tari kecetan dalam tradisi keduk - E

advertisement
T A R I K E C E T A N D A L A M T R A D I S I K E D U K ………| 49
TARI KECETAN DALAM TRADISI KEDUK BEJI DESA TAWUN KECAMATAN KASREMAN
KABUPATEN NGAWI (MAKNA SIMBOLIS DAN SUMBER PEMBELAJARAN SEJARAH LOKAL)
Retnaning Tyas Ayu Novitasari *
Muhammad Hanif*
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna simbolis tari kecetan dan sumber
pembelajaran sejarah lokal di Desa Tawun Kecamatan Kasreman Kabupaten Ngawi. Penelitian
ini menggunakan pendekatan kualitatif. Sumber data yang digunakan yaitu sumber data primer
dan sumber data sekunder. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik observasi,
wawancara, dan dokumentasi. Validasi yang digunakan untuk menguji kebenaran dan keabsahan
data menggunakan triangulasi sumber.
Hasil penelitian yang diperoleh yaitu di Desa Tawun Kecamatan Kasreman Kabupaten
Ngawi yakni Makna simbolis gerakan tari kecetan dan bisa dijadikan sebagai sumber
pembelajaran sejarah lokal. Tari kecetan memiliki keunikan dengan menampilkan gerakan tari
yang berada di dalam air Sendang Beji. Tari kecetan itu berasal dari kata “Kecet” yang berarti
tumit, tumit itulah yang dijadikan sasaran untuk dipukul menggunakan bambu yang dilakukan
oleh para pemuda pria. Gerakan tari dimulai dari gerakan rasa syukur terhadap Tuhan YME,
kemudian memulai mengerjakan pekerjaan menguras sendang, memukul tumit ke orang lain
yang dilakukan oleh pemuda pria serta menggambarkan warga sedang bergotong royong
membersihkan Keduk Beji. Tari kecetan dalam tradisi keduk beji dilakukan turun temurun dan
dilestarikan masyarakat Desa Tawun sejak jaman dahulu sehingga menjadi aset budaya
Kabupaten Ngawi. Tari kecetan tersebut terdapat dalam pembelajaran sejarah lokal pada mata
pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) kelas 4 SD pada kompetensi dasar 1.4. yaitu menghargai
keragaman suku bangsa dan budaya setempat (Kabupaten/Kota, Propinsi) serta sudah digunakan
dalam ekstrakurikuler dan setiap tahun tari ini dipertunjukkan dalam menyambut hari
kemerdekaan. Dampak positif bagi generasi penerus adalah pentingnya mempelajari sejarah dan
budaya lokal khususnya di Kabupaten Ngawi. Harapannya adalah mampu melestarikan dan
menjaga budaya lokal yang dimiliki daerah tersebut.
Kata Kunci: Tari Kecetan, Makna Simbolis, Sumber Pembelajaran Sejarah Lokal
Pendahuluan
pola pikir yang bermacam-macam. Hal
Indonesia merupakan negara yang
tersebut menjadikan Indonesia memiliki
memiliki banyak pulau dan keberagaman
keanekaragaman budaya. Budaya adalah
suku
suatu keseluruhan kompleks yang meliputi
bangsa
wilayah
yang
Indonesia.
tersebar
Setiap
diseluruh
pulau
yang
pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral,
tersebar di Indonesia terdapat berbagai
keilmuan,
hukum,
daerah yang penduduknya mempunyai ciri
kemampuan yang lain serta kebiasaan yang
khas yang tidak sama. Keadaan alam,
didapat oleh manusia sebagai anggota
beragamnya agama, sistem sosial, kondisi
masyarakat (E. B. Taylor dalam Elly, Kama,
ekonomi dan lain sebagainya membawa
Ridwan,
2007:
adat
27).
istiadat,
dan
Keanekaragaman
* Retnaning Tyas Ayu Novitasari adalah Alumni Mahasiswa Pendidikan Sejarah UNIVERSITAS
PGRI MADIUN
* Muhammad Hanif adalah Kaprodi Pendidikan IPS Pascasarjana UNIVERSITAS PGRI MADIUN
50 | JURNAL AGASTYA VOL 7 NO 1 JANUARI 2017
budaya tersebut disertai keunikan yang
pertama sampai ke tiga adalah tahap
berbeda-beda. Keunikan tersebut menjadi
persiapan, sedangkan hari ke empat adalah
kekhasan dari setiap adat dan budaya
puncak acara masyarakat Desa Tawun mulai
masing-masing daerah. Salah satu daerah
membersihkan sendang. Tarian tersebut
yang memiliki banyak adat dan budaya
digelar di Sendang Beji diyakini sebagai
beranekaragam dan unik adalah Jawa
simbol kehidupan mereka. Tari Kecetan ini
Timur. Masyarakat Jawa Timur umumnya
masih sering ada pagelaran dan dilestarikan
masih menganut kepercayaan adat dan
hingga saat ini.
budaya yang diwariskan oleh nenek moyang
Oleh
karena
Kecetan
yang
dimiliki
menjadi
merupakan salah satu Kabupaten yang
khususnya
berada di Jawa Timur yang mempunyai
Kasreman Kabupaten Ngawi Jawa Timur.
berbagai
yang
Mengingat Tari Kecetan ditampilkan setiap
Kesenian
tahun sekali, sehingga tari kecetan ini
tradisional tersebut diantaranya yaitu tari
termasuk tari yang bersifat sakral. Tari
Orek-Orek, tari Pentul, tari Kecetan, tari
Kecetan
Bedoyo Srigati, tari Gaplik.
masyarakat Desa Tawun, namun belum
merupakan
warisan
tradisional
budaya.
Berdasarkan berbagai tarian yang
budaya
Tari
salah satunya adalah daerah Ngawi. Ngawi
kesenian
aset
itu
Desa
ini
Tawun
dapat
Kecamatan
dinikmati
oleh
banyak yang mengetahui makna simbolis
hidup dan berkembang di Kabupaten Ngawi
serta
salah satunya adalah tari Kecetan. Tari
pembelajaran sejarah lokal. Untuk itu
Kecetan digunakan oleh masyarakat Desa
menarik bagi penulis dan merasa penelitian
Tawun Kecamatan Kasreman Kabupaten
tentang Tari Kecetan Dalam Tradisi Keduk
Ngawi ini dalam tradisi Keduk Beji. Keduk
Beji sebagai sumber belajar sejarah lokal
dalam bahasa Jawa artinya mengeruk atau
untuk diteliti.
membersihkan
sendang.
Jadi
dan
beji
Keduk
adalah
Beji
berpotensi
nama
sebagai
sumber
Rumusan Masalah
artinya
Berdasarkan latar belakang masalah,
membersihkan Sendang Beji. Tradisi Keduk
maka permasalahan yang timbul dapat
Beji merupakan upacara membersihkan
dirumuskan sebagai berikut:
sendang yang dilakukan setiap satu tahun
1. Bagaimanakah
pertunjukkan
tari
sekali pada hari Selasa Kliwon, setelah
Kecetan dalam Tradisi Keduk Beji di Desa
musim panen.
