STRATEGI PUBLIC RELATION TEATER KOMA DALAM MENARIK MINAT PENONTON Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I) Diajukan Oleh: Fitri Indrayati NIM: 1111051000129 KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H / 2015 M LEMBAR PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 (S1) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Ciputat, Juni 2015 Fitri Indrayati LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING STRATEGI PUBLIC RELATION TEATER KOMA DALAM MENARIK MINAT PENONTON Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) Oleh: Fitri Indrayati NIM 1111051000129 Di Bawah Bimbingan Ade Masturi, MA NIP: 197506062007101001 JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H/ 2015 M PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi ini berjudul STRATEGI PUBLIC RELATION TEATER KOMA DALAM MENARIK MINAT PENONTON telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 1 Juni 2015. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) pada Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam. Jakarta, 1 Juni 2015 Sidang Munaqasyah Ketua, Sekretaris, Dr. Roudhonah NIP: Saprudin, S.Pd NIP: Penguji I, Penguji II, H. Zakaria NIP: Wahidin Saputra, M.Ag NIP 19700903 199603 1 001 Pembimbing, Ade Masturi, MA NIP: 19750606 200710 1 001 i ABSTRAK Fitri Indrayati Strategi Public Relation Teater Koma dalam Menarik Minat Penonton komunikasi adalah proses penyampaian pesan dalam bentuk simbol atau kode dari satu pihak kepada pihak yang lain dengan efek untuk mengubah sikap atau tindakan agar tujuan yang dimaksud tercapai. Dan teater merupakan salah satu media paling efektif dalam hal penyampaian pesan, tetapi semakin berkembang nya zaman, teater mulai dilupakan masyarakatnya akibat muncul media-media komunikasi yang lebih beragam, namun ditengah permasalahan ini ternyata masih ada kelompok teater yang tetap eksis hingga saat ini, yakni teater Koma. bahkan teater Koma saat ini sudah memiliki penonton tetap. Hal ini tidak lepas dari sistem kerja Public Relation teater Koma yang sangat baik. Pertanyaan mayornya, Bagaimana strategi Public Relation teater Koma dalam menarik minat penonton? Sedangkan pertanyaan minornya adalah, bagaimana proses kerja public relation teater Koma? apa saja strategi yang digunakan teater Koma dalam menarik minat penonton? Teater Koma melakukan strategi public relation agar mencapai tujuan yang diharapkan. Strategi dirancang mulai dari penelitian, perencanaan, pelaksanaan hingga evaluasi . Teori yang digunakan adalah teori Public Relation menurut Cutlip, Center dan Broom yakni fungsi manajemen yang menilai sikap publik, mengidentifikasikan kebijaksanaan dan tata cara seseorang atau organisasi demi kepentingan publik, serta merencanakan dan melakukan suatu program kegiatan untuk meraih pengertian dan dukungan publik. Metode yang digunakan metode penelitian kualitatif dan mengacu kepada sumber tulisan / studi pustaka. Teater Koma memulai proses kerjanya dengan memahami apa saja kejadian sekitar yang sedang terjadi dimasyarakat, mencoba menyelami lebih dalam strategi yang dapat menarik perhatian masyarakat, kemudian mereka mengadakan rapat internal dan melaksanakan strategi tersebut dalam tahap pelaksanaan, selanjutnya proses terakhir yakni mereka mengadakan evaluasi agar selalu ada perubahan terhadap kualitas kerja maupun strategi yang dibangun. Strategi yang digunakan yakni strategi door to door, strategi kedekatan, strategi media online, strategi publikasi dan strategi database. Teori menurut Cutlip Center dan Broom ini merupakan salah satu konsep teori yang ampuh dalam menjalankan sebuah proses public relation, karena saat prosesnya, terdapat tahapan-tahapan yang harus dilakukan agar tujuan yang diraih dapat mendekati atau berhasil mendekati harapan yang diinginkan. Teori ini lebih mengedepankan daya kreatif sumber daya manusianya agar ide atau gagasan strategi yang didapat semakin berkembang. Dari penelitian ini, dapat dipahami bahwa teater Koma memiliki strategi public relation yang sangat baik dan terkonsep dengan rapih sehingga mampu meraup penonton hingga mencapai 20.000 penonton setiap pertunjukkan. ii KATA PENGANTAR Segala Puji bagi Allah SWT yang dengan segala keindahan-Nya telah mengkaruniakan penulis hidup yang indah sehingga berbagai kesulitan dapat penulis lalui dengan perasaan bahagia dan penuh syukur. Shalawat serta salam senantiasa terlimpah bagi kekasih Allah, Muhammad SAW. Beliaulah Sang Pembawa misi kebenaran sepanjang zaman dan semoga dengan kasihnya kita dapat menjadi umatnya yang selalu dalam naungannya. Selanjutnya, Penulis mempersembahkan banyak terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas akhir ini: 1. DR. H. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi, beserta jajarannya. 2. Rachmat Baihaky, MA selaku ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam serta ibu Fita Fathkhurokhmah M.Si selaku Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah membimbing dengan sabar dan memberikan banyak ilmu kepada peneliti selama peneliti menimba ilmu di Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi. 3. Bapak Ade Masturi, MA selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang dengan sabar mengajarkan, membantu, mengarahkan dan meluangkan waktunya untuk peneliti. Semoga bapak selalu diberikan limpahan iii karunia dan nikmat sehat serta senantiasa mendapat perlindungan dari Allah SWT. 4. Dosen-dosen Fakultas Ilmu dakwah dan Komunikasi, yang namanya tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu. Terima kasih atas ilmu dan dedikasi yang diberikan kepada peneliti. Semoga selalu dalam lindungan Allah SWT serta selalu diberi nikmat sehat dan ilmu yang bermanfaat. 5. Om Nano Riantiarno beserta sang istri tante Ratna Riantiarno selaku penanggung jawab Teater Koma, terimakasih sekali sudah mengizinkan peneliti menjadikan teater Koma sebagai objek penelitian, juga ilmu serta wawasan yang sudah diberikan kepada peneliti. Semoga Om dan Tante senantiasa diberi nikmat sehat dan selalu dalam lindungan Tuhan yang Maha Esa. Dan khususnya untuk Teater Koma semoga terus berkembang dan semakin sukses agar selalu dibanggakan oleh masyarakatnya. 6. Secara khusus kepada kedua Orang tua terkasih ayahanda dan ibunda (Imrawady, SE dan Deswita) yang tak jarang dibuat kecewa oleh perilaku peneliti. Terima kasih Pah, Mah, untuk semua dukungan, kelembutan kasih sayang, materi, juga kesabaran dalam merawat peneliti serta doa-doa indah yang selalu kalian lantunkan untuk peneliti. Semoga kalian selalu diberikan nikmat sehat juga selalu dalam lindungan rahmat dan hidayah dari Allah sang pencipta langit dan bumi. iv 7. Kakak ku tersayang, Yenita Indrayati, Amd. Keb. Terimakasih kakak telah mencurahkan kasih sayang, do‟a serta dukungan yang berlimpah kepada peneliti. Semoga kakak selalu sehat dan dilindungi oleh Allah SWT. 8. Teman-teman KPI D 2011, yang mungkin tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Terimakasih kawan untuk cerita dan kisah-kisah indah yang sudah kita ukir bersama, semoga kisah dan persahabatan kita tak lekang oleh waktu meski jarak nantinya akan memisahkan kita. Sukses selalu untuk kita semua. 9. Teman-teman KKN UINESCO, Fikri, Udon, Hilman, Siska, dara, Intan, Nadhiroh, Mariam, Hakim, Rusdy, Evi, Ela, Indana, Dede, Arif. Terimakasih kawan, kalian mampu membuat peneliti bahagia setiap kali berkumpul dengan kalian, juga dukungan serta doa yang kalian berikan selama penelitian ini. aku bangga bisa jadi bagian dari kalian. Sukses selalu untuk kita dan Desa Cijambe tempat kita mengabdi. 10. Kawan-kawan KPI A hingga E angkatan 2011, Kakak-kakak dan adikadik Mahasiswa jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, meski banyak yang tidak peneliti kenal tapi peneliti bangga dan bahagia menjadi bagian dari kalian. Semoga kita semua bisa membanggakan almamater kita. 11. Segenap Keluarga Besar Teater Syahid yang telah memberikan banyak sekali ilmu, pengalaman dan tempat peneliti berkeluh kesah disamping kegiatan kuliah. Khususnya kepada teman-teman angkatan 2011 Amel, v Idat, Elita, Zaza, Ari, Jafar, Julpong, Fiqi, Ocho, Rajab. Terimakasih keluargaku, aku banyak belajar dari semuanya. Terimakasih sudah membuat peneliti jadi lebih baik dan lebih produktif. Sukses selalu untuk teater Syahid dan orang-orang didalamnya. 12. Teman-teman kosant, Ella, Tria, Itha, Anni, Azizah. Terimakasih neng sudah selalu perhatian, mendukung, membantu juga menghibur peneliti selama mengerjakan penelitian ini. semoga kita semua lulus dengan nilai yang membanggakan. Tak lepas doa-doa indah kuucapkan kepada kalian agar senantiasa diberi nikmat sehat, rezeki yang bermanfaat, juga kesuksesan dimasa mendatang. Semoga persahabatan ini tak pernah putus hingga kelak kita saling berjauhan. 13. Spesial untuk seorang lelaki hebat Iman Hamdani. Terima kasih ya sudah selalu menemani dan banyak membantu peneliti lewat do‟a, dukungan serta motivasi demi lancarnya penelitian ini. semoga kau senantiasa sehat, diberi rezeki yang bermanfaat, sukses selalu juga bahagia yang tak terhingga. Dan kepada semua pihak yang secara langsung atau tidak langsung membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini, semoga Allah membalas budi baik yang telah kalian berikan. Akhirnya teriring salam dan doa, peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat. Ciputat, Mei 2015 vi DAFTAR ISI ABSTRAK………………………………………………………………………... i KATA PENGANTAR…………………………………………………………… ii DAFTAR ISI……………………………………………………………………..vi DAFTAR TABEL………………………………………………………........... ix BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah………………………………………… 1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah…………………................ 6 1. Pembatasan Masalah................................................................ 6 2. Perumusan Masalah................................................................. 7 C. Tujuan Penelitian…………………………………........................ 7 D. Manfaat Penelitian.......................................................................... 7 E. Metodologi Penelitian………………………………………….... 9 1. Paradigma Penelitian............................................................... 9 2. Pendekatan Penelitian............................................................. 9 3. Metode Penelitian.................................................................... 10 4. Subjek dan Objek Penelitian.................................................... 11 5. Teknik Pengumpulan Data....................................................... 11 6. Teknik Analisis Data................................................................ 13 7. Teknik Penulisan................................................................... 16 F. Tinjauan Pustaka………………………………………………. 17 G. Sistematika Penulisan…………………………………….......... 18 vii BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Strategi………………………………………………………… 19 1. Pengertian Strategi………………………………………… 19 2. Tahap – Tahap Strategi.....................................…………… 22 B. Public Relation…........………………………………………... 24 1. Pengertian Public Relation................................................... 24 2. Proses Public Relation.......................................................... 26 BAB III a. Penelitian (Research)..................................................... 26 b. Perencanaan (Planning)................................................. 27 c. Pelaksanaan (action)...................................................... 28 d. Evaluasi (evaluation)..................................................... 30 C. Teater ….........………………………………………………... 31 1. Pengertian Teater…..........………………………………... 31 2. Sejarah Teater di Indonesia….......................…………….. 35 3. Minat Penonton................................................................... 37 GAMBARAN UMUM A. Sejarah Berdirinya Teater Koma………………..…………….. 39 B. Profil Umum Teater Koma…………………………………….. 43 C. Visi dan Misi Teater Koma....................………………………. 46 D. Sistem Kerja Teater Koma..…………………………………… 47 E. Produksi Teater Koma dari Masa ke Masa................................. 54 1. Era Tahun 70-an.................................................................... 54 2. Era Tahun 80-an..................................................................... 55 3. Era Tahun 90-an..................................................................... 56 4. Era Tahun 2000-an................................................................. 57 viii BAB IV HASIL TEMUAN DAN ANALISIS DATA A. Penelitian............................……………………………………. 59 B. Perencanaan.......................……………………………………. 61 1. Strategi Door to Door........................................................... 62 2. Strategi Kedekatan................................................................ 63 3. Strategi Media Online........................................................... 65 4. Strategi Publikasi.................................................................. 68 5. Strategi Database.................................................................. 69 C. Pelaksanaan................................................................................. 70 D. Evaluasi....................................................................................... 77 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan……………………………………………………. 80 B. Saran……………………………………………………...….... 82 DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 84 LAMPIRAN-LAMPIRAN ix DAFTAR TABEL 1. Tabel.1 Daftar Tim Produksi Teater Koma................................................ 49 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan kegiatan yang sangat penting dalam kehidupan kita, karena semua kegiatan yang kita lakukan menggunakan komunikasi. Komunikasi juga bagaikan urat nadi dalam kehidupan sosial manusia. Bahkan bisa dikatakan tidak mungkin jika seseorang dapat menjalani kehidupannya tanpa berkomunikasi. Sebab tanpa komunikasi manusia tidak bisa menjalankan fungsinya sebagai pembawa amanah dari Allah di muka bumi (khalifah). Komunikasi menduduki tempat yang utama karena susunan keluasan dan cakupan organisasi secara keseluruhan ditentukan oleh teknik komunikasi.1 komunikasi adalah proses penyampaian pesan dalam bentuk simbol atau kode dari satu pihak kepada pihak yang lain dengan efek untuk mengubah sikap atau tindakan agar tujuan yang dimaksud tercapai. Jadi, secara umum komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia. Apapun jenis aktivitasnya manusia pasti memerlukan komunikasi, baik komunikasi secara individu, kelompok maupun organisasi. Dan teater menjadi salah satu media yang dapat mengkomunikasikan pesan-pesan kepada masyarakat. Sedangkan teater berasal dari bahasa Yunani yakni teatron, artinya tempat melihat, Atau area yang tinggi tempat meletakkan sesajian untuk para 1 Veithzal Rivai, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006), h.377 1 2 dewa.2 Dan berdasarkan penjabaran diatas dapat disimpulkan bahwa teater adalah suatu kegiatan manusia yang secara sadar menggunakan tubuhnya sebagai alat atau media utama untuk menyatakan rasa dan karsa nya dikemas dalam suatu karya yang disebut sebagai seni. Didalam menyatakan rasa dan karsa tersebut, alat atau media utamanya ditunjang oleh berbagai unsur pendukung, seperti gerak, suara, bunyi, dan rupa.3 Jadi, teater memiliki alat utama dan alat penunjang, dimana alat utamanya adalah tubuh manusia itu sendiri yang biasa kita sebut dengan aktor atau aktris, aktor ataupun aktris menjadi sorot utama atau media utama yang menjadi perhatian utama para penonton, baru kemudian unsur yang dapat mendukung aktor/aktris tersebut diantaranya gerak seperti gerak tubuh, bunyi dan sejenisnya, kemudian suara seperti kata atau ucapan, dan bunyi seperti efek bunyi atau musik, dan yang terakhir rupa seperti cahaya, sinar lampu, kostum.4 Teater mencerminkan nilai-nilai sosial masyarakatnya dan mampu menimbulkan dampak. Teater juga bisa dikatakan sebuah gerakan sosial yang mungkin menjadi profesi tertua setelah kekuasaan politik, mengingat teater berkembang sejak zaman yunani kuno. Didalamnya terkandung unsur-unsur komitmen, kerja sama, kepekaan, kerja keras demi hasil akhir yang diinginkan, kepuasan pribadi, pembangunan serta pengembangan diri, 2 Nano Riantiarno, Kitab Teater, (Jakarta: Grasindo, 2011), h.1 Nano Riantiarno, Kitab Teater, h.1 4 Nano Riantiarno, Kitab Teater, h.2 3 3 pembelajaran terhadap pengalaman hidup, penghargaan bagi manusia dan alam, serta tanggung jawab. 