STRATEGI PUBLIC RELATION TEATER KOMA

advertisement
STRATEGI PUBLIC RELATION TEATER KOMA DALAM
MENARIK MINAT PENONTON
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi
Islam (S. Kom. I)
Diajukan Oleh:
Fitri Indrayati
NIM: 1111051000129
KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435 H / 2015 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 (S1) di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, Juni 2015
Fitri Indrayati
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
STRATEGI PUBLIC RELATION TEATER KOMA DALAM MENARIK
MINAT PENONTON
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi untuk Memenuhi
Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh:
Fitri Indrayati
NIM 1111051000129
Di Bawah Bimbingan
Ade Masturi, MA
NIP: 197506062007101001
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435 H/ 2015 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi ini berjudul STRATEGI PUBLIC RELATION TEATER
KOMA DALAM MENARIK MINAT PENONTON telah diujikan dalam
sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta pada tanggal 1 Juni 2015. Skripsi ini telah diterima sebagai
salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) pada
Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam.
Jakarta, 1 Juni 2015
Sidang Munaqasyah
Ketua,
Sekretaris,
Dr. Roudhonah
NIP:
Saprudin, S.Pd
NIP:
Penguji I,
Penguji II,
H. Zakaria
NIP:
Wahidin Saputra, M.Ag
NIP 19700903 199603 1 001
Pembimbing,
Ade Masturi, MA
NIP: 19750606 200710 1 001
i
ABSTRAK
Fitri Indrayati
Strategi Public Relation Teater Koma dalam Menarik Minat Penonton
komunikasi adalah proses penyampaian pesan dalam bentuk simbol atau
kode dari satu pihak kepada pihak yang lain dengan efek untuk mengubah sikap
atau tindakan agar tujuan yang dimaksud tercapai. Dan teater merupakan salah
satu media paling efektif dalam hal penyampaian pesan, tetapi semakin
berkembang nya zaman, teater mulai dilupakan masyarakatnya akibat muncul
media-media komunikasi yang lebih beragam, namun ditengah permasalahan ini
ternyata masih ada kelompok teater yang tetap eksis hingga saat ini, yakni teater
Koma. bahkan teater Koma saat ini sudah memiliki penonton tetap. Hal ini tidak
lepas dari sistem kerja Public Relation teater Koma yang sangat baik.
Pertanyaan mayornya, Bagaimana strategi Public Relation teater Koma
dalam menarik minat penonton? Sedangkan pertanyaan minornya adalah,
bagaimana proses kerja public relation teater Koma? apa saja strategi yang
digunakan teater Koma dalam menarik minat penonton?
Teater Koma melakukan strategi public relation agar mencapai tujuan
yang diharapkan. Strategi dirancang mulai dari penelitian, perencanaan,
pelaksanaan hingga evaluasi .
Teori yang digunakan adalah teori Public Relation menurut Cutlip,
Center dan Broom yakni fungsi manajemen yang menilai sikap publik,
mengidentifikasikan kebijaksanaan dan tata cara seseorang atau organisasi demi
kepentingan publik, serta merencanakan dan melakukan suatu program kegiatan
untuk meraih pengertian dan dukungan publik. Metode yang digunakan metode
penelitian kualitatif dan mengacu kepada sumber tulisan / studi pustaka.
Teater Koma memulai proses kerjanya dengan memahami apa saja
kejadian sekitar yang sedang terjadi dimasyarakat, mencoba menyelami lebih
dalam strategi yang dapat menarik perhatian masyarakat, kemudian mereka
mengadakan rapat internal dan melaksanakan strategi tersebut dalam tahap
pelaksanaan, selanjutnya proses terakhir yakni mereka mengadakan evaluasi agar
selalu ada perubahan terhadap kualitas kerja maupun strategi yang dibangun.
Strategi yang digunakan yakni strategi door to door, strategi kedekatan, strategi
media online, strategi publikasi dan strategi database.
Teori menurut Cutlip Center dan Broom ini merupakan salah satu konsep
teori yang ampuh dalam menjalankan sebuah proses public relation, karena saat
prosesnya, terdapat tahapan-tahapan yang harus dilakukan agar tujuan yang diraih
dapat mendekati atau berhasil mendekati harapan yang diinginkan. Teori ini lebih
mengedepankan daya kreatif sumber daya manusianya agar ide atau gagasan
strategi yang didapat semakin berkembang.
Dari penelitian ini, dapat dipahami bahwa teater Koma memiliki strategi
public relation yang sangat baik dan terkonsep dengan rapih sehingga mampu
meraup penonton hingga mencapai 20.000 penonton setiap pertunjukkan.
ii
KATA PENGANTAR
Segala Puji bagi Allah SWT yang dengan segala keindahan-Nya telah
mengkaruniakan penulis hidup yang indah sehingga berbagai kesulitan dapat
penulis lalui dengan perasaan bahagia dan penuh syukur.
Shalawat serta salam senantiasa terlimpah bagi kekasih Allah, Muhammad
SAW. Beliaulah Sang Pembawa misi kebenaran sepanjang zaman dan semoga
dengan kasihnya kita dapat menjadi umatnya yang selalu dalam naungannya.
Selanjutnya, Penulis mempersembahkan banyak terima kasih kepada
berbagai pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas akhir ini:
1. DR. H. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Komunikasi, beserta jajarannya.
2. Rachmat Baihaky, MA selaku ketua Jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam serta ibu Fita Fathkhurokhmah M.Si selaku Sekretaris
Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan
Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,
yang telah membimbing dengan sabar dan memberikan banyak ilmu
kepada peneliti selama peneliti menimba ilmu di Fakultas Ilmu
Dakwah dan Komunikasi.
3. Bapak Ade Masturi, MA selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang
dengan sabar mengajarkan, membantu, mengarahkan dan meluangkan
waktunya untuk peneliti. Semoga bapak selalu diberikan limpahan
iii
karunia dan nikmat sehat serta senantiasa mendapat perlindungan dari
Allah SWT.
4. Dosen-dosen Fakultas Ilmu dakwah dan Komunikasi, yang namanya
tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu. Terima kasih atas ilmu dan
dedikasi yang diberikan kepada peneliti. Semoga selalu dalam
lindungan Allah SWT serta selalu diberi nikmat sehat dan ilmu yang
bermanfaat.
5. Om Nano Riantiarno beserta sang istri tante Ratna Riantiarno selaku
penanggung
jawab
Teater
Koma,
terimakasih
sekali
sudah
mengizinkan peneliti menjadikan teater Koma sebagai objek
penelitian, juga ilmu serta wawasan yang sudah diberikan kepada
peneliti. Semoga Om dan Tante senantiasa diberi nikmat sehat dan
selalu dalam lindungan Tuhan yang Maha Esa. Dan khususnya untuk
Teater Koma semoga terus berkembang dan semakin sukses agar
selalu dibanggakan oleh masyarakatnya.
6. Secara khusus kepada kedua Orang tua terkasih ayahanda dan ibunda
(Imrawady, SE dan Deswita) yang tak jarang dibuat kecewa oleh
perilaku peneliti. Terima kasih Pah, Mah, untuk semua dukungan,
kelembutan kasih sayang, materi, juga kesabaran dalam merawat
peneliti serta doa-doa indah yang selalu kalian lantunkan untuk
peneliti. Semoga kalian selalu diberikan nikmat sehat juga selalu
dalam lindungan rahmat dan hidayah dari Allah sang pencipta langit
dan bumi.
iv
7. Kakak ku tersayang, Yenita Indrayati, Amd. Keb. Terimakasih kakak
telah mencurahkan kasih sayang, do‟a serta dukungan yang berlimpah
kepada peneliti. Semoga kakak selalu sehat dan dilindungi oleh Allah
SWT.
8. Teman-teman KPI D 2011, yang mungkin tidak bisa penulis sebutkan
satu persatu. Terimakasih kawan untuk cerita dan kisah-kisah indah
yang sudah kita ukir bersama, semoga kisah dan persahabatan kita tak
lekang oleh waktu meski jarak nantinya akan memisahkan kita. Sukses
selalu untuk kita semua.
9. Teman-teman KKN UINESCO, Fikri, Udon, Hilman, Siska, dara,
Intan, Nadhiroh, Mariam, Hakim, Rusdy, Evi, Ela, Indana, Dede, Arif.
Terimakasih kawan, kalian mampu membuat peneliti bahagia setiap
kali berkumpul dengan kalian, juga dukungan serta doa yang kalian
berikan selama penelitian ini. aku bangga bisa jadi bagian dari kalian.
Sukses selalu untuk kita dan Desa Cijambe tempat kita mengabdi.
10. Kawan-kawan KPI A hingga E angkatan 2011, Kakak-kakak dan adikadik Mahasiswa jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, meski
banyak yang tidak peneliti kenal tapi peneliti bangga dan bahagia
menjadi bagian dari kalian. Semoga kita semua bisa membanggakan
almamater kita.
11. Segenap Keluarga Besar Teater Syahid yang telah memberikan banyak
sekali ilmu, pengalaman dan tempat peneliti berkeluh kesah disamping
kegiatan kuliah. Khususnya kepada teman-teman angkatan 2011 Amel,
v
Idat, Elita, Zaza, Ari, Jafar, Julpong, Fiqi, Ocho, Rajab. Terimakasih
keluargaku, aku banyak belajar dari semuanya. Terimakasih sudah
membuat peneliti jadi lebih baik dan lebih produktif. Sukses selalu
untuk teater Syahid dan orang-orang didalamnya.
12. Teman-teman kosant, Ella, Tria, Itha, Anni, Azizah. Terimakasih neng
sudah selalu perhatian, mendukung, membantu juga menghibur
peneliti selama mengerjakan penelitian ini. semoga kita semua lulus
dengan nilai yang membanggakan. Tak lepas doa-doa indah
kuucapkan kepada kalian agar senantiasa diberi nikmat sehat, rezeki
yang bermanfaat, juga kesuksesan dimasa mendatang. Semoga
persahabatan ini tak pernah putus hingga kelak kita saling berjauhan.
13. Spesial untuk seorang lelaki hebat Iman Hamdani. Terima kasih ya
sudah selalu menemani dan banyak membantu peneliti lewat do‟a,
dukungan serta motivasi demi lancarnya penelitian ini. semoga kau
senantiasa sehat, diberi rezeki yang bermanfaat, sukses selalu juga
bahagia yang tak terhingga.
Dan kepada semua pihak yang secara langsung atau tidak langsung
membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini, semoga Allah membalas budi
baik yang telah kalian berikan. Akhirnya teriring salam dan doa, peneliti berharap
semoga skripsi ini dapat bermanfaat.
Ciputat, Mei 2015
vi
DAFTAR ISI
ABSTRAK………………………………………………………………………... i
KATA PENGANTAR…………………………………………………………… ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………..vi
DAFTAR TABEL………………………………………………………........... ix
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah…………………………………………
1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah…………………................
6
1. Pembatasan Masalah................................................................ 6
2.
Perumusan Masalah................................................................. 7
C. Tujuan Penelitian…………………………………........................ 7
D. Manfaat Penelitian.......................................................................... 7
E. Metodologi Penelitian………………………………………….... 9
1. Paradigma Penelitian............................................................... 9
2. Pendekatan Penelitian.............................................................
9
3. Metode Penelitian.................................................................... 10
4. Subjek dan Objek Penelitian.................................................... 11
5. Teknik Pengumpulan Data....................................................... 11
6. Teknik Analisis Data................................................................ 13
7. Teknik Penulisan...................................................................
16
F. Tinjauan Pustaka……………………………………………….
17
G. Sistematika Penulisan……………………………………..........
18
vii
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Strategi…………………………………………………………
19
1. Pengertian Strategi………………………………………… 19
2. Tahap – Tahap Strategi.....................................…………… 22
B. Public Relation…........………………………………………...
24
1. Pengertian Public Relation................................................... 24
2. Proses Public Relation.......................................................... 26
BAB III
a. Penelitian (Research).....................................................
26
b. Perencanaan (Planning).................................................
27
c. Pelaksanaan (action)......................................................
28
d. Evaluasi (evaluation).....................................................
30
C. Teater ….........………………………………………………...
31
1. Pengertian Teater…..........………………………………...
31
2. Sejarah Teater di Indonesia….......................……………..
35
3. Minat Penonton...................................................................
37
GAMBARAN UMUM
A. Sejarah Berdirinya Teater Koma………………..……………..
39
B. Profil Umum Teater Koma…………………………………….. 43
C. Visi dan Misi Teater Koma....................………………………. 46
D. Sistem Kerja Teater Koma..…………………………………… 47
E. Produksi Teater Koma dari Masa ke Masa.................................
54
1. Era Tahun 70-an.................................................................... 54
2. Era Tahun 80-an..................................................................... 55
3. Era Tahun 90-an..................................................................... 56
4. Era Tahun 2000-an................................................................. 57
viii
BAB IV
HASIL TEMUAN DAN ANALISIS DATA
A. Penelitian............................……………………………………. 59
B. Perencanaan.......................…………………………………….
61
1. Strategi Door to Door........................................................... 62
2. Strategi Kedekatan................................................................ 63
3. Strategi Media Online........................................................... 65
4. Strategi Publikasi.................................................................. 68
5. Strategi Database.................................................................. 69
C. Pelaksanaan................................................................................. 70
D. Evaluasi....................................................................................... 77
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan…………………………………………………….
80
B. Saran……………………………………………………...…....
82
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 84
LAMPIRAN-LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
1.
Tabel.1 Daftar Tim Produksi Teater Koma................................................
49
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Komunikasi merupakan kegiatan yang sangat penting dalam kehidupan
kita, karena semua kegiatan yang kita lakukan menggunakan komunikasi.
Komunikasi juga bagaikan urat nadi dalam kehidupan sosial manusia. Bahkan
bisa dikatakan tidak mungkin jika seseorang dapat menjalani kehidupannya
tanpa berkomunikasi. Sebab tanpa komunikasi manusia tidak bisa
menjalankan fungsinya sebagai pembawa amanah dari Allah di muka bumi
(khalifah). Komunikasi menduduki tempat yang utama karena susunan
keluasan dan cakupan organisasi secara keseluruhan ditentukan oleh teknik
komunikasi.1 komunikasi adalah proses penyampaian pesan dalam bentuk
simbol atau kode dari satu pihak kepada pihak yang lain dengan efek untuk
mengubah sikap atau tindakan agar tujuan yang dimaksud tercapai.
Jadi, secara umum komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia.
Apapun jenis aktivitasnya manusia pasti memerlukan komunikasi, baik
komunikasi secara individu, kelompok maupun organisasi. Dan teater
menjadi salah satu media yang dapat mengkomunikasikan pesan-pesan
kepada masyarakat.
Sedangkan teater berasal dari bahasa Yunani yakni teatron, artinya
tempat melihat, Atau area yang tinggi tempat meletakkan sesajian untuk para
1
Veithzal Rivai, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006),
h.377
1
2
dewa.2 Dan berdasarkan penjabaran diatas dapat disimpulkan bahwa teater
adalah suatu kegiatan manusia yang secara sadar menggunakan tubuhnya
sebagai alat atau media utama untuk menyatakan rasa dan karsa nya dikemas
dalam suatu karya yang disebut sebagai seni. Didalam menyatakan rasa dan
karsa tersebut, alat atau media utamanya ditunjang oleh berbagai unsur
pendukung, seperti gerak, suara, bunyi, dan rupa.3
Jadi, teater memiliki alat utama dan alat penunjang, dimana
alat
utamanya adalah tubuh manusia itu sendiri yang biasa kita sebut dengan aktor
atau aktris, aktor ataupun aktris menjadi sorot utama atau media utama yang
menjadi perhatian utama para penonton, baru kemudian unsur yang dapat
mendukung aktor/aktris tersebut diantaranya gerak seperti gerak tubuh, bunyi
dan sejenisnya, kemudian suara seperti kata atau ucapan, dan bunyi seperti
efek bunyi atau musik, dan yang terakhir rupa seperti cahaya, sinar lampu,
kostum.4
Teater mencerminkan nilai-nilai sosial masyarakatnya dan mampu
menimbulkan dampak. Teater juga bisa dikatakan sebuah gerakan sosial yang
mungkin menjadi profesi tertua setelah kekuasaan politik, mengingat teater
berkembang sejak zaman yunani kuno. Didalamnya terkandung unsur-unsur
komitmen, kerja sama, kepekaan, kerja keras demi hasil akhir yang
diinginkan, kepuasan pribadi, pembangunan serta pengembangan diri,
2
Nano Riantiarno, Kitab Teater, (Jakarta: Grasindo, 2011), h.1
Nano Riantiarno, Kitab Teater, h.1
4
Nano Riantiarno, Kitab Teater, h.2
3
3
pembelajaran terhadap pengalaman hidup, penghargaan bagi manusia dan
alam, serta tanggung jawab. 5
Sebagai seni, teater adalah sebuah objek, dan merupakan kombinasi dari
berbagai bentuk seni. jika disejajarkan dengan jenis-jenis kesenian lainnya,
teater akan terasa memiliki kelebihan yang spesifik. Berbeda dengan film,
mungkin film bisa ditonton berungkali dan pesan yang sampai akan sama
ketika menonton untuk yang kesekian kalinya, maka dari itu tidak heran jika
film menjadi salah satu media yang sangat efektif dalam penyampaian pesan
kepada penontonnya. Namun teater memiliki cara dan keunikan tersendiri
dalam menyampaikan pesan-pesannya, dimana media utamanya adalah tubuh
sang aktor dan panggung menjadi media tempat mereka menyampaikan
pesan-pesan tersebut. sangat berbeda ketika kita melihat pertunjukkan teater
secara langsung dengan menonton di tayangan ulang yang sudah berbentuk
rekaman/video.
Sesungguhnya hakikat seni teater adalah pertunjukkan langsung. Karena
jika sudah direkam itu berarti beberapa esensi dari pertunjukkan tersebut telah
lenyap. Dimana aura-aura prima dari para aktor sudah tidak terasa lagi, juga
artistik dan seluruh unsur penunjang sudah berupa tayangan ulang. Berbeda
saat kita menyaksikan pertunjukkan teater secara langsung, seluruh unsur
yang ada dalam pertunjukkan tersebut adalah bagian dari pertunjukkan.
Semua yang ada memiliki arti tersendiri baik itu berbentuk verbal maupun
simbol-simbol. Tidak hanya aktor yang menjadi sorotan para penonton,
5
Nano Riantiarno, Kitab Teater, h.2
4
namun juga segala yang ada disekitarnya, seperti makeup, kostum, artistik,
setting panggung, lighting, properti, handprop (property yang melekat
ditangan/dipegang) dan masih banyak lagi, bahkan penonton menjadi salah
satu unsur penunjang dari pertunjukkan tersebut. penonton akan dibawa
kedalam pertunjukkan tersebut, bagaimana jiwa dan raga kita berada dalam
satu emosi dengan para aktor serta semua unsur penunjangnya, sehingga
penonton dengan bebas dapat menyaksikan apa-apa yang ada dan yang terjadi
diatas panggung. Sehingga pesan-pesan yang disampaikan akan terasa lebih
efektif. Mungkin film dapat diulang beberapa kali ketika mengalami
kesalahan saat pengambilan adegan, namun tidak dengan teater, apapun yang
terjadi saat pengadeganan akan menjadi bagian dari sebuah pertunjukkan
tanpa bisa diperbaiki. Oleh karenanya diperlukan latihan berbulan-bulan
untuk dapat meraih hasil akhir yang terbaik juga meminimalisir kesalahankesalahan saat pertunjukkan tiba.
Namun nyatanya, sampai saat ini film masih menjadi media utama yang
diminati oleh masyarakat. Orang-orang bahkan tak segan memesan tiket
bioskop terlebih dahulu sebelum film tersebut dikeluarkan. Film memang
salah satu media yang efektif dalam menyampaikan pesan-pesan. Tidak sulit
bagi para penggiat film untuk menarik para penonton agar menonton filmfilm mereka.
Saat ini, teater masih bisa dikatakan media atau hiburan untuk
masyarakat kelas menengah keatas. Juga keterbatasan media massa dalam
menayangkan dan menyebar luaskan seni teater. Seolah teater menjadi topik
5
yang tidak laku, berbagai pertunjukkan teater hanya diminati oleh kalangan
sesama teaterawan atau pencinta seni. Melihat perbandingan jumlah penonton
yang ada antara film dan teater. Teater seolah menjadi produk yang
“eksklusif” ditengah masyarakat, menjadikannya terpisah dalam kehidupan
sehari-hari hanya bisa diakses dan dinikmati oleh mereka yang memiliki
kemampuan dan kemauan untuk itu. Padahal sesungguhnya teater sangat
dekat dengan kehidupan masyarakat, karena pertunjukkan-pertunjukkan yang
diangkat berasal dari fenomena atau kejadian sehari-hari yang ada di
masyarakat.