Tawun Kecamatan Kasreman Kabupaten
Lokasi tradisi ini berada di Sendang
Ngawi?
Beji di dalam objek Wisata Tawun. Dalam
2. Makna
tardisi
Keduk
Beji
serangkaian
acara
berlangsung selama empat hari. Pada hari
simbolis
apa
saja
yang
terkandung dalam tari Kecetan dalam
T A R I K E C E T A N D A L A M T R A D I S I K E D U K ………| 51
Tradisi Keduk Beji di Desa Tawun
Darsono (dalam Edy Tri Sulistyo
Kecamatan Kasreman Kabupaten Ngawi?
2005: 91) juga berpendapat bahwa tari
3. Makna simbolis apa saja yang ada dalam
adalah
ekspresi
jiwa
manusia
yang
tari Kecetan dalam Tradisi Keduk Beji
diwujudkan dalam suatu gerak ritmis yang
dapat
indah. Pendapat yang lain dijelaskan oleh
digunakan
sebagai
sumber
pembelajaran sejarah lokal?
Cooric Hartong (dalam Nooryan Bahari
Tujuan Penelitian
2008: 56) menjelaskan bahwa tari adalah
Adapun yang menjadi tujuan dari
gerak-gerak yang diberi bentuk ritmis dari
penelitian ini adalah:
badan dalam ruang. Kamaladevi (dalam
1. Untuk mendeskripsikan pertunjukkan
Nooryan Bahari 2008: 56) memberikan
Tari Kecetan dalam Tradisi Keduk Beji di
batasan-batasan
Desa
merupakan desakan perasaan manusia yang
Tawun
Kecamatan
Kasreman
Kabupaten Ngawi.
2. Untuk
mendorong
menganalisis
dan
mendeskripsikan makna simbolis yang
mencari
tentang
manusia
ungkapan
tari
yang
tersebut
berupa
untuk
gerak-gerak
ritmis.
terkandung Tari Kecetan dalam Tradisi
Dengan demikian uraian tersebut
Keduk Beji di Desa Tawun Kecamatan
diatas dapat disimpulkan bahwa seni tari
Kasreman Kabupaten Ngawi.
merupakan keindahannya dapat dinikmati
3. Untuk menganalisis makna simbolis Tari
dari gerakan-gerakan tubuh yang ritmis.
Kecetan dalam Tradisi Keduk Beji dapat
Selain gerakan juga terdapat unsur lain
digunakan sebagai sumber pembelajaran
yaitu irama, jiwa, dan juga harmoni.
sejarah lokal.
Sepertinya halnya tari kecetan yang berada
Kajian Pustaka
di desa Tawun. Tari kecetan merupakan
A. Seni Tari
salah satu dari perwujudan ungkapan
1. Pengertian Seni Tari
perasaan jiwa yang harmonis dari manusia
Seni tari merupakan salah satu
yang diwujudkan melalui suatu gerakan-
bagian dan kesenian. Arti seni tari adalah
gerakan tubuh yang ritmis.
keindahan gerak anggota-anggota badan
2. Macam-macam Seni Tari
manusia yang bergerak, berirama dan
Bagong
Kussudiarja
(2000:
13)
berjiwa atau dapat diberi arti bahwa seni
menjelaskan dalam seni tari demikian Pula,
tari adalah keindahan bentuk anggota badan
berbagai macam tari daerah itu menjadi
manusia yang bergerak, berirama dan
milik bangsa Indonesia, Sehingga kaya
berjiwa
dengan
yang
harmonis
Kussudiardja 2000:11).
(Bagong
seni
tari.
Seni
tari
tersebut
mempunyai ragam dan sifat yang berlainan
satu dengan lainnya, meskipun demikian
52 | JURNAL AGASTYA VOL 7 NO 1 JANUARI 2017
dalam jiwa dan watak tetap “ Bhinneka
Tari ini sederhana, baik gerak, irama
Tunggal Ika”. Pada garis besarnya ada
pakaian, riasan maupun temanya, yang
empat macam jenis tari, yaitu:
biasanya semua itu dilakukan dengan
a. Tari untuk putra dan putri
spontanitas, tak ada peraturan atau
Setiap daerah atau negara, antara tari
hukum yang seragam dan tertentu. Tari
untuk
terdapat
semacam ini dapat dilihat di daerah
perbedaan. Hal tersebut menunjukkan
Indonesia, terutama di pedalaman. Tari
bahwa tari untuk pria banyak dilakukan
tersebut biasanya menjadi rangkaian
oleh wanita, begitu sebaliknya.
upacara
pria
dan
wanita
b. Tari untuk upacara keagamaan
rasa
maupun
upacara
keagamaan.
Tari semacam ini dipergunakan untuk
menyampaikan
adat
bakti
b. Klasik
manusia
Tari klasik adalah sebuah tari yang
kepada Tuhan, misalnya tari Pendhet
lahir dan tumbuh di daerah atau dapat
dari Bali.
hidup dan berkembang di segala zaman,
c. Tari untuk di pertunjukkan
Tari
telah mengalami banyak perubahan,
dipertunjukkan
lebih
perubahan
ini
biasanya
hanya
menitikberatkan pada segi keindahan
menyangkut segi teknis, sedang ciri dan
dan kehalusan atau kedinamikaannya,
watak dari tari itu tidak berubah. Selain
misalnya tari lilin dan tari topeng.
itu tari klasik mempunyai hukum-hukum
yang kuat, dalam perwujudannya klasik
d. Tari untuk pergaulan
lebih cenderung pada keabstrakan, yang
Tari untuk pergaulan atau hiburan ini
memiliki simbolik dengan latar belakang
biasanya menggunakan gerak dan irama
falsafah yang dalam.
yang sederhana, agar tarian tersebut
mudah dipelajari, misalnya tari Tayub
dari Jawa Tengah.
Tari modern adalah sebuah tari
yang dalam bentuk watak, jiwa dan
3. Sifat Seni Tari
Bagong
c. Modern
iramanya bebas dari ikatan, norma dan
Kussudiarja
(2000:
13-14)
hukum
tari
yang
oleh
karenanya
setiap
sasarannya adalah pembaruan dari segi
di
Indonesia
dapat
di
tari
ada,
menjelaskan seni tari yang terdapat di
daerah
dalam
telah
modern
ini
golongkan menjadi tiga sifat, yaitu:
bentuk, watak, jiwa maupun iramanya,
a. Primitif
seperti
Tari primitif atau lebih dekenal
dengan istilah tarian rakyat, banyak lahir
dan tumbuh di daerah-daerah Indonesia.
halnya
pembaharuan
dalam
bidang seni yang lain, misalnya sastra,
musik, lukis dan lain-lain.
