MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian lapangan dilaksanakan pada enam kawasan yaitu Nagerawe, Ndora, Lambo, Ratedao, Rendu dan Munde, yang terdiri dari sembilan desa yaitu Desa Dhereisa, Bidoa, Tedakisa, Renduwawo, Ulupulu, Nagarawe, Rendubutowe, Lambo, dan Natatoto di Kabupaten Nagekeo, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Analisis proksimat dilakukan di Pusat Studi Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi, Institut Pertanian Bogor, sedangkan untuk analisa Kecernaan Bahan Kering (KCBK), Kecernaan Bahan Organik (KCBO), produksi NH3 dan produksi VFA secara in vitro dilakukan di Laboratorium Nutrisi Ternak Perah, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Februari 2011 sampai dengan bulan Mei 2011. Materi Peralatan yang dipergunakan dalam pengambilan sampel rumput padang penggembalaan adalah petak cuplikan berukuran 0,5 x 0,5 m, alat pemotong rumput, dan kantong tempat sampel rumput. Alat yang digunakan untuk pengambilan sampel tanah adalah alat untuk mengambil tanah dan kantong tempat sampel tanah. Peralatan utama yang digunakan dalam pengukuran KCBK, KCBO, produksi NH3 dan VFA antara lain polyethilen glass 100 ml, tabung gas CO2, termos, kain penyaring, waterbath suhu 39 oC, cawan Conway, sentrifuse, pompa vakum, oven 105oC, tanur, magnetic stirrer, destilator, buret, kondensor, tabung fermentor ukuran 100 ml, tutup karet berventilasi, pipet automatic 10-1000µl, panci press cooker, dan seperangkat alat destilasi. Peralatan yang digunakan dalam analisa proksimat adalah oven 150 oC, tanur 600 oC, labu soxhlet, labu Kjeldahl, dan corong Buchner. Bahan yang digunakan adalah sampel rumput dan sampel tanah masingmasing desa. Untuk analisis KCBK/KCBO, produksi NH3 dan VFA digunakan cairan rumen yang diambil dari sapi fistula PO (Peranakan Ongole) dengan bobot badan 250 kg. Prosedur Penentuan Lokasi Penelitian Kabupaten Nagekeo terdiri dari 7 kecamatan yang meliputi 78 desa. Dari 7 kecamatan tersebut dipilih enam kawasan yaitu Nagerawe, Ndora, Lambo, Ratedao, Rendu dan Munde, yang terdiri dari sembilan desa yaitu Desa Dhereisa, Bidoa, Tedakisa, Renduwawo, Ulupulu, Nagarawe, Rendubutowe, Lambo, dan Natatoto. Pemilihan desa ini berdasarkan luasan padang penggembalaan yang dimiliki masingmasing desa sangat potensial untuk pengembangan ternak ruminansia. Pengambilan Sampel Tanah dan Analisis Tanah Sampel tanah diambil secara acak pada tiga titik yang berbeda di masingmasing padang penggembalaan, kemudian dikomposit dan diambil sebanyak 200 gram untuk dianalisis di laboratorium. Analisis yang dilakukan meliputi analisis tekstur dengan metode pipet, analisis pH tanah dengan menggunakan pH meter dan analisis nilai tukar kation dengan metode NH4-Asetat 1N. Untuk analisis bahan organik yaitu C (karbon) dengan metode Walkey dan Black, analisis N dengan metode Kjeldahl, analisis P2O5 dengan metode Olsen dan analisis K2O menggunakan metode Bray 1. Pengambilan Sampel Rumput dan Analisis Sampel Rumput Masing-masing Desa Pengambilan sampel rumput dan pengukuran kapasitas tampung dilakukan dengan menggunakan Metode Hall, yaitu berdasarkan hijauan yang tersedia. Metode untuk menentukan letak