Indonesia masih menjadi negara yang asing untuk menjadikan
pertunjukkan seni teater menjadi bagian dalam kehidupan mereka seharisehari. Hal inilah yang menjadi dampak bahwa penonton teater tidak
berkembang. Ditengah polemik ini, ternyata masih ada teater yang sejak awal
berdiri mengalami perkembangan yang sangat baik bagi kelangsungan
kesenian di Indonesia, ia bernama teater Koma, yang didirikan oleh seniman
bernama Nano Riantiarno sejak tahun 1977 di Jakarta. Teater koma termasuk
kedalam teater kontemporer/teater modern. Mengingat ciri-ciri teater modern
adalah memiliki tempat khusus untuk pergelaran, penyaji dan penonton
dipisah, jika dipanggung prosenium terdapat tirai-tirai yang diangkat dan
diturunkam sebagai penanda pentas dimulai atau telah selesai, penonton harus
membayar karcis, dan fungsinya hiburan, lakon sejalan dengan zamannya,
6
idiom-idiom modern digunakan, terdapat naskah drama sebagai acuan
jalannya sebuah pertunjukkan .6
Dan teater Koma sampai saat ini masih konsisten terhadap pertunjukkanpertunjukkan yang mereka sajikan dan sukses mempertahankan penontonpenonton setianya, teater Koma sudah memiliki penonton tetap yang secara
pasti menyaksikan setiap pertunjukkan mereka berlangsung. Biasanya
penonton-penonton tersebut akan menyebarkan informasi pertunjukkan teater
Koma kepada kerabat dan orang-orang di sekitarnya hingga akhirnya mereka
menonton teater Koma. karena di beberapa pertunjukkan, peneliti pernah
menemukan fenomena penonton baru yang baru pertama kali menonton teater
Koma, bahkan tidak jarang dari mereka berasal dari luar kota. Hal inilah yang
menjadi percontohan bagi teater-teater di Indonesia untuk bisa menarik minat
masyarakat agar menonton pertunjukkan teater..
Maka, berdasarkan latar belakang pemikiran tersebut, peneliti ingin
menyusun skripsi dengan judul: “Strategi Public Relation Teater Koma
dalam Menarik Minat Penonton”
B. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Media untuk menyampaikan pesan-pesan moral memang sangat banyak.
Televisi, film, dan sebagainya kini menjadi media utama yang banyak
digunakan oleh masyarakat. Namun teater memiliki keunikan dan ciri
khas tersendiri bagi siapapun yang menyaksikan pertunjukkannya.
6
Nano Riantiarno, Kitab Teater, h. 29
7
Sehingga pesan-pesan yang disampaikan kepada penonton akan lebih
efektif. Dan agar penelitian ini lebih terarah dan pembahasannya tidak
terlalu meluas, penulis merasa perlu memberikan pembatasan masalah.
Adapun pembatasan masalahnya yakni pada strategi public relation yang
digunakan oleh teater Koma dalam menarik minat masyarakat untuk
menonton pertunjukkan Teater Koma.
2. Perumusan Masalah
Dari pembatasan diatas, maka rumusan masalah yang akan peneliti teliti
adalah:
a.
Bagaimana perencanaan strategi Public Relation teater Koma dalam
menarik minat penonton?
b.
Bagaimana pelaksanaan strategi Public Relation teater Koma dalam
menarik minat penonton?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui rencana strategi apa yang digunakan oleh teater koma
dalam menarik para penonton.
2. Untuk mengetahui bagaimana proses pelaksanaan strategi yang telah
mereka rencanakan dalam menarik minat penonton.
D. Manfaat Penelitian
Peneliti mengharapkan agar penelitian ini dapat memberikan manfaat
secara:
1.
Secara Teoritis, yaitu memberikan sumbangan wawasan keilmuan,
khususnya mengenai keikutsertaan teater dalam menjaga dan
8
memelihara kesenian melalui pengemasan sebuah pertunjukkan di
teater Koma.
2.
Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan
kontribusi dan manfaat dalam perkembangan kajian kesenian
khususnya mengenai kajian yang berhubungan dengan seni teater
dalam menarik minat penontonnya. Selain itu, semoga skripsi ini
dapat menjadi referensi bagi penelitian serupa di masa datang.
3.
Dalam tataran praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi
rujukan bagi praktisi, seniman, serta pihak-pihak yang terlibat dalam
dunia teater agar lebih memperhatikan strategi public relation apa
yang akan digunakan agar mampu menumbuhkan minat masyarakat
dalam menonton pertunjukkan teater khususnya teater Koma. Selain
itu,
semoga
penelitian
ini
menjadi
sebuah
rujukan
untuk
meningkatkan kesadaran pelaku kesenian terhadap membangun
minat masyarakat untuk menonton pertunjukkan teater. Untuk
masyarakat, diharapkan penelitian ini dapat meningkatkan kesadaran
untuk lebih peduli tidak hanya pada cerita apa yang akan di sajikan
oleh sebuah pementasan teater, tetapi hal-hal yang luput dari suatu
pementasan. Tentunya peneliti mengharapkan penelitian ini bisa
menambah wawasan bagi para pembacanya.
9
E. Metodologi Penelitian
1. Paradigma Penelitian
Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan
paradigma
konstruktivis.
Paradigma
konstruktivis
ini
memandang
komunikasi sebagai suatu proses produksi dan pertukaran makna.7 Dua hal
yang menjadi karakteristik penting dari paradigma ini adalah politik
pemaknaan dan proses seseorang membuat gambaran tentang realitas dan
komunikasi sebagai sebuah kegiatan yang dinamis.8
Paradigma konstruktivis bermula dari yang umum menuju yang spesifik,
paradigma konstruktivis menjelaskan bahwa realitas tertampilkan dalam
simbol-simbol melalui bentuk-bentuk deskriptif serta pengetahuan diperoleh
tidak melalui indra semata karena pemahaman mengenai makna adalah jauh
lebih penting.9 Paradigma ini lebih menekankan pada pemahaman makna
pada suatu realita dari yang paling umum hingga yang paling khusus.
2. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Pendekatan
ini hanya memaparkan situasi atau peristiwa. Penelitian ini tidak mencari atau
menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi.10
Penelitian deskriptif kualitatif sesungguhnya dapat dikatakan sebagai
7
Eriyanto, Analisis Framing: Ideologi, dan Politik Media, (Yogyakarta: Lkis, 2005), h.42
Eriyanto, Analisis Framing: Ideologi, dan Politik Media, h.42.
9
Poerwandari, Kristi, Pendekatan kualitatif untuk Penelitian Perilaku Manusia (Depok: LPS3P,
2007), h.23
10
Drs. Jalaluddin Rakhmat, M.Sc., Metode Penelitian Komunikasi (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2007),h.24.
8
10
penelitian yang diarahkan pada pengukuran yang cermat terhadap suatu
fenomena sosial tertentu.11 Dalam konteks ini peneliti mengembangkan
konsep dan menghimpun fakta namun tidak melakukan pengujian hipotesis.
Menurut Crasswell dalam sebuah pendekatan kualitatif memiliki
beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memilih penelitian jenis ini,
yaitu: Pertama, sebuah penelitian yang lebih memperhatikan proses daripada
hasil, Kedua, peneliti kualitatif lebih memperhatikan interpretasi, ketiga,
peneliti kualitatif merupakan alat utama dalam pengumpulan data dan analisis
data serta peneliti kualitatif harus terjun langsung ke lapangan, melakukan
observasi di lapangan, dan Keempat, peneliti kualitatif menggambarkan
bahwa peneliti terlibat langsung dalam proses penelitian, interpretasi data,
dan pencapaian pemahaman melalui kata atau gambar.12
3. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian studi kasus. Studi kasus
ini hanya terbatas pada suatu kasus-kasus tertentu yang sedang diteliti pada
objek tertentu atau perusahaan yang bersangkutan13.
Metode studi kasus ini termasuk ke dalam riset lapangan, dimana peneliti
meneliti
suatu
permasalahan
tertentu
secara
khusus,
peneliti
bisa
melakukannya dengan teknik survey maupun teknik eksperimen14.
11
Drs. Jalaluddin Rakhmat, M.Sc., Metode Penelitian Komunikasi, h.24
Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi (Jakarta: Kencana, 2007), h.303
13
Rosady Ruslan, Metode Penelitian Public Relation dan Komunikasi, (Jakarta: PT. RajaGrafindo,
2010) h.33
14
Rosady Ruslan, Metode Penelitian Public Relation dan Komunikasi, h.33
12
11
Peneliti terlebih dahulu membuat kerangka konseptual untuk kemudian
melakukan operasionalisasi konsep yang akan menghasilkan variabel beserta
indikatornya.
4. Subjek dan Objek Penelitian
a.
Subjek Penelitian
Subjek penelitiannya adalah kelompok kesenian teater. Dalam hal ini
adalah teater Koma.
b. Objek Penelitian
Objek penelitiannya adalah strategi komunikasi apa yang digunakan
oleh teater Koma dalam menarik minat masyarakat untuk menonton
pertunjukkan mereka.
5. Teknik Pengumpulan Data
a.
Wawancara
Wawancara adalah suatu proses komunikasi diadik, relasional
dengan tujuan yang serius dan ditetapkan terlebih dahulu yang
dirancang untuk mempertukarkan perilaku dan melibatkan tanya
jawab.15
Wawancara
dilakukan
secara
bebas
tetapi
tetap
menggunakan pedoman wawancara agar pertanyaan terarah. Sasaran
wawancara adalah penanggung jawab teater Koma, yakni Ratna
Riantiarno.
15
Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss, Human Communication: konteks-konteks Komunikasi,
(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005) h.40.
12
b. Observasi
Observasi yang dimaksud adalah peneliti meneliti atau mencatat
secara langsung peristiwa yang terjadi, peneliti juga bisa berperan
sebagai partisipan dalam menyaksikan atau mengamati suatu objek
yang sedang diteliti16
Observasi dilakukan oleh peneliti tidak hanya menghasilkan data
yang berasal dari pancaindra, namun juga dari apa yang dirasakan,
disentuh, dicicipi dan sebagainya, semua itu dapat menjadi bahan
pertimbangan penelitian selama peristiwa tersebut masih berkaitan
dengan penelitian kita17.
Observasi dilakukan peneliti untuk mengamati secara langsung
proses kegiatan yang berlangsung di teater Koma, yang bertujuan
untuk memperoleh gambaran umum mengenai proses pertunjukkan
teater di teater Koma.
c.
Dokumentasi
Yakni pengambilan data yang diperoleh melalui dokumendokumen.18 Dokumentasi dilakukan oleh peneliti untuk melakukan
interaksi
dan terlibat
langsung oleh suatu peristiwa
yang
bersangkutan.19 Dokumentasi juga dapat digunakan dalam penelitian
sebagai sumber data karena dalam banyak hal, dokumentasi sebagai
16
Rosady Ruslan, Metode Penelitian Public Relation dan Komunikasi, h.221
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Kencana, 2009), h.133
18
Usman Husaini dan Akbar Purnomo Setiady, Metodologi Penelitian Sosial (Jakarta: PT. Bumi
aksara, 2003), cet ke-4, h.73
19
Rosady Ruslan, Metode Penelitian Public Relation dan Komunikasi, h.221
17
13
sumber data dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan atau bahkan
mampu mendeskripsikan sebuah hal baru.
Dokumentasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah data-data
yang diperoleh melalui pengumpulan data-data, literatur maupun
kajian kepustakaan terkait masalah yang akan diangkat dan bisa
didapatkan dari buku-buku, artikel, berita, foto dan lain-lain20
6. Teknik Analisis Data
Untuk menganalisis data mengenai strategi public relation, teknik analisis
data yang peneliti gunakan adalah analisis public relation oleh Cutlip, Center
dan Broom. Menurut ketiganya, strategi public relation memiliki empat
proses, diantaranya:
1. Research (penelitian)
Tahapan ini merupakan tahapan dalam mengumpulkan fakta dan data
yang berkaitan dengan hal atau objek yang akan dikerjakan, segala
keterangan harus diperoleh dengan selengkap dan seakurat mungkin
karena menghindari hal-hal fatal dikemudian hari.21
2. Perencanaan (planning)
Dari tahap awal akan berlanjut ke tahap perencanaan. Dalam tahapan
ini bertugas membaca situasi atau menyusun permasalahan, maka
dengan membaca atau menyusun permasalahan yang terjadi maka akan
20
21
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif, h.144
Onong Uchjana Effendy, Human Relation & Public Relation, h.125
14
didapatkan kesimpulan dalam mengatasi maupun memilih orang-orang
yang tepat dan berhak menangani setiap permasalahan tersebut.22
3. Pelaksanaan (action)
Pada tahap ini hubungan antara pimpinan PR kepada para anggota
sangat dibutuhkan, semuanya harus menjalankan tugasnya masingmasing dengan sebaik mungkin. Betapa pentingnya komunikasi yang
terjalin pada tahapan ini agar memberikan kemudahan sirkulasi kerja
yang maksimal.23
4. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi
merupakan
tahap
terakhir
setelah
tahap
penelitian,
perencanaan, dan pelaksanaan. Sebelumnya dalam tahap pelaksanaan,
tidak jarang terjadi perubahan suatu program yang telah direncanakan.
Dan memang setiap program dalam tahap perencanaan harus kenyal,
tidak kaku, demi lancarnya kegiatan yang dilakukan.24
Untuk memperkuat teknik analisis tersebut diatas, maka peneliti juga
menggunakan teknik triangulasi. Teknik triangulasi adalah teknik yang
menggabungkan
ketiga
hasil
data
sementara
yakni
dari
observasi
(pengamatan), dokumentasi, dan wawancara. Setelah itu data-data tersebut
dikumpulkan untuk dibuat kesimpulan, dan diolah atau direvisi kembali
dengan menggunakan analisis deskriptif, yaitu dengan menganalisis setiap
data atau fakta yang ditemukan lebih dekat, mendalam dan menyeluruh.
Dalam menganalisis data terdapat tahapan-tahapan sebagai berikut:
22
Onong Uchjana Effendy, Human Relation & Public Relation, h.126
Onong Uchjana Effendy, Human Relation & Public Relation, h.130
24
Onong Uchjana Effendy, Human Relation & Public Relation, h.131
23
15
a. Reduksi data, diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian
pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data “kasar” yang
muncul dari catatan-catatan lapangan.25 Reduksi dilakukan sejak
pengumpulan data, dimulai dengan membuat ringkasan, mengkode,
menelusuri tema, membuat gugus, menulis memo, dan lain sebagainya
dengan maksud menyisihkan data/informasi yang relevan dan tidak
mengorganisasikan data sedemikian rupa sehingga akhirnya data yang
terkumpul dapat diverifikasi.26 Data tersebut didapat dari observasi di
teater Koma, yang beralamat di Bintaro, Jakarta Selatan.
b. Penyajian data, yakni mengumpulkan seluruh informasi yang sudah
terarah untuk kemudian memberikan kemungkinan adanya penarikan
kesimpulan dan pengambilan tindakan.27 Penyajian data kualitatif
disajikan dalam teks naratif, penyajian juga dapat berbentuk matriks,
grafik, jaringan dan bagan.28 Semuanya dirancang guna menggabungkan
informasi yang tersusun agar mudah dipahami.
c. Penarikan kesimpulan atau verifikasi, merupakan kegiatan di akhir
penelitian kualitatif. Peneliti harus sampai pada kesimpulan dan verifikasi,
baik dari segi makna maupun kebenaran kesimpulan yang disepakati oleh
subjek tempat penelitian itu dilaksanakan. Makna yang dirumuskan
peneliti dari data harus diuji kebenaran, kecocokan, dan kekokohannya.29
25
Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2008), cet ke-1, h. 85
26
Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, h. 85
27
Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, h. 85
28
Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, h. 85
29
Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, h. 85
16
Peneliti menarik kesimpulan dari data wawancara narasumber, tinjauan
teori dan mencantumkan data yang sudah akurat hingga dijadikan sebagai
kesimpulan dari jawaban rumusan masalah.
Apabila seluruh data telah terkumpul maka untuk menganalisisnya
digunakan teknik analisis deskriptif, yaitu peneliti berupaya mendeskripsikan
kembali data-data yang telah terkumpul mengenai persepsi dan pemahaman
tentang strategi komunikasi teater koma dalam menumbuhkembangkan minat
para penontonnya.
Bogdan dan Biklen menyebutkan bahwa analisis data kualitatif ialah
upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan
data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mencari dan
menemukan pola, menemukan apa yang penting, dan menemukan apa yang
dipelajari, serta memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.30
7. Teknik Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini peneliti menggunakan teknik penulisan
berdasarkan buku “Pedoman Penulisan Karya iIlmiah (Skripsi, Tesis, dan
Disertasi)” yang diterbitkan oleh CeQDA (Center for Quality Development
and Assurance) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
2007.
30
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002)
h.248.
17
F. Tinjauan Pustaka
Untuk menentukan judul skripsi ini, penulis melakukan tinjauan pustaka
di perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam tinjauan tersebut
ditemukan beberapa judul skripsi yang memiliki kesamaan yaitu dalam hal
penggunaan metodologi penelitian dengan menggunakan pendekatan
penelitian kualitatif. Sedangkan perbedaannya yaitu pada objek penelitiannya.
Adapun beberapa skripsi yang penulis temukan dan menjadi rujukan
dalam meneliti diantaranya:
1.
Strategi Komunikasi Public Relation Hotel Sofyah Betawi (Syariah)
Dalam Meningkatkan Mutu Pelayanan Terhadap Tamu oleh Nadya
Ramayani
2.
Strategi Publik Relation PT. Anugrah Bersama Sejahtera Dalam
Menjalin Loyalitas Customer oleh Johan Alkautsar
3.
Strategi Public Relations Pegadaian oyariah Cabang Ciputat Raya
Dalam Membangun Kepuasan Layanan Terhadap Konsumen oleh
Siti Muslipah
4.
Strategi Public Relations Rabbani Dalam Mensosialisasikan Busana
Muslim Modern
5.
Strategi
Komunikasi
Rumah
Busana
Mensosialisasikan Busana Islami oleh Dian Putra.
RANTI
Dalam
18
G. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN yang akan memaparkan latar belakang
masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,
tinjauan pustaka, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN TEORITIS DAN KERANGKA KONSEPTUAL
yang akan menguraikan dan membahas teori-teori mengenai strategi public
relation. Selain itu, bab ini juga membahas tentang apa itu kesenian teater:
pengertian, sejarah dan perkembangannya serta kaitannya dengan menarik
minat penonton.
BAB III GAMBARAN UMUM yang berisi profil dan sejarah
berdirinya Teater Koma, juga visi dan misi, serta struktur kepengurusan
Teater Koma.
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA yang berisi temuan data
dan analisis mengenai strategi public relation teater Koma dalam menarik
minat penonton.
BAB V PENUTUP berisi kesimpulan dan saran peneliti.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Strategi
1. Pengertian Strategi
Strategi berasal dari dua suku dari bahasa Yunani yakni tratos dan agein,
dimana stratos berarti pasukan dan agein berarti memimpin, jadi strategi
berarti ilmu mengenai memimpin pasukan.31 Asumsi awal yang mengawali
kata strategi adalah para jenderal yang ingin memimpin pasukan menjelang
genderang bendera peperangan dilaksanakan. Sehingga tidak mengherankan
jika kata strategi sangat melekat dengan para pasukan militer dan pasukanpasukan yang sifatnya memenangkan perang.32
Kini pemahaman mengenai strategi sudah meluas, perang yang awalnya
memperebutkan kemerdekaan negara, ada pula perang untuk mencapai
kesejahteraan masyarakat, kini strategi harus mencakup didalamnya
kesepakatan bersama, interaksi satu sama lain, demi tercapainya tujuan
bersama.33
Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia cetakan ketiga (2005:1092)
disebutkan strategi adalah ilmu dan seni menggunakan sumber daya bangsabangsa untuk melaksanakan kebijakan tertentu dalam keadaan perang dan
31
Ali Murtopo, Strategi Kebudayaan, (Jakarta: Center for Strategicand Internasional Studies-CSIS,
1978), hal.7
32
Setiawan Hari Purnomo dan Zulkifirmansyah, Manajemen Strategi:Sebuah Konsep Pengantar,
(Jakarta: Lembaga Penerbitan Fakultas Ekonomi UI, 1999), h.8
33
Ali Murtopo, Strategi Kebudayaan, h.8
19
20
damai atau rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran
khusus.