T A R I K E C E T A N D A L A M T R A D I S I K E D U K ………| 53
Menurut Bagong Kussudiarja (2000:
keseimbangan
bentuk,
gerak,
irama
12-16) unsur dalam tari terdapat elemen-
ruang, pakaian, rias, warna-warna, garis
elemen yang terdiri dari:
yang dipergunakan dalam pakaian tari
dan lain sebagainya.
a. Gerak
Dari penjelasan terebut di atas dapat
Seperti halnya dengan bentuk, gerak
disimpulkan
dalam seni tari mempergunakan anggota
dibedakan menjadi empat macam yaitu seni
badan
tari untuk putra dan putri, tari untuk
manusia.
menggunakan
Misalnya
jari-jari
saja
pergelangan
upacara
bahwa
seni
keagamaan,
untuk
di
pertunjukkan,
badan tersebut dapat sendiri atau dapat
Sedangkan menurut sifatnya seni tari
bergabung,
dan
tersebut dibedakan menjadi tiga yaitu
berurutan antara anggota badan satu
primitif, klasik, dan modern. Dan menurut
dengan anggota badan yang lain.
unsurnya tari dibedakan menjadi elemen-
b. Irama
untuk
dapat
tangan dan lain sebagainya. Anggota
bersambungan,
tari
tari
tari
hiburan.
elemen yang terdiri dari empat yaitu gerak,
Setelah adanya gerak anggota-anggota
irama, jiwa, harmoni.
badan manusia yang telah dibentuk,
B. Makna Simbolis
maka, bentuk dan gerak harus berirama
Pengertian
simbolis
menurut
cepat dan dapat berirama lambat. Irama
(Herusatoto, 2008: 17) menjelaskan bahwa
dalam tari harus sejalan dengan apa yang
kata symbol berasal kata Yunani symbolos
dikehendaki oleh pembuatnya.
yang berarti tanda atau ciri yang memberi
c. Jiwa
tau kan sesuatu hal kepada seseorang.
Bentuk dan gerak tari ini dapat dilakukan
Selain pengertian diatas, (Saifudin, 2005:
dengan irama dan jiwa yang harmonis,
289-290) mengatakan symbol adalah objek,
maka untuk melaksanakan harus dengan
kejadian, bunyi bicara, atau bentuk-bentuk
kemampuan yang menjiwai.
tertulis yang diberi makna manusia, bentuk
d. Harmoni
Harmoni
primer dari simbolisasa oleh manusia
baik
adalah melalui bahasa. Tetapi, manusia juga
keselarasan gerak suara, bentuk, warna
berkomunikasi menggunakan tamda dan
garis dan sebagainya. Untuk membuat
symbol dalam lukisan, tarian, musik dan
harmoni harus dipergunakan perasaan
sebagainnya.
dengan
adalah
keselarasan,
didampingi
pertimbangan-
Menurut Rafael Raga Maram (2000:
pertimbangan pikiran. Dalam hal ini
29)simbol tersebut dapat berupa bahasa,
adanya keselarasan atau keharmonisan
gerak-isyarat, bisa juga berupa bunyi,
dalam
ataupun yang mempunyai arti. Simbol-
tari
artinya
harus
ada
54 | JURNAL AGASTYA VOL 7 NO 1 JANUARI 2017
simbol
ini
dapat
untuk
menciptakan,
Sudah menjadi keharusan bagi seorang guru
mengkomunikasikan dan mengambil bagian
untuk mengeksplorasi berbagai macam
serta mengalihkan komponen-komponen
sumber untuk mendapatkan alat bantu yang
kebudayaan kepada generasi berikutnya.
tepat untuk mengajar dan melengkapi apa
Hal senada juga dikatakan simbolis
yang sudah disediakan oleh buku cetak,
/sim’bo’lis/ a sebagai lambang; menjadi
untuk
lambang;
memperluas
mengenai
lambang;
lukisan
menambah
informasi
konsep,
untuk
dan
untuk
peserta
didik
(Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008:
membangkitkan
1308).
diatas
(Kochhar, 2008: 160). Selain pendapat di
makna simbolis dapat didefinisikan, sebagai
atas, sumber belajar adalah segala sesuatu
suatu aktifitas yang merupakan ciri khas
yang dapat dimanfaatkan oleh siswa untuk
manusia yakni penggunaan komunikasi atau
mempelajari bahan dan pengalaman belajar
petukaran symbol yang diberi makna agar
sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai
saling interaksi.
(Sanjaya, 2006: 174).
Berdasarkan
pengertian
Manusia adalah mahkluk budaya,
minat
,
Menurut
(Sitepu,
dan budaya manusia penuh dengan simbol-
menyatakan
simbol, sehingga dapat dikatakan bahwa
dirumuskan dalam berbagai pengertian
budaya manusia penuh diwarnai dengan
sesuai
simbolisme
dipergunakan.
(Herusatoto,
2008:
46).
bahwa
2014:18)
dengan
Dari
belajar
dapat
paradigma
yang
pengertian
belajar
Sepanjang sejarah manusia simbolisme
menurut behaviorisme, kogutivisme, dan
telah
tindakan-tindakkan
kontruktivisme, dapat disimpulkan bahwa
manusia baik tingkah laku, bahasa, ilmu
belajar adalah usaha sadar yang dilakukan
pengetahuan, maupun religinya.
secara
mewarnai
Dengan demikian bila membahas
terencana,
menggunakan
sistematis,
dan
tertentu
untuk
metode
tentang simbol merupakan suatu tanda atau
mengubah
lambang
melalui interaksi dengan sumber belajar.
yang
dapat
menggambarkan
perilaku
relative
menetap
sesuatu dan memberikan suatu makna agar
Mengelola sumber belajar sebaiknya
saling berinteraksi. Di dalam simbol-simbol
memperhatikan sumber daya yang ada di
terdapat pula bahasa, gerak- isyarat, bisa
sekolah dan melibatkan orang-orang yang
juga
ada di dalam sistem sekolah tersebut.
berupa
bunyi,
ataupun
yang
mempunyai arti.
