Pemanfaatan Ruang Kawasan Pesisir sebuah

advertisement
TEMU ILMIAH IPLBI 2015
Pemanfaatan Ruang Kawasan Pesisir sebuah “Keniscayaan”?
Mukti Ali
Lab.Waterfront Planning and Development ,Urban Planning and Design, Program Studi Pengembangan Wilayah dan Kota, Fakultas
Teknik, Universitas Hasanuddin.
Abstrak
Kota-kota di dunia cenderung berkembang di sepanjang pesisir baik di laut maupun di sungai.
Demikian juga halnya kota-kota di Indonesia, sebagian berada di wilayah pesisir. Wilayah Indonesia
memiliki garis pantai sepanjang 99.093 km nomor dua di dunia, Kondisi ini menyebabkan wilayah
pesisir Indonesia kaya akan sumberdaya yang dapat dimanfaatkan bagi kegiatan kehidupan
masyarakat. Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui sejauhmana pemanfaatan ruang
kawasan pesisir perlu dilakukan untuk pengembangan kota-kota pesisir. Jenis penulisan bersifat
deskriptif-eksploratif, data disajikan secara eksplorasi dan dikumpulkan dari beberapa sumber
pustaka, penulisan dan penelitian. Kesimpulan dari makalah ini adalah: kegiatan pengelolaan/pemanfaatan ruang kawasan pesisir dapat memberikan dampak positif baik secara sosial, ekonomi
maupun lingkungan.Dampak negatif dari pengelolaan/pemanfaatan ruang kawasan pesisir terjadi
jika perencanaan tidak sesuai dengan realisasinya di lapangan sehingga dapat menimbulkan
kerugian secara ekonomi, gejolak sosial di msasyarakat, serta kerusakan lingkungan. Sepanjang
mengikuti kaidah, aturan, norma dan undang-undang maka Pemanfaatan ruang kawasan pesisir
sebuah “keniscayaan”?
Kata-kunci:Pemanfaatan, Kawasan Pesisir, Keniscayaan
Pendahuluan
Kota-kota di dunia cenderung berkembang di
sepanjang pesisir baik di laut maupun di sungai.
Kota–kota tersebut kemudian berubah menjadi
pusat pemerintahan yang berfungsi sebagai pusat distribusi komoditas bagi kawasan di sekitarnya. Demikian juga halnya kota-kota di Indonesia, sebagian kota-kota besar berada di
wilayah pesisir. Sehingga masyarakat perkotaan
di Indonesia sangat terkait dengan kawasan
pesisir dan sektor kelautan dan segala potensi
dan permasalahan yang ada di dalamnya.
Berkembangnya kota-kota di kawasan pesisir
berdampak terhadap keadaan di wilayah tersebut. Beberapa dampak yg ditimbulkan antara
lain seperti, peningkatan jumlah penduduk,
perkembangan ekonomi dan sosial, perkembangan industri dan pariwisata, dan lain-lain
sampai kepada dampak lingkungan yang ditimbulkannya baik positif maupun negatif.Selain itu,
perkembangan kawasan pesisir juga memberikan dampak perubahan terhadap ruang dan
pemanfaatannya di wilayah pesisir.
Wilayah Indonesia memiliki garis pantai sepanjang 99.093 km nomor dua di dunia setelah
Kanada, garis pantai ini bias bertambah sampau
lebih dari 100.000 km jika dilakukan pemetaan
yang lebih detail1, dengan ¾ wilayah Indonesia
merupakan wilayah laut dan pesisir yaitu 5.8
juta km2 dari 7.827.087 km2.
Kondisi ini menyebabkan wilayah pesisir
Indonesia kaya akan sumberdaya yang dapat
dimanfaatkan bagi kegiatan kehidupan masyarakat, baik kegiatan ekonomi, sosial maupun
budaya. Pemanfaatan wilayah pesisir menimbulkan konsekuensi terhadap penyediaan ruang
atau lahan bagi berbagai aktifitas yang muncul.
Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2015 | 01
Pemanfaatan Ruang Kawasan Pesisir sebuah “Keniscayaan”?
Gambar 1. Peta Wilayah Laut Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sumber: Atlas Indonesia dan Dunia
Wilayah pesisir dengan kualitas lingkungan
hidup yang rendah menjadi alternatif untuk
mendapatkan lahan bagi berbagai aktifitas
ekonomi, sosial, dan budaya yang muncul.
Negara-negara maju dan juga tentu saja di
Indonesia menjadikan wilayah pesisir sebagai
alternatif dalam menyelesaikan persoalan ketersediaan lahan bagi aktifitas penduduk di wilayah
perkotaan.Lahan di wilayah pesisir yang secara
ekonomis dan lingkungan dinilai kurang menguntungkan di desain supaya lebih bernilai dan
memberikan keuntungan yang lebih banyak bagi
masyarakat.
Reklamasi lahan adalah proses pembentukan
lahan baru di pesisir atau bantaran sungai.
Sesuai dengan definisinya, tujuan utama
reklamasi adalah menjadikan kawasan berair
yang rusak atau tak berguna menjadi lebih baik
dan bermanfaat. Kawasan baru tersebut
biasanya dimanfaatkan untuk kawasan permukiman, perindustrian, bisnis dan perto-koan,
pelabuhan udara, perkotaan, per-tanian, serta
objek wisata2.