5 Sebagai seni, teater adalah sebuah objek, dan merupakan kombinasi dari berbagai bentuk seni. jika disejajarkan dengan jenis-jenis kesenian lainnya, teater akan terasa memiliki kelebihan yang spesifik. Berbeda dengan film, mungkin film bisa ditonton berungkali dan pesan yang sampai akan sama ketika menonton untuk yang kesekian kalinya, maka dari itu tidak heran jika film menjadi salah satu media yang sangat efektif dalam penyampaian pesan kepada penontonnya. Namun teater memiliki cara dan keunikan tersendiri dalam menyampaikan pesan-pesannya, dimana media utamanya adalah tubuh sang aktor dan panggung menjadi media tempat mereka menyampaikan pesan-pesan tersebut. sangat berbeda ketika kita melihat pertunjukkan teater secara langsung dengan menonton di tayangan ulang yang sudah berbentuk rekaman/video. Sesungguhnya hakikat seni teater adalah pertunjukkan langsung. Karena jika sudah direkam itu berarti beberapa esensi dari pertunjukkan tersebut telah lenyap. Dimana aura-aura prima dari para aktor sudah tidak terasa lagi, juga artistik dan seluruh unsur penunjang sudah berupa tayangan ulang. Berbeda saat kita menyaksikan pertunjukkan teater secara langsung, seluruh unsur yang ada dalam pertunjukkan tersebut adalah bagian dari pertunjukkan. Semua yang ada memiliki arti tersendiri baik itu berbentuk verbal maupun simbol-simbol. Tidak hanya aktor yang menjadi sorotan para penonton, 5 Nano Riantiarno, Kitab Teater, h.2 4 namun juga segala yang ada disekitarnya, seperti makeup, kostum, artistik, setting panggung, lighting, properti, handprop (property yang melekat ditangan/dipegang) dan masih banyak lagi, bahkan penonton menjadi salah satu unsur penunjang dari pertunjukkan tersebut. penonton akan dibawa kedalam pertunjukkan tersebut, bagaimana jiwa dan raga kita berada dalam satu emosi dengan para aktor serta semua unsur penunjangnya, sehingga penonton dengan bebas dapat menyaksikan apa-apa yang ada dan yang terjadi diatas panggung. Sehingga pesan-pesan yang disampaikan akan terasa lebih efektif. Mungkin film dapat diulang beberapa kali ketika mengalami kesalahan saat pengambilan adegan, namun tidak dengan teater, apapun yang terjadi saat pengadeganan akan menjadi bagian dari sebuah pertunjukkan tanpa bisa diperbaiki. Oleh karenanya diperlukan latihan berbulan-bulan untuk dapat meraih hasil akhir yang terbaik juga meminimalisir kesalahankesalahan saat pertunjukkan tiba. Namun nyatanya, sampai saat ini film masih menjadi media utama yang diminati oleh masyarakat. Orang-orang bahkan tak segan memesan tiket bioskop terlebih dahulu sebelum film tersebut dikeluarkan. Film memang salah satu media yang efektif dalam menyampaikan pesan-pesan. Tidak sulit bagi para penggiat film untuk menarik para penonton agar menonton filmfilm mereka. Saat ini, teater masih bisa dikatakan media atau hiburan untuk masyarakat kelas menengah keatas. Juga keterbatasan media massa dalam menayangkan dan menyebar luaskan seni teater. Seolah teater menjadi topik 5 yang tidak laku, berbagai pertunjukkan teater hanya diminati oleh kalangan sesama teaterawan atau pencinta seni. Melihat perbandingan jumlah penonton yang ada antara film dan teater. Teater seolah menjadi produk yang “eksklusif” ditengah masyarakat, menjadikannya terpisah dalam kehidupan sehari-hari hanya bisa diakses dan dinikmati oleh mereka yang memiliki kemampuan dan kemauan untuk itu. Padahal sesungguhnya teater sangat dekat dengan kehidupan masyarakat, karena pertunjukkan-pertunjukkan yang diangkat berasal dari fenomena atau kejadian sehari-hari yang ada di masyarakat. Indonesia masih menjadi negara yang asing untuk menjadikan pertunjukkan seni teater menjadi bagian dalam kehidupan mereka seharisehari. Hal inilah yang menjadi dampak bahwa penonton teater tidak berkembang. Ditengah polemik ini, ternyata masih ada teater yang sejak awal berdiri mengalami perkembangan yang sangat baik bagi kelangsungan kesenian di Indonesia, ia bernama teater Koma, yang didirikan oleh seniman bernama Nano Riantiarno sejak tahun 1977 di Jakarta. Teater koma termasuk kedalam teater kontemporer/teater modern. Mengingat ciri-ciri teater modern adalah memiliki tempat khusus untuk pergelaran, penyaji dan penonton dipisah, jika dipanggung prosenium terdapat tirai-tirai yang diangkat dan diturunkam sebagai penanda pentas dimulai atau telah selesai, penonton harus membayar karcis, dan fungsinya hiburan, lakon sejalan dengan zamannya, 6 idiom-idiom modern digunakan, terdapat naskah drama sebagai acuan jalannya sebuah pertunjukkan .6 Dan teater Koma sampai saat ini masih konsisten terhadap pertunjukkanpertunjukkan yang mereka sajikan dan sukses mempertahankan penontonpenonton setianya, teater Koma sudah memiliki penonton tetap yang secara pasti menyaksikan setiap pertunjukkan mereka berlangsung. Biasanya penonton-penonton tersebut akan menyebarkan informasi pertunjukkan teater Koma kepada kerabat dan orang-orang di sekitarnya hingga akhirnya mereka menonton teater Koma. karena di beberapa pertunjukkan, peneliti pernah menemukan fenomena penonton baru yang baru pertama kali menonton teater Koma, bahkan tidak jarang dari mereka berasal dari luar kota. Hal inilah yang menjadi percontohan bagi teater-teater di Indonesia untuk bisa menarik minat masyarakat agar menonton pertunjukkan teater.. Maka, berdasarkan latar belakang pemikiran tersebut, peneliti ingin menyusun skripsi dengan judul: “Strategi Public Relation Teater Koma dalam Menarik Minat Penonton” B. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah Media untuk menyampaikan pesan-pesan moral memang sangat banyak. Televisi, film, dan sebagainya kini menjadi media utama yang banyak digunakan oleh masyarakat. Namun teater memiliki keunikan dan ciri khas tersendiri bagi siapapun yang menyaksikan pertunjukkannya. 6 Nano Riantiarno, Kitab Teater, h. 29 7 Sehingga pesan-pesan yang disampaikan kepada penonton akan lebih efektif. Dan agar penelitian ini lebih terarah dan pembahasannya tidak terlalu meluas, penulis merasa perlu memberikan pembatasan masalah. Adapun pembatasan masalahnya yakni pada strategi public relation yang digunakan oleh teater Koma dalam menarik minat masyarakat untuk menonton pertunjukkan Teater Koma. 2. Perumusan Masalah Dari pembatasan diatas, maka rumusan masalah yang akan peneliti teliti adalah: a. Bagaimana perencanaan strategi Public Relation teater Koma dalam menarik minat penonton? b. Bagaimana pelaksanaan strategi Public Relation teater Koma dalam menarik minat penonton? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui rencana strategi apa yang digunakan oleh teater koma dalam menarik para penonton. 2. Untuk mengetahui bagaimana proses pelaksanaan strategi yang telah mereka rencanakan dalam menarik minat penonton. D. Manfaat Penelitian Peneliti mengharapkan agar penelitian ini dapat memberikan manfaat secara: 1. Secara Teoritis, yaitu memberikan sumbangan wawasan keilmuan, khususnya mengenai keikutsertaan teater dalam menjaga dan 8 memelihara kesenian melalui pengemasan sebuah pertunjukkan di teater Koma. 2. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dan manfaat dalam perkembangan kajian kesenian khususnya mengenai kajian yang berhubungan dengan seni teater dalam menarik minat penontonnya. Selain itu, semoga skripsi ini dapat menjadi referensi bagi penelitian serupa di masa datang. 3. Dalam tataran praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi rujukan bagi praktisi, seniman, serta pihak-pihak yang terlibat dalam dunia teater agar lebih memperhatikan strategi public relation apa yang akan digunakan agar mampu menumbuhkan minat masyarakat dalam menonton pertunjukkan teater khususnya teater Koma. Selain itu, semoga penelitian ini menjadi sebuah rujukan untuk meningkatkan kesadaran pelaku kesenian terhadap membangun minat masyarakat untuk menonton pertunjukkan teater. Untuk masyarakat, diharapkan penelitian ini dapat meningkatkan kesadaran untuk lebih peduli tidak hanya pada cerita apa yang akan di sajikan oleh sebuah pementasan teater, tetapi hal-hal yang luput dari suatu pementasan. Tentunya peneliti mengharapkan penelitian ini bisa menambah wawasan bagi para pembacanya. 9 E. Metodologi Penelitian 1. Paradigma Penelitian Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan paradigma konstruktivis. Paradigma konstruktivis ini memandang komunikasi sebagai suatu proses produksi dan pertukaran makna.7 Dua hal yang menjadi karakteristik penting dari paradigma ini adalah politik pemaknaan dan proses seseorang membuat gambaran tentang realitas dan komunikasi sebagai sebuah kegiatan yang dinamis.8 Paradigma konstruktivis bermula dari yang umum menuju yang spesifik, paradigma konstruktivis menjelaskan bahwa realitas tertampilkan dalam simbol-simbol melalui bentuk-bentuk deskriptif serta pengetahuan diperoleh tidak melalui indra semata karena pemahaman mengenai makna adalah jauh lebih penting.9 Paradigma ini lebih menekankan pada pemahaman makna pada suatu realita dari yang paling umum hingga yang paling khusus. 2. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Pendekatan ini hanya memaparkan situasi atau peristiwa. Penelitian ini tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi.10 Penelitian deskriptif kualitatif sesungguhnya dapat dikatakan sebagai 7 Eriyanto, Analisis Framing: Ideologi, dan Politik Media, (Yogyakarta: Lkis, 2005), h.42 Eriyanto, Analisis Framing: Ideologi, dan Politik Media, h.42. 9 Poerwandari, Kristi, Pendekatan kualitatif untuk Penelitian Perilaku Manusia (Depok: LPS3P, 2007), h.23 10 Drs. Jalaluddin Rakhmat, M.Sc., Metode Penelitian Komunikasi (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007),h.24. 8 10 penelitian yang diarahkan pada pengukuran yang cermat terhadap suatu fenomena sosial tertentu.11 Dalam konteks ini peneliti mengembangkan konsep dan menghimpun fakta namun tidak melakukan pengujian hipotesis. Menurut Crasswell dalam sebuah pendekatan kualitatif memiliki beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memilih penelitian jenis ini, yaitu: Pertama, sebuah penelitian yang lebih memperhatikan proses daripada hasil, Kedua, peneliti kualitatif lebih memperhatikan interpretasi, ketiga, peneliti kualitatif merupakan alat utama dalam pengumpulan data dan analisis data serta peneliti kualitatif harus terjun langsung ke lapangan, melakukan observasi di lapangan, dan Keempat, peneliti kualitatif menggambarkan bahwa peneliti terlibat langsung dalam proses penelitian, interpretasi data, dan pencapaian pemahaman melalui kata atau gambar.12 3. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian studi kasus. Studi kasus ini hanya terbatas pada suatu kasus-kasus tertentu yang sedang diteliti pada objek tertentu atau perusahaan yang bersangkutan13. Metode studi kasus ini termasuk ke dalam riset lapangan, dimana peneliti meneliti suatu permasalahan tertentu secara khusus, peneliti bisa melakukannya dengan teknik survey maupun teknik eksperimen14. 11 Drs. Jalaluddin Rakhmat, M.Sc., Metode Penelitian Komunikasi, h.24 Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi (Jakarta: Kencana, 2007), h.303 13 Rosady Ruslan, Metode Penelitian Public Relation dan Komunikasi, (Jakarta: PT. RajaGrafindo, 2010) h.33 14 Rosady Ruslan, Metode Penelitian Public Relation dan Komunikasi, h.33 12 11 Peneliti terlebih dahulu membuat kerangka konseptual untuk kemudian melakukan operasionalisasi konsep yang akan menghasilkan variabel beserta indikatornya. 4. Subjek dan Objek Penelitian a. Subjek Penelitian Subjek penelitiannya adalah kelompok kesenian teater. Dalam hal ini adalah teater Koma. b. Objek Penelitian Objek penelitiannya adalah strategi komunikasi apa yang digunakan oleh teater Koma dalam menarik minat masyarakat untuk menonton pertunjukkan mereka. 5. Teknik Pengumpulan Data a. Wawancara Wawancara adalah suatu proses komunikasi diadik, relasional dengan tujuan yang serius dan ditetapkan terlebih dahulu yang dirancang untuk mempertukarkan perilaku dan melibatkan tanya jawab.15 Wawancara dilakukan secara bebas tetapi tetap menggunakan pedoman wawancara agar pertanyaan terarah. Sasaran wawancara adalah penanggung jawab teater Koma, yakni Ratna Riantiarno. 15 Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss, Human Communication: konteks-konteks Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005) h.40. 12 b. Observasi Observasi yang dimaksud adalah peneliti meneliti atau mencatat secara langsung peristiwa yang terjadi, peneliti juga bisa berperan sebagai partisipan dalam menyaksikan atau mengamati suatu objek yang sedang diteliti16 Observasi dilakukan oleh peneliti tidak hanya menghasilkan data yang berasal dari pancaindra, namun juga dari apa yang dirasakan, disentuh, dicicipi dan sebagainya, semua itu dapat menjadi bahan pertimbangan penelitian selama peristiwa tersebut masih berkaitan dengan penelitian kita17. Observasi dilakukan peneliti untuk mengamati secara langsung proses kegiatan yang berlangsung di teater Koma, yang bertujuan untuk memperoleh gambaran umum mengenai proses pertunjukkan teater di teater Koma. c. Dokumentasi Yakni pengambilan data yang diperoleh melalui dokumendokumen.18 Dokumentasi dilakukan oleh peneliti untuk melakukan interaksi dan terlibat langsung oleh suatu peristiwa yang bersangkutan.19 Dokumentasi juga dapat digunakan dalam penelitian sebagai sumber data karena dalam banyak hal, dokumentasi sebagai 16 Rosady Ruslan, Metode Penelitian Public Relation dan Komunikasi, h.221 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Kencana, 2009), h.133 18 Usman Husaini dan Akbar Purnomo Setiady, Metodologi Penelitian Sosial (Jakarta: PT. Bumi aksara, 2003), cet ke-4, h.73 19 Rosady Ruslan, Metode Penelitian Public Relation dan Komunikasi, h.221 17 13 sumber data dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan atau bahkan mampu mendeskripsikan sebuah hal baru. Dokumentasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah data-data yang diperoleh melalui pengumpulan data-data, literatur maupun kajian kepustakaan terkait masalah yang akan diangkat dan bisa didapatkan dari buku-buku, artikel, berita, foto dan lain-lain20 6. Teknik Analisis Data Untuk menganalisis data mengenai strategi public relation, teknik analisis data yang peneliti gunakan adalah analisis public relation oleh Cutlip, Center dan Broom. Menurut ketiganya, strategi public relation memiliki empat proses, diantaranya: 1. Research (penelitian) Tahapan ini merupakan tahapan dalam mengumpulkan fakta dan data yang berkaitan dengan hal atau objek yang akan dikerjakan, segala keterangan harus diperoleh dengan selengkap dan seakurat mungkin karena menghindari hal-hal fatal dikemudian hari.21 2. Perencanaan (planning) Dari tahap awal akan berlanjut ke tahap perencanaan. Dalam tahapan ini bertugas membaca situasi atau menyusun permasalahan, maka dengan membaca atau menyusun permasalahan yang terjadi maka akan 20 21 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif, h.144 Onong Uchjana Effendy, Human Relation & Public Relation, h.125 14 didapatkan kesimpulan dalam mengatasi maupun memilih orang-orang yang tepat dan berhak menangani setiap permasalahan tersebut.22 3. Pelaksanaan (action) Pada tahap ini hubungan antara pimpinan PR kepada para anggota sangat dibutuhkan, semuanya harus menjalankan tugasnya masingmasing dengan sebaik mungkin. Betapa pentingnya komunikasi yang terjalin pada tahapan ini agar memberikan kemudahan sirkulasi kerja yang maksimal.23 4. Evaluasi (evaluation) Evaluasi merupakan tahap terakhir setelah tahap penelitian, perencanaan, dan pelaksanaan. Sebelumnya dalam tahap pelaksanaan, tidak jarang terjadi perubahan suatu program yang telah direncanakan. Dan memang setiap program dalam tahap perencanaan harus kenyal, tidak kaku, demi lancarnya kegiatan yang dilakukan.24 Untuk memperkuat teknik analisis tersebut diatas, maka peneliti juga menggunakan teknik triangulasi. Teknik triangulasi adalah teknik yang menggabungkan ketiga hasil data sementara yakni dari observasi (pengamatan), dokumentasi, dan wawancara. Setelah itu data-data tersebut dikumpulkan untuk dibuat kesimpulan, dan diolah atau direvisi kembali dengan menggunakan analisis deskriptif, yaitu dengan menganalisis setiap data atau fakta yang ditemukan lebih dekat, mendalam dan menyeluruh. Dalam menganalisis data terdapat tahapan-tahapan sebagai berikut: 22 Onong Uchjana Effendy, Human Relation & Public Relation, h.126 Onong Uchjana Effendy, Human Relation & Public Relation, h.130 24 Onong Uchjana Effendy, Human Relation & Public Relation, h.131 23 15 a. Reduksi data, diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data “kasar” yang muncul dari catatan-catatan lapangan.25 Reduksi dilakukan sejak pengumpulan data, dimulai dengan membuat ringkasan, mengkode, menelusuri tema, membuat gugus, menulis memo, dan lain sebagainya dengan maksud menyisihkan data/informasi yang relevan dan tidak mengorganisasikan data sedemikian rupa sehingga akhirnya data yang terkumpul dapat diverifikasi.26 Data tersebut didapat dari observasi di teater Koma, yang beralamat di Bintaro, Jakarta Selatan. b. Penyajian data, yakni mengumpulkan seluruh informasi yang sudah terarah untuk kemudian memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.27 Penyajian data kualitatif disajikan dalam teks naratif, penyajian juga dapat berbentuk matriks, grafik, jaringan dan bagan.28 Semuanya dirancang guna menggabungkan informasi yang tersusun agar mudah dipahami. c. Penarikan kesimpulan atau verifikasi, merupakan kegiatan di akhir penelitian kualitatif. Peneliti harus sampai pada kesimpulan dan verifikasi, baik dari segi makna maupun kebenaran kesimpulan yang disepakati oleh subjek tempat penelitian itu dilaksanakan. Makna yang dirumuskan peneliti dari data harus diuji kebenaran, kecocokan, dan kekokohannya.29 25 Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), cet ke-1, h. 85 26 Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, h. 85 27 Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, h. 85 28 Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, h. 85 29 Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, h. 85 16 Peneliti menarik kesimpulan dari data wawancara narasumber, tinjauan teori dan mencantumkan data yang sudah akurat hingga dijadikan sebagai kesimpulan dari jawaban rumusan masalah. Apabila seluruh data telah terkumpul maka untuk menganalisisnya digunakan teknik analisis deskriptif, yaitu peneliti berupaya mendeskripsikan kembali data-data yang telah terkumpul mengenai persepsi dan pemahaman tentang strategi komunikasi teater koma dalam menumbuhkembangkan minat para penontonnya. Bogdan dan Biklen menyebutkan bahwa analisis data kualitatif ialah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting, dan menemukan apa yang dipelajari, serta memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.30 7. Teknik Penulisan Dalam penulisan skripsi ini peneliti menggunakan teknik penulisan berdasarkan buku “Pedoman Penulisan Karya iIlmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi)” yang diterbitkan oleh CeQDA (Center for Quality Development and Assurance) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta 2007. 