Pembahasan tentang pengelolaan sumber
C. Sumber Pembelajaran Sejarah
belajar meliputi sumber daya sekolah dan
1. Pengertian Sumber Belajar
pemanfaatan
Sumber pembelajaran adalah sarana
pembelajaran dan pengajaran yang penting.
sumber
daya
sekolah (Yamin, 2013: 99).
lingkungan
T A R I K E C E T A N D A L A M T R A D I S I K E D U K ………| 55
Menurut Slameto, (1991: 150-151),
Merupakan jenis sumber belajar adalah
sumber belajar bermanfaat dan berfungsi
orang
sebagai berikut:
direncanakan dalam kegiatan belajar-
a. Meningkatkan produktivitas pengajaran.
mengajar, guru, konselor, administrator
b. Memungkinkan
pendidikan, tutor dan sebagainya.
pengajaran
kemungkinan
yang
sifatnya
lebih
individual.
atau
terhadap pengajaran
yang
b. Bahan Pengajaran
Sumber
c. Memberikan dasar yang lebih ilmiah
masyarakat
belajar
dinamakan
media
pengajaran yang mencangkup bahan
cetak, film strip, slides, fotografi, peta,
d. Lebih memantapkan pengajaran.
global,
e. Memungkinkan belajar secara seketika.
merupakan
f. Memungkinkan
pengajaran
sumber yang ada. Media pengajaran
yang lebih luas, terutama dengan adanya
merupakan sarana untuk pengajaran dan
media masa.
proses belajar mengajar.
penyajian
Dengan demikian dapat disimpulkan
dan
lain
sebagainya
kombinasi
dari
yang
semua
c. Situasi Belajar (lingkungan)
bahwa sumber pembelajaran merupakan
Situasi (lingkungan) adalah tempat dan
suatu kegiatan belajar baik di sekolah
lingkunagn belajar mengajar. Lingkungan
maupun
di
luar
digunakan
sekolah
dalam
memudahkan
yang
dapat
tersebut tidak bersifat netral. Situasi dan
mendukung
dan
lingkungan yang sebagai tempat sumber
proses
pembelajaran
belajar
seperti
gedung
sekolah,
sehingga mempermudah memcapai tujuan
perpustakaan, laboratorium dam lain
pembelajaran tersebut. Selian itu sumber
sebagianya.
belajar bermanfaat dan berfungsi sebagai
meningkatkan
memberikan
produktivitas
dasar
pengajaran,
ilmiah,
lebih
d. Alat dan Perlengkapan Belajar
Untuk sarana prasana belajar yang
memproduksi,
pameran, simulasi dan
memantapkan pengajaran secara seketika,
sebagainya. Misalnya proyektor slide,
menungkinkan pengajaran yang bersifat
OHP dan lain sebagainya.
individual
dan
pengajaran
lebih
luas
e. Aktivitas (teknik)
terutama dengan media masa.
Aktivitas
sebagai
sumber
belajar
2. Jenis-jenis Sumber Belajar
biasanya selaras dan kombinasi dengan
Slameto (1991: 152) menjelaskan
sumber belajar yang lain. Aktivitas ini
bahwa jenis-jenis sumber belajar dapat
direncanakan sebagai sumber belajar
diuraikan sebagai berikut:
lebih banyak merupakan teknik khusus
a. Manusia Sumber (Orang, Masyarakat)
yang
memberikan
fasilitas
belajar.
56 | JURNAL AGASTYA VOL 7 NO 1 JANUARI 2017
Misalnya pengajaran terprogram, belajar
sendiri, ceramah, tanya jawab.
Pendapat yang sama dikemukakan
oleh Kartodirdjo bahwa seringkali hal-hal
D. Sejarah Lokal
yang ada ditingkat nasional baru bisa
1. Pengertian Sejarah Lokal
dimengerti dengan lebih baik, apabila kita
Sejarah lokal adalah sejarah dari
mengerti dengan bak pula perkembangan
suatu “tempat”, suatu “locality”. biasanya
ditingkat lokal. Hal-hal ditingkat yang lebih
ditentukan oleh “perjanjian” yang diajukan
luas
penulis sejarah. Batas geografisnya dapat
gambaran dari pola-pola serta masalah-
suatu tempat tinggal suku bangsa, yang kini
masalah umumnya, sedangkan situasinya
mungkin telah mencangkup dua-tiga daerah
yang lebih konkrit dan mendetail baru bisa
administratif tingkat dua atau tingkat suku
diketahui melalui gambaran sejarah lokal
(suku bangsa Jawa, umpamanya) dan dapat
(dalam Widja, 1991: 16).
pula suatu kota, atau malah suatu desa
(Abdullah, 1990: 15).
biasanya
Dari
hanya
uraian
di
memberikan
atas
dapat
didefinisikan bahwa pengertian sejarah
Kalau kita artikan sejarah lokal
semata-mata
itu
sebagai
sejarah
daerah
lokal adalah suatu kegiatan di daerah
tertentu
yang
mencangkup
geografis,
tertentu, makam sejarah itu sudah lama
sumber sejarah dan tempat tinggal suatu
berkebang di Indoneisa bahkan sejarah
daerah yang dibatasi sendiri oleh sejarawan,
yang kita miliki sekarang bermula dari
sehingga dapat dipergunakan atau dipakai
tradisi sejarah lokal seperti itu. Hal ini kita
untuk sarana pembelajaran. Selain itu yang
hubungkan dengan berbagai sejarah daeran
lebih luas biasanya memberikan gambaran
dengan
nama-nama
pola serta masalah pada umumnya dan
babad,
tambo,
tradisional
riwayat,
seperti
hikayat,
dan
situasi yang konkrit baru bisa diketahui
sebagainya, yang dengan cara-cara khas
melalui gambaran sejarah lokal tersebut.
menguraikan asal-usul suatu daerahdaerah
2. Klasifikasi Sejarah Lokal
tertentu (Ong Hok Ham, dalam Widja, 1991:
7).
Sejarah lokal di Indonesia sejak
1950
Pendapat yang lain diungkapkan
oleh (Priyadi, 2012:
6-7) bahwa sejarah
menurut
(Abdullah,
27)
mengatakan bahwa secara garis besar corak
studi sejarah lokal dapat dibedakan empat
lokal adalah suatu tempat atau ruang
corak yaitu:
sehingga sejarah lokal menyangkut lokalitas
a. Studi
yang
difokuskan
tertentu yang disepakati oleh para penulis
peristiwa
sejarah, atau sejarawan dengan alasan
khusus
ilmiah, misalnya, suatu ruang tempat tinggal
evenemental l’evenement),
suku bangsa atau subsuku bangsa.
1990:
tertentu
atau
apa
pada
(studi
yang
suatu
peristiwa
disebut
T A R I K E C E T A N D A L A M T R A D I S I K E D U K ………| 57
b. Studi yang lebih menekankan pada
stuktur,
merupakan suatu metode penelitian yang
ditujukan
c. Studi yang mengambil perkembangan
untuk
mendiskripsikan
dan
menganalisa fenomena, peristiwa, aktivitas
aspek tertentu dalam kurun waktu
sosial,
tertentu (studi tematis), dan
pemikiran orang baik secara individual atau
d. Studi sejarah umum, yang menguraikan
perkembangan
daerah
kepercayaan,
persepsi,
kelompok. (Sukmadinata, 2007: 60).
tertentu
(propinsi, kota, kabupaten).
sikap,
Pendekatan ini berlandaskan pada
filsafat postpositivisme, yang digunakan
Keempat corak di atas ini tidak
untuk meneliti pada kondisi obyek yang
bersifat eksklusif, suatu corak yang dapat
alamiah
(sebagai
lawannya
adalah
mengandung unsur-unsur yang lain. Corak
eksperimen)
peneliti
adalah
ini lebih ditentukan oleh unsur dominan.
instrumen kunci, teknik pengumpulan data
dimana
Dengan demikian urian di atas
dilakukan secara triangulasi (gabungan),
bahwa corak studi sejarah lokal dapat
analisis data bersifat induktif/kualitatif
dibedakan menjadi empat bagian yaitu Studi
(Sugiyono 2009: 9). Penelitian kualitatif
yang difokuskan pada suatu peristiwa
digunakan dalam kondisi obyek, peristiwa
tertentu, Studi yang lebih menekankan pada
dan
stuktur,
pengamatan yang berisi diskripsi lengka
Studi
yang
mengambil
fenomena
secara
alami
melalui
perkembangan aspek tertentu dalam kurun
disertai wawancara dan analisis dokumen.
waktu tertentu (studi tematis), dan Studi
2. Jenis Penelitian
sejarah umum.
Penelitian
Metode Penelitian
menggunakan
jenis
penelitian diskriptif kualitatif. Penelitian ini
A. Tempat dan Waktu Penelitian
ditunjukkan untuk mendeskripsikan atau
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Tawun
menggambarkan fenomena-fenomena yang
Kecamatan Kasreman Kabupaten Ngawi
ada, baik fenomena yang bersifat alamiah
Jawa Timur. Pemilihan tempat ini karena di
atau rekayasa manusia (Sukmadinata, 2010:
desa Tawun asal mula kesenian tari kecetan
72). Penelitian ini dilaksanakan dengan
berkembang dan selalu dilestarikan pada
menganalisis data yang diperoleh dari
tradisi
wawancara, dokumentasi, dan observasi
Keduk
Beji.
Penelitian
mulai
dilaksanakan selama lima bulan terhitung
langsung di lapangan.
bulan Februari sampai Juli 2016.
C. Sumber Data
B. Pendekatan dan Jenis Penelitian
1. Pendekatan Dalam Penelitian
Penelitian
ini
Menurut Sugiyono
sumber
data
dapat
(2009: 137),
dilakukan
dalam
menggunakan
berbagai setting, sumber dan berbagai cara.
pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif
Bila dilihat dari settingnya, data dapat
58 | JURNAL AGASTYA VOL 7 NO 1 JANUARI 2017
dikumpulkan pada setting alamiah (natural
setting).
Penelitian
ini
Sesuai
dengan
pendekatan
menggunakan
penelitian kualitatif serta jenis sumber data
sumber data primer dan sumber data
yang digunakan, maka menggunakan teknik
sekunder yaitu:
pengumpulan data sebagai berikut:
1. Sumber Data Primer
1. Observasi
Nazir (2011: 50) menjelaskan bahwa
Observasi
adalah
suatu
proses
sumber data primer merupakan sumber-
melihat, mengamati dan mencermati serta
sumber dasar yang merupakan bukti atau
merekam sesuatu secara sistematis untuk
saksi utama dari kejadian yang lalu. Sumber
suatu
data primer adalah sumber data yang
Cartwright dalam Haris Herdiansyah 2010:
diperoleh atau dikumpulkan dilapangan
131).
oleh orang yang melakukan penelitian atau
Tawun
yang bersangkutan yang memerlukannya
mendapatkan hasil yang akurat karena
(Iqbal, 2004: 19).
mengadakan langsung pengamatan obyek
Dalam
tujuan
tertentu
(Cartwright&
Observasi ini di lakukan di Desa
Kecamatan
Kasreman
agar
penelitian ini data yang
yang diteliti. Tujuan observasi ini untuk
didapat dari sumber yang pertama yaitu Sri
melihat serta mengamati makna simbolis
Widajati yang merupakan orang yang
dari gerakan tari kecetan tersebut.
mengetahui selak buluk tari kecetan, dari
2. Wawancara
informan ini kemudian informasi akan
Esterberg (dalam Sugiyono, 2009:
berkembang. Selain itu, wawancara kepala
231) wawancara adalah pertemuan dua
Desa Tawun dan beberapa masyarakat lain
orang untuk bertukar informasi dan ide
yang mengetahui tentang tari kecetan dalam
melalui
tradisi keduk beji tersebut.
dikonstruksikan makna dalam suatu topik
2. Sumber Data Sekunder
tertentu.
Sulistyo Basuki (dalam Prastowo,
tanya
penelitian
jawab,
Metode
ini
ini
karena
sehingga
dipakai
peneliti
dapat
dalam
akan
2014: 113) sumber data sekunder adalah
melakukan wawancara kepada informan
informasi umumnya bukti yang berada satu
yang dianggap sebagai salah satu sumber
langkah atau lebih dari peristiwa yang
yang bisa menjawab rumusan masalah
sesungguhnya. Dalam penelitian ini berupa
penelitian. Sebelum wawancara terlebih
sumber, informasi bukti yang nyata. Sumber
dahulu, menyusun pedoman wawancara
sekunder di dapatkan melalui wawancara
agar tersusun dengan baik dan sebagai salah
dengan
yang
satu kode etik wawancara. Metode ini
tari
diharapkan menjadi kunci untuk menjawab
beberapa
mengetahui
tentang
masyarakat
selak
kecetan.
D. Teknik Pengumpulan Data
beluk
makna simbolis tari kecetan di Desa Tawun,
T A R I K E C E T A N D A L A M T R A D I S I K E D U K ………| 59
serta seluk beluk tari tersebut guna sebagai
Pada
tahap
ini
peneliti
sumber belajar sejarah lokal.
pengumpulan data lapangan. Langkah
3. Dokumentasi tertulis/Arsip
awal
melaksanakan
melakukan
adalah
mencari
Dokumentasi ini merupakan salah
informasi di lokasi desa Tawun berkaitan
satu cara yang dapat dilakukan peneliti
tentang tari kecetan dalam tradisi keduk
kualitatif untuk mendapatkan gambaran
beji. Sesudah data terkumpul, maka
dari sudut pandang subjek melalui suatu
dilakukan
media tertulis dan dokumen lainnya yang
menganalisis data serta penyusunan
ditulis atau dibuat langsung oleh subjek
laporan.
yang bersangkutan (Herdiansyah, 2009:
143).
Dokumen
berbentuk
penyusunan
data,
3. Tahap Penyelesaian
gambar,
Tahap penyelesaian laporan didasarkan
misalnya, foto, gambar hidup,sketsa, dan
pada hasil analisis data yang sudah
lain-lain. Dokumen yang berbentuk karya
didapat pada tahap sebelumnya. Setelah
seni, yang dapat berupa gambar, patung,
data
film, dan lain-lain
penyusunan laporan dan hasil dari
Data-data yang dikumpulkan dengan
teknik dokumentasi untuk memperoleh
informasi yang bersumber dari dokumen
terkumpul
maka
dilakukan
penelitian (Sugiyono, 2007: 241).