Dari paparan pengertian diatas, strategi berarti ilmu untuk melaksanakan
suatu hal tertentu menggunakan kebijakan atau cara-cara yang telah
ditentukan sehingga tujuan yang inginkan dicapai dapat terlaksana lebih
mudah dan terarah, juga strategi mencakup kedalam beberapa faktor, yakni
faktor kesepakatan bersama, faktor interaksi satu sama lain, agar tidak terjadi
kesalahpahaman satu sama lain.
Strategi juga bagaimana kita mampu membaca sekitar dan memahami
lebih dalam apa-apa yang terjadi disekitar sehingga strategi yang ingin
digunakan akan lebih mudah dan langsung mengarah ke sasaran.
Strategi adalah aksi potensial yang membutuhkan keputusan manajemen
puncak dan sumber daya perusahaan dalam jumlah besar, selain itu strategi
juga memengaruhi perkembangan jangka panjang perusahaan, biasanya untuk
lima tahun ke depan dan karenanya berorientasi ke masa yang akan datang.34
Menurut Steinner dan Meinner, strategi adalah penempatan misi
perusahaan, penetapan sasaran organisasi dalam meningkatkan kekuatan
eksternal dan internal, perumusan kebijakan dan strategi tertentu untuk
mencapai sasaran dan memastikan implementasinya secara tepat, sehingga
tujuan dan sasaran utama organisasi akan tercapai.35
34
Fred R. David, Manajemen Strategi Konsep, (Jakarta: Salemba Empat, 2011), h.19
George Steinner dan John Meinner, Manajemen Strategi, penerjemah: Agus Dharma,(Jakarta:
Erlangga, 1999) h.20
35
21
Dengan demikian, strategi merupakan cara atau rencana akan suatu hal
demi mencapai tujuan yang diharapkan agar sasaran yang dituju terarah dan
khusus. Strategi juga mencakup berbagai faktor didalamnya seperti interaksi
satu sama lain, internalisasi terhadap keadaan sekitar, juga pembacaan
keadaan terhadap situasi yang terjadi juga mengoptimalkan segala sumber
daya yang ada. Kini strategi banyak digunakan didalam sebuah organisasi
untuk menjalankan kegiatan-kegiatannya, juga strategi menjadi media
komunikasi dalam menyatukan aspirasi dari berbagai perorangan agar
mencapai kata sepakat demi tercapainya tujuan. Namun nyatanya pada abad
ini strategi tidak hanya dapat digunakan oleh organisasi atau sekumpulan
lembaga yang mengharuskan banyak anggota, melainkan strategi kini dapat
digunakan oleh individu setiap manusia untuk mencapai maksud dan tujuan
yang diinginkan.
Menurut Ali Murtopo, strategi mempunyai ciri-ciri sebagai berikut, yang
pertama memusatkan perhatian pada kekuatan, artinya mengoptimalkan
semua yang dimiliki termasuk apa-apa yang menjadi landasan khusus strategi
tersebut dalam menguatkan strategi yang sudah dirancang dan dikemas
sedemikian rupa, karena kekuatan menjadi titik utama dalam fokus
perencanaan strategi; yang kedua yakni memusatkan perhatian kepada analisa
dinamik, analisa gerak serta analisa aksi, yang berarti strategi mencakup
berbagai hal yang mengharuskan objeknya mampu menganalisa semua yang
ada dan yang terjadi; ketiga strategi memusatkan perhatian kepada tujuan
yang ingin dicapai serta gerak untuk mencapai tujuan tersebut, pada ciri-ciri
22
kali ini mengasumsikan bahwa tujuan menjadi alasan mengapa strategi itu
digunakan dan strategi tersebut dapat muncul karena kita sudah terlebih dulu
mengetahui tujuan yang akan dicapai, oleh karenanya strategi menjadi
penguat demi tercapainya tujuan yang diharapkan; keempat berusaha
menemukan masalah-masalah yang terjadi dari peristiwa yang ditafsirkan
berdasarkan konteks kekuatan kemudian melakukan analisa mengenai
kemungkinan-kemungkinan serta memperhitungkan pilihan-pilihan dan
langkah-langkah yang dapat diambil dalam rangka gerak menuju kepada
tujuan tersebut.36
2. Tahap - Tahap Strategi
Dalam proses penerapan strategi, tahapan strategi menurut Fred R. David
menjadi dasar utama arau acuan untuk melaksanakan strategi ke yang lebih
khusus dan spesifik, karena hal itu akan membantu keakuratan dari penelitian
tersebut. Dalam bukunya Fred R. David mengemukakan bahwa sebuah
strategi dapat teruji keberhasilannya jika telah melalui ketiga tahapan dasar
berikut, tahapan-tahapan tersebut diantaranya:
a. Perumusan Strategi
Langkah awal yang perlu dilakukan dalam melaksanakan strategi
yaitu dengan cara merumuskan strategi, atau menyusun strategi apa
yang akan digunakan. Pada tahap ini antara lain bertugas menetapkan
visi dan misi, mengidentifikasi, peluang dan tantangan yang dihadapi
organisasi dari sudut pandang eksternal, menetapkan kelemahan dan
36
Ali Murtopo, Strategi Kebudayaan, h.8
23
keunggulan yang dimiliki organisasi dari sudut pandang internal,
menyusun rencana jangka panjang, membuat strategi-strategi
alternatif dan memilih strategi tertentu yang akan dicapai.37
b. Implementasi Strategi
setelah melakukan perumusan dan menetapkan strategi yang
digunakan, maka langkah selanjutnya adalah melaksanakan atau
menerapkan strategi yang telah ditetapkan tersebut. Pada tahap ini
memerlukan suatu keputusan dari pihak yang berwenang dalam
mengambil keputusan untuk menetapkan tujuan tahunan, membuat
kebijakan, memotivasi pegawai, dan mengalokasikan sumber daya
yang dimiliki sehingga strategi yang sudah diformulasikan dapat
dilaksanakan.38 Implementasi strategi atau disebut juga dengan
penerapan strategi mencakup pengembangan budaya yang sportif
pada strategi, penciptaan struktur organisasional yang efektif,
pengerahan ulang upaya-upaya pemasaran, penyiapan anggaran,
pengembangan serta pemanfaatan sistem informasi, dan pengaitan
kompensasi karyawan dengan kinerja organisasi.39
c. Evaluasi Strategi
Evaluasi merupakan tahap akhir dalam pelaksanaan strategi. Para
manajer sangat perlu untuk mengetahui ketika ada strategi yang
sudah diformulasikan tidak berjalan dengan baik. Semua strategi
terbuka untuk dimodifikasi di masa yang akan datang karena berbagai
37
Fred R. David, Manajemen Strategi Konsep, h.6
Fred R. David, Manajemen Strategi Konsep, h.6
39
Fred R. David, Manajemen Strategi Konsep, h.7
38
24
faktor eksternal dan internal yang terus menerus dapat berubah.
Evaluasi strategi terdapat tiga aktivitas yang dianggap sangat krusial,
diantaranya mereview faktor-faktor internal dan eksternal yang
menjadi dasar untuk strategi saat ini, mengukur performa dan
mengambil langkah korektif.40 Evaluasi Juga dapat menjadi tolok
ukur untuk strategi yang akan dilaksanakan kembali oleh suatu
organisasi dan juga untuk memastikan sasaran yang dinyatakan telah
tercapai atau belum.
B. Public Relation
1. Pengertian Public Relation
Untuk memahami Public Relation (PR) dengan lebih luas maka
kita dapat menelaah pendapat para pakar. Onong Uchjana didalam
bukunya mengemukakan definisi dari Cutlip, Center dan Broom yang
menyatakan bahwa public relation adalah fungsi manajemen yang
menilai sikap publik, mengidentifikasikan kebijaksanaan dan tata cara
seseorang
atau
organisasi
demi
kepentingan
publik,
serta
merencanakan dan melakukan suatu program kegiatan untuk meraih
pengertian dan dukungan publik.41
Prof Marston yang dikutip oleh Onong Uchjana mengatakan bahwa
public relation adalah fungsi manajemen yang menilai sikap publik,
mengidentifikasikan kebijaksanaan dan tata cara sebuah organisasi
40
Fred R. David, Manajemen Strategi Konsep, h.7
Onong Uchjana Effendy, Human Relation & Public Relation, (Bandung: CV Mandar Maju,
2009), h.116
41
25
demi kepentingan publik, dan melaksanakan program kegiatan dan
komunikasi untuk meraih pengertian umum dan dukungan publik.42
Adapula Rex Harlow mendefinisikan PR yang juga dikutip oleh
Onong dalam bukunya, PR adalah fungsi manajemen yang khas yang
mendukung pembinaan dan pemeliharaan jalur bersama antara
organisasi dengan publiknya mengenai komunikasi, pengertian,
penerimaan, serta kerja sama; melibatkan manajemen dalam
permasalahan atau persoalan; membantu menajemen menjadi tahu dan
tanggap terhadap opini publik; mendukung manajemen dalam
mengikuti dan memanfaatkan perubahan secara efektif; bertindak
sebagai sistem peringatan dini dalam membantu mengantisipasi
kecenderungan;
juga
menggunakan
penelitian
dengan
teknik
komunikasi yang baik sebagai sarana utamanya.43
Dari definisi barbagai pakar diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
pada hakikatnya PR mengedepankan kesejahteraan umum dalam hal
ini publik. Publik sebagai media untuk melaksanakan komunikasi
menjadi sarana atau dasar utama mereka mengemukakan definisidefinisi tersebut. Para ahli tersebut juga mengungkapkan pentingnya
fungsi manajemen bekerja demi pembinaan dan pemeliharaan jalur
bersama antara organisasi dengan publiknya. PR juga bertujuan
melakukan perubahan yang efektif, sehingga akan terbukti apakah
manajemen yang mereka lakukan berhasil atau tidak.
42
43
Onong Uchjana Effendy, Human Relation & Public Relation, h.117
Onong Uchjana Effendy, Human Relation & Public Relation, h.117
26
2. Proses Public Relation
Seperti yang telah peneliti uraikan sebelumnya pada hal tahapan
strategi,
PR
juga
melakukan
cara-cara
tersebut
dengan
mengkombinasikan kepentingan dan tujuan PR. Ada empat tahapan
PR yang dikemukakan oleh Cutlip dan Center yang dikutip oleh
Onong dalam bukunya. Keempat tahapan PR tersebut adalah:
a. Research (Penelitian)
Tahapan ini merupakan tahapan dalam mengumpulkan fakta dan
data yang berkaitan dengan hal atau objek yang akan dikerjakan,
segala keterangan harus diperoleh dengan selengkap dan seakurat
mungkin karena menghindari hal-hal fatal dikemudian hari.44 Pada
saat pencariannya memerlukan waktu, tenaga dan biaya. Imajinasi
kreatif sangat diperlukan pada saat ini, dengan ide-ide kreatif yang
mendalam akan menghasilkan konsep maupun gambaran luas
mengenai projek tersebut, dengan imajinasi kreatif juga akan
menghindari atau memperkecil kendala-kendala yang akan terjadi,
juga munculnya antisipasi dalam mengatasi kendala tersebut.
Data-data atau konsep yang sudah didapat kemudian diolah
kembali agar data memperoleh data yang benar-benar matang lalu
akan dipisahkan dan dikelompok-kelompokkan agar memudahkan
nanti saat penggunaannya.45
44
45
Onong Uchjana Effendy, Human Relation & Public Relation, h.125
Onong Uchjana Effendy, Human Relation & Public Relation, h.125
27
b. Perencanaan (Planning)
Dari tahap awal akan berlanjut
tahapan
ini
permasalahan,
bertugas
maka
ke tahap perencanaan. Dalam
membaca
dengan
situasi
atau
menyusun
membaca
atau
menyusun
permasalahan yang terjadi maka akan didapatkan kesimpulan
dalam mengatasi maupun memilih orang-orang yang tepat dan
berhak menangani setiap permasalahan tersebut.46
Dalam perencanaan diperlukan pemikiran yang matang, oleh
karenanya pada tahapan ini merupakan salah satu tahapan penting
yang ikut menentukan sukses tidaknya sebuah pekerjaan PR
keseluruhan.
Perencanaan
ini
menghendaki
penglihatan
keseluruhan, mulai dari perkiraan yang jauh kedepan, ke belakang
dan sekelilingnya.
Sebuah rencana adalah campuran dari kebijaksanaan (policy) dan
tata cara (procedure).47 Kebijaksanaan dari pimpinan PR ini
menjadi pedoman bagi pemikiran dan tindakan para petugas yang
akan bekerja nantinya, sedangkan tata cara meliputi pemilihan
tindakan yang akan dijalankan kelak dalam tahap pelaksanaan.
Perencanaan ini sangat bermanfaat bagi pimpinan PR, dan anggota
yang menjalankan, karena sukses tidaknya proses PR ini sangat
bergantung tahap perencanaan, karena seluruhnya yang akan
46
47
Onong Uchjana Effendy, Human Relation & Public Relation, h.126
Onong Uchjana Effendy, Human Relation & Public Relation, h.127
28
dikerjakan pada tahap pelaksanaan harus dipikirkan matangmatang pada tahap ini.
c. Pelaksanaan (action)
Sama halnya dengan impelementasi strategi, pada tahap ini
merupakan tahapan inti dari seluruh apa-apa yang telah
direncanakan sebelumnya. Pada tahapan ini, seluruh pihak yang
bertugas
harus
melaksanakan
pekerjaannya
sesuai
dengan
gambaran konsep pada perencanaan lalu. Agar tidak terjadi
penyimpangan strategi maupun hasil yang tidak memuaskan dan
diluar harapan.
Pada tahap ini hubungan antara pimpinan PR kepada para anggota
sangat dibutuhkan, semuanya
harus menjalankan tugasnya
masing-masing dengan sebaik mungkin. Betapa pentingnya
komunikasi yang terjalin pada tahapan ini agar memberikan
kemudahan sirkulasi kerja yang maksimal.48
Dalam pelaksanaan, akan ada saja hal-hal yang tidak terduga yang
terjadi, oleh karenanya mengapa diperlukan penemuan pengolahan
data
yang
matang,
juga
orang-orang
yang
berkompeten
dibidangnya.
Ada 7 hal penting yang termasuk dalam tahap pelaksanaan
menurut Cutlip, Center dan Broom yang dikutip oleh Neni yakni
sebagai berikut:
48
Onong Uchjana Effendy, Human Relation & Public Relation, h.130
29
Credibility, dalam hal ini dimaksudkan bahwa kegiatan komunikasi
dimulai dengan “a climate of belief”, terutama untuk dimainkan
oleh peran seorang sumber komunikasi dimana ia haruslah seorang
yang dianggap berkompeten.49 Yang kedua Context, dalam hal ini
suatu program komunikasi haruslah dapat berhadapan dan
menyesuaikan dengan realitas dan lingkungan dimana komunikasi
itu dilancarkan, yang terpenting adalah pesan tersebut harus
disampaikan sesuai dengan penerimanya (sasaran).50 Content, yang
dimaksudkan adalah bahwa pesan yang disampaikan dapat
dimengerti oleh audience yang menerimanya, bukan hanya
dimengerti oleh komunikatornya.51 Selanjutnya Clarity, pesan yang
disampaikan harus menggunakan term-term yang sederhana, katakata yang digunakan harus mempunyai arti yang sama baik bagi
komunikator maupun komunikan.52 Continuity and Consistency,
komunikasi adalah proses yang tidak ada henti-hentinya dan
dilakukan secara terus menerus, oleh karena karakternya demikian
maka
harus
diupayakan
agar
terdapat
variasi
dalam
pengaplikasiannya disamping kontinuitasnya terjaga.53 Channels,
eksistensi media komunikasi harus dapat dimanfaatkan dalam
melakukan kegiatan komunikasi, juga memberikan dampak
49
Neni Yulianita, Dasar- dasar Public Relation, (Bandung: Pusat Penerbitan Universitas, 2007)
h.153
50
Neni Yulianita, Dasar- dasar Public Relation, h.153
51
Neni Yulianita, Dasar- dasar Public Relation, h.154
52
Neni Yulianita, Dasar- dasar Public Relation, h.154
53
Neni Yulianita, Dasar- dasar Public Relation, h.154
30
manfaat bagi komunikannya, pemilihan jenis media diupayakan
dapat menjangkau publik sasarannya.54 Yang terakhir Capability of
the audience, komunikasi akan efektif jika kebutuhan audience
terpenuhi juga meliputi faktor-faktor sarana dan prasarana yang
ada.55
d. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi merupakan tahap terakhir setelah tahap penelitian,
perencanaan, dan
pelaksanaan. Sebelumnya dalam tahap
pelaksanaan, tidak jarang terjadi perubahan suatu program yang
telah direncanakan. Dan memang setiap program dalam tahap
perencanaan harus kenyal, tidak kaku, demi lancarnya kegiatan
yang dilakukan.56
Sehingga tujuan utama dari evaluasi ialah untuk mengetahui
apakah kegiatan PR benar-benar dilaksanakan menurut rencana
berdasarkan hasil penelitian atau tidak. Jadi evaluasi sangat
penting. Karena tanpa penilaian, tidak akan diketahui sampai
dimana kelancaran kegiatan PR yang telah berlangsung.
Seperti dalam tahap-tahap lainnya, dalam tahap evaluasi ini pun
pimpinan PR hendaknya bekerja dengan teliti dan seksama. Dalam
hal ini kejujuran merupakan faktor paling penting, semua data-data
harus faktual, pimpinan tidak boleh memberikan tafsiran, apalagi
penyelewengan fakta, jika terjadi demikian, maka pemimpin
54
Neni Yulianita, Dasar- dasar Public Relation, h.154
Neni Yulianita, Dasar- dasar Public Relation, h.155
56
Onong Uchjana Effendy, Human Relation & Public Relation, h.131
55
31
tersebut
tidak
mengumpulkan
fungsional.57
fakta
dari
Oleh
awal
karenanya
tahapan
pentingnya
dilakukan
agar
memudahkan saat evaluasi. Sehingga akan diketahui nantinya apa
saja yang menjadi kendala, apa saja yang memudahkan, dan
berhasil atau tidak strategi tersebut.
C. Teater
1. Pengertian Teater
Teater berasal dari bahasa Yunani yakni “Teatron” yang berarti
tempat yang tinggi tempat meletakkan sesajian untuk para dewa.58
Teater dapat juga diartikan mencakup gedung, para pekerja
(pemain dan kru), sekaligus kegiatannya (seluruh peristiwa yang
terjadi didalamnya),adapula yang mengartikan teater sebagai semua
jenis dan bentuk tontonan baik dipanggung tertutup maupun diarena
terbuka.59
Suatu peristiwa yang mencakup tiga unsur didalamnya (pekerja,
tempat, peristiwa) maka itu adalah teater.60
Jadi, sejatinya teater menurut Nano Riantiarno dalam bukunya
“Kitab Teater” adalah sebagai berikut:
“Suatu kegiatan manusia yang secara sadar menggunakan tubuhnya
sebagai alat atau media utama untuk menyatakan rasa dan karsanya
mewujud dalam suatu karya (seni)”61
57
Onong Uchjana Effendy, Human Relation & Public Relation, h.131
Nano Riantiarno, Kitab Teater, h.1
59
Nano Riantiarno, Kitab Teater, h.1
60
Nano Riantiarno, Kitab Teater, h.1
58
32
Teater merupakan gerakan sosial dan bisa jadi merupakan profesi
tertua setelah kekuasaan politik, didalamnya terkandung komitmen,
kerja sama, kepekaan, kerja keras, pengembangan karakter, kreativitas
yang menuntut kita lebih kritis, demi hasil akhir yang terbaik. 62 Teater
menuntut para pekerjanya untuk bekerjasama dalam membangun
sebuah karya seni agar mampu dinikmati oleh masyarakat, bukan
semata demi kesuksesan individu.
Teater sebagai sebuah hasil karya seni merupakan satu kesatuan
yang utuh antara aktor (media utamanya) dengan semua unsur
penunjang
yang
mendukung
peristiwa
tersebut.