30 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002) h.248. 17 F. Tinjauan Pustaka Untuk menentukan judul skripsi ini, penulis melakukan tinjauan pustaka di perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam tinjauan tersebut ditemukan beberapa judul skripsi yang memiliki kesamaan yaitu dalam hal penggunaan metodologi penelitian dengan menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Sedangkan perbedaannya yaitu pada objek penelitiannya. Adapun beberapa skripsi yang penulis temukan dan menjadi rujukan dalam meneliti diantaranya: 1. Strategi Komunikasi Public Relation Hotel Sofyah Betawi (Syariah) Dalam Meningkatkan Mutu Pelayanan Terhadap Tamu oleh Nadya Ramayani 2. Strategi Publik Relation PT. Anugrah Bersama Sejahtera Dalam Menjalin Loyalitas Customer oleh Johan Alkautsar 3. Strategi Public Relations Pegadaian oyariah Cabang Ciputat Raya Dalam Membangun Kepuasan Layanan Terhadap Konsumen oleh Siti Muslipah 4. Strategi Public Relations Rabbani Dalam Mensosialisasikan Busana Muslim Modern 5. Strategi Komunikasi Rumah Busana Mensosialisasikan Busana Islami oleh Dian Putra. RANTI Dalam 18 G. Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN yang akan memaparkan latar belakang masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II TINJAUAN TEORITIS DAN KERANGKA KONSEPTUAL yang akan menguraikan dan membahas teori-teori mengenai strategi public relation. Selain itu, bab ini juga membahas tentang apa itu kesenian teater: pengertian, sejarah dan perkembangannya serta kaitannya dengan menarik minat penonton. BAB III GAMBARAN UMUM yang berisi profil dan sejarah berdirinya Teater Koma, juga visi dan misi, serta struktur kepengurusan Teater Koma. BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA yang berisi temuan data dan analisis mengenai strategi public relation teater Koma dalam menarik minat penonton. BAB V PENUTUP berisi kesimpulan dan saran peneliti. BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Strategi 1. Pengertian Strategi Strategi berasal dari dua suku dari bahasa Yunani yakni tratos dan agein, dimana stratos berarti pasukan dan agein berarti memimpin, jadi strategi berarti ilmu mengenai memimpin pasukan.31 Asumsi awal yang mengawali kata strategi adalah para jenderal yang ingin memimpin pasukan menjelang genderang bendera peperangan dilaksanakan. Sehingga tidak mengherankan jika kata strategi sangat melekat dengan para pasukan militer dan pasukanpasukan yang sifatnya memenangkan perang.32 Kini pemahaman mengenai strategi sudah meluas, perang yang awalnya memperebutkan kemerdekaan negara, ada pula perang untuk mencapai kesejahteraan masyarakat, kini strategi harus mencakup didalamnya kesepakatan bersama, interaksi satu sama lain, demi tercapainya tujuan bersama.33 Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia cetakan ketiga (2005:1092) disebutkan strategi adalah ilmu dan seni menggunakan sumber daya bangsabangsa untuk melaksanakan kebijakan tertentu dalam keadaan perang dan 31 Ali Murtopo, Strategi Kebudayaan, (Jakarta: Center for Strategicand Internasional Studies-CSIS, 1978), hal.7 32 Setiawan Hari Purnomo dan Zulkifirmansyah, Manajemen Strategi:Sebuah Konsep Pengantar, (Jakarta: Lembaga Penerbitan Fakultas Ekonomi UI, 1999), h.8 33 Ali Murtopo, Strategi Kebudayaan, h.8 19 20 damai atau rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus. Dari paparan pengertian diatas, strategi berarti ilmu untuk melaksanakan suatu hal tertentu menggunakan kebijakan atau cara-cara yang telah ditentukan sehingga tujuan yang inginkan dicapai dapat terlaksana lebih mudah dan terarah, juga strategi mencakup kedalam beberapa faktor, yakni faktor kesepakatan bersama, faktor interaksi satu sama lain, agar tidak terjadi kesalahpahaman satu sama lain. Strategi juga bagaimana kita mampu membaca sekitar dan memahami lebih dalam apa-apa yang terjadi disekitar sehingga strategi yang ingin digunakan akan lebih mudah dan langsung mengarah ke sasaran. Strategi adalah aksi potensial yang membutuhkan keputusan manajemen puncak dan sumber daya perusahaan dalam jumlah besar, selain itu strategi juga memengaruhi perkembangan jangka panjang perusahaan, biasanya untuk lima tahun ke depan dan karenanya berorientasi ke masa yang akan datang.34 Menurut Steinner dan Meinner, strategi adalah penempatan misi perusahaan, penetapan sasaran organisasi dalam meningkatkan kekuatan eksternal dan internal, perumusan kebijakan dan strategi tertentu untuk mencapai sasaran dan memastikan implementasinya secara tepat, sehingga tujuan dan sasaran utama organisasi akan tercapai.35 34 Fred R. David, Manajemen Strategi Konsep, (Jakarta: Salemba Empat, 2011), h.19 George Steinner dan John Meinner, Manajemen Strategi, penerjemah: Agus Dharma,(Jakarta: Erlangga, 1999) h.20 35 21 Dengan demikian, strategi merupakan cara atau rencana akan suatu hal demi mencapai tujuan yang diharapkan agar sasaran yang dituju terarah dan khusus. Strategi juga mencakup berbagai faktor didalamnya seperti interaksi satu sama lain, internalisasi terhadap keadaan sekitar, juga pembacaan keadaan terhadap situasi yang terjadi juga mengoptimalkan segala sumber daya yang ada. Kini strategi banyak digunakan didalam sebuah organisasi untuk menjalankan kegiatan-kegiatannya, juga strategi menjadi media komunikasi dalam menyatukan aspirasi dari berbagai perorangan agar mencapai kata sepakat demi tercapainya tujuan. Namun nyatanya pada abad ini strategi tidak hanya dapat digunakan oleh organisasi atau sekumpulan lembaga yang mengharuskan banyak anggota, melainkan strategi kini dapat digunakan oleh individu setiap manusia untuk mencapai maksud dan tujuan yang diinginkan. Menurut Ali Murtopo, strategi mempunyai ciri-ciri sebagai berikut, yang pertama memusatkan perhatian pada kekuatan, artinya mengoptimalkan semua yang dimiliki termasuk apa-apa yang menjadi landasan khusus strategi tersebut dalam menguatkan strategi yang sudah dirancang dan dikemas sedemikian rupa, karena kekuatan menjadi titik utama dalam fokus perencanaan strategi; yang kedua yakni memusatkan perhatian kepada analisa dinamik, analisa gerak serta analisa aksi, yang berarti strategi mencakup berbagai hal yang mengharuskan objeknya mampu menganalisa semua yang ada dan yang terjadi; ketiga strategi memusatkan perhatian kepada tujuan yang ingin dicapai serta gerak untuk mencapai tujuan tersebut, pada ciri-ciri 22 kali ini mengasumsikan bahwa tujuan menjadi alasan mengapa strategi itu digunakan dan strategi tersebut dapat muncul karena kita sudah terlebih dulu mengetahui tujuan yang akan dicapai, oleh karenanya strategi menjadi penguat demi tercapainya tujuan yang diharapkan; keempat berusaha menemukan masalah-masalah yang terjadi dari peristiwa yang ditafsirkan berdasarkan konteks kekuatan kemudian melakukan analisa mengenai kemungkinan-kemungkinan serta memperhitungkan pilihan-pilihan dan langkah-langkah yang dapat diambil dalam rangka gerak menuju kepada tujuan tersebut.36 2. Tahap - Tahap Strategi Dalam proses penerapan strategi, tahapan strategi menurut Fred R. David menjadi dasar utama arau acuan untuk melaksanakan strategi ke yang lebih khusus dan spesifik, karena hal itu akan membantu keakuratan dari penelitian tersebut. Dalam bukunya Fred R. David mengemukakan bahwa sebuah strategi dapat teruji keberhasilannya jika telah melalui ketiga tahapan dasar berikut, tahapan-tahapan tersebut diantaranya: a. Perumusan Strategi Langkah awal yang perlu dilakukan dalam melaksanakan strategi yaitu dengan cara merumuskan strategi, atau menyusun strategi apa yang akan digunakan. Pada tahap ini antara lain bertugas menetapkan visi dan misi, mengidentifikasi, peluang dan tantangan yang dihadapi organisasi dari sudut pandang eksternal, menetapkan kelemahan dan 36 Ali Murtopo, Strategi Kebudayaan, h.8 23 keunggulan yang dimiliki organisasi dari sudut pandang internal, menyusun rencana jangka panjang, membuat strategi-strategi alternatif dan memilih strategi tertentu yang akan dicapai.37 b. Implementasi Strategi setelah melakukan perumusan dan menetapkan strategi yang digunakan, maka langkah selanjutnya adalah melaksanakan atau menerapkan strategi yang telah ditetapkan tersebut. Pada tahap ini memerlukan suatu keputusan dari pihak yang berwenang dalam mengambil keputusan untuk menetapkan tujuan tahunan, membuat kebijakan, memotivasi pegawai, dan mengalokasikan sumber daya yang dimiliki sehingga strategi yang sudah diformulasikan dapat dilaksanakan.38 Implementasi strategi atau disebut juga dengan penerapan strategi mencakup pengembangan budaya yang sportif pada strategi, penciptaan struktur organisasional yang efektif, pengerahan ulang upaya-upaya pemasaran, penyiapan anggaran, pengembangan serta pemanfaatan sistem informasi, dan pengaitan kompensasi karyawan dengan kinerja organisasi.39 c. Evaluasi Strategi Evaluasi merupakan tahap akhir dalam pelaksanaan strategi. Para manajer sangat perlu untuk mengetahui ketika ada strategi yang sudah diformulasikan tidak berjalan dengan baik. Semua strategi terbuka untuk dimodifikasi di masa yang akan datang karena berbagai 37 Fred R. David, Manajemen Strategi Konsep, h.6 Fred R. David, Manajemen Strategi Konsep, h.6 39 Fred R. David, Manajemen Strategi Konsep, h.7 38 24 faktor eksternal dan internal yang terus menerus dapat berubah. Evaluasi strategi terdapat tiga aktivitas yang dianggap sangat krusial, diantaranya mereview faktor-faktor internal dan eksternal yang menjadi dasar untuk strategi saat ini, mengukur performa dan mengambil langkah korektif.40 Evaluasi Juga dapat menjadi tolok ukur untuk strategi yang akan dilaksanakan kembali oleh suatu organisasi dan juga untuk memastikan sasaran yang dinyatakan telah tercapai atau belum. B. Public Relation 1. Pengertian Public Relation Untuk memahami Public Relation (PR) dengan lebih luas maka kita dapat menelaah pendapat para pakar. Onong Uchjana didalam bukunya mengemukakan definisi dari Cutlip, Center dan Broom yang menyatakan bahwa public relation adalah fungsi manajemen yang menilai sikap publik, mengidentifikasikan kebijaksanaan dan tata cara seseorang atau organisasi demi kepentingan publik, serta merencanakan dan melakukan suatu program kegiatan untuk meraih pengertian dan dukungan publik.41 Prof Marston yang dikutip oleh Onong Uchjana mengatakan bahwa public relation adalah fungsi manajemen yang menilai sikap publik, mengidentifikasikan kebijaksanaan dan tata cara sebuah organisasi 40 Fred R. David, Manajemen Strategi Konsep, h.7 Onong Uchjana Effendy, Human Relation & Public Relation, (Bandung: CV Mandar Maju, 2009), h.116 41 25 demi kepentingan publik, dan melaksanakan program kegiatan dan komunikasi untuk meraih pengertian umum dan dukungan publik.42 Adapula Rex Harlow mendefinisikan PR yang juga dikutip oleh Onong dalam bukunya, PR adalah fungsi manajemen yang khas yang mendukung pembinaan dan pemeliharaan jalur bersama antara organisasi dengan publiknya mengenai komunikasi, pengertian, penerimaan, serta kerja sama; melibatkan manajemen dalam permasalahan atau persoalan; membantu menajemen menjadi tahu dan tanggap terhadap opini publik; mendukung manajemen dalam mengikuti dan memanfaatkan perubahan secara efektif; bertindak sebagai sistem peringatan dini dalam membantu mengantisipasi kecenderungan; juga menggunakan penelitian dengan teknik komunikasi yang baik sebagai sarana utamanya.43 Dari definisi barbagai pakar diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pada hakikatnya PR mengedepankan kesejahteraan umum dalam hal ini publik. Publik sebagai media untuk melaksanakan komunikasi menjadi sarana atau dasar utama mereka mengemukakan definisidefinisi tersebut. Para ahli tersebut juga mengungkapkan pentingnya fungsi manajemen bekerja demi pembinaan dan pemeliharaan jalur bersama antara organisasi dengan publiknya. PR juga bertujuan melakukan perubahan yang efektif, sehingga akan terbukti apakah manajemen yang mereka lakukan berhasil atau tidak. 42 43 Onong Uchjana Effendy, Human Relation & Public Relation, h.117 Onong Uchjana Effendy, Human Relation & Public Relation, h.117 26 2. Proses Public Relation Seperti yang telah peneliti uraikan sebelumnya pada hal tahapan strategi, PR juga melakukan cara-cara tersebut dengan mengkombinasikan kepentingan dan tujuan PR. Ada empat tahapan PR yang dikemukakan oleh Cutlip dan Center yang dikutip oleh Onong dalam bukunya. Keempat tahapan PR tersebut adalah: a. Research (Penelitian) Tahapan ini merupakan tahapan dalam mengumpulkan fakta dan data yang berkaitan dengan hal atau objek yang akan dikerjakan, segala keterangan harus diperoleh dengan selengkap dan seakurat mungkin karena menghindari hal-hal fatal dikemudian hari.44 Pada saat pencariannya memerlukan waktu, tenaga dan biaya. Imajinasi kreatif sangat diperlukan pada saat ini, dengan ide-ide kreatif yang mendalam akan menghasilkan konsep maupun gambaran luas mengenai projek tersebut, dengan imajinasi kreatif juga akan menghindari atau memperkecil kendala-kendala yang akan terjadi, juga munculnya antisipasi dalam mengatasi kendala tersebut. Data-data atau konsep yang sudah didapat kemudian diolah kembali agar data memperoleh data yang benar-benar matang lalu akan dipisahkan dan dikelompok-kelompokkan agar memudahkan nanti saat penggunaannya.45 44 45 Onong Uchjana Effendy, Human Relation & Public Relation, h.125 Onong Uchjana Effendy, Human Relation & Public Relation, h.125 27 b. Perencanaan (Planning) Dari tahap awal akan berlanjut tahapan ini permasalahan, bertugas maka ke tahap perencanaan. Dalam membaca dengan situasi atau menyusun membaca atau menyusun permasalahan yang terjadi maka akan didapatkan kesimpulan dalam mengatasi maupun memilih orang-orang yang tepat dan berhak menangani setiap permasalahan tersebut.46 Dalam perencanaan diperlukan pemikiran yang matang, oleh karenanya pada tahapan ini merupakan salah satu tahapan penting yang ikut menentukan sukses tidaknya sebuah pekerjaan PR keseluruhan. Perencanaan ini menghendaki penglihatan keseluruhan, mulai dari perkiraan yang jauh kedepan, ke belakang dan sekelilingnya. Sebuah rencana adalah campuran dari kebijaksanaan (policy) dan tata cara (procedure).47 Kebijaksanaan dari pimpinan PR ini menjadi pedoman bagi pemikiran dan tindakan para petugas yang akan bekerja nantinya, sedangkan tata cara meliputi pemilihan tindakan yang akan dijalankan kelak dalam tahap pelaksanaan. Perencanaan ini sangat bermanfaat bagi pimpinan PR, dan anggota yang menjalankan, karena sukses tidaknya proses PR ini sangat bergantung tahap perencanaan, karena seluruhnya yang akan 46 47 Onong Uchjana Effendy, Human Relation & Public Relation, h.126 Onong Uchjana Effendy, Human Relation & Public Relation, h.127 28 dikerjakan pada tahap pelaksanaan harus dipikirkan matangmatang pada tahap ini. c. Pelaksanaan (action) Sama halnya dengan impelementasi strategi, pada tahap ini merupakan tahapan inti dari seluruh apa-apa yang telah direncanakan sebelumnya. Pada tahapan ini, seluruh pihak yang bertugas harus melaksanakan pekerjaannya sesuai dengan gambaran konsep pada perencanaan lalu. Agar tidak terjadi penyimpangan strategi maupun hasil yang tidak memuaskan dan diluar harapan. Pada tahap ini hubungan antara pimpinan PR kepada para anggota sangat dibutuhkan, semuanya harus menjalankan tugasnya masing-masing dengan sebaik mungkin. Betapa pentingnya komunikasi yang terjalin pada tahapan ini agar memberikan kemudahan sirkulasi kerja yang maksimal.48 Dalam pelaksanaan, akan ada saja hal-hal yang tidak terduga yang terjadi, oleh karenanya mengapa diperlukan penemuan pengolahan data yang matang, juga orang-orang yang berkompeten dibidangnya. Ada 7 hal penting yang termasuk dalam tahap pelaksanaan menurut Cutlip, Center dan Broom yang dikutip oleh Neni yakni sebagai berikut: 48 Onong Uchjana Effendy, Human Relation & Public Relation, h.130 29 Credibility, dalam hal ini dimaksudkan bahwa kegiatan komunikasi dimulai dengan “a climate of belief”, terutama untuk dimainkan oleh peran seorang sumber komunikasi dimana ia haruslah seorang yang dianggap berkompeten.49 Yang kedua Context, dalam hal ini suatu program komunikasi haruslah dapat berhadapan dan menyesuaikan dengan realitas dan lingkungan dimana komunikasi itu dilancarkan, yang terpenting adalah pesan tersebut harus disampaikan sesuai dengan penerimanya (sasaran).50 Content, yang dimaksudkan adalah bahwa pesan yang disampaikan dapat dimengerti oleh audience yang menerimanya, bukan hanya dimengerti oleh komunikatornya.51 Selanjutnya Clarity, pesan yang disampaikan harus menggunakan term-term yang sederhana, katakata yang digunakan harus mempunyai arti yang sama baik bagi komunikator maupun komunikan.52 Continuity and Consistency, komunikasi adalah proses yang tidak ada henti-hentinya dan dilakukan secara terus menerus, oleh karena karakternya demikian maka harus diupayakan agar terdapat variasi dalam pengaplikasiannya disamping kontinuitasnya terjaga.53 Channels, eksistensi media komunikasi harus dapat dimanfaatkan dalam melakukan kegiatan komunikasi, juga memberikan dampak 49 Neni Yulianita, Dasar- dasar Public Relation, (Bandung: Pusat Penerbitan Universitas, 2007) h.153 50 Neni Yulianita, Dasar- dasar Public Relation, h.153 51 Neni Yulianita, Dasar- dasar Public Relation, h.154 52 Neni Yulianita, Dasar- dasar Public Relation, h.154 53 Neni Yulianita, Dasar- dasar Public Relation, h.154 30 manfaat bagi komunikannya, pemilihan jenis media diupayakan dapat menjangkau publik sasarannya.54 Yang terakhir Capability of the audience, komunikasi akan efektif jika kebutuhan audience terpenuhi juga meliputi faktor-faktor sarana dan prasarana yang ada.55 d. Evaluasi (Evaluation) Evaluasi merupakan tahap terakhir setelah tahap penelitian, perencanaan, dan pelaksanaan. Sebelumnya dalam tahap pelaksanaan, tidak jarang terjadi perubahan suatu program yang telah direncanakan. Dan memang setiap program dalam tahap perencanaan harus kenyal, tidak kaku, demi lancarnya kegiatan yang dilakukan.56 Sehingga tujuan utama dari evaluasi ialah untuk mengetahui apakah kegiatan PR benar-benar dilaksanakan menurut rencana berdasarkan hasil penelitian atau tidak. Jadi evaluasi sangat penting. Karena tanpa penilaian, tidak akan diketahui sampai dimana kelancaran kegiatan PR yang telah berlangsung. Seperti dalam tahap-tahap lainnya, dalam tahap evaluasi ini pun pimpinan PR hendaknya bekerja dengan teliti dan seksama. Dalam hal ini kejujuran merupakan faktor paling penting, semua data-data harus faktual, pimpinan tidak boleh memberikan tafsiran, apalagi penyelewengan fakta, jika terjadi demikian, maka pemimpin 54 Neni Yulianita, Dasar- dasar Public Relation, h.154 Neni Yulianita, Dasar- dasar Public Relation, h.155 56 Onong Uchjana Effendy, Human Relation & Public Relation, h.131 55 31 tersebut tidak mengumpulkan fungsional.57 fakta dari Oleh awal karenanya tahapan pentingnya dilakukan agar memudahkan saat evaluasi. Sehingga akan diketahui nantinya apa saja yang menjadi kendala, apa saja yang memudahkan, dan berhasil atau tidak strategi tersebut. C. Teater 1. Pengertian Teater Teater berasal dari bahasa Yunani yakni “Teatron” yang berarti tempat yang tinggi tempat meletakkan sesajian untuk para dewa.58 Teater dapat juga diartikan mencakup gedung, para pekerja (pemain dan kru), sekaligus kegiatannya (seluruh peristiwa yang terjadi didalamnya),adapula yang mengartikan teater sebagai semua jenis dan bentuk tontonan baik dipanggung tertutup maupun diarena terbuka.59 Suatu peristiwa yang mencakup tiga unsur didalamnya (pekerja, tempat, peristiwa) maka itu adalah teater.60 Jadi, sejatinya teater menurut Nano Riantiarno dalam bukunya “Kitab Teater” adalah sebagai berikut: “Suatu kegiatan manusia yang secara sadar menggunakan tubuhnya sebagai alat atau media utama untuk menyatakan rasa dan karsanya mewujud dalam suatu karya (seni)”61 57 Onong Uchjana Effendy, Human Relation & Public Relation, h.131 Nano Riantiarno, Kitab Teater, h.1 59 Nano Riantiarno, Kitab Teater, h.1 60 Nano Riantiarno, Kitab Teater, h.1 58 32 Teater merupakan gerakan sosial dan bisa jadi merupakan profesi tertua setelah kekuasaan politik, didalamnya terkandung komitmen, kerja sama, kepekaan, kerja keras, pengembangan karakter, kreativitas yang menuntut kita lebih kritis, demi hasil akhir yang terbaik. 