Nama : Edy yusup Cahyono NIM : H 0511025 Kelas : Peternakan A TUGAS UKD 3 MIKROBIOLOGI 1. Apa arti penting pemanfaatan mikrobiologi pada Bidang Teknologi Hasil Ternak? 2. Mengapa kombinasi protease dan hemiselulose dapat meningkatkan kinerja ayam briler? 3. Mengapa bakteri Butyrivibrio fibrisolvens yang ditambahkan pada pakan dapat mengasilkan susu dengan kandungan asam linoleat tinggi ? Jawab 1. Mikrobiologi sangat berpengaruh dalam proses teknologi hasil ternak, arahnya ke fermentasi klo bakteri menguntungkan spt bakteri asam laktat itu ke fermentasi asam buat pembuatan suatu produk Dengan mengetahui manfaat mikrobiologi, maka pengolahan hasil ternak akan lebih efisien karena mikroorganisme tertentu dapat menguntungkan di dalam proses pengolahan dan pengawetan bahan pangan hewani yang pada dasarnya mudah rusak. .Seperti contohnya: a. Pengolahan produk susu : 1) Yoghurt Untuk membuat yoghurt, susu dipasteurisasi terlebih dahulu,selanjutnya sebagian besar lemak dibuang. Mikroorganisme yang berperan dalam pembuatan yoghurt, yaitu Lactobacillus bulgaricusdan Streptococcus thermophillus. Kedua bakteri tersebut ditambahkan pada susu dengan jumlah yang seimbang, selanjutnya disimpan selama ± 5 jam pada temperatur 45oC. Selama penyimpanan tersebut pH akan turun menjadi 4,0 sebagai akibat dari kegiatan bakteri asam laktat. Selanjutnya susu didinginkan dan dapat diberi cita rasa. 2) Keju Dalam pembuatan keju digunakan bakteri asam laktat, yaitu Lactobacillus dan Streptococcus. Bakteri tersebut berfungsi memfermentasikan laktosa dalam susu menjadi asam laktat. 3) Mentega Pembuatan mentega menggunakan mikroorganisme Streptococcus lactis dan Lectonostoceremoris. Bakteri-bakteri tersebut membentuk proses pengasaman. Selanjutnya, susu diberi cita rasa tertentu dan lemak mentega dipisahkan. Kemudian lemak mentega diaduk untuk menghasilkan mentega yang siap dimakan. b. Produk makanan non – susu : 1) Kecap Dalam pembuatan kecap, jamur, Aspergillus oryzae dibiakkan pada kulit gandum terlebih dahulu. Jamur Aspergillus oryzae bersama-sama dengan bakteri asam laktat yang tumbuh pada kedelai yang telah dimasak menghancurkan campuran gandum. Setelah proses fermentasi karbohidrat berlangsung cukup lama akhirnya akan dihasilkan produk kecap. 2) Tempe Tempe mempunyai nilai gizi yang baik. Di samping itu tempe mempunyai beberapa khasiat, seperti dapat mencegah dan mengendalikan diare, mempercepat proses penyembuhan duodenitis, memperlancar pencernaan, dapat menurunkan kadar kolesterol, dapat mengurangi toksisitas, meningkatkan vitalitas, mencegah anemia, menghambat ketuaan, serta mampu menghambat resiko jantung koroner, penyakit gula, dan kanker. Untuk membuat tempe, selain diperlukan bahan dasar kedelai juga diperlukan ragi. Ragi merupakan kumpulan spora mikroorganisme, dalam hal ini kapang. Dalam proses pembuatan tempe paling sedikit diperlukan empat jenis kapang dari genus Rhizopus, yaitu Rhyzopus oligosporus, Rhyzopus stolonifer, Rhyzopus arrhizus, dan Rhyzopus oryzae. Miselium dari kapang tersebut akan mengikat keping-keping biji kedelai dan memfermentasikannya menjadi produk tempe. Proses fermentasi tersebut menyebabkan terjadinya perubahan kimia pada protein, lemak, dan karbohidrat. Perubahan tersebut meningkatkan kadar protein tempe sampai sembilan kali lipat. 3) Tape Tape dibuat dari bahan dasar ketela pohon dengan menggunakan sel-sel ragi. Ragi menghasilkan enzim yang dapat mengubah zat tepung menjadi produk yang berupa gula dan alkohol. Masyarakat kita membuat tape tersebut berdasarkan pengalaman. 2. Karena kombinase protease dan hemiselulose yang di campurkan kedalam makanan ayam boiler ternyata mampu mengurangi viskositas pencernaan, sehingga meningkatkan pencapaianberat dan efisiensi konversi makanan. Sebagian besar komponen penyusun pakan unggas berasal dari tanaman (biji-bijian) seperti jagung, kedelai, padi, gandum, bunga matahari, wheat pollard dan lain-lain. Sebagian dari bahan pakan ternak yang berasal dari tanaman mengandung serat. Bahan pakan tersebut merupakan sumber energy bagi ternak. Sebagai contoh bahan pakan dari jagung yang memiliki kandungan nutrisi yaitu 90% protein yang dapat diserap oleh pencernaan dan 10% serat yang tidak dapat diserap oleh alat pencernaan, karena dalam sistem percernaan ayam tidak memiliki enzim hemiselulose untuk memecah serat menjadi protein. Serat yang tidak dapat dimanfaatkan oleh ayam broiler akan terbuang melalui feses. Padahal serat yang dibuang masih bisa dimanfaatkan oleh ayam broiler yang dapat menambah nutrisi dalam tubuh serta dapat menghemat pemberian pakan pada ternak. Serat merupakan senyawa yang selalu terdapat pada bahan pakan yang berasal dari tanaman dan merupakan senyawa yang tidak dapat didigesti oleh ternak monogastrik. Jika jumlah serat yang tidak dicerna meningkat maka akan menimbulkan tambahan biaya pada pakan. Tidak terdigestinya serat juga mengakibatkan efek negatif pada digesti mineral dan protein. Serat juga termasuk jenis asam fitat. Padahal ayam broiler termasuk hewan monogastrik yang tidak mampu memetabolis asam fitat sehingga fosfat anorganik ditambahkan dalam pakannya untuk memenuhi kebutuhan fosfor. Hal ini memberi konsekuensi adanya masalah polusi fosfor di area peternakan yang intensif. Asam fitat dapat bertindak sebagai zat antinutrisi pada hewan monogastrik dengan mengikat berbagai ion logam yang dibutuhkan hewan seperti Mg, Fe, Zn, dan Mn. Oleh karena itu, hidrolisis secara enzimatis dari asam fitat dalam mengurangi derivat fosforilasi myo-inositol dalam saluran pencernaan hewan monogastrik sangat diperlukan sehingga ditambahkan enzim protease dan enzim hemiselulose dalam produk bahan pakan ayam broiler. Dengan demikian, setelah serat dirubah menjadi protein oleh enzim hemiselulose, perlu adanya bantuan enzim protease untuk meningkatkan penyerapan protein yang dihasilkan enzim hemiselulose menjadi asam amino. Dengan peran kedua enzim tersebut yang saling membantu dapat berfungsi untuk meningkatkan menyerapan nutrisi pada pakan ternak ayam broiler. Dapat disimpulkan dari penjelasan di atas bahwa enzim protease dapat mengubah proteosa, pepton, dan polipeptida menjadi asam amino, sementara enzim hemiselulose dapat memecah ikatan serat atau selulosa pada kandungan pakan ternak ayam menjadi protein. Dengan adanya enzim protease, protein dari hasil enzim hemiselulose dirubah menjadi asam animo yang akan diserap oleh jaringan-jaringan tubuh pada ternak. Sehingga peranan enzim protease dan enzim hemiselulosa dalam bahan pakan saling bekerjasama untuk meningkatkan nutrisi yang diserap oleh ayam broiler. 3. Butyrifibrio fibriosolvens merupakan bakteri rumen pencerna serat terbentuk batang dan gram positif. Hasil fermentasi katbohidrat oleh B. fibriosolvens meliputi asetat, format, laktat, butirat, H2 dan CO2. B. fibrisolvens termasuk kelompok bakteri mesophyl, yang dapat tumbuh dengan baik pada suhu 25o – 40oC. Di dalam rumen, CLA disintesa dari asam linoleat melalui reaksi isomerisasi oleh enzim linoleat isomerase yang dihasilkan oleh bakteri Butyrivibrio fibrisolvens, Secara alami CLA ditemukan pada berbagai bahan pangan terutama susu dan produk olahannya serta daging dari hewan ruminansia/memamah biak yaitu hewan yang memiliki 4 kompartemen di dalam perutnya (rumen, reticulum, omasum dan abomasun), seperti sapi, domba, kerbau, dan kambing. Di dalam rumen, CLA disintesa dari asam linoleat melalui reaksi isomerisasi oleh enzim linoleat isomerase yang dihasilkan oleh bakteri Butyribrio fibrisolvens. Isomer RA banyak diproduksi oleh bakteri anaerob tersebut, sedangkan isomer trans 10, cis 12 CLA dihasilkan oleh mikrobia rumen lainnya. Isomer-isomer tersebut sesungguhnya merupakan senyawa antara (intermediate) dari tahapan biohidrogenasi asam linoleat menjadi asam oleat dan stearat, tetapi dapat terabsorpsi masuk ke dalam aliran darah dan terdistribusi ke jaringan tubuh inang. Dari berbagai sumber CLA, Hans Steinhart dan kawan-kawan dari Universitas Hamburg telah ,elaporkan kadar CLA yang tinggi terdapat pada daging biri-biri 1,2 persen, sapi 0,6 persen, susu 0,98 persen, krim 0,77 persen, dan mentega 0,974 persen dari total lemaknya. Sedangkan isomer RA banyak ditemukan di dalam daging sapi (Amerika), yaitu 76 persen dari CLA dan pada keju (Eropa) 83 persen dari CLA. Sebagaimana disebutkan, CLA memiliki potensi yang sarat manfaat dalam menunjang kesehatan.