T A R I K E C E T A N D A L A M T R A D I S I K E D U K ………| 49 TARI KECETAN DALAM TRADISI KEDUK BEJI DESA TAWUN KECAMATAN KASREMAN KABUPATEN NGAWI (MAKNA SIMBOLIS DAN SUMBER PEMBELAJARAN SEJARAH LOKAL) Retnaning Tyas Ayu Novitasari * Muhammad Hanif* Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna simbolis tari kecetan dan sumber pembelajaran sejarah lokal di Desa Tawun Kecamatan Kasreman Kabupaten Ngawi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Sumber data yang digunakan yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Validasi yang digunakan untuk menguji kebenaran dan keabsahan data menggunakan triangulasi sumber. Hasil penelitian yang diperoleh yaitu di Desa Tawun Kecamatan Kasreman Kabupaten Ngawi yakni Makna simbolis gerakan tari kecetan dan bisa dijadikan sebagai sumber pembelajaran sejarah lokal. Tari kecetan memiliki keunikan dengan menampilkan gerakan tari yang berada di dalam air Sendang Beji. Tari kecetan itu berasal dari kata “Kecet” yang berarti tumit, tumit itulah yang dijadikan sasaran untuk dipukul menggunakan bambu yang dilakukan oleh para pemuda pria. Gerakan tari dimulai dari gerakan rasa syukur terhadap Tuhan YME, kemudian memulai mengerjakan pekerjaan menguras sendang, memukul tumit ke orang lain yang dilakukan oleh pemuda pria serta menggambarkan warga sedang bergotong royong membersihkan Keduk Beji. Tari kecetan dalam tradisi keduk beji dilakukan turun temurun dan dilestarikan masyarakat Desa Tawun sejak jaman dahulu sehingga menjadi aset budaya Kabupaten Ngawi. Tari kecetan tersebut terdapat dalam pembelajaran sejarah lokal pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) kelas 4 SD pada kompetensi dasar 1.4. yaitu menghargai keragaman suku bangsa dan budaya setempat (Kabupaten/Kota, Propinsi) serta sudah digunakan dalam ekstrakurikuler dan setiap tahun tari ini dipertunjukkan dalam menyambut hari kemerdekaan. Dampak positif bagi generasi penerus adalah pentingnya mempelajari sejarah dan budaya lokal khususnya di Kabupaten Ngawi. Harapannya adalah mampu melestarikan dan menjaga budaya lokal yang dimiliki daerah tersebut. Kata Kunci: Tari Kecetan, Makna Simbolis, Sumber Pembelajaran Sejarah Lokal Pendahuluan pola pikir yang bermacam-macam. Hal Indonesia merupakan negara yang tersebut menjadikan Indonesia memiliki memiliki banyak pulau dan keberagaman keanekaragaman budaya. Budaya adalah suku suatu keseluruhan kompleks yang meliputi bangsa wilayah yang Indonesia. tersebar Setiap diseluruh pulau yang pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, tersebar di Indonesia terdapat berbagai keilmuan, hukum, daerah yang penduduknya mempunyai ciri kemampuan yang lain serta kebiasaan yang khas yang tidak sama. Keadaan alam, didapat oleh manusia sebagai anggota beragamnya agama, sistem sosial, kondisi masyarakat (E. B. Taylor dalam Elly, Kama, ekonomi dan lain sebagainya membawa Ridwan, 2007: adat 27). istiadat, dan Keanekaragaman * Retnaning Tyas Ayu Novitasari adalah Alumni Mahasiswa Pendidikan Sejarah UNIVERSITAS PGRI MADIUN * Muhammad Hanif adalah Kaprodi Pendidikan IPS Pascasarjana UNIVERSITAS PGRI MADIUN 50 | JURNAL AGASTYA VOL 7 NO 1 JANUARI 2017 budaya tersebut disertai keunikan yang pertama sampai ke tiga adalah tahap berbeda-beda. Keunikan tersebut menjadi persiapan, sedangkan hari ke empat adalah kekhasan dari setiap adat dan budaya puncak acara masyarakat Desa Tawun mulai masing-masing daerah. Salah satu daerah membersihkan sendang. Tarian tersebut yang memiliki banyak adat dan budaya digelar di Sendang Beji diyakini sebagai beranekaragam dan unik adalah Jawa simbol kehidupan mereka. Tari Kecetan ini Timur. Masyarakat Jawa Timur umumnya masih sering ada pagelaran dan dilestarikan masih menganut kepercayaan adat dan hingga saat ini. budaya yang diwariskan oleh nenek moyang Oleh karena Kecetan yang dimiliki menjadi merupakan salah satu Kabupaten yang khususnya berada di Jawa Timur yang mempunyai Kasreman Kabupaten Ngawi Jawa Timur. berbagai yang Mengingat Tari Kecetan ditampilkan setiap Kesenian tahun sekali, sehingga tari kecetan ini tradisional tersebut diantaranya yaitu tari termasuk tari yang bersifat sakral. Tari Orek-Orek, tari Pentul, tari Kecetan, tari Kecetan Bedoyo Srigati, tari Gaplik. masyarakat Desa Tawun, namun belum merupakan warisan tradisional budaya. Berdasarkan berbagai tarian yang budaya Tari salah satunya adalah daerah Ngawi. Ngawi kesenian aset itu Desa ini Tawun dapat Kecamatan dinikmati oleh banyak yang mengetahui makna simbolis hidup dan berkembang di Kabupaten Ngawi serta salah satunya adalah tari Kecetan. Tari pembelajaran sejarah lokal. Untuk itu Kecetan digunakan oleh masyarakat Desa menarik bagi penulis dan merasa penelitian Tawun Kecamatan Kasreman Kabupaten tentang Tari Kecetan Dalam Tradisi Keduk Ngawi ini dalam tradisi Keduk Beji. Keduk Beji sebagai sumber belajar sejarah lokal dalam bahasa Jawa artinya mengeruk atau untuk diteliti. membersihkan sendang. Jadi dan beji Keduk adalah Beji berpotensi nama sebagai sumber Rumusan Masalah artinya Berdasarkan latar belakang masalah, membersihkan Sendang Beji. Tradisi Keduk maka permasalahan yang timbul dapat Beji merupakan upacara membersihkan dirumuskan sebagai berikut: sendang yang dilakukan setiap satu tahun 1. Bagaimanakah pertunjukkan tari sekali pada hari Selasa Kliwon, setelah Kecetan dalam Tradisi Keduk Beji di Desa musim panen. Tawun Kecamatan Kasreman Kabupaten Lokasi tradisi ini berada di Sendang Ngawi? Beji di dalam objek Wisata Tawun. Dalam 2. Makna tardisi Keduk Beji serangkaian acara berlangsung selama empat hari. Pada hari simbolis apa saja yang terkandung dalam tari Kecetan dalam T A R I K E C E T A N D A L A M T R A D I S I K E D U K ………| 51 Tradisi Keduk Beji di Desa Tawun Darsono (dalam Edy Tri Sulistyo Kecamatan Kasreman Kabupaten Ngawi? 