petak cuplikan dengan cara pengacakan. Prosedur pengambilan sampel rumput dan penentuan kapasitas tampung dengan Metode Hall adalah sebagai berikut: Sampel rumput diambil pada 3 titik untuk setiap desa. Sampel rumput ditentukan dengan mengambil petak cuplikan pertama secara acak seluas 0,25 m2. Petak cuplikan kedua diambil jarak 10 langkah ke kanan dari petak cuplikan pertama dengan luas 0,25 m2. Cuplikan ketiga selanjutnya diambil pada jarak lurus 125 m dari cuplikan kedua. Hijauan tersebut kemudian dimasukkan dalam kantong kemudian ditimbang bobot segarnya. Selanjutnya ditentukan Proper Use Factor (PUF) sehingga dapat ditentukan produksi hijauan yang tersedia untuk ternak. 14 Faktor musim berpengaruh terhadap produktivitas padang rumput maka ditentukan waktu istirahat (rest) dan waktu merumput (stay) dengan rumus Voisin yaitu: (Y-1)s = r dimana : Y = jumlah satuan luas tanah (paddock) terkecil yang dibutuhkan seekor sapi (1 ST) s = periode merumput (stay) = 30 hari r = periode istirahat (rest) = 10 minggu = 70 hari Sampel rumput yang telah didapatkan kemudian diidentifikasi jenis rumputnya untuk menentukan komposisi botani padang penggembalaan masingmasing desa. Setelah melakukan identifikasi, sampel kemudian dikomposit dan dimasukkan ke dalam kantong untuk ditimbang bobot segarnya, selanjutnya dikering udara untuk mengetahui berat kering dan dikeringkan di oven 105 ºC untuk diketahui bahan keringnya (BK/0,25 m2). Bahan kering yang didapat kemudian dikonversi ke dalam luasan lahan padang penggembalaan masing-masing desa sehingga didapat total produksi BK masing-masing desa. Selanjutnya dilakukan evaluasi kandungan nutrisi sampel rumput menggunakan analisa proksimat untuk diketahui kandungan kadar air (KA), kadar abu, protein kasar (PK), lemak kasar (LK) dan serat kasar (SK). Untuk penentuan TDN menurut Sutardi (1981) digunakan persamaan regresi berganda untuk menduga TDN dari komposisi proksimat. Nilai TDN untuk hijauan dengan SK > 18% didapatkan dengan rumus : % TDN = 92,464 – 3,338 SK – 6,945 LK – 0,762 Beta-N + 1,115 PK + 0,031 SK2 – 0,133 LK2 + 0,036 (SK)(Beta-N) + 0,207 (LK)(Beta-N) + 0,1 (LK)(PK) – 0,022 (LK)2(PK) Tahap selanjutnya adalah evaluasi kandungan nutrisi sampel rumput secara in vitro yaitu Koefisien Cerna Bahan Kering (KCBK), Koefisien Cerna Bahan Organik (KCBO), produksi NH3 dan produksi VFA. Perhitungan KCBK dan KCBO berdasarkan Tilley dan Terry (1969). Pengukuran produksi NH3 menggunakan metode Mikrodifusi Conway (General Laboratory Procedures, 1966). Sedangkan pengukuran produksi VFA dilakukan dengan menggunakan metode steam destilasi (General Laboratory Procedures, 1966). 15 Ketersediaan BK/ha dihitung dari produksi BK/ha setelah dikalikan dengan Proper Use Factor (PUF) untuk tekanan penggembalaan sedang yaitu 45%. Ketersediaan BK/ha = 45% x Produksi BK/ha Berdasarkan data kecernaan bahan kering (KCBK) dihitung ketersediaan bahan kering tercerna per ha, dengan rumus : Ketersediaan BK tercerna/ha = BK/ha x %KCBK Ketersediaan BK tercerna masing-masing desa dihitung dengan cara mengalikan ketersediaan BK tercerna/ha dengan luasan padang penggembalaan masing-masing desa. Kemudian dihitung kapasitas