Kita
bisa
berpandangan mengenai teater lewat empat cara, yakni:
(a) Sebagai hiburan atau Hiburan;63 hiburan dalam huruf h (huruf
kecil) adalah yang berarti teater berfungsi sebagai suatu hiburan
semata, yang semata-mata hanya menghibur untuk menghilangkan
penat selama beraktifitas, sedangkan H (huruf kapital) adalah
teater
sebagai
objek
tempat
dimana
masyarakat
dapat
menyaksikan hiburan dari segala sudut pandang yang berbeda,
juga masyarakat dapat menjadikan teater sebagai tempat yang
paling tepat melihat kondisi sosial politik yang sedang terjadi
dalam konteks menghibur.
61
Nano Riantiarno, Kitab Teater, h.1
Nano Riantiarno, Kitab Teater, h.2
63
Nano Riantiarno, Kitab Teater, h.3
62
33
(b) sebagai alat pendidikan;64 selain berfungsi sebagai hiburan teater
juga dapat menjadi media atau alat pendidikan, karena teater juga
sangat dekat dengan pendidikan, didalamnya terkandung pesanpesan moral yang mengajak para penonton untuk melakukan
internalisasi mengenai apa yang disampaikan oleh pertunjukkan
tersebut.
(c) sebagai senjata sosial/politik;65 teater sangat dekat dengan
masyarakatnya. Karena pertunjukkan yang digelar biasanya
merujuk atau transpirasi dari kondisi yang tengah terjadi disekitar.
Termasuk disaat masyarakat sudah penat dan jenuh dengan
keadaan sosial politik saat ini, teater bisa menjadi media yang
sangat efektif untuk melancarkan aksi kepada para politisi maupun
lembaga yang bersangkutan, sebab di dalam teater terdapat aksi
dialog serta tempat masyarakat mengeluarkan apa yang dirasa
selama ini.
(d) sebagai dokumen sejarah.66 Teater banyak mementaskan cerita
mengenai sejarah atau kisah-kisah yang sudah ada, baik sejarah
sosial politik maupun sejarah etalase kehidupan. Sejarah bisa
dikenang dan diabadikan melalui teater, teater mementaskannya,
menceritakan isi dari kisah tersebut yang dikemas sedemikian rupa
agar bisa dinikmati oleh khalayak.
64
Nano Riantiarno, Kitab Teater, h.3
Nano Riantiarno, Kitab Teater, h.3
66
Nano Riantiarno, Kitab Teater, h.3
65
34
Setiap orang yang menonton pertunjukkan teater sudah pasti
melihat teater dengan sudut pandang yang berbeda, dan itu sah-sah
saja. Karena para sutradara biasanya membebaskan para penontonnya
mengambil kesimpulan apa saja dari pementasan yang berlangsung.
Oleh karenanya tidak jarang usai pementasan berlangsung
biasanya diadakan diskusi kecil yang isinya membahas tentang
pertunjukkan tersebut, diskusi mencakup berbagai kalangan, mereka
saling bertukar pikiran mengenai apa saja yang didapat ketika
menyaksikan pertunjukkan tersebut.
Sebagai sebuah bidang seni, teater membantu manusia memahami
dunianya atau membantu manusia dalam memaknai kehidupan, teater
juga membantu kita dalam membentuk persepsi mengenai realita
kehidupan yang ada melalui imajinasi, intelektual, dan emosi.67
Teater terdiri dari unsur-unsur sastra drama, seni peran, seni
gerak, seni suara, seni musik, seni rupa, arsitektur.68 Perbedaan pada
setiap pertunjukkan/kelompok teater adalah terletak pada cara
penyajiannya
(kemasannya),
biasanya
setiap
kelompok
teater
memiliki ciri khas menurut aliran teori yang dianutnya masing-masing
67
68
Nano Riantiarno, Kitab Teater, h.3
Nano Riantiarno, Kitab Teater, h.4
35
2. Sejarah Teater di Indonesia
Nano Riantiarno meringkas sejarah teater modern yang ada di
Indonesia menurut Jakob Sumardjodi dalam bukunya “Kitab
Teater”(2011 : 27) menjadi lima periode:
I.
MASA PERINTISAN TEATER MODERN (1885 - 1925)
a) Teater bangsawan (1885 - 1902)
b) Teater Stamboel (1891 - 1906)
c) Teater Opera (1906 - 1925)
II.
MASA KEBANGKITAN TEATER MODERN (1925 - 1941)
a) Miss Robert Orion (1925)
b) Dardanella Opera (1926 - 1934)
c) Awal Teater Modern Indonesia (1926)
III.
MASA PERKEMBANGAN TEATER MODERN (1942 - 1970)
a) Teater di Zaman Jepang
b) Teater Tahun 1950-an
c) Teater Tahun 1960-an
IV.
MASA TEATER MUTAKHIR 1970-an – 1980-an
V.
TEATER
KONTEMPORER/TEATER
MASA
KINI(1980-an
hingga sekarang.)
Sebelum munculnya teater modern atau teater kontemporer, di Indonesia
sudah terdapat teater rakyat dan teater tradisional. Baik teater rakyat dan
teater tradisional terbagi menjadi dua bentuk, di antaranya teater orang dan
36
teater boneka.69 Teater orang diadakan di istana raja contoh pementasannya
seperti wayang wong dan tari bedoyo, bisa juga diadakan dikalangan
masyarakat umum pementasan yang disajikan seperti ketoprak, lenong,
ludruk.70
Sedangkan teater boneka biasanya juga diadakan di istana raja, jenis
pementasannya seperti wayang golek/wayang kulit, dan juga bisa diadakan di
kalangan masyarakat umum jenis pementasannya adalah wayang krucil.71
Jadi diperkirakan sebelum tahun 1885 teater sudah masuk ke Indonesia
yang disebut sebagai teater tradisional / teater rakyat.
Teater Koma sudah termasuk ke dalam teater modern. Karena mengingat
ciri-ciri teater modern adalah diantaranya: memiliki tempat khusus untuk
pergelaran; penyaji dan penonton dipisah; jika pementasan di panggung
prosenium terdapat tirai-tirai (layar) yang diangkat dan diturunkan sebagai
penanda bahwa pertunjukkan akan dimulai atau telah selesai; penonton harus
membayar karcis; fungsinya hiburan; lakon sejalan dengan zamannya; idiomidiom modern digunakan; bahasa yang dipakai melayu rendah, melayu tinggi,
bahasa Indonesia; ada pegangan cerita tertulis atau naskah dramanya.72
Dari penjelasan ciri-ciri teater modern diatas, maka bisa dikatakan bahwa
teater-teater yang berkembang saat ini rata-rata sudah menjadi teater modern
atau teater masa kini, termasuk teater Koma didalamnya.
69
Nano Riantiarno, Kitab Teater, h.27
Nano Riantiarno, Kitab Teater, h.27
71
Nano Riantiarno, Kitab Teater, h.28
72
Nano Riantiarno, Kitab Teater, h.29
70
37
3.
Minat Penonton
Jika ditinjau dari ilmu komunikasi, maka minat penonton termasuk
sebagai komunikan. Karena penonton berperan sebagai penerima pesan atau
sebagai penerima apa-apa yang disajikan oleh teater Koma.
Menurut Hafied Cengara dalam bukunya “pengantar ilmu komunikasi” ,
menyebutkan bahwa apa yang disebut sebagai komunikan adalah pihak yang
menjadi sasaran yang dikirim oleh sumber pesan, penerima pesan bisa terdiri
dari satu orang atau lebih maupun terdiri dari kelompok, partai bahkan
negara.73 Komunikan juga bisa berperan sebagai pendengar, penonton,
ataupun pembaca.74
Ada banyak sebutan untuk para penerima pesan, bisa disebut komunikan,
khalayak, sasaran, atau dalam bahasa Inggris disebut audience atau
receiver.75
Penerima pesan atau komunikan sangat penting dalam tataran
komunikasi, karena pesan akan dikirim lalu diolah melalui komunikan,
dimana komunikan menerima pesan yang telah diberikan dan diolah maka
akan terjadi perubahan yang diinginkan. Namun, jika pesan tidak diterima
oleh komunikan maka akan terjadi perubahan yang tidak diinginkan atau akan
terjadi gangguan komunikasi, oleh karenanya hal-hal seperti itu yang
73
Hafied Cengara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2005), h.25
Bimo Walgito, Psikologi Sosial, (Yogyakarta: CV. Andi Offset, 2003) h.76
75
Hafied Cengara, Pengantar Ilmu Komunikasi, h.25
74
38
terkadang menjadi pemicu terjadi kesalahpahaman maupun kesalahankesalahan lainnya.
Untuk mencapai suatu keberhasilan dalam melakukan komunikasi, maka
mengenal lebih dalam si penerima pesan atau komunikan merupakan hal yang
sangat penting, karena itu berarti kita sudah melakukan salah satu cara untuk
mencapai keberhasilan berkomunikasi.76 Karena setiap orang pasti berbeda
karakter, berbeda pula cara kita menyikapinya. Begitu pula pada teater Koma,
dengan berbagai karakter masyarakat yang menjadi sasaran komunikasinya,
maka teater Koma harus menyajikan pertunjukkan sebaik mungkin agar bisa
diterima dengan mudah oleh masyarakat. Dan penonton bagi teater Koma
merupakan salah satu sasaran utama mengapa dibuatnya pertunjukanpertunjukan tersebut.
76
Hafied Cengara, Pengantar Ilmu Komunikasi, h.25
9
BAB III
GAMBARAN UMUM
A. Sejarah Berdirinya Teater Koma
Saat itu di Jakarta, Pada tanggal 1 Maret 1977, ada dua belas seniman
yang bergabung dan bermaksud mendirikan sebuah kelompok kesenian teater
yang diharapkan dapat memberikan warna yang berbeda dengan teater yang
sudah ada. Adapun dua belas pendiri tersebut diantaranya: Nano Riantiarno,
Ratna Madjid, Sjaeful Anwar, Rudjito, Rima Melati, Jajang Pamontjak, Titi
Qadarsih, Cini Goenarwan, Jimi B. Ardi, Otong Lenon, Zaenal Bungsu dan
Agung Dauhan. Mereka merembukkan rencana tesebut tepatnya dirumah
salah seorang anggota yakni dirumah Abdul Madjid di jl. Setiabudi Barat
No.4, Jakarta Selatan.
Kemudian nama kelompok tersebut disepakati yakni TEATER KOMA.
koma, yang berarti metafora yang mengartikan „gerak berkelanjutan,
senantiasa berjalan, tidak ada henti, tak mengenal titik‟. Punya nafas panjang,
senantiasa berkiprah, mengembara dalam ruang kreatifitas, terus mencari dan
berupaya menemukan hal-hal yang bermakna.77
Ada dua tujuan pokok yang menjadi landasan dalam kerja teater koma:
1.
Membentuk kelompok menjadi wadah, semacam workshop yang
berupaya mencari berbagai kemungkinan pengucapan lain. Naskahnaskah drama yang digali kandungan idenya, lebih diutamakan karya
77
http://www.kelola.or.id/database/theatre/list/&dd_id=32&p=1&alph=p_t
39
40
para penulis Indonesia, kemudian workshop akan diarahkan menuju
perencanaan pementasan.78
2.
Menyiapkan calon seniman dan pekerja teater yang tangguh.
Pembinaan terhadap calon seniman dilakukan secara tak resmi. Intim
dan spontan, tapi intensif. Lewat obrolan-obrolan dan diskusi yang
mengundang seniman-budayawan diluar kelompok untuk memandu
pembahasan sebuah topik yang memiliki keterkaitan dengan seni dan
budaya.
Juga
diselenggarakan
pula
latihan
dasar
yang
didalamnyamencakup olah tubuh, nafas, vokal, dan berbagai
pengetahuan mengenai teater.79
Selanjutnya teater koma melakukan pentas pertamanya di teater tertutup
di PKJ-TIM (Pusat Kesenian Jakarta - Taman Ismail Marzuki) pada tanggal
2-4 Agustus 1977 dengan judul pementasan Rumah Kertas naskah karya dan
sutradara Nano Riantiarno.80
Tak diduga, semakin bergulirnya waktu teater Koma menunjukkan
perkembangan yang sangat membanggakan bagi perkembangan teater di
Indonesia. Pementasan keduanya yang berjudul maaf,maaf,maaf pada tahun
1978 digelar selama 5 malam, pentas ketiga pada 1979 dengan judul J.J
digelar selama 7 malam, kemudian pementasan keempat yang berjudul Opera
Ikan Asin pada tahun 1983 digelar selama 10 malam, pementasan yang
kelima dengan judul Opera Para Binatang pada tahun 1987 sempat digelar
sebanyak 23 malam dan selanjutnya Sampek Engtay pada tahun 1999-2000
78
Nano Riantiarno, Membaca Teater Koma, (Jakarta: 2011), h.6
Nano Riantiarno, Membaca Teater Koma, h.7
80
Nano Riantiarno, Membaca Teater Koma, h.3
79
41
digelar selama 22 hari dan sudah dipentaskan sebanyak 26 kali, Sampek
Engtay juga meraih penghargaan MURI (Museum Rekor Indonesia) sebagai
pementasan yang dilaksanakan selama 16 tahun (1988-2004), dengan 8
pemain dan 4 pemusik yang sama, kemudian pementasan dengan judul Agen
Penny yang digelar di 255 SD di kawasan Jakarta dalam kurun waktu 4 tahun
(2007-2011).81
Pada Agustus 1997, Teater Koma juga menggelar pementasan lewat
„program apresiasi‟ PASTOJAK (Pasar Tontonan Jakarta) yang digelar
selama sebulan penuh di PKJ-TIM diikuti oleh 24 kelompok kesenian dari
dalam dan luar negeri. Hal ini diharapkan teater mampu berkembang dengan
sehat, bebas dari interes politik praktis dan menjadi tontonan yang dibutuhkan
oleh berbagai kalangan masyarakat.
Teater Koma juga pernah menggelar karya para dramawan kelas dunia
diantaranya: The Comedy of Error dan Romeo Juliet karya William
Shakespeare, Woyzeck karya Georg Buchner, The Three Penny Opera and
The Good Person of Shechzwan karya Bertolt Brecht, Orang Kaya Baru-Kena
Tipu-Doea Dara-Si Bakil-Tartuffe karya Moliere, Women in Parliament
karya Aristophanes, The Crucible karya Arthur Miller, The Marriage of
Figaro karya Beaumarchaise, Animal Farm karya George Orwell, Ubu Roi
karya Alfred Jarre, The Robber karya Freidrich Schiller, The Visit karya Der
Besuch der Alten Damme, Kunjungan Cinta karya Friedrich Durrenmatt,
What About Leonardo? Kenapa Leonardo? Karya Evald Flisar.
81
Nano Riantiarno, Membaca Teater Koma, h.3
42
Teater Koma banyak mementaskan karya-karya Nano Riantiarno, antara
lain: Rumah Kertas, Maaf.Maaf.Maaf., J.J, Kontes 1980, Trilogi Opera Kecoa
(Bom Waktu, Opera Kecoa, Opera Julini), Opera Primadona, Sampek Engtay,
Banci Gugat, Konglomerat Burisrawa, Pialang Segi Tiga Emas, Suksesi, RSJ
atau Rumah Sakit Jiwa, Semar Gugat, Opera Ular Putih, Opera Sembelit,
Samson Delila, Presiden Burung-Burung, Republik Bagong, Republik Togog,
Tanda Cinta.
Sebagai kelompok teater yang Independen, teater koma bekerja melalui
berbagai karya-karyanya yang mengkritisi situasi dan kondisi sosial-politik di
tanah air. Teater Koma juga merupakan salah satu kelompok seni teater
terproduktif yang selalu intens menggelar pertunjukkan minimal 1 kali dalam
setahun hingga saat ini.
Teater Koma tidak lahir dari sebuah panggung yang sudah tersedia. Pada
awal-awal berdiri, tempat latihan berpindah-pindah. Mulanya seorang
simpatisan menyediakan beranda rumahnya sebagai tempat mereka latihan.
Jika tamu datang, maka mereka terpaksa harus menyingkir ke area parkir atau
halaman depan. Tak jarang pula mereka latihan di garasi mobil yang sempit
milik seorang anggota. Hinga akhirnya mereka berlatih didepan sebuah
restoran. Selama masa empat bulan latihan, mereka terus berpindah seperti
itu, ini mengakibatkan pada bulan-bulan pertama mereka harus berganti-ganti
pemain dikarenakan tidak tahan berlatih dengan cara nomaden seperti itu.82
82
Nano Riantiarno, Membaca Teater Koma, h.14
43
B. Profil Umum Teater Koma
Teater Koma adalah paguyuban kesenian, bukan perusahaan. Teater
Koma juga merupakan kelompok teater independen yang bersifat non-profit.
Anggotanya
tidak
hidup
dari
penghasilan
kelompok,
tidak
pula
mengandalkan Perolehan dari hasil produksi pergelaran. Sebagian dari
mereka memiliki pekerjaan diluar kelompok dan mensubsidi sendiri
kegiatannya sebagai „hobi‟ yang ditekuni sungguh-sungguh serta berdedikasi.
Keikhlasan hati para anggota dalam menyikapi kondisi tersebut, Juga
kesetiaan para penonton dalam menghadiri pentas-pentas mereka, merupakan
modal utama. Mungkin saja, ini pula yang membuat teater Koma mampu
bertahan hingga saat ini.
Teater Koma banyak belajar dari kelompok-kelompok teater terdahulu,
terutama teater rakyat seperti tontonan rakyat, wayang, ludruk, ketoprak.
Konsep–konsep teater rakyat inilah yang menjadi landasan utama dari konsep
artistik teater Koma.83 Dan juga bentuk pementasan mereka adalah hasil
percampuran konsep dari berbagai kelompok teater terdahulu. Teater Koma
bisa disebut teater tanpa selesai. Karena pencarian wujud dan isi teater yang
lebih kaya warna, menjadi prioritas utama.
Bentuk tontonan rakyat memiliki gaya pengucapan yang kurang lebih
serupa; bernyanyi atau semi-bernyanyi. Pola bernyanyi atau semi-bernyanyi
itulah yang secara intensif dipelajari oleh sutradara teater Koma yakni Nano
Riantiarno. Hingga semakin lama teater Koma memilih pola pengucapan
83
Nano Riantiarno, Membaca Teater Koma, h.29
44
„bernyanyi atau semi-bernyanyi. Oleh karenanya tak heran jika di setiap
pementasannya selalu disisipkan nyanyian atau semi-bernyanyi sebagai
bagian dari pertunjukkan dan identitas.
Teater Koma sejak awal berdiri banyak mementaskan naskah-naskah
karya Nano Riantiarno, salah satu pendiri teater Koma. Nano adalah salah
satu orang dibalik suksesnya kerja teater Koma hingga saat ini, Nano
Riantiarno masih terus berkiprah di Teater Koma dan bertanggung jawab
penuh terhadap teater Koma. Nano Riantiarno sendiri adalah seorang seniman
teater yang lahir di Cirebon pada tanggal 6 Juni 1949.84 Ia mengawali
karirnya di ATNI (Akademi Teater Nasional Indonesia) Jakarta, saat di ATNI
Nano tidak hanya belajar mengenai teater, banyak yang ia dapat semasa
kuliah di ATNI. Ia menyerap ilmu filsafat, psikologi, sosiologi dan politik.85
Namun di ATNI pula ia belajar teori penyutradaraan, teori pemeranan, teori
skenografi,
dan Iconografi.86 Tapi ia banyak terlibat di aktor dan
penyutradaraan. Kemudian sejak tahun 1997 Ia juga aktif menghadiri
undangan maupun seminar mengenai teater hingga ke mancanegara.
Nano juga memiliki seorang guru besar dimana ia banyak menyerap ilmu
dari sang maestro, yakni Teguh Karya. Bersama Teguh Karya Nano banyak
menyerap ilmu apapun, akting, pertukangan, set-dekor dan property,
manajemen, pemasaran dan kehumasan, manajemen panggung, keuangan,
kesekretariatan, perpustakaan, dokumentasi, penulisan naskah drama dan
84
Nano Riantiarno, Membaca Teater Koma, h.192
Nano Riantiarno, Membaca Teater Koma, h.45
86
Nano Riantiarno, Membaca Teater Koma, h.45
85
45
penyutradaraan. Pada 1970, Nano mulai menulis naskah drama pertamanya
yang berjudul Matahari Sore Bersinar Lembayung.
Teater koma selalu yakin bahwa teater bisa menjadi salah satu jembatan
menuju suatu keseimbangan batin dan jalan bagi terciptanya kebahagiaan
yang manusiawi, jujur, bercermin lewat teater, diyakini pula sebagai salah
satu cara untuk mengasah akal sehat, daya budi, dan hati nurani.