2005: 91) juga berpendapat bahwa tari 3. Makna simbolis apa saja yang ada dalam adalah ekspresi jiwa manusia yang tari Kecetan dalam Tradisi Keduk Beji diwujudkan dalam suatu gerak ritmis yang dapat indah. Pendapat yang lain dijelaskan oleh digunakan sebagai sumber pembelajaran sejarah lokal? Cooric Hartong (dalam Nooryan Bahari Tujuan Penelitian 2008: 56) menjelaskan bahwa tari adalah Adapun yang menjadi tujuan dari gerak-gerak yang diberi bentuk ritmis dari penelitian ini adalah: badan dalam ruang. Kamaladevi (dalam 1. Untuk mendeskripsikan pertunjukkan Nooryan Bahari 2008: 56) memberikan Tari Kecetan dalam Tradisi Keduk Beji di batasan-batasan Desa merupakan desakan perasaan manusia yang Tawun Kecamatan Kasreman Kabupaten Ngawi. 2. Untuk mendorong menganalisis dan mendeskripsikan makna simbolis yang mencari tentang manusia ungkapan tari yang tersebut berupa untuk gerak-gerak ritmis. terkandung Tari Kecetan dalam Tradisi Dengan demikian uraian tersebut Keduk Beji di Desa Tawun Kecamatan diatas dapat disimpulkan bahwa seni tari Kasreman Kabupaten Ngawi. merupakan keindahannya dapat dinikmati 3. Untuk menganalisis makna simbolis Tari dari gerakan-gerakan tubuh yang ritmis. Kecetan dalam Tradisi Keduk Beji dapat Selain gerakan juga terdapat unsur lain digunakan sebagai sumber pembelajaran yaitu irama, jiwa, dan juga harmoni. sejarah lokal. Sepertinya halnya tari kecetan yang berada Kajian Pustaka di desa Tawun. Tari kecetan merupakan A. Seni Tari salah satu dari perwujudan ungkapan 1. Pengertian Seni Tari perasaan jiwa yang harmonis dari manusia Seni tari merupakan salah satu yang diwujudkan melalui suatu gerakan- bagian dan kesenian. Arti seni tari adalah gerakan tubuh yang ritmis. keindahan gerak anggota-anggota badan 2. Macam-macam Seni Tari manusia yang bergerak, berirama dan Bagong Kussudiarja (2000: 13) berjiwa atau dapat diberi arti bahwa seni menjelaskan dalam seni tari demikian Pula, tari adalah keindahan bentuk anggota badan berbagai macam tari daerah itu menjadi manusia yang bergerak, berirama dan milik bangsa Indonesia, Sehingga kaya berjiwa dengan yang harmonis Kussudiardja 2000:11). (Bagong seni tari. Seni tari tersebut mempunyai ragam dan sifat yang berlainan satu dengan lainnya, meskipun demikian 52 | JURNAL AGASTYA VOL 7 NO 1 JANUARI 2017 dalam jiwa dan watak tetap “ Bhinneka Tari ini sederhana, baik gerak, irama Tunggal Ika”. Pada garis besarnya ada pakaian, riasan maupun temanya, yang empat macam jenis tari, yaitu: biasanya semua itu dilakukan dengan a. Tari untuk putra dan putri spontanitas, tak ada peraturan atau Setiap daerah atau negara, antara tari hukum yang seragam dan tertentu. Tari untuk terdapat semacam ini dapat dilihat di daerah perbedaan. Hal tersebut menunjukkan Indonesia, terutama di pedalaman. Tari bahwa tari untuk pria banyak dilakukan tersebut biasanya menjadi rangkaian oleh wanita, begitu sebaliknya. upacara pria dan wanita b. Tari untuk upacara keagamaan rasa maupun upacara keagamaan. Tari semacam ini dipergunakan untuk menyampaikan adat bakti b. Klasik manusia Tari klasik adalah sebuah tari yang kepada Tuhan, misalnya tari Pendhet lahir dan tumbuh di daerah atau dapat dari Bali. hidup dan berkembang di segala zaman, c. Tari untuk di pertunjukkan Tari telah mengalami banyak perubahan, dipertunjukkan lebih perubahan ini biasanya hanya menitikberatkan pada segi keindahan menyangkut segi teknis, sedang ciri dan dan kehalusan atau kedinamikaannya, watak dari tari itu tidak berubah. Selain misalnya tari lilin dan tari topeng. itu tari klasik mempunyai hukum-hukum yang kuat, dalam perwujudannya klasik d. Tari untuk pergaulan lebih cenderung pada keabstrakan, yang Tari untuk pergaulan atau hiburan ini memiliki simbolik dengan latar belakang biasanya menggunakan gerak dan irama falsafah yang dalam. yang sederhana, agar tarian tersebut mudah dipelajari, misalnya tari Tayub dari Jawa Tengah. Tari modern adalah sebuah tari yang dalam bentuk watak, jiwa dan 3. Sifat Seni Tari Bagong c. Modern iramanya bebas dari ikatan, norma dan Kussudiarja (2000: 13-14) hukum tari yang oleh karenanya setiap sasarannya adalah pembaruan dari segi di Indonesia dapat di tari ada, menjelaskan seni tari yang terdapat di daerah dalam telah modern ini golongkan menjadi tiga sifat, yaitu: bentuk, watak, jiwa maupun iramanya, a. Primitif seperti Tari primitif atau lebih dekenal dengan istilah tarian rakyat, banyak lahir dan tumbuh di daerah-daerah Indonesia. halnya pembaharuan dalam bidang seni yang lain, misalnya sastra, musik, lukis dan lain-lain. T A R I K E C E T A N D A L A M T R A D I S I K E D U K ………| 53 Menurut Bagong Kussudiarja (2000: keseimbangan bentuk, gerak, irama 12-16) unsur dalam tari terdapat elemen- ruang, pakaian, rias, warna-warna, garis elemen yang terdiri dari: yang dipergunakan dalam pakaian tari dan