62 Teater menuntut para pekerjanya untuk bekerjasama dalam membangun sebuah karya seni agar mampu dinikmati oleh masyarakat, bukan semata demi kesuksesan individu. Teater sebagai sebuah hasil karya seni merupakan satu kesatuan yang utuh antara aktor (media utamanya) dengan semua unsur penunjang yang mendukung peristiwa tersebut. Kita bisa berpandangan mengenai teater lewat empat cara, yakni: (a) Sebagai hiburan atau Hiburan;63 hiburan dalam huruf h (huruf kecil) adalah yang berarti teater berfungsi sebagai suatu hiburan semata, yang semata-mata hanya menghibur untuk menghilangkan penat selama beraktifitas, sedangkan H (huruf kapital) adalah teater sebagai objek tempat dimana masyarakat dapat menyaksikan hiburan dari segala sudut pandang yang berbeda, juga masyarakat dapat menjadikan teater sebagai tempat yang paling tepat melihat kondisi sosial politik yang sedang terjadi dalam konteks menghibur. 61 Nano Riantiarno, Kitab Teater, h.1 Nano Riantiarno, Kitab Teater, h.2 63 Nano Riantiarno, Kitab Teater, h.3 62 33 (b) sebagai alat pendidikan;64 selain berfungsi sebagai hiburan teater juga dapat menjadi media atau alat pendidikan, karena teater juga sangat dekat dengan pendidikan, didalamnya terkandung pesanpesan moral yang mengajak para penonton untuk melakukan internalisasi mengenai apa yang disampaikan oleh pertunjukkan tersebut. (c) sebagai senjata sosial/politik;65 teater sangat dekat dengan masyarakatnya. Karena pertunjukkan yang digelar biasanya merujuk atau transpirasi dari kondisi yang tengah terjadi disekitar. Termasuk disaat masyarakat sudah penat dan jenuh dengan keadaan sosial politik saat ini, teater bisa menjadi media yang sangat efektif untuk melancarkan aksi kepada para politisi maupun lembaga yang bersangkutan, sebab di dalam teater terdapat aksi dialog serta tempat masyarakat mengeluarkan apa yang dirasa selama ini. (d) sebagai dokumen sejarah.66 Teater banyak mementaskan cerita mengenai sejarah atau kisah-kisah yang sudah ada, baik sejarah sosial politik maupun sejarah etalase kehidupan. Sejarah bisa dikenang dan diabadikan melalui teater, teater mementaskannya, menceritakan isi dari kisah tersebut yang dikemas sedemikian rupa agar bisa dinikmati oleh khalayak. 64 Nano Riantiarno, Kitab Teater, h.3 Nano Riantiarno, Kitab Teater, h.3 66 Nano Riantiarno, Kitab Teater, h.3 65 34 Setiap orang yang menonton pertunjukkan teater sudah pasti melihat teater dengan sudut pandang yang berbeda, dan itu sah-sah saja. Karena para sutradara biasanya membebaskan para penontonnya mengambil kesimpulan apa saja dari pementasan yang berlangsung. Oleh karenanya tidak jarang usai pementasan berlangsung biasanya diadakan diskusi kecil yang isinya membahas tentang pertunjukkan tersebut, diskusi mencakup berbagai kalangan, mereka saling bertukar pikiran mengenai apa saja yang didapat ketika menyaksikan pertunjukkan tersebut. Sebagai sebuah bidang seni, teater membantu manusia memahami dunianya atau membantu manusia dalam memaknai kehidupan, teater juga membantu kita dalam membentuk persepsi mengenai realita kehidupan yang ada melalui imajinasi, intelektual, dan emosi.67 Teater terdiri dari unsur-unsur sastra drama, seni peran, seni gerak, seni suara, seni musik, seni rupa, arsitektur.68 Perbedaan pada setiap pertunjukkan/kelompok teater adalah terletak pada cara penyajiannya (kemasannya), biasanya setiap kelompok teater memiliki ciri khas menurut aliran teori yang dianutnya masing-masing 67 68 Nano Riantiarno, Kitab Teater, h.3 Nano Riantiarno, Kitab Teater, h.4 35 2. Sejarah Teater di Indonesia Nano Riantiarno meringkas sejarah teater modern yang ada di Indonesia menurut Jakob Sumardjodi dalam bukunya “Kitab Teater”(2011 : 27) menjadi lima periode: I. MASA PERINTISAN TEATER MODERN (1885 - 1925) a) Teater bangsawan (1885 - 1902) b) Teater Stamboel (1891 - 1906) c) Teater Opera (1906 - 1925) II. MASA KEBANGKITAN TEATER MODERN (1925 - 1941) a) Miss Robert Orion (1925) b) Dardanella Opera (1926 - 1934) c) Awal Teater Modern Indonesia (1926) III. MASA PERKEMBANGAN TEATER MODERN (1942 - 1970) a) Teater di Zaman Jepang b) Teater Tahun 1950-an c) Teater Tahun 1960-an IV. MASA TEATER MUTAKHIR 1970-an – 1980-an V. TEATER KONTEMPORER/TEATER MASA KINI(1980-an hingga sekarang.) Sebelum munculnya teater modern atau teater kontemporer, di Indonesia sudah terdapat teater rakyat dan teater tradisional. Baik teater rakyat dan teater tradisional terbagi menjadi dua bentuk, di antaranya teater orang dan 36 teater boneka.69 Teater orang diadakan di istana raja contoh pementasannya seperti wayang wong dan tari bedoyo, bisa juga diadakan dikalangan masyarakat umum pementasan yang disajikan seperti ketoprak, lenong, ludruk.70 Sedangkan teater boneka biasanya juga diadakan di istana raja, jenis pementasannya seperti wayang golek/wayang kulit, dan juga bisa diadakan di kalangan masyarakat umum jenis pementasannya adalah wayang krucil.71 Jadi diperkirakan sebelum tahun 1885 teater sudah masuk ke Indonesia yang disebut sebagai teater tradisional / teater rakyat. Teater Koma sudah termasuk ke dalam teater modern. Karena mengingat ciri-ciri teater modern adalah diantaranya: memiliki tempat khusus untuk pergelaran; penyaji dan penonton dipisah; jika pementasan di panggung prosenium terdapat tirai-tirai (layar) yang diangkat dan diturunkan sebagai penanda bahwa pertunjukkan akan dimulai atau telah selesai; penonton harus membayar karcis; fungsinya hiburan; lakon sejalan dengan zamannya; idiomidiom modern digunakan; bahasa yang dipakai melayu rendah, melayu tinggi, bahasa Indonesia; ada pegangan cerita tertulis atau naskah dramanya.72 Dari penjelasan ciri-ciri teater modern diatas, maka bisa dikatakan bahwa teater-teater yang berkembang saat ini rata-rata sudah menjadi teater modern atau teater masa kini, termasuk teater Koma didalamnya. 69 Nano Riantiarno, Kitab Teater, h.27 Nano Riantiarno, Kitab Teater, h.27 71 Nano Riantiarno, Kitab Teater, h.28 72 Nano Riantiarno, Kitab Teater, h.29 70 37 3. Minat Penonton Jika ditinjau dari ilmu komunikasi, maka minat penonton termasuk sebagai komunikan. Karena penonton berperan sebagai penerima pesan atau sebagai penerima apa-apa yang disajikan oleh teater Koma. Menurut Hafied Cengara dalam bukunya “pengantar ilmu komunikasi” , menyebutkan bahwa apa yang disebut sebagai komunikan adalah pihak yang menjadi sasaran yang dikirim oleh sumber pesan, penerima pesan bisa terdiri dari satu orang atau lebih maupun terdiri dari kelompok, partai bahkan negara.73 Komunikan juga bisa berperan sebagai pendengar, penonton, ataupun pembaca.74 Ada banyak sebutan untuk para penerima pesan, bisa disebut komunikan, khalayak, sasaran, atau dalam bahasa Inggris disebut audience atau receiver.75 Penerima pesan atau komunikan sangat penting dalam tataran komunikasi, karena pesan akan dikirim lalu diolah melalui komunikan, dimana komunikan menerima pesan yang telah diberikan dan diolah maka akan terjadi perubahan yang diinginkan. Namun, jika pesan tidak diterima oleh komunikan maka akan terjadi perubahan yang tidak diinginkan atau akan terjadi gangguan komunikasi, oleh karenanya hal-hal seperti itu yang 73 Hafied Cengara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2005), h.25 Bimo Walgito, Psikologi Sosial, (Yogyakarta: CV. Andi Offset, 2003) h.76 75 Hafied Cengara, Pengantar Ilmu Komunikasi, h.25 74 38 terkadang menjadi pemicu terjadi kesalahpahaman maupun kesalahankesalahan lainnya. Untuk mencapai suatu keberhasilan dalam melakukan komunikasi, maka mengenal lebih dalam si penerima pesan atau komunikan merupakan hal yang sangat penting, karena itu berarti kita sudah melakukan salah satu cara untuk mencapai keberhasilan berkomunikasi.76 Karena setiap orang pasti berbeda karakter, berbeda pula cara kita menyikapinya. Begitu pula pada teater Koma, dengan berbagai karakter masyarakat yang menjadi sasaran komunikasinya, maka teater Koma harus menyajikan pertunjukkan sebaik mungkin agar bisa diterima dengan mudah oleh masyarakat. Dan penonton bagi teater Koma merupakan salah satu sasaran utama mengapa dibuatnya pertunjukanpertunjukan tersebut. 76 Hafied Cengara, Pengantar Ilmu Komunikasi, h.25 9 BAB III GAMBARAN UMUM A. Sejarah Berdirinya Teater Koma Saat itu di Jakarta, Pada tanggal 1 Maret 1977, ada dua belas seniman yang bergabung dan bermaksud mendirikan sebuah kelompok kesenian teater yang diharapkan dapat memberikan warna yang berbeda dengan teater yang sudah ada. Adapun dua belas pendiri tersebut diantaranya: Nano Riantiarno, Ratna Madjid, Sjaeful Anwar, Rudjito, Rima Melati, Jajang Pamontjak, Titi Qadarsih, Cini Goenarwan, Jimi B. Ardi, Otong Lenon, Zaenal Bungsu dan Agung Dauhan. Mereka merembukkan rencana tesebut tepatnya dirumah salah seorang anggota yakni dirumah Abdul Madjid di jl. Setiabudi Barat No.4, Jakarta Selatan. Kemudian nama kelompok tersebut disepakati yakni TEATER KOMA. koma, yang berarti metafora yang mengartikan „gerak berkelanjutan, senantiasa berjalan, tidak ada henti, tak mengenal titik‟. Punya nafas panjang, senantiasa berkiprah, mengembara dalam ruang kreatifitas, terus mencari dan berupaya menemukan hal-hal yang bermakna.77 Ada dua tujuan pokok yang menjadi landasan dalam kerja teater koma: 1. Membentuk kelompok menjadi wadah, semacam workshop yang berupaya mencari berbagai kemungkinan pengucapan lain. Naskahnaskah drama yang digali kandungan idenya, lebih diutamakan karya 77 http://www.kelola.or.id/database/theatre/list/&dd_id=32&p=1&alph=p_t 39 40 para penulis Indonesia, kemudian workshop akan diarahkan menuju perencanaan pementasan.78 2. Menyiapkan calon seniman dan pekerja teater yang tangguh. Pembinaan terhadap calon seniman dilakukan secara tak resmi. Intim dan spontan, tapi intensif. Lewat obrolan-obrolan dan diskusi yang mengundang seniman-budayawan diluar kelompok untuk memandu pembahasan sebuah topik yang memiliki keterkaitan dengan seni dan budaya. Juga diselenggarakan pula latihan dasar yang didalamnyamencakup olah tubuh, nafas, vokal, dan berbagai pengetahuan mengenai teater.79 Selanjutnya teater koma melakukan pentas pertamanya di teater tertutup di PKJ-TIM (Pusat Kesenian Jakarta - Taman Ismail Marzuki) pada tanggal 2-4 Agustus 1977 dengan judul pementasan Rumah Kertas naskah karya dan sutradara Nano Riantiarno.80 Tak diduga, semakin bergulirnya waktu teater Koma menunjukkan perkembangan yang sangat membanggakan bagi perkembangan teater di Indonesia. Pementasan keduanya yang berjudul maaf,maaf,maaf pada tahun 1978 digelar selama 5 malam, pentas ketiga pada 1979 dengan judul J.J digelar selama 7 malam, kemudian pementasan keempat yang berjudul Opera Ikan Asin pada tahun 1983 digelar selama 10 malam, pementasan yang kelima dengan judul Opera Para Binatang pada tahun 1987 sempat digelar sebanyak 23 malam dan selanjutnya Sampek Engtay pada tahun 1999-2000 78 Nano Riantiarno, Membaca Teater Koma, (Jakarta: 2011), h.6 Nano Riantiarno, Membaca Teater Koma, h.7 80 Nano Riantiarno, Membaca Teater Koma, h.3 79 41 digelar selama 22 hari dan sudah dipentaskan sebanyak 26 kali, Sampek Engtay juga meraih penghargaan MURI (Museum Rekor Indonesia) sebagai pementasan yang dilaksanakan selama 16 tahun (1988-2004), dengan 8 pemain dan 4 pemusik yang sama, kemudian pementasan dengan judul Agen Penny yang digelar di 255 SD di kawasan Jakarta dalam kurun waktu 4 tahun (2007-2011).81 Pada Agustus 1997, Teater Koma juga menggelar pementasan lewat „program apresiasi‟ PASTOJAK (Pasar Tontonan Jakarta) yang digelar selama sebulan penuh di PKJ-TIM diikuti oleh 24 kelompok kesenian dari dalam dan luar negeri. Hal ini diharapkan teater mampu berkembang dengan sehat, bebas dari interes politik praktis dan menjadi tontonan yang dibutuhkan oleh berbagai kalangan masyarakat. Teater Koma juga pernah menggelar karya para dramawan kelas dunia diantaranya: The Comedy of Error dan Romeo Juliet karya William Shakespeare, Woyzeck karya Georg Buchner, The Three Penny Opera and The Good Person of Shechzwan karya Bertolt Brecht, Orang Kaya Baru-Kena Tipu-Doea Dara-Si Bakil-Tartuffe karya Moliere, Women in Parliament karya Aristophanes, The Crucible karya Arthur Miller, The Marriage of Figaro karya Beaumarchaise, Animal Farm karya George Orwell, Ubu Roi karya Alfred Jarre, The Robber karya Freidrich Schiller, The Visit karya Der Besuch der Alten Damme, Kunjungan Cinta karya Friedrich Durrenmatt, What About Leonardo? Kenapa Leonardo? Karya Evald Flisar. 81 Nano Riantiarno, Membaca Teater Koma, h.3 42 Teater Koma banyak mementaskan karya-karya Nano Riantiarno, antara lain: Rumah Kertas, Maaf.Maaf.Maaf., J.J, Kontes 1980, Trilogi Opera Kecoa (Bom Waktu, Opera Kecoa, Opera Julini), Opera Primadona, Sampek Engtay, Banci Gugat, Konglomerat Burisrawa, Pialang Segi Tiga Emas, Suksesi, RSJ atau Rumah Sakit Jiwa, Semar Gugat, Opera Ular Putih, Opera Sembelit, Samson Delila, Presiden Burung-Burung, Republik Bagong, Republik Togog, Tanda Cinta. Sebagai kelompok teater yang Independen, teater koma bekerja melalui berbagai karya-karyanya yang mengkritisi situasi dan kondisi sosial-politik di tanah air. Teater Koma juga merupakan salah satu kelompok seni teater terproduktif yang selalu intens menggelar pertunjukkan minimal 1 kali dalam setahun hingga saat ini. Teater Koma tidak lahir dari sebuah panggung yang sudah tersedia. Pada awal-awal berdiri, tempat latihan berpindah-pindah. Mulanya seorang simpatisan menyediakan beranda rumahnya sebagai tempat mereka latihan. Jika tamu datang, maka mereka terpaksa harus menyingkir ke area parkir atau halaman depan. Tak jarang pula mereka latihan di garasi mobil yang sempit milik seorang anggota. Hinga akhirnya mereka berlatih didepan sebuah restoran. Selama masa empat bulan latihan, mereka terus berpindah seperti itu, ini mengakibatkan pada bulan-bulan pertama mereka harus berganti-ganti pemain dikarenakan tidak tahan berlatih dengan cara nomaden seperti itu.82 82 Nano Riantiarno, Membaca Teater Koma, h.14 43 B. Profil Umum Teater Koma Teater Koma adalah paguyuban kesenian, bukan perusahaan. Teater Koma juga merupakan kelompok teater independen yang bersifat non-profit. Anggotanya tidak hidup dari penghasilan kelompok, tidak pula mengandalkan Perolehan dari hasil produksi pergelaran. Sebagian dari mereka memiliki pekerjaan diluar kelompok dan mensubsidi sendiri kegiatannya sebagai „hobi‟ yang ditekuni sungguh-sungguh serta berdedikasi. Keikhlasan hati para anggota dalam menyikapi kondisi tersebut, Juga kesetiaan para penonton dalam menghadiri pentas-pentas mereka, merupakan modal utama. Mungkin saja, ini pula yang membuat teater Koma mampu bertahan hingga saat ini. Teater Koma banyak belajar dari kelompok-kelompok teater terdahulu, terutama teater rakyat seperti tontonan rakyat, wayang, ludruk, ketoprak. Konsep–konsep teater rakyat inilah yang menjadi landasan utama dari konsep artistik teater Koma.83 Dan juga bentuk pementasan mereka adalah hasil percampuran konsep dari berbagai kelompok teater terdahulu. Teater Koma bisa disebut teater tanpa selesai. Karena pencarian wujud dan isi teater yang lebih kaya warna, menjadi prioritas utama. Bentuk tontonan rakyat memiliki gaya pengucapan yang kurang lebih serupa; bernyanyi atau semi-bernyanyi. Pola bernyanyi atau semi-bernyanyi itulah yang secara intensif dipelajari oleh sutradara teater Koma yakni Nano Riantiarno. Hingga semakin lama teater Koma