Teater Koma juga merupakan salah satu kelompok teater senior yang
masih eksis hingga saat ini. bukti eksistensi itu dibuktikan dengan
pertunjukkan-pertunjukkan yang rutin digelar satu sampai 2 kali selama
setahun.
Teater Koma juga memiliki kode etik bagi siapa yang ingin bergabung
didalamnya. Kode etik teater Koma ini dibuat oleh Nano Riantiarno yang
diharapkan agar dipakai sebagai dasar dalam menyikapi kesenian dan
kebudayaan. Yang isinya sebagai berikut:
1. ETIKA
Tulus menghargai dan berterimakasih kepada alam serta kehidupan,;
tahudiri, memahami, dan tidak membenci; jujur, tenggang rasa, mencintai
sesama; yang tua menghargai yang muda, yang muda menghargai yang
tua; bersikap dan bertindak tepat, pada waktu, tempat dan suasana yang
tepat; percaya teater adalah jalan menuju kebahagiaan; berwatak bagai air:
“senantiasa berupaya berada ditempat rendah, jika terhambat berhenti
sejenak, lalu dengan sabar bergerak ke kiri atau ke kanan atau merembes
46
dan di sebalik hambatan, kemudian berjalan menuju tujuan; memaknai
lautan”. 87
2. SETIA
Setia kepada hati nurani; setia kepada tugas dan pekerjaan; setia kepada
tanggung jawab, kerja sama
dan kedisiplinan; setia kepada kelompok dan rumah kelompok; setia
kepada tujuan: kebahagiaan. 88
3. GUYUB
Anggota adalah mata rantai enerji kreatif dalam ikatan persaudaraan
berdasar kasih. 89
C. Visi dan Misi Teater Koma
Di dalam teater Koma, mungkin nama Koma menjadi sangat penting.
Banyak harapan dan arti mendalam didalamnya. Termasuk visi dan misi
didalamnya, visi dan misi sendiri sebenarnya sudah ada dalam nama Koma
itu sendiri.
Koma, metafora yang mengartikan gerak berkelanjutan, senantiasa
berjalan, tiada henti, tak mengenal titik. Punya nafas yang panjang, senantiasa
berkiprah, mengembara dalam ruang kreativitas, terus mencari dan berupaya
menemukan hal-hal yang bermakna.90
Selain menjadi arti filosofi, Koma juga sekaligus menjadi visi dan misi
serta harapan yang terkandung di dalamnya yang berarti tidak pernah berhenti
87
Nano Riantiarno, Membaca Teater Koma, h.22
Nano Riantiarno, Membaca Teater Koma, h.22
89
Nano Riantiarno, Membaca Teater Koma, h.22
90
http://www.kelola.or.id/database/theatre/list/&dd_id=32&p=1&alph=p_t
88
47
berkarya, terus melanjutkan ruang kreativitas, senantiasa hidup dalam nafas
yang berkelanjutan tiada henti.
D. Sistem Kerja Public Relation Teater Koma
Seperti yang sudah dipaparkan sebelumnya, teater Koma bukan sebuah
perusahaan atau organisasi yang memiliki struktur dan bagian-bagian yang
sudah diatur oleh konsep. Namun teater Koma merupakan sebuah kelompok
paguyuban kesenian yang bersifat non-profit. Dimana didalamnya terdapat
kerja kreatif tiada henti dan menuntut para anggotanya untuk terus mengasah
daya kreatifitas. Jadi, struktur kepengurusan memang tidak ada, namun
mereka selalu memiliki tim produksi yang bekerja dibelakang panggung dan
itu hanya berlaku saat produksi terjadi. Setelah produksi usai, maka selesai
pula tugas mereka. Begitulah kira-kira cara kerja di teater Koma. mereka
memang tidak berasal dari kalangan elite profesional, namun etos kerja
mereka sangat profesional, maka tidak heran jika mereka bisa mengelola
teater Koma hingga sebesar saat ini.
Begitupun pada bagian PR teater Koma, Ratna Riantiarno selaku kepala
Humas yang memimpin kerja PR juga menjalankan tugas nya dengan sebaik
dan seadil mungkin. Ratna selalu memimpin jalannya proses kerja seluruh
anggotanya, semua diawali melalui koordinasinya.
Pimpinan PR memang selayaknya harus bertanggung jawab atas apa
yang akan dilakukan oleh anggotanya. Sebelum melakukan rapat koordinasi
kerja, Ratna terlebih dahulu menghimbau seluruh anggota untuk sama-sama
melakukan penelitian, mereka membaca sekitar juga meneliti apa yang
48
dibutuhkan oleh masyarakat, sehingga setelah itu baru diadakan rapat internal
yang berisi mengenai perencanaan strategi apa saja yang akan digunakan
dalam menarik minat penonton, rapat ini diharapkan dapat menjadi acuan
bagi seluruh anggota agar berkerja sesuai dengan arahan pimpinan PR.
Biasanya Ratna memimpin jalannya rapat, untuk selanjutnya disambut
oleh pemaparan setiap divisi. Keempat divisi yang ada (Sponsorship,
Tiketing, Publikasi, Pemasaran) memaparkan hasil penelitian mereka dan
juga menjabarkan kesimpulan strategi apa yang akan mereka gunakan,
seluruh yang terlibat dalam rapat tersebut boleh memberikan kritik serta
sarannya kepada setiap divisi. Selama proses PR berlangsung, pimpinan PR
tidak boleh bersikap memihak kepada salah satu divisi, Ratna harus bersikap
se- netral mungkin dan harus tegas dalam mengambil keputusan demi
kelancaran dan kebaikan seluruhnya.
Ratna selalu mengedepankan pentingnya komunikasi kepada seluruh
anggotanya agar meminimalisir kesalahpahaman ketika proses kerja, juga
memberikan suasana kerja yang nyaman karena terciptanya komunikasi yang
baik antara satu sama lain.
PR teater Koma juga tidak lepas berkoordinasi dengan penanggung
jawab teater Koma yakni Nano Riantiarno, Ratna selaku pimpinan selalu
melakukan koordinasi kepada Nano agar strategi yang mereka gunakan
menyatu dengan urusan panggung.
Adapun divisi-divisi atau bagian-bagian tim produksi beserta program
kerjanya antara lain:
49
Tabel. 1
Daftar Tim Produksi Teater Koma
No
1
Divisi
Sutradara
Program Kerja
Bertanggung
jawab
sepenuhnya
secara
keseluruhan apa-apa yang dibutuhkan di atas
panggung. Segala ide, gagasan bersumber
darinya
2
Co-Sutradara
Mencatat atau mengarahkan arahan yang
didapat
dari
sutradara,
secara
umum
membantu kerja seorang sutradara.
3
Penata Musik
Membuat dan menentukan konsep musik
pertunjukan
4
Aransemen Musik
bertugas
mencipta
musik
yang
sesuai
lirik
untuk
musik
dengan pertunjukkan
5
Lirik
Bertugas
membuat
pertunjukan
6
Instruktur Vokal
Melatih vokal pemain
7
Manajer panggung
Bertanggung jawab pada semua hal yang
berkaitan dengan panggung
8
Asisten Manajer
Membantu manajer panggung
Panggung
9
Urusan Panggung
Membantu menyediakan semua kebutuhan
panggung
10
Skenografi
Bertanggung
jawab
terhadap
konsep
panggung dan pencahayaan pertunjukan
11
Konsultan Artistik
Mengarahkan dan memberikan masukan
pada para penata panggung
12
13
Koordinator
Mengoordinir
dalam
Artistik
penempatan panggung
Urusan Artistik
membantu
pembuatan
menyediakan
dan
kebutuhan
50
panggung
14
Urusan Senjata dan
Membantu menyediakan semua kebutuhan
Efek
panggung dan properti yang berkaitan
dengan senjata dan efek tambahan lainnya
15
Penata Cahaya
Membuat konsep pencahayaan pertunjukan
16
Urusan Tata
Membantu penata cahaya
Cahaya
17
Penata Gerak
Mengarahkan
dan
mengajarkan
bentuk
tubuh atau gerak yang ideal kepada para
pemain
18
Urusan Gerak
Membantu penata gerak
19
Penata Busana
Membuat dan menentukan konsep kostum
yang digunakan dalam pertunjukan
20
Urusan Busana
Membantu menyediakan kebutuhan kontum
21
Pembuat Kostum
Bertugas membuat kostum pemain
22
Penata Rias &
Membuat dan menentukan konsep Make-up
Rambut
pemain
Urusan Rias &
Membantu menyediakan kebutuhan Make-
Rambut
up
Penata Grafis
Membuat konsep grafis pertunjukan maupun
23
24
di luar pertunjukan.
25
Pengarah Teknik
Mengarahkan dan bertanggung jawab pada
hal-hal teknis
26
Pencatat Latihan
Mencatat latihan
27
Urusan Keuangan
Bertanggung
jawab
mengatur
jawab
menjaga
sirkulasi
keuangan
28
Urusan Kesehatan
Bertanggung
kesehatan
seluruh anggota yang terlibat
29
Urusan Tiket
Bertanggung jawab mengatur penjualan
tiket
51
30
Urusan Sponsor
Bertanggung jawab mencari sponsor dan
mengkoordinirnya
31
Urusan
Bertanggung
jawab
mendokumentasikan
Dokumentasi
setiap latihan, pentas dan semua kebutuhan
dokumentasi lainnya
32
Urusan Publikasi
Menyebarluaskan
dan
memanfaatkan
fasilitas yang ada untuk menyebarkan
informasi mengenai produksi yang akan
digelar
33
Urusan Konsumsi
Mengatur pola makan seluruh yang terlibat
dan mensejahterakan perut semua anggota
34
Sekretariat
Mengelola keluar masuk surat menyurat dan
yang berhubungan dengan kesekretariatan
35
Pimpinan Produksi
Ujung
tombak
yang
memimpin
serta
mengelola jalan kerja seluruh divisi yang
ada mengkoordinir program kerja apa saja
yang dilakukan seluruh divisi
Dari tabel diatas kita dapat memahami bagaimana banyaknya manusia
yang terlibat dalam suatu pertunjukkan. Mereka adalah anggota tetap teater
Koma yang dengan rela menyisihkan waktunya untuk teater Koma.
Setiap kali mereka mengadakan produksi, mereka akan membentuk
divisi-divisi yang terbagi ke dalam banyak bidang. Tak jarang di teater Koma
ditemukan pemain merangkap sebagai tim produksi, contohnya si A
memegang divisi konsumsi yang tugasnya mensejahterakan urusan konsumsi
seluruh anggota, namun ia juga seorang aktor di produksi tersebut, jadi selain
bermain si A juga memiliki kerja dibalik panggung. Terbatasnya JUMLAH
52
anggota menjadikan teater Koma harus pandai-pandai mengalokasikan SDM
nya. Hal inilah yang menjadikan teater sebagai media pembelajaran yang
sangat baik, karena semua yang terlibat dapat melakukan dan belajar apapun,
tidak hanya sebatas keaktoran.
Teater Koma memiliki banyak divisi, bahkan satu divisi ada juga yang
memiliki anak cabang, seperti konsultan artistik, di bawahnya ada
koordinator artistik kemudian di bawah koordinator ada urusan artistik.
Konsultan artistik bertugas mengarahkan dan memberikan ide atau gagasan
utama kepada para penata panggung yang akan ia sampaikan kepada
koordinator artistik, koordinator artistik bertugas sebagai kepala yang
memimpin para anggotanya dalam pembuatan dan penataan tata letak
panggung, sedangkan urusan artistik ia bertugas menyediakan kebutuhan
panggung mulai dari hal terkecil sampai hal yang paling krusial.
Kemudian ada pula penata cahaya, di bawahnya ada urusan cahaya,
penata cahaya bertugas membuat konsep pencahayaan pertunjukkan,
sedangkan urusan cahaya bertugas sebagai membantu kerja penata cahaya
juga membantu pengadaan fasilitas pencahayaan.
Kemudian ada juga penata rias dan rambut, di bawahnya ada divisi
urusan rias dan rambut, penata bertugas membuat konsep tata rias maupun
rambut kemudian nantinya akan dikerjakan oleh urusan rias dan rambut.
Banyaknya bagian yang ada, diharapkan mampu memaksimalkan kerja
produksi agar memudahkan sirkulasi kerja atau jalannya proses kerja yang
53
sempurna. Oleh karenanya komunikasi yang baik antara satu dengan yang
lainnya sangat dibutuhkan.
Dibandingkan dengan kelompok-kelompok teater yang ada, teater Koma
memang memiliki sistem produksi yang paling lengkap. Sehingga mereka
bisa bekerja maksimal dan peluang untuk mencapai tujuan yang diharapkan
lebih besar.
Orang-orang yang terlibat di dalamnya meskipun mereka bekerja dibalik
panggung, selain aktor dan aktrisnya, merekalah orang-orang paling penting
dibalik suksesnya pertunjukkan. Oleh karenanya teater Koma juga tidak
sembarangan memilih kepala divisi, mereka juga biasanya orang-orang yang
ahli di bidang tersebut, juga yang sudah berpengalaman di bidangnya. bahkan
banyak dari mereka yang pernah mengenyam ilmu pendidikan di perguruan
tinggi maupun menyerap ilmu di lembaga-lembaga ternama.
Merekalah para pendidik yang ikhlas mencurahkan segala ilmu dan
tenaga yang mereka punya untuk membesarkan nama teater Koma. oleh
karenanya tak heran jika teater Koma sukses setiap kali menggelar
pertunjukkan dan banyak para penonton menyukai serta puas setelah
menonton.
Dari tangan-tangan dingin mereka pula tercipta berbagai ide dan gagasan
kreatif yang membantu sutradara merealisasikan sebuah pertunjukkan hebat.
Dari sekian banyak divisi yang dibuat, pimpinan produksi menjadi ujung
tombak dari segalanya, semua kerja yang dilakukan harus melalui koordinasi
dengan pimpinan produksi, karena ia yang mengatur dan memipin jalannya
54
kerja produksi tersebut. Sukses atau tidaknya sebuah pertunjukkan menjadi
ukuran kerja pimpinan produksi.
E. Produksi Teater Koma dari Masa ke Masa
Berikut adalah jenis-jenis naskah atau cerita yang dipentaskan dari era
tahun 70-an hingga sekarang
1. Era tahun 70-an
Di era ini, teater Koma baru saja merintis, memulai segalanya dari
bawah. Dari mulai hanya beberapa orang anggota saja, tempat latihan pun
masih berpindah-pindah (nomaden).
Pertunjukkan dilakukan pertama kali pada tahun 1977 dengan judul naskah
rumah kertas, kemudian ditahun yang sama juga mementaskan sebuah
pertunjukkan dengan judul Cermin, kemudian adapula Maaf, Maaf, Maaf,
Gigi Busuk, Anak Kandung, Si Bakil, Jian Juhro. Semua pementasan ini
bercerita mengenai kondisi sosial yang terjadi di masyarakat di mana saat
itu pemerintahan sedang porakporanda, Jung melihat bagaimana rakyat
masih banyak yang kelaparan, bahkan banyak rumah-rumah kumuh di
belakang perumahan-perumahan elite. Ketegangan politik juga menjadi
inspirasi sutradara untuk mengemas naskah tersebut menjadi menarik.
Karena dibentuk pada pertengahan tahun 70-an maka pementasan yang
digelar juga tidak banyak.
2. Era Tahun 80-an
Pada era ini, bisa dikatakan teater Koma baru saja menetapkan
kesejatian identitas dirinya, di mana Nano sebagai sutradara menetapkan
55
teater Koma memilih dialog sambil bernyanyi (musikalisasi) menjadi
bagian dari identitas kelompoknya.
Terlihat pula dengan banyaknya pementasan yang digelar
sepanjang tahun, tercatat ada sebanyak 50 pertunjukkan digelar. Terlihat
ada perkembangan yang sangat signifikan pada era sebelumnya. Karena di
tahun inilah masa-masa perintisan teater Koma, mereka berusaha
menyajikan pertunjukkan dengan sebaik mungkin agar diminati oleh
penontonnya.
Di era ini banyak jenis naskah yang ia pentaskan, ada yang
mengadaptasi dari legenda peradaban China seperti Sampek Engtay,
Opera Kecoa yang juga diselipkan pesan-pesan moral kehidupan, adapula
naskah yang bertema roman percintaan, seperti Tiga Merpati, Perkawinan
Figaro, dan banyak lagi, ada pula yang menceritakan cerminan keras
perjuangan hidup, seperti naskah Opera Julini, Wanita-Wanita Parlemen,
Bom Waktu.
Ada pula yang menggambarkan carut marutnya perpolitikan seperti
Pesta Burung-Burung, Opera Ikan Asin, Citra Menguak Takdir dan
lainnya. Dari jenis-jenis naskah yang dipentaskan memperlihatkan bahwa
perkembangan teater Koma semakin pesat dan berkembang, sang
sutradara yakni Nano Riantiarno sudah semakin percaya diri memberikan
sajian pertunjukkan yang beragam dan itu sangat membanggakan
perkembangan seni teater di Indonesia.
56
3. Era Tahun 90-an
Pada era ini, teater Koma semakin kuat mengepakkan sayapnya di
dunia teater. Juga semakin banyak pula masyarakat yang datang dengan
sendirinya memesan tiket pertunjukkan mereka, dan angka penonton pun
semakin bertambah. Pada era ini teater Koma juga kembali menampilkan
naskah-naskah yang menggambarkan keadaan sosial politik yang terjadi,
tentu didalamnya diselipkan pesan-pesan moral yang bisa kita terapkan
dikehidupan sehari-hari kita.
Namun tidak sebanyak tahun 80-an pementasan yang digelar, pada
era ini ada 28 pertunjukkan yang dipentaskan. Mungkin saja karena
pasang surut situasi dan kondisi yang terjadi.
namun di era ini teater Koma lebih banyak menggelar pementasan yang
menceritakan kondisi sosial dan kerasnya kehidupan dimasyarakat. Seperti
OKB, Kena Tipu, Onah dan Impiannya dan banyak lagi.
Tidak banyak naskah yang bercerita tentang kondisi politik,
mungkin saja sang sutradara membaca minat masyarakat saat itu sangat
membutuhkan hiburan yang bisa menyegarkan pikiran mereka setelah
penat
dengan
aktifitas
masing-masing.
Mereka
juga
melakukan
pertunjukkan-pertunjukkan diluar ruangan seperti mengikuti PASTOJAK
(Pasar Tontonan Jakarta) mereka mencoba memberikan hiburan yang
sedikit berbeda dari biasanya. Hal ini juga bisa dikatakan salah satu
strategi mereka agar lebih dikenal masyarakat.
57
4. Era Tahun 2000-an
Pada era ini bisa dikatakan merupakan masa-masa keemasan teater
Koma dalam memetik hasil usaha yang telah mereka perjuangkan selama
ini.
sedikit
demi
sedikit
sutradara
semakin
mengembangkan
pertunjukkannya, teater Koma mulai memperbanyak unsur-unsur hiburan
didalamnya, sesuai dengan minat para penonton. Tercatat kurang lebih
sebanyak 42 pertunjukkan dipentaskan sejak tahun 2000 hingga 2015.
Ada sebagian Pertunjukkan yang mengadopsi legenda China, yang
disetarakan dengan selera masyarakat Indonesia, juga dilengkapi dengan
unsur-unsur budaya dari Indonesia. Seperti pementasan berjudul Sampek
Engtay, Sie Jin Kwie, Republik Cangik, dan yang paling terbaru yakni
Opera Ular Putih. Keindahan dan cerita yang menarik membuat sang
sutradara terinspirasi membuat sebuah pementasan yang bertajuk legenda
China. Dan ternyata hal ini membuat rasa penasaran masyarakat semakin
besar. Dan berdampak pada jumlah penonton yang hadir. Untuk melihat
lebih jelas dan lengkap daftar urutan produksi teater Koma, bisa dilihat
dilampiran.
BAB IV
ANALISIS DATA DAN HASIL TEMUAN
Semakin berkembangnya kecanggihan teknologi, maka semakin canggih
pula media-media yang mampu memberikan acara yang beragam. Dan teater
sebagai salah satu media tradisional yang sangat efektif dalam menyampaikan
pesan-pesan kini mulai tergerus oleh kecanggihan teknologi yang semakin
berkembang. Akibatnya teater banyak kehilangan pasarnya, ditambah kesenian
teater seolah masih sangat asing dan sulit diterima dimasyarakatnya. Juga media
edukasi disekolah-sekolah yang masih minim penerapannya mengenai seni teater.
