bahan ajar pendidikan agama hindu kelas iv

advertisement
SURAT KETERANGAN
Nomor:.............................................
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama
: .................................
NIP
: .................................
Pangkat/Gol
: .................................
Jabatan
: .................................
Menyatakan bahwa
Nama
: .................................
NIP
: .................................
Pangkat/Gol
: .................................
Jabatan
: .................................
memang benar telah menyusun Bahan Ajar Pendidikan Agama Hindu Kelas IV Sekolah Dasar
untuk dipergunakan dalam Proses Belajar Mengajar di Sekolah Dasar Negeri ……
Demikian Surat Keterangan ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
.................................
Kepala Sekolah Dasar Negeri .................................
.................................
NIP. .................................
KATA PENGANTAR
Om Swastyastu
Om Awighnam Astu Namo Sidham
Puji syukur dipanjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa
karena berkat asung kertha wara nugraha-Nya Bahan Ajar Pendidikan Agama Hindu Kelas IV
dapat diselesaikan. Penyusunan Bahan Ajar Pendidikan Agama Hindu Kelas IV bertujuan
sebagai persyaratan pemenuhan ketentuan atas Peraturan Pemerintah tentang Jabatan Guru dan
Angka Kreditnya sekaligus sebagai referensi untuk memudahkan Guru dalam Proses Belajar
Mengajar.
Tersusunnya Bahan Ajar Pendidikan Agama Hindu Kelas IV ini tidak terlepas dari bantuan
dan bimbingan dari semua pihak, maka pada kesempatan ini diucapkan terima kasih kepada;
a. Kepala UPT Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kecamatan ………. yang telah
memberikan arahan dan dorongan dalam penyusunan Bahan Ajar ini,
b. Pengawas TK/SD Kecamatan ……... atas bimbingan dalam penyusunan Bahan Ajar
ini,
c. Ketua Gugus Satu …… atas bantuan material maupun moril,
d. Kepala Sekolah Dasar Negeri ………. dan Bapak/Ibu Guru di SD Negeri ……. atas
dukungan, bantuan maupun dorongannya sehingga Bahan Ajar ini dapat terwujud.
Menyadari kekurangan Bahan Ajar ini maka tegur sapa berupa kritik yang sifatnya
membangun sangat diharapkan guna kesempurnaan tulisan-tulisan selanjutnya.
Semoga Bahan Ajar ini ada manfaatnya.
Om A No Badrah Krtawo Yantu Wiswatah
Om Santih Santih Santih Om
.................................
Penyusun
.................................
PEMERINTAH KABUPATEN ……………
DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA
UPT. DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA
KECAMATAN …………….
SEKOLAH DASAR NEGERI ……
Alamat: …………………….. post….
SAMBUTAN
KEPALA SD NEGERI .................................
Om Swastyastu
Dengan menghaturkan puja dan puji pangayubagya kehadapan Ida Sang Hyang Widhi
Wasa, Saya Kepala SD Negeri .................................menyambut baik upaya dari saudara ..
…yang telah menyusun Bahan Ajar Pendidikan Agama Hindu Kelas IV Sekolah Dasar dan hal
ini merupakan sebuah usaha ke arah kemajuan yang patut disambut positif.
Dengan disusunnya Bahan Ajar Pendidikan Agama Hindu Kelas IV ini diharapkan
memudahkan Guru Agama Hindu dalam menyampaikan materi pelajaran. Semoga upaya yang
telah dilakukan bisa ditingkatkan kembali demi peningkatan mutu pendidikan Agama Hindu di
Sekolah Dasar Negeri …. dan semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa selalu melimpahkan
anugrah-Nya kepada kita sekalian.
Om Santih Santih Santih Om
.................................
.................................
.................................
NIP. .................................
DAFTAR ISI
Halaman
SURAT KETERANGAN ........................................................................
i
KATA PENGANTAR ............................................................................
ii
SAMBUTAN KEPALA SD NEGERI 3 SIBETAN ...............................
iii
PEMETAAN SK,KD, DAN INDIKATOR PELAJARAN SATU........
1
TUJUAN PEMBELAJARAN ................................................................
1
PETA KONSEP PELAJARAN SATU ..................................................
2
PELAJARAN SATU. PANCA SRADDHA .........................................
3
LATIHAN-LATIHAN PELAJARAN SATU .......................................
16
PEMETAAN SK, KD, DAN INDIKATOR PELAJARAN DUA........
20
TUJUAN PEMBELAJARAN ................................................................
20
PETA KONSEP......................................................................................
21
PELAJARAN DUA. BHUWANA AGUNG DAN BHUWANA ALIT
22
LATIHAN-LATIHAN PELAJARAN II..................................................
26
PEMETAAN SK,KD, DAN INDIKATOR PELAJARAN III...............
28
TUJUAN PEMBELAJARAN .................................................................
28
PETA KONSEP .......................................................................................
29
PELAJARAN III LAGU-LAGU KEROHANIAN (DHARMAGITA)
30
LATIHAN- LATIHAN PELAJARAN III............................................
49
PEMETAAN SK, KD, DAN INDIKATOR PELAJARAN IV............
51
TUJUAN PEMBELAJARAN ...............................................................
51
PETA KONSEP .....................................................................................
52
PELAJARAN EMPAT. HARI SUCI ....................................................
53
LATIHAN-LATIHAN PELAJARAN IV .............................................
68
PEMETAAN SK, KD, DAN INDIKATOR PELAJARAN V ............
71
TUJUAN PEMBELAJARAN ................................................................
72
PETA KONSEP ......................................................................................
72
PELAJARAN V. PANCA YAMA DAN PANCA NYAMA BRATA
73
LATIHAN-LATIHAN PELAJARAN V................................................
86
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................
89
PEMETAAN SK, KD, DAN INDIKATOR PELAJARAN SATU
Standar Kompetensi
: 1. Mengenal ajaran Panca Sraddha
Kompetensi Dasar
:
1.1 Menyebutkan arti Panca sraddha
1.2 Menyebutkan bagian-bagian Panca Sraddha
1.3 Menjelaskan masing-masing bagian Panca srddha
Indikator:
1.1.1
Menyebutkan arti Panca Sraddha
1.1.2
Menulis Pengertian panca Sraddha
1.2.1
Menyebutkan bagian-bagian Panca Sraddha
1.3.1 Menyebutkan arti masing-masing bagian Panca Sraddha
1.3.2 Menyebutkan contoh masing-masing bagian Panca sraddha
TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah pembelajaran ini diharapkan siswa dapat:
a. Mengetahui Panca Sraddha sebagai dasar keyakinan agama Hindu
b. Mengetahui arti Panca Sraddha
c. Memgetahui bagian-bagian Panca Sraddha beserta dengan artinya masing-masing
d. Meningkatkan dasar-dasar keyakinan agama Hindu.
PETA KONSEP
Percaya dengan
adanya
Tuhan/Brahman
Percaya dengan
adanya Atman
PANCA SRADDHA
Percaya dengan
adanya
Karmaphala
Percaya dengan
adanya Samsara
Percaya dengan
adanya Moksa
PELAJARAN SATU
PANCA SRADDHA
1.1 Arti Panca Sraddha
Kataan Panca Sraddha berasal dari bahasa Sanskerta yaitu dari kata yaitu Panca dan
Sraddha. Kata Panca dalam Kamus Kecil Sanskerta-Indonesia, berarti lima dan Sraddha berarti
Keyakinan. Selanjutnya menurut Buku Widya Karma, Panca Sradha berarti lima dasar keyakinan
(Sumarni, 2008: 6). Juga dalam buku Widya Upadesa, Panca Sraddha berarti lima dasar
keyakinan Umat Hindu (Artana, 2006: 3). Pada Buku Widya Paramita Klas IV, Panca Sradha
berarti lima dasar keyakinan atau kepercayaan atau keimanan yang harus dipedomani oleh setiap
umat Hindu dalam hidup dan kehidupannya (Suarni, 2012:2). Selanjutnya menurut Kamus
Istilah Agama Hindu, Panca Sradha berarti lima keyakinan atau kepercayaan dalam agama
Hindu ( Tim Penyusun, 2002:78)
Jadi arti Panca Sraddha adalah lima dasar keyakinan umat Hindu keyakinan atau
kepercayaan atau keimanan yang harus dipedomani oleh setiap umat Hindu dalam hidup dan
kehidupannya.
1.2 Arti Bagian-bagian Panca Sraddha
Panca Sraddha sesuai dengan namanya terdiri dari lima bagian, meliputi:
a. Percaya dengan adanya Sang Hyang Widhi ( Brahman ).
b. Percaya dengan adanya Atma
c. Percaya dengan adanya Karmaphala
d. Percaya dengan adanya Punarbhawa atau Samsara, dan
e. Percaya dengan adanya Moksa.
Untuk lebih mudah mengingat bagian-bagian Panca Sraddha, dapat dilakukan dengan
membuat akronim yaitu: Sang-At-Kar-Pu-Mok atau dengan menyanyikan Pupuh Mijil di
bawah ini:
Pupuh Mijil
Sraddha Hindu
Lélima ne pasti
Brahman kapértama
Atma lan Hukum Karma Phalane
Punarbhawa Samsara nyaréngin
Moksa kaping singgih
Nika gamél mangda kukuh
(Sumber: Gending-gending Pelajaran Agama Hindu SD (KTSP) oleh I Wayan Dresta,
2009: 5)
Atau dengan Pupuh Sinom berikut ini:
Pakukuh dasar agama
Panca Sradane kapuji
Sane lelima punika
Brahman sane kaping singgih
Atma sane kaping kalih
Karma kaping telu mungguh
Samsarane kaping empat
Moksa kaping lima sami
Bwat sasuduk
Bapa jani maritas.
(Sumber Buku Widya Paramita Agama Hindu Kelas IV oleh Suarni, 2012: 2)
a. Percaya dengan adanya Sang Hyang Widhi (Brahman)
Tuhannya umat Hindu namanya Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhannya umat Islam
namanya Allah, Tuhannya umat Kristen namanya Yesus. Ida Sang Hyang Widhi dipercaya
sebagai pencipta pemelihara dan pelebur alam beserta isinya. Sang Hyang Widhi memiliki
sebutan atau nama yang berbeda-beda tetapi sesungguhnya Tuhan satu. Hal ini seperti halnya
seorang manusia yang memiliki tugas dan jabatan berbeda-beda, namun sesungguhnya orangnya
hanya satu. Karena memiliki fungsi dan tugas yang berbeda seakan orangnya berbeda tetapi
sesungguhnya hanya satu. Hal ini sesuai dengan sloka-sloka yang menyatakan bahwa Tuhan itu
hanya satu, meliputi;
a.
Dalam Chandogya Upanisad, disebutkan: “Ekam Eva Advityam Brahman “
yang artinya; Ida Sang Hyang Widhi hanya satu tidak ada duanya.
b.
Dalam Narayana Upanisad 2 (Tri Sandhya bait II), disebutkan: “Eko
Narayanad Na Dvityo’sti Kascit” yang artinya; hanya ada satu Tuhan sama sekali
tidak ada duanya.
c.
Dalam Kitab Sutasoma, disebutkan: “Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana
Dharma Mangrwa”, yang artinya; berbeda – beda tetapi tetap satu tidak ada
Dharma yang kedua.
d.
Dalam Reg Weda, disebutkan: “Ekam Sat Viprah Bahuda Vadanti”, yang
artinya; Sang Hyang Widhi hanya satu namun para arif bijaksana menyebutnya
dengan banyak nama.
Sang Hyang Widhi diberi banyak nama sesuai dengan fungsi dan swabawanya masingmasing, seperti:
a. Sang Hyang Çiwa artinya; Tuhan Maha Pelindung dan termulia,
b. Sang Hyang Maha Dewa artinya; Dewa Yang Tertinggi,
c. Sang Hyang Tunggal artinya; Hyang Widhi Yang Maha Esa, Maha Tunggal, tidak
ada duanya dan tidak terbatas,
d. Sang Hyang Guru artinya; Hyang Widhi sebagai Guru Besar atau Bapak besar
seluruh alam semesta. Alam dan segala isinya semua merupakan murid atau sisya
dari Hyang Widhi,
e. Sang Hyang Wenang atau Sang Hyang Tuduh artinya; Hyang Widhi yang
memegang wewenang atau kekuatan yang mutlak dalam bentuk susunan dan
peraturan alam yang juga dianggap memegang untung malang nasib makhluk
terutama manusia sesuai dengan Subha maupun Asubha Karmanya,
f. Sang Hyang Sangkan Paran artinya; Hyang Widhi menjadi asal mula dan tujuan
akhir atau kembalinya seluruh alam,
g. Sang Hyang Jagatnatha/Jagat Karana/Praja Patya artinya; Hyang Widhi menjadi
raja seluruh alam dengan isinya termasuk makhluk umatnya,
h. Sang Hyang Darma artinya; Hyang Widhi yang bersifat dan berkeadaan benar
sejati,
i. Sang Hyang Parama Siwa/Parama Siwa/Parama Wisesa artinya; Sang Hyang
Widhi Yang Maha Besar, Maha Kuasa dan Maha Mulia,
j. Sang Hyang Adi Bhuda artinya; Hyang Widhi Yang Maha Tahu dan Maha
Bijaksana,
k. Sang Hyang Parāmatma artinya; Hyang Widhi sebagai sumber dari Atma (jiwa
besar) yang menjiwai alam semesta,
l. Sang Hyang Tri Murti/Tri Wisesa artinya; Hyang Widhi sebagai Pencipta
(Brahma), Pemelihara (Wisnu) dan Pelebur (Siwa)
(Sumber Pengantar Agama Hindu untuk SMTA I oleh: I Gede Wijaya, 1981:41)
Karena keterbatasan manusia, maka manusia tidak dapat melihat Ida Sang Hyang
Widhi secara langsung, sehingga kita sangat perlu percaya dan meyakininya. Walaupun Tuhan
tidak terlihat sesungguhnya Tuhan ada. Hal ini dapat kita andaikan seperti air teh yang diisi gula,
rasa gula itu ada dalam air teh tetapi tika dapat kita melihat bentuk dari gula itu.
b. Percaya dengan adanya Atma
Makhluk hidup yang diciptakan oleh Tuhan dipercaya memiliki jiwa atau Atman.
Dengan adanya jiwa atau Atman pada ciptaan-Nya menjadikan ciptaan-Nya bisa bergerak, bisa
tumbuh, bisa berkembang biak dan bisa mati. Atma yang berada pada ciptaan Tuhan adalah
percikan kecil dari Ida Sang Hyang Widhi. Sang Hyang Widhi juga disebut Parama Atma. Atma
merupakan percikan-percikan kecil dari Parama Atma yang berada di dalam makhluk hidup.
Atman di dalam badan manusia disebut: Jiwatman yaitu yang menghidupi manusia. Menurut
Upadesa(2001:16) Atman dengan badan ini adalah sebagai kusir dengan kereta. Kusir adalah
Atman yang mengemudikan dan kereta adalah badan. Demikian juga Atma itu menghidupkan
sarwa prani di alam semesta. Indiya tidak dapat bekerja bila tidak ada Atma. Misalnya Telinga
tidak dapat mendengar bila tidak ada Atma, mata tidak dapat melihat bila tidak ada Atmanya.
Atau dapat diumpamakan Widhi atau Brahman itu sebagai sumber tenaga listrik yang dapat
menghidupkan setiap bola lampu besar ataupun kecil dimanapun ia berada. Bola lampu
diumpamakan tubuh setiap makhluk dan aliran listriknya adalah Atman. Jika bola lampunya
rusak, lampu tidak akan menyala/mati walaupun aliran listriknya masih hidup.
Atma memiliki sifat-sifat seperti disebutkan dalam Kitab Bhagawadgita. II.23,24,25
sebagai berikut:
Nainam chindanti śastrāņi nainam dahati pāvakah
Ńa cainam kledayanty āpo na śoşayati mārutah.(Bg.II.23)
Tidak ada senjata yang dapat memisah-misahkan-Nya, tidak juga api dapat membakarNya, atau air membuat-Nya basah, bahkan anginpun tidak dapat mengeringkan-Nya (
Vaswani, T.L, 2007: 32)
Acchedyo’yam adāhyo akledyo’śoşya eva ca,
Nityah sarva-gatah sthāņur acalo’yam sanātanah.(Bg.II.24)
Roh yang individual ini tidak dapat dipatahkan dan tidak dapat dilarutkan, dibakar
ataupun dikeringkan. Ia hidup untuk selamanya, berada dimana-mana, tidak dapat
diubah, tidak dapat dipindahkan dan tetap sama untuk selamanya
(Prabhupada,2006:105)
Avyakto’yam acinto’yam avikāryo’yam ucyate,
Tasmād evam viditvainam nānusocitum arhasi.(Bg.II.25)
Dia tidak dapat dirumuskan dengan kata-kata, tidak dapat dipikirkan dan dinyatakan
tidak berubah-ubah; karena itu orang yang mengetahui sebagaimana halnya, karenanya
engkau tidak usah berduka (Pudja, 2003:43)
Dari isi sloka-sloka di atas, maka dapat dipahami dari sifat-sifat Atma, adalah:
a. Achodhya
artinya tidak terlukai oleh senjata,
b. Adahya
artinya tidak terbakar oleh api
c. Akledya
artinya tidak terkeringkan oleh angin
d. Acesyah
artinya tidak terbasahkan oleh air
e. Nitya
artinya abadi
f. Sarwagatah
artinya ada dimana-mana
g. Sthanu
artinya tidak berpindah-pindah
h. Acala
artinya tidak bergerak
i. Sanatana
artinya selalu sama
j. Awyakta
artinya tidak dilahirkan
k. Acintya
artinya tidak terpikirkan
l. Awikara
artinya tidak berubah.
Walaupun Atma sempurna tetapi manusia tidak sempurna karena persatuan Atma
dengan badan manusia menimbulkan kegelapan atau Awidya. Awidya artinya tidak tahu atau
kegelapan. Maksudnya Atma yang menjiwai tubuh manusia dipengaruhi oleh sifat-sifat duniawi
manusia seperti sifa ego, sombong, iri hati yang menyebabkan atma mengalami awidya. Badan
kita kita bisa mati dan hancur karena manusia terikat oleh hukum Tri Kona yaitu lahir hidup dan
mati.
c. Percaya dengan adanya Karma phala
Kata Karma Phala berasal dari bahasa Sanskerta terdiri dari dua kata yaitu Karma dan
Phala. Karma artinya perbuatan dan Phala artinya buah, hasil atau pahala. Sehingga Karma
Phala berarti hasil dari perbuatan sesorang.
Kita percaya bahwa perbuatan yang baik atau Aubha karma membawa hasil yang baik,
dan perbuatan yang buruk, buruk pula hasil yang akan diterima. Dari ajaran Karma phala dapat
memberikan keyakinan kepada kita untuk mengarahkan segala tingkah laku kita agar selalu
berdasarkan etika untuk mencapai cita-cita yang baik dan menghidarkan diri pada jalan yang
buruk.
Berdasarkan atas waktu diterimanya buah dari karma, menurut Buku Upadesa
(2001:19), maka Karma Phala dibedakan menjadi tiga jenis, meliputi;
a.
Sancita Karma Phala artinya
hasil dari perbuatan kita dalam kehidupan
terdahulu belum habis dinikmati dan masih merupakan benih yang menentukan
kehidupan kita sekarang.
b.
Prarabda Karma Phala artinya hasil dari perbuatan kita dikehidupan ini tanpa
ada sisanya.
c.
Kriyamana Karma Phala adalah hasil perbuatan yang tidak sempat dinikmati
pada saat berbuat, sehingga harus diterima pada kehidupan yang akan datang.
Dalam kepercayaan akan Karma Phala ada sesanti yang harus diingat: Ayu ulah ayu
tinemu, Ala ulah ala tinemu. Artinya perbuatan baik menghasilkan kebaikan, perbuatan buruk
menghasilkan keburukan.
d. Kepercayaan terhadap adanya Punarbhawa atau Samsara
Purnarbhawa adalah sraddha yang keempat dalam Panca Sraddha. Kata Punarbhawa
terdiri dari dua kata Sanskerta yaitu kata Punar dan Bhawa. Kata Punar berarti lagi, dan Bhawa
berarti menjelma. Sehingga kata Punarbhawa berarti kelahiran yang berulang-ulang disebut juga
dengan istilah Penitisan atau Samsara. Punarbhawa atau kelahiran yang berulang-ulang adalah
merupakan kesempatan baik untuk memperbaiki kehidupan agar terlepas dari ikatan duniawi dan
akhirnya mencapai kebahagiaan yang kekal dan abadi yaitu Moksa.
Bekas perbuatan disebut Karma Wasana. Karma Wasana mengikat Jiwatman dan
mengakibatkan mengalami kelahiran yang berulang-ulang.
e. Percaya dengan adanya Moksa
Moksa adalah sraddha kelima dari Panca Sraddha. Moksa artinya kebebasan yang kekal
dan abadi atau suka tanpa wali duka. Moksa adalah tujuan akhir umat Hindu. Karena Moksa
menjadi tujuan umat Hindu, maka ada sebuah seloka yang menyatakan tujuan akhir itu, adalah:
Moksārtham Jagadhita ya ca Iti dharma.
Moksa menurut waktu diterimanya dalam agama Hindu ada 3, yaitu
a.
Jiwan Mukti yaitu kebebasan yang didapat oleh seseorang dalam hidup di dunia
ini dimana Atman tidak terpengaruh oleh Indria dan unsur-unsur Maya. Jiwan
Mukti sama sifatnya dengan Samipya dan Sarupya.
b.
Wideha Mukti ( Karma Mukti) yaitu suatu kebebasan yang dapat dicapai semasa
hidup. Dimana Atma telah meninggalkan badan kasar. Wideha Mukti sama
dengan Salokya.
c.
Purna Mukti adalah kebebasan yang paling sempurna dan yang tertinggi, dimana
Atman telah bersatu dengan Tuhan. Purna Mukti sama dengan Sayujya.
Tingkatan Moksa yang diterima setelah meninggal dibedakan lagi menjadi 4 jenis
seperti:
a. Samipya adalah suatu kebebasan yang dapat dicapai oleh seseorang semasa
hidupnya di dunia ini. Hal ini dapat dilakukan oleh para Yogi dan para Maharsi.
Beliau dalam melakukan Yoga Samadhi telah dapat melepaskan unsur-unsur Maya,
sehingga beliau dapat mendengar wahyu Tuhan. Dalam keadaan demikian Atma
berada sangat dekat sekali dengan Tuhan. Setelah beliau selesai melakukan
Samadhi, maka keadaan beliau kembali biasa. Emosi pikiran dan organ jasmani
aktif kembali.
b. Sarupya (sadharmya) adalah suatu kebebasan yang didapat seseorang di dunia ini,
karena kelahirannya. Kedudukan Atman merupakan pancaran dari kemahakuasaan
Tuhan, seperti halnya Sri Rama, Buddha Gautama, dan Sri Krsna. Walaupun Atman
telah mengambil suatu perwujudan tertentu, namun ia tidak terikat oleh sesuatu yang
ada di dunia ini.
c. Salokya adalah suatu kebebasan yang dapat dicapai oleh Atman, dimana Atman itu
sendiri telah berada dalam posisi dan kesadaran yang sama dengan Tuhan. Dalam
keadaan seperti itu dapat dikatakan Atman telah mencapai tingkatan Dewa yang
merupakan manifestasi dari Tuhan itu sendiri.
d. Sayujya
adalah suatu tingkatan kebebasan yang tertinggi dimana Atman telah
bersatu dengan Brahman. ( Suarni, 2012:15-16)
Cara untuk dapat mencapai Moksa ada empat cara yang disebut Catur Marga,
meliputi;
a.
Bakti Marga yaitu cara atau jalan untuk mencapai Moksa dengan cara cinta kasih
yang mendalam kepada Sang Hyang Widhi dan kepada semua makhluk,
b.
Karma Marga yaitu cara atau jalan untuk mencapai Moksa dengan cara bekerja
sungguh-sungguh tanpa pamerih dan menyerahkan hasil kerja kepada Sang
Hyang Widhi,
c.
Jnana Marga yaitu cara atau jalan untuk mencapai Moksa dengan jalan
mempelajari dan mendalami ilmu pengetahuan suci, dan
d.
Raja Marga yaitu cara atau jalan untuk mencapai Moksa dengan jalan Tapa,
Yoga, dan Samadhi
1.3 Contoh Masing-masing Bagian Panca Sraddha
1.3.a. Kepercayaan terhadap adanya Sang Hyang Widhi, dapat dilakukan dengan cara:
a. Meyakini keberadaan Ida Sang Hyang Widhi Wasa,
b. Melaksanakan ajaran-Nya dan menjauhi larangan-Nya
c. Rajin memuja Tuhan
d. Meyakini semua yang ada ini adalah Ciptaan Tuhan
e. Meyakini semua yang terjadi adalah kehendak Tuhan, dll.
1.3.b Kepercayaan terhadap adanya Atma, seperti dengan cara:
a. Meyakini bahwa yang menyebabkan tubuh dapat berfungsi karena adanya Atma,
b. Meyakini bahwa Atma menjiwai semua makhluk di dunia ini,
c. Mempercayai bahwa setiap perbuatan baik dalam pikiran, perkataan dan perbuatan
diketahui oleh Sang Hyang Widhi karena percikan kecil-Nya berupa Atma berada
di dalam tubuh kita,
d. Meyakini Jiwatman dapat mengalami kelahiran kembali, dll.
1.3.c Kepercayaan terhadap adanya Karma Phala, dengan cara:
a. Meyakini bahwa setiap perbuatan pasti mendatangkan hasil,
b. Meyakini bahwa hasil perbuatan yang baik kita terima sesuai dengan apa yang kita
perbuat. Bila perbuatan kita baik ( Subha Karma) maka hasil yang diterima baik.
c. Meyakini bila perbuatan yang jelek/jahat (Asubha Karma) hasil yang akan kita
terima juga jelek,
d. Meyakini bahwa suka duka yang kita alami dalam kelahiran ini adalah sebagai
akibat dari perbuatan kita yang terdahulu, dll.
Kita mengalami kelahiran dalam hidup yang mendahului hidup ini ditandai dengan
adanya;
a.
Rasa takut manusia menghadapi kematian, ini suatu pertanda bahwa sudah banyak
penderitaan yang dialami pada saat-saat matinya dalam kehidupannya yang sudahsudah.
b.
Si bayi yang baru lahir menetek susu pada ibunya menandakan suatu pengalaman
pernah dialami pada kehidupan sebelumnya
c.
Lahirnya manusia dengan berbagai kegemaran dan tidak dapay diteliti sebab-sebab
dari kegemaran dalam kelahiran sekarang menunjukkan adanya pengalamanpengalaman dalam kehidupan sebelumnya yang tidak dapat diingatnya lagi.
1.3.d Kepercayaan terhadap adanya Punarbhawa atau Samsara, dapat dilakukan dengan
cara:
a. Meyakini bahwa Jiwatman dapat mengalami kelahiran berulang-ulang,
b. Meyakini bahwa kelahiran di dunia ini adalah karena Jiwatman terikat kepada
keduniawian,
c. Meyakini adanya penitisan kembali,
d. Meyakini bahwa ada kehidupan di alam sana setelah kematian, dll.
1.3.e Kepercayaan terhadap adanya Moksa, dapat dilakukan dengan cara:
a. Meyakini bahwa kesejahteraan hidup di dunia ini adalah tujuan dari hidup kita,
b. Meyakini bahwa ikatan keduniawian akan menjauhkan Jiwatma untuk mencapai
Moksa,
c. Meyakini bahwa Moksa dapat dicapai oleh orang yang mampu melepaskan diri
dari ikatan keduniawian, dll.
LATIHAN-LATIHAN PELAJARAN SATU
I. Isilah dengan jawaban yang tepat !
1.
Tiga kerangka dasar Agama Hindu meliputi Tatwa, Susila dan ….
2.
Panca Sradha dalam kerangka agama Hindu termasuk dalam ….
3.
Panca artinya….
4.
Sradha artinya ……
5.
Panca Sradha artinya ……….
Kunci Jawaban
1.
Upacara /Retual
2.
Tattwa
3.
Lima
4.
Keyakinan/ kepercayaan
5.
Lima dasar keyakinan/kepercayaan umat Hindu
II. Isilah dengan jawaban yang tepat !
1.
Percaya dengan adanya Karma Phala adalah Sradha ke….
2.
Kelahiran yang berulang-ulang adalah arti dari ….
3.
Sradha yang ke-4 adalah percaya dengan adanya….
4
Hasil dari suatu perbuatan disebut dengan….
5.
Bersatunya Atma dengan Paramatma (Brahman) disebut ….
Kunci jawaban
1.
3 (tiga)
2.
Samsara/ Punarbhawa
3.
Punarbhawa
4.
Karmaphala
5.
Moksa
III. Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan jawaban yang tepat !
1.
Salah satu sifat Sang Hyang Widhi adalah Nitya yang artinya ….
2. Sang Hyang widhi adalah maha gaib, karena kemahagaiban-Nya sering disebut....
3.
Eko Narayano na dwityo asti kascit artinya ….
4.
Ekam eva adwityam Brahman artinya ….
5.
“Bhineka tunggal ika tan hana dharma mangrwa” terdapat dalam….
Kunci jawaban
1.
Kekal abadi
2.
Hana Tan hana
3.
Hanya satu Tuhan yang disebut Narayana sama sekali tidak ada duanya
4.
Hanya satu, tidak ada duanya Hyang Widhi
5.
Kitab Sotasoma
IV. Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan jawaban yang tepat !
1.
Dari manakah sumber Atma itu ?
2.
Apakah fungsi atma dalam tubuh kita ?
3.
Apakah arti dari Brahman Atman Aikyam”?
4.
Apakah arti dari Awidya?
5.
Apakah arti dari Achodya?
Kunci jawaban
1.
Dari Sang Hyang Widhi
2.
Memberi hidup dan menjadi saksi atas segala perbuatan kita
3.
Brahman dan Atman itu tunggal
4.
Kegelapan
5.
Tidak terlukai oleh senjata
V. Pilih salah satu jawaban yang paling benar !
1. Kata karma dalam karma phala berarti....
a. hasil
b. perbuatan
c. hukum
d. baik
2. Contoh karma baik atau Subha Karma adalah...
a. suka menolong
c. suka mencuri
b. suka berbohong
d. suka berjudi
3. Asubha karma artinya....
a. perbuatan mulia
b. perbuatan buruk
c. perbuatan baik
d. perbuatan luhur
4. Subha karma artinya...
a. perbuatan manusia
b. perbuatan baik
c. perbuatan luhur
d. perbuatan leluhur
5. Yang termasuk jenis karma phala kecuali....
a. karma wasana
c. sancita karma phala
b. prarabda karmaphala
d. kriamana karma phala.
Kunci Jawaban :
1. B
2. A
3. B
4. B
5. A
VI. Jawablah soal di bawah ini dengan singkat dan jelas !
1. Apakah arti dari Punarbhawa ?
2. Apakah pengertian sorga syuta dan neraka syuta ?
3. Mengapa orang lahir berulang-ulang?
4. Bagaimana cara meningkatkan diri dalam kehidupan untuk menghindari
punarbhawa ?
5. Sebutkan tiga ciri kehidupan manusia dari sorga syuta!
Kunci Jawaban
1) Penjelmaan kembali atau lahir berulang-ulang
2) Sorga cyuta artinya kehidupan yang penuh kebahagiaan dan neraka cyuta adalah
kehidupan yang menderita dan kemiskinan.
3) Orang lahir berulang-ulang karena jiwa manusia masih diliputi oleh keinginan yang
berhubungan keduniawian.
4) Untuk menghindari punarbawa adalah dengan selalu berbuat baik dan menjauhi
perbuatan yang menyimpang dari ajaran dharma.
5) Tiga ciri kehidupan dari sorga syuta yaitu hidupnya bahagia, pandai, berkecukupan,
dan terhormat.
VII. Jawablah soal-soal di bawah ini !
1. Jelaskanlah pengertian Moksa !
2. Sebutkanlah jenis-jenis Moksa !
3. Sebutkanlah cara-cara mencapai Moksa !
Kunci jawaban :
1. Moksa berarti bebasnya atma dari ikatan duniawi dan mencapai
kebahagian yang sempurna
2. Jenis-jenis Moksa adalah :
a. Moksa
b. Adi Moksa
c. Parama Moksa
3. Cara-cara mencapai Moksa adalah dengan cara Catur Marga yaitu :
a.Karma Marga,
b.Bakti Marga, c. Jnana Marga, d. Raja Marga
PEMETAAN SK, KD, DAN INDIKATOR PELAJARAN DUA
Standar Kompetensi : 2.Mengenal Bhuwana Agung dan Bhuwana Alit
Kompetensi Dasar
:
2.1 Menguraikan arti Bhuwana Agung dan Bhuwana Alit
2.2 Menunjukkan contoh-contoh Bhuwana Agung dan Bhuwana Alit
Indikator
:
2.1.1 Menyebutkan istilah Bhuwana Agung dan Bhuwana Alit
2.1.2 Menyebutkan arti Bhuwana Agung
2.1.3 Menyebutkan arti Bhuwana Alit
2.2.1 Menyebutkan contoh-contoh benda yang ada di Bhuwana Agung
2.2.2 Menyebutkan contoh-contoh anggota tubuh yang ada di Bhuwana Alit
2.2.3 Menunjukkan bagian-bagian anggota tubuh
TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari pelajaran ini diharapkan siswa dapat:
a.
Mengetahui arti Bhuwana Agung dan Bhuwana Alit
b.
Mengetahui contoh-contoh Bhuwana Agung dan Bhuwana Alit
PETA KONSEP
Bhuwana Agung
Arti Bhuwana Agung
Contoh-contoh
ALAM SEMESTA
Bhuwana Alit
Arti Bhuwana Alit
Contoh-contoh
PELAJARAN DUA
BHUWANA AGUNG
DAN
BHUWANA ALIT
2.1 Arti Bhuwana Agung dan Bhuwana Alit
Bhuwana Agung berasal ari dua kata yaitu kata Bhuwana yang berarti alam dan
Agung yang berarti besar. Jadi Bhuwana Agung adalah Alam besar atau disebut Makrocosmos,
Jagat Raya, Alam Semesta atau Brahmanda. Kata Brahmanda berasal dari kata Brahman dan
Anda, Brahman berarti Tuhan dan Anda berarti telur sehingga Brahmanda berarti Telurnya
Tuhan yaitu alam semesta ini.
Bhuwana Alit terdiri dari dua kata yaitu; kata Bhuwana yang berarti Alam dan Alit
berarti kecil. Sehingga Bhuwana Alit berarti Alam Kecil atau Mikrokosmos.
Pada Bhuwana Agung dibentuk oleh unsur Panca Maha Bhuta sehingga isinya lebih
besar dari Bhuwana Alit, seperti; batu, tanah, besi, logam, dll. Yang termasuk ke dalam jenis
maupun bagian Bhuwana Alit, meliputi; manusia, hewan, tumbuhan dan makhluk lainnya. Untuk
memudahkan memahami Bhuwana Agung dan Bhuwana Alit, berikut ini disajikan Pupuh
Kumambang, sebagai berikut:
1. Bhwana Agung jagat agénge puniki,
Makrokosmos kocap,
Surya Bulan Bintang Gumi,
Brahmandan Hyang Widhi Wasa
2. Mikrokosmos punika Bhuwana Alit,
Sékadi Manusa,
Buron kayune mahurip,
Iriki ring madyapada.
3. Ne ngéwangun Bwana Agung Bwana Alit,
Panca Maha Bhuta,
Panca Tan Matra ngawitin,
Mawanan patéh kaucap.
(Sumber; Gending-gending Pelajaran Agama Hindu Sd (KTSP, oleh I Wayan
Dresta, 2009:29)
Pada hakekatnya Bhuana agung maupun Bhuwana Alit atau alam semesta dan badan
manusia diciptakan oleh Tuhan. Bhuwana Alit berada di dalam bhuwana agung dibentuk dari
unsur Panca Tan Matra. Panca Tan Matra adalah lima unsur bernih zat alam yang halus, yaitu;
a. Sabda Tan Matra ialah benih suara
b. Sparsa Tan Matra ialah benih rasa sentuhan
c. Rupa Tan Matra adalah benih penglihatan
d. Rasa tan Matra adalah ialah benih rasa, dan
e. Gandha Tan Matra ialah benih penciuman.
Dari benih-benih Panca Tan Matra terjadilah unsur benda-benda materi yang nyata yang
disebut Panca Maha Bhuta. Panca Maha Bhuta ialah lima unsur yang lebih kasar, yaitu;
a. Akasa (ether), lahir dari Sabda Tan Matra
b. Wayu (bayu), adalah anginlahir atau terbentuk dari Sparsa Tan Matra
c. Teja (sinar), yaitu api yang lahir dari Rupa Tan Matra
d. Apah ( zat cair) adalah air yang terbentuk dari Rasa Tan Matra, dan
e. Pertiwi ( zat padat) yakni tanah yang terbentuk dari unsur Ganda Tan Matra.
Persamaan dan perbedaan Bhuwana Agung dan Bhuwana Alit
No
Persamaan
1
Sama-sama ciptaan Tuhan
2
Sama-sama
diciptakan
No
1
dari
Bhuwana Agung artinya alam
raya/alam semesta. Bhuwana
unsur Panca Tan Matra dan
Panca Maha Bhuta
Perbedaan
Alit artinya badan manusia.
2
Bhuwana Agung melingkupi
3
Sama-sama tidak sempurna
Bhuwana Alit, Bhuwana Alit
4
Sama-sama diatur dan tunduk
berada
pada hukum Tuhan
Agung
3
di
Bhuwana
dalam
Bhuwana
Agung diciptakan
lebih dahulu dari Bhuwana Alit
4
Bhuwana Agung dijiwai oleh
Tuhan. Bhuwana Alit dijiwai
oleh
Atma
yaitu
terkecil dari Tuhan.
2.2 Contoh-contoh Bhuwana Agung dan Bhuwana Alit
percikan
Untuk lebih mengenal dan memahami contoh-contoh Bhuwana Agung dan Bhuwana
Alit, terlebih dahulu kita harus memahami bahwa antara Bhuwana Agung dan Bhuwana Alit
sama-sama dibentuk dari unsur Panca Maha Bhuta. Untuk itu disajikan tabel seperti di bawah
ini:
No
Unsur-unsur Panca Maha
Benda-benda alam
Bhuta
1
1
2
Pertiwi
Bagian-bagian tubuh
manusia
3
Tanah,
4
Tulang,
batu,
kuku,
logam,
gigi,
gunung,
tengkorak kepala, dll
besi,
baja,dll
2
Apah
Air hujan,
Keringat,
air laut,
air liur,
sungai,
air kencing,
danau,
enzim, dll
embun, dll
3
Teja
Sinar matahari,
Panas badan/suhu
gas alam,
tubuh, dll
panas bumi, dll
4
Bayu
Angin,
Nafas,
energi
tenaga, dll
Ruang angkasa,
Rongga-rongga yang
dan planet-planetnya
ada di tubuh manusia;
rongga mulut,
5
Akasa
rongga hidung,
rongga telinga, dll
LATIHAN-LATIHAN PELAJARAN II
I. Jawablah pertanyaan berikut ini dengan jawaban secara lisan!
1. Dalam ajaran agama Hindu alam semesta disebut….
2. Bhuana alit artinya….
3. Unsur-unsur pembentukan bhuana agung dan bhuana alit adalah….
4. Bhuana agung dan bhuana alit ciptaan dari….
5. Makrokosmos adalah sebutan dari….
Kunci Jawaban
Tes lisan :
1.
Bhuana Agung
2.
Bhuana Alit
3.
Panca Maha Bhuta
4.
Ida Sang Hyang Widhi
5.
Bhuana Agung
II. Tulislah Jawaban dari pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan benar!
1. Sebutkan unsur-unsur panca maha bhuta pada bhuana agung!
2. Sebutkan unsur-unsur panca maha bhuta pada bhuana alit!
Kunci Jawaban
- Tes tulis
1) -
Pertiwi
:
tanah
-
Apah
:
air laut, air sungai, dsb
-
Teja
:
sinar matahari
-
Bayu
:
Angin
-
Akasa
:
ether/ ruangan kosong
Pertiwi
:
tulang
-
Apah
:
darah
-
Teja
:
panas badan
-
Bayu
:
tenaga
-
Akasa
:
rongga dada
2) -
III. Isilah titik-titik di bawah ini dengan jawaban yang tepat
1. Dalam ajaran agama Hindu manusia disebut….
2. Apah adalah unsur panca maha bhuta, pada bhuana agung contohnya……, sedangkan
pada bhuana alit contohnya….
Kunci Jawaban
1
Bhuana alit
2. Air laut, sungai, danau, hujan
IV
Jawablah pertanyaan berikut dengan benar!
1. Jelaskan persamaan bhuana agung dengan bhuan alit
2. Sebutkan unsur-unsur panca maha bhuta pada bhuana alit!
Kunci Jawaban
1. Persamaan terletak pada pembentukan yaitu sama-sama dibentuk oleh panca maha
bhuta.
2. Pertiwi menjadi tulang belulang
Apah menjadi darah, air kencing
Teja menjadi suhu badan
Bayu menjadi nafas
Akasa menjadi segala yang berongga, rongga hidung
PEMETAAN SK, KD, DAN INDIKATOR PELAJARAN TIGA
Standar Kompetensi
: 3. Mengenal lagu-lagu Kerohanian (yajna)
Kompetensi Dasar
:
3.1 Menyebutkan arti lagu-lagu kerohanian (yajna)
3.2 Menyebutkan jenis-jenis lagu kerohanian
3.3 Melafalkan jenis-jenis lagu kerohanian (yajna)
Indikator
:
3.1.1Menyebutkan beberapa lagu-lagu kerohanian yang dikenal
3.1.2 Menyebutkan pengertian lagu-lagu kerohanian
3.1.3 Menyebutkan jenis-jenis lagu kerohanian
3.2.1 Menyebutkan jenis-jenis kidung Dewa Yajna sesuai daerah setempat
3.2.2 Menyebutkan jenis-jenis kidung Resi Yajna sesuai daerah setempat
3.2.3 Menyebutkan jenis-jenis kidung Manusa Yajna sesuai daerah setempat
3.2.4 Menyebutkan jenis-jenis kidung Pitra Yajna sesuai daerah setempat
3.2.5 Menyebutkan jenis-jenis kidung Bhuta Yajna sesuai daerah setempat
3.3.1 Melakukan kidung Dewa Yajna sesuai daerah setempat
3.3.2 Melakukan kidung Resi Yajna sesuai daerah setempat
3.3.3 Melakukan kidung Pitra Yajna sesuai daerah setempat
3.3.4 Melakukan kidung Manusa Yajna sesuai daerah setempat
3.3.5 Melakukan kidung Bhuta Yajna sesuai daerah setempat
TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah selesai pembelajaran ini siswa mampu:
a. Menyebutkan arti Dharmagita
b. Menyebutkan beberapa jenis Dharmagita
c. Melafalkan Dharmagita
PETA KONSEP
Lagu Kerohania/Dharmagita
Arti Dharmagita
Jenis-jenis Dharmagita
PELAJARAN TIGA
LAGU-LAGU KEROHANIAN
(DHARMAGITA)
3.1 Arti Lagu Kerohanian
Lagu kerohanian adalah lagu suci yang dinyanyikan untuk mengiringi upacara
keagamaan. Nyanyian itu dinyanyikan dengan hidmat yang berpengaruh kepada kesucian
pikiran, kekusukan dari sebuah yajna yang dilaksanakan. Syair-syair lagu kerohanian penuh
dengan makna dan mengandung kata-kata pujaan kepada Sang Hyang Widhi. Lagu-lagu
kerohanian disebut pula dengan istilah Dharmagita. Dharmagita berasal dari kata Bahasa
Sanskerta yaitu dari kata Dharma dan Gita. Tulisan yang benar sesuai ejaan Kawi Latin atau
Sanskerta Latin ialah huruf i pada kata Gita menggunakan i panjang atau dirgha segingga
tulisannya menjadi Dharmagîta Kata Dharma adalah kata benda masculinum yang berarti
lembaga, adat kebiasaan, aturan kewajiban, moral yang baik, pekerjaan yang baik, kebenaran,
hukum, keadilan. Gita adalah kata bahasa Sanskerta Indonesia dalam bentuk perfect passive
participle, neutrum yang berarti nyanyian atau lagu. Sehingga Dharmagita berarti nyanyiannyanyian kebenaran atau nyanyian keadilan atau suatu lagu atau nyanyian yang dipergunakan
dalam pelaksanaan Upacara Agama Hindu. (Warjana, 1993:2)
3.2 Jenis-jenis lagu Kerohanian
A. Lagu kerohanian untuk Upacara Dewa Yajna dari isi lagunya lebih banyak tentang
pijian dan pemujaan kepada Ida Sang Hyang Widhi dan Manifestasinya. Jenis-jenis lagu
kerohanian untuk Dewa Yajna, seperti: tembang Bramara Angisep Sari, Kawitan Wargasari, dan
Kidung Wargasari ( meliputi; kidung wargasari untuk Ngredana atau ngarcana pada Dewa,
Kidung Wargasari untuk Memendak para Dewa, Kidung Wargasari untuk Ngaturang Piodalan,
Kidung pada waktu Muspa, Kidung wargasari digunakan pada waktu Madatengan, Kidung
wargasari untuk Mawayang-wayang atau Kincang-kincung, Kidung Wargasari pada waktu
Nunas Tirtha dan Kidung wargasari digunakan pada waktu Nyineb Ida Bhetara)
B. Lagu Kerohanian untuk Upacara Resi Yajna, syairnya menyatakan tentang phala
sesorang yang menjadi wiku serta kewajiban-kewajibannya yang harus dijalaninya, seperti;
Pupuh Wasi pada Upacara Madiksa, Tembang Wilet Mayura Panjang, Tembang Bramara
Sangupati dan Tembang Palu Gangsa untuk Upacara Resi Bhojana.
C. Lagu Kerohanian untuk Upacara Manusa Yajna, syairnya menyatakan tentang
seseorang yang melaksanakan upacara penuh dengan kemeriahan, dihormati dan dikagumi oleh
masyarakat, seperti; Pupuh Demung Sawit untuk upacara Raja Sewala, Pupuh Kawitan Tantri,
Pupuh Demung Sawit, Pupuh Demung Gulaganti, Pupuh Demung Agor dan Malat Rasmi untuk
Upacara Mapandes dan Mapetik, Pupuh Demung Tunjung Biru untuk Upacara Pawiwahan.
D. Lagu Kerohanian untuk Upacara Pitra Yajna, syairnya lebih banyak menyatakan
perjalanan roh menuju alam baka diantarkan oleh doa sanak saudaranya, seperti: Wirama
Sewana Girisa digunakan pada waktu Nedunang Layon yang akan dimandikan dan memandikan
jenasah, Wirama Indrawangsa digunakan pada waktu mengantar jenasah ke kuburan, Pupuh
Adri digunakan pada waktu mengubur jenasah, Wirama Praharsini digunakan pada waktu
membakar jenasah, Pupuh Aji Kembang digunakan pada waktu Ngreka akan Nganyut, Wirama
Cikarini digunakan pada waktu Nganyut.
E. Lagu Kerohanian untuk Upacara Bhuta Yajna, syair-syairnya lebih banyak
menyatakan tentang upacara persembahan kepada Bhuta Kala yang berada di setiap penjuru alam
dengan tujuan agar kekuatan-kekuatan jahat dari Bhuta Kala tidak mengganggu kehidupan
manusia, seperti: Pupuh Jerum digunakan pada waktu Mecaru, Pupuh Panji Marga digunakan
pada waktu Ngelebar Caru, Pupuh Alis-alis Ijo digunakan pada waktu Mecaru di tempat yang
Keramat/angker, Pupuh Swaran Kumbang digunakan pada waktu Tawur Kesanga, Pupuh Girisa
digunakan pada waktu Upacara Caru Panca Sata dan Caru lainnya.
3.3 Melafalkan Jenis-jenis Lagu Kerohanian
A. Lagu Kerohanian untuk Upacara Dewa Yajna
Tembang Bramara Angisep Sari
Mo
gi
tan
Ti
tyang
Nis
ta
ka
i
ka
ca
ka
kra
tu
nan
ma
Wi
mi
Hyang
Sang
sma
ma
ha
a
ba
na
nah
lan
la
Nir
mi
wak
ngu
Si
wa
ka
wa
sa
ya
Lang geng
suk
ba
dhi
cin
tya
seng
guh
Si
ngi
dan
ring
tam
pak
ak
si.
(Sumber: Materi Pokok Dharmagita oleh I Nyoman Warjana, 2009: 213)
Kidung Kawitan Wargasari
Pur
wa ka ning
Ning
Ka
la
ti
Pa
nga
Ang
ta
rum
buh
ka
ne de nging
A
rip
wa na wu kir
ha dang
Kar
ang
yon
ring
tang
ring
sa
gu
ri
li
ke
tur
Jang
ga
mu
re.//
2. Sukania aja winangun
Winarna sari
Rumrumning puspa
Priaka
Ingoling tangi
Sampuning riiris sumahura
Umungguh ring srengganing rejeng.
(Sumber: Materi Pokok Dharmagita oleh I Nyoman Warjana, 2009:214)
Kidung Wargasari Paca Paliring
I
da ra tu sa king
Ka
Mang
u
la nu
da
nas
sam
yap
lu
pun
Ma
nga
Ti
tyang nga tu
Ca
nang
su
lu
Bhe
hur
gra ne
ti
ta
tyang tan
ra mang
rang
ci lan
dak
pe ja
si
na
druh
kin
ti
Sar
wa sam
pun
pu put
Pra ting ka hing sa
ji//
(Sumber: Materi Pokok Dharmagita oleh I Nyoman Warjana, 2009: 215)
B. Lagu Kerohanian untuk Upacara Resi Yajna
Dwa
Ka
ning sa sam
praj
nya
nan /
Te
las
ka
Gu
na
sa twa ne
Sa twa ja
le
ti
pun
ke
ta
ma ma
ma ha
tan
i
da /
ka pu
pu /
ka wor
an /
bu
ngun /
dhi /
An
tuk
Sa
twa
Jna na
ra
jah
ta
mah
sa tah bha wah
u
ta
ma su
ja
ma
lih /
i
ku /
ti //
Pupuh Rara Wangi
Nihan palaning sang Wiku
Jatas nawang Bumi,
Langit dija ento warangane,
Punika tegakan wiku wulan surya,
Lawan winbang sampun kawasne ring langit,
Ndi pamatinipun mwang sumping banyu asli.
C. Lagu Kerohanian untuk Upacara Manusa Yajna
Kawitan Tantri
Wu
wu
san Sri
Bhu
pa ti /
Ring pa ta li
Su
bha
Ka
jri
ga
wir
hin
Sal
wa
Pra
sa ma
Kem
na gan
bang
ya
si ni wi /
sang pa ra
ning
jam
tun /
bu
ra
war
ra
tu /
sa
di /
tur
ta
hon //(Sumber: Materi Pokok Dharmagita, 1993:172)
D. Lagu Kerohanian untuk Upacara Pitra Yajna
Wirama Sewana Girisa
Wirama Girisa
Wirama Indrawangsa
Pupuh Adri
Wirama Praharsini
Pupuh Aji Kembang
Wirama Sikarini
E. Lagu Kerohanian untuk Upacara Bhuta Yajna
Pupuh Jerum
Pupuh Swaran Kumbang
Pupuh Alis-alis Ijo
Pupuh Panji Marga
Pupuh Girisa
LATIHAN-LATIHAN PELAJARAN III
I. Jawablah pertanyan-pertanyaan di bawah ini dengan jawaban lisan!
1. Ida Ratu Saking Luhur adalah salah satu contoh kidung……
2. Kawitan Wargasari termasuk kidung………………………..
3. Kidung Wilet Mayura untuk mengiringi upacara…………….
4. Pada Saat mecaru diiringi dengan pupuh…………………….
5. Kidung tantri termasuk kelompok kidung……………………
Kunci Jawaban
1. Dewa yadnya
2. Dewa yadnya
3. Rsi yadnya
4. Jerum
5. Manusa Yadnya
II. Tulislah dengan singkat atas pertanyaan berikut ini!
1. Apakah yang dimaksud dengan lagu kerohanian?
2. Apakah fungsi lagu kerohanian?
3. Apakah yang dimaksud dengan Dharmagita?
4. Dharmagita untuk memandikan jenazah yang paling tepat adalah...
5. Kidung Turun Tirtha dinyanyikan pada saat...!
Kunci Jawaban
1. Nyanyian-nyanyian yang isi atau syairnya mengajarkan tuntutan keagamaan.
2. Untuk menyemarakkan dan menambah hikmatnya pelaksanaan upacara yadnya.
3. Lagu-lagu kerohanian agama Hindu.
4. Sewana Girisa.
5. Jero mangku mulai nurunang tirtha dan menyipratkan kepada para pemedek/Umat.
Soal Praktek
Nyanyikanlah satu bait lagu-lagu kerohanian Ida Ratu Saking Luhur!
PEMETAAN SK, KD, DAN INDIKATOR PELAJARAN EMPAT
Standar Kompetensi
: 4. Mengenal Dasar-dasar Hari Suci ( Wariga)
Kompetensi Dasar
:
4.1 Menyebutkan arti Hari Suci (wariga)
4.2 Mengenal hari-hari dan Bulan Baik
4.3 Mengenal hari Raya suci keagamaan berdasarkan perhitungan hari-hari dan bulan
baik
Indikator:
4.1.1 menyebutkan hari-harinsuci yang dikenal
4.1.2 Menjelaskan pengertian hari suci
4.1.3 Menjelaskan pengertian Wariga
4.2.1 Menyebutkan nama-nama Wewaran
4.2.1 Menyebutkan nama-nama Wuku
4.2 3 Menyebutkan nama-nama Sasih
4.3.1 Menyebutkan hari suci yang berdasarkan Pawukon dan Sasih
4.3.2 menyebutkan jenis-jenis kegiatan pada hari suci keagamaan
TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mengikuti pembelajaran ini siswa diharapkan dapat;
a. Mampu menyebutkan arti hari suci
b. Mengenal baik buruknya hari dalam wariga
c. Mengenal hari suci keagamaan berdasarkan perhitungan sasih dan pawukon
PETA KONSEP
HARI RAYA
WEWARAN
PAWUKON
SASIH
KAJENG KLIWON
PAGERWESI
NYEPI
ANGGARA KASIH
GALUNGAN
SIWARATRI
BUDA KLIWON,DLL
KUNGINGAN,DLL
SARASWATI,DLL
PELAKSANAAN HARI RAYA SESUAI BUDAYA SETEMPAT
PELAJARAN EMPAT
HARI SUCI
4.1 Arti Hari Suci
Hari Suci artinya hari-hari yang disucikan oleh Umat Hindu. Hari suci sering juga disebut
Rerahinan atau Hari Raya Agama. Pada hari suci umat Hindu melakukan persembahyangan
dan menghaturkan persembahan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi.
Yang termasuk hari suci, seperti; Purnama, Tilem, Kajeng Kliwon, Saraswati, Pagerwesi,
Siwaratri, Nyepi, dll.
4.2 Hari-hari dan Bulan Baik
Hari-hari dan bulan baik dalam ajaran Agama Hindu ditentukan berdasarkan perhitungan
wariga. Wariga adalah perhitungan hari-hari dan bulan baik dalam agama Hindu.
Pewarigaan berdasarkan atas; wewaran, wuku, dan sasih yang dipakai dasar untuk
memperingati hari-hari suci.
Wewaran adalah hari-hari sebagai dasar untuk menentukan hari baik melakukan suatu
kegiatan. Nama-nama Wewaran dan bagian-bagiannya:
Nama wewaran
1
Eka Wara
Dwi Wara
Tri Wara
Catur Wara
Panca Wara
Sad Wara
Sapta Wara
Bagian-bagiannya
2
1. Luang
1. Menga, 2. Pepet
1. Pasah/Dora, 2. Beteng/Wahya, 3. Kajeng/Byantara
1. Sri, 2. Laba, 3. Jaya, 4. Manala
1. Umanis, 2. Paing, 3. Pon, 4. Wage, 5. Kliwon
1. Tungleh, 2. Ariang, 3. Urukung, 4. Paniron, 5. Was,
6. Maulu
1. Redite, 2. Soma, 3. Anggara, 4. Budha, 5. Wrehaspati, 6.
Sukra, 7. Saniscara
Asta Wara
Sanga Wara
Dasa wara
1. Sri, 2. Indra, 3. Guru, 4. Yama, 5. Ludra, 6. Brahma, 7.
Kala, 8. Uma
1.Dangu, 2. Jangur, 3. Gigis, 4. Nohan, 5. Ogan,
6. Erangan, 7. Urungan, 8. Tulus, 9.Dadi
1. Pandita, 2. Pati, 3. Suka, 4. Duka, 5. Sri, 6. Manuh,
7. Manusa, 8. Raja, 9. Dewa, 10. Raksasa
Cara mencari Wewaran
a. Eka wara; uripnya 1. dewanya Sang Hyang Taya. Caranya mencari: Urip Sapta wara +
Urip Panca wara. Bila genap = kosong, bila ganjil = Luang
b. Dwi wara; Menga urip 5, dewanya Sang Hyang Kalima, Pepet urip 4, Dewanya Sang
Hyang Timira. Caranya mencari: Urip Sapta wara + Urip Panca wara + urip Eka wara,
bila genap = Pepet, bila Ganjil= Menga.
c. Tri Wara; Pasah urip 9, Dewanya Sang Hyang Cika, Beteng urip 4, dewanya Sang
Hyang Wacika, Kajeng urip 7, Dewanya Sang Hyang Manacika. Caranya mencari:
Wilangan Wuku X 7 + wilangan Saptawara yang akan dicari kemudian dibagi 3. Bila sisa
1 = Pasah, sisa 2 = Beteng, sisa 3 = Kajeng.
d. Catur wara; Sri urip 4, dewanya Bhagawan Bregu, Laba urip 3, dewanya Bhagawan
Kanwa, Jaya urip 1, dewanya Bhagawan Janaka, dan Manala urip 8 dewanya Bhagawan
Narada. Cara mencarinya: Wilangan Wuku X 7 + wilangan Sapta wara yang akan dicari
lalu dibagi 4. Bila sisa 1 = Shri, sisa 2 = Laba, sisa 3 = Jaya, dan bila sisa 4 = Manala
e. Panca wara; Umanis urip 5, Resi Kursika, Dewa Iswara, Bhagawan Tatulah, Paing urip
9 Resi Gargha, Dewanya Brahma, Bhagawan Mercukunda, Pon urip 7, Resi Maitrya,
Dewanya Mahadewa, Bhagawan Wrehaspati, Wage urip 4, Dewanya Wisnu dan Kliwon
urip 8 dewanya Siwa. Caranya mencari: Wilangan Wuku X 7 + wilangan Sapta wara
yang ingin dicari lalu dibagi 5. Bila sisa 1 = Umanis, sisa 2 = Paing, sisa 3 = Pon, sisa 4 =
Wage, sisa 5 = Kliwon.
f. Sad wara; Tungleh urip 7 dewanya Sang Hyang Indra, Aryang urip 6 dewanya Sang
Hyang Baruna, Urukung urip 5 dewanya Sang Hyang Kwera, Paniron urip 8 dewanya
Sang Hyang Bayu, Was urip 9 dewanya Sang Hyang Bajra dan Maulu urip 3 dewanya
Sang Hyang Erawan. Cara mencarinya: Wilangan Wuku X 7 + Wilangan Sapta wara
yang akan dicari lalu dibagi 6, bila sisa 1= Tungleh, sisa 2 Aryang, sisa 3 Urukung, sisa 4
Paniron, sisa 5 Was dan sisa 6 Maulu.
g. Sapta wara; Redite urip 5 dewanya Sang Hyang Baskara, Soma urip 4 dewanya Sang
Hyang Candra, Anggara urip 3 dewanya Sang Hyang Anggara, Buda urip 7 dewanya
Sang Hyang Udaka, Wrehaspati urip 8 dewanya Sang Hyang Sukra Guru, Sukra urip 6
dewanya Sang Hyang Bregu, Saniscara urip 9 dewanya Sang Hyang Waru. Cara
mencarinya: Wilangan wuku X 7 + wilangan Sapta wara yang ingin dicari lalu dibagi 7,
bila sisa 0 Redite, sisa 1 Soma, sisa 2 Anggara, sisa 3 Buda, sisa 4 Wrehaspati, sisa 5
Sukra dan sisa 6 Saniscara.
h. Asta wara; Sri urip 6, Indra urip 5, Guru urip 8, Yama urip 9, Rudra urip 3, Brahma urip
7, Kala urip 1, Uma urip 4. Cara mencarinya: Wilangan Wuku X 7 + wilangan Sapta
wara yang akan dicari + 2 lalu dibagi 8, bila sisa 1 Sri, sisa 2 Indra, sisa 3 Guru, sisa 4
Yama, sisa 5 Rudra, sisa 6 Brahma, sisa 7 Kala, sisa 8 Uma.
i. Sanga wara; Dangu urip 5, Jangur urip 8, Gigis urip 9, Nohan urip 3, Ogan urip 7,
Erangan urip 1, Urungan urip 4, Tulus urip 6 dan Dadi urip 8. Cara mencarinya:
Wilangan Wuku X 7 + Wilangan Sapta wara yang akan dicari lalu dibagi 9, bila sisa 1
Dangu, sisa 2 Jangur, sisa 3 Gigis, sisa 4 Nohan, sisa 5 Ogan, sisa 6 Erangan, sisa 7
Urungan, sisa 8 Tulus dan sisa 9 Dadi.
j. Dasa Wara; Pandita urip 5, Pati urip 7, Suka urip 10, Duka urip 4, Shri urip 6, Manuh
urip 2, Manusa urip 3, Raja urip 8, Dewa urip 9, Raksasa urip 7. Cara mencarinya: Urip
Sapta wara + urip Panca Wara + Urip Eka wara dibagi 10, bila sisa 1 = Pandita, 2 = Pati,
3 = Suka, 4 = Duka, 5 = Shri, 6 = Manuh, 7= Manusa, 8 = Raja 9 = Dewa, 10 =
Raksasa.
Wuku jumlahnya ada 30 dan berganti setiap tujuh hari yakni pada hari minggu.
Perhitungan wuku dimulai dari Minggu atau Redite sampai Sabtu atau Saniscara.
Adapun ketigapuluh Wuku itu, adalah:
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Sinta
16 Paang
Landep
17 Krulut
Ukir
18 Merakih
Kulantir
19 Tambir
Tolu
20 Medangkungan
Gumbreg
21 Matal
Wariga
22 Uye
Warigadean
23 Menail
Julungwangi
24 Prangbakat
Sungsang
25 Bala
Dunggulan
26 Ugu
Kuningan
27 Wayang
Langkir
28 Kelau
Medangsia
29 Dukut
Pujut
30 Watugunung
Berdasarkan atas Wuku maka dapat dirinci hari raya Hindu yang berdasarkan
Pawukon, yakni:
No
1
Nama
Hari
Wuku
Lengkapnya
2
3
Nama Hari Raya
4
Yang dipuja
1
Sinta
Redite Paing
Banyu Pinaruh
Soma Pon
Soma Ribek
Sang hyang Tri
Murti Mertha
Anggara Wage
Sabuh Mas
Hyang
Mahadewa
sebagai
raja
Brana
Buda Kliwon
Pagerwesi
Bhatara
Paramesti Guru
2
3
Landep
Ukir
Sanicara
Tumpek Landep
Sang
Hyang
Kliwon
Pasupati
Redite Umanis
Memuja Bhatara
Hyang Guru
Buda Cemeng
Buda Wage
Sukra Umanis
Hari Bhatari Sri
Memuja Bhatari
Sri
4
5
Kulantir
Tolu
Anggara
Anggara
Kliwon
Kulantir
Kasih
Soma Umanis
Memuja
Bhatara/
Bhatari
di
Merajan
6
Gumbreg Buda kliwon
Buda
Kliwon
Gumbreg
7
Wariga
Saniscara
Tumpek
Sang
Kliwon
Wariga/Tumpek
Sangkara (Dewa
Uduh/Tumpek
Siwa)
Pengatag/Tumpek
Pengarah
Hyang
8
Wariga
Buda Kliwon
Buda
Cemeng
Waregadean
dean
Sukra Umanis
Hari Bhatari Sri
Memuja Bhatari
Sri
9
10
Julung
Anggara
Anggra
wangi
Kliwon
Julungwangi
Sung
Wrehaspati
Sugian Jawa
sang
Wage
Sukra Kliwon
Kasih
Para Dewa dan
Pitara
Sugian Bali
Untuk
penyucian
Bhuwana Alit
Soma Pon
Penyajaan
Galungan
Anggara Wage
Penampahan
Galungan
Buda Kliwon
Galungan
Ida
Bhatara-
Bhatari dan para
Leluhur
Wrehaspati
Umanis Galungan
Umanis
12
Saniscara Pon
Pemaridan Guru
Kuni
Redite Wage
Ulihan
ngan
Soma Kliwon
Pamacekan Agung
Sukra Wage
Penampahan
Kuningan
13
Langkir
Saniscara
Kuningan/Tumpek
Kliwon
Kuningan
Buda Kliwon
Buda
Cemeng
Langkir
Sukra Umanis
Hari Bhatari Sri
14
Medang
Anggara
Anggara
Kasih
sia
Kliwon
Medangsia
15
Pujut
-
-
16
Paang
Buda Kliwon
Buda kliwon Paang
17
Krulut
Saniscara
Tumpek Krulut
-
Kliwon
18
Mera
Buda Wage
Buda
Cemeng
Merakih
kih
Sukra Umanis
Hari Bhatari Sri
Memuja Bhatari
Sri
19
20
Tambir
Medang
Anggara
Anggara
Kliwon
Tambir
Anggara Paing
Anggara
Kasih
Paing Memuja Hyang
Medangkungan
kungan
Widhi/
Bhatara Brahma
di
Kawitan
21
Matal
Buda Kliwon
Buda
Kliwon
Matal
22
Uye
Saniscara
Tumpek Kandang
Kliwon
23
Menail
Buda Wage
Buda
Cemeng
Menail
Sukra Umanis
Hari Bhatari Sri
Prang
Anggara
Anggara
bakat
Kliwon
Prangbakat
25
Bala
-
-
26
Ugu
Buda Kliwon
Buda Kliwon Ugu
27
Wa
Saniscara
Tumpek Wayang
yang
Kliwon
24
Kasih
-
Mrajan
28
Klau
Buda Wage
Buda Cemeng Klau Memuja Bhetara
Sri Sedana
Sukra Umanis
Hari Bhatari Sri
Memuja Bhatari
Sri
29
30
Dukut
Watu
Anggara
Anggara
Kliwon
Dukut
Redite Kliwon
Kajeng
Kasih
Kliwon
Pamelastali/Watug
gunung
unung runtuh
Anggara Paing
Paid-paidan
Buda Pon
Hari
Urip
Watugunung
Wrehaspati
Hari Patetegan
Wage
Sukra Kliwon
Hari Pangeredanan
Saniscara
Saraswati
Dewi Sraswati
Umanis
Hari suci berdasarkan Wuku dikelompokkan menjadi lima kelompok, yaitu:
a.
Hari suci Buda Kliwon; Buda Kliwon Sinta (Pagerwesi), Buda Kliwon Gumbreg,
Buda Kliwon Dunggulan (Galungan) Galungan menurut jenisnya ada tiga yakni;
Galungan Biasa, Galungan Nadi dan Galungan Naramangsa. Galungan Biasa
adalah Hari raya Galungan yang tidak bertepatan dengan Tilem ataupun Purnama.
Galungan nadi adalah Galungan yang bertepatan dengan Purnama. Sedangkan
Galungan Naramangsa adalah Galungan yang bertepatan dengan Hari Tilem.
Buda Kliwon Paang (Pegat Uwakan), Buda Kliwon Matal dan Buda Kliwon Ugu.
b.
Tumpek juga ada enam, meliputi: Tumpek Landep, Tumpek Wariga, Tumpek
Kuningan, Tumpek Krulut, Tumpek Uye, dan Tumpek Wayang.
c.
Buda Wage juga ada enam, meliputi; Buda Wage Ukir, Buda Wage Warigadean,
Buda Wage Langkir, Buda Wage Merakih, Buda Wage Menail dan Buda Wage
Kelau.
d.
Anggara Kasih juga ada enam, meliputi; Anggara Kasih Kulantir, Anggara Kasih
Julungwangi, Anggara Kasih Medangsia, Anggara Kasih Tambir, Anggara Kasih
Prangbakat dan Anggara Kasih Dukut
e.
Sugian ada dua, yaitu; Sugian Jawa dan Sugian Bali.
3. Nama-nama Sasih
Sasih adalah nama-nama bulan yang terdapat pada tahun saka. Banyaknya sasih ada
dua belas dan datangnya setiap satu tahun sekali. Nama-nama sasih, meliputi;
No
1
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Nama Sasih
2
Sasih Kasa
Sasih Karo
Sasih Ketiga
Sasih Kapat
Sasih Kelima
Sasih Kenem
Sasih Kepitu
Sasih Kaulu
Sasih Kesaga
Sasih Kedasa
11
12
Sasih Jyesta
Sasih Asada
Nama Bulan Masehi
3
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
Januari
Pebruari
Maret
April
Mei
Juni
Iklim/Ciri-cirinya
4
Musim panas
Musim dingin
Musim panas
Musim semi
Memasuki musim penghujan
Musim hujan, curah hujan lebat
Musim hujan, angin ribut
Musim hujan, angin ribut
Musim hujan lebat
Alam kering memasuki musim
panas
Musim panas
Musim panas
C Hari Suci Keagamaan Berdasarkan Perhitungan Hari dan Bulan Baik
c. 1 Hari suci yang berdasarkan Perhitungan Pawukon dan Wewaran
Datangnya setiap 210 hari sekali atau 6 bulan sekali. Cara menentukannya yakni;
perhitungan umur wuku 7 hari dikalikan jumlah wuku 30. Atau 7 X 30 = 210.
Adapun Hari Raya Hindu yang berdasarkan perhitungan Pawukon dan Wewaran,
meliputi:
a.
Hari Raya Pagerwesi, yang jatuh setiap Rabu Kliwon Sinta. Yang beryoga pada
hari Pagerwesi adalah Sang Hyang Paramesti Guru.
b.
Hari Raya Galungan, yang jatuh setiap Rabu Kliwon Dunggulan sebagai
peringatan kemenangan Dharma atas Adharma.
c.
Hari Raya Kuningan, yang jatuh setiap Saniscara Kliwon Kuningan sebagai hari
persembahan kepada para leluhur dan Bhatara-bhetari
d.
Hari Raya Saraswati, yang jatuh setiap Sanicara Umanis Watugunung, sebagai
hari turunnya Ilmu Pengetahuan yang dilambangkjan dengan Dewi Saraswati, dll
c.2 Hari suci yang berdasarkan Perhitungan Bulan atau Sasih
Hari suci yang berdasarkan perhitungan bulan baik datangnya setiap satu tahun sekali.
Perhitungan yang berdasarkan bulan baik namanya berdasarkan sasih.
Hari suci berdasarkan Sasih dibedakan menjadi 2, yaitu:
a.
Hari suci berdasarkan sasih yang datangnya setiap bulan atau setiap 30 hari sekali,
meliputi: Purnama yang dipuja pada saat purnama adalah Sang Hyang Ratih,
Tilem yang dipuja pada saat Tilem adalah sang Hyang Surya.
b.
Hari Suci berdasarkan sasih yang datangnya setiap 1 tahun sekali, meliputi: Hari
Raya Siwaratri yang datangnya setiap purwanining (sehari sebelum Tilem )
Tilem Kepitu. Siwaratri adalah hari beryoganya Sang Hyang Siwa sebagai hari
peleburan Dosa sebagaimana dilaksanakan oleh Lubdaka. Dan Hari Raya Nyepi
yang jatuh setiap pinanggal ( sehari setelah Tilem) apisan sasih Kedasa sebagai
hari pergantian tahun baru Saka.
D. Kegiatan Hari Suci Keagamaan Berdasarkan Pawukon dan Sasih
Kegiatan yang dilaksanakan pada Hari Suci Keagamaan, seperti:
d.1 Pada Hari Raya Pagerwesi.
Pada Hari Pagerwesi adalah hari payogan Ida Hyang Paramesti Guru atau sebutan dari
Dewa Siwa sebagai Gurunya Alam Semesta. Pada hari ini biasanya Umat Hindu melakukan
persembahyangan dengan menghaturkan sesajen di Pura Keluarga atau Sanggah/Merajan
masing-masing.
d.2 Pada Hari Raya Galungan.
Hari Raya Galungan adalah perayaan Kemenangan Darma atas Adharma. Hal ini
didasari oleh Mitologi pertempuran para Dewa ( Dewa Indra) dengan Mayadanawa yang
dimenangkan oleh para Dewa, sehingga diperingati sebagai Hari Raya Galungan. Di India
perayaan Galungan disebut dengan Sraddha Wijaya Dasami. Kegiatan-kegiatan yang
dilaksanakan menjelang dan pada puncak Hari Raya Galungan seperti:
Pada hari Soma Pon Dunggulan para ibu biaanya membuat jajan karena pada hari ini
disebut Rahina Penyajaan yang mengandung makna bahwa saja (sungguh-sungguh) akan
melaksanakan Galungan.
Pada hari Anggara Wage Dunggulan umat Hindu dari pagi hari ditandai dengan
memotong babi atau nampah kucit yang dilakukan dengan cara patungan, setelah itu dilanjutkan
dengan nyate yaitu membuat sate untuk keperluan bebanten Galungan. Siang hari pada hari
penampahan dilanjutkan melaksanakan tradisi yaitu Ngejot Banten Kumara kepada para
kerabat yang memiliki bayi. Sedangkan di sore harinya bagi yang laki-laki biasanya membuat
dan membangun Penjor. Bagi para ibu dari siang sampai sore hari metanding banten untuk
perayaan Galungan esok harinya.
Puncak Hari Raya Galungan dari pagi sekali para ibu, bapak, dan anak mulai berkemas
untuk melakukan persiapan ngaturang banten yang dimulai dari Sanggah yang ada di rumah
masing-masing dilanjutkan dengan mengadakan persembahyangan, barulah melanjutkan
persembahyangan ke pura-pura seperti: pura Paibon, Maksan, Pura Puseh, Pura Melanting, Pura
Kahyangan Tiga, ke kebun, ke sawah, termasuk maturan ke rumah kakek/nenek.
Pada hari Kemis Umanis Dunggulan disebut Umanis Galungan, pada hari ini, di pagi
harinya dimulai dengan maturan di sanggah yang ada di rumah masing-masing dilanjutkan
dengan Dharmasanti yaitu berkunjung ke rumah kerabat untuk memohon maaf, namun yang
paling umum dilakukan oleh umat kita adalah berlibur atau melancaran ke tempat-tempat wisata,
seperti; pantai Jasi, ke taman Ujung, ke Tirtha Gangga, ke Pemukuran dan tempat-tempat lain.
d.3 Kegiatan pada hari menjelang dan Puncak Kuningan
Sehari menjelang Kuningan seperti pada penampahan Galungan, pada hari ini umat
Hindu melaksaankan Penampahan Kuningan dengan memotong babi untuk bebanten esok hari
di hari Kuningan. Pada Penampahan Kuningan tidak lagi membuat Penjor. Para ibu dari pagi
hingga siang hari sangat sibuk metanding bebanten. Banyak tambahan sesaji untuk Hari
Kuningan. Tambahannya seperti; Tamyang, Klukuh (endongan), Nasi Kuning mawadah Tebog,
eteh-eteh sanggah ,dll. Sesaji-sesaji tadi melambangkan peralatan Perang.
Pada hari Raya Kuningan, pada pagi-pagi sekali bahkan sebelum Matahari terbit para
ibu sudah sibuk maturan. Pada hari Kuningan diyakini maturan sebelum jam 12 siang.
d.4 Kegiatan pada hari suci Saraswati
Hari suci Saraswati jatuh setiap Sanicara Umanis Wuku Watugunung. Mitologi
tentang Saraswati berawal dari kisah Raja Watugunung yang beristrikan Dewi Sinta dan Dewi
landep.
Kegiatan yang dilakukan menyambut Saraswati dimulai dari hari Jumat Kliwon
Watugunung, yang mana di setiap sekolah mulai menghias Padmasana dan membuat Penjor.
Pada puncak Saraswati pada pagi harinya diawali dengan maturan ke sekolah masingmasing. Sedangkan di rumah biasanya semua buku, lontar dan berbagai jenis kepustakaan
dikumpulkan untuk diberikan sesajen (mebantenin).
Pada sore sampai malam bahkan sampai pagi dilanjutkan dengan mesambang semadi
yaitu begadang semalam suntuk membaca buku-buku suci seperti; kekawin, parwa, weda dll
sampai menjelang pagi dengan dilanjutkan dengan melaksanakan Banyu Pinaruh yaitu mandi
ke tempat-tempat mata air. Untuk wilayah Bebandem, Sibetan dan sekitarnya mandi pertama kali
diawali dari mandi di Pancuran Telaga Tista dilanjutkan ke tempat-tempat mata air lainnya.
d.5 Kegiatan pada hari Siwaratri/Siwalatri
Siwaratri/Siwalatri datangnya setiap 1 tahun sekali yakni pada purwaning Tilem Sasih
Kepitu.
Pelaksanaannya diawali pada pagi hari umat Hindu melaksanakan pembrsihan diri
secara lahiriah. Ada yang mencari carang Bila untuk kelengkapan Upakara Siwaratri. Pada sore
harinya diawali dengan bersembahyang ditempat melaksanakan Siwaratri setelah itu diisi dengan
pembacaan cerita I Lubdaka dengan menggunakan Sekar Alit ataupun Sekar Agung. Tepat
dimalam hari dilaksanakan persembahyangan dan pagi hari pada waktu matahari baru terbit juga
melaksanakan persembahyangan. Pada perayaan Siwaratri begadang dari pagi sampai sore esok
harinya. Selain begadang juga dilaksanakan Upawasa atau berpusa tidak makan dan minum serta
bagi yang mampu melaksanakan Mona Brata yaitu tidak berbicara. Tidak tidur atau begadang
dinamakan Jagra.
d. 6 Kegiatan menjelang, puncak dan setelah Nyepi
Menjelang hari raya Nyepi, yakni sehari sebelum Nyepi dilaksankan Pengrupukan
ditandai dengan dilaksanakannya Pecaruan mulai dari Tingkat Propinsi, Kabupaten Kecamatan,
Desa, Banjar sampai di Rumah masing-masing. Sore harinya dilaksanakan pawai Ogoh-ogoh
yang diiringi berbagai bunyi-bunyian. Khusus di Desa Selumbung pada Pengrupukan warga desa
di sana mulai siang hari sampai menjelang pagi menyuarakan kulkul si setiap tempat yang ada
kulkulnya.
Pada Puncak Hari raya Nyepi, umat hindu melaksanakan Catur Brata Penyepian,
yaitu:
A, Amati Karya yaitu tidak melaksankan kerja,
B. Amati Geni yaitu tidak menghidupkan api,
C. Amati Lelungan artinya tidak bepergian atau tidak keluar dari pekarangan rumah,
D. Amati Lelanguan artinya tidak menikmati kesenangan atau tidak bersenang-senang
atau berfoya-foya.
Sehari setelah Nyepi disebut Ngembak geni ditandai dengan adanya suara Kulkul
sebagai tanda bahwa Nyepi telah usai. Pada hari ini biasanya umat Hindu saling mengunjungi
kerabat untuk melaksankan Dharmasanti yaitu saling memaafkan dan mengucapkan selamat
Tahun Baru Saka.
LATIHAN-LATIHAN PELAJARAN IV
I.
Jawablah dengan singkat pertanyaan berikut ini!
1. Hari suci di Bali sering disebut….
2. Redite, soma, anggara, buda, wrespati, sukra, saniscara disebut….
3. Dungulan uku yang ke….
4. Hari raya Galungan jatuh pada hari….
5. Uku jumlahnya sebanyak….
Kunci Jawaban
1. Rahina
2. Sapta wara
3. 11
4. Rabu keliwon wuku dungulan
5. 30
II.
Jawablah dengan singkat
1. Hari raya Nyepi jatuh pada sasih….
2. Hari Raya Siwa Latri jatuh pada sasih….
3. Bulan Januari jatuh pada sasih….
4. Hari raya Galungan jatuh pada wuku….
5. Saraswati jatuh pada….
Kunci Jawaban
1. Sasih kesanga
2. Sasih kepitu
3. Kapitu
4. Dungulan
5. Watugunung
III.
Jawablah dengan singkat
1. Pada sasih apa jatuhnya hari raya nyepi?
2. Tulislah rangkaian hari raya Nyepi?
3. Sebutkanlah Catur Brata penyepian?
4. Pada setiap sasih apa datangnya hari Raya Siwalatri?
5. Cerita apa yang ada hubungannya dengan Siwalatri?
Kunci Jawaban
1. Sasih kesanga
2. Makiis, pecaruan, sipeng, ngembah api
3. Amati geni, amati karya, amati lelungaan, amati lelanguan
4. Tileming sasih kepitu
5. Ceritra Lubdaka
IV.
Jawablah dengan singkat
1. Hari raya Nyepi jatuh pada sasih….
2. Hari Raya Siwa Latri jatuh pada sasih….
3. Bulan Januari bertepatan dengan sasih….
4. Hari raya Galungan jatuh pada wuku….
5. Saraswati jatuh pada….
Kunci Jawaban
1. Sasih kedasa
2. Sasih kepitu
3. Kapitu
4. Dungulan
5. Watugunung
V.
Jawablah dengan singkat
1. Pada waktu apa jatuhnya hari raya Galungan….
2. 3 hari sebelum hari raya Galungan disebut hari raya….
3. Hari raya Galungan disebut piodalan apa….
4. Di Bali ceritra apa yang berkaitan dengan hari raya Galungan….
5. 10 hari setelah hari raya Galungan disebut hari raya….
Kunci Jawaban
1. Wuku Dungulan
2. Penapean
3. Piodalan jagat (gumi)
4. Maya danawa
5. Hari Raya Kuningan
PEMETAAN SD, KD, DAN INDIKATOR PELAJARAN LIMA
Standar Kompetensi : 5. Mengenal Panca Yama Brata dan Panca Nyama Brata
Kompetensi Dasar
:
5.1 Menguraikan arti Panca Yama Brata dan Panca Nyama Brata
5.2 Menyebutkan bagian-bagian dan contoh-contoh Panca Yama dan Panca
5.3 Menunjukkan contoh-contoh perilaku Panca Yama dan Panca Nyama Brata
5.4 Menunjukkan contoh-contoh perilaku Panca Yama dan Panca Nyama Brata
Indikator
:
5.1.1 Menyebutkan arti Panca Yama Brata
5.1.2 Menyebutkan arti Panca Nyama Brata
5.1.3 Menjelaskan Pengertian Panca Yama dan Panca Nyama Brata
5.1.4 Menerapkan ajaran Panca Yama dan Panca Nyama Brata
5.2.1 Menyebutkan bagian-bagian Panca Yama Brata dan artinya
5.2.1 Menyebutkan contoh-contoh Panca Yama Brata
5.2.3 Menyebutkan bagian-bagian Panca Nyama Brata
5.2.4 Menyebutkan contoh-contoh Panca Nyama Brata
5.3.1 Menunjukkan contoh perilaku menyayangi Makhluk
5.4.1 Menunjukkan contoh perilaku Panca Yama Brata
5.4.2 Menunjukkan contoh Perilaku Panca Nyama Brata
5.5.1 Melaksanakan ajaran Panca Yama dan Panca Nyama Brata dalam keluarga
5.5.2 Melaksanakan ajaran Panca Yama dan Panca Nyama Brata di Sekolah
5.5.3 Melaksanakan ajaran Panca Yama Brata dan Panca Nyama Brata di Masyarakat
TUJUAN PEMBELAJARAN
Melalui pembelajaran ini siswa diharapkan dapat:
a. Menyebutkan arti Panca Yama Brata dan Panca Nyama Brata
b. Menyebutkan bagian-bagian Panca Yama dan Panca Nyama Brata
c. Mengenal arti masing-masing bagian ajaran Panca Yama dan panca Nyama Brata
d. Mengenal beberapa contoh perilaku yang tergolong perilaku Panca Yama Brata dan
Panca Nyama Brata.
PETA KONSEP
SUSILA
PANCA YAMA
BRATA
PANCA NYAMA
BRATA
PELAJARAN LIMA
PANCA YAMA BRATA
DAN
PANCA NYAMA BRATA
PANCA YAMA BRATA
Sebagai bahan apersepsi untuk memudahkan anak mengenal materi Panca Yama
Brata, di bawah ini disajikan Pupuh Kumambang yang berkaitan dengan materi.
Pupuh Kumambang
1. Panca Yama Ahimsa mwang Brahmacari,
Satiya Asteya,
Awyawaharika malih,
Elingang A Bra Sa A A.
2. Yan Ahimsa solah tan mamati-mati,
Brahmacari kocap,
Malajah patut sésai,
Satya jujure satata.
3. Yan Asteya solahe tusing ngamaling,
Awyawaharika ,
Marti tusing mangulurin,
Kénéh momone ring raga.
4. Kadadosang tingkahe mamati-mati,
Anggen Dewa Puja,
Pitra Puja lan Athiti,
Talér ring Dharma Wighata.
(Sumber: Buku Gending-gending Pelajaran Agama Hindu SD (KTSP) oleh: I Wayan Dresta,
2009:11)
A.
Pengertian Panca Yama Brata
Kata Panca Yama Brata terdiri dari tiga kata yaitu;
-
Panca artinya lima,
-
Yama artinya pengendalian diri, dan
-
Brata yang berasal dari kata Wri yang artinya kemauan, keinginan atau prilaku.
Jadi Panca Yama Brata artinya lima macam cara mengendalikan keinginan agar tidak
melakukan perbuatan yang melanggar Susila. Susila artinya peraturan tentang tingkah laku yang
baik dan benar yang akan mendatangkan kebahagiaan dalam hidup di dunia.
Sumber ajaran Panca Yama Brata adalah Kitab Slokantara, sebagaimana disebutkan
pada Sloka 59 (15) sebagai berikut;
Ahimsā Brahmācārya ca śuddhirāharalāghawam,
Astainyamiti paňcaite Yama Rudrena bhāsitah.
Artinya;
Tidak menyakiti, menguasai hawa nafsu, suci, makan sederhana, tidak mencuri, lima
macam keharusan ini diajukan oleh Bhatara Rudra
(Sumber: Buku Slokantara Unataian Ajaran Etika Teks, Terjemahan dan Ulasan oleh Tjok.
Sudartha, 2004:191)
B.
Bagian-bagian Panca Yama Brata
Sebagaimana isi Sloka Slokantara di atas, maka dapat dirinci bagian Panca Yama
Brata itu, meliputi:
a. Ahimsa
b. Brahmacari,
c. Satya,
d. Awyawaharika,
e. Astenya
( Disingkat menjadi A Bra S A A)
B.1 Ahimsa
Ahimsa artinya tidak menyakiti atau tidak membunuh. Kata Ahimsa berasal dari kata
A yang artinya tidak dan Himsa yang artinya membunuh atau menyakiti.
Ahimsa ngaranya tanpa mati-mati artinya Ahimsa adalah tidak melakukan kekerasan
baik dengan cara pikiran, perkataan maupun perbuatan ( Menurut Kitab Wrehaspati Tattwa).
Walaupun ajaran Ahimsa melarang kita untuk menyakiti atau membunuh, namun bila
digunakan untuk hala-hal yang tidak melanggar Dharma masih dibenarkan. Menurut Kitab
Wratisesana disebutkan perbuatan membunuh hewan untuk kepentingan Yadnya dapat
dibenarkan dengan alasan sebagai berikut:
1.
Untuk Dewa Puja yaitu membunuh untuk persembahan kepada para Dewa atau
untuk Tuhan,
2.
Untuk Athiti Puja yaitu membunuh untuk persembahan kepada tamu,
3.
Untuk Pitra Puja yaitu membunuh yang dibenarkan untuk persembahan kepada
para leluhur,
4.
Untuk Dharma Wighata yaitu membunuh untuk menyelamatkan tanaman dari
serangan hama penyakit atau untuk melindungi diri sendiri, dan
5.
Untuk dimakan
Selain lima yang disebutkan di atas masih dibenarkan membunuh apabila berperang
membela Negara atau membela tanah air yang disebut Dharma Negara.
B.2 Brahmacari
Brahmacari artinya masa menuntut ilmu atau masa aguron-guron atau masa berguru.
Ajaran Brahmacari selain merupakan bagian Panca Yama Brata juga termasuk bagian dari
ajaran Catur Asrama yang terdiri atas Brahmacari, Grehasta, Wana Prasta dan Biksuka.
Sehingga kedudukan Brahmacari menempati posisi yang paling awal.
Jenis-jenis Brahmacari, meliputi:
a.
Sukla Brahmacari artinya orang yang tidak menikah dari sejak kecil sampai
meninggal dunia, seperti Bhagawan Bhisma yang melaksanakan ajaran Sukla
Brahmacari.
b.
Sewala Brahmacari yaitu orang yang menikah hanya sekali dalam hidupnya
walaupun suami atau istrinya meninggal dunia mendahului, tidak akan menikah
lagi.
c.
Tresna atau Kresna Brahmacari yang artinya orang yang menikah lebih dari satu
kali.
B.3 Satya
Satya artinya setia atau jujur. Ajaran Satya menekankan agar kita berbuat jujur. Jenisjenis Satya ada lima yang disebut Panca Satya, meliputi:
a. Satya Hredaya artinya setia atau jujur terhadap kata hati,
b. Satya Wacana artinya setia atau jujur terhadap perkataan atau ucapan,
c. Satya Semaya artinya setia atau jujur terhadap janji yang diucapkan,
d. Satya Laksana artinya setia atau jujur terhadap perbuatan, dan
e. Satya Mitra yaitu setia atau jujur terhadap eman.
(Disingkat menjadi Hre-Wa-Se-Laks-Mi)
B.4 Awyawaharika
Awyawaharika disebut juga ajaran Awyawahara artinya melakukan usaha menuntut
Dharma untuk mendapatkan sifat-sifat kedewataan dengan cara tidak bertengkar.
B.5. Astainya
Astainya artinya tidak mencuri harta benda milik orang lain.
C.
Contoh-Contoh Perilaku Panca Yama Brata
C.1 Contoh Perilaku Ahimsa:
a. Merawat Binatang peliharaan,
b. Menyayangi keluarga,
c. tidak menyinggung perasaan orang lain,
d. Tidak membunuh binatang selain untuk kepentingan yadnya,
e. Menghormati sesama, dll
C.2 Contoh Perilaku Brahmacari
a. Rajin belajar,
b. Tidak malas masuk,
c. Rajin bertanya kepada Guru akan hal yang belum dimengerti,
d. Melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi,
e. Tidak bosan belajar,
f. Selalu ingin tahu akan informasi terbaru,dll
C.3 Contoh perilaku Satya:
a. Selalu berkata jujur,
b. Berpendirian teguh,
c. Tidak mau melaklukan perbuatan yang menyakiti orang lain,
d. Menyayangi teman,
e. Selalu menepati Janji, dll.
C.4 Contoh perilaku Awyawaharika:
a. Melakukan perbuatan sesuai Dharma,
b. Tidak bertengkar dengan orang lain,
c. Tidak menggunakan kepandaian untuk menyakiti orang lain,
d. Tidak menghina orang lain, dll
C.
5 Contoh perilaku Astainya:
a. Tidak mencuri harta milik orang lain,
b. Menjaga harta benda yang dimiliki,
c. Menaruh harta benda dengan baik, dll.
PANCA NYAMA BRATA
D. Pengertian Panca Nyama Brata
Panca Nyama Brata berasal dari tiga kata, yakni:
- Panca artinya lima,
- Nyama artinya pengendalian yang bersifat batiniah, dan
- Brata artinya kemauan atau keinginan.
Jadi Panca Nyama Brata artinya lima pengendalian diri yang bersifat batiniah. Tujuan
Panca Nyama Brata untuk membina atau mengembangkan sifat-sifat bakti kepada Tuhan melalui
pengendalian kemauan dan melakukan pantangan-pantangan menurut ajaran Agama Hindu.
Sumber ajaran Panca Nyama Brata adalah Kitab Wrhaspati Tattwa, sloka 61, sebagai berikut:
Akrodha guru susrusca
Saucam aharalagawam
Apramadasca pancaite
Niyamah parikirtitah.
Artinya
Akrodha namanya tidak marah saja. Guru Susrusa namanya bakti berguru. Sauca
namanya selalu melakukan japa, membersihkan badan. Aharalagawa ialah tidak
banyak-banyak makan. Apramada namanya tidak lalai.
E. Bagian-bagian Panca Nyama Brata
a. Akrodha
b. Guru Susrusa,
c. Sauca
d. Aharalaghawa, dan
e. Apramada.
(Diakronimkan menjadi A-Gu-Sa-Ah-Apra)
E.1 Akrodha
Akrodha artinya Tidak Marah.
E.2 Guru Susrusa
Guru Susrusa artinya hormat, taat dan tekun menjalankan ajaran dan nasehat-nasehat
dari Guru. Dalam Agama Hindu ada empat Guru yang harus dihormati disebut dengan Catur
Guru, keempat guru itu adalah:
a. Guru Reka atau Guru Rupaka artinya ayah dan ibu yang telah melahirkan,
memelihara dan merawat kita dari bayi sampai tumbuh dewasa .
b. Guru Pengajian atau Guru Waktra artinya Ibu Bapak guru yang mangajar kita
disekolah dari tidak tahu membaca menulis berhitung sampai menjadi bisa. Selain
Guru di sekolah, yang termasuk Guru Pengajian adalah para Sulinggih, para Resi
yang telah menyebarkan Ajaran Weda.
c. Guru Wisesa adalah pemerintah yang selalu memberikan perlindungan kepada
setiap warga negara. Yang termasuk Guru Wisesa, seperti: Kadus, Perbekel, Camat,
Bupati, Anggota DPR, Gubernur, Polisi, Tentara, Presiden, dll.
d. Guru Swadhyaya artinya guru alam semesta yaitu Ida Sang Hyang Widhi.
E.3 Sauca
Sauca artinya suci lahir batin. Untuk menjaga kesucian lahir batin Menurut Kitab
Manawa Dharma Sastra dapat dilakukan dengan:
a. Mandi untuk membersihkan badan,
b. Kejujuran untuk membersihkan pikiran,
c. Ilmu Pengetahuan dan Tapa untuk membersihkan roh atau jiwa,
d. Kebijaksana digunakan untuk membersihkan akal.
Selain itu yang perlu disucikan adalah Kayika, Wacika dan Manacika kita.
E.4 Aharalaghawa
Aharalaghawa artinya membatasi makan dan minum.
E.5 Apramada
Apramada artinya taat menjalankan kewajiban dan mengamalkan ajaran agama.
F. Contoh-contoh Perilaku Panca Yama Brata
F.1 Contoh-contoh Perilaku Akrodha, seperti:
a. Tidak cepat marah,
b. Mengendalikan keinginan,
c. Mengendalikan pikiran,
d. Menghadapi masalah dengan tenang, dll
F.2 Contoh-contoh Perilaku Guru Susrusa, seperti:
a. Berbakti kepada orang tua,
b. Mematuhi Nasehat Orang tua dan Guru di sekolah,
c. Melaksanakan kegiatan,
d. Melaksanakan ajaran guru dengan penuh tanggung jawab,
e. Taat terhadap tata tertib,
f. Sederhana, rendah hati, jujur dan setia pada kebenaran,
g. Mematuhi peraturan-peraturan dan undang-undang yang berlaku,
h. Rajin berdoa,
i. Hidup bersih lahir batin,
j. Mengamalkan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari.
F. 3. Contoh-contoh Perilaku Sauca, seperti:
a. Mandi tengan teratur,
b. Rajin Sembahyang,
c. Selalu berkata jujur,
d. Selalu bersikap tenang dan bijaksana,
e. Rajin berlatih memusatkan pikiran dengan cara pranayama, dan samadi,
f. Bersikap jujur dan setia pada kebenaran, dll
F. 4 Contoh-contoh perilaku Aharalaghawa, seperti:
a. Selalu bersyukur dengan apa yang dimakan,
b. Makan secukupnya sesuai kebutuhan,
c. Tidak minum minuman beralkohol, dll.
F.5 Contoh-contoh perilakuApramada, seperti:
a. Melaksanakan kewajiban dengan baik dan ikhlas,
b. Taat melaksanakan tugas yang diberikan,
c. Tidak lalai dan tidak sombong, dll.
G. Menerapkan Ajaran Panca Yama dan Panca Nyama Brata dalam Keluarga, Sekolah
dan Masyarakat
G.1 Penerapan Panca Yama
G.1.a di Keluarga, seperti:
a. Saling menyayangi sesama anggota keluarga,
b. Rajin belajar,
c. Tidak bertengkar dengan saudara,
d. Selalu berbuat jujur, tidak berbohong dengan anggota keluarga,
e. Tidak berbuat curang kepada saudara, dll.
G.1.b di Sekolah, seperti:
a. Menyayangi teman,
b. Belajar dengan tekun dan teliti,
c. Selalu berbuat jujur kepada guru dan teman di sekolah,
d. Mau berteman dengan siap saja,
e. Tidak bertengkar dengan teman,
f. Tidak mencuri barang milik teman, dll
G.1 c di Masyarakat, seperti;
a. Menyayangi semua makhluk,
b. Tidak suka menghina teman atau oarang lain,
c. Berperilaku sebagai seorang terpelajar, disiplin, bertanggungjawab dan sopan,
d. Berpendirian teguh,
e. Melakukan perbuatan sesuai Dharma,
f. Tidak melakukan perbuatan menipu, curang, mencuri, merampok maupun korupsi,
dll.
G.2 Penerapan Panca Nyama Brata
G.2.a di Rumah, seperti:
a. Berperilaku tenang dalam menghadapi masalah,
b. Hormat dan bakti kepada orangtua,
c. Selalu menjaga kebersihan badan dan kebersihan pikiran,
d. Mensyukuri apa yang dimiliki,
e. Melaksanakan tugas dari orangtua dengan ikhlas, dll
G.2.b di Sekolah, seperti:
a. Tidak cepat tersinggung kepada teman,
b. Memaafkan kesalahan teman,
c. Mentaati tata tertib sekolah,
d. Melaksanakan perintah dan ajaran Guru di sekolah,
e. Bersikap tenang dan bijaksana,
f. Rajin menabung, dll
G.2 c di Masyarakat, seperti:
a. Berusaha menghadapi persoalan dengan tenang,
b. Mematuhi perundang-undangan yang berlaku,
c. Sikap tenang dan bijaksana dalam berbagai hal,
d. Tidak berfoya-foya dan mabuk-mabukan,
e. Tidak lali dengan kewajiban di masyarakat, seperti gotong royong,
f. Tidak sombong di masyarakat, dll
LATIHAN-LATIHAN PELAJARAN V
I.
Isilah titik-titik di bawah ini dengan jawaban tepat !
1. Kata Panca dalam Panca Yama Bratha, berarti….
2. Kata Yama, artinya….
3. Panca Yama Bratha, artinya….
4. Kata Nyama, artinya….
5. Panca Nyama Bratha, artinya….
Kunci Jawaban
1. Lima
2. Pengendalian diri
3. Lima macam pengendalian diri
4. Pengendalian diri
5. Lima macam pengendalian diri yang lebih dalam/ tinggi tingkatannya
II.
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan jawaban yang tepat
1. Sebutkan bagian-bagian Panca Yama Brata!
2. Sebutkan bagain-bagian Panca Nyama Brata!
3. Jelaskan arti masing-masing panca Yama Brata!
4. Jelaskan bagian-bagian dari masing-masing Panca Nyama Brata
Kunci Jawaban
1. 1. Ahimsa
2. Brahmacari
3. Satya
4. Awyawahara
5. Asteya
2. 1. Akorda
2. Guru Susrusa
3. Sauca
4. Aharalagawa
5. Apramada
3. 1. Ahimsa, artinya tidak membunuh, tidak menyiksa dan tidak menganiaya
2. Brahmacari, artinya masa belajar
3. Satya, artinya setia, kejujuran, kebenaran
4. Awyawahara, artinya tidak terikat dengan hal-hal keduniawian
5. Asteya, artinya tidak mencuri, tidak curang
4. 1. Akroda, artinya tidak marah
2. Guru Susrusa, artinya hormat dan taat pada guru
3. Sauca, artinya kesucian lahir batin
4. Aharalegawa, artinya makan secukupnya
5. Apramada, artinya tidak lalai
III.
Pilihlah salah satu jawaban soal di bawah ini yang paling tepat!
1. Orang yang memiliki sifat kasih sayang kepada sesama mahluk dan selalu
berkata sopan pada orang lain, orang tersebut memiliki prilaku….
a. Ahimsa
b. Brahmacari
c. Satya
d.Apramada
2. Rajin sembahyang, rajin membaca buku, adalah prilaku….
a. Brahmacari b. Satya c. Awyawahara
d.Asteya
3. Berkata jujur, menepati janji adalah contoh prilaku….
b. Ahimsa b. Brahmacari
c. Satya
d. Astania
4. Satya samaya arti dari setia pada….
a. Kata-kata
b. janji
c. sahabat
d. kata hati
5. Pandai mengendalikan keinginan, pikiran dan tenang menghadapi masalah,
adalah contoh prilaku…
a. Akroda
b. guru susrusa
c. apramada
d. sauca
6. Berbakti kepada bapak/ibu di rumah, adalah contoh prilaku….
a. Sauca
b. akroda
c. guru susrusa
d. apramada
7. Tidak mengabaikan tugas dan kewajiban yang diberikan guru, adalah
prilaku….
a. Akroda
b. suaca
c. aharalegawa
d. apramada
8. Selalu bersyukur dengan apa yang dimakan dan minum secukupnya, adalah
perilaku….
a. Samaya
b. mitra
c. wacana
d. hredaya
9. Setia pada kata-kata, adalah arti dari satya….
a. Samaya
b. mitra
c. wacana
d. hredaya
10. Melakukan tapa, bratha, yoga, semadi, adalah prilaku….
a. Akroda
b. guru susrusa
Kunci Jawaban
1. a
6. c
2. a
7. d
3. c
8. c
4. b
9. c
5. a
10. c
c. sauca
d. aparamada
DAFTAR PUSTAKA
Artana, I Dewa Ketut. 2007. Widya Upadesa Buku pelajaran Agama Hindu Untuk SD Kelas IV.
Denpasar: Widya Dharma.
Dresta, I Wayan. 2009. Gending-gending Pelajaran Agama Hindu SD (KTSP).
Joni Aryani, Ni Nyoman. 2005. Pendidikan Agama Hindu SD Semester 1 dan 2 Kurikulum 2004
KBK. Depasar: Pustaka Tarukan Agung.
Pudja, G. 2003. Bhagawadgita (Pancama Weda). Jakarta:Pustaka Mitra Jaya.
Sudharta, Tjok. 2001. Upadesa Tentang Ajaran-ajaran Agama Hindu,.Suarabaya: Paramita.
Sudharta, Tjok. 2004. Slokantara Untaian Ajaran Etika Teks, Terjemahan dan Ulasan.
Surabaya: Paramita.
Sumarni, Ni Wayan, dkk. 2008. Agama Hindu Widya Karma 4 Untuk Siswa SD. Denpasar: CV.
Dwi Jaya Mandiri.
Swami Prabhupada, A.C. Bhaktivedanta. 2006. Bhagawadgita Menurut Aslinya. Jakarta:
Hanuman Sakti.
Tim Penyusun. 2002. Kamus Istilah Agama Hindu.Milik Pemerintah Provinsi Bali Kegiatan
Peningkatan Sarana Prasarana Kehidupan Beragama Tahun 2004.
Vaswani,T.L. 2007. Bhagavadgita (Nyanyian Tuhan). Surabaya: Paramita.
Warjana, I Nyoman. 1993. Materi Pokok Dharmagita. Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat
Hindu dan Buddha dan Universitas Terbuka.
Wijaya, I Gede. 1981. Pengantar Agama Hindu Untuk SMTA I. Denpasar: Setia Kawan.
BAHAN AJAR
PENDIDIKAN AGAMA HINDU KELAS IV
SEKOLAH DASAR
OLEH:
…………………………..
NIP. .................................
NUPTK. .................................
SEKOLAH DASAR NEGERI .................................
DESA ................................. KECAMATAN .................................
KABUPATEN .................................
Tahun….
Download