karakteristik audit pemerintah

advertisement
AUDIT PEMERINTAH
Abdul Rohman, SE, MSi
Setelah menyelesaikan bab ini, Anda
diharapkan mampu:
 Memahami dan menjelaskan fungsi audit
 Memahami dan menyusun penugasan audit
 Memahami dan menjelaskan Proses Audit
 Menguraikan hubungan antara auditor dan
auditan
 Memahami dan menjelaskan Standar Audit
Menurut Undang-Undang Nomor 15 tahun 2004
tentang Pemeriksaan Pengelolaan
dan Tanggung Jawab Keuangan Negara,
pemeriksaan berfungsi:
Fungsi:
Untuk mendukung keberhasilan upaya pengelolaan
keuangan negara secara tertib, taat pada peraturan
perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif,
transparan
dan
bertanggung
jawab
dengan
memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.


Perencanaan audit adalah keseluruhan rencana penugasan audit untuk
masa yang akan datang dan dilakukan oleh lembaga audit.
Dalam rangka pelaksanaan tanggung jawab audit, wewenang audit dan
pengawasan audit secara efektif, lembaga audit seharusnya, sesuai
dengan keadaan negara dan praktik audit, membuat perencanaan audit
dengan membuat perencanaan secara detil untuk prinsip :
 pelaksanaan audit,
 tujuan dan tugas,
 prioritas,
 implementasi pengukuran,
 waktu dan langkah-langkah audit.

Perencanaan audit dapat dikelompokkan ke dalam:
 perencanaan jangka pendek dan
 perencanaan jangka panjang berdasarkan jangka waktu perencanaan.


Di antara keseluruhan kategori perencanaan audit,
perencanaan penugasan audit merupakan prioritas.
Perencanaan penugasan audit menentukan :
 tipe,
 jumlah unit dan
 jangka waktu penugasan audit dalam periode yang telah ditentukan,
yang sebelum dilaksanakan harus diserahkan kepada lembaga audit
untuk mendapatkan persetujuan.
Perencanaan penugasan audit terdiri dari berbagai kategori penugasan,
yaitu:
a. Penugasan dengan kebebasan memilih auditan. Penugasan ini
direncanakan dan dilaksanakan oleh lembaga audit di berbagai tingkat
yang mempunyai wewenang dan tugasnya masing-masing, Lembaga
audit seharusnya membuat perencanaan secara menyeluruh dengan
memperhatikan situasi nyata dan prioritas kerja ekonomis
dalammenentukan objek dan ruang lingkup audit.
b. Penugasan seragam yang disusun lembaga audit di tingkat yang lebih
tinggi. Penugasan ini direncanakan oleh lembaga audit yang memiliki
posisi lebih tinggi dan dilaksanakan oleh lembaga audit yang mempunyai
tingkatan yang lebih rendah dengan cara yang sama. Penugasan ini
merupakan suatu pendekatan yang penting karena aspek profesional dari
audit akan diarahkan secara langsung oleh lembaga audit yang
mempunyai tingkatan yang lebih tinggi, misalnya setiap tahun lembaga
audit yang lebih tinggi membuat perencanaan yang seragam untuk audit
sesuai dengan wewenangnya dan mengatur lembaga audit di berbagai
tingkatan untuk mengaudit program atau kegiatan.
Perencanaan penugasan audit terdiri dari berbagai kategori penugasan,
yaitu:
c. Penugasan audit yang diotorisasi.
Penugasan ini merupakan penugasan yang dilaksanakan oleh lembaga
audit yang lebih rendah setelah mendapatkan otorisasi dari lembaga
audit yang lebih tinggi.
Dalam menyiapkan perencanaan penugasan audit, lembaga audit yang
posisinya lebih tinggi dapat mengotorisasikan lembaga audit di tingkat
yang lebih rendah untuk melaksanakan audit atas aspek-aspek
tertentu (kecuali penugasan audit seragam, yg dijelaskan pada poin b.
d. Penugasan yang diminta oleh Pemerintah.
Penugasan ini dilaksanakan oleh lembaga audit berdasarkan
permintaan pemerintah.
Dengan demikian, suatu lembaga audit selain menerima penugasan
dari lembaga audit yang posisinya lebih tinggi, juga menerima
penugasan audit dari pemerintah yang sesuai dengan tugas dan
wewenangnya.
Kebutuhan dan tujuan dalam penyusunan penugasan audit
berbeda-beda karena adanya perbedaan lingkungan internal
dan eksternal dan kebutuhan audit yang berbeda.
 Agar Perencanaan efektif, dapat dikerjakan dan praktis,
maka harus mengacu kepada prinsip dan standar audit.
 Perenanaan penugasan audit harus berdasar standar punya
Tujuan : Untuk membuat penggunaan yang cukup atas
sumber daya dan menciptakan fleksibilitas.
 Yang Harus Diperhatikan dalam penyusunan penugasan
audit adalah penghindaran pengulangan dan tumpang
tindih pekerjaan sehingga dapat meningkatkan efisiensi
dan efektivitas audit.