memilih pola pengucapan 83 Nano Riantiarno, Membaca Teater Koma, h.29 44 „bernyanyi atau semi-bernyanyi. Oleh karenanya tak heran jika di setiap pementasannya selalu disisipkan nyanyian atau semi-bernyanyi sebagai bagian dari pertunjukkan dan identitas. Teater Koma sejak awal berdiri banyak mementaskan naskah-naskah karya Nano Riantiarno, salah satu pendiri teater Koma. Nano adalah salah satu orang dibalik suksesnya kerja teater Koma hingga saat ini, Nano Riantiarno masih terus berkiprah di Teater Koma dan bertanggung jawab penuh terhadap teater Koma. Nano Riantiarno sendiri adalah seorang seniman teater yang lahir di Cirebon pada tanggal 6 Juni 1949.84 Ia mengawali karirnya di ATNI (Akademi Teater Nasional Indonesia) Jakarta, saat di ATNI Nano tidak hanya belajar mengenai teater, banyak yang ia dapat semasa kuliah di ATNI. Ia menyerap ilmu filsafat, psikologi, sosiologi dan politik.85 Namun di ATNI pula ia belajar teori penyutradaraan, teori pemeranan, teori skenografi, dan Iconografi.86 Tapi ia banyak terlibat di aktor dan penyutradaraan. Kemudian sejak tahun 1997 Ia juga aktif menghadiri undangan maupun seminar mengenai teater hingga ke mancanegara. Nano juga memiliki seorang guru besar dimana ia banyak menyerap ilmu dari sang maestro, yakni Teguh Karya. Bersama Teguh Karya Nano banyak menyerap ilmu apapun, akting, pertukangan, set-dekor dan property, manajemen, pemasaran dan kehumasan, manajemen panggung, keuangan, kesekretariatan, perpustakaan, dokumentasi, penulisan naskah drama dan 84 Nano Riantiarno, Membaca Teater Koma, h.192 Nano Riantiarno, Membaca Teater Koma, h.45 86 Nano Riantiarno, Membaca Teater Koma, h.45 85 45 penyutradaraan. Pada 1970, Nano mulai menulis naskah drama pertamanya yang berjudul Matahari Sore Bersinar Lembayung. Teater koma selalu yakin bahwa teater bisa menjadi salah satu jembatan menuju suatu keseimbangan batin dan jalan bagi terciptanya kebahagiaan yang manusiawi, jujur, bercermin lewat teater, diyakini pula sebagai salah satu cara untuk mengasah akal sehat, daya budi, dan hati nurani. Teater Koma juga merupakan salah satu kelompok teater senior yang masih eksis hingga saat ini. bukti eksistensi itu dibuktikan dengan pertunjukkan-pertunjukkan yang rutin digelar satu sampai 2 kali selama setahun. Teater Koma juga memiliki kode etik bagi siapa yang ingin bergabung didalamnya. Kode etik teater Koma ini dibuat oleh Nano Riantiarno yang diharapkan agar dipakai sebagai dasar dalam menyikapi kesenian dan kebudayaan. Yang isinya sebagai berikut: 1. ETIKA Tulus menghargai dan berterimakasih kepada alam serta kehidupan,; tahudiri, memahami, dan tidak membenci; jujur, tenggang rasa, mencintai sesama; yang tua menghargai yang muda, yang muda menghargai yang tua; bersikap dan bertindak tepat, pada waktu, tempat dan suasana yang tepat; percaya teater adalah jalan menuju kebahagiaan; berwatak bagai air: “senantiasa berupaya berada ditempat rendah, jika terhambat berhenti sejenak, lalu dengan sabar bergerak ke kiri atau ke kanan atau merembes 46 dan di sebalik hambatan, kemudian berjalan menuju tujuan; memaknai lautan”. 87 2. SETIA Setia kepada hati nurani; setia kepada tugas dan pekerjaan; setia kepada tanggung jawab, kerja sama dan kedisiplinan; setia kepada kelompok dan rumah kelompok; setia kepada tujuan: kebahagiaan. 88 3. GUYUB Anggota adalah mata rantai enerji kreatif dalam ikatan persaudaraan berdasar kasih. 89 C. Visi dan Misi Teater Koma Di dalam teater Koma, mungkin nama Koma menjadi sangat penting. Banyak harapan dan arti mendalam didalamnya. Termasuk visi dan misi didalamnya, visi dan misi sendiri sebenarnya sudah ada dalam nama Koma itu sendiri. Koma, metafora yang mengartikan gerak berkelanjutan, senantiasa berjalan, tiada henti, tak mengenal titik. Punya nafas yang panjang, senantiasa berkiprah, mengembara dalam ruang kreativitas, terus mencari dan berupaya menemukan hal-hal yang bermakna.90 Selain menjadi arti filosofi, Koma juga sekaligus menjadi visi dan misi serta harapan yang terkandung di dalamnya yang berarti tidak pernah berhenti 87 Nano Riantiarno, Membaca Teater Koma, h.22 Nano Riantiarno, Membaca Teater Koma, h.22 89 Nano Riantiarno, Membaca Teater Koma, h.22 90 http://www.kelola.or.id/database/theatre/list/&dd_id=32&p=1&alph=p_t 88 47 berkarya, terus melanjutkan ruang kreativitas, senantiasa hidup dalam nafas yang berkelanjutan tiada henti. D. Sistem Kerja Public Relation Teater Koma Seperti yang sudah dipaparkan sebelumnya, teater Koma bukan sebuah perusahaan atau organisasi yang memiliki struktur dan bagian-bagian yang sudah diatur oleh konsep. Namun teater Koma merupakan sebuah kelompok paguyuban kesenian yang bersifat non-profit. Dimana didalamnya terdapat kerja kreatif tiada henti dan menuntut para anggotanya untuk terus mengasah daya kreatifitas. Jadi, struktur kepengurusan memang tidak ada, namun mereka selalu memiliki tim produksi yang bekerja dibelakang panggung dan itu hanya berlaku saat produksi terjadi. Setelah produksi usai, maka selesai pula tugas mereka. Begitulah kira-kira cara kerja di teater Koma. mereka memang tidak berasal dari kalangan elite profesional, namun etos kerja mereka sangat profesional, maka tidak heran jika mereka bisa mengelola teater Koma hingga sebesar saat ini. Begitupun pada bagian PR teater Koma, Ratna Riantiarno selaku kepala Humas yang memimpin kerja PR juga menjalankan tugas nya dengan sebaik dan seadil mungkin. Ratna selalu memimpin jalannya proses kerja seluruh anggotanya, semua diawali melalui koordinasinya. Pimpinan PR memang selayaknya harus bertanggung jawab atas apa yang akan dilakukan oleh anggotanya. Sebelum melakukan rapat koordinasi kerja, Ratna terlebih dahulu menghimbau seluruh anggota untuk sama-sama melakukan penelitian, mereka membaca sekitar juga meneliti apa yang 48 dibutuhkan oleh masyarakat, sehingga setelah itu baru diadakan rapat internal yang berisi mengenai perencanaan strategi apa saja yang akan digunakan dalam menarik minat penonton, rapat ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi seluruh anggota agar berkerja sesuai dengan arahan pimpinan PR. Biasanya Ratna memimpin jalannya rapat, untuk selanjutnya disambut oleh pemaparan setiap divisi. Keempat divisi yang ada (Sponsorship, Tiketing, Publikasi, Pemasaran) memaparkan hasil penelitian mereka dan juga menjabarkan kesimpulan strategi apa yang akan mereka gunakan, seluruh yang terlibat dalam rapat tersebut boleh memberikan kritik serta sarannya kepada setiap divisi. Selama proses PR berlangsung, pimpinan PR tidak boleh bersikap memihak kepada salah satu divisi, Ratna harus bersikap se- netral mungkin dan harus tegas dalam mengambil keputusan demi kelancaran dan kebaikan seluruhnya. Ratna selalu mengedepankan pentingnya komunikasi kepada seluruh anggotanya agar meminimalisir kesalahpahaman ketika proses kerja, juga memberikan suasana kerja yang nyaman karena terciptanya komunikasi yang baik antara satu sama lain. PR teater Koma juga tidak lepas berkoordinasi dengan penanggung jawab teater Koma yakni Nano Riantiarno, Ratna selaku pimpinan selalu melakukan koordinasi kepada Nano agar strategi yang mereka gunakan menyatu dengan urusan panggung. Adapun divisi-divisi atau bagian-bagian tim produksi beserta program kerjanya antara lain: 49 Tabel. 1 Daftar Tim Produksi Teater Koma No 1 Divisi Sutradara Program Kerja Bertanggung jawab sepenuhnya secara keseluruhan apa-apa yang dibutuhkan di atas panggung. Segala ide, gagasan bersumber darinya 2 Co-Sutradara Mencatat atau mengarahkan arahan yang didapat dari sutradara, secara umum membantu kerja seorang sutradara. 3 Penata Musik Membuat dan menentukan konsep musik pertunjukan 4 Aransemen Musik bertugas mencipta musik yang sesuai lirik untuk musik dengan pertunjukkan 5 Lirik Bertugas membuat pertunjukan 6 Instruktur Vokal Melatih vokal pemain 7 Manajer panggung Bertanggung jawab pada semua hal yang berkaitan dengan panggung 8 Asisten Manajer Membantu manajer panggung Panggung 9 Urusan Panggung Membantu menyediakan semua kebutuhan panggung 10 Skenografi Bertanggung jawab terhadap konsep panggung dan pencahayaan pertunjukan 11 Konsultan Artistik Mengarahkan dan memberikan masukan pada para penata panggung 12 13 Koordinator Mengoordinir dalam Artistik penempatan panggung Urusan Artistik membantu pembuatan menyediakan dan kebutuhan 50 panggung 14 Urusan Senjata dan Membantu menyediakan semua kebutuhan Efek panggung dan properti yang berkaitan dengan senjata dan efek tambahan lainnya 15 Penata Cahaya Membuat konsep pencahayaan pertunjukan 16 Urusan Tata Membantu penata cahaya Cahaya 17 Penata Gerak Mengarahkan dan mengajarkan bentuk tubuh atau gerak yang ideal kepada para pemain 18 Urusan Gerak Membantu penata gerak 19 Penata Busana Membuat dan menentukan konsep kostum yang digunakan dalam pertunjukan 20 Urusan Busana Membantu menyediakan kebutuhan kontum 21 Pembuat Kostum Bertugas membuat kostum pemain 22 Penata Rias & Membuat dan menentukan konsep Make-up Rambut pemain Urusan Rias & Membantu menyediakan kebutuhan Make- Rambut up Penata Grafis Membuat konsep grafis pertunjukan maupun 23 24 di luar pertunjukan. 25 Pengarah Teknik Mengarahkan dan bertanggung jawab pada hal-hal teknis 26 Pencatat Latihan Mencatat latihan 27 Urusan Keuangan Bertanggung jawab mengatur jawab menjaga sirkulasi keuangan 28 Urusan Kesehatan Bertanggung kesehatan seluruh anggota yang terlibat 29 Urusan Tiket Bertanggung jawab mengatur penjualan tiket 51 30 Urusan Sponsor Bertanggung jawab mencari sponsor dan mengkoordinirnya 31 Urusan Bertanggung jawab mendokumentasikan Dokumentasi setiap latihan, pentas dan semua kebutuhan dokumentasi lainnya 32 Urusan Publikasi Menyebarluaskan dan memanfaatkan fasilitas yang ada untuk menyebarkan informasi mengenai produksi yang akan digelar 33 Urusan Konsumsi Mengatur pola makan seluruh yang terlibat dan mensejahterakan perut semua anggota 34 Sekretariat Mengelola keluar masuk surat menyurat dan yang berhubungan dengan kesekretariatan 35 Pimpinan Produksi Ujung tombak yang memimpin serta mengelola jalan kerja seluruh divisi yang ada mengkoordinir program kerja apa saja yang dilakukan seluruh divisi Dari tabel diatas kita dapat memahami bagaimana banyaknya manusia yang terlibat dalam suatu pertunjukkan. Mereka adalah anggota tetap teater Koma yang dengan rela menyisihkan waktunya untuk teater Koma. Setiap kali mereka mengadakan produksi, mereka akan membentuk divisi-divisi yang terbagi ke dalam banyak bidang. Tak jarang di teater Koma ditemukan pemain merangkap sebagai tim produksi, contohnya si A memegang divisi konsumsi yang tugasnya mensejahterakan urusan konsumsi seluruh anggota, namun ia juga seorang aktor di produksi tersebut, jadi selain bermain si A juga memiliki kerja dibalik panggung. Terbatasnya JUMLAH 52 anggota menjadikan teater Koma harus pandai-pandai mengalokasikan SDM nya. Hal inilah yang menjadikan teater sebagai media pembelajaran yang sangat baik, karena semua yang terlibat dapat melakukan dan belajar apapun, tidak hanya sebatas keaktoran. Teater Koma memiliki banyak divisi, bahkan satu divisi ada juga yang memiliki anak cabang, seperti konsultan artistik, di bawahnya ada koordinator artistik kemudian di bawah koordinator ada urusan artistik. Konsultan artistik bertugas mengarahkan dan memberikan ide atau gagasan utama kepada para penata panggung yang akan ia sampaikan kepada koordinator artistik, koordinator artistik bertugas sebagai kepala yang memimpin para anggotanya dalam pembuatan dan penataan tata letak panggung, sedangkan urusan artistik ia bertugas menyediakan kebutuhan panggung mulai dari hal terkecil sampai hal yang paling krusial. Kemudian ada pula penata cahaya, di bawahnya ada urusan cahaya, penata cahaya bertugas membuat konsep pencahayaan pertunjukkan, sedangkan urusan cahaya bertugas sebagai membantu kerja penata cahaya juga membantu pengadaan fasilitas pencahayaan. Kemudian ada juga penata rias dan rambut, di bawahnya ada divisi urusan rias dan rambut, penata bertugas membuat konsep tata rias maupun rambut kemudian nantinya akan dikerjakan oleh urusan rias dan rambut. Banyaknya bagian yang ada, diharapkan mampu memaksimalkan kerja produksi agar memudahkan sirkulasi kerja atau jalannya proses kerja yang 53 sempurna. Oleh karenanya komunikasi yang baik antara satu dengan yang lainnya sangat dibutuhkan. Dibandingkan dengan kelompok-kelompok teater yang ada, teater Koma memang memiliki sistem produksi yang paling lengkap. Sehingga mereka bisa bekerja maksimal dan peluang untuk mencapai tujuan yang diharapkan lebih besar. Orang-orang yang terlibat di dalamnya meskipun mereka bekerja dibalik panggung, selain aktor dan aktrisnya, merekalah orang-orang paling penting dibalik suksesnya pertunjukkan. Oleh karenanya teater Koma juga tidak sembarangan memilih kepala divisi, mereka juga biasanya orang-orang yang ahli di bidang tersebut, juga yang sudah berpengalaman di bidangnya. bahkan banyak dari mereka yang pernah mengenyam ilmu pendidikan di perguruan tinggi maupun menyerap ilmu di lembaga-lembaga ternama. Merekalah para pendidik yang ikhlas mencurahkan segala ilmu dan tenaga yang mereka punya untuk membesarkan nama teater Koma. oleh karenanya tak heran jika teater Koma sukses setiap kali menggelar pertunjukkan dan banyak para penonton menyukai serta puas setelah menonton. Dari tangan-tangan dingin mereka pula tercipta berbagai ide dan gagasan kreatif yang membantu sutradara merealisasikan sebuah pertunjukkan hebat. Dari sekian banyak divisi yang dibuat, pimpinan produksi menjadi ujung tombak dari segalanya, semua kerja yang dilakukan harus melalui koordinasi dengan pimpinan produksi, karena ia yang mengatur dan memipin jalannya 54 kerja produksi tersebut. Sukses atau tidaknya sebuah pertunjukkan menjadi ukuran kerja pimpinan produksi. E. Produksi Teater Koma dari Masa ke Masa Berikut adalah jenis-jenis naskah atau cerita yang dipentaskan dari era tahun 70-an hingga sekarang 1. Era tahun 70-an Di era ini, teater Koma baru saja merintis, memulai segalanya dari bawah. Dari mulai hanya beberapa orang anggota saja, tempat latihan pun masih berpindah-pindah (nomaden). Pertunjukkan dilakukan pertama kali pada tahun 1977 dengan judul naskah rumah kertas, kemudian ditahun yang sama juga mementaskan sebuah pertunjukkan dengan judul Cermin, kemudian adapula Maaf, Maaf, Maaf, Gigi Busuk, Anak Kandung, Si Bakil, Jian Juhro. Semua pementasan ini bercerita mengenai kondisi sosial yang terjadi di masyarakat di mana saat itu pemerintahan sedang porakporanda, Jung melihat bagaimana rakyat masih banyak yang kelaparan, bahkan banyak rumah-rumah kumuh di belakang perumahan-perumahan elite. Ketegangan politik juga menjadi inspirasi sutradara untuk mengemas naskah tersebut menjadi menarik. Karena dibentuk pada pertengahan tahun 70-an maka pementasan yang digelar juga tidak banyak. 2. Era Tahun 80-an Pada era ini, bisa dikatakan teater Koma baru saja menetapkan kesejatian identitas dirinya, di mana Nano sebagai sutradara menetapkan 55 teater Koma memilih dialog sambil bernyanyi (musikalisasi) menjadi bagian dari identitas kelompoknya. Terlihat pula dengan banyaknya pementasan yang digelar sepanjang tahun, tercatat ada sebanyak 50 pertunjukkan digelar. Terlihat ada perkembangan yang sangat signifikan pada era sebelumnya. Karena di tahun inilah masa-masa perintisan teater Koma, mereka berusaha menyajikan pertunjukkan dengan sebaik mungkin agar diminati oleh penontonnya. Di era ini banyak jenis naskah yang ia pentaskan, ada yang mengadaptasi dari legenda peradaban China seperti Sampek Engtay, Opera Kecoa yang juga diselipkan pesan-pesan moral kehidupan, adapula naskah yang bertema roman percintaan, seperti Tiga Merpati, Perkawinan Figaro, dan banyak lagi, ada pula yang menceritakan cerminan keras perjuangan hidup, seperti naskah Opera Julini, Wanita-Wanita Parlemen, Bom Waktu. Ada pula yang menggambarkan carut marutnya perpolitikan seperti Pesta Burung-Burung, Opera Ikan Asin, Citra Menguak Takdir dan lainnya. Dari jenis-jenis naskah yang dipentaskan memperlihatkan bahwa perkembangan teater Koma semakin pesat dan berkembang, sang sutradara yakni Nano Riantiarno sudah semakin percaya diri memberikan sajian pertunjukkan yang beragam dan itu sangat membanggakan perkembangan seni teater di Indonesia. 56 3. Era Tahun 90-an Pada era ini, teater Koma semakin kuat mengepakkan sayapnya di dunia teater. Juga semakin banyak pula masyarakat yang datang dengan sendirinya memesan tiket pertunjukkan mereka, dan angka penonton pun semakin bertambah. Pada era ini teater Koma juga kembali menampilkan naskah-naskah yang menggambarkan keadaan sosial politik yang terjadi, tentu didalamnya diselipkan pesan-pesan moral yang bisa kita terapkan dikehidupan sehari-hari kita. Namun tidak sebanyak tahun 80-an pementasan yang digelar, pada era ini ada 28 pertunjukkan yang dipentaskan. Mungkin saja karena pasang surut situasi dan kondisi yang terjadi. namun di era ini teater Koma lebih banyak menggelar pementasan yang menceritakan kondisi sosial dan kerasnya kehidupan dimasyarakat. Seperti OKB, Kena Tipu, Onah dan Impiannya dan banyak lagi. Tidak banyak naskah yang bercerita tentang kondisi politik, mungkin saja sang sutradara membaca minat masyarakat saat itu sangat membutuhkan hiburan yang bisa menyegarkan pikiran mereka setelah penat dengan aktifitas masing-masing. Mereka juga melakukan pertunjukkan-pertunjukkan diluar ruangan seperti mengikuti PASTOJAK (Pasar Tontonan Jakarta) mereka mencoba memberikan hiburan yang sedikit berbeda dari biasanya. Hal ini juga bisa dikatakan salah satu strategi mereka agar lebih dikenal masyarakat. 