Sehingga sudah tertanam dibenak masyarakat bahwa teater seolah benda “asing”
dan sulit mengambil „hati” masyarakatnya sendiri. Namun, ditengah polemik ini
ternyata masih ada kelompok-kelompok teater yang tetap eksis dan masih
diminati oleh banyak penggemarnya, bahkan mereka sudah memiliki penonton
langganan atau penonton setia yang akan selalu menonton pertunjukkanpertunjukkan mereka. Ia adalah teater Koma, salah satu teater senior di Indonesia
yang masih sangat “eksis” dari dulu hingga sekarang, dengan sajian-sajian
pertunjukkan mereka yang semakin berkembang dan mampu dinikmati oleh
semua kalangan.
Untuk menjadi sekarang ini teater Koma telah melewati berbagai tahapan
atau fase proses perkembangan yang tidak mudah untuk dilalui. Dan proses itu
yang kita sebut dengan strategi, menurut Cutlip, Center dan Broom dalam
bukunya mengatakan bahwa dalam strategi komunikasi ada beberapa tahapan
58
59
yang harus dilewati. Yakni diantaranya: penelitian (research), perencanaan
(planning), pelaksanaan (action), evaluasi (evaluation). Strategi Public Relation
dapat dianggap berhasil jika sudah melalui keempat proses tersebut. Tahapantahapan ini diharapkan dapat memudahkan kita untuk mencapai tujuan yang
diinginkan.
Maka dalam bab ini, peneliti akan menganalisis tahapan demi tahapan
strategi yang dilakukan oleh teater Koma. bagaimana mereka membuat konsep ide
strategi hingga pada hasil akhirnya dalam menarik minat penonton agar berminat
menonton pertunjukkan mereka.
A. Penelitian
Seperti dalam bab II dipaparkan bahwa proses public relation memiliki
tahapan-tahapan agar strategi yang digunakan dapat mencapai tujuan yang
diharapkan. Pada hal ini tahapan yang pertama yakni penelitian (research).
Penelitian bertugas menemukan fakta dan data, hasil penemuan tersebut masih
disebut data mentah, karena masih belum tersusun dan terencana.
Oleh karenanya kemudian diolah dan digunakan sesuai dengan konsep
kerja yang akan dipakai. Teater Koma juga melakukan hal-hal tersebut,
imajinasi kreatif yang dikatakan oleh Cutlip, Center dan Broom memang
sangat dibutuhkan. Para tim yang memegang posisi dibidang public relation
teater Koma juga mengutamakan daya imajinasi kreatif agar kelompok
kesenian ini terus berkembang dan semakin diminati masyarakat.
Mereka biasanya mengadakan uji lapangan dengan membaca kejadian
sekitar yang sedang hangat terjadi juga menggunakan hasil respon para
60
penonton pertunjukkan sebelumnya yang sudah mengirimkan kritik dan
sarannya melalui directmail. Melalui pembacaan dan respon penonton tersebut
ibu Ratna Riantiarno selaku pimpinan PR mendapatkan fakta dan data yang
kemudian diolah bersama anggota PR lainnya yang dalam hal ini divisi
pemasaran yang bekerja. Adapula divisi tiketing yang juga bekerja
merumuskan strategi seperti apa yang akan dibuat dalam hal pemesanan tiket
agar penonton tertarik dan mau membeli.
Ide-ide, fakta dan data terus dikumpulkan dengan tetap melakukan
koordinasi dengan sutradara yakni Nano Riantiarno. Komunikasi antara kerja
PR dengan sutradara sangat dibutuhkan karena keduanya menyangkut pada
kebutuhan penonton. PR dan seluruh orang pertunjukkan harus saling
berkoordinasi sehingga meminimalisir kesalahpahaman.
Hal-hal yang seperti itulah yang membuat para penonton selalu penasaran
terhadap pertunjukkan-pertunjukkan mereka.
Dalamnya penelitian lapangan juga imajinasi kreatif menjadi satu kesatuan
untuk dapat memunculkan konsep baru maupun cerita-cerita yang menarik
agar mampu menarik penonton untuk lebih luas lagi.
Tidak hanya melakukan pertunjukkan-pertunjukkan besar, teater Koma
juga rutin menyelenggarakan pertunjukkan kecil seperti di Museum Nasional,
Museum Fatahillah, sekolah-sekolah swasta. Dan hal ini menjadi salah satu
penelitian terbaru di teater Koma dalam 5 tahun terakhir, dan hasilnya terbukti
bahwa jumlah angka penonton mereka bertambah pesat karena semakin banyak
61
masyarakat yang kenal dengan teater Koma. dan semua itu berawal dari daya
kreatif yang tidak pernah putus dilakukan oleh PR teater Koma.
B. Perencanaan
Pada tahapan ini setelah dilakukan pengumpulan fakta dan data dari
lapangan, maka selanjutnya diolah dalam tahap ini. mereka biasanya
mengadakan rapat internal dengan menghadirkan seluruh anggota yang terlibat
agar seluruh anggota mengetahui strategi yang akan digunakan.
Rapat internal ini diharapkan sebagai langkah yang baik untuk
menentukan suksesnya konsep yang akan digunakan nanti, di dalam rapat
tersebut berisi konsep-konsep mentah yang sudah dirancang sebelumnya oleh
seluruh divisi.
Kemudian dipresentasikan kepada penanggung jawab teater Koma dan
seluruh anggota yang ada didalamnya untuk kemudian dilakukan pengurangan
atau penambahan ide dan gagasan agar konsep semakin sempurna, dari konsep
tersebut kemudian didapatkan kesepakatan akhir yang menjadi penentu konsep
strategi apa yang akan digunakan.
Pada tahap ini juga diperlukan untuk membaca situasi dan kondisi yang
jauh ke depan, ke belakang dan sekelilingnya. Oleh karenanya para anggota
PR tidak sembarangan ketika membuat konsep kerja yang akan dilaksanakan.
Setiap kelompok baik berupa organisasi maupun perusahaan pasti
memiliki tujuan dan harapan untuk terus berkembang, tujuan tersebut dapat
dicapai jika kita mampu merencanakan prosesnya dengan sebaik mungkin.
62
Begitu pula strategi PR yang dilakukan oleh teater Koma, melalui
perencanaan inilah akhirnya didapatkan kesepakatan strategi sebagai berikut:
1. Strategi Door to Door
Strategi ini sudah dilakukan oleh teater Koma sejak masa-masa awal
mereka merintis. Bagaimana mereka berusaha menawarkan tiket-tiket
pertunjukkan mereka kepada orang-orang yang sekiranya dapat
membantu pertunjukkan mereka. Seperti kerabat dekat, teman-teman
sesama seniman, bahkan tak jarang pula mereka menyambangi
perusahaan-perusahaan besar untuk dapat membantu mereka dalam hal
finansial, perusahaan atau lembaga-lembaga tersebut akhirnya diajak
untuk bekerjasama dengan perjanjian-perjanjian yang sudah tertera di
dalam MoU yang sifatnya tentu harus menguntungkan kedua belah
pihak. Entah dengan cara logo si perusahaan tersebut dicantumkan di
banner, pamflet maupun
media publikasi lainnya, bisa juga iklan
mereka di munculkan di website resmi teater Koma, dan masih banyak
lagi kesepakatan lain yang bisa menunjang keuntungan bersama.
Divisi sponsorship biasanya yang bekerja di bagian ini.
Teater Koma juga mengalami pasang surut perjuangan dalam
menerapkan strategi ini, tak sedikit tawaran kerja sama yang mereka
tawarkan mendapatkan penolakan. Bahkan ada yang sama sekali tidak
menanggapi kerja sama tersebut. Adapula perusahaan-perusahaan yang
memandang kesenian teater dengan sebelah mata, mereka meragukan
bahkan tidak mempercayai teater Koma terhadap kerjasama tersebut.
63
Meski banyak mendapatkan kenyataan yang menyakitkan, teater Koma
harus tetap bergerak dan menghibur masyarakatnya. Mereka juga tidak
hanya terpaku oleh satu strategi saja, mereka mulai mengembangkan
strategi atau cara-cara lain yang dapat menarik masyarakat untuk
menyaksikan pertunjukkan mereka.
Dan akhirnya, setelah sekian lama mereka berjuang melakukan usaha
“door to door” ini akhirnya teater Koma mampu memetik buah dari
usaha keras mereka. Kini sudah banyak perusahaan-perusahaan yang
mau bekerjasama dengan mereka bahkan dalam jangka panjang. Tentu
dengan bergabungnya berbagai perusahaan ini dapat mendukung
mereka tidak hanya dalam hal finansial, namun keuntungan dari
perusahaan atau lembaga tersebut yang semakin dikenal konsumennya
dan membantu sistem publikasi mereka. Maka hal itu akan
memudahkan teater Koma dalam mendapatkan masa untuk menonton
dan mengapresiasi pertunjukkan mereka.
Hingga
saat
ini,
sudah
banyak
perusahaan-perusahaan
yang
bekerjasama dengan mereka, seperti Djarum Foundation, bank BCA,
dll.
2. Strategi Kedekatan
Kedekatan yang dilakukan oleh teater Koma kepada masyarakat
merupakan hal yang sangat penting untuk membangun komunikasi
yang baik agar dapat memberi kesan yang berbeda dengan kelompokkelompok teater yang lain. Strategi ini merupakan pembaruan dari
64
strategi door to door, strategi ini berusaha menggabungkan strategi
yang sudah ada dengan ditambah inovasi yang baru. Melalui jalinan
kedekatan maka sudah pasti cara seperti door to door tersebut
dilakukan.
Jika dikaji dari segi ilmu komunikasi, cara ini termasuk ke dalam ilmu
komunikasi antar pribadi, Dimana jika mengacu pada pengertian dari
komunikasi antar pribadi menurut Joseph A. Devito adalah proses
pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang atau
diantara sekelompok kecil orang-orang, dengan beberapa efek dan
beberapa umpan balik seketika.91
Komunikasi secara personal atau secara perorangan diyakini teater
Koma mampu membantu mereka dalam menjalin kekuatan yang
positif agar mereka tertarik menonton pertunjukkan teater Koma. Hal
ini dilakukan teater Koma sebagai bentuk apresiasi kepada
penontonnya.
Komunikasi
antar
pribadi
sejatinya
salah
satu
komunikasi
penyampaian pesan yang efektif untuk menyebarkan informasi, karena
dari mulut ke mulut mereka itulah akan mudah tersebar informasi.
Teater Koma juga mencoba “masuk” ke sekolah-sekolah swasta yang
didalamnya terdapat kegiatan ekstrakurikuler seni, khususnya teater.
Beruntungnya kini sudah banyak sekolah-sekolah yang sudah memiliki
kegiatan seni teater, hal ini memudahkan teater Koma untuk mencoba
91
Onong Uchjana Efendy, Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti,
2003), h.60
65
“mendekatkan diri” kepada mereka para generasi penerus bangsa,
teater Koma biasa melakukan kerjasama dengan para pelatih seni
ditempat tersebut, biasanya teater Koma akan memberikan beberapa
pelatihan (workshop) kepada murid-murid, entah itu berupa workshop
keaktoran, pemanggungan, artistik, makeup, bedah naskah, dan masih
banyak lagi. Dan strategi ini tidak hanya dilakukan oleh divisi
pemasaran, namun dibantu pula oleh seluruh anggota teater Koma. Ide
dan gagasan dari cara mereka menyajikan workshop juga menentukan
ketertarikan para murid untuk mengikuti, oleh karenanya membuat
konsep dengan se-menarik mungkin dapat menjadi salah satu hal
penting agar mereka nyaman saat workshop.
Strategi pendekatan
seperti ini sudah dilakukan sekitar kurang lebih 5 tahun terakhir.
Hingga saat ini, sudah banyak sekolah-sekolah yang melakukan
kerjasama dengan teater Koma untuk memberi materi ekskul teater.
Bahkan kini sekolah-sekolah tersebut yang justru datang mengajak
kerjasama atau mengundang teater Koma untuk memberikan
workshop. Hal ini berbuah manis pada setiap mereka melakukan
produksi, jauh sebelum pementasan dimulai sekolah-sekolah tersebut
dibantu oleh para gurunya sudah memesan tiket pertunjukkan teater
Koma yang jumlahnya tidak sedikit. Selain menjadi ajang hiburan
yang mengandung unsur pendidikan, hal ini juga dapat menjadikan
teater Koma lebih dekat dengan masyarakatnya.
66
3. Strategi media Online
Media komunikasi sejak abad ke-20 mengalami perkembangan yang
sangat baik. Masyarakat kini sudah lebih mudah melakukan interaksi
komunikasi, media online sebagai alat penunjang utama juga
dimanfaatkan oleh teater Koma untuk menyebarluaskan setiap
produksi mereka. Divisi pemasaran memaksimalkan fasilitas yang ada,
mereka memperkenalkan teater Koma melalui website resmi mereka,
facebook, twitter, instagram, dll. Melalui database yang sudah ada dari
pementasan yang sebelumnya, mereka mengirim semacam directmail
yang menginformasikan produksi mereka selanjutnya, juga kemudian
setiap para pembeli tiket mereka selalu menanyakan “apa sudah
menerima pemberitahuan lewat directmail?” jika belum menerima,
mereka akan segera mendaftarkan namanya agar bisa dikirim
directmail pada pertunjukkan teater Koma mendatang.92
Seminggu sesudah directmail disebar, pemesanan tiket biasanya mulai
mengalir, itu belum termasuk ke dalam publikasi media lainnya.
Mungkin dari 5000 nama, hanya 3000 yang menonton, biasanya
mereka jarang menonton sendiri, minimal berdua dan itu artinya 3000
dikali dua, sekitar 6000 yang menonton, bahkan tak jarang yang
membeli tiket lebih dari dua. Bisa dibayangkan berapa banyak tiket
yang terjual jika strategi publikasi sudah dilancarkan.93
92
93
Wawancara pribadi dengan Ratna Riantiarno, Jakarta, 26 Maret 2015.
Wawancara pribadi dengan Ratna Riantiarno, Jakarta, 26 Maret 2015.
67
Pimpinan PR yakni Ratna Riantiarno juga menghimbau seluruh
anggotanya untuk membantu menyebarluaskan informasi pertunjukkan
mereka. Seluruh anggota diharuskan tanpa terkecuali bekerja dalam
hal pemasaran, strategi ini dirasakan lebih efektif karena membantu
penyebaran informasi.
Karena sejatinya media komunikasi akan lebih berkembang dan
tersebar jika semakin banyak orang-orang yang menyebarkannya.
Media online juga dimanfaatkan sebagai salah satu strategi mereka
untuk menjalin komunikasi dengan para penontonnya. Para penonton
bisa memberikan kritik dan saran serta kesan-kesan mereka terhadap
pertunjukkan yang telah mereka saksikan melalui fax atau email resmi
teater Koma, maupun melalui akun-akun pribadi milik anggota.94 hal
ini diharapkan agar para penonton lebih merasa memiliki teater Koma,
juga memudahkan teater Koma untuk diterima dilapisan masyarakat
manapun. Oleh karenanya masyarakat akan merasa menjadi bagian
dari teater Koma. sistem pemasaran acara-acara yang ada di teater
Koma biasanya sudah disebarkan sebulan sebelum pertunjukkan
berlangsung.95 Tenggang waktu yang selama itu memberi teater koma
waktu yang cukup efektif untuk menjaring penontonnya. Kini teater
Koma sudah lebih bisa bernafas lega karena tiket-tiket yang mereka
jual biasanya sudah hampir terjual habis sebelum hari pertunjukkan
tiba.
94
95
Wawancara pribadi dengan Ratna Riantiarno, Jakarta, 26 Maret 2015.
Wawancara pribadi dengan Ratna Riantiarno, Jakarta, 26 Maret 2015.
68
Hal ini juga tidak lepas dari fasilitas publikasi media online yang
menguntungkan kerja divisi pemasaran dan divisi tiketing.
4. Strategi Publikasi
Suatu perusahaan atau produk bagaimanapun baiknya konsep yang
dibuat dan bagaimanapun besar manfaat yang diberikan akan tetapi
jika tidak dikenal oleh konsumen atau masyarakat itu sendiri maka
perlahan produk tersebut tidak akan diketahui keberadaannya oleh
khalayak. Begitu pula yang terjadi oleh teater Koma, publikasi
merupakan salah satu cara utama dalam mempromosikan produksi
mereka. Masyarakat akan mengetahui atau mengenal teater Koma
melalui strategi publikasi ini. divisi sponsorship yang bekerja dalam
hal ini, divisi sponsorship selain menjalin kerjasama dengan berbagai
perusahaan mereka juga harus menjalankan strategi yang satu ini,
yakni sistem publikasi.
Strategi publikasi biasanya terbit atau disebar sesudah jumpa pers. Dan
jumpa pers dilakukan sebulan atau sepuluh hari sebelum pentas
perdana. Dan tiket weekend atau Sabtu dan Minggu biasanya sudah
dipesan sejak jauh hari.96
Publikasi masih berkaitan dengan strategi door to door dan strategi
media online, yang menjadi nilai tambah adalah konsep yang
digunakan ditambahkan dengan penyebaran SMS, penyebaran pamflet,
poster, banner dan sebagainya. Pamflet, poster, dan banner biasanya
96
Wawancara pribadi dengan Ratna Riantiarno, Jakarta, 26 Maret 2015.
69
disebar di titik-titik yang strategis. Seperti di kampus-kampus,
kelompok-kelompok organisasi, kelompok teater, sekolah-sekolah
hingga perusahaan.
Publikasi berusaha “memasuki” tempat-tempat yang sekiranya dapat
menjaring penonton. Sistem publikasi bekerja mengoptimalkan
penyebaran informasi dengan seluas mungkin.
“Karena memang publikasi menjadi usaha utama kami agar teater
Koma dapat diterima lebih luas lagi oleh masyarakat, kalau tidak
melakukan
publikasi
lantas
melalui
apalagi
kami
menjaring
penonton?”97
Ide atau gagasan dalam pemilihan gambar untuk poster dan
semacamnya itu juga menjadi sorotan yang sangat berpengaruh, maka
diperlukan juga keterampilan dalam hal pembuatan desain gambargambar tersebut agar masyarakat tertarik untuk melihat.
Publikasi merupakan cara kerja yang cukup efektif dalam menarik
penonton. Maka meskipun teater Koma sudah memiliki penonton
langganan mereka juga masih perlu melakukan publikasi semaksimal
mungkin
agar
angka
perkembangan
penonton
mereka
selalu
bertambah.
5. Strategi Database
Salah satu strategi dalam ilmu manajemen yang paling efektif adalah
data. Dengan data manusia bisa melakukan apa saja bahkan sebuah
97
Wawancara pribadi dengan Ratna Riantiarno, Jakarta, 26 Maret 2015.
70
data dapat mengungkap hal yang kasat mata sekalipun. Mengingat
pentingnya menyimpan data, Maka teater Koma juga menjadikan
database sebagai strategi selanjutnya.
Mereka menyimpannya dan menjaga privasi data penonton dengan
baik, data-data tersebut akan berguna ketika mereka melakukan
produksi selanjutnya. Teater Koma biasanya akan melakukan sistem
penyebarannya dengan cara mengirim SMS maupun melalui directmail
kepada database tersebut yang berisi judul lakon, sinopsis, ide, kapan
dan dimana lakon dimainkan, berapa hari pementasannya, nama-nama
pemain, pengarang lakon dan sutradaranya.
Pengolahan database juga menjadi salah satu cara untuk mengetahui
perkembangan angka penonton yang hadir, apakah meningkat atau
sebaliknya. Sehingga teater Koma dapat melakukan evaluasi demi
perkembangan teater Koma yang lebih baik.
C. Pelaksanaan
Setelah melakukan proses perencanaan dan menetapkan strategi
yang akan digunakan, maka langkah selanjutnya adalah melaksanakan
strategi yang telah ditetapkan. Hubungan komunikasi antara pemimpin PR
kepada para anggota sangat dibutuhkan untuk lancarnya jalan kerja
mereka, semuanya harus menjalankan tugasnya masing-masing dengan
sebaik mungkin sesuai dengan jobdesk masing-masing, begitu pentingnya
komunikasi yang terjalin pada tahapan ini agar memberikan kemudahan
sirkulasi kerja yang maksimal.