lain sebagainya. a. Gerak Dari penjelasan terebut di atas dapat Seperti halnya dengan bentuk, gerak disimpulkan dalam seni tari mempergunakan anggota dibedakan menjadi empat macam yaitu seni badan tari untuk putra dan putri, tari untuk manusia. menggunakan Misalnya jari-jari saja pergelangan upacara bahwa seni keagamaan, untuk di pertunjukkan, badan tersebut dapat sendiri atau dapat Sedangkan menurut sifatnya seni tari bergabung, dan tersebut dibedakan menjadi tiga yaitu berurutan antara anggota badan satu primitif, klasik, dan modern. Dan menurut dengan anggota badan yang lain. unsurnya tari dibedakan menjadi elemen- b. Irama untuk dapat tangan dan lain sebagainya. Anggota bersambungan, tari tari tari hiburan. elemen yang terdiri dari empat yaitu gerak, Setelah adanya gerak anggota-anggota irama, jiwa, harmoni. badan manusia yang telah dibentuk, B. Makna Simbolis maka, bentuk dan gerak harus berirama Pengertian simbolis menurut cepat dan dapat berirama lambat. Irama (Herusatoto, 2008: 17) menjelaskan bahwa dalam tari harus sejalan dengan apa yang kata symbol berasal kata Yunani symbolos dikehendaki oleh pembuatnya. yang berarti tanda atau ciri yang memberi c. Jiwa tau kan sesuatu hal kepada seseorang. Bentuk dan gerak tari ini dapat dilakukan Selain pengertian diatas, (Saifudin, 2005: dengan irama dan jiwa yang harmonis, 289-290) mengatakan symbol adalah objek, maka untuk melaksanakan harus dengan kejadian, bunyi bicara, atau bentuk-bentuk kemampuan yang menjiwai. tertulis yang diberi makna manusia, bentuk d. Harmoni Harmoni primer dari simbolisasa oleh manusia baik adalah melalui bahasa. Tetapi, manusia juga keselarasan gerak suara, bentuk, warna berkomunikasi menggunakan tamda dan garis dan sebagainya. Untuk membuat symbol dalam lukisan, tarian, musik dan harmoni harus dipergunakan perasaan sebagainnya. dengan adalah keselarasan, didampingi pertimbangan- Menurut Rafael Raga Maram (2000: pertimbangan pikiran. Dalam hal ini 29)simbol tersebut dapat berupa bahasa, adanya keselarasan atau keharmonisan gerak-isyarat, bisa juga berupa bunyi, dalam ataupun yang mempunyai arti. Simbol- tari artinya harus ada 54 | JURNAL AGASTYA VOL 7 NO 1 JANUARI 2017 simbol ini dapat untuk menciptakan, Sudah menjadi keharusan bagi seorang guru mengkomunikasikan dan mengambil bagian untuk mengeksplorasi berbagai macam serta mengalihkan komponen-komponen sumber untuk mendapatkan alat bantu yang kebudayaan kepada generasi berikutnya. tepat untuk mengajar dan melengkapi apa Hal senada juga dikatakan simbolis yang sudah disediakan oleh buku cetak, /sim’bo’lis/ a sebagai lambang; menjadi untuk lambang; memperluas mengenai lambang; lukisan menambah informasi konsep, untuk dan untuk peserta didik (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008: membangkitkan 1308). diatas (Kochhar, 2008: 160). Selain pendapat di makna simbolis dapat didefinisikan, sebagai atas, sumber belajar adalah segala sesuatu suatu aktifitas yang merupakan ciri khas yang dapat dimanfaatkan oleh siswa untuk manusia yakni penggunaan komunikasi atau mempelajari bahan dan pengalaman belajar petukaran symbol yang diberi makna agar sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai saling interaksi. (Sanjaya, 2006: 174). Berdasarkan pengertian Manusia adalah mahkluk budaya, minat , Menurut (Sitepu, dan budaya manusia penuh dengan simbol- menyatakan simbol, sehingga dapat dikatakan bahwa dirumuskan dalam berbagai pengertian budaya manusia penuh diwarnai dengan sesuai simbolisme dipergunakan. (Herusatoto, 2008: 46). bahwa 2014:18) dengan Dari belajar dapat paradigma yang pengertian belajar Sepanjang sejarah manusia simbolisme menurut behaviorisme, kogutivisme, dan telah tindakan-tindakkan kontruktivisme, dapat disimpulkan bahwa manusia baik tingkah laku, bahasa, ilmu belajar adalah usaha sadar yang dilakukan pengetahuan, maupun religinya. secara mewarnai Dengan demikian bila membahas terencana, menggunakan sistematis, dan tertentu untuk metode tentang simbol merupakan suatu tanda atau mengubah lambang melalui interaksi dengan sumber belajar. yang dapat menggambarkan perilaku relative menetap sesuatu dan memberikan suatu makna agar Mengelola sumber belajar sebaiknya saling berinteraksi. Di dalam simbol-simbol memperhatikan sumber daya yang ada di terdapat pula bahasa, gerak- isyarat, bisa sekolah dan melibatkan orang-orang yang juga ada di dalam sistem sekolah tersebut. berupa bunyi, ataupun yang mempunyai arti. Pembahasan tentang pengelolaan sumber C. Sumber Pembelajaran Sejarah belajar meliputi sumber daya sekolah dan 1. Pengertian Sumber Belajar pemanfaatan Sumber pembelajaran adalah sarana pembelajaran dan pengajaran yang penting. sumber daya sekolah (Yamin, 2013: 99). lingkungan T A R I K E C E T A N D A L A M T R A D I S I K E D U K ………| 55 Menurut Slameto, (1991: 150-151), Merupakan jenis sumber belajar adalah sumber belajar bermanfaat dan berfungsi orang sebagai berikut: direncanakan dalam kegiatan belajar- a. Meningkatkan produktivitas pengajaran. mengajar, guru, konselor, administrator b. Memungkinkan pendidikan, tutor dan sebagainya. pengajaran kemungkinan yang sifatnya lebih individual. atau terhadap pengajaran yang b. Bahan Pengajaran Sumber c. Memberikan dasar yang lebih ilmiah masyarakat belajar dinamakan media pengajaran yang mencangkup bahan