57 4. Era Tahun 2000-an Pada era ini bisa dikatakan merupakan masa-masa keemasan teater Koma dalam memetik hasil usaha yang telah mereka perjuangkan selama ini. sedikit demi sedikit sutradara semakin mengembangkan pertunjukkannya, teater Koma mulai memperbanyak unsur-unsur hiburan didalamnya, sesuai dengan minat para penonton. Tercatat kurang lebih sebanyak 42 pertunjukkan dipentaskan sejak tahun 2000 hingga 2015. Ada sebagian Pertunjukkan yang mengadopsi legenda China, yang disetarakan dengan selera masyarakat Indonesia, juga dilengkapi dengan unsur-unsur budaya dari Indonesia. Seperti pementasan berjudul Sampek Engtay, Sie Jin Kwie, Republik Cangik, dan yang paling terbaru yakni Opera Ular Putih. Keindahan dan cerita yang menarik membuat sang sutradara terinspirasi membuat sebuah pementasan yang bertajuk legenda China. Dan ternyata hal ini membuat rasa penasaran masyarakat semakin besar. Dan berdampak pada jumlah penonton yang hadir. Untuk melihat lebih jelas dan lengkap daftar urutan produksi teater Koma, bisa dilihat dilampiran. BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL TEMUAN Semakin berkembangnya kecanggihan teknologi, maka semakin canggih pula media-media yang mampu memberikan acara yang beragam. Dan teater sebagai salah satu media tradisional yang sangat efektif dalam menyampaikan pesan-pesan kini mulai tergerus oleh kecanggihan teknologi yang semakin berkembang. Akibatnya teater banyak kehilangan pasarnya, ditambah kesenian teater seolah masih sangat asing dan sulit diterima dimasyarakatnya. Juga media edukasi disekolah-sekolah yang masih minim penerapannya mengenai seni teater. Sehingga sudah tertanam dibenak masyarakat bahwa teater seolah benda “asing” dan sulit mengambil „hati” masyarakatnya sendiri. Namun, ditengah polemik ini ternyata masih ada kelompok-kelompok teater yang tetap eksis dan masih diminati oleh banyak penggemarnya, bahkan mereka sudah memiliki penonton langganan atau penonton setia yang akan selalu menonton pertunjukkanpertunjukkan mereka. Ia adalah teater Koma, salah satu teater senior di Indonesia yang masih sangat “eksis” dari dulu hingga sekarang, dengan sajian-sajian pertunjukkan mereka yang semakin berkembang dan mampu dinikmati oleh semua kalangan. Untuk menjadi sekarang ini teater Koma telah melewati berbagai tahapan atau fase proses perkembangan yang tidak mudah untuk dilalui. Dan proses itu yang kita sebut dengan strategi, menurut Cutlip, Center dan Broom dalam bukunya mengatakan bahwa dalam strategi komunikasi ada beberapa tahapan 58 59 yang harus dilewati. Yakni diantaranya: penelitian (research), perencanaan (planning), pelaksanaan (action), evaluasi (evaluation). Strategi Public Relation dapat dianggap berhasil jika sudah melalui keempat proses tersebut. Tahapantahapan ini diharapkan dapat memudahkan kita untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Maka dalam bab ini, peneliti akan menganalisis tahapan demi tahapan strategi yang dilakukan oleh teater Koma. bagaimana mereka membuat konsep ide strategi hingga pada hasil akhirnya dalam menarik minat penonton agar berminat menonton pertunjukkan mereka. A. Penelitian Seperti dalam bab II dipaparkan bahwa proses public relation memiliki tahapan-tahapan agar strategi yang digunakan dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Pada hal ini tahapan yang pertama yakni penelitian (research). Penelitian bertugas menemukan fakta dan data, hasil penemuan tersebut masih disebut data mentah, karena masih belum tersusun dan terencana. Oleh karenanya kemudian diolah dan digunakan sesuai dengan konsep kerja yang akan dipakai. Teater Koma juga melakukan hal-hal tersebut, imajinasi kreatif yang dikatakan oleh Cutlip, Center dan Broom memang sangat dibutuhkan. Para tim yang memegang posisi dibidang public relation teater Koma juga mengutamakan daya imajinasi kreatif agar kelompok kesenian ini terus berkembang dan semakin diminati masyarakat. Mereka biasanya mengadakan uji lapangan dengan membaca kejadian sekitar yang sedang hangat terjadi juga menggunakan hasil respon para 60 penonton pertunjukkan sebelumnya yang sudah mengirimkan kritik dan sarannya melalui directmail. Melalui pembacaan dan respon penonton tersebut ibu Ratna Riantiarno selaku pimpinan PR mendapatkan fakta dan data yang kemudian diolah bersama anggota PR lainnya yang dalam hal ini divisi pemasaran yang bekerja. Adapula divisi tiketing yang juga bekerja merumuskan strategi seperti apa yang akan dibuat dalam hal pemesanan tiket agar penonton tertarik dan mau membeli. Ide-ide, fakta dan data terus dikumpulkan dengan tetap melakukan koordinasi dengan sutradara yakni Nano Riantiarno. Komunikasi antara kerja PR dengan sutradara sangat dibutuhkan karena keduanya menyangkut pada kebutuhan penonton. PR dan seluruh orang pertunjukkan harus saling berkoordinasi sehingga meminimalisir kesalahpahaman. Hal-hal yang seperti itulah yang membuat para penonton selalu penasaran terhadap pertunjukkan-pertunjukkan mereka. Dalamnya penelitian lapangan juga imajinasi kreatif menjadi satu kesatuan untuk dapat memunculkan konsep baru maupun cerita-cerita yang menarik agar mampu menarik penonton untuk lebih luas lagi. Tidak hanya melakukan pertunjukkan-pertunjukkan besar, teater Koma juga rutin menyelenggarakan pertunjukkan kecil seperti di Museum Nasional, Museum Fatahillah, sekolah-sekolah swasta. Dan hal ini menjadi salah satu penelitian terbaru di teater Koma dalam 5 tahun terakhir, dan hasilnya terbukti bahwa jumlah angka penonton mereka bertambah pesat karena semakin banyak 61 masyarakat yang kenal dengan teater Koma. dan semua itu berawal dari daya kreatif yang tidak pernah putus dilakukan oleh PR teater Koma. B. Perencanaan Pada tahapan ini setelah dilakukan pengumpulan fakta dan data dari lapangan, maka selanjutnya diolah dalam tahap ini. mereka biasanya mengadakan rapat internal dengan menghadirkan seluruh anggota yang terlibat agar seluruh anggota mengetahui strategi yang akan digunakan. Rapat internal ini diharapkan sebagai langkah yang baik untuk menentukan suksesnya konsep yang akan digunakan nanti, di dalam rapat tersebut berisi konsep-konsep mentah yang sudah dirancang sebelumnya oleh seluruh divisi. Kemudian dipresentasikan kepada penanggung jawab teater Koma dan seluruh anggota yang ada didalamnya untuk kemudian dilakukan pengurangan atau penambahan ide dan gagasan agar konsep semakin sempurna, dari konsep tersebut kemudian didapatkan kesepakatan akhir yang menjadi penentu konsep strategi apa yang akan digunakan. Pada tahap ini juga diperlukan untuk membaca situasi dan kondisi yang jauh ke depan, ke belakang dan sekelilingnya. Oleh karenanya para anggota PR tidak sembarangan ketika membuat konsep kerja yang akan dilaksanakan. Setiap kelompok baik berupa organisasi maupun perusahaan pasti memiliki tujuan dan harapan untuk terus berkembang, tujuan tersebut dapat dicapai jika kita mampu merencanakan prosesnya dengan sebaik mungkin. 62 Begitu pula strategi PR yang dilakukan oleh teater Koma, melalui perencanaan inilah akhirnya didapatkan kesepakatan strategi sebagai berikut: 1. Strategi Door to Door Strategi ini sudah dilakukan oleh teater Koma sejak masa-masa awal mereka merintis. Bagaimana mereka berusaha menawarkan tiket-tiket pertunjukkan mereka kepada orang-orang yang sekiranya dapat membantu pertunjukkan mereka. Seperti kerabat dekat, teman-teman sesama seniman, bahkan tak jarang pula mereka menyambangi perusahaan-perusahaan besar untuk dapat membantu mereka dalam hal finansial, perusahaan atau lembaga-lembaga tersebut akhirnya diajak untuk bekerjasama dengan perjanjian-perjanjian yang sudah tertera di dalam MoU yang sifatnya tentu harus menguntungkan kedua belah pihak. Entah dengan cara logo si perusahaan tersebut dicantumkan di banner, pamflet maupun media publikasi lainnya, bisa juga iklan mereka di munculkan di website resmi teater Koma, dan masih banyak lagi kesepakatan lain yang bisa menunjang keuntungan bersama. Divisi sponsorship biasanya yang bekerja di bagian ini. Teater Koma juga mengalami pasang surut perjuangan dalam menerapkan strategi ini, tak sedikit tawaran kerja sama yang mereka tawarkan mendapatkan penolakan. Bahkan ada yang sama sekali tidak menanggapi kerja sama tersebut. Adapula perusahaan-perusahaan yang memandang kesenian teater dengan sebelah mata, mereka meragukan bahkan tidak mempercayai teater Koma terhadap kerjasama tersebut. 63 Meski banyak mendapatkan kenyataan yang menyakitkan, teater Koma harus tetap bergerak dan menghibur masyarakatnya. Mereka juga tidak hanya terpaku oleh satu strategi saja, mereka mulai mengembangkan strategi atau cara-cara lain yang dapat menarik masyarakat untuk menyaksikan pertunjukkan mereka. Dan akhirnya, setelah sekian lama mereka berjuang melakukan usaha “door to door” ini akhirnya teater Koma mampu memetik buah dari usaha keras mereka. Kini sudah banyak perusahaan-perusahaan yang mau bekerjasama dengan mereka bahkan dalam jangka panjang. Tentu dengan bergabungnya berbagai perusahaan ini dapat mendukung mereka tidak hanya dalam hal finansial, namun keuntungan dari perusahaan atau lembaga tersebut yang semakin dikenal konsumennya dan membantu sistem publikasi mereka. Maka hal itu akan memudahkan teater Koma dalam mendapatkan masa untuk menonton dan mengapresiasi pertunjukkan mereka. Hingga saat ini, sudah banyak perusahaan-perusahaan yang bekerjasama dengan mereka, seperti Djarum Foundation, bank BCA, dll. 2. Strategi Kedekatan Kedekatan yang dilakukan oleh teater Koma kepada masyarakat merupakan hal yang sangat penting untuk membangun komunikasi yang baik agar dapat memberi kesan yang berbeda dengan kelompokkelompok teater yang lain. Strategi ini merupakan pembaruan dari 64 strategi door to door, strategi ini berusaha menggabungkan strategi yang sudah ada dengan ditambah inovasi yang baru. Melalui jalinan kedekatan maka sudah pasti cara seperti door to door tersebut dilakukan. Jika dikaji dari segi ilmu komunikasi, cara ini termasuk ke dalam ilmu komunikasi antar pribadi, Dimana jika mengacu pada pengertian dari komunikasi antar pribadi menurut Joseph A. Devito adalah proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang atau diantara sekelompok kecil orang-orang, dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika.91 Komunikasi secara personal atau secara perorangan diyakini teater Koma mampu membantu mereka dalam menjalin kekuatan yang positif agar mereka tertarik menonton pertunjukkan teater Koma. Hal ini dilakukan teater Koma sebagai bentuk apresiasi kepada penontonnya. Komunikasi antar pribadi sejatinya salah satu komunikasi penyampaian pesan yang efektif untuk menyebarkan informasi, karena dari mulut ke mulut mereka itulah akan mudah tersebar informasi. Teater Koma juga mencoba “masuk” ke sekolah-sekolah swasta yang didalamnya terdapat kegiatan ekstrakurikuler seni, khususnya teater. Beruntungnya kini sudah banyak sekolah-sekolah yang sudah memiliki kegiatan seni teater, hal ini memudahkan teater Koma untuk mencoba 91 Onong Uchjana Efendy, Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2003), h.60 65 “mendekatkan diri” kepada mereka para generasi penerus bangsa, teater Koma biasa melakukan kerjasama dengan para pelatih seni ditempat tersebut, biasanya teater Koma akan memberikan beberapa pelatihan (workshop) kepada murid-murid, entah itu berupa workshop keaktoran, pemanggungan, artistik, makeup, bedah naskah, dan masih banyak lagi. Dan strategi ini tidak hanya dilakukan oleh divisi pemasaran, namun dibantu pula oleh seluruh anggota teater Koma. Ide dan gagasan dari cara mereka menyajikan workshop juga menentukan ketertarikan para murid untuk mengikuti, oleh karenanya membuat konsep dengan se-menarik mungkin dapat menjadi salah satu hal penting agar mereka nyaman saat workshop. Strategi pendekatan seperti ini sudah dilakukan sekitar kurang lebih 5 tahun terakhir. Hingga saat ini, sudah banyak sekolah-sekolah yang melakukan kerjasama dengan teater Koma untuk memberi materi ekskul teater. Bahkan kini sekolah-sekolah tersebut yang justru datang mengajak kerjasama atau mengundang teater Koma untuk memberikan workshop. Hal ini berbuah manis pada setiap mereka melakukan produksi, jauh sebelum pementasan dimulai sekolah-sekolah tersebut dibantu oleh para gurunya sudah memesan tiket pertunjukkan teater Koma yang jumlahnya tidak sedikit. Selain menjadi ajang hiburan yang mengandung unsur pendidikan, hal ini juga dapat menjadikan teater Koma lebih dekat dengan masyarakatnya. 66 3. Strategi media Online Media komunikasi sejak abad ke-20 mengalami perkembangan yang sangat baik. Masyarakat kini sudah lebih mudah melakukan interaksi komunikasi, media online sebagai alat penunjang utama juga dimanfaatkan oleh teater Koma untuk menyebarluaskan setiap produksi mereka. Divisi pemasaran memaksimalkan fasilitas yang ada, mereka memperkenalkan teater Koma melalui website resmi mereka, facebook, twitter, instagram, dll. Melalui database yang sudah ada dari pementasan yang sebelumnya, mereka mengirim semacam directmail yang menginformasikan produksi mereka selanjutnya, juga kemudian setiap para pembeli tiket mereka selalu menanyakan “apa sudah menerima pemberitahuan lewat directmail?” jika belum menerima, mereka akan segera mendaftarkan namanya agar bisa dikirim directmail pada pertunjukkan teater Koma mendatang.92 Seminggu sesudah directmail disebar, pemesanan tiket biasanya mulai mengalir, itu belum termasuk ke dalam publikasi media lainnya. Mungkin dari 5000 nama, hanya 3000 yang menonton, biasanya mereka jarang menonton sendiri, minimal berdua dan itu artinya 3000 dikali dua, sekitar 6000 yang menonton, bahkan tak jarang yang membeli tiket lebih dari dua. Bisa dibayangkan berapa banyak tiket yang terjual jika strategi publikasi sudah dilancarkan.93 92 93 Wawancara pribadi dengan Ratna Riantiarno, Jakarta, 26 Maret 2015. Wawancara pribadi dengan Ratna Riantiarno, Jakarta, 26 Maret 2015. 67 Pimpinan PR yakni Ratna Riantiarno juga menghimbau seluruh anggotanya untuk membantu menyebarluaskan informasi pertunjukkan mereka. Seluruh anggota diharuskan tanpa terkecuali bekerja dalam hal pemasaran, strategi ini dirasakan lebih efektif karena membantu penyebaran informasi. Karena sejatinya media komunikasi akan lebih berkembang dan tersebar jika semakin banyak orang-orang yang menyebarkannya. Media online juga dimanfaatkan sebagai salah satu strategi mereka untuk menjalin komunikasi dengan para penontonnya. Para penonton bisa memberikan kritik dan saran serta kesan-kesan mereka terhadap pertunjukkan yang telah mereka saksikan melalui fax atau email resmi teater Koma, maupun melalui akun-akun pribadi milik anggota.94 hal ini diharapkan agar para penonton lebih merasa memiliki teater Koma, juga memudahkan teater Koma untuk diterima dilapisan masyarakat manapun. Oleh karenanya masyarakat akan merasa menjadi bagian dari teater Koma. sistem pemasaran acara-acara yang ada di teater Koma biasanya sudah disebarkan sebulan sebelum pertunjukkan berlangsung.95 Tenggang waktu yang selama itu memberi teater koma waktu yang cukup efektif untuk menjaring penontonnya. Kini teater Koma sudah lebih bisa bernafas lega karena tiket-tiket yang mereka jual biasanya sudah hampir terjual habis sebelum hari pertunjukkan tiba. 94 95 Wawancara pribadi dengan Ratna Riantiarno, Jakarta, 26 Maret 2015. Wawancara pribadi dengan Ratna Riantiarno, Jakarta, 26 Maret 2015. 68 Hal ini juga tidak lepas dari fasilitas publikasi media online yang menguntungkan kerja divisi pemasaran dan divisi tiketing. 4. Strategi Publikasi Suatu perusahaan atau produk bagaimanapun baiknya konsep yang dibuat dan bagaimanapun besar manfaat yang diberikan akan tetapi jika tidak dikenal oleh konsumen atau masyarakat itu sendiri maka perlahan produk tersebut tidak akan diketahui keberadaannya oleh khalayak. Begitu pula yang terjadi oleh teater Koma, publikasi merupakan salah satu cara utama dalam mempromosikan produksi mereka. Masyarakat akan mengetahui atau mengenal teater Koma melalui strategi publikasi ini. divisi sponsorship yang bekerja dalam hal ini, divisi sponsorship selain menjalin kerjasama dengan berbagai perusahaan mereka juga harus menjalankan strategi yang satu ini, yakni sistem publikasi. Strategi publikasi biasanya terbit atau disebar sesudah jumpa pers. Dan jumpa pers dilakukan sebulan atau sepuluh hari sebelum pentas perdana. Dan tiket weekend atau Sabtu dan Minggu biasanya sudah dipesan sejak jauh hari.96 Publikasi masih berkaitan dengan strategi door to door dan strategi media online, yang menjadi nilai tambah adalah konsep yang digunakan ditambahkan dengan penyebaran SMS, penyebaran pamflet, poster, banner dan sebagainya. Pamflet, poster, dan banner biasanya 96 Wawancara pribadi dengan Ratna Riantiarno, Jakarta, 26 Maret 2015. 69 disebar di titik-titik yang strategis. Seperti di kampus-kampus, kelompok-kelompok organisasi, kelompok teater, sekolah-sekolah hingga perusahaan. Publikasi berusaha “memasuki” tempat-tempat yang sekiranya dapat menjaring penonton. Sistem publikasi bekerja mengoptimalkan penyebaran informasi dengan seluas mungkin. “Karena memang publikasi menjadi usaha utama kami agar teater Koma dapat diterima lebih luas lagi oleh masyarakat, kalau tidak melakukan publikasi lantas melalui apalagi kami menjaring penonton?”97 Ide atau gagasan dalam pemilihan gambar untuk poster dan semacamnya itu juga menjadi sorotan yang sangat berpengaruh, maka diperlukan juga keterampilan dalam hal pembuatan desain gambargambar tersebut agar masyarakat tertarik untuk melihat. Publikasi merupakan cara kerja yang cukup efektif dalam menarik penonton. Maka meskipun teater Koma sudah memiliki penonton langganan mereka juga masih perlu melakukan publikasi semaksimal mungkin agar angka perkembangan penonton mereka selalu bertambah. 5. Strategi Database Salah satu strategi dalam ilmu manajemen yang paling efektif adalah data. Dengan data manusia bisa melakukan apa saja bahkan sebuah 97 Wawancara pribadi dengan Ratna Riantiarno, Jakarta, 26 Maret 2015. 