F. Teknik Keabsahan Data
Teknik validasi data yang digunakan
yang berupa buku tentang tari kecetan
sebagai berikut:
dalam tradisi keduk beji di desa Tawun
1. Triangulasi metode adalah pengumpulan
sebagai makna simbolis dan sumber belajar
data yang sama dengan menggunakan
sejarah lokal.
metode pengumpulan data yang berbeda,
E. Prosedur Penelitian
serta dapat diusahakan mengarah pada
Penelitian tentang Tari
Dalam Tradisi Keduk Beji
Kecetan
Desa Tawun
sumber data yang sama untuk menguji
kemantapan
informasinya.
Kecamatan Kasreman Kabupaten Ngawi
untuk
melalui
mengenai suatu keterampilan seseorang
berbagai
tahap
penelitian,
memantapkan
Misalnya
validitas
data
diantaranya sebagai berikut:
dalam bidang tertentu, peneliti bisa
1. Tahap Persiapan
menggunakan metode pengumpulan data
Peneliti
menyiapkan
tema
serta
yang
berupa
kuesioner
kemudian
pengajuan judul. Peneliti mengamati
dilakukan wawancara mendalam pada
berbagai objek yang akan diteliti dan
informan yang sama, dan hasilnya diuji
Narasumber yang akan diwawancara.
dengan
2. Tahap Pelaksanaan
pengumpulan
data
sejenis
dengan menggunakan teknik observasi
pada saat orang tersebut melakukan
60 | JURNAL AGASTYA VOL 7 NO 1 JANUARI 2017
kegiatannya
atau
perilakunya
(H.B.
Sutopo, 2002: 80).
2. Triangulasi
tidak
penting
semedikian
sumber
data
adalah
penelitian
dan
rupa
dapat
mengatur
sehingga
data
simpulan
dilakukan.
Peneliti
mengarahkan peneliti agar di dalam
melakukan tahap reduksi data dengan
mengumpulkan
wajib
membaca secara cermat objek penelitian
menggunakan beragam sumber data
dan kemudian dibagi ke dalam kategori
yang tersedia. Artinya data yang sama
sesuai kajian yang peneliti amati.
atau
data,
sejenis,
akan
lebih
mantap
2. Tahap Penyajian Data
kebenarannya bila digali dari beberapa
Sajian data merupakan suatu rakitan
sumber data yang berbeda. Triangulasi
organisasi informasi, deskripsi, dalam
sumber data yang memanfaatkan jenis
bentuk
sumber
untuk
simpulan penelitian dapat dilakukan.
menggali data yang sejenis. Dengan cara
Sajian ini merupakan rangkaian kalimat
menggali
yang
yang disusun secara logis dan sistematis.
teknik
Tujuannya agar peneliti bisa memahami
pengumpulan data yang berbeda itu pun
objek yang diteliti dan memberikan
data sejenis bisa teruji kemantapan dan
jawaban
kebenarannya (H.B. Sutopo, 2002: 79).
penelitiannya.
data
yang
data
berbeda-beda
berbeda
dari
sumber
dan
juga
G. Teknik Analisis Data
Miles
dan
narasi
yang
sesuai
memungkinkan
rumusan
masalah
Hubungannya
dengan
tahap penyajian data, peneliti melakukan
(dalam
ringkasan yang relevan dengan bidang
Sugiyono, 2009: 246-253) mengemukakan
kajian yang diteliti. Hal ini dilakukan agar
bahwa
memudahkan
dalam
Huberman
analisis
dan
kualitatif
peneliti
dilakukan secara interaktif dan berlangsung
mengelompokkan
secara terus menerus melalui reduksi data
simpulan.
(data reduction), penyajian data (data
display)
dan
penarikan
kesimpulan
dan
dalam
menentukan
3. Tahap Penarikan Kesimpulan
Tahap simpulan merupakan tahap akhir
(conclusion drawing atau verification).
dalam analisis data ini. Berbagai data
1. Tahap Reduksi Data
yang dibutuhkan untuk penarikan suatu
Dalam tahap reduksi data, peneliti
simpulan mulai dianalisis secara lebih
melakukan proses seleksi, pemfokusan,
mendalam. Hal ini dialakukan agar
penyederhanaan dan abstraksi data dari
penelitian
sumber
data
dipertanggungjawabkan kebenarannya.
merupakan bagian dari proses analisis
Di samping itu, adanya data-data yang
yang
dikumpulkan
penelitian.
mempertegas,
Reduksi
memperpendek,
membuat fokus, membuang hal-hal yang
kualitatif
dapat
ini
dijadikan
bisa
suatu
T A R I K E C E T A N D A L A M T R A D I S I K E D U K ………| 61
pertimbangan yang akan menentukan
Kussudiardja 2000:11) Arti seni tari adalah
arah suatu kajian yang diteliti.
keindahan gerak anggota-anggota badan
manusia yang bergerak, berirama dan
berjiwa atau dapat diberi arti. Hal tersebut
sesuai
dengan
temuan
data
yang
menjelaskan bahwa tari kecetan ini adalah
gerakan
yang
saling
memukul
tumit
menggunakan bambu serta membersihkan
Bagan 3.2: Analisis data model interaktif
(Miles & Huberman, 1998:20).
tari
kecetan
adalah
Tari
Kecetan itu berasal dari kata “Kecet” yang
berarti tumit, tumit itulah yang dijadikan
sasaran untuk dipukul menggunakan bambu
yang dilakukan oleh para pemuda pria.
Memberikan batasan-batasan tentang tari
yang merupakan desakan perasaan manusia
yang mendorong manusia tersebut untuk
mencari
ungkapan
berupa
gerak-gerak
ritmis. Hal tersebut sesuai dengan kajian
teori oleh Kamaladevi (dalam Nooryan
Bahari 2008: 56). Gerakan tari ini dimulai
dari gerakan rasa syukur terhadap Tuhan
YME, kemudian dilanjut dengan gerakan
menyelam
ke
dalam
air
untuk
membersihkan sendang dan diakhiri dengan
adu saling pukul ke tumit, dan kesemuanya
ini dinamakan satu bagian gerakan tari
sarana hiburan, pendidikan, dan agama juga.
Terkait dengan hal itu tari ini merupakan
segala
sesuatu
yang
dilakukan
oleh
masyarakat Desa Tawun. Tari kecetan ini
sudah ada dari jaman dahulu, tidak ada yang
tau siapa yang menciptakan tari ini, setelah
dikreasikan oleh seniman Ngawi pada tahun
1985, dari sang pencipta dan pengkreasi
seni tari ini lebih bermakna ke bentuk suatu
rasa syukur dan kegembiraan atas limpahan
sang Pencipta kepada masyarakat Tawun
dan sekitarnya. Oleh karena itu tari kecetan
menjadi aset budaya warisan leluhur yang
dimiliki khususnya Desa Tawun. Serta tari
kecetan ini dipertunjukkan dalam setiap
satu tahun sekali pada hari Selasa Kliwon
setelah musim panen pada waktu tradisi
keduk beji yang berlokasi di sendang beji
diyakini sebagai simbol kehidupan mereka.
kecetan.
Tari kecetan ini merupakan tari asli
dari Desa Tawun Kecamatan Kasreman
Kabupaten Ngawi. Hal tersebut sesuai
dengan
tersebut.
Tari kecetan ini merupakan sebagai
Hasil Penelitian
Seni
sendang beji dalam tradisi keduk beji
kajian
teori
oleh
(Bagong
Seni tari kecetan ini menyajikan
secara
simbolis
atau
kiasan
disetiap
gerakan-gerakannya. Sesuai dengan kajian
teori yang ada bahwa mengatakan symbol
adalah objek, kejadian, bunyi bicara, atau
62 | JURNAL AGASTYA VOL 7 NO 1 JANUARI 2017
bentuk-bentuk tertulis yang diberi makna
terlebih
dahulu,
setelah
itu
memulai
manusia, bentuk primer dari simbolisasa
mengerjakan pekerjaan menguras sendang,
oleh manusia adalah melalui bahasa. Tetapi,
selesai menguras sendang mulai memukul
manusia juga berkomunikasi menggunakan
tumit ke orang lain yang dilakukan oleh
tamda dan symbol dalam lukisan, tarian,
pemuda pria serta menggambarkan warga
musik dan sebagainnya (Saifudin, 2005:
sedang bergotong royong membersihkan
289 – 290).
Keduk Beji.
Menurut Rafael Raga Maram (2000:
Disamping gerakan, terdapat alat
29) simbol-simbol tersebut dapat berupa
musik pengiringnya, pakian penarinya dan
bahasa, gerak- isyarat, bisa juga berupa
syair lagu tari kecetan. Pakaian tidak
bunyi, ataupun yang mempunyai arti.
menggunakan pakaian khusus, pakaian yang
Simbol-simbol ini dapat untuk menciptakan,
digunakan pakain yang digunakan sehari –
mengkomunikasikan dan mengambil bagian
hari dan menggunakan ikat kepala biar
serta mengalihkan komponen-komponen
kelihatan lebih gagah serta membawa
kebudayaan kepada generasi berikutnya.
bambu
Pada hasil temuan data yang diperoleh
memukul kecet dari penari yang lain yang
sesuai
telah
digunakan pada akhir tarian itu. Kemudian
dijelaskan di atas, seperti halnya dalam
alat musik digunakan itu adalah gamelan
kesenian
yang menggunakan nada slendro, alat musik
dengan
tari
pernyataan
kecetan.
yang
Dalam
setiap
gerakannya mengandung air tersendiri.
Seperti yang telas dijelaskan oleh
kecil
yang
digunakan
untuk
gamelan yang terdiri dari gong, kendang,
saron, cente, kenong dan sebagainya.
(Herusatoto, 2008: 46) yang menjelaskan
Mulai jaman dulu sampai sekarang
bahwa manusia adalah mahkluk budaya,
alat
dan budaya manusia penuh dengan simbol-
mengiringi tari Kecetan itu menggunakan
simbol, sehingga dapat dikatakan bahwa
gamelan yang nadanya slendro rancak,
budaya manusia penuh diwarnai dengan
dengan maksud dan tujuan kalau diiringi
simbolisme. Sepanjang sejarah manusia
dengan alat musik biar semangat untuk
simbolisme telah mewarnai tindakkan –
melakukan gerakan tari mulai dari awal
tindakkan manusia baik tingkah laku,
sampai selesai. Serta syair lagu tari kecetan
bahasa,
yaitu: “Ayo
ilmu
pengetahuan,
maupun
religinya.
musik
yang
digunakan
Bareng Ayo
untuk
Nyuwun, Ing
Ngarsane Maha agung, Mugi Mugi Pinringan
Terdapat gerakan tari kecetan yang
Kasarasan lan Katentreman, Yo.. Ayo Konco
memiliki arti tersendiri yaitu gerakannya
Bareng Makaryo, ProWargo Deso, Ing Tawun
menurut ciptaan awalnya dari sesaji, sesaji
Gumregud Tumandang, Angresiki Sendang”.
yang membawa gambaran memohon doa
T A R I K E C E T A N D A L A M T R A D I S I K E D U K ………| 63
Dengan adanya tradisi keduk beji
memperkenalkan dalam generasi muda
mengucapkan
syukur
atas
pemberian
Tuhan.
bahwa tari kecetan itu dipertunjukkan saat
(Priyadi, 2012: 6-7) bahwa sejarah
tradisi keduk beji merupakan warisan
lokal adalah suatu tempat atau ruang
budaya leluhur yang harus dilestarikan dan
sehingga sejarah lokal menyangkut lokalitas
dijaga. Sumber pembelajaran merupakan
tertentu yang disepakati oleh para penulis
segala sesuatu baik ini fisik maupun non
sejarah, atau sejarawan dengan alasan
fisik
untuk
ilmiah, misalnya, suatu ruang tempat tinggal
menambah wawasan atau pengetahuan
suku bangsa atau subsuku bangsa. Dan juga
seperti kegiatan acara tari kecetan dalam
mempelajari budaya dan sejarah di daerah
tradisi
tempat tinggal, maka terdapat kurikulum
yang
dapat
yang
dipergunakan
sudah
turun
temurun
dilestarikan masyarakat sejak jaman dahulu,
KTSP
sedangkan sejarah lokal merupakan suatu
Pendidikan) yang kompetensi dasar yaitu
kegiatan
yang
KD 1.4 menghargai keragaman suku bangsa
mencangkup sumber sejarah dan tempat
dan budaya setempat (Kabupaten/Kota,
tinggal, sehingga dimungkinkan memiliki
Propinsi) khususnya untuk Sekolah Dasar
untuk sarana sumber pembelajaran sejarah
(SD)
lokal.
Pengetahuan Sosial (IPS), maka siswa
di
daerah
tertentu
Hal tersebut sesuai dengan kajian
(Kurikulum
kelas
4
Tingkat
mata
Satuan
pelajaran
Ilmu
diharapkan:
teori oleh sumber pembelajaran adalah
1. Menjelaskan tari tradisional
sarana pembelajaran dan pengajaran yang
2. Menjelaskan dan menyebutkan macam-
sangat penting. Sudah menjadi keharusan
bagi seorang guru untuk mengeksplorasi
berbagai
macam
sumber
untuk
mendapatkan alat bantu yang tepat untuk
mengajar dan melengkapi apa yang sudah
disediakan
oleh
buku
cetak,
untuk
macam tari tradisonal setempat
3. Memberikan contoh cara menghargai
keragaman yang ada di masyarakat
setempat
4. Menunjukkan
sikap
menerima
keragaman suku bangsa dan buadaya
menambah informasi, untuk memperluas
setempat
konsep, dan untuk membangkitkan minat
secara tidak langsung peserta didik juga
peserta didik (Kochhar, 2008: 160). Dengan
akan belajar sejarah lokalnya serta
belajar
budaya
kebudayaan
tempat
tinggal
lokal
yang
dimiliki
oleh
pelajaran yang dapat diambil yaitu bisa
Kabupaten Ngawi sebelum mempelajari
melestarikan adat istiadat leluhur tanpa
daerah lain dan harapan kedepannya
mengurangi
mampu
makna
yaitu
sealau
melestarikan,
dan
menjaga
64 | JURNAL AGASTYA VOL 7 NO 1 JANUARI 2017
budaya
lokal
yang
dimiliki
daerah
tersebut.
bambu
kecil
yang
digunakan
untuk
memukul kecet dari penari yang lain yang
Penutup
digunakan pada akhir tarian itu. Kemudian
Tari kecetan adalah tari kecetan itu
alat musik digunakan itu adalah gamelan
berasal dari kata “Kecet” yang berarti tumit,
yang menggunakan nada slendro, alat musik
tumit itulah yang dijadikan sasaran untuk
gamelan yang terdiri dari gong, kendang,
dipukul
yang
saron, cente, kenong dan sebagainya. Dari
dilakukan oleh para pemuda pria. Gerakan
penelitian ini ternyata memberikan dampak
tari ini dimulai dari gerakan rasa syukur
positif dengan adanya tari kecetan terdapat
terhadap Tuhan YME, kemudian dilanjutkan
dalam pembelajaran sejarah lokal pada
dengan gerakan menyelam ke dalam air
mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
untuk membersihkan sendang dan diakhiri
(IPS) khususnya untuk kelas 4 SD yang
dengan adu saling pukul ke tumit, dan
terdapat dalam kompetensi dasar yaitu KD
semuanya
1.4 menghargai keragaman suku bangsa dan
menggunakan
ini
dinamakan
bambu
satu
bagian
gerakan tari kecetan. Tari kecetan ini
budaya
merupakan tari asli dari Desa Tawun
Propinsi) serta sudah digunakan dalam
Kecamatan Kasreman Kabupaten Ngawi.
ekstrakulikuler tari dan setiap tahun tari ini
Terdapat
dipertunjukkan untuk menyambut hari
gerakan
tari
kecetan
yang
memiliki arti tersendiri yaitu gerakannya
setempat
(Kabupaten/Kota,
kemerdekaan.
menurut ciptaan awalnya dari sesaji, sesaji
Daftar Pustaka
itu yang membawa gambaran memohon doa
Abdullah Taufik. 1990. Sejarah Lokal di
Indonesia
Kumpulan
Tulisan.
Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.
terlebih
dahulu,
setelah
itu
memulai
mengerjakan pekerjaan menguras sendang,
selesai menguras sendang mulai memukul
tumit ke orang lain yang dilakukan oleh
pemuda pria serta menggambarkan warga
sedang bergotong royong membersihkan
Keduk Beji.
Disamping gerakan, terdapat alat
musik pengiringnya, pakian penarinya dan
syair lagu tari kecetan. Pakaian tidak
menggunakan pakaian khusus, pakaian yang
digunakan pakain yang digunakan sehari –
hari dan menggunakan ikat kepala biar
kelihatan lebih gagah serta membawa
Bahari Nooryan. 2008. Kritik
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Seni.
Bungin Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif.
Jakarta: Prenada Media Grafika.
Departemen Pendidikan. 1991. Kamus Besar
Bahasa Indonesia Edisi Kedua. Jakarta:
PT Gramedia Pustaka Utama.
Haris
Herdiansyah. 2010. Metodologi
Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu
Sosial. Jakarta Selatan: Salemba
Humanika.
Hasan Iqbal. 2004. Analisis Data Penelitian
dengan Statistik. Jakarta: Bumi Aksara.
T A R I K E C E T A N D A L A M T R A D I S I K E D U K ………| 65
Herusatoto Budiono. 2008. Simbolisme
Jawa.Yogyakarta: Ombak.
Setiadi M. Elly, dkk. 2007. Ilmu Sosial dan
Budaya Dasar. Jakarta: Kencana
J.
Moleong, Lexy. 2012. Metodologi
Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rodakarya.
Sitepu P. B., 2014. Pengembangan Sumber
Belajar. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Kochhar, S. K. 2008. Pembelajaran Sejarah.
Jakarta: PT Grasindo.
Slameto, 1991. Proses Belajar Mengajar
Dalam Sistem Kredit Semester (SKS).
Jakarta: Bumi Aksara.
Kussudiardja Bagong. 2000. Dari Klasik
Hingga Kontemporer. Yogyakarta:
Padepokan Press.
Maram Raga Rafael. 2000. Manusia dan
Kebudayaan dalam Perspektif Ilmu
Budaya Dasar. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Milles, M B dan Hubberman, A M. 1992.
Analisis Data Kualitatif. Buku Sumber
Tentang
Metode-Metode
Baru.
Terjemahan oleh Rohidi. T R. Jakarta:
UI-Press.
Nazir, 2011. Metode Penelitian. Bogor:
Ghalia Indonesia.
Prastowo Andi. 2014. Memahami MetodeMetode Penelitian. Jogjakarta: ArRuzz Media.
Priyadi Sugeng. 2012. Sejarah Lokal: Konsep
Metode
dan
Tantangannya.
Yogyakarta: Ombak Dua.
Saifuddin
Fedyani
Achmad.
2006.
Antropologi
Kontenporer:
Suatu
Pengantar Kritis Mengenai Paradigma.
Jakarta: Kencana.
Sanjaya Wina. 2009. Strategi Pembelajaran.
Jakarta: Kencana
Sugiyono,
2009.
Metode
Penelitian
Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Sugono D. 2008. Kamus Besar Bahasa
Indonesia Pusat Bahasa. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.
Sukmadinata Nana Syaodih. 2007. Metode
Penelitian Pendidikan. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Sukmadinata Nana Syaodih. 2010. Metode
Penelitian Pendidikan. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Sulistyo Tri Edi. 2005. Kaji Dini Pendidikan
Seni. Surakarta: UPT UNS.
Sutarto Ayu, 2004. Menguak Pergumulan
Antara Seni, Politik, Islam, dan
Indonesia. Jember: Kompyawisda.
Sutopo B. H. 2002. Metodologi Penelitian
Kualitatif. Surakarta: Universitas
Sebelas Maret.
Widya I Gede. 1991. Sejarah Lokal Suatu
Perspektif dalam Pengajaran Sejarah.
Bandung: Angkasa.
Yamin Martinis. 2013. Paradigma Baru
Pembelajaran. Jakarta: Anggota IKAPI.
Download