cetak, film strip, slides, fotografi, peta, d. Lebih memantapkan pengajaran. global, e. Memungkinkan belajar secara seketika. merupakan f. Memungkinkan pengajaran sumber yang ada. Media pengajaran yang lebih luas, terutama dengan adanya merupakan sarana untuk pengajaran dan media masa. proses belajar mengajar. penyajian Dengan demikian dapat disimpulkan dan lain sebagainya kombinasi dari yang semua c. Situasi Belajar (lingkungan) bahwa sumber pembelajaran merupakan Situasi (lingkungan) adalah tempat dan suatu kegiatan belajar baik di sekolah lingkunagn belajar mengajar. Lingkungan maupun di luar digunakan sekolah dalam memudahkan yang dapat tersebut tidak bersifat netral. Situasi dan mendukung dan lingkungan yang sebagai tempat sumber proses pembelajaran belajar seperti gedung sekolah, sehingga mempermudah memcapai tujuan perpustakaan, laboratorium dam lain pembelajaran tersebut. Selian itu sumber sebagianya. belajar bermanfaat dan berfungsi sebagai meningkatkan memberikan produktivitas dasar pengajaran, ilmiah, lebih d. Alat dan Perlengkapan Belajar Untuk sarana prasana belajar yang memproduksi, pameran, simulasi dan memantapkan pengajaran secara seketika, sebagainya. Misalnya proyektor slide, menungkinkan pengajaran yang bersifat OHP dan lain sebagainya. individual dan pengajaran lebih luas e. Aktivitas (teknik) terutama dengan media masa. Aktivitas sebagai sumber belajar 2. Jenis-jenis Sumber Belajar biasanya selaras dan kombinasi dengan Slameto (1991: 152) menjelaskan sumber belajar yang lain. Aktivitas ini bahwa jenis-jenis sumber belajar dapat direncanakan sebagai sumber belajar diuraikan sebagai berikut: lebih banyak merupakan teknik khusus a. Manusia Sumber (Orang, Masyarakat) yang memberikan fasilitas belajar. 56 | JURNAL AGASTYA VOL 7 NO 1 JANUARI 2017 Misalnya pengajaran terprogram, belajar sendiri, ceramah, tanya jawab. Pendapat yang sama dikemukakan oleh Kartodirdjo bahwa seringkali hal-hal D. Sejarah Lokal yang ada ditingkat nasional baru bisa 1. Pengertian Sejarah Lokal dimengerti dengan lebih baik, apabila kita Sejarah lokal adalah sejarah dari mengerti dengan bak pula perkembangan suatu “tempat”, suatu “locality”. biasanya ditingkat lokal. Hal-hal ditingkat yang lebih ditentukan oleh “perjanjian” yang diajukan luas penulis sejarah. Batas geografisnya dapat gambaran dari pola-pola serta masalah- suatu tempat tinggal suku bangsa, yang kini masalah umumnya, sedangkan situasinya mungkin telah mencangkup dua-tiga daerah yang lebih konkrit dan mendetail baru bisa administratif tingkat dua atau tingkat suku diketahui melalui gambaran sejarah lokal (suku bangsa Jawa, umpamanya) dan dapat (dalam Widja, 1991: 16). pula suatu kota, atau malah suatu desa (Abdullah, 1990: 15). biasanya Dari hanya uraian di memberikan atas dapat didefinisikan bahwa pengertian sejarah Kalau kita artikan sejarah lokal semata-mata itu sebagai sejarah daerah lokal adalah suatu kegiatan di daerah tertentu yang mencangkup geografis, tertentu, makam sejarah itu sudah lama sumber sejarah dan tempat tinggal suatu berkebang di Indoneisa bahkan sejarah daerah yang dibatasi sendiri oleh sejarawan, yang kita miliki sekarang bermula dari sehingga dapat dipergunakan atau dipakai tradisi sejarah lokal seperti itu. Hal ini kita untuk sarana pembelajaran. Selain itu yang hubungkan dengan berbagai sejarah daeran lebih luas biasanya memberikan gambaran dengan nama-nama pola serta masalah pada umumnya dan babad, tambo, tradisional riwayat, seperti hikayat, dan situasi yang konkrit baru bisa diketahui sebagainya, yang dengan cara-cara khas melalui gambaran sejarah lokal tersebut. menguraikan asal-usul suatu daerahdaerah 2. Klasifikasi Sejarah Lokal tertentu (Ong Hok Ham, dalam Widja, 1991: 7). Sejarah lokal di Indonesia sejak 1950 Pendapat yang lain diungkapkan oleh (Priyadi, 2012: 6-7) bahwa sejarah menurut (Abdullah, 27) mengatakan bahwa secara garis besar corak studi sejarah lokal dapat dibedakan empat lokal adalah suatu tempat atau ruang corak yaitu: sehingga sejarah lokal menyangkut lokalitas a. Studi yang difokuskan tertentu yang disepakati oleh para penulis peristiwa sejarah, atau sejarawan dengan alasan khusus ilmiah, misalnya, suatu ruang tempat tinggal evenemental l’evenement), suku bangsa atau subsuku bangsa. 1990: tertentu atau apa pada (studi yang suatu peristiwa disebut T A R I K E C E T A N D A L A M T R A D I S I K E D U K ………| 57 b. Studi yang lebih menekankan pada stuktur, merupakan suatu metode penelitian yang ditujukan c. Studi yang mengambil perkembangan untuk mendiskripsikan dan menganalisa fenomena, peristiwa, aktivitas aspek tertentu dalam kurun waktu sosial, tertentu (studi tematis), dan pemikiran orang baik secara individual atau d. Studi sejarah umum, yang menguraikan perkembangan daerah kepercayaan, persepsi, kelompok. (Sukmadinata, 2007: 60). tertentu (propinsi, kota, kabupaten). sikap, Pendekatan ini berlandaskan pada filsafat postpositivisme, yang digunakan Keempat corak di atas ini tidak untuk meneliti pada kondisi obyek yang bersifat eksklusif, suatu corak yang dapat alamiah (sebagai lawannya adalah mengandung unsur-unsur yang lain. Corak eksperimen) peneliti adalah ini lebih ditentukan oleh unsur dominan. instrumen kunci, teknik pengumpulan data dimana Dengan demikian urian di atas dilakukan secara triangulasi (gabungan), bahwa corak studi sejarah lokal dapat analisis data bersifat induktif/kualitatif dibedakan menjadi empat bagian yaitu Studi (Sugiyono 2009: 9). Penelitian kualitatif yang difokuskan pada suatu peristiwa digunakan dalam kondisi obyek, peristiwa tertentu, Studi yang lebih menekankan pada dan stuktur, pengamatan yang berisi diskripsi lengka Studi yang mengambil fenomena secara alami melalui perkembangan aspek tertentu dalam kurun disertai wawancara dan analisis dokumen. waktu tertentu (studi tematis), dan Studi 2. Jenis Penelitian sejarah umum. Penelitian Metode Penelitian menggunakan jenis penelitian diskriptif kualitatif. Penelitian ini A. Tempat dan Waktu Penelitian ditunjukkan untuk mendeskripsikan atau Penelitian ini dilaksanakan di Desa Tawun menggambarkan fenomena-fenomena yang Kecamatan Kasreman Kabupaten Ngawi ada, baik fenomena yang bersifat alamiah Jawa Timur. Pemilihan tempat ini karena di atau rekayasa manusia (Sukmadinata, 2010: desa Tawun asal mula kesenian tari kecetan 72). Penelitian ini dilaksanakan dengan berkembang dan selalu dilestarikan pada menganalisis data yang diperoleh dari tradisi wawancara, dokumentasi, dan observasi Keduk Beji. Penelitian mulai dilaksanakan selama lima bulan terhitung langsung di lapangan. bulan Februari sampai Juli 2016. C. Sumber Data B. Pendekatan dan Jenis Penelitian 1. Pendekatan Dalam Penelitian Penelitian ini Menurut Sugiyono sumber data dapat (2009: 137), dilakukan dalam menggunakan berbagai setting, sumber dan berbagai cara. pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif Bila dilihat dari settingnya, data dapat 58 | JURNAL AGASTYA VOL 7 NO 1 JANUARI 2017 dikumpulkan pada setting alamiah (natural setting). Penelitian ini Sesuai dengan pendekatan menggunakan penelitian kualitatif serta jenis sumber data sumber data primer dan sumber data yang digunakan, maka menggunakan teknik sekunder yaitu: pengumpulan data sebagai berikut: 1. Sumber Data Primer 1. Observasi Nazir (2011: 50) menjelaskan bahwa Observasi adalah suatu proses sumber data primer merupakan sumber- melihat, mengamati dan mencermati serta sumber dasar yang merupakan bukti atau merekam sesuatu secara sistematis untuk saksi utama dari kejadian yang lalu. Sumber suatu data primer adalah sumber data yang Cartwright dalam Haris Herdiansyah 2010: diperoleh atau dikumpulkan dilapangan 131). oleh orang yang melakukan penelitian atau Tawun yang bersangkutan yang memerlukannya mendapatkan hasil yang akurat karena (Iqbal, 2004: 19). mengadakan langsung pengamatan obyek Dalam tujuan tertentu (Cartwright& Observasi ini di lakukan di Desa Kecamatan Kasreman agar penelitian ini data yang yang diteliti. Tujuan observasi ini untuk didapat dari sumber yang pertama yaitu Sri melihat serta mengamati makna simbolis Widajati yang merupakan orang yang dari gerakan tari kecetan tersebut. mengetahui selak buluk tari kecetan, dari 2. Wawancara informan ini kemudian informasi akan Esterberg (dalam Sugiyono, 2009: berkembang. Selain itu, wawancara kepala 231) wawancara adalah pertemuan dua Desa Tawun dan beberapa masyarakat lain orang untuk bertukar informasi dan ide yang mengetahui tentang tari kecetan dalam melalui tradisi keduk beji tersebut. dikonstruksikan makna dalam suatu topik 2. Sumber Data Sekunder tertentu. Sulistyo Basuki (dalam Prastowo, tanya penelitian jawab, Metode ini ini karena sehingga dipakai peneliti dapat dalam akan 2014: 113) sumber data sekunder adalah melakukan wawancara kepada informan informasi umumnya bukti yang berada satu yang dianggap sebagai salah satu sumber langkah atau lebih dari peristiwa yang yang bisa menjawab rumusan masalah sesungguhnya. Dalam penelitian ini berupa penelitian. Sebelum wawancara terlebih sumber, informasi bukti yang nyata. Sumber dahulu, menyusun pedoman wawancara sekunder di dapatkan melalui wawancara agar tersusun dengan baik dan sebagai salah dengan yang satu kode etik wawancara. Metode ini tari diharapkan menjadi kunci untuk menjawab beberapa mengetahui tentang masyarakat selak kecetan. D. Teknik Pengumpulan Data beluk makna simbolis tari kecetan di Desa Tawun, T A R I K E C E T A N D A L A M T R A D I S I K E D U K ………| 59 serta seluk beluk tari tersebut guna sebagai Pada tahap ini peneliti sumber belajar sejarah lokal. pengumpulan data lapangan. Langkah 3. Dokumentasi tertulis/Arsip awal melaksanakan melakukan adalah mencari Dokumentasi ini merupakan salah informasi di lokasi desa Tawun berkaitan satu cara yang dapat dilakukan peneliti tentang tari kecetan dalam tradisi keduk kualitatif untuk mendapatkan gambaran beji. Sesudah data terkumpul, maka dari sudut pandang subjek melalui suatu dilakukan media tertulis dan dokumen lainnya yang menganalisis data serta penyusunan ditulis atau dibuat langsung oleh subjek laporan. yang bersangkutan (Herdiansyah, 2009: 143). Dokumen berbentuk penyusunan data, 3. Tahap Penyelesaian gambar, Tahap penyelesaian laporan didasarkan misalnya, foto, gambar hidup,sketsa, dan pada hasil analisis data yang sudah lain-lain. Dokumen yang berbentuk karya didapat pada tahap sebelumnya. Setelah seni, yang dapat berupa gambar, patung, data film, dan lain-lain penyusunan laporan dan hasil dari Data-data yang dikumpulkan dengan teknik dokumentasi untuk memperoleh informasi yang bersumber dari dokumen terkumpul maka dilakukan penelitian (Sugiyono, 2007: 241). F. Teknik Keabsahan Data Teknik validasi data yang digunakan yang berupa buku tentang tari kecetan sebagai berikut: dalam tradisi keduk beji di desa Tawun 1. Triangulasi metode adalah pengumpulan sebagai makna simbolis dan sumber belajar data yang sama dengan menggunakan sejarah lokal. metode pengumpulan data yang berbeda, E. Prosedur Penelitian serta dapat diusahakan mengarah pada Penelitian tentang Tari Dalam Tradisi Keduk Beji Kecetan Desa Tawun sumber data yang sama untuk menguji kemantapan informasinya. Kecamatan Kasreman Kabupaten Ngawi untuk melalui mengenai suatu keterampilan seseorang berbagai tahap penelitian, memantapkan Misalnya validitas data diantaranya sebagai berikut: dalam bidang tertentu, peneliti bisa 1. Tahap Persiapan menggunakan metode pengumpulan data Peneliti menyiapkan tema serta yang berupa kuesioner kemudian pengajuan judul. Peneliti mengamati dilakukan wawancara mendalam pada berbagai objek yang akan diteliti dan informan yang sama, dan hasilnya diuji Narasumber yang akan diwawancara. dengan 2. Tahap Pelaksanaan pengumpulan data sejenis dengan menggunakan teknik observasi pada saat orang tersebut melakukan 60 | JURNAL AGASTYA VOL 7 NO 1 JANUARI 2017 kegiatannya atau perilakunya (H.B. Sutopo, 2002: 80). 2. Triangulasi tidak penting semedikian sumber data adalah penelitian dan rupa dapat mengatur sehingga data simpulan dilakukan. Peneliti mengarahkan peneliti agar di dalam melakukan tahap reduksi data dengan mengumpulkan wajib membaca secara cermat objek penelitian menggunakan beragam sumber data dan kemudian dibagi ke dalam kategori yang tersedia. Artinya data yang sama sesuai kajian yang peneliti amati. atau data, sejenis, akan lebih mantap 2. Tahap Penyajian Data kebenarannya bila digali dari beberapa Sajian data merupakan suatu rakitan sumber data yang berbeda. Triangulasi organisasi informasi, deskripsi, dalam sumber data yang memanfaatkan jenis bentuk sumber untuk simpulan penelitian dapat dilakukan. menggali data yang sejenis. Dengan cara Sajian ini merupakan rangkaian kalimat menggali yang yang disusun secara logis dan sistematis. teknik Tujuannya agar peneliti bisa memahami pengumpulan data yang berbeda itu pun objek yang diteliti dan memberikan data sejenis bisa teruji kemantapan dan jawaban kebenarannya (H.B. Sutopo, 2002: 79). penelitiannya. data yang data berbeda-beda berbeda dari sumber dan juga G. Teknik Analisis Data Miles dan narasi yang sesuai memungkinkan rumusan masalah Hubungannya dengan tahap penyajian data, peneliti melakukan (dalam ringkasan yang relevan dengan bidang Sugiyono, 2009: 246-253) mengemukakan kajian yang diteliti. Hal ini dilakukan agar bahwa memudahkan dalam Huberman analisis dan kualitatif peneliti dilakukan secara interaktif dan berlangsung mengelompokkan secara terus menerus melalui reduksi data simpulan. (data reduction), penyajian data (data display) dan penarikan kesimpulan dan dalam menentukan 3. Tahap Penarikan Kesimpulan Tahap simpulan merupakan tahap akhir (conclusion drawing atau verification). dalam analisis data ini. Berbagai data 1. Tahap Reduksi Data yang dibutuhkan untuk penarikan suatu Dalam tahap reduksi data, peneliti simpulan mulai dianalisis secara lebih melakukan proses seleksi, pemfokusan, mendalam. Hal ini dialakukan agar penyederhanaan dan abstraksi data dari penelitian sumber data dipertanggungjawabkan kebenarannya. merupakan bagian dari proses analisis Di samping itu, adanya data-data yang yang dikumpulkan penelitian. mempertegas, Reduksi memperpendek, membuat fokus, membuang hal-hal yang kualitatif dapat ini dijadikan bisa suatu T A R I K E C E T A N D A L A M T R A D I S I K E D U K ………| 61 pertimbangan yang akan menentukan Kussudiardja 2000:11) Arti seni tari adalah arah suatu kajian yang diteliti. keindahan gerak anggota-anggota badan manusia yang bergerak, berirama dan berjiwa atau dapat diberi arti. Hal tersebut sesuai dengan temuan data yang menjelaskan bahwa tari kecetan ini adalah gerakan yang saling memukul tumit menggunakan bambu serta membersihkan Bagan 3.2: Analisis data model interaktif (Miles & Huberman, 1998:20). tari kecetan adalah Tari Kecetan itu berasal dari kata “Kecet” yang berarti tumit, tumit itulah yang dijadikan sasaran untuk dipukul menggunakan bambu yang dilakukan oleh para pemuda pria. Memberikan batasan-batasan tentang tari yang merupakan desakan perasaan manusia yang mendorong manusia tersebut untuk mencari ungkapan berupa gerak-gerak ritmis. Hal tersebut sesuai dengan kajian teori oleh Kamaladevi (dalam Nooryan Bahari 2008: 56). Gerakan tari ini dimulai dari gerakan rasa syukur terhadap Tuhan YME, kemudian dilanjut dengan gerakan menyelam ke dalam air untuk membersihkan sendang dan diakhiri dengan adu saling pukul ke tumit, dan kesemuanya ini dinamakan satu bagian gerakan tari sarana hiburan, pendidikan, dan agama juga. Terkait dengan hal itu tari ini merupakan segala sesuatu yang dilakukan oleh masyarakat Desa Tawun. Tari kecetan ini sudah ada dari jaman dahulu, tidak ada yang tau siapa yang menciptakan tari ini, setelah dikreasikan oleh seniman Ngawi pada tahun 1985, dari sang pencipta dan pengkreasi seni tari ini lebih bermakna ke bentuk suatu rasa syukur dan kegembiraan atas limpahan sang Pencipta kepada masyarakat Tawun dan sekitarnya. Oleh karena itu tari kecetan menjadi aset budaya warisan leluhur yang dimiliki khususnya Desa Tawun. Serta tari kecetan ini dipertunjukkan dalam setiap satu tahun sekali pada hari Selasa Kliwon setelah musim panen pada waktu tradisi keduk beji yang berlokasi di sendang beji diyakini sebagai simbol kehidupan mereka. kecetan. Tari kecetan ini merupakan tari asli dari Desa Tawun Kecamatan Kasreman Kabupaten Ngawi. Hal tersebut sesuai dengan tersebut. Tari kecetan ini merupakan sebagai Hasil Penelitian Seni sendang beji dalam tradisi keduk beji kajian teori oleh (Bagong Seni tari kecetan ini menyajikan secara simbolis atau kiasan disetiap gerakan-gerakannya. Sesuai dengan kajian teori yang ada bahwa mengatakan symbol adalah objek, kejadian, bunyi bicara, atau 62 | JURNAL AGASTYA VOL 7 NO 1 JANUARI 2017 bentuk-bentuk tertulis yang diberi makna terlebih dahulu, setelah itu memulai manusia, bentuk primer dari simbolisasa mengerjakan pekerjaan menguras sendang, oleh manusia adalah melalui bahasa. Tetapi, selesai menguras sendang mulai memukul manusia juga berkomunikasi menggunakan tumit ke orang lain yang dilakukan oleh tamda dan symbol dalam lukisan, tarian, pemuda pria serta menggambarkan warga musik dan sebagainnya (Saifudin, 2005: sedang bergotong royong membersihkan 289 – 290). Keduk Beji. Menurut Rafael Raga Maram (2000: Disamping gerakan, terdapat alat 29) simbol-simbol tersebut dapat berupa musik pengiringnya, pakian penarinya dan bahasa, gerak- isyarat, bisa juga berupa syair lagu tari kecetan. Pakaian tidak bunyi, ataupun yang mempunyai arti. menggunakan pakaian khusus, pakaian yang Simbol-simbol ini dapat untuk menciptakan, digunakan pakain yang digunakan sehari – mengkomunikasikan dan mengambil bagian hari dan menggunakan ikat kepala biar serta mengalihkan komponen-komponen kelihatan lebih gagah serta membawa kebudayaan kepada generasi berikutnya. bambu Pada hasil temuan data yang diperoleh memukul kecet dari penari yang lain yang sesuai telah digunakan pada akhir tarian itu. Kemudian dijelaskan di atas, seperti halnya dalam alat musik digunakan itu adalah gamelan kesenian yang menggunakan nada slendro, alat musik dengan tari pernyataan kecetan. yang Dalam setiap gerakannya mengandung air tersendiri. Seperti yang telas dijelaskan oleh kecil yang digunakan untuk gamelan yang terdiri dari gong, kendang, saron, cente, kenong dan sebagainya. (Herusatoto, 2008: 46) yang menjelaskan Mulai jaman dulu sampai sekarang bahwa manusia adalah mahkluk budaya, alat dan budaya manusia penuh dengan simbol- mengiringi tari Kecetan itu menggunakan simbol, sehingga dapat dikatakan bahwa gamelan yang nadanya slendro rancak, budaya manusia penuh diwarnai dengan dengan maksud dan tujuan kalau diiringi simbolisme. Sepanjang sejarah manusia dengan alat musik biar semangat untuk simbolisme telah mewarnai tindakkan – melakukan gerakan tari mulai dari awal tindakkan manusia baik tingkah laku, sampai selesai. Serta syair lagu tari kecetan bahasa, yaitu: “Ayo ilmu pengetahuan, maupun religinya. musik yang digunakan Bareng Ayo untuk Nyuwun, Ing Ngarsane Maha agung, Mugi Mugi Pinringan Terdapat gerakan tari kecetan yang Kasarasan lan Katentreman, Yo.. Ayo Konco memiliki arti tersendiri yaitu gerakannya Bareng Makaryo, ProWargo Deso, Ing Tawun menurut ciptaan awalnya dari sesaji, sesaji Gumregud Tumandang, Angresiki Sendang”. yang membawa gambaran memohon doa T A R I K E C E T A N D A L A M T R A D I S I K E D U K ………| 63 Dengan adanya tradisi keduk beji memperkenalkan dalam generasi muda mengucapkan syukur atas pemberian Tuhan. bahwa tari kecetan itu dipertunjukkan saat (Priyadi, 2012: 6-7) bahwa sejarah tradisi keduk beji merupakan warisan lokal adalah suatu tempat atau ruang budaya leluhur yang harus dilestarikan dan sehingga sejarah lokal menyangkut lokalitas dijaga. Sumber pembelajaran merupakan tertentu yang disepakati oleh para penulis segala sesuatu baik ini fisik maupun non sejarah, atau sejarawan dengan alasan fisik untuk ilmiah, misalnya, suatu ruang tempat tinggal menambah wawasan atau pengetahuan suku bangsa atau subsuku bangsa. Dan juga seperti kegiatan acara tari kecetan dalam mempelajari budaya dan sejarah di daerah tradisi tempat tinggal, maka terdapat kurikulum yang dapat yang dipergunakan sudah turun temurun dilestarikan masyarakat sejak jaman dahulu, KTSP sedangkan sejarah lokal merupakan suatu Pendidikan) yang kompetensi dasar yaitu kegiatan yang KD 1.4 menghargai keragaman suku bangsa mencangkup sumber sejarah dan tempat dan budaya setempat (Kabupaten/Kota, tinggal, sehingga dimungkinkan memiliki Propinsi) khususnya untuk Sekolah Dasar untuk sarana sumber pembelajaran sejarah (SD) lokal. Pengetahuan Sosial (IPS), maka siswa di daerah tertentu Hal tersebut sesuai dengan kajian (Kurikulum kelas 4 Tingkat mata Satuan pelajaran Ilmu diharapkan: teori oleh sumber pembelajaran adalah 1. Menjelaskan tari tradisional sarana pembelajaran dan pengajaran yang 2. Menjelaskan dan menyebutkan macam- sangat penting. Sudah menjadi keharusan bagi seorang guru untuk mengeksplorasi berbagai macam sumber untuk mendapatkan alat bantu yang tepat untuk mengajar dan melengkapi apa yang sudah disediakan oleh buku cetak, untuk macam tari tradisonal setempat 3. Memberikan contoh cara menghargai keragaman yang ada di masyarakat setempat 4. Menunjukkan sikap menerima