70 data dapat mengungkap hal yang kasat mata sekalipun. Mengingat pentingnya menyimpan data, Maka teater Koma juga menjadikan database sebagai strategi selanjutnya. Mereka menyimpannya dan menjaga privasi data penonton dengan baik, data-data tersebut akan berguna ketika mereka melakukan produksi selanjutnya. Teater Koma biasanya akan melakukan sistem penyebarannya dengan cara mengirim SMS maupun melalui directmail kepada database tersebut yang berisi judul lakon, sinopsis, ide, kapan dan dimana lakon dimainkan, berapa hari pementasannya, nama-nama pemain, pengarang lakon dan sutradaranya. Pengolahan database juga menjadi salah satu cara untuk mengetahui perkembangan angka penonton yang hadir, apakah meningkat atau sebaliknya. Sehingga teater Koma dapat melakukan evaluasi demi perkembangan teater Koma yang lebih baik. C. Pelaksanaan Setelah melakukan proses perencanaan dan menetapkan strategi yang akan digunakan, maka langkah selanjutnya adalah melaksanakan strategi yang telah ditetapkan. Hubungan komunikasi antara pemimpin PR kepada para anggota sangat dibutuhkan untuk lancarnya jalan kerja mereka, semuanya harus menjalankan tugasnya masing-masing dengan sebaik mungkin sesuai dengan jobdesk masing-masing, begitu pentingnya komunikasi yang terjalin pada tahapan ini agar memberikan kemudahan sirkulasi kerja yang maksimal. 71 Oleh karenanya perencanaan merupakan tahapan inti dari keempat proses ini, karena pada tahap inilah konsep-konsep yang telah ditetapkan pada saat perencanaan dilaksanakan. Dalam tahapan ini, dibutuhkan komitmen dan etos kerja yang sesuai dengan konsep yang sudah ada. teater Koma melakukan strategi yang sudah ditetapkan sebelumnya dan seluruh tim bekerja dengan semaksimal mungkin sesuai dengan konsep atau rancangan yang sudah dibuat. Ratna Riantiarno selaku pimpinan PR yang akan mengawali dan dipercaya untuk menjalankan strategi tersebut atau yang disebut dengan credibility. perencanaan bertumpu pada sumber daya yang ada, maka kerjasama yang baik antara anggota satu dengan yang lainnya sangat dibutuhkan. semua yang terjadi saat dilapangan harus dikomunikasikan kepada satu sama lain, terlebih kepada penanggung jawab atau koordinator tim agar tidak terjadi kesalahpahaman dan hambatan yang berarti. Proses perencanaan merupakan sebuah acuan berhasil tidaknya konsep yang sudah dibuat sebelumnya, jika proses semakin sedikit mengalami kendala maka semakin baik konsep yang dibuat. Seperti halnya dalam rancangan strategi yang sudah ada, saat pelaksanaan pun diharapkan sesuai dengan tujuan atau target yang hendak dicapai. seperti strategi door to door; strategi ini merupakan strategi tertua yang dilakukan oleh teater Koma, pada awal-awal berdiri mereka merancang strategi ini dengan anggapan bahwa cara inilah cara yang terbaik, dan nyatanya saat itu memang sangat sulit menjalaninya. 72 Disamping media komunikasi yang masih sangat jarang, keberanian para anggota untuk “mengetuk” minat para penontonnya itu tidak mudah. Tak jarang ada masyarakat yang tidak menghiraukan, adapula yang hanya ingin sekedar tahu, ada yang memang ingin menonton tapi enggan membeli tiket. Kenyataan-kenyataan inilah yang membuat PR teater Koma selalu belajar, namun hal baik yang terjadi di lapangan juga ada, tak sedikit dari masyarakat yang dengan sukarela membantu menyebarkan informasi teater Koma kepada kerabat dan sanak saudara mereka hingga ke luar kota. Hingga hasilnya pada masa-masa sekarang ini sudah banyak kerjasama yang terjalin dengan teater Koma melalui sistem yang lebih baik yakni sponsorship. Kemudian strategi selanjutnya adalah strategi kedekatan; Strategi kedekatan juga rupanya memberi efek yang cukup besar saat pelaksanaannya. Pimpinan PR teater Koma biasanya berkoordinasi dengan seluruh anggota teater Koma dengan menyalurkan bakat para anggota untuk mengajar atau memberi workshop disekolah-sekolah dengan ketentuan perizinan serta kontrak kerja yang tertera diatas kertas yang disepakati kedua belah pihak. Usaha kerja PR yang satu ini ternyata mampu menjaring penonton dengan lebih banyak. Banyak dari sekolahsekolah tersebut akhirnya memesan tiket yang tidak sedikit, minimal 250 tiket mereka booking. Begitupun kedekatan dengan beberapa perusahaan yang mensponsori mereka, seperti Djarum Foundation Indonesia Kaya, selain kerja sama di bidang sponsorship belakangan ini Djarum 73 Foundation menawarkan diri untuk membeli sedikitnya 100 tiket untuk nantinya dibagikan secara cuma-cuma ke kelompok-kelompok teater kampus dengan tidak mengurangi poin atau nilai materi dalam kerja sama mereka. Dalam strategi kedekatan inilah banyak dari penonton teater Koma memilih menjadi penonton tetap. Karena pimpinan PR berusaha menghimbau seluruh anggota untuk menjalin hubungan yang baik dengan para penontonnya, karena hal itu merupakan salah satu strategi ampuh PR. Agar masyarakat merasakan kesan yang positif terhadap teater Koma dan mau menonton pertunjukkan teater Koma selanjutnya, cara-cara yang seperti ini yang termasuk dalam pelaksanaan dari strategi jangka panjang. Masyarakat diperbolehkan memberikan kritik dan saran serta kesan-kesan yang mereka rasakan ke email resmi teater Koma, hal ini memberi nilai tambah yang sangat baik bagi kelangsungan teater Koma, karena biasanya setelah usai pementasan, banyak sekali email yang masuk ke akun teater Koma. mereka juga berusaha merespon isi pesan-pesan penonton tersebut satu persatu meski terkadang tidak semua mampu terjangkau karena minimnya waktu dan tenaga para anggota. Teater Koma juga menjalin kedekatan dengan para wartawan, seluruh orang yang terlibat di teater Koma berusaha menjadikan para wartawan sebagai sahabat. Sehingga sesibuk apapun teater Koma, mereka selalu siap menjamu para wartawan yang datang. Sehingga kesan yang dirasakan oleh para wartawan terhadap teater Koma akan positif, oleh 74 karenanya mereka selalu nyaman ketika ingin meliput. Dari kedekatankedekatan inilah teater Koma kini rutin sepuluh hari atau seminggu sebelum pementasan berlangsung akan mengadakan jumpa pers.98 Dan hal ini sangat membantu publikasi pertunjukkan mereka. Selanjutnya strategi media online; strategi ini merupakan salah satu strategi yang paling efektif, teater Koma juga memanfaatkan kecanggihan teknologi yang ada. Promosi disebarkan sebulan sebelum pementasan dilakukan, dan ini biasanya dilakukan oleh divisi publikasi dan tiketing dan akan dicantumkan info kontak di mana calon penonton bisa memesan tiket. Disamping kedua divisi tersebut, pimpinan produksi juga mewajibkan seluruh anggotanya tanpa terkecuali melakukan promosi pertunjukkan melalui akun-akun pribadi mereka. Maka dengan cara tersebut akan memudahkan teater Koma dalam menyebarkan informasi pertunjukkan mereka. Bahkan banyak penonton-penonton pemula yang justru mengetahui pertunjukkan teater Koma dari media online ini. Tidak ada hambatan yang berarti dalam pelaksanaan strategi media online, karena sistemnya yang praktis dan bisa menjangkau penonton yang sangat jauh sekalipun. Tak ingin ketinggalan, mereka juga memanfaatkan fasilitas media online dengan membuat akun resmi atau yang biasa kita sebut dengan blog. Blog tersebut berisi acara-acara maupun kegiatan yang dilakukan 98 Wawancara pribadi dengan Ratna Riantiarno, Jakarta, 26 Maret 2015. 75 oleh teater Koma. juga tak lupa mereka selalu memperbarui informasi mengenai kegiatan teater Koma, banyak hal yang akan ditemukan jika kita membuka blog tersebut, sehingga masyarakat bisa dapat mengenal teater Koma lebih dekat lagi. Mereka juga menggunakan situs pemesanan online untuk memberikan kemudahan bagi para calon penonton yang berada jauh dari lokasi pemesanan tiket atau yang enggan datang langsung ketempat. Canggihnya media online ini sangat dirasakan oleh teater Koma, mereka dihujani banyak pemesan tiket dari seluruh penjuru nusantara, bahkan tak jarang pemesan tersebut memesan lebih dari 2 tiket. Oleh karenanya tidak heran jika jumlah penonton teater Koma mampu mencapai angka 20.000 penonton.99 Strategi selanjutnya strategi publikasi; saat dilapangan, strategi yang satu ini juga memiliki kendala maupun keuntungan. strategi ini sangat penting dalam hal menjaring penonton. Selain melalui media online publikasi melalui banner, baliho, poster, pamflet menjadi cara yang rutin dilakukan oleh teater Koma untuk menjaring penonton-penonton baru. biasanya mereka mencetak 2.000 hingga 5.000 poster yang siap disebar ke seluruh penjuru Jabotabek. Begitupun dengan banner dan baliho, mereka mencetak beberapa banner dan baliho yang akan dipasang di titik-titik strategis. Biasanya selain mencetak sendiri, mereka juga mendapat bantuan memperbanyak sistem publikasi dari para sponsorship.100 99 Wawancara pribadi dengan Ratna Riantiarno, Jakarta, 26 Maret 2015 Wawancara pribadi dengan Ratna Riantiarno, Jakarta, 26 Maret 2015. 100 76 Hanya saja terkadang terjadi beberapa kendala, yakni ada beberapa sekolah atau perguruan tinggi yang tidak memperbolehkan mereka menempel poster atau membagikan pamflet kepada siswa atau mahasiswanya. Hambatan-hambatan inilah yang sampai saat ini masih menjadi kendala bagi mereka. Mereka berharap agar instansi-instansi tersebut mau lebih terbuka terhadap kesenian teater. Dan strategi ampuh yang terakhir adalah strategi database; teater Koma sudah melakukan strategi database sejak tahun 1979, Teater Koma merupakan salah satu kelompok teater yang memiliki database paling baik dan paling lengkap dalam sistem pengolahan database. Teater Koma sudah menyimpan database sekitar 5000 nama plus alamatnya. Mereka bisa disebut sebagai penonton tetap teater Koma, dan kian lama nama-nama itu semakin bertambah hingga saat ini. strategi ini dianggap sangat efektif karena jika dilihat dari segi promosi melalui database saja, ada 5000 database yang tersimpan, maka paling tidak sekitar 3000 penonton yang melakukan konfirmasi dan biasanya mereka tidak menonton sendirian, Minimal berdua. Itu artinya dari 3000 dikali dua, sudah sebanyak 6000 penonton yang membeli tiket, belum lagi mereka yang memesan tiket lebih dari dua orang.101 Maka bisa dibayangkan kehebatan promosi melalui database sangat menguntungkan. Strategi database ini dijalankan oleh divisi pemasaran, mereka dari pagi hingga malam bertugas mengirimkan directmail maupun pesan 101 Nano Riantiarno, Membaca Teater Koma, (Jakarta: 2011), h.69 77 singkat yang kapanpun mereka harus siap menerima respon konfirmasi dari penonton. Divisi pemasaran memiliki target minimal setengah dari database yang disebar memberi respons positif yakni dengan memesan tiket. Oleh karenanya mereka tidak hanya sekali saat melakukan penyebaran informasi tersebut, tapi bisa sampai berkali-kali, dan itu merupakan strategi divisi pemasaran dalam memasarkan tiket. D. Evaluasi Evaluasi merupakan tahap akhir dari rangkaian proses ini, dari evaluasi ini PR teater Koma dapat membaca apa saja yang menjadi kendala dan apa saja yang menjadi keuntungan bagi mereka. Pimpinan harus bersikap netral tidak memihak pihak manapun. Begitupun di teater Koma, Ratna selaku pimpinan PR selalu bersikap netral dan memberikan kebebasan kepada para anggotanya untuk mengeluarkan pendapat. Sebelum penanggung jawab teater Koma melakukan evaluasi secara keseluruhan, biasanya pimpinan PR melakukan evaluasi terlebih dahulu dengan seluruh anggotanya dan dihadiri penanggung jawab teater Koma. Evaluasi merupakan hal penting bagi teater Koma, sejak awal berdiri mereka sudah menerapkan cara ini meski dulu belum menggunakan sistem PR. Umumnya berisi mengenai apa saja yang didapat atau yang dialami dari proses awal hingga akhir, juga keuntungan dan kendala apa saja yang dihadapi, membaca strategi apa saja yang efektif 78 maupun yang tidak, serta membahas program strategi jangka panjang maupun jangka pendek agar teater Koma terus berkembang. Evaluasi bisa berlangsung alot bahkan bisa terjadi perdebatan karena perbedaan pendapat, dan itu disikapi oleh teater Koma sebagai suatu hal yang wajar selagi perdebatan tersebut bermanfaat dan positif.102 Dengan tujuan agar teater Koma dapat bertindak lebih baik lagi saat melakukan proses yang baru, evaluasi juga bermanfaat agar tidak cepat merasa puas terhadap apa yang sudah dicapai. Evaluasi dibuka oleh pimpinan PR teater Koma yang bertugas memimpin seluruh kerja PR dari awal hingga akhir. Evaluasi tersebut terdiri dari pimpinan PR, anggota-anggota divisi yang ada pada PR (divisi pemasaran, divisi publikasi, divisi tiketing dan divisi sponsorship) biasanya juga terdapat notulensi yang khusus mencatat apa saja isi dari evaluasi tersebut. Satu per satu anggota PR mengutarakan hasil kerjanya dari awal hingga akhir, yang kemudian di respon oleh seluruh yang hadir didalamnya. Melalui evaluasi tersebut, strategi-strategi yang dilakukan oleh teater Koma seperti strategi door to door, kedekatan, media online, publikasi, dan database dirasakan teater Koma sudah cukup efektif dan cukup maksimal. Maka berdasarkan hasil evaluasi tersebut, strategi kedekatan dan strategi database sudah dirasakan oleh teater Koma menjadi strategi yang 102 Wawancara pribadi dengan Ratna Riantiarno, Jakarta, 26 Maret 2015. 79 berfungsi hingga jangka panjang, sedangkan strategi media online juga sangat efektif karena caranya yang praktis namun harus tetap menjaga intensitas penggunaan agar masyarakat dapat selalu mendapat kabar terbaru teater Koma. Begitupun publikasi, publikasi sangat efektif jika penyebarannya baik, publikasi harus mengerti tempat-tempat strategis yang mampu menjaring lebih banyak penonton. Dan teater Koma juga sudah melakukan hal itu dengan semaksimal mungkin, mereka menyebarkan publikasi ke seluruh Jabotabek juga ke instansi-instansi yang sekiranya dapat mereka jamah. Hanya saja kendala terdapat pada masih banyaknya instansi seperti sekolah hingga perguruan tinggi yang enggan dan tidak mengizinkan teater Koma menyebarkan publikasi. Masih “asingnya” kesenian teater bagi mereka membuat mereka apatis terhadap kesenian satu ini. Kendala-kendala diatas menjadi tugas rumah cukup besar bagi kerja public relation teater Koma. karena hingga saat ini kendala tersebut sulit dipecahkan jika hanya teater Koma yang berjuang tanpa ada campur tangan dari pemerintah.103 Evaluasi sudah dilakukan oleh pimpinan PR untuk membahas dan mengolah kendala-kendala tersebut, namun belum terpecahkan hingga saat ini. 103 Wawancara pribadi dengan Ratna Riantiarno, Jakarta, 26 Maret 2015. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan oleh peneliti mengenai strategi public relation untuk menarik minat penonton untuk pertunjukkan teater Koma, peneliti dapat menarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Sebelum melakukan rapat produksi, pimpinan PR teater Koma melakukan tahap penelitian, pada tahap ini biasanya pimpinan PR menegaskan seluruh anggotanya untuk mengumpulkan fakta dan data serta membaca sekitar mengenai apa saja yang sekiranya sedang dibutuhkan masyarakat, diperlukan pula imajinasi kreatif yang mendalam agar fakta dan data yang dikumpulkan lebih kaya. Seluruh divisi yang juga harus mengerti paham terhadap kekurangan dan kelebihan dalam memilih sebuah strategi . 2. Public relation teater Koma memiliki perencanaan strategi yang baik, banyaknya cara yang dapat digunakan mereka kerucutkan menjadi lima strategi. kelima strategi tersebut (door to door, kedekatan, media online, publikasi dan database), akhirnya dipilih sebagai acuan sistem pemasaran informasi maupun penjualan tiket pertunjukkan dengan tujuan menjaring penonton sebanyak-banyaknya. Ini semua dirancang pada saat proses perencanaan yang dalam hal ini disebut dengan rapat internal. 80 81 3. Dalam pelaksanaannya, teater Koma melakukan sistem kerja sesuai dengan strategi dan konsep yang sudah dirancang sebelumnya. Namun saat dilapangan, ada saja hal-hal yang menjadi kendala, seperti dalam hal publikasi, mereka harus menerima penolakan di beberapa sekolahsekolah maupun perguruan tinggi yang menolak mereka menyebarkan poster ditempat tersebut. Keuntungan nya dari strategi-strategi tersebut sudah tentu terletak pada bertambahnya jumlah penonton mereka. 4. Evaluasi menjadi tahap akhir dalam proses ini. Begitupun teater Koma, mereka selalu mengadakan evaluasi yang berisi agenda mengenai keseluruhan dari mulai penelitian hingga saat evaluasi. Kendala-kendala yang didapat juga berusaha di cari solusi yang tepat agar tidak terjadi di produksi selanjutnya. Begitupun dengan kelebihan, dijadikan sebagai acuan atau gambaran saat melakukan penelitian strategi selanjutnya agar lebih berkembang. Dan untuk kelima strategi tersebut, dirasa oleh teater Koma sudah efektif. Hingga kini mereka belum menemukan solusi terbaik dalam menanggulangi penolakan yang terjadi oleh beberapa sekolah, karena jika hanya mereka yang bergerak tanpa adanya dukungan dari pemerintah teater tidak akan mampu menjadi apa-apa bahkan bisa saja musnah dimakan zaman.104 104 Wawancara pribadi dengan Ratna Riantiarno, Jakarta, 26 Maret 2015. 82 B. Saran Berdasarkan hasil penelitian dan merujuk pada perumusan penelitian, maka saran yang dikemukakan peneliti adalah sebagai berikut: 1. Pada saat penelitian, teater Koma bisa mengolah cara-cara penelitian dengan lebih tertata dan rapih lagi agar masa pencarian ide tersebut akan berkembang lebih kreatif dan memunculkan penemuanpenemuan strategi baru lainnya. 2. Melihat selera masyarakat yang berbeda-beda, teater Koma mungkin kedepannya bisa merencanakan strategi baru berupa pementasan khusus untuk kalangan tertentu seperti anak-anak atau remaja maupun dewasa. Agar memberikan warna yang baru dan lebih beragam. Strategi yang sudah ada mungkin bisa lebih baik dan sempurna jika setiap strategi memiliki acuan sumber teori dari para ahli agar strategi tersebut lebih berkembang atau justru melahirkan strategi-strategi baru agar bisa mencakup seluruh masyarakat di nusantara. Bisa juga dengan menambah jam terbang disekolah-sekolah pemerintah maupun swasta, juga di kampus-kampus agar teater lebih dikenal dan dipahami oleh para intelektual generasi penerus bangsa, sehingga mampu menghapus kata “asing” yang selama ini seolah menjadi permasalahan untuk kesenian teater. 