71
Oleh karenanya perencanaan merupakan tahapan inti dari keempat
proses ini, karena pada tahap inilah konsep-konsep yang telah ditetapkan
pada saat perencanaan dilaksanakan. Dalam tahapan ini, dibutuhkan
komitmen dan etos kerja yang sesuai dengan konsep yang sudah ada.
teater Koma melakukan strategi yang sudah ditetapkan sebelumnya dan
seluruh tim bekerja dengan semaksimal mungkin sesuai dengan konsep
atau rancangan yang sudah dibuat. Ratna Riantiarno selaku pimpinan PR
yang akan mengawali dan dipercaya untuk menjalankan strategi tersebut
atau yang disebut dengan credibility.
perencanaan bertumpu pada sumber daya yang ada, maka
kerjasama yang baik antara anggota satu dengan yang lainnya sangat
dibutuhkan. semua yang terjadi saat dilapangan harus dikomunikasikan
kepada satu sama lain, terlebih kepada penanggung jawab atau koordinator
tim agar tidak terjadi kesalahpahaman dan hambatan yang berarti.
Proses perencanaan merupakan sebuah acuan berhasil tidaknya
konsep yang sudah dibuat sebelumnya, jika proses semakin sedikit
mengalami kendala maka semakin baik konsep yang dibuat.
Seperti halnya dalam rancangan strategi yang sudah ada, saat
pelaksanaan pun diharapkan sesuai dengan tujuan atau target yang hendak
dicapai. seperti strategi door to door; strategi ini merupakan strategi tertua
yang dilakukan oleh teater Koma, pada awal-awal berdiri mereka
merancang strategi ini dengan anggapan bahwa cara inilah cara yang
terbaik, dan nyatanya saat itu memang sangat sulit menjalaninya.
72
Disamping media komunikasi yang masih sangat jarang, keberanian para
anggota untuk “mengetuk” minat para penontonnya itu tidak mudah. Tak
jarang ada masyarakat yang tidak menghiraukan, adapula yang hanya
ingin sekedar tahu, ada yang memang ingin menonton tapi enggan
membeli tiket. Kenyataan-kenyataan inilah yang membuat PR teater Koma
selalu belajar, namun hal baik yang terjadi di lapangan juga ada, tak
sedikit dari masyarakat yang dengan sukarela membantu menyebarkan
informasi teater Koma kepada kerabat dan sanak saudara mereka hingga
ke luar kota. Hingga hasilnya pada masa-masa sekarang ini sudah banyak
kerjasama yang terjalin dengan teater Koma melalui sistem yang lebih
baik yakni sponsorship.
Kemudian strategi selanjutnya adalah strategi kedekatan; Strategi
kedekatan juga rupanya memberi efek yang cukup besar saat
pelaksanaannya. Pimpinan PR teater Koma biasanya berkoordinasi dengan
seluruh anggota teater Koma dengan menyalurkan bakat para anggota
untuk mengajar atau memberi workshop disekolah-sekolah dengan
ketentuan perizinan serta kontrak kerja yang tertera diatas kertas yang
disepakati kedua belah pihak. Usaha kerja PR yang satu ini ternyata
mampu menjaring penonton dengan lebih banyak. Banyak dari sekolahsekolah tersebut akhirnya memesan tiket yang tidak sedikit, minimal 250
tiket mereka booking. Begitupun kedekatan dengan beberapa perusahaan
yang mensponsori mereka, seperti Djarum Foundation Indonesia Kaya,
selain kerja sama di bidang sponsorship belakangan ini Djarum
73
Foundation menawarkan diri untuk membeli sedikitnya 100 tiket untuk
nantinya dibagikan secara cuma-cuma ke kelompok-kelompok teater
kampus dengan tidak mengurangi poin atau nilai materi dalam kerja sama
mereka.
Dalam strategi kedekatan inilah banyak dari penonton teater Koma
memilih menjadi penonton tetap. Karena pimpinan PR berusaha
menghimbau seluruh anggota untuk menjalin hubungan yang baik dengan
para penontonnya, karena hal itu merupakan salah satu strategi ampuh PR.
Agar masyarakat merasakan kesan yang positif terhadap teater Koma dan
mau menonton pertunjukkan teater Koma selanjutnya, cara-cara yang
seperti ini yang termasuk dalam pelaksanaan dari strategi jangka panjang.
Masyarakat diperbolehkan memberikan kritik dan saran serta
kesan-kesan yang mereka rasakan ke email resmi teater Koma, hal ini
memberi nilai tambah yang sangat baik bagi kelangsungan teater Koma,
karena biasanya setelah usai pementasan, banyak sekali email yang masuk
ke akun teater Koma. mereka juga berusaha merespon isi pesan-pesan
penonton tersebut satu persatu meski terkadang tidak semua mampu
terjangkau karena minimnya waktu dan tenaga para anggota.
Teater Koma juga menjalin kedekatan dengan para wartawan,
seluruh orang yang terlibat di teater Koma berusaha menjadikan para
wartawan sebagai sahabat. Sehingga sesibuk apapun teater Koma, mereka
selalu siap menjamu para wartawan yang datang. Sehingga kesan yang
dirasakan oleh para wartawan terhadap teater Koma akan positif, oleh
74
karenanya mereka selalu nyaman ketika ingin meliput. Dari kedekatankedekatan inilah teater Koma kini rutin sepuluh hari atau seminggu
sebelum pementasan berlangsung akan mengadakan jumpa pers.98 Dan hal
ini sangat membantu publikasi pertunjukkan mereka.
Selanjutnya strategi media online; strategi ini merupakan salah satu
strategi yang paling efektif, teater Koma juga memanfaatkan kecanggihan
teknologi yang ada. Promosi disebarkan sebulan sebelum pementasan
dilakukan, dan ini biasanya dilakukan oleh divisi publikasi dan tiketing
dan akan dicantumkan info kontak di mana calon penonton bisa memesan
tiket.
Disamping kedua divisi tersebut, pimpinan produksi juga
mewajibkan seluruh anggotanya tanpa terkecuali melakukan promosi
pertunjukkan melalui akun-akun pribadi mereka. Maka dengan cara
tersebut akan memudahkan teater Koma dalam menyebarkan informasi
pertunjukkan mereka. Bahkan banyak penonton-penonton pemula yang
justru mengetahui pertunjukkan teater Koma dari media online ini.
Tidak ada hambatan yang berarti dalam pelaksanaan strategi media
online, karena sistemnya yang praktis dan bisa menjangkau penonton yang
sangat jauh sekalipun.
Tak ingin ketinggalan, mereka juga memanfaatkan fasilitas media
online dengan membuat akun resmi atau yang biasa kita sebut dengan
blog. Blog tersebut berisi acara-acara maupun kegiatan yang dilakukan
98
Wawancara pribadi dengan Ratna Riantiarno, Jakarta, 26 Maret 2015.
75
oleh teater Koma. juga tak lupa mereka selalu memperbarui informasi
mengenai kegiatan teater Koma, banyak hal yang akan ditemukan jika kita
membuka blog tersebut, sehingga masyarakat bisa dapat mengenal teater
Koma lebih dekat lagi. Mereka juga menggunakan situs pemesanan online
untuk memberikan kemudahan bagi para calon penonton yang berada jauh
dari lokasi pemesanan tiket atau yang enggan datang langsung ketempat.
Canggihnya media online ini sangat dirasakan oleh teater Koma, mereka
dihujani banyak pemesan tiket dari seluruh penjuru nusantara, bahkan tak
jarang pemesan tersebut memesan lebih dari 2 tiket. Oleh karenanya tidak
heran jika jumlah penonton teater Koma mampu mencapai angka 20.000
penonton.99
Strategi selanjutnya strategi publikasi; saat dilapangan, strategi
yang satu ini juga memiliki kendala maupun keuntungan. strategi ini
sangat penting dalam hal menjaring penonton. Selain melalui media online
publikasi melalui banner, baliho, poster, pamflet menjadi cara yang rutin
dilakukan oleh teater Koma untuk menjaring penonton-penonton baru.
biasanya mereka mencetak 2.000 hingga 5.000 poster yang siap disebar ke
seluruh penjuru Jabotabek. Begitupun dengan banner dan baliho, mereka
mencetak beberapa banner dan baliho yang akan dipasang di titik-titik
strategis. Biasanya selain mencetak sendiri, mereka juga mendapat
bantuan memperbanyak sistem publikasi dari para sponsorship.100
99
Wawancara pribadi dengan Ratna Riantiarno, Jakarta, 26 Maret 2015
Wawancara pribadi dengan Ratna Riantiarno, Jakarta, 26 Maret 2015.
100
76
Hanya saja terkadang terjadi beberapa kendala, yakni ada beberapa
sekolah atau perguruan tinggi yang tidak memperbolehkan mereka
menempel poster atau membagikan pamflet kepada siswa atau
mahasiswanya. Hambatan-hambatan inilah yang sampai saat ini masih
menjadi kendala bagi mereka. Mereka berharap agar instansi-instansi
tersebut mau lebih terbuka terhadap kesenian teater.
Dan strategi ampuh yang terakhir adalah strategi database; teater
Koma sudah melakukan strategi database sejak tahun 1979, Teater Koma
merupakan salah satu kelompok teater yang memiliki database paling baik
dan paling lengkap dalam sistem pengolahan database. Teater Koma sudah
menyimpan database sekitar 5000 nama plus alamatnya. Mereka bisa
disebut sebagai penonton tetap teater Koma, dan kian lama nama-nama itu
semakin bertambah hingga saat ini. strategi ini dianggap sangat efektif
karena jika dilihat dari segi promosi melalui database saja, ada 5000
database yang tersimpan, maka paling tidak sekitar 3000 penonton yang
melakukan konfirmasi dan biasanya mereka tidak menonton sendirian,
Minimal berdua. Itu artinya dari 3000 dikali dua, sudah sebanyak 6000
penonton yang membeli tiket, belum lagi mereka yang memesan tiket
lebih dari dua orang.101 Maka bisa dibayangkan kehebatan promosi
melalui database sangat menguntungkan.
Strategi database ini dijalankan oleh divisi pemasaran, mereka dari
pagi hingga malam bertugas mengirimkan directmail maupun pesan
101
Nano Riantiarno, Membaca Teater Koma, (Jakarta: 2011), h.69
77
singkat yang kapanpun mereka harus siap menerima respon konfirmasi
dari penonton. Divisi pemasaran memiliki target minimal setengah dari
database yang disebar memberi respons positif yakni dengan memesan
tiket. Oleh karenanya mereka tidak hanya sekali saat melakukan
penyebaran informasi tersebut, tapi bisa sampai berkali-kali, dan itu
merupakan strategi divisi pemasaran dalam memasarkan tiket.
D. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari rangkaian proses ini, dari
evaluasi ini PR teater Koma dapat membaca apa saja yang menjadi
kendala dan apa saja yang menjadi keuntungan bagi mereka.
Pimpinan harus bersikap netral tidak memihak pihak manapun.
Begitupun di teater Koma, Ratna selaku pimpinan PR selalu bersikap
netral dan memberikan kebebasan kepada para anggotanya untuk
mengeluarkan pendapat.
Sebelum penanggung jawab teater Koma melakukan evaluasi
secara keseluruhan, biasanya pimpinan PR melakukan evaluasi terlebih
dahulu dengan seluruh anggotanya dan dihadiri penanggung jawab teater
Koma.
Evaluasi merupakan hal penting bagi teater Koma, sejak awal
berdiri mereka sudah menerapkan cara ini meski dulu belum
menggunakan sistem PR. Umumnya berisi mengenai apa saja yang didapat
atau yang dialami dari proses awal hingga akhir, juga keuntungan dan
kendala apa saja yang dihadapi, membaca strategi apa saja yang efektif
78
maupun yang tidak, serta membahas program strategi jangka panjang
maupun jangka pendek agar teater Koma terus berkembang.
Evaluasi bisa berlangsung alot bahkan bisa terjadi perdebatan
karena perbedaan pendapat, dan itu disikapi oleh teater Koma sebagai
suatu hal yang wajar selagi perdebatan tersebut bermanfaat dan positif.102
Dengan tujuan agar teater Koma dapat bertindak lebih baik lagi saat
melakukan proses yang baru, evaluasi juga bermanfaat agar tidak cepat
merasa puas terhadap apa yang sudah dicapai.
Evaluasi dibuka oleh pimpinan PR teater Koma yang bertugas
memimpin seluruh kerja PR dari awal hingga akhir. Evaluasi tersebut
terdiri dari pimpinan PR, anggota-anggota divisi yang ada pada PR (divisi
pemasaran, divisi publikasi, divisi tiketing dan divisi sponsorship)
biasanya juga terdapat notulensi yang khusus mencatat apa saja isi dari
evaluasi tersebut. Satu per satu anggota PR mengutarakan hasil kerjanya
dari awal hingga akhir, yang kemudian di respon oleh seluruh yang hadir
didalamnya.
Melalui evaluasi tersebut, strategi-strategi yang dilakukan oleh
teater Koma seperti strategi door to door, kedekatan, media online,
publikasi, dan database dirasakan teater Koma sudah cukup efektif dan
cukup maksimal.
Maka berdasarkan hasil evaluasi tersebut, strategi kedekatan dan
strategi database sudah dirasakan oleh teater Koma menjadi strategi yang
102
Wawancara pribadi dengan Ratna Riantiarno, Jakarta, 26 Maret 2015.
79
berfungsi hingga jangka panjang, sedangkan strategi media online juga
sangat efektif karena caranya yang praktis namun harus tetap menjaga
intensitas penggunaan agar masyarakat dapat selalu mendapat kabar
terbaru teater Koma. Begitupun publikasi, publikasi sangat efektif jika
penyebarannya baik, publikasi harus mengerti tempat-tempat strategis
yang mampu menjaring lebih banyak penonton. Dan teater Koma juga
sudah melakukan hal itu dengan semaksimal mungkin, mereka
menyebarkan publikasi ke seluruh Jabotabek juga ke instansi-instansi yang
sekiranya dapat mereka jamah. Hanya saja kendala terdapat pada masih
banyaknya instansi seperti sekolah hingga perguruan tinggi yang enggan
dan tidak mengizinkan teater Koma menyebarkan publikasi. Masih
“asingnya” kesenian teater bagi mereka membuat mereka apatis terhadap
kesenian satu ini.
Kendala-kendala diatas menjadi tugas rumah cukup besar bagi
kerja public relation teater Koma. karena hingga saat ini kendala tersebut
sulit dipecahkan jika hanya teater Koma yang berjuang tanpa ada campur
tangan dari pemerintah.103 Evaluasi sudah dilakukan oleh pimpinan PR
untuk membahas dan mengolah kendala-kendala tersebut, namun belum
terpecahkan hingga saat ini.
103
Wawancara pribadi dengan Ratna Riantiarno, Jakarta, 26 Maret 2015.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan oleh peneliti mengenai
strategi public relation untuk menarik minat penonton untuk pertunjukkan
teater Koma, peneliti dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:
1.
Sebelum melakukan rapat produksi, pimpinan PR teater Koma
melakukan tahap penelitian, pada tahap ini biasanya pimpinan PR
menegaskan seluruh anggotanya untuk mengumpulkan fakta dan data
serta membaca sekitar mengenai apa saja yang sekiranya sedang
dibutuhkan masyarakat, diperlukan pula imajinasi kreatif yang
mendalam agar fakta dan data yang dikumpulkan lebih kaya. Seluruh
divisi yang juga harus mengerti paham terhadap kekurangan dan
kelebihan dalam memilih sebuah strategi .
2.
Public relation teater Koma memiliki perencanaan strategi yang baik,
banyaknya cara yang dapat digunakan mereka kerucutkan menjadi
lima strategi. kelima strategi tersebut (door to door, kedekatan, media
online, publikasi dan database), akhirnya dipilih sebagai acuan sistem
pemasaran informasi maupun penjualan tiket pertunjukkan dengan
tujuan menjaring penonton sebanyak-banyaknya. Ini semua dirancang
pada saat proses perencanaan yang dalam hal ini disebut dengan rapat
internal.
80
81
3.
Dalam pelaksanaannya, teater Koma melakukan sistem kerja sesuai
dengan strategi dan konsep yang sudah dirancang sebelumnya. Namun
saat dilapangan, ada saja hal-hal yang menjadi kendala, seperti dalam
hal publikasi, mereka harus menerima penolakan di beberapa sekolahsekolah maupun perguruan tinggi yang menolak mereka menyebarkan
poster ditempat tersebut. Keuntungan nya dari strategi-strategi
tersebut sudah tentu terletak pada bertambahnya jumlah penonton
mereka.
4.
Evaluasi menjadi tahap akhir dalam proses ini. Begitupun teater
Koma, mereka selalu mengadakan evaluasi yang berisi agenda
mengenai keseluruhan dari mulai penelitian hingga saat evaluasi.
Kendala-kendala yang didapat juga berusaha di cari solusi yang tepat
agar tidak terjadi di produksi selanjutnya. Begitupun dengan
kelebihan, dijadikan sebagai acuan atau gambaran saat melakukan
penelitian strategi selanjutnya agar lebih berkembang. Dan untuk
kelima strategi tersebut, dirasa oleh teater Koma sudah efektif. Hingga
kini mereka belum menemukan solusi terbaik dalam menanggulangi
penolakan yang terjadi oleh beberapa sekolah, karena jika hanya
mereka yang bergerak tanpa adanya dukungan dari pemerintah teater
tidak akan mampu menjadi apa-apa bahkan bisa saja musnah dimakan
zaman.104
104
Wawancara pribadi dengan Ratna Riantiarno, Jakarta, 26 Maret 2015.
82
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan merujuk pada perumusan penelitian,
maka saran yang dikemukakan peneliti adalah sebagai berikut:
1.
Pada saat penelitian, teater Koma bisa mengolah cara-cara penelitian
dengan lebih tertata dan rapih lagi agar masa pencarian ide tersebut
akan berkembang lebih kreatif dan memunculkan penemuanpenemuan strategi baru lainnya.
2.
Melihat selera masyarakat yang berbeda-beda, teater Koma mungkin
kedepannya bisa merencanakan strategi baru berupa pementasan
khusus untuk kalangan tertentu seperti anak-anak atau remaja maupun
dewasa. Agar memberikan warna yang baru dan lebih beragam.
Strategi yang sudah ada mungkin bisa lebih baik dan sempurna jika
setiap strategi memiliki acuan sumber teori dari para ahli agar strategi
tersebut lebih berkembang atau justru melahirkan strategi-strategi baru
agar bisa mencakup seluruh masyarakat di nusantara.
Bisa juga dengan menambah jam terbang disekolah-sekolah
pemerintah maupun swasta, juga di kampus-kampus agar teater lebih
dikenal dan dipahami oleh para intelektual generasi penerus bangsa,
sehingga mampu menghapus kata “asing” yang selama ini seolah
menjadi permasalahan untuk kesenian teater.
3.
Dalam pelaksanaannya, teater Koma diharapkan mampu mengatasi
kendala yang terjadi dilapangan dan mampu menjalankan rencana
strategi dengan lebih mulus. Membaca situasi sekitar juga sangat
83
penting dan pada saat pelaksanaannya teater Koma diharapkan tidak
hanya sekedar menjalankan tugas, tetapi bagaimana strategi tersebut
bermanfaat bagi masyarakat luas, khususnya bagi kelompok teater
yang lain.
4.
Dalam evaluasi, teater Koma mungkin dapat menghadirkan beberapa
seniman teater atau para intelek yang berkecimpung di dunia teater
atau bahkan beberapa penonton langganan untuk ikut serta
memberikan kritik serta saran yang bermanfaat terhadap strategi yang
telah dijalani untuk kebaikan teater Koma dimasa mendatang.
Setiap diakhir evaluasi, teater Koma mungkin bisa mewajibkan setiap
anggota mengeluarkan ide-ide kreatifnya untuk strategi selanjutnya
yang lebih efektif.
84
DAFTAR PUSTAKA
Bungin Burhan, Metodologi Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Kencana, 2009)
Bungin Burhan, Sosiologi Komunikasi, (Jakarta: Kencana, 2007)
Beard Mike, Manajemen Departemen Public Relations, (Jakarta: Erlangga, 2001)
Cengara Hafied, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2005)
David R. Fred, Manajemen Strategi Konsep, (Jakarta: Salemba Empat, 2011)
Eriyanto, Analisis Framing: Ideologi, dan politik Media, (Yogyakarta: LkiS,
2005)
Effendy Onong Uchjana, Human Relation & Public Relation, ( Bandung: CV
Mandar Maju, 2009)
Effendy Onong Uchjana, Ilmu,Teori, dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: PT
Citra Aditya Bakti, 2003)
Effendy Onong Uchjana, Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung: PT.