keragaman suku bangsa dan buadaya menambah informasi, untuk memperluas setempat konsep, dan untuk membangkitkan minat secara tidak langsung peserta didik juga peserta didik (Kochhar, 2008: 160). Dengan akan belajar sejarah lokalnya serta belajar budaya kebudayaan tempat tinggal lokal yang dimiliki oleh pelajaran yang dapat diambil yaitu bisa Kabupaten Ngawi sebelum mempelajari melestarikan adat istiadat leluhur tanpa daerah lain dan harapan kedepannya mengurangi mampu makna yaitu sealau melestarikan, dan menjaga 64 | JURNAL AGASTYA VOL 7 NO 1 JANUARI 2017 budaya lokal yang dimiliki daerah tersebut. bambu kecil yang digunakan untuk memukul kecet dari penari yang lain yang Penutup digunakan pada akhir tarian itu. Kemudian Tari kecetan adalah tari kecetan itu alat musik digunakan itu adalah gamelan berasal dari kata “Kecet” yang berarti tumit, yang menggunakan nada slendro, alat musik tumit itulah yang dijadikan sasaran untuk gamelan yang terdiri dari gong, kendang, dipukul yang saron, cente, kenong dan sebagainya. Dari dilakukan oleh para pemuda pria. Gerakan penelitian ini ternyata memberikan dampak tari ini dimulai dari gerakan rasa syukur positif dengan adanya tari kecetan terdapat terhadap Tuhan YME, kemudian dilanjutkan dalam pembelajaran sejarah lokal pada dengan gerakan menyelam ke dalam air mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk membersihkan sendang dan diakhiri (IPS) khususnya untuk kelas 4 SD yang dengan adu saling pukul ke tumit, dan terdapat dalam kompetensi dasar yaitu KD semuanya 1.4 menghargai keragaman suku bangsa dan menggunakan ini dinamakan bambu satu bagian gerakan tari kecetan. Tari kecetan ini budaya merupakan tari asli dari Desa Tawun Propinsi) serta sudah digunakan dalam Kecamatan Kasreman Kabupaten Ngawi. ekstrakulikuler tari dan setiap tahun tari ini Terdapat dipertunjukkan untuk menyambut hari gerakan tari kecetan yang memiliki arti tersendiri yaitu gerakannya setempat (Kabupaten/Kota, kemerdekaan. menurut ciptaan awalnya dari sesaji, sesaji Daftar Pustaka itu yang membawa gambaran memohon doa Abdullah Taufik. 1990. Sejarah Lokal di Indonesia Kumpulan Tulisan. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada. terlebih dahulu, setelah itu memulai mengerjakan pekerjaan menguras sendang, selesai menguras sendang mulai memukul tumit ke orang lain yang dilakukan oleh pemuda pria serta menggambarkan warga sedang bergotong royong membersihkan Keduk Beji. Disamping gerakan, terdapat alat musik pengiringnya, pakian penarinya dan syair lagu tari kecetan. Pakaian tidak menggunakan pakaian khusus, pakaian yang digunakan pakain yang digunakan sehari – hari dan menggunakan ikat kepala biar kelihatan lebih gagah serta membawa Bahari Nooryan. 2008. Kritik Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Seni. Bungin Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Prenada Media Grafika. Departemen Pendidikan. 1991. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kedua. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Haris Herdiansyah. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta Selatan: Salemba Humanika. Hasan Iqbal. 2004. Analisis Data Penelitian dengan Statistik. Jakarta: Bumi Aksara. T A R I K E C E T A N D A L A M T R A D I S I K E D U K ………| 65 Herusatoto Budiono. 2008. Simbolisme Jawa.Yogyakarta: Ombak. Setiadi M. Elly, dkk. 2007. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta: Kencana J. Moleong, Lexy. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rodakarya. Sitepu P. B., 2014. Pengembangan Sumber Belajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Kochhar, S. K. 2008. Pembelajaran Sejarah. Jakarta: PT Grasindo. Slameto, 1991. Proses Belajar Mengajar Dalam Sistem Kredit Semester (SKS). Jakarta: Bumi Aksara. Kussudiardja Bagong. 2000. Dari Klasik Hingga Kontemporer. Yogyakarta: Padepokan Press. Maram Raga Rafael. 2000. Manusia dan Kebudayaan dalam Perspektif Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: PT Rineka Cipta. Milles, M B dan Hubberman, A M. 1992. Analisis Data Kualitatif. Buku Sumber Tentang Metode-Metode Baru. Terjemahan oleh Rohidi. T R. Jakarta: UI-Press. Nazir, 2011. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia. Prastowo Andi. 2014. Memahami MetodeMetode Penelitian. Jogjakarta: ArRuzz Media. Priyadi Sugeng. 2012. Sejarah Lokal: Konsep Metode dan Tantangannya. Yogyakarta: Ombak Dua. Saifuddin Fedyani Achmad. 2006. Antropologi Kontenporer: Suatu Pengantar Kritis Mengenai Paradigma. Jakarta: Kencana. Sanjaya Wina. 2009. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana Sugiyono, 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Sugono D. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Sukmadinata Nana Syaodih. 2007. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Sukmadinata Nana Syaodih. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Sulistyo Tri Edi. 2005. Kaji Dini Pendidikan Seni. Surakarta: UPT UNS. Sutarto Ayu, 2004. Menguak Pergumulan Antara Seni, Politik, Islam, dan Indonesia. Jember: Kompyawisda. Sutopo B. H. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: Universitas Sebelas Maret. Widya I Gede. 1991. Sejarah Lokal Suatu Perspektif dalam Pengajaran Sejarah. Bandung: Angkasa. Yamin Martinis. 2013. Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Anggota IKAPI.