50 ml yang berisi 9 ml medium
NBsteril, diinkubasi dalam inkubator pada suhu 30°C selama 24 jam (Aktivasi II). Sebanyak 5
ml (10%) dari aktivasi II (OD600nm = 0,5) dipipet dan diinokulasi kembali ke dalam
erlenmeyer 100 ml yang berisi 45 ml substrat tongkol jagung, diinkubasi pada suhu ruang
(30°C) sampai jam ke-7, yakni dimana fase exponensial Z. mobilis terjadi (Aktivasi III)
(Cazetta et al., 2007; Zhang and Feng, 2010).
Proses Fermentasi
Starter ditambahkan dengan konsentrasi 10% (Onsoy et al., 2007) ke dalam botol fermentor
100 mL yang berisi 50 mL substrat tongkol jagung, diinkubasi dengan lama sesuai dengan
rancangan penelitian (4 hari; 6 hari; 8 hari; dan 10 hari) pada suhu kamar. Proses fermentasi
dilakukan pada kondisi anaerob menggunakan penutup sumbat karet dan dilubangi tengahnya
untuk dipasangi selang yang ujungnya dimasukkan dalam air. Setelah proses fermentasi
selesai, tutup botol dilepas, ditutup dengan kapas lemak dan dipasteurisasi pada suhu ±80°C
selama 10 menit (Puspita dkk., 2010).
ISBN : 978-602-97491-7-5
D-15-3
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVIII
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 27 Juli 2013
Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif dan statistik sederhana
(pembuatan kurva). Selain itu dilakukan pula uji Tukey guna mengetahui signifikansi
perbedaan dan perubahan pada berbagai variasi yang dilakukan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Proses Pretreatment dan Hidrolisis Pengolahan Limbah Tongkol Jagung
Selulosa terproteksi dari degradasi dengan adanya lignin. Selulosa tidak dapat
dihidrolisis kecuali lignin dilarutkan dan dihilangkan (Lynd, 2002). Setelah lignin dan
hemiselulosa terurai dari selulosa, maka glukosa akan lebih mudah terbentuk pada saat proses
hidrolisis. Hidrolisis limbah tongkol jagung merupakan proses yang dilakukan agar diperoleh
kadar gula yang diperlukan untuk produksi etanol. Komposisi limbah tongkol jagung tersusun
dari: lignin, selulosa, dan hemiselulosa, sehingga setelah melalui proses pretreatment,
hidrolisis dilakukan untuk memecah selulosa dan hemiselulosa menjadi glukosa. Hidrolisis
lignoselulosa dapat dilakukan dengan menggunakan larutan asam dan enzim.
Proses pretreatment dengan larutan alkali dilakukan dengan dua variasi berbeda antara
larutan NaOH dan Ca(OH)2 agar dapat diketahui jenis larutan alkali yang paling tepat
digunakan untuk proses pretreatment. Sedangkan variasi terhadap proses hidrolisis, yaitu:
sampel dengan penambahan HCl+H2SO4+ Enzim, H2SO4+ Enzim, dan variasi sampel tongkol
jagung yang hanya ditambahi enzim saja. Perbandingan hasil efektifitas proses pretreatment
dan hidrolisis dapat dilihat dari kadar gula yang dihasilkan setelah proses pretreatment dan
hidrolisis, data tersebut disajikan pada Gambar 1.
Gambar 1 Grafik Kadar Gula Reduksi Hasil Hidrolisis Limbah Tongkol Jagung
Dari Gambar 1 dapat diketahui bahwa dari masing-masing perlakuan hidrolisis yang
berbeda, proses pretreatment menggunakan NaOH menghasilkan kadar gula reduksi yang
lebih banyak dibandingkan dengan proses pretreatment menggunakan Ca(OH)2. Hal tersebut
mengindikasikan bahwa larutan NaOH dapat mengurai lignin dan hemiselulosa lebih baik dari
pada Ca(OH)2, meskipun dilakukan perlakuan yang lebih lama terhadap sampel limbah
tongkol jagung yang menggunakan alkali Ca(OH)2. Selain itu, pretreatment alkali yang
menggunakan suhu dan tekanan rendah atau pada kondisi kamar akan membutuhkan waktu
pretreatment lebih lama dari proses pretreatment yang suhunya tinggi (Zheng et al., 2009).