 undang-undang dan peraturan pemerintah,
 perencanaan pembangunan nasional baik
Landasan
penyusunan
penugasan
audit adalah:






ekonomi maupun sosial,
kebijakan pemerintah di bidang ekonomi
dan keuangan,
perencanaan audit jangka panjang,
prinsip prinsip audit,
kebijakan dan tugas yang diberikan oleh
lembaga audit yang posisinya lebih tinggi,
pekerjaan yang dipersyaratkan oleh
pemerintah,
informasi tentang penugasan audit di tahun
yang lalu , dan sebagainya.





Perencanaan penugasan audit yang telah disetujui, menetapkan tujuan
dan tanggung jawab lembaga audit untuk periode waktu tertentu dan
merupakan suatu dasar bagi lembaga audit untuk melaksanakan audit.
Pemimpin lembaga audit harus mengerti implementasi perencanaan,
bertindak tepat dan efektif, dapat memecahkan masalah sehingga dapat
melaksanakan perencanaan penugasan audit dengan baik.
Ketika perencanaan penugasan disetujui, lembaga audit harus berusaha
melaksanakannya sebaik mungkin.
Tidak ada perubahan atau penyesuaian yang dibuat atas penugasan
audit, kecuali jika terdapat kondisi tertentu.
Penyesuaian perencanaan biasanya diperiksa dan disetujui oleh
lembaga audit yang mengeluarkan perencanaan.


Persiapan penugasan audit berhubungan dengan berbagai persiapan
pihak yang akan melaksanakan audit setelah mendapatkan persetujuan
perencanaan audit dan sebelum implementasi perencanaan audit.
Kegiatanyang dilakukan pada tahap ini adalah:
pembentukan tim audit,
b. melaksanakanpre-audit surveys,
c. mengumpulkan undang-undang dan peraturan yang relevan,
d. persiapan program audit dan
e. menerbitkan surat pemberitahuan pelaksanaanaudit.
a.
a. Pembentukan Tim Audit.
Dalam hubungannya dengan perencanaan penugasan audit, lembaga
audit menentukan jumlah auditor yang berkualitas, profesional dan
kompeten untuk melaksanakan audit dan mengangkat ketua tim.
b. Pre- Audit Surveys dan Pelatihan
 Audit surveys seharusnya dilaksanakan sebelum
implementasi penugasan audit shg auditor:
 dapat mengerti informasi yg berkaitan dgn penugasan audit,
 memperoleh gambaran yg jelas mengenai penugasan,
 fokus dalam menentukan prioritas ketika menyusun program audit.

Survey ini meliputi:
 informasi internal:
▪
▪
▪
▪
sejarah auditan,
sistem manajemen,
struktur organisasi &
informasi mengenai audit yg telah dilaksanakan tahun lalu)
 eksternal auditan:
▪
▪
kebijakan,
undang-undang dan peraturan dan sebagainya)
c. Mengirimkan Surat Pemberitahuan Pelaksanaan Audit
 Surat pemberitahuan pelaksanaan audit adalah dokumen tertulis
yang diterbitkan oleh lembaga audit, yang menginformasikan
auditan bahwa audit akan dilaksanakan.
 Dokumen ini merupakan suatu dasar bagi tim audit utk
melaksanakan audit dan mengumpulkan bukti audit.
 Bagian utama surat pemberitahuan pelaksanaan audit adalah;
 nama auditan,
 basis,
 ruang lingkup,
 isi dan pendekatan audit,
 tanggal dimulai & berakhirnya audit,
 nama &posisi tim audit dan sebagainya.

Secara keseluruhan, audit mempunyai tujuan :
 Untuk menyediakan informasi kepada para pengambil keputusan (pengguna
laporan keuangan), dengan keyakinan yang memadai, apakah:
▪ laporan tersebut dapat diandalkan,
▪ pengendalian internal efektif, dan sesuai dgn undang-undang atau peraturan yang berlaku.

Untuk mencapai tujuan ini, proses audit sektor publik terbagi menjadi
empat tahap, yaitu:
a. Merencanakan audit untuk memperoleh informasi yang relevan dengan cara
yang paling efisien.
b. Mengevaluasi efektivitas pengendalian internal auditan
c. Menguji asersi yang berkaitan dengan laporan keuangan dan menguji
ketaatan pada undang-undang atau peraturan yang mengikat.
d. Melaporkan hasil audit

Tahap-tahap audit tersebut digambarkan sbb:
Tahap Perencanaan
Tahap Perencanaan
Tahap Pengendalian Intern
Tahap Pengendalian Intern
Tahap Pengujian
Tahap Pengujian
Tahap Pelaporan
Tahap Pelaporan
Walaupun perencanaan berlangsung selama proses audit, tujuan dari tahap
pendahuluan ini adalah:
 untuk mengidentifikasi area yang signifikan dan
 mendesain prosedur audit yang efisien.
Untuk mencapai tujuan tsb metodologi audit dibuat sedemikian rupa untuk:
a. Memahami operasi auditan termasuk sistem manajemen, dan faktor
internal-eksternal yang mempengaruhi lingkungan operasi auditan
b. Mengidentifikasi akun yang signifikan, aplikasi akuntansi, sistem
manajemen keuangan, jumlah anggaran yang disetujui, dan peraturan
yang mengatur operasi auditan.
c. Menentukan keefektifan pengendalian sistem informasi
d. Melaksanakan penilaian risiko tahap awal untuk mengidentifikasi area
yang memiliki risiko yang tinggi, termasuk kemungkinan adanya
kecurangan
e. Merencanakan wilayah/lokasi auditan yang akan diperiksa

Tahap ini terdiri dari evaluasi dan pengujian pengendalian internal untuk
mendukung kesimpulan audit mengenai pencapaian tujuan pengendalian internal
yang diuraikan sebagai berikut:
a). Keandalan laporan keuangan yaitu transaksi dicatat, diproses dan diikhtisarkan dengan benar,
dan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum
b). Ketaatan terhadap undang-undang dan peraturan, yaitu transaksi dilaksanakan sesuai dengan
(1) anggaran yang telah diotorisasi dan (2) undang-undang, peraturan dan kebijakan
pemerintah lainnya
Untuk mengevaluasi pengendalian internal, auditor melaksanakan:
1. Identifikasi dan memahami pengendalian yang relevan dan
2. menguji efektivitasnya.
 Ketika hasil pengujian pengendalian internal adalah efektif, maka lingkup
pengujian substantif akan dikurangi.
 Dalam tahap pengendalian internal terdapat petunjuk untuk:

a.
b.
c.
d.
Menilai besarnya risiko pengendalian
Memilih pengujian pengendalian
Menentukan efektivitas pengendalian sistem informasi
Menguji pengendalian internal, termasuk mengkoordinasikan pengujian pengendalian internal
dengan tahap pengujian
Tujuan dari tahap ini adalah untuk
a. Memperoleh keyakinan yang memadai apakah laporan keuangan bebas
dari salah saji yang material
b. Menentukan apakah auditan taat pada undang-undang atau peraturan
yang mengikat
c. Menilai efektivitas pengendalian internal melalui pengujian pengendalian
yang dikoordinasikan dengan pengujian lainnya
Untuk mencapai tujuan tersebut, tahap ini berisi petunjuk untuk:
a. Mendesain dan melaksanakan pengujian substantif, ketaatan dan
pengendalian
b. Mendesain dan mengevaluasi sampel audit
c. Menghubungkan risiko dan materialitas dengan sifat, waktu dan luas
pengujian substantif
d. Mendesain pengujian multi tujuan yang menggunakan sampel umum
untuk menguji pengendalian yang berbeda dan transaksi yang spesifik
Tahap ini menyelesaikan proses audit dengan menerbitkan
informasi mengenai auditan berdasarkan hasil dari prosedur
audit yang telah dilaksanakan pada tahapan sebelumnya.
Laporan audit meliputi informasi mengenai
 Laporan keuangan beserta informasi tambahan lainnya
 Pengendalian internal
 Ketaatan terhadap undang-undang atau peraturan yang
mengikat
Untuk mencapai tujuan tersebut, tahap pelaporan berisi:
1. petunjuk untuk membuat pendapat,
2. kesimpulan tentang pengendalian internal, dan
3. melaporkan temuan audit
Auditor bertanggung jawab untuk merencanakan dan
melaksanakan audit guna mendapatkan keyakinan yang
memadai apakah laporan keuangan bebas dari salah saji
material, baik yang disebabkan oleh kekeliruan (errors)
maupun kecurangan (frauds).
 Auditor tidak bertanggung jawab untuk merencanakan dan
melaksanakan audit guna mendapatkan keyakinan
(mutlak) bahwa terdapat salah saji baik yang disebabkan
oleh kekeliruan maupun kecurangan yang tidak material
terhadap laporan keuangan yang diperiksa.


Berikut adalah penjelasan yang berhubungan dengan
tanggung jawab auditor beserta istilah-istilah yang
berkaitan dengan tanggung jawab auditor.

Salah saji dianggap material :
 jika kombinasi antara kekeliruan dan kecurangan dalam
laporan keuangan akan mengubah atau mempengaruhi
keputusan pengguna laporan keuangan.
Walaupun materialitas sulit untuk diukur, auditor
bertanggung jawab untuk memperoleh keyakinan
yang memadai bahwa tingkat materialitas sudah
dicapai.
 Adalah hal yang memakan banyak biaya (atau bahkan
tidak mungkin) bagi seorang auditor untuk
menemukan semua kekeliruan dan kecurangan yang
sifatnya tidak material.

Keyakinan adalah ukuran tingkat keyakinan yang diperoleh
seorang auditor pada akhir proses audit.
 Konsep keyakinan yg memadai tidak berarti auditor
berperan sbg penjamin kebenaran suatu laporan
keuangan.
 Ada beberapa alasan mengapa auditor bertanggung jawab
untuk memperoleh keyakinan yang memadai bukan mutlak,
yaitu:

1. Hampir semua bukti audit dihasilkan dari pengujian sampel dari populasi
seperti piutang dan persediaan. Teknik sampel meliputi risiko tidak
menemukan salah saji secara material. Selain itu, area lain perlu diuji seperti
jenis, luas dan waktu pengujian. Proses evaluasi hasil pengujian memerlukan
pertimbangan auditor. Walaupun auditor memiliki obyektivitas dan integritas
yang tinggi, auditor dapat membuat kesalahan dan kekeliruan dalam membuat
pertimbangan.

Ada beberapa alasan mengapa auditor bertanggung jawab
untuk memperoleh keyakinan yang memadai bukan
mutlak, yaitu:
2. Laporan keuangan disusun berdasarkan estimasi kompleks yang
mempunyai sifat ketidakyakinan dan dapat mempengaruhi peristiwa
di masa mendatang. Akibatnya, auditor harus mendasarkan
pertimbangannya pada bukti audit.
3. Auditor sulit untuk menemukan kecurangan dalam penyusunan
laporan keuangan terutama jika terdapat kolusi antara pihak
manajemen auditan.

Ada dua jenis salah saji yaitu :
 kekeliruan (errors) dan
 kecurangan (fraud).

Kekeliruan adalah :
 salah saji yang tidak disengaja sedangkan
kecurangan disengaja.

Contoh kekeliruan :
 Salah menghitung besarnya uang lembur yang
dihitung berdasarkan jam lembur pegawai.

Kecurangan sebagai:
 suatu tindakan kriminal yang dilakukan dengan upaya penipuan
guna mendapatkan keuntungan dari sisi keuangan (Jack
Bologna )

Kecurangan adalah:
 suatu salah saji atas suatu fakta bersifat material yang diketahui
tidak benar atau disajikan dengan mengabaikan prinsip-prinsip
kebenaran, dengan maksud menipu terhadap pihak lain dan
mengakibatkan pihak lain tersebut dirugikan (Arthur W. Holmes
dan David C. Burns)

Sementara itu, ASOSAI mendefenisikan kecurangan
meliputi :
 penyajian secara keliru dengan sengaja, fakta dan atau
informasi penting, untuk memperoleh keuntungan illegal atau
tidak semestinya.
Berdasarkan definisi-definisi tersebut, dapat ditarik
kesimpulan bahwa secara umum kecurangan mencakup
unsur-unsur:
1. Terdapat salah saji (misrepresentation)
2. Masa lampau (past) atau sekarang (present)
3. Fakta bersifat material (material fact)
4. Kesengajaan atau tanpa perhitungan (make knowingly
or recklessly)
5. Dengan maksud (intent) menimbulkan reaksi dari suatu
pihak
6. Pihak yang dirugikan harus bereaksi (acted) terhadap
salah saji tersebut
7. Menimbulkan kerugian (detriment) suatu pihak.
Association of Certified Fraud Examiners, sebuah organisasi yang bergerak
pada pencegahan dan penanggulangan kecurangan di USA,
mengkategorikan kecurangan menjadi tiga kelompok, yaitu:
1. Kecuarangan Laporan Keuangan, adalah kecurangan yang dibuat oleh
manajemen dalam bentuk salah saji material laporan keuangan yang akan
merugikan pengguna laporan keuangan. Kecurangan laporan keuangan
ini dapat bersifat keuangan maupun non-keuangan.
2. Penyalahgunaan aset. Kecuarangan ini terbagi ke dalam kecurangan kas
dan kecurangan atas persediaan dan aset lainnya.
3. Korupsi. Kecurangan ini terdiri atas benturan kepentingan (conflict of
interest), suap (bribery), pemeberian hadiah tidak legal (illegal gratuity) dan
pemerasan (economic extortion).
Terdapat dua jenis kecurangan, yaitu :
1. pencurian aktiva yang sering disebut penggelapan atau
kecurangan pegawai dan
2. pelaporan keuangan yang menyesatkan, yang sering disebut
sebagai kecurangan auditan.
Contoh pencurian aktiva adalah seorang bendaharawan
mengambil gaji pegawai yang telah mengundurkan diri dari
pegawai negeri sipil.
Contoh pelaporan keuangan yang menyesatkan adalah lebih
saji yang disengaja dari harga kontrak pengadaan barang/jasa.
Standar auditing yang telah ditetapkan dan disahkan
oleh Ikatan Akuntan Indonesia adalah sebagai berikut:
a. Standar Umum
1. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih
yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang
cukup sebagai auditor.
2. Dalam semua hal yang berhubungan dengan
perikatan, independensi dalam sikap mental harus
dipertahankan oleh auditor.
3. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan
laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran
profesionalnya secara cermat dan seksama.
b. Standar Pekerjaan Lapangan
1. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan
jika digunakan asisten harus disupervisi dengan
semestinya.
2. Pemahaman memadai atas pengendalian intern
harus diperoleh untuk merencanakan audit dan
menentukan sifat, saat dan lingkup pengujian yang
akan dilakukan.
3. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh
melalui inspeksi, pengamatan, permintaan
keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar memadai
untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan
yang diaudit
c. Standar Pelaporan
1. Laporan auditor menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
2. Laporan auditor menunjukkan atau menyatakan, jika ada,
ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan
laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan
prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.
3. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang
memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan keuangan.
4. Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai
laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa
pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara
keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan.
Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, maka
laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat
pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung
jawab yang dipikul oleh auditor.
Download