tampung berdasarkan ketersediaan BK tercerna. Asumsi: Bobot badan (BB) ternak = 300 kg Konsumsi BK = 3 % BB/hari Pakan = 100% rumput padang penggembalaan Kebutuhan BK = 3% x 300 kg = 9 kg/ekor/hari Nilai kecernaan pakan yang baik bila lebih besar dari 60% (Sutardi,1980) Kebutuhan BK tercerna = 60% x 9 kg/ekor/hari = 5.4 kg/ekor/hari Jumlah satuan luas tanah (paddock) = 3 ; dengan periode istirahat (r) = 10 minggu (70 hari) Kebutuhan luas tanah per bulan (30 hari) = Kebutuhan BK tercerna selama 30 hari Produksi hijauan per ha Kebutuhan luas tanah per tahun (ha/ST) = 3 x Kebutuhan luas tanah per bulan Kapasitas tampung (ST/ha) = 1 Kebutuhan luas tanah per tahun Potensi pengembangan ternak ruminansia dihitung berdasarkan kapasitas tampung berdasarkan ketersediaan BK tercerna (ST/ha) dikali dengan luas padang penggembalaan masing-masing desa. Skoring Masing-masing Desa Perhitungan skor masing-masing desa dilakukan dua tahap, pertama penentuan nilai setiap parameter berdasarkan kriteria penilaian (Tabel 2) dan kedua penentuan skor setiap parameter setelah dikalikan dengan bobot setiap parameter. Bobot setiap parameter ditentukan berdasarkan tingkat pengaruhnya terhadap penentuan potensi padang penggembalaan yang berkualitas yaitu untuk bobot kapasitas tampung BK tercerna, kondisi tanah, dan kualitas nutrisi berturut-turut 16 adalah 40%, 30% dan 30%. Selanjutnya ditentukan desa yang paling potensial berdasarkan beberapa parameter dengan melihat nilai terbesar yang diperoleh dari masing-masing desa tersebut. Tabel 2. Kriteria Penilaian Parameter Kondisi Tanah* pH N C P K KTK Kualitas Protein Nutrisi Kasara) TDNa) NH3b) VFAc) Kapasitas Tampung BK Tercerna** Sangat Rendah 1 < 5,0 < 0,1 < 1,00 < 10 < 0,1 <5 < 4,0 Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi 2 5,1-6,0 0,1-0,2 1,0-2,0 10,0-15,0 0,1-0,2 5,0-16,9 4,0-6,0 3 6,1-6,5 0,21-0,5 2,01-3,00 16-25 0,3-0,5 17,0-24,9 6,1-8,0 4 6,6-6,9 0,51-0,75 3,01-5,00 26-35 0,6-1 25,0-40,0 8,1-10,0 5 7,0 > 0,75 > 5,00 > 35 > 1,0 > 40,0 > 10,0 < 40 < 6,0 < 80 40-45 6,0-7,0 80-100 45,1-50 7,1-8,0 100,1-130 50.1-55 8,1-9,0 130,1-160 > 55 > 9,0 > 160 < 0,1 0,11-0,2 0,21-0,3 0,31-0.5 > 0.5 Keterangan : * Kriteria Penelitian Sifat Kimia Tanah (Hardjowigeno, 1993) **Standar Kapasitas Tampung Daerah Tropika (Mcllroy, 1964) a) NRC (2001) b) McDonald et al. (2002) c) Sutardi (1980) Rancangan dan Analisis Data Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan lokasi sebagai perlakuan (9 perlakuan) dan 3 ulangan. Perlakuannya adalah sebagai berikut: P1 = Desa Ulupulu P2 = Desa Renduwawo P3 = Desa Tedakisa P4 = Desa Dhereisa P5 = Desa Natatoto P6 = Desa Bidoa P7 = Desa Lambo P8 = Desa Nagarawe P9 = Desa Rendubutowe 17 Model matematik yang digunakan adalah sebagai berikut: Yij = µ + αi + εij Keterangan: Yij = Hasil pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j µ = Nilai rataan umum αi = Pengaruh perlakuan ke-i εij = Pengaruh galat pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j i = 1, 2, . . , 9 j = 1, 2, 3. Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam (ANOVA), jika terdapat perbedaan nyata, signifikansi dihitung dengan menggunakan Uji Lanjut Kontras Ortogonal. 18