Sehingga jika waktu pretreatment menggunakan Ca(OH)2 lebih dari 6 hari, dimungkinkan
akan mampu menghasilkan kadar gula reduksi yang lebih besar. Hasil hidrolisis menggunakan
campuran HCl+ H2SO4 + Enzim mampu menghasilkan kadar gula reduksi yang paling tinggi
ISBN : 978-602-97491-7-5
D-15-4
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVIII
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 27 Juli 2013
dibandingkan dengan hidrolisis yang menggunakan H2SO4+ Enzim maupun hidrolisis
menggunakan enzim saja. Sedangkan hidrolisis menggunakan H2SO4+ Enzim menghasilkan
kadar gula reduksi yang lebih tinggi dibandingkan hidrolisis menggunakan enzim saja.
Penambahan NaOH pada proses pretreatment dengan menggunakan hidrolisis H2SO4 + HCl +
enzim menghasilkan kadar gula reduksi yang tertinggi, yaitu 12%. Perlakuan sampel limbah
tongkol jagung dengan penambahan zat aditive NaOH pada proses pretreatment dengan
mengkombinasikan H2SO4 + HCl + enzim tersebut kemudian dilanjutkan dengan proses
fermentasi agar dihasilkan etanol.
Variasi sampel limbah tongkol jagung dengan dihidrolisis menggunakan HCl + H2SO4
+ enzim dapat menghasilkan kadar gula tertinggi karena dengan adanya HCl 3% yang
ditambahkan mampu mengubah selulosa menjadi selubiosa. Disakarida yang terisolasi dari
selulosa yang terhidrolisis sebagian adalah selubisa yang dapat dihidrolisis lebih lanjut
menjadi D-glukosa dengan suatu katalis (Fengel, 1995). Hidrolisis selulosa dengan asam
sulfat berlangsung bertahap, yakni dari selulosa diubah menjadi selubiosa kemudian baru
diubah menjadi glukosa. Asam sulfat dan enzim menghidrolisis selulosa menjadi glukosa
secara acak (Alriksson, 2006). Oleh karena itu, sampel dengan tongkol jagung yang
ditambahkan HCl memiliki selulosa yang telah terpecah menjadi selubiosa yang lebih banyak,
sehingga asam sulfat dan enzim dapat menghasilkan kadar gula yang lebih maksimal. Sampel
limbah tongkol jagung yang diberi perlakuan dengan H2SO4 + enzim juga menghasilkan kadar
gula yang lebih banyak dibandingkan dengan sampel limbah tongkol jagung yang hanya
diberi enzim. Hal ini disebabkan H2SO4 dan enzim sama-sama menghidrolisis selulosa
menjadi glukosa secara acak. Sehingga lebih banyak selulosa yang terhidrolisis menjadi
glukosa jika H2SO4 dan enzim dikombinasikan.
Fermentasi Sampel Limbah Tongkol Jagung
Pengukuran kadar gula reduksi selama proses fermentasi dipantau untuk melihat
seberapa besar penggunaan gula reduksi oleh bakteri Z. mobilis. Menurut Nelson et al. (2002),
gula reduksi adalah golongan gula yang dapat mereduksi senyawa-senyawa penerima
elektron, atau gula yang dapat dioksidasi oleh agen pengoksidasi karena agen pengoksidasi
berkurang dalam reaksi. Oleh karena itu, semua monosakarida (glukosa, fruktosa, galaktosa)
dan disakarida (laktosa, maltosa), kecuali sukrosa dan pati (polisakarida), termasuk sebagai
gula pereduksi. Grafik kadar gula reduksi yang dihasilkan oleh Z. mobilis selama proses
fermentasi limbah tongkol jagung dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2 (a). Grafik Kadar Gula Reduksi yang dihasilkan oleh Z. mobilis selama Proses
Fermentasi Limbah Tongkol Jagung; (b) Grafik Kadar Etanol yang dihasilkan oleh Z. mobilis
selama Proses Fermentasi Limbah Tongkol Jagung
ISBN : 978-602-97491-7-5
D-15-5
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVIII
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 27 Juli 2013
Berdasarkan Gambar 2a. dapat dilihat bahwa kadar gula pada sampel limbah tongkol
jagung berkurang seiring dengan berjalannya proses fermentasi. Sedangkan pada Gambar 2b.
menunjukkan bahwa kadar etanol pada sampel limbah tongkol jagung bertambah seiring
dengan berjalannya proses fermentasi. Menurut Yudoamidjoyo et al. (1990), semakin banyak
gula reduksi yang dapat dimanfaatkan oleh sel mikroba, maka semakin tinggi pula kadar
etanol yang dihasilkan. Kadar etanol tertinggi dicapai pada hari ke-8, pH 5 yang mencapai
10,48% (v/v).