Beberapa upaya pemanfaatan yang dapat
dilakukan adalah dengan konservasi, reklamasi,
dan rehabilitasi. Pemanfaatan sumberdaya wilayah pesisir yang memiliki karakteristik yang
berbeda-beda hanya dapat dilakukan secara
optimal dan berkesinambungan dengan perencanaan dan pengelolaan secara terpadu dan
berkelanjutan. Besarnya sumberdaya wilayah
pesisir dapat menimbulkan berbagai permasalahan. Ketidakterpaduan pemanfaatan ruang
pesisir dapat konflik kepentingan antar berbagai
sektor. Meningkatnya kemiskinan masyarakat
pesisir dan lemahnya penegakan hukum dalam
pemanfaatan wilayah pesisir merupakan masalah klasik yang dapat timbul dari tidak
terpadunya pengelolaan tata ruangwilayah
pesisir.
Salah satu upaya pengelolaan dan wilayah
pesisir adalah dengan melakukan reklamasi.
Pemanfaatan pesisir dalam bentuk reklamasi
pantai telah dilakukan sejak lama, dari beberapa
penelitian diketahui reklamasi tanah utama
pertama dilakukan pada tahun 1970, ketika Port
dari Rotterdam di Belanda diperpanjang dengan
pasir suppletion dari laut dengan reklamasi
Maasvlakte pertama3.Belanda yang wilayahnya
berada di bawah rata-rata permukaan laut, pada
tahun 1612, merekayasa lahan Kota Beemster
tidak kurang dari 70 km2. Proyek reklamasi di
Beemster ini termasuk proyek reklamasi tertua
yang pernah dilakukan dan pernah mendapatkan penghargaan sebagai World Heritage Site
pada tahun 1999. Selain Belanda, Hong Kong
merupakan salah satu negara yang telah lama
melakukan reklamasi dimana hampir 25%
wilayahnya adalah hasil reklamasi pantai. Singapura melaksanakan proyek reklamasi yang
tergolong spektakuler dengan setidaknya butuh
02 | Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2015
Sejarah Pemanfaatan Pesisir dan Perkembangan
reklamasi di Dunia
Mukti Ali
waktu 50 tahun dari masa perencanaan sampai
pada saat ini, dan proses pembangunannya
masih terus berlanjut. Selanjutnya adalah Palm
Island yang berada di Dubai. Palm Island dapat
dikatakan sebagai proyek reklamasi yang penuh
ambisi dan paling spektakuler dalam dekade
belakangan ini. Di Kota Yokohama, Japan pada
1983 dilakukan reklamasi dengan tujuan untuk
meningkatkan kualitas lingkungan yang menurun akibat industri. Sementara itu sejarah
reklamasi di Indonesia dimulai pada tahun 1990an di Jakarta dan juga di Manado dilakukan
reklamasi untuk penataan kawasan pesisir.
Demikian juga di Makassar telah dilakukan
reklamasi pantai Losari. Selain itu beberapa kota
besar di Indonesia saat ini juga telah melakukan
perencanaan pemanfaatan pesisir dengan reklamasi pantai. Berdasarkan uraian latar belakang
dan sejarah dilakukannya reklamasi di dunia,
penulis mencoba mengkaji sejauhmana pemanfaatan ruang kawasan pesisir perlu dilakukan
untuk pengembangan kota-kota pesisir. Dalam
hal ini penulis tidak dalam kapasitas memberikan justifikasi terhadap baik buruknya
melakukan pengelolan terhadap pesisir. Penulis
hanya memberikan analisis dari berbagai kajian
terhadap pengelolaan wilayah pesisir.
Metode Penulisan
Jenis penulisan makalah ini bersifatdeskriptifeksploratif, data disajikan secara eksplorasi dan
dikumpulkan dari beberapa sumber pustaka,
penulisan dan penelitian.
Penyajian analisis data susun sebagai berikut:
1. Permasalahan dan Dampak Pemanfaatan
Pesisir
2. Dasar Hukum Pemanfaatan Pesisir
3. Definisi Pemanfaatan menurut UndangUndangNo.27/2007
4. Studi Kasus Pemanfaatan Pesisir
Berikutnya pembahasan dilanjutkan dengan
uraian mengenai “Prinsip perencanaan pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil”,
sebagai bahan analisis lanjutan untuk menyusun
kesimpulan. Di bagian akhir makalah ditutup
dengan kesimpulan tentang bagaimana menyikapi pengelolaan/pemanfaatan ruang wilayah
pesisir.
Analisis dan Pembahasan
1.
Permasalahan dan Dampak Pemanfaatan
Pesisir
Dalam bagian Penjelasan Atas Undang-Undang
Republik Indonesia No. 27 Tahun 2007 tentang
Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau
Kecil disebutkan bahwa “Dalam satu dekade ini
terdapat kecenderungan bahwa Wilayah Pesisir
dan Pulau-Pulau Kecil yang rentan mengalami
kerusakan akibat aktivitas Orang dalam memanfaatkan sumber dayanya atau akibat
bencana alam. Selain itu, akumulasi dari
berbagai kegiatan eksploitasi yang bersifat
parsial/sektoral di Wilayah Pesisir dan PulauPulau Kecil atau dampak kegiatan lain di hulu
wilayah pesisir yang didukung peraturan
perundang-undangan yang ada sering menimbulkan kerusakan Sumber Daya Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil. Peraturan perundang- undangan yang ada lebih berorientasi pada
eksploitasi Sumber Daya Pesisir dan Pulau-Pulau
Kecil tanpa memperhatikan kelestarian sumber
daya. Sementara itu, kesadaran nilai strategis
dari Pengelolaan Wilayah Pesisir dan PulauPulau Kecil secara berkelanjutan, terpadu, dan
berbasis masyarakat relatif kurang. Kurang
dