Pembelajaran Bahasa Arab untuk Tujuan Khusus dengan Pendekatan Komunikatif di UIN Maliki Malang Abstract One of the unresolved problems recently is that the learning Arabic does not fulfil the expectation that all students with the Arabic language provision can perform the integration of science and religion. This circumstance is mainly caused by the inadequate focus towards Arabic language materials for the study of Islam, consequently, the students meet difficulties to perform their ability the Arabic language as a tool for Islamic studies according to their respective majors although they have accomplished their Arabic class.The purpose of this study is to describe the approach in learning Arabic at UIN Malang and the method of how learning Arabic for special purposes conducted at UIN Malang. This study used a qualitative descriptive which applied on type of case study on learning Arabic at The Intensive Program for Arabic Development. The researcher collected the data by using participant observation, interviews and documentation. While data analysis is performed by data reduction, data display, and conclusion drawing. The learning Arabic at UIN Malang uses communicative approach. This is definitely conducted based on the consideration of recomendation in Al Arabiyah Baina Yadaika. The learning Arabic at UIN Malang has special purposes rather than the learning in general. The aim is to conduct studies or Islamic studies to empower students to be able to perform the integration of Islam in accordance with any disciplines. Keywords: learning Arabic, special purpose, communicative Abstrak Salah satu problem yang sampai saat ini belum terpecahkan adalah belum terpenuhinya harapan -agar semua mahasiswa dengan bekal bahasa Arab itu-dapat melakukan integrasi ilmu dan agama. Hal itu disebabkan karena standar kompetensi yang diajarkan selama ini kurang fokus pada materi bahasa Arab untuk kajian keislaman, sehingga meskipun mahasiswa telah lulus bahasa Arab, tetapi masih mengalami kesulitan menggunakan bahasa Arab itu sebagai alat melakukan kajian keislaman sesuai jurusan masing-masing. Tulisan ini bertujuan untuk mendeskripsikan pendekatan dalam pembelajaran bahasa Arab di UIN Malang dan bagaimana pembelajaran bahasa Arab untuk tujuan khusus di UIN Malang. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan jenis studi kasus pada pembelajaran bahasa Arab di Program Khusus 1 Pengembangan Bahasa Arab. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi partisipatif, wawancara dan dokumentasi. Sedangkan teknik analisa data dilakukan dengan data reduction, data display dan conclusion drawing. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa pendekatan dalam pembelajaran bahasa Arab di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang adalah pendekatan komunikatif. Pendekatan ini dipilih sesuai dengan yang direkomendasikan dalam buku ajar yaitu al Arabiyyah baina Yadaika. Pembelajaran bahasa Arab di UIN Malang memiliki tujuan yang berbeda dengan pembelajaran bahasa Arab pada umumnya. Tujuan khusus itu adalah untuk melakukan studi atau kajian Islam agar mahasiswa dapat melakukan integrasi Islam dengan ilmu sesuai disiplin ilmu. Kata kunci: pembelajaran bahasa Arab, tujuan khusus, komunikatif Pendahuluan Problematika Pembelajaran bahasa adalah problematika yang selalu dinamis dan menuntut dilakukan pemikiran kritis secara terus menerus, demikian juga pembelajaran bahasa Arab di Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang. Meskipun lebih satu dekade bahasa Arab telah diajarkan sebagai kurikulum di semua fakultas, namun dari hasil evaluasi, masih ditemukan problematika yang menuntut dilakukan inovasi dan perbaikan. Misalnya hasil ujian standarisasi yang dilakukan oleh PKPBA terhadap lulusan PKPBA menunjukkan bahwa prosentase kelulusan dalam ujian tersebut hanya 70%, sebanyak 30% tidak lulus. Problem lain yang sampai saat ini belum terpecahkan adalah belum terpenuhinya harapan agar –dengan bekal bahasa Arab itumahasiswa dapat melakukan integrasi ilmu dan agama. Secara teori, dalam sejarah penelitian pembelajaran bahasa, telah muncul beberapa metode pembelajaran bahasa yang diawali Thariqah al Qawa’id wa al Tarjamah atau Grammar Translation Method pada tahun 1800 – 1900 M, disusul kemudian al Thariqah al Mubasyirah atau Direct Method pada tahun 1890 – 1930 M, kemudian muncul al Thariqah al Binaiyah atau Structural Method pada tahun 1930 – 1960 M, Thariqah al Qiraah atau Reading Method pada tahun 1920 – 1950 M, al Thariqah al Sam’iyah al Syafahiyah atau Audiolingual Method pada tahun 1950 – 1980 M, al Thariqah al Mauqifiyah atau Situsional Method tahun 2 1950 – 1970 M, dan yang terakhir al Madzhab al Ittishali atau Communicative Approach pada tahun 1970 sampai sekarang (Jack C. Richards: 25). Berpijak pada beberapa metode pembelajaran yang telah berkembang dalam kurun waktu tersebut, pendekatan atau aliran yang paling akhir muncul adalah pendekatan komunikatif. Pendekatan komunikatif ini menurut Richards (T.th.: 64) lebih menekankan pembelajaran pada penguasaan kecakapan berbahasa daripada penguasaan struktur bahasa. Pendekatan komunikatif ini sejalan dengan kurikulum yang saat ini sedang dikembangkan yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan atau Kurikulum Tingkat Sekolah (Tingkat Perguruan Tinggi) dimana salah satu prinsip yang harus diperhatikan dalam kurikulum tersebut adalah Aktual dan Kontekstual, artinya muatan kurikulum yang dikembangkan harus memperhatikan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata dan dalam peristiwa yang sedang terjadi dan berlangsung di masyarakat (Mulyasa, 2009:191). Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang seperti ditulis dalam Pedoman Pendidikan (2011: 4-5) memiliki misi memberikan bekal tambahan bagi mahasiswa dalam pemahaman keislaman yang diintegrasikan dalam berbagai bidang keilmuan sesuai jurusan masing-masing, di samping mengantarkan mahasiswa untuk memiliki kecakapan keilmuan secara umum sesuai disiplin jurusan masing-masing. Karena itu bahasa Arab menjadi harga mati bagi semua mahasiswa dari berbagai jurusan yang ada di UIN Malang untuk bekal dalam melakukan integrasi ilmu tersebut seperti yang diamanatkan dalam ilustrasi sebuah pohon yang memiliki akar, batang, dahan, cabang, ranting, daun yang akan menghasilkan buah yang segar. Akar digambarkan oleh kemampuan bilingual (Arab dan Inggris), Pancasila, Filsafat, Ilmu Alamiah Dasar dan Ilmu Sosial Dasar. Pohon digambarkan sebagai pengetahuan tantang Al-Qur’an, Al-Sunnah, Sirah Nabawiyah, Pemikiran Islam, dan kajian tentang masyarakat Islam. Sedangkan dahan dan ranting digunakan untuk menggambarkan bidang ilmu yang dikembangkan seperti Tarbiyah, Syari’ah, Humaniora dan Budaya, Psikologi, Ekonomi (Manajemen), Sains dan Teknologi, dan seterusnya. Untuk mendapat 3 buah yang segar memerlukan batang pohon yang kuat, dan untuk menghasilkan batang yang kuat harus ditunjang oleh akar yang kuat dan menghunjam dalam ke dalam tanah. Bahasa Arab merupakan akar yang menjadi dasar dalam melakukan kajian keislaman yang kemudian akan dapat mengintegrasikannya dalam bidang keilmuan. Pembelajaran bahasa Arab di UIN Malang yang dikelola oleh Program Khusus Pengembangan Bahasa Arab (PKPBA) menggunakan pendekatan komunikatif atau al kifayah al ittishaliyah(Abdurrahman bin Ibrahim al-Fauzan, dkk, 2002: pengantar). Pendekatan komunikatif dalam buku ajar tersebut mencakup komunikasi kebahasaan dan komunikasi budaya. Sehingga seharusnya pasca perkuliahan bahasa Arab, mahasiswa memiliki kompetensi komunikasi tersebut. Pertanyaannya adalah mengapa masih ditemukan kegagalan yang mencapai 30 %. Karena itu tulisan ini berusaha menjadi alternatif solusi pemecahan dengan melakukan pengembangan kurikulum. Yaitu dengan melakukan analisis kebutuhan mahasiswa sebelum menentukan kompetensi yang akan diberikan. Tulisan ini berusaha menjembatani kesenjangan antara kebutuhan mereka dalam belajar bahasa Arab dengan pelaksanaan pembelajaran bahasa Arab di Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang. Secara khusus tulisan ini berusaha menemukan konsep pembelajaran bahasa Arab untuk tujuan khusus dengan pendekatan komunikatif di Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. Secara khusus tulisan ini bertujuan untuk: (1) mendeskripsikan pendekatan dalam pembelajaran bahasa Arab di UIN Malang; (2) mendeskripsikan bagaimana pembelajaran bahasa Arab untuk tujuan khusus di UIN Malang yang di dalamnya meliputi analisis kebutuhan mahasiswa dalam pembelajaran bahasa Arab di UIN Malang. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan jenis studi kasus pada program pengembangan bahasa Arab (PKPBA) Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang. 4 Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi partisipatif, wawancara mendalam dan dokumentasi. Observasi partisipatif dilakukan selama semester genap 2010/2011 di mana peneliti sekaligus sebagai pengajar. Wawancara dilakukan kepada beberapa mahasiswa, dosen dan staf akademik PKPBA. Teknik analisa data dilakukan dengan menggunakan model yang mengadopsi Miles dan Huberman yaitu teknik analisa data secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus mulai data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification sampai tuntas. (Sugiono, 2009: 246) Temuan Penelitian dan Diskusi Pendekatan dalam Pembelajaran Bahasa Arab di UIN Malang Berdasarkan dokumentasi dan sebagaimana observasi partisipatif yang penulis lakukan, pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran bahasa Arab di UIN Malang adalah menggunakan pendekatan sebagaimana yang direkomendasikan di dalam buku ajar yaitu kompetensi komunikatif. Kompetensi itu mencakup tiga kompetensi yaitu kompetensi kebahasaan (al kifayah al lughawiyah) kompetensi komunikasi (al kifayah al ittishaliyah) dan kompetensi budaya (al kifayah al tsaqafiyah). Dalam kompetensi kebahasaan (al kifayah al lughawiyah), yang ingin dicapai dalam buku ini adalah: (1) empat kompetensi atau empat ketrampilan berbahasa yaitu mendengar, berbicara, membaca dan menulis (maharah alistima’, maharah al-kalam, Maharatu al-Qiraah, dan maharah al-kitabah); dan (2) kompetensi tiga unsur bahasa, yaitu: bunyi (al-ashwaat), kosa kata (almufradat), dan susunan tatabahasa (al-tarakib al-nahwiyah). Kompetensi Komunikasi (al-kifayah al-iththishaliyah) dalam buku Arabiyyah Baina Yadaika diarahkan untuk membekali mahasiswa dengan kompetensi atau kemampuan untuk berkomunikasi dengan native speaker dalam konteks sosial, yang mana peserta didik mampu berinteraksi dengan native speaker baik secara lisan maupun tulisan, dan mampu mengungkapkan tentang pikiran-pikirannya dalam bentuk yang sesuai dengan berbagai kondisi sosial. 5 Dalam kompetensi kebudayaan (al-kifayah al-tsaqafiyah) berusaha membekali peserta didik dengan beberapa aspek budaya bahasa, yaitu budaya Arab Islam, di samping berbagai bentuk budaya dunia pada umumnya, yang tidak bertentangan dengan prinsip ajaran Islam. Secara teoritis, pendekatan komunikatif dalam pembelajaran bahasa lebih menekankan pada penguasaan kecakapan berbahasa daripada penguasaan struktur bahasa(Richards, t.th:64), Tujuan pendekatan komunikatif, menurut Hymes menekankan pada penguasaan kompetensi komunikatif (communicative competence). Menurutnya, tujuan pendekatan komunikatif tidak ditekankan pada penguasaan gramatika atau membuat kalimat gramatikal, melainkan pada kemampuan memproduksi ujaran yang sesuai dengan konteks (D. Hidayat, 2006:47). Dalam pembelajaran dengan pendekatan komunikatif, Canal (Thuaimah, 1989:120) mengenalkan 4 ranah kompetensi komunikatif, yaitu: 1. kompetensi gramatikal (al kifayah al nahwiyah) Kompetensi gramatikal mengarah pada apa yang dimaksud oleh Chomsky dengan kompetensi berbahasa (al kifayah al lughawiyah), yaitu pengetahuan tentang sistem bahasa dan kemampuan yang cukup untuk menggunakannya. 2. kompetensi sosiolinguistik (al kifayah al lughawiyyah al ijtima’iyyah) Kompetensi sosiolinguistik mengarah pada kemampuan individu dalam memahami konteks ketika komunikasi berlangsung 3. kompetensi wacana (kifayah tahlil al khithab) Kompetensi wacana meliputi kemampuan memilih bentuk wacana yang sesuai dengan konteks komunikasi. Kompetensi wacana mengacu pada kemampuan untuk menafsirkan rangkaian kalimat atau ungkapan dalam rangka membangun keutuhan makna dan keterpaduan teks sesuai dengan konteksnya. Kemampuan wacana menyangkut penguasaan cara-cara menggabungkan bentuk gramatikal dan makna untuk menghasilkan suatu ungkapan, baik lisan maupun tulis dalam berbagai bentuk. Kesatuan ungkapan dapat dilihat dari keterpaduan bentuk dan keutuhan makna. 4. 6 Kompetensi strategis (al kifayah al istiratijiyyah) Kemampuan strategis merupakan kemampuan menguasai strategi komunikasi, baik verbal maupun non verbal dalam rangka mengatasi kemacetan komunikasi dan dalam rangka meningkatkan efektivitas komunikasi. Secara umum kompetensi komunikatif yang digunakan di UIN Malang sudah sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Canal di atas, hanya saja untuk ranah yang pertama kurang sesuai, dimana untuk kompetensi gramatikal kurang mendapat perhatian. Sebenarnya di dalam buku ajar tersebut ada, hanya saja lebih banyak di buku jilid III, padahal jilid III tersebut tidak dipelajari di dalam perkuliahan bahasa Arab di UIN Malang. Demikian juga untuk ranah yang kedua, yaitu komunikasi strategis, baik verbal maupun non-verbal. Di lapangan mahasiswa tidak memiliki bekal strategis untuk menghidupkan komunikasi dan mengatasi kemacetan komunikasi. Hal ini karena banyak materi atau wacana ada di dalam buku ajar al Arabiyyah baina Yadaika- kurang kontekstual bagi mahasiswa UIN Malang. Savignon (Thuaimah & Naqah: 2006) menyebutkan ada 5 karakteristik kompetensi komunikatif, yaitu: 1. kompetensi komunikatif bersifat dinamis, tergantung pada tingkat kemampuan seseorang dalam saling memahami makna yang disampaikan oleh orang lain; 2. kompetensi komunikatif berlaku untuk bahasa lisan, bahasa tulis dan berbagai sistem simbol lainnya; 3. kompetensi komunikatif bersifat kontekstual. Karena komunikasi terjadi dalam berbagai situasi, maka pemakai bahasa harus memilih ragam dan gaya bahasa sesuai dengan situasi dan mitra tutur yang dihadapinya; 4. kompetensi komunikatif berkaitan dengan teori yang membedakan antara kompetensi dan performansi. Kompetensi adalah apa yang diketahui, sedangkan performansi adalah apa yang dilakukan. Jadi hanya performansi yang bisa diamati, dikembangkan, dipertahankan dan dievaluasi; 5. kompetensi komunikatif bersifat relatif, tidak absolut, dan tergantung pada partisipan yang terlibat. 7 Mengacu pada lima karakteristik komunikatif di atas, maka temuan di lapangan menunjukkan bahwa ada beberapa materi yang kurang dinamis, kekurang dinamisan itu disebabkan karena penentuan materi yang paketan mengikuti apa yang ada dalam buku ajar, yang ditulis hampir sepuluh tahun yang lalu, yang sudah perlu di update. Juga dalam hal kekontekstualan, banyak wacana atau topik yang disajikan di dalam buku ajar al Arabiyyah baina Yadaika kurang kontekstual untuk mahasiswa yang tinggal di Indonesia –mengingat buku itu ditulis oleh penulis Arab, dengan konteks Arab yang sering tidak sesuai dengan situasi dan mitra tutur di Indonesia. Yang terakhir, yang berkaitan dengan performance atau unjuk kerja, di mana problem teknis seperti jumlah mahasiswa setiap kelas yang tidak sebanding dengan seorang dosen yang membimbing dalam praktik berbahasa, di samping jam kuliah yang kurang efisien. Pembelajaran Bahasa Arab untuk Tujuan Khusus di UIN Malang Salah satu strategi yang digunakan dalam pendekatan komunikatif dalam pembelajaran bahasa adalah pembelajaran bahasa untuk tujuan khusus (specific purposes). Pembelajaran bahasa untuk tujuan khusus lebih memenuhi prinsip pendekatan komunikatif (Jack Richard, t.th: 63). Karena itu pembelajaran bahasa untuk tujuan khusus akan lebih efektif dan efisien dalam pembelajaran bahasa, termasuk pembelajaran bahasa Arab di Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang Malang Pembelajaran bahasa Arab di UIN Malang memiliki karakteristik yang berbeda dari pembelajaran bahasa Arab pada umumnya. Pembelajaran bahasa Arab di UIN Malang difokuskan pada tujuan untuk mewujudkan visi UIN, di antaranya menjadi pusat pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni yang bernafaskan Islam (UIN Malang, 2010:4). “Bernafaskan Islam” yang dimaksud adalah dengan menjadikan studi Islam sebagai bagian dari integrasi antara ilmu agama dan ilmu umum sesuai disiplin keilmuan jurusan. Untuk melakukan studi Islam tersebut, bahasa Arab menjadi instrumen pokok yang tidak dapat tergantikan. Konsekuensinya, bahasa Arab menjadi salah satu materi pokok yang harus dipelajari oleh semua mahasiswa dari dari jurusan-jurusan/fakultas di UIN 8 Malang. Fungsi pokok mata kuliah bahasa Arab tersebut di samping untuk bekal bilingual, juga sebagai alat untuk dapat melakukan kajian terhadap al-Qur’an, Sunnah, maupun referensi lain yang berbahasa Arab. Namun demikian, keinginan tersebut belum sepenuhnya berhasil, terbukti dari kajian dokumen tugas akhir mahasiswa, belum banyak mahasiswa yang melakukan integrasi ilmu pada tugas akhirnya, lebih-lebih pada jurusan umum. Hal itu terjadi disebabkan di samping tingkat keberhasilan pembelajaran bahasa Arab yang kurang, juga karena belum dilakukan analisis kebutuhan dengan baik dalam pembelajaran bahasa Arab di UIN. Analisis kebutuhan yang dimaksud didasarkan pada kebutuhan untuk memuaskan customer atau pelanggan, yang peliputi pelanggan internal yaitu para staf dan pelanggan eksternal yaitu mahasiswa, orang tua dan stakeholders (Sallis, 2006:62). Padahal analisis kebutuhan itu merupakan bagian yang harus dilakukan dalam pembelajaran bahasa Arab untuk tujuan khusus. Sebagaimana disebutkan oleh Schutz dan Derwing (Jack Richard, t.th: 60) pendekatan dalam pembelajaran bahasa untuk tujuan khusus dimulai dengan analisis kebutuhan-kebutuhan siswa bukan pengembangan pelatihan yang dilakukan seputar analisis bahasa. Keduanya menunjukkan bahwa orientasi ini menjadi perhatian baru dalam pembelajaran bahasa untuk tujuan khusus, dimana kebanyakan para perencana pendidikan dan pelatihan bahasa dahulu mengabaikan langkah prioritas yang logis dan penting ini. Maka para mahasiswa dengan berbagai perbedaannya memiliki kebutuhankebutuhan bahasa yang berbeda-beda. Dan apa yang akan mereka pelajari hendaknya terbatas pada apa yang mereka butuhkan. Dan kebutuhan-kebutuhan ini sebisa mungkin dibatasi, sekiranya memungkinkan untuk diketahui dan selanjutnya hendaknya materi setiap sesi perlu dibatasi juga. Peneliti melakukan klasifikasi kebutuhan berdasarkan fakultas dan jurusan. Maka fakultas-fakultas non keagamaan dan non-bahasa Arab, seperti fakultas Sains dan Teknologi, atau fakultas Ekonomi memiliki kebutuhan yang berbeda dalam mempelajari bahasa Arab dengan mahasiswa fakultas-fakultas keagamaan seperti fakultas Syari’ah, Pendidikan Agama Islam. Mahasiswa jurusan Bahasa 9 dan Sastra Arab memiliki kebutuhan yang tinggi terhadap bahasa Arab, karena sesuai dengan disiplin ilmu di jurusan yang menjadi pilihannya. Tetapi mahasiswa jurusan Teknik Informatika atau jurusan umum lainnya akan berbeda, bahkan akan merasa sebaliknya, tidak merasa butuh belajar bahasa Arab. Seringkali mahasiswa-mahasiswa ini mempertanyakan mengapa mereka harus belajar bahasa Arab, padahal menurut mereka tidak ada kaitannya dengan disiplin keilmuan yang mereka pelajari di jurusannya. Berdasarkan analisis kebutuhan mahasiswa dalam belajar bahasa Arab memunculkan beberapa kelompok sesuai kebutuhan, yaitu: 1. Kelompok jurusan bahasa Arab dan Keagamaan, meliputi jurusan Bahasa dan Sastra Arab, jurusan Pendidikan Bahasa Arab, jurusan Syariah, jurusan pendidikan Agama Islam, jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah 2. Kelompok ICP (International Clasroom Program), meliputi jurusan Pendidikan Agama Islam, Jurusan Pendidikan IPS, jurusan Syari’ah 3. Kelompok jurusan umum, meliputi jurusan-jurusan Ekonomi, Psikologi, Sains dan Teknologi, jurusan bahasa Inggris dan sejenisnya. Karena itu pembelajaran di perguruan tinggi harus difokuskan pada salah satu dari ketiga klasifikasi di atas. Pengklasifikasian tersebut perlu dilakukan untuk menentukan kurikulum pembelajaran. Apakah mengambil kelompok yang pertama, kedua, ketiga, atau mengklasifikasikan mahasiswa menjadi tiga sesuai background jurusan pendidikan, jurusan dan kebutuhannya. Karena itu placement test tidak hanya didasarkan pada tingkat kemampuan saja, tetapi juga berdasarkan jurusan dan kebutuhannya. Sebagai contoh, dalam kelompok ketiga, yaitu kelompok mahasiswa jurusan umum, meliputi jurusan-jurusan yang ada di Fakultas Sains dan Teknologi, jurusan-jurusan di fakultas Ekonomi, jurusanjurusan di Fakultas Psikologi, jurusan Bahasa dan Sastra Inggris, jurusan Pendidikan IPS, dan mungkin akan ada jurusan umum yang lain. Maka kurikulum yang dikembangkan pada kelompok ini harus berbeda dengan kelompok pertama dan kedua, setidaknya mahasiswa dalam kelompok diklasifikasikan tersendiri, dan tidak sekelas dengan kelompok pertama dan kedua. 10 Apabila dalam kelompok pertama dan kedua, standar kompetensi yang ingin dicapai adalah sebagaimana yang diterapkan dari buku al Arabiyyah baina Yadaika yaitu meliputi kompetensi kebahasaan yang mencakup istima’, kalam, qiraah, dan kitabah, dan ashwat, mufradat, tarakib nahwiyah, kompetensi komunikasi (ittishaliyah) dan kompetensi budaya (tsaqafiyah), maka untuk kelompok ketiga bisa disesuaikan dengan kebutuhan yang lebih spesifik yaitu kompetensi kebahasaan yang mendukung untuk melakukan kajian agama agar dapat melakukan integrasi ilmu sesuai jurusan dengan agama. Berdasarkan observasi yang penulis lakukan, dalam kegiatan pembelajaran di PKPBA (Program Khusus Pengembangan Bahasa Arab), yang dilakukan kepada mahasiswa baru selama setahun, maka kebutuhan mahasiswa dalam belajar bahasa Arab adalah lebih spesifik sebagaimana berikut: a. Belajar bahasa Arab untuk dapat melakukan integrasi ilmu dan agama, mahasiswa belajar bahasa Arab untuk dapat memahami teks-teks berbahasa Arab termasuk teks al Qur’an As Sunnah dan buku-buku keislaman lain yang berbahasa Arab b. Mahasiswa belajar bahasa Arab dengan kebutuhan untuk dapat menyimak ungkapan-ungkapan dan pembicaraan berbahasa Arab dalam ceramah, monolog, cerita dan diskusi tentang topik-topik sesuai bidang keilmuan masing-masing. c. Mahasiswa belajar bahasa Arab dengan kebutuhan untuk dapat mengungkapkan dengan benar topik-topik sesuai dengan disiplin keilmuan mereka, seperti dalam diskusi, monolog, ceramah, kisah, cerita dan sejenisnya Berangkat dari analisis kebutuhan mahasiswa jurusan umum dalam belajar bahasa Arab, dengan memperhatikan prinsip-prinsip dalam pendekatan komunikatif, maka tujuan pembelajaran bahasa Arab bagi mahasiswa jurusan umum di Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang, sebagai berikut: 11 1. Mahasiswa mampu membaca Al Qur’an dengan penghayatan terhadap makna-maknanya, bisa dimulai dari surat-surat pendek di dalam Al Qur’an yang sering dibaca di dalam bacaan shalat 2. Mahasiswa mampu memahami dan mendiskusikan topik-topik sesuai disiplin keilmuannya seperti ekonomi, teknologi, psikologi dll 3. Mahasiswa mampu bertanya dan menjawab(lisan maupun tulisan) seputar topik yang terkait dengan disiplin keilmuannya 4. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan ayat-ayat al-Qur’an, teks-teks hadis, dan kitab-kitab berbahasa Arab lainnya yang terkait dengan disiplin keilmuannya Berangkat dari tujuan pembelajaran tersebut maka materi yang dipilih juga disesuaikan dengan topik-topik yang menjadi disiplin keilmuan yang dipelajari di jurusannya masing-masing. Apa yang dilakukan oleh PKPBA dalam program pembelajaran bahasa Arab terlalu umum. Kompetensi yang ingin dimiliki mahasiswa kurang fokus pada kompetensi yang menjadi kebutuhan mahasiswa dan kebutuhan visi UIN Malang. Maka untuk memenuhi kekurangan tersebut diperlukan materi kurikulum yang didasarkan kepada kebutuhan mahasiswa. Sebagai gambaran alternatif materi yang sesuai dengan kebutuhan mahasiswa adalah al ‘amalu fi al Islam, al ‘Alaqatu baina al dini wa al ‘ulumi al ‘ammah, al azmah al iqtishadiyah bi Indonesia, tathawwuru al tiknulujiya fi al alami wa atsaruhu, al bank al syar’iy wa al bank al ‘adiy, mafhumu al nafsi fi al Qur’an, mihnatu Muhammadin qabla al nubuwwah, dan semisalnya. H. Penutup Pendekatan dalam pembelajaran bahasa Arab di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang adalah pendekatan komunikatif. Pendekatan ini dipilih sesuai dengan yang direkomendasikan dalam buku ajar yaitu al Arabiyyah baina Yadaika. Pembelajaran bahasa Arab di UIN Malang memiliki tujuan yang berbeda dengan pembelajaran bahasa Arab pada umumnya. Tujuan khusus itu adalah 12 untuk melakukan studi atau kajian Islam agar mahasiswa dapat melakukan integrasi Islam dengan ilmu sesuai disiplin ilmu. Peneliti merekomendasikan agar pembelajaran bahasa Arab dengan pendekatan komunikatif di UIN Malang harus didasarkan pada kebutuhan mahasiswa. Karena itu harus dilakukan analisis kebutuhan terlebih dahulu dalam pengembangan kurikulum. 13 DAFTAR PUSTAKA Jack C. Richards. T.tahun. Curriculum Development in Language Teaching, terjemah Nashir bin Abdullah bin Ghali dan Shaleh bin Nashir alSyuwairih: Tathwir Manahij Ta’lim al-Lughah. Abdurrahman bin Ibrahim al-Fauzan dkk. 2002. Al-Arabiyah Baina Yadaika, AlMujallad al-Tsani, Al-Arabiyah li al-Jami’, Muassasah al-Waqfi al-Islami. Iskandarwassid dan Dadang Suhendar. 2008. Strategi Pembelajaran Bahasa, Bandung, PT Rosdakarya, Cetakan I. Dr. E. Mulyasa, M.Pd. 2009. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya) UIN Malang. 2009. Pedoman Pendidikan Universitas Islam Negeri (UIN) Malang tahun 2009-2010 UIN Malang. 2010. Visi, Misi, dan Tradisi. Rusydi Ahmad Thuaimah. 1989. Ta’limu al Arabiyah li Ghairi al Nathiqina biha: Manahijuhu wa Asalibuhu. (Riyadl: ISESSCO) Rusydi Thuaimah. 1998. Manahiju Tadrisi al Lughah al Arabiyah bi al Ta’limi al Asasi.(Kairo: Dar al Fikri al Arabi) Rusydi Ahmad Thuaimah dan Mahmud Kamil Naqah. 2006. Ta’limu al Lughah Ittishaliyyan baina al Manahij wa al Istiratijiyah. D. Hidayat. 2006. Shurah Mujazah ‘an al Madkhal al Ittishali, dari Rusydi Ahmad, Ta’limu al Lughah Ittishaliyyan baina al Manahij wa al Istiratijiyah. Sugiyono, Prof. Dr. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. (Bandung: Alfabeta) Sallis, Edward. 2006. Total Quality Management in Education. alih bahasa Dr. Ahmad Ali Riyadi, Fahrurrozi, M.Ag. (Jogjakarta: Penerbit IRCiSoD) 14