Pada Gambar 2b. dapat diketahui bahwa fermentasi yang paling efektif terjadi pada
pH 5. Hal ini didukung oleh penelitian Sulfahri et al. (2012) yang menyatakan bahwa Z.
mobilis lebih efektif pada pH 5. Selama proses fermentasi, akan terjadi penurunan pH akibat
dihasilkannya berbagai zat asam. Namun, Berdasarkan uji anova yang dilanjutkan dengan uji
tukey dengan selang kepercayaan 95%, dapat diketahui bahwa variasi nilai pH awal 3, 4, 5,
pada sampel tidak memberikan hasil yang berbeda nyata terhadap etanol yang dihasilkan. Hal
ini sesuai dengan pernyataan Cazetta et al., 2007 yang menyatakan bahwa Z. mobilis mampu
hidup dengan baik pada pH 4-6. Sedangkan sampel limbah tongkol jagung yang di fermentasi
selama 4 hari, 6 hari, 8 hari memberikan hasil yang berbeda nyata terhadap etanol yang
dihasilkan. Namun, sampel limbah tongkol jagung yang di fermentasi selama 8 hari dan 10
hari memberikan hasil yang tidak berbeda nyata terhadap produksi etanol.
KESIMPULAN DAN SARAN
Proses Pretreatment pengolahan limbah tongkol jagung agar menghasilkan etanol
yang optimal adalah dengan cara menambahkan alkali NaOH konsentrasi 12% dengan
pemanasan selama 1 jam, pada suhu 70oC. Proses hidrolisis tongkol jagung agar dapat
menghasilkan kadar gula yang dapat dimanfaatkan dengan maksimal oleh bakteri Z. mobilis
menjadi etanol adalah dengan mengkombinasikan HCl, H2SO4 dan enzim excelzyme® yakni
menghasilkan etanol sebanyak 10,48%. Pada range pH 4-6 produksi etanol dapat berlangsung
tanpa perbedaan yang signifikan, namun pada pH 5 dihasilkan etanol dengan konsentrasi
tertinggi.
Sebaiknya perlu dicoba penelitian lebih lanjut tentang fermentasi etanol dari limbah
tongkol jagung atau dari bahan berselulosa seperti limbah jerami padi dan ampas tebu
menggunakan mikroorganisme lain selain Z. mobilis, antara lain S. cerevisisae. Perubahan
kadar lignin dari hasil proses pretreatment juga perlu diukur dalam penelitian selanjutnya.
Selain itu, produksi CO2 dari hasil fermentasi limbah tongkol jagung juga perlu diukur,
mengingat bahwa CO2 memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Adrados P., Choteborska B. 2005. “Ethanol Production from Non-Starch Carbohydrates of
Wheat Bran”. Bioresour. Technol. 96. 843-850.
Alriksson B. 2006. “Ethanol from Lignocellulose”. Faculty of Technology and Science
Biochemistry. Karlstad University. Sweden.
Cazetta M. L, Celligoi MAPC, Buzato J. B, Scarmino IS. 2007. “Fermentation of Molasses by
Zymomonas mobilis: Effect of Temperature and Sugar Concentration on Ethanol
Production”. Journal Bioresource and Technology. 98. 4. 2824-2828.
Duff, S. J. B. dan Murray. 1996. “Biocoversion of Forest Products Industry Waste Cellulosics
to Fuel Ethanol: A Review”. Bioresour. Technol. 96. 2019-2025.
ISBN : 978-602-97491-7-5
D-15-6
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVIII
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 27 Juli 2013
Fengel, D. 1995. Kayu, Kimia, Ultrastuktur, Reaksi-reaksi. Gadjah mada Press: Yogyakarta.
Gupta, R. dan Lee, Y. Y. 2009. “Pretreatment of Hybrid Poplar by Aqueous Ammonia”.
Biotechnol Prog. 25: 357-64.
Harmsen, P. Huijgen W., Bermudez L., Bakker R. 2010. Literature Review of Physical dan
Chemical Preatreatment Processes for Lignocellulosic Biomass. Wageningen UR
Food & Biobased Research. Netherlands.
Kim, T. H., Taylor, F., Hicks, K. B., 2008. “Bioethanol production from barley hull
usingSAA (soaking in aqueous ammonia) pretreatment”. Bioresour. Technol. 99.
5694–5702.
Lee, S. S., J. K. Ha, H. S. Kang, T. McAllister, and K.-J.Cheng. 1997. “Overview of energy
metabolism, substrate utilization and fermentation characteristics of ruminal anaerobic
fungi”. KoreanJ. Anim. Nutr. Feedstuffs. 21:295–314.
Lioyd, T. A. dan Wyman, C. E. 2005. “Combine Sugar Yields for Dilute Sulfuric Acid
Pretreatment of Corn Stover Followed by Enzymatic Hydrolysis of the Remaining
Solids”. Bioresour Technol. 97. 778-85.
Lorenz, K. J. dan Kulp, K. 1991. Handbook of cereal science and technology. New York
USA: Marcel Dekker Inc. 882.
Lynd, L. R. 2002. Microbial Cellulose Utilization Fundamental & Biotechnology. Applied
Science Publisher: London.
Menon, V. dan Rao, M. 2012. “Trends in Bioconversion of Lignosellulose: Biofuels, platform
chemicals & Biorefinery Concept”. Progress in Energy and Combustion Science. 38.
522-550.
Nataraja, S. Chetan D. M. dan Krishnappa M. 2010. “Effect of temperature on Cellulose
Activity in Crude Extracts Isolated From Solid Waste Microbes”. International
Journal of Microbiology Research. 2. 44-47.
Nelson, D. L. and Michael, M. C. 2002. Principal of Biochemistry. University of Wisconsin,
Madison.
Onsoy, T., Thanonkeo, P., Thanonkeo, S., dan Yamada, Mamoru. 2007. “Ethanol Production
from Arthichoke by Zymomonas mobilis Batch Fermentation”. KMITL Science
Technology Journal.7. S1.
Prastyawan R. M., Tampoebalon B. I. M., Surono. 2012. “Peningkatan Kualitas Tongkol
Jagung melalui Teknologi Amoniasi Fermentasi (AMOFER) terhadap Pencernaan
Bahan Kering dan Bahan Organik serta Protein Total”. Animal Agriculture Journal.
1.1. 611-621.
Puspita E. M., Silviana, H., Ismail T. 2010. “Fermentasi Etanol dari Molasses dengan
Zymomonas mobilis A3 yang diamobilisasi pada ะบ-karaginan”. Seminar Rekayasa
Kimia dan Proses. ISSN : 1411-4216.
Suciyanto, Z., Kuniarsih, A., Slamet U. U. 2006. Pengolahan Jagung Tongkol menjadi
Jagung Pipil. Universitas Mercubuana : Yogyakarta.
ISBN : 978-602-97491-7-5
D-15-7
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVIII
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 27 Juli 2013
Sulfahri, Ni’matuzahro, dan Yosephine SWM. 2012. “Optimization of the Bioconvertion of
Spirogyra hyalina Hydrolizates to Become Ethanol using Zymomonas mobilis”.
Journal of Applied Environmental and Biological Science. 2. 8. 374-379.
Taherzadeh dan Karimi. 2008. “ReviewPretreatment of Lignocellulosic Wastes to Improve
Ethanol and Biogas Production”. Int. J. Mol. Sci. 9. 1621-1651.
Yudoamijoyo, M., Darwis, A. A., dan Sa’id EG. 1992. Teknologi Fermentasi. Penerbit
Rajawali Press dengan Pusat Antar Universitas Bioteknologi, Institut Pertanian Bogor,
Jakarta.
Zhang, K. and Feng, H. 2010. “Fermentation potentials of Zymomonas mobilis and its
application in ethanol production from low-cost raw sweet potato”. African Journal of
Biotechnology. 9. 37. 6122-6128.
Zheng Y., Pan Z., Zhang R. 2009. “Overview of Biomass Pretretment for Cellulosic Ethanol
Production”. Int J Agric Bio Eng, 2. 51-68.
ISBN : 978-602-97491-7-5
D-15-8
Download