Rosdakarya, 2006)
Kristi Poerwandari, Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Perilaku Manusia,
(Depok: LPS3P, 2007)
L. Tubbs Stewart dan Moss Sylvia, Human Communicatiom: Konteks-Konteks
Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005)
Moleong J. Lexy, Metode Penelitian Kuantitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2002)
Murtopo Ali, Strategi Kebudayaan, (Jakarta: Center for Strategic And
Internasional Studies-CSIS, 1978)
Purnomo Setiawan Hari, Zulkifirmansyah, Manajemen Strategi: Sebuah Konsep
Pengantar, (Jakarta: Lembaga Penerbitan Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia, 1999)
85
Rivai Veithzal, Kepemimpinan dan perilaku Organisasi, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2006)
Riantiarno Nano, Kitab Teater, (Jakarta: Grasindo, 2011)
Riantiarno Nano, Membaca Teater Koma, (Jakarta: 2011)
Rakhmat Jalaluddin, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2007)
Ruslan Rosady, Metode Penelitian Public Relation dan Komunikasi, (Jakarta: PT
Raja Grafindo, 2010)
Steinner George, John Meinner, Manajemen Strategi, penerjemah: Agus Dharma,
(Jakarta: Erlangga, 1999)
Usman Husaini dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial,
(Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2003)
Usman Husaini dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial,
(Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008)
Walgito Bimo, Psikologi Sosial, (Yogyakarta: CV Andi Offset, 2003)
Yulianita Neni, Dasar- Dasar Public Relation, ( Bandung: Pusat Penerbitan
Universitas, 2007)
http://www.kelola.or.id/database/theatre/list/&dd_id=32&p=1&alph=p_t
LAMPIRAN- LAMPIRAN
Wawancara Dengan Ibu Ratna Riantiarno selaku HRD Teater Koma.
Jakarta, 26 Maret 2015.
BEBERAPA POSTER PEMENTASAN TEATER KOMA
KEUANGAN
DIVISI
PUBLIKASI
PENANGGUNG JAWAB
DIVISI
TIKETING
HRD
DIVISI
SPONSORSHIP
DIVISI
PEMASARAN
TRANSKIP WAWANCARA
Narasumber
: Ratna Riantiarno
Jabatan
: Pimpinan HRD
Tanggal wawancara : 26 Maret 2015
1.
Apa tujuan utama teater Koma dalam membuat suatu pertunjukkan selain
menghibur?
-
Ya selain menghibur kita juga mengharapkan bahwa apa yang kita
sajikan ini menjadi renungan untuk kita semua agar memaknai
kehidupan dengan lebih baik lagi. Juga kit mengharapkan ada
semacam “oleh-oleh” yang bisa dibawa pulang penonton kami ketika
selesai menyaksikan pertunjukkan supaya pertunjukkan tersebut ada
maksudnya dan bermanfaat.
2.
Adakah strategi-strategi khusus yang dilakukan teater Koma dalam
menarik minat penonton?
-
Yaahh kalo dibilang khusus ya nggak juga. Kita sih melihat pasar aja
apa yang sedang mereka butuhkan, atau apa yang sedang terjadi
dimasyarakat. Seperti contohnya saat pemilu presiden kemarin, ya kita
bikin pementasan dengan konsep yang ada berbau unsur-unsur
pemilihannya. Kemudian kita sebagai orang yang bertugas
memasarkan tiket berusaha mempromosikan pertunjukkan kita lewat
media sosial, SMS, dan lain-lain.
3.
Seperti apa proses yang dijalani PR teater Koma dalam menarik minat
penonton?
-
Yana yang tadi itu, prosesnya kita melihat kejadian sekitar yang
dibutuhkan oleh pasar saat ini yang seperti apa dan bagaimana cara
memasuki masyarakat yang masih awam akan teater Koma. lalu kita
melakukan rapat, rapat internal yang terdiri dari tim inti PR teater
Koma, kemudian disitu akan disepakati strategi apa yang akan
digunakan barulah setelah itu kita melaksanakan tugas atau jobdesk
masing-masing, meski sudah memiliki tugas dan tanggung jawab
masing-masing saya selalu menekankan kepada mereka bahwa harus
saling tolong menolong terhadap jika ada kesulitan yang berarti supaya
tidak terjadi kesalahpahaman saat kerja. kita usaha mempromosikan
penjualan tiket kita dengan memanfaatkan media sosial yang ada,
seperti facebook, twitter, instagram dll. Dan dari media sosial ini juga
sangat berdampak besar terhadap angka penjualan tiket kita, karena
banyak dari mereka yang mengenal dan tau teater Koma ya dari media
sosial mereka itu. Bahkan ada yang dari luar kota juga pesan tiket
kami. Seperti dari Padang, Kalimantan. Kita juga melakukan evaluasi,
evaluasi adalah kegiatan rutin yang pasti kita lakukan setiap akan
menutup produksi, disitulah kita akan mengetahui apakah kerja kami
meningkat atau malah menurun atau berhasil atau tidaknya dan
sebagainya, semua hal dibicarakan saat evaluasi supaya kita terus
belajar dan nggak cepet puas.
4.
Adakah lembaga / teori / konsep yang menginspirasi strategi PR teater
Koma?
-
Kalau yang menginspirasi secara resmi sih nggak, Cuma kita melihat
cara kerja tim marketing atau tim PR dari barat aja, kita memahami
bagaimana hebatnya broadway setiap mengadakan pertunjukkan dan
tiket-tiket mereka selalu habis terjual. Nah, cara-cara kerja keras yang
seperti itulah yang kita pelajari.
5.
Kendala apa saja yang terjadi pada saat proses strategi dilakukan?
-
Kalau berbicara kendala, itu berarti berbicara tentang perjuangan teater
Koma dari awal berdiri. Pada masa awal-awal berdiri tidak sedikit
orang-orang yang menganggap remeh kerja kreatif kami. Tidak jarang
kami mendapatkan penolakan demi penolakan saat kami memasarkan
tiket. Tapi justru dari berbagai penolakan itulah kami belajar untuk
pertunjukkan selanjutnya agar lebih baik lagi dan tidak mengulangi
kesalahan yang sama. Kita sudah melakukan strategi-strategi tersebut
dari nol, dari bawah sekali kita lakukan. Bisa sampai pada titik ini ya
karena kita terus melakukan evaluasi, terus berusaha mencari solusi
atas kendala-kendala yang didapat sebelumnya.
6.
Adakah strategi atau cara alternatif jika strategi utama gagal?
-
Karena kita berusaha dengan berbagai cara, jadi ya kita lakukan saja
cara yang bisa kita lakukan, jika toh nantinya gagal, berarti strategi
tersebut tidak berhasil dan akan dicari solusinya pada saat evaluasi.
7.
Strategi apa saja yang dilakukan teater Koma dari mulai berdiri hingga
sampai sebesar ini?
-
Wah, kalau ditanya hal itu sih kita sudah merasakan jatuh bangun demi
teater Koma dapat dikenal masyarakatnya. Berawal kita dulu door to
door, dari pintu ke pintu mencari sponsor maupun penonton. Yang
namanya ditolak sana sini itu sudah kayak makanan sehari-hari, jadi
kami menyikapinya ya wajar-wajar saja, mungkin ada yang kurang
dari cara kami memasarkan, maka itu akan jadi pelajaran baru lagi
untuk kita kedepannya. kemudian kita juga selalu menyimpan datadata setiap penonton, dan ternyata benar saja data tersebut sangat
berguna untuk kami kedepannya. kita mulai memasarkan tiket dengan
cara mengirim directmail ke mereka, atau juga SMS, dan banyak dari
mereka yang sangat senang dengan pemberitahuan kami ini, mereka
menganggap mereka menjadi bagian teater Koma, hingga muncullah
penonton-penonton tetap dari situ, bahkan hingga terjadi regenerasi.
Dan yang pasti publikasi juga kita kuatkan, kita berusaha menempel
poster dimana-dimana, dikampus-kampus, sekolah-sekolah juga, cuma
ada juga dari mereka yang menolak dan memandang kesenian teater
dengan sebelah mata. Kemudian semenjak muncul dan berkembangnya
media online kami juga tidak mau kalah, kami juga melakukan
publikasi atau penyebaran informasi melalui media-media sosial yang
ada, dan itu saya himbau seluruh anggota teater Koma untuk
melakukan itu, tidak hanya divisi terkait saja. Nah, baru-baru ini juga
kami sedang menjalin kedekatan dengan beberapa sekolah swasta di
Jakarta dan sekitarnya, kita bekerjasama dengan sekolah tersebut dan
kemudian mengadakan event seperti workshop keaktoran, latihan
akting, belajar menari dengan para anggota kami yang mengajar
tentunya. Jadi kami juga berusaha mengeksplor bakat-bakat yang ada
di teater Koma supaya mereka juga berkembang, dan dampaknya bagi
adalah kini mereka selalu menonton pertunjukkan kami, dan tidak
tanggung-tanggung loh jumlah tiket yang mereka pesan hingga 250
tiket mereka booking. Tidak ada cara lain selain mendekatkan diri.
8.
Adakah rencana strategi selanjutnya yang akan dilakukan?
-
Untuk kedepannya sih saya belum tahu ya ada atau tidaknya, karena
kita harus memperhatikan minat pasar juga. Namun jika ada cara-cara
baru yang lebih menguntungkan kenapa tidak? Pasti kita lakukan.
9.
Apa yang dilakukan teater Koma hingga masih eksis sampai saat ini?
-
Ya tidak ada cara lain selain produktif. Kami selalu melakukan
pertunjukkan minimal 1 kali dalam setahun, itupun minimal. Sehingga
kami tidak ditinggalkan oleh penonton-penonton kami dan mampu
akan terus berkembang.
10.
Bagaimana dengan sistem / struktur kepengurusan di teater Koma
khususnya bagian PR?
-
Untuk struktur sendiri kita memang memiliki struktur yang terbagi ke
dalam berbagai divisi, begitu juga dengan bagian PR teater Koma
meski kita tidak secara teoritis tapi PR kami memiliki divisi-divisi
seperti divisi tiketing, sponsorship, pemasaran dan juga publikasi, itu
semua sudah ada sejak awal-awal kami berdiri dan akan terus
diperbarui jika memerlukan perubahan. Semua masih dalam naungan
saya sebagai HRD atau penanggung jawab di urusan penonton.
11.
Apa visi misi teater Koma?
-
Visi misi kita ya nama kita itu , koma. koma artinya tidak pernah titik,
terus hidup dalam kesinambungan dengan harapan bahwa teater Koma
tidak akan pernah mati.
12.
Apa yang belum tercapai hingga saat ini?
-
Pertama, kami sampai saat ini belum memiliki gedung pertunjukkan
sendiri. Karena mengingatkan berapa besar nominal yang harus
dikeluarkan untuk membangun sebuah gedung pertunjukkan.
Kemudian kami juga belum bisa mencakup penonton kami senusantara, masih sangat banyak di daerah-daerah sana yang belum
mengenal seperti apa itu teater Koma. dan itu menjadi salah satu tugas
berat bagi kami yang hanya kelompok seni dan tidak memiliki fasilitas
apa-apa. Tapi selalu kami pikirkan bagaimana kami bisa mencakup
seluruh nusantara maupun mancanegara.
13.
Apa rencana kedepan yang akan dilakukan demi mempertahankan
eksistensi didunia teater?
-
Ya yang pasti kami harus selalu mengadakan pertunjukkan minimal 1
kali dalam setahun, kemudian memperluas jaringan komunikasi kepada
siapapun, juga mempertahankan penonton-penonton kami.
Daftar Produksi Pementasan Teater Koma (1977 - 2011)
No.
Lakon
Waktu pentas
Tempat
1
Rumah Kertas
3-5 Agustus 1977
Teater Tertutup, TIM
2
Cermin
30 November 1977
TVRI
3
Maaf, maaf, maaf
12-16 April 1978
Teater tertutup, TIM
4
Maaf, maaf, maaf
5-6 Mei 1978
Universitas Indonesia
5
Gigi Busuk
6 Oktober 1978
TVRI
6
Anak Kandung
4 April 1979
TVRI
7
Si Bakil
31 Mei 1979
TVRI
8
J.J (Jian Juhro)
1-7 September 1979
Teater tertutup, TIM
9
Potret
12 April 1980
TVRI
10
Kontes 1980
22-28 Juli 1980
Teater Arena, TIM
11
Lubang
6 Agustus 1980
Granadha Jakarta
12
Kena Tipu
24 September 1980
TVRI
13
Lubang
15 Desember 1980
Granadha Jakarta
14
Citra Menguak
28 Januari 1981
Balai Sidang Senayan,
Takdir
Jakarta
15
Matahari-Matahari
16 Februari 1981
TVRI
16
Kopral Doel Kotjek 20-26 November 1981
Teater tertutup, TIM
17
Gelas Retak
17 September 1982
Teater tertutup, TIM
18
Bom Waktu
24-30 September 1982
Teater tertutup, TIM
19
Ibu
Oktober 1982
TVRI
20
Bom Waktu
11-12 Desember 1982
Teater tertutup, TIM
21
Opera Ikan Asin
30 Juli-8 Agustus 1983
Teater tertutup, TIM
22
Opera Ikan Asin
20-21 Agustus 1983
Graha Bhakti Budaya
(GBB), TIM
23
Pinangan
22 September 1983
Cibubur
24
Pemburu Perkasa
30 Oktober 1983
Bandung
25
Benang-Benang
14 Desember 1983
TVRI
Rapuh
26
Lingkaran Putih
4 Maret 1984
TVRI
27
Opera Salah
5-6 Juni 1984
TVRI
1-8 Agustus 1984
GBB, TIM
3-4 Oktober 1984
GBB, TIM
Kaprah
28
Opera Salah
Kaprah
29
Opera Salah
Kaprah
30
Balada Harijadi
20 Oktober 1984
Hotel Horizon
31
Tiga Merpati
4 Desember 1984
TVRI
32
Pemburu Perkasa
4 April 1985
Cipayung
33
Anak Kandung
19 April 1985
TVRI
34
Opera Kecoa
27 Juli-11 Agustus
GBB, TIM
1985
35
Opera Kecoa
23-24 Agustus 1985
Bandung
36
Doea Dara
30 September 1985
Hotel Borobudur
37
Opera Kecoa
5-7 November 1985
GBB, TIM
38
Doea Dara
28 November 1985
TVRI
39
Merah Putih
14 Februari 1986
Setneg RI
40
Wanita-Wanita
20 April-5 Mei 1986
GBB, TIM
Parlemen
41
Balada Komputer
15 Juli 1986
Metro Building
42
Opera Julini
22 November-7
GBB, TIM
Desember 1986
43
Si Bakil
6 Februari 1987
Hotel Borobudur
44
Karina
6 April 1987
TVRI
45
Pesta Burung-
22 Agustus 1987
Balai Sidang Senayan,
Burung
46
Sandiwara Para
Binatang
Jakarta
8-25 Oktober 1987
GBB, TIM
47
Opera Primadona
22 Maret-1 April 1988
Gedung Kesenian
Jakarta (GKJ)
48
Dunia Fantasi
8 Agustus 1988
Maxima, Dufan
49
Sampek Engtay
27 Agustus-13
GKJ
September 1988
50
Sampek Engtay
4-5 November 1988
Surabaya
51
Banci Gugat
27 Februari-7 Maret
GKJ
1989
52
Sampek Engtay
8 April 1989
Surabaya
53
Sampek Engtay
20 Mei 1989
Medan
54
Perkawinan Figaro
7-22 Juli 1989
GKJ
55
Perkawinan Figaro
Juli 1989
TVRI
56
Pinangan
Juli 1989
Hotel Borobudur
57
Rembulan Terluka
Oktober 1989
TVRI
58
Jumlah Kembang
Desember 1989
TVRI
24 maret-19 april 1990
GBB, TIM
22 Juni 1990
Balai Sidang Senayan,
Kota Paris
59
Konglomerat
Buriswara
60
Pialang Segitiga
Emas
Jakarta
61
Si Bakil
28 Juli 1990
Hotel Borobudur
62
Suksesi
28 September-11
GBB, TIM
November 1990
63
Opera Kecoa
28 November-7
GKJ
Desember 1990
64
Balada Bankir
19 Januari 1991
Hotel Hilton
65
Kena Tipu
24 Februari 1991
Hotel Horizon
66
OKB
20-30 Juli 1991
GBB, TIM
67
RSJ
20 November-3
GKJ
Desember 1991
68
Bunga, Turun
14 januari 1992
Hotel Sari Pasific
Kamu!
69
RSJ
20-22 Februari 1992
Teater tertutup, TIM
70
RSJ
10-15 Maret 1992
Teater Tertutup, TIM
71
Tiga Dewa dan
27 Juni-12 Juli 1992
GKJ
21 November-6
GBB, TIM
Kupu-kupu
72
Tenung
Desember 1992
73
Raja Ubu
23 April-6 Mei 1993
GKJ
74
Alpharma
Juni 1993
TMII, Jakarta
75
Rampok
1-9 Oktober 1993
GBB, TIM
76
Opera Ular Putih
23 April-8 Mei 1994
GBB, TIM
77
Onah dan
November 1994
TVRI
25 November-8
GBB, TIM
Impiannya
78
Semar Gugat
Desember 1995
79
Cinta yang Serakah
7-22 Juni 1996
GBB, TIM
80
Sampek Engtay
15-25 Juni 1997
GBB, TIM
81
PASTOJAK
1 Agustus-1 September
PKJ, TIM
1997
82
Kala
3 November 1997
GBB, TIM
83
Opera Sembelit
25 Juli-7 Agustus 1998
GKJ
84
Opera Sembelit
16-18 November 1998
GBB, TIM
85
Opera Ikan Asin
10-24 april 1999
GBB, TIM
86
Sampek Engtay
10-24 November 1999
Teater Tanah Air, TMII
dan 10 Februari 2000
87
Opera Primadona
28 Juli-13 Agustus
Teater Tanah Air, TMII
2000
88
Samson Delila
12-17 September 2000
TTA, TMII
89
Kena Tipu
31 Desember 2000
Legenda Cafe
90
The Winning Team
20 Januari 2001
Assembly Hall JCC
Polytron
91
Kena Tipu
6 April 2001
GRJ Bulungan
92
Kala
Juni 2001
Keliling 12 kota
93
Opera Salon
2001
Lateve
94
Republik Bagong
27 April-7 Mei 2001
GBB, TIM
95
Bintang-Bintang
Astra Award
Balai Samudra Jakarta
96
Presiden Burung-
25 September-1
GKJ
Burung
Oktober 2001
97
Sampek Engtay
11-13 Mei 2002
Tiara, Medan
98
Roman Yulia
20 Oktober-2
GKJ
November 2002
99
Komedi Nusa Getir
Juni 2003
TPI
100
Opera Kecoa
4-19 Juli dan 19-21
GKJ dan Bandung
September 2003
101
Rock Opera
20 Agustus 2003
JHCC, Senayan
102
Sampek Engtay
24-25 Januari 2004
Yogyakarta
103
Republik Togog
28 Juli-6 Agustus 2004
GKJ
104
Menjadi Lebih
Oktober 2004
Hotel Regent Jakarta
Baik
105
Maaf. Maaf. Maaf
2-15 Maret 2005
GBB, TIM
106
Jalan Samurai
Juni 2005
GKJ
107
Tanda Cinta
27-29 Juli 2005
GBB, TIM
108
Untuk Data
6 Oktober 2005
Hotel Mulia
109
Sampek Engtay
14-16 Februari 2006
GKJ
110
Festival Topeng
5-14 Mei 2006
GBB, TIM
111
Kunjungan Cinta
12-28 Januari 2007
GBB, TIM
112
Petualangan Agen
1 Juli 2007-Januari
Citibank
Penny
2008 , Juli 2008-Januari
2009, November 2009-
Januari 2010
113
Kenapa Leonardo?
11-25 Januari 2008
GBB, TIM
114
Kabaret
Juni-November 2008
Metro TV
115
Hidup Indah
7 Juni 2008
Auditorium Sapta
Tanpa Tembakau
pesona Dep. BudPar
116
Republik Petruk
9-25 Januari 2009
GBB, TIM
117
Tanda Cinta
14-25 Mei 2009
GBB, TIM
118
Penggali Intan
1-2 Agustus 2009
Teater kecil, TIM
119
Sie Jin Kwie
5-21 Februari 2010
GBB, TIM
120
Rumah Pasir
29 Oktober-7
Salihara dan Surabaya
November 2010 dan
12-14 November 2010
121
Raden Bei Soeri
Japan Foundation,
Retno dan Will
Jakarta.
Acure The Nation
122
Sie Jin Kwie Kena
4-26 maret 2011
GBB, TIM
12 Maret-15 Mei 2011
Museum Fatahillah
Fitnah
123
Mistery of Batavia
-
Download