3. Dalam pelaksanaannya, teater Koma diharapkan mampu mengatasi kendala yang terjadi dilapangan dan mampu menjalankan rencana strategi dengan lebih mulus. Membaca situasi sekitar juga sangat 83 penting dan pada saat pelaksanaannya teater Koma diharapkan tidak hanya sekedar menjalankan tugas, tetapi bagaimana strategi tersebut bermanfaat bagi masyarakat luas, khususnya bagi kelompok teater yang lain. 4. Dalam evaluasi, teater Koma mungkin dapat menghadirkan beberapa seniman teater atau para intelek yang berkecimpung di dunia teater atau bahkan beberapa penonton langganan untuk ikut serta memberikan kritik serta saran yang bermanfaat terhadap strategi yang telah dijalani untuk kebaikan teater Koma dimasa mendatang. Setiap diakhir evaluasi, teater Koma mungkin bisa mewajibkan setiap anggota mengeluarkan ide-ide kreatifnya untuk strategi selanjutnya yang lebih efektif. 84 DAFTAR PUSTAKA Bungin Burhan, Metodologi Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Kencana, 2009) Bungin Burhan, Sosiologi Komunikasi, (Jakarta: Kencana, 2007) Beard Mike, Manajemen Departemen Public Relations, (Jakarta: Erlangga, 2001) Cengara Hafied, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2005) David R. Fred, Manajemen Strategi Konsep, (Jakarta: Salemba Empat, 2011) Eriyanto, Analisis Framing: Ideologi, dan politik Media, (Yogyakarta: LkiS, 2005) Effendy Onong Uchjana, Human Relation & Public Relation, ( Bandung: CV Mandar Maju, 2009) Effendy Onong Uchjana, Ilmu,Teori, dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2003) Effendy Onong Uchjana, Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung: PT. Rosdakarya, 2006) Kristi Poerwandari, Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Perilaku Manusia, (Depok: LPS3P, 2007) L. Tubbs Stewart dan Moss Sylvia, Human Communicatiom: Konteks-Konteks Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005) Moleong J. Lexy, Metode Penelitian Kuantitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002) Murtopo Ali, Strategi Kebudayaan, (Jakarta: Center for Strategic And Internasional Studies-CSIS, 1978) Purnomo Setiawan Hari, Zulkifirmansyah, Manajemen Strategi: Sebuah Konsep Pengantar, (Jakarta: Lembaga Penerbitan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1999) 85 Rivai Veithzal, Kepemimpinan dan perilaku Organisasi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006) Riantiarno Nano, Kitab Teater, (Jakarta: Grasindo, 2011) Riantiarno Nano, Membaca Teater Koma, (Jakarta: 2011) Rakhmat Jalaluddin, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007) Ruslan Rosady, Metode Penelitian Public Relation dan Komunikasi, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2010) Steinner George, John Meinner, Manajemen Strategi, penerjemah: Agus Dharma, (Jakarta: Erlangga, 1999) Usman Husaini dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2003) Usman Husaini dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008) Walgito Bimo, Psikologi Sosial, (Yogyakarta: CV Andi Offset, 2003) Yulianita Neni, Dasar- Dasar Public Relation, ( Bandung: Pusat Penerbitan Universitas, 2007) http://www.kelola.or.id/database/theatre/list/&dd_id=32&p=1&alph=p_t LAMPIRAN- LAMPIRAN Wawancara Dengan Ibu Ratna Riantiarno selaku HRD Teater Koma. Jakarta, 26 Maret 2015. BEBERAPA POSTER PEMENTASAN TEATER KOMA KEUANGAN DIVISI PUBLIKASI PENANGGUNG JAWAB DIVISI TIKETING HRD DIVISI SPONSORSHIP DIVISI PEMASARAN TRANSKIP WAWANCARA Narasumber : Ratna Riantiarno Jabatan : Pimpinan HRD Tanggal wawancara : 26 Maret 2015 1. Apa tujuan utama teater Koma dalam membuat suatu pertunjukkan selain menghibur? - Ya selain menghibur kita juga mengharapkan bahwa apa yang kita sajikan ini menjadi renungan untuk kita semua agar memaknai kehidupan dengan lebih baik lagi. Juga kit mengharapkan ada semacam “oleh-oleh” yang bisa dibawa pulang penonton kami ketika selesai menyaksikan pertunjukkan supaya pertunjukkan tersebut ada maksudnya dan bermanfaat. 2. Adakah strategi-strategi khusus yang dilakukan teater Koma dalam menarik minat penonton? - Yaahh kalo dibilang khusus ya nggak juga. Kita sih melihat pasar aja apa yang sedang mereka butuhkan, atau apa yang sedang terjadi dimasyarakat. Seperti contohnya saat pemilu presiden kemarin, ya kita bikin pementasan dengan konsep yang ada berbau unsur-unsur pemilihannya. Kemudian kita sebagai orang yang bertugas memasarkan tiket berusaha mempromosikan pertunjukkan kita lewat media sosial, SMS, dan lain-lain. 3. Seperti apa proses yang dijalani PR teater Koma dalam menarik minat penonton? - Yana yang tadi itu, prosesnya kita melihat kejadian sekitar yang dibutuhkan oleh pasar saat ini yang seperti apa dan bagaimana cara memasuki masyarakat yang masih awam akan teater Koma. lalu kita melakukan rapat, rapat internal yang terdiri dari tim inti PR teater Koma, kemudian disitu akan disepakati strategi apa yang akan digunakan barulah setelah itu kita melaksanakan tugas atau jobdesk masing-masing, meski sudah memiliki tugas dan tanggung jawab masing-masing saya selalu menekankan kepada mereka bahwa harus saling tolong menolong terhadap jika ada kesulitan yang berarti supaya tidak terjadi kesalahpahaman saat kerja. kita usaha mempromosikan penjualan tiket kita dengan memanfaatkan media sosial yang ada, seperti facebook, twitter, instagram dll. Dan dari media sosial ini juga sangat berdampak besar terhadap angka penjualan tiket kita, karena banyak dari mereka yang mengenal dan tau teater Koma ya dari media sosial mereka itu. Bahkan ada yang dari luar kota juga pesan tiket kami. Seperti dari Padang, Kalimantan. Kita juga melakukan evaluasi, evaluasi adalah kegiatan rutin yang pasti kita lakukan setiap akan menutup produksi, disitulah kita akan mengetahui apakah kerja kami meningkat atau malah menurun atau berhasil atau tidaknya dan sebagainya, semua hal dibicarakan saat evaluasi supaya kita terus belajar dan nggak cepet puas. 4. Adakah lembaga / teori / konsep yang menginspirasi strategi PR teater Koma? - Kalau yang menginspirasi secara resmi sih nggak, Cuma kita melihat cara kerja tim marketing atau tim PR dari barat aja, kita memahami bagaimana hebatnya broadway setiap mengadakan pertunjukkan dan tiket-tiket mereka selalu habis terjual. Nah, cara-cara kerja keras yang seperti itulah yang kita pelajari. 5. Kendala apa saja yang terjadi pada saat proses strategi dilakukan? - Kalau berbicara kendala, itu berarti berbicara tentang perjuangan teater Koma dari awal berdiri. Pada masa awal-awal berdiri tidak sedikit orang-orang yang menganggap remeh kerja kreatif kami. Tidak jarang kami mendapatkan penolakan demi penolakan saat kami memasarkan tiket. Tapi justru dari berbagai penolakan itulah kami belajar untuk pertunjukkan selanjutnya agar lebih baik lagi dan tidak mengulangi kesalahan yang sama. Kita sudah melakukan strategi-strategi tersebut dari nol, dari bawah sekali kita lakukan. Bisa sampai pada titik ini ya karena kita terus melakukan evaluasi, terus berusaha mencari solusi atas kendala-kendala yang didapat sebelumnya. 6. Adakah strategi atau cara alternatif jika strategi utama gagal? - Karena kita berusaha dengan berbagai cara, jadi ya kita lakukan saja cara yang bisa kita lakukan, jika toh nantinya gagal, berarti strategi tersebut tidak berhasil dan akan dicari solusinya pada saat evaluasi. 7. Strategi apa saja yang dilakukan teater Koma dari mulai berdiri hingga sampai sebesar ini? - Wah, kalau ditanya hal itu sih kita sudah merasakan jatuh bangun demi teater Koma dapat dikenal masyarakatnya. Berawal kita dulu door to door, dari pintu ke pintu mencari sponsor maupun penonton. Yang namanya ditolak sana sini itu sudah kayak makanan sehari-hari, jadi kami menyikapinya ya wajar-wajar saja, mungkin ada yang kurang dari cara kami memasarkan, maka itu akan jadi pelajaran baru lagi untuk kita kedepannya. kemudian kita juga selalu menyimpan datadata setiap penonton, dan ternyata benar saja data tersebut sangat berguna untuk kami kedepannya. kita mulai memasarkan tiket dengan cara mengirim directmail ke mereka, atau juga SMS, dan banyak dari mereka yang sangat senang dengan pemberitahuan kami ini, mereka menganggap mereka menjadi bagian teater Koma, hingga muncullah penonton-penonton tetap dari situ, bahkan hingga terjadi regenerasi. Dan yang pasti publikasi juga kita kuatkan, kita berusaha menempel poster dimana-dimana, dikampus-kampus, sekolah-sekolah juga, cuma ada juga dari mereka yang menolak dan memandang kesenian teater dengan sebelah mata. Kemudian semenjak muncul dan berkembangnya media online kami juga tidak mau kalah, kami juga melakukan publikasi atau penyebaran informasi melalui media-media sosial yang ada, dan itu saya himbau seluruh anggota teater Koma untuk melakukan itu, tidak hanya divisi terkait saja. Nah, baru-baru ini juga kami sedang menjalin kedekatan dengan beberapa sekolah swasta di Jakarta dan sekitarnya, kita bekerjasama dengan sekolah tersebut dan kemudian mengadakan event seperti workshop keaktoran, latihan akting, belajar menari dengan para anggota kami yang mengajar tentunya. Jadi kami juga berusaha mengeksplor bakat-bakat yang ada di teater Koma supaya mereka juga berkembang, dan dampaknya bagi adalah kini mereka selalu menonton pertunjukkan kami, dan tidak tanggung-tanggung loh jumlah tiket yang mereka pesan hingga 250 tiket mereka booking. Tidak ada cara lain selain mendekatkan diri. 8. Adakah rencana strategi selanjutnya yang akan dilakukan? - Untuk kedepannya sih saya belum tahu ya ada atau tidaknya, karena kita harus memperhatikan minat pasar juga. Namun jika ada cara-cara baru yang lebih menguntungkan kenapa tidak? Pasti kita lakukan. 9. Apa yang dilakukan teater Koma hingga masih eksis sampai saat ini? - Ya tidak ada cara lain selain produktif. Kami selalu melakukan pertunjukkan minimal 1 kali dalam setahun, itupun minimal. Sehingga kami tidak ditinggalkan oleh penonton-penonton kami dan mampu akan terus berkembang. 10. Bagaimana dengan sistem / struktur kepengurusan di teater Koma khususnya bagian PR? - Untuk struktur sendiri kita memang memiliki struktur yang terbagi ke dalam berbagai divisi, begitu juga dengan bagian PR teater Koma meski kita tidak secara teoritis tapi PR kami memiliki divisi-divisi seperti divisi tiketing, sponsorship, pemasaran dan juga publikasi, itu semua sudah ada sejak awal-awal kami berdiri dan akan terus diperbarui jika memerlukan perubahan. Semua masih dalam naungan saya sebagai HRD atau penanggung jawab di urusan penonton. 11. Apa visi misi teater Koma? - Visi misi kita ya nama kita itu , koma. koma artinya tidak pernah titik, terus hidup dalam kesinambungan dengan harapan bahwa teater Koma tidak akan pernah mati. 12. Apa yang belum tercapai hingga saat ini? - Pertama, kami sampai saat ini belum memiliki gedung pertunjukkan sendiri. Karena mengingatkan berapa besar nominal yang harus dikeluarkan untuk membangun sebuah gedung pertunjukkan. Kemudian kami juga belum bisa mencakup penonton kami senusantara, masih sangat banyak di daerah-daerah sana yang belum mengenal seperti apa itu teater Koma. dan itu menjadi salah satu tugas berat bagi kami yang hanya kelompok seni dan tidak memiliki fasilitas apa-apa. Tapi selalu kami pikirkan bagaimana kami bisa mencakup seluruh nusantara maupun mancanegara. 13. Apa rencana kedepan yang akan dilakukan demi mempertahankan eksistensi didunia teater? - Ya yang pasti kami harus selalu mengadakan pertunjukkan minimal 1 kali dalam setahun, kemudian memperluas jaringan komunikasi kepada siapapun, juga mempertahankan penonton-penonton kami. Daftar Produksi Pementasan Teater Koma (1977 - 2011) No. Lakon Waktu pentas Tempat 1 Rumah Kertas 3-5 Agustus 1977 Teater Tertutup, TIM 2 Cermin 30 November 1977 TVRI 3 Maaf, maaf, maaf 12-16 April 1978 Teater tertutup, TIM 4 Maaf, maaf, maaf 5-6 Mei 1978 Universitas Indonesia 5 Gigi Busuk 6 Oktober 1978 TVRI 6 Anak Kandung 4 April 1979 TVRI 7 Si Bakil 31 Mei 1979 TVRI 8 J.J (Jian Juhro) 1-7 September 1979 Teater tertutup, TIM 9 Potret 12 April 1980 TVRI 10 Kontes 1980 22-28 Juli 1980 Teater Arena, TIM 11 Lubang 6 Agustus 1980 Granadha Jakarta 12 Kena Tipu 24 September 1980 TVRI 13 Lubang 15 Desember 1980 Granadha Jakarta 14 Citra Menguak 28 Januari 1981 Balai Sidang Senayan, Takdir Jakarta 15 Matahari-Matahari 16 Februari 1981 TVRI 16 Kopral Doel Kotjek 20-26 November 1981 Teater tertutup, TIM 17 Gelas Retak 17 September 1982 Teater tertutup, TIM 18 Bom Waktu 24-30 September 1982 Teater tertutup, TIM 19 Ibu Oktober 1982 TVRI 20 Bom Waktu 11-12 Desember 1982 Teater tertutup, TIM 21 Opera Ikan Asin 30 Juli-8 Agustus 1983 Teater tertutup, TIM 22 Opera Ikan Asin 20-21 Agustus 1983 Graha Bhakti Budaya (GBB), TIM 23 Pinangan 22 September 1983 Cibubur 24 Pemburu Perkasa 30 Oktober 1983 Bandung 25 Benang-Benang 14 Desember 1983 TVRI Rapuh 26 Lingkaran Putih 4 Maret 1984 TVRI 27 Opera Salah 5-6 Juni 1984 TVRI 1-8 Agustus 1984 GBB, TIM 3-4 Oktober 1984 GBB, TIM Kaprah 28 Opera Salah Kaprah 29 Opera Salah Kaprah 30 Balada Harijadi 20 Oktober 1984 Hotel Horizon 31 Tiga Merpati 4 Desember 1984 TVRI 32 Pemburu Perkasa 4 April 1985 Cipayung 33 Anak Kandung 19 April 1985 TVRI 34 Opera Kecoa 27 Juli-11 Agustus GBB, TIM 1985 35 Opera Kecoa 23-24 Agustus 1985 Bandung 36 Doea Dara 30 September 1985 Hotel Borobudur 37 Opera Kecoa 5-7 November 1985 GBB, TIM 38 Doea Dara 28 November 1985 TVRI 39 Merah Putih 14 Februari 1986 Setneg RI 40 Wanita-Wanita 20 April-5 Mei 1986 GBB, TIM Parlemen 41 Balada Komputer 15 Juli 1986 Metro Building 42 Opera Julini 22 November-7 GBB, TIM Desember 1986 43 Si Bakil 6 Februari 1987 Hotel Borobudur 44 Karina 6 April 1987 TVRI 45 Pesta Burung- 22 Agustus 1987 Balai Sidang Senayan, Burung 46 Sandiwara Para Binatang Jakarta 8-25 Oktober 1987 GBB, TIM 47 Opera Primadona 22 Maret-1 April 1988 Gedung Kesenian Jakarta (GKJ) 48 Dunia Fantasi 8 Agustus 1988 Maxima, Dufan 49 Sampek Engtay 27 Agustus-13 GKJ September 1988 50 Sampek Engtay 4-5 November 1988 Surabaya 51 Banci Gugat 27 Februari-7 Maret GKJ 1989 52 Sampek Engtay 8 April 1989 Surabaya 53 Sampek Engtay 20 Mei 1989 Medan 54 Perkawinan Figaro 7-22 Juli 1989 GKJ 55 Perkawinan Figaro Juli 1989 TVRI 56 Pinangan Juli 1989 Hotel Borobudur 57 Rembulan Terluka Oktober 1989 TVRI 58 Jumlah Kembang Desember 1989 TVRI 24 maret-19 april 1990 GBB, TIM 22 Juni 1990 Balai Sidang Senayan, Kota Paris 59 Konglomerat Buriswara 60 Pialang Segitiga Emas Jakarta 61 Si Bakil 28 Juli 1990 Hotel Borobudur 62 Suksesi 28 September-11 GBB, TIM November 1990 63 Opera Kecoa 28 November-7 GKJ Desember 1990 64 Balada Bankir 19 Januari 1991 Hotel Hilton 65 Kena Tipu 24 Februari 1991 Hotel Horizon 66 OKB 20-30 Juli 1991 GBB, TIM 67 RSJ 20 November-3 GKJ Desember 1991 68 Bunga, Turun 14 januari 1992 Hotel Sari Pasific Kamu! 69 RSJ 20-22 Februari 1992 Teater tertutup, TIM 70 RSJ 10-15 Maret 1992 Teater Tertutup, TIM 71 Tiga Dewa dan 27 Juni-12 Juli 1992 GKJ 21 November-6 GBB, TIM Kupu-kupu 72 Tenung Desember 1992 73 Raja Ubu 23 April-6 Mei 1993 GKJ 74 Alpharma Juni 1993 TMII, Jakarta 75 Rampok 1-9 Oktober 1993 GBB, TIM 76 Opera Ular Putih 23 April-8 Mei 1994 GBB, TIM 77 Onah dan November 1994 TVRI 25 November-8 GBB, TIM Impiannya 78 Semar Gugat Desember 1995 79 Cinta yang Serakah 7-22 Juni 1996 GBB, TIM 80 Sampek Engtay 15-25 Juni 1997 GBB, TIM 81 PASTOJAK 1 Agustus-1 September PKJ, TIM 1997 82 Kala 3 November 1997 GBB, TIM 83 Opera Sembelit 25 Juli-7 Agustus 1998 GKJ 84 Opera Sembelit 16-18 November 1998 GBB, TIM 85 Opera Ikan Asin 10-24 april 1999 GBB, TIM 86 Sampek Engtay 10-24 November 1999 Teater Tanah Air, TMII dan 10 Februari 2000 87 Opera Primadona 28 Juli-13 Agustus Teater Tanah Air, TMII 2000 88 Samson Delila 12-17 September 2000 TTA, TMII 89 Kena Tipu 31 Desember 2000 Legenda Cafe 90 The Winning Team 20 Januari 2001 Assembly Hall JCC Polytron 91 Kena Tipu 6 April 2001 GRJ Bulungan 92 Kala Juni 2001 Keliling 12 kota 93 Opera Salon 2001 Lateve 94 Republik Bagong 27 April-7 Mei 2001 GBB, TIM 95 Bintang-Bintang Astra Award Balai Samudra Jakarta 96 Presiden Burung- 25 September-1 GKJ Burung Oktober 2001 97 Sampek Engtay 11-13 Mei 2002 Tiara, Medan 98 Roman Yulia 20 Oktober-2 GKJ November 2002 99 Komedi Nusa Getir Juni 2003 TPI 100 Opera Kecoa 4-19 Juli dan 19-21 GKJ dan Bandung September 2003 101 Rock Opera 20 Agustus 2003 JHCC, Senayan 102 Sampek Engtay 24-25 Januari 2004 Yogyakarta 103 Republik Togog 28 Juli-6 Agustus 2004 GKJ 104 Menjadi Lebih Oktober 2004 Hotel Regent Jakarta Baik 105 Maaf. Maaf. Maaf 2-15 Maret 2005 GBB, TIM 106 Jalan Samurai Juni 2005 GKJ 107 Tanda Cinta 27-29 Juli 2005 GBB, TIM 108 Untuk Data 6 Oktober 2005 Hotel Mulia 109 Sampek Engtay 14-16 Februari 2006 GKJ 110 Festival Topeng 5-14 Mei 2006 GBB, TIM 111 Kunjungan Cinta 12-28 Januari 2007 GBB, TIM 112 Petualangan Agen 1 Juli 2007-Januari Citibank Penny 2008 , Juli 2008-Januari 2009, November 2009- Januari 2010 113 Kenapa Leonardo? 11-25 Januari 2008 GBB, TIM 114 Kabaret Juni-November 2008 Metro TV 115 Hidup Indah 7 Juni 2008 Auditorium Sapta Tanpa Tembakau pesona Dep. BudPar 116 Republik Petruk 9-25 Januari 2009 GBB, TIM 117 Tanda Cinta 14-25 Mei 2009 GBB, TIM 118 Penggali Intan 1-2 Agustus 2009 Teater kecil, TIM 119 Sie Jin Kwie 5-21 Februari 2010 GBB, TIM 120 Rumah Pasir 29 Oktober-7 Salihara dan Surabaya November 2010 dan 12-14 November 2010 121 Raden Bei Soeri Japan Foundation, Retno dan Will Jakarta. Acure The Nation 122 Sie Jin Kwie Kena 4-26 maret 2011 GBB, TIM 12 Maret-15 Mei 2011 Museum Fatahillah Fitnah 123 Mistery of Batavia -