ARSITEKTONIK Berikut adalah pengertian tentang arsitektonik menurut beberapa sumber di internet. Arsitektonik (architectonic): struktur logis yang diberikan oleh akal (terutama melalui pemanfaatan pembagian berlipat-dua dan berlipat tiga), yang harus digunakan oleh filsuf sebagai rencana untuk mengorganisasikan isi sistem apa pun. Arsitektonik ini tidak hanya menggambarkan cara di mana struktur beban telah digunakan dalam desain dan konstruksi bangunan, tetapi mencakup analisis berkelanjutan resaons mengapa struktur khusus dirancang. http://www.hkbu.edu.hk/~ppp/pf/PKglos.htm Architectonic may mean: pertaining to architecture, or suggesting the qualities of architecture in Aristotelianism, as well as Kantianism, systematization of all knowledge (see also Kantian architectonics) http://en.wikipedia.org/wiki/Architectonic Architectonics : Seni yang bergabung bersama-sama bagian-bagian struktural dari sebuah konstruksi bangunan untuk tetap, permanen Bauganzen. Dalam ilmu arsitektonik juga terdapat beberapa pengaplikasiannya yang diterapkan oleh beberapa filsuf diantaranya : Kenneth Frampton The Tektonic of Helen Eduard Sekter Adolf Heinrich Borbein Karl Otfried Muller Tri Saptiwi ( 20308081 ) Istilah tektonika sepertinya masih kurang dikenal di lingkungan arsitektur. Tektonika erat kaitannya dengan material, struktur dan kontruksi, namun tektonika lebih menekankan pada aspek estetika yang dihasilkan oleh suatu sistem struktur atau ekspresi dari suatu konstruksi dari pada aspek teknologinya. Penggunaan istilah teknonika sudah dikenal sejak lama dan mengalami perkembangan seperti diungkap oleh Kenneth Frampton dalam buku-nya Studies in Tectonic Culture 1995. Tektonika berasal dari kata tekton dan sering ditulis sebagai kata tektonamai dalam bahasa Yunani yang secara harafiah berarti pertukangan kayu atau pembangun. Studi di Tektonik Kebudayaan adalah tidak lebih dari sebuah pemikiran ulang seluruh tradisi arsitektur modern. Pengertian tentang tektonik sebagai dipekerjakan oleh Frampton-fokus pada konstruksi arsitektur sebagai kerajinan-merupakan tantangan langsung terhadap pemikiran arus utama saat ini pada batas-batas artistik postmodernisme, dan menyarankan alternatif yang meyakinkan. Memang, Frampton berpendapat, arsitektur modern selalu banyak tentang struktur dan konstruksi seperti ini adalah tentang ruang dan bentuk abstrak. Frampton mempertimbangkan budidaya sadar dari tradisi tektonik dalam arsitektur sebagai suatu elemen penting dalam pembangunan masa depan bentuk arsitektural, memancarkan cahaya baru kritis pada seluruh isu modernitas dan pada banyak tempat pekerjaan yang telah berlalu sebagai "avant-garde. " Dalam bahasa Sansekerta dapat disamakan dengan kata taksan yang juga berarti seni pertukangan kayu yang menggunakan kapak. Istilah yang sama juga ditemukan dalam puisi Vedic yang juga berarti pertukangan kayu. Kemudian dalam Homer istilah ini diartikan sebagai seni dari konstruksi secara umum. Hal tektonika yang diungkapkan oleh Adolf Heinrich Borbein pada tahun 1982 (Frampton,1995) pada studi Philologi nya yang mengatakan bahwa tektonika menjadi seni dari pertemuan atau sambungan; seni dalam hal ini ditekankan pada tekne, sehingga tektonika ternyata bukan hanya bagian dari bangunan tetapi juga obyek atau sebagai karya seni pada arti yang lebih sempit. Dengan perjalanan waktu, pengertian kata tektonik pada konstruksi cenderung membuat Tri Saptiwi ( 20308081 ) karya seni, tergantung pada benar atau tidaknya penerapan tingkatan kegunaan nilai seninya. Penggunaan istilah tektonika secara arsitek-tural dipakai di Jerman dan muncul di buku pegangan karya Karl Otfried Muller berjudul "Handbuch der Archeologie der Kunst (Handbook of the Archeology of Art) 1830, yang mendefinisikan tektonik sebagai penggunaan sederet bentuk seni pada peralatan, bejana bunga, pemukiman dan tempat pertemuan, yang dibentuk dan dikembangkan di satu sisi pada penerapannya dan di sisi lain untuk menguatkan ekspresi perasaan dan pengertian atau buah pikiran seni. Tektonika pada Arsitektur sering kali dilakukan karena ingin memberikan penekanan pentingnya suatu bagian tertentu dari bangunan dan keinginan mengekspresikan sesuatu perasaan yang mendalam pada bangunan. Sedang pada bukunya The Tektonic of Helen 1843 dan 1852, Karl Botticher menginterpretasikan kata tektonik sebagai pemberi arti pada sistim ikatan yang lengkap dari semua bagian kuil Yunani menjadi keseluruhan yang utuh, termasuk rangka dari sculpture dalam segala bentuk. Sementara itu Semper mengklasifikasi- kannya pada bangunan menjadi dua prosedur yang mendasar, yaitu tektonika dari rangka ringan yang terdiri dari komponen-komponen linier dikelompokan membentuk matrik spasial dan stereotomik bagian dasar dimana massa dan volume terbentuk dari elemen-elemen berat. Pada tahun 1973 Eduard Sekter dalam Structure, Construction and Tectonics mendefinisikan tektonik sebagai ekspresi yang ditimbulkan oleh penekanan struktur dari bentuk konstruksi, dengan demikian hasil ekspresi tektonika tidak dapat diperhitungkan hanya sebagai istilah pada struktur dan konstruksi saja. Dengan memperhatikan berbagai pandangan dari para ahli tersebut diatas maka yang dimaksud tektonika pada Arsitektur dalam bahasan ini sebenarnya disatu sisi adalah pengembangan struktur yang digunakan untuk menghadirkan ruang. Sedangkan disisi yang lain adalah pengolahan sistim sambungan pada konstruksi sehingga meningkatkan ekspresi bangunan dengan menggunakan nilai. Tri Saptiwi ( 20308081 ) Menurut saya dapat disimpulkan bahwa arsitektonik adalah ilmu tentang perkembangan struktur dan kontruksi yang mempunyai nilai seni atau ekspresi yang dapat difungsikan dalam suatu bangunan. Berikut adalah contoh arsitektonik dalam pembangunan rumah tradisional Provinsi Riau Dilihat dari bentuk atau tiangnya misaalnya, Banyak berbagai macam bentuk daripada tiang yang digunakan dalam bangunan rumah tradisional yaitu dimulai dari bentuk segi empat sampai bentuk tiang tersebut segi sembilan,dalam berbagai macam bentuk itu mempunyai banyak arti yakni misalnya : Segi empat : yang melambangkan empat arah mata angin yang dipercayakan akan didatangkannya rezeki dari segala penjuru mata angin. Segi enam : yang melambangkan adanya rukun iman dalam hukum Islam yang diharapkan pada pemilik rumah dapat tetap taat dan beriman kepada sang penciptaNya sesuai dengan ajaran islam. Segi tujuh : melambangkan adanya tingkat tujuh surga dan neraka,jika si pemilik rumah baik maka akan InsyaALLAH akan masuk surga begitupun sebaliknya. Segi delapan : melambangkan bahwa si pemilik rumah adalah orang yang mampu,namun pernyataan tersebut tidak mutlak. Arsitektonik diatas dalam bentu tiangnya,sedangkan berikut dalam penempatan tiangnya atau bisa juga disebut struktur. Tri Saptiwi ( 20308081 ) Tiang Utama / Tiang Tuo : Tiang yang terletak pada deretan kedua pintu masuk ( muka ) sebelah kiri dan kanan. Tiang ini tidak boleh bersambung, agar lebih kuat Tiang Tuo : Tiang yang terletak sebelah kiri dan kanan yang melambangkan bahwa manusia haruslah menghormati orangtuanya dan dalam hidup, haruslah dapat menyesuaikan diri untuk dua kepentingan yakni kepentingan adat dan akhirat. Tiang Gantung : Tiang yang digantung biasanya diberi hiasan ukuran yang biasanya berupaa atau bermotif daun atau bunga yang artinya bahwa manusia harus bisa menjaga dan memelihara alam. Jika dilihat dari strkuturnya Rumah Tradisional Riau berumah panggung yang dapat difungsikan karena Riau sebagai Provinsi yang berkepulauan dan bermata pencaharian nelayan yang akan menyebabkan adanya kehidupan dipinggir laut, sehingga mereka membangun rumah di pinggir pantai dan dibuatnya rumah panggung agar terhindar dari pasangnya air laut. Selain itu juga ruah panggung dapat di fungsikan sebagai tenpat untuk beternak dan digunakannya sebagai tempat pengumpulan kayu yang akan digunakan untuk bulan puasa. http://puslit.petra.ac.id/search_engine/cache/ARS/ARS033102/ARS03310205.txt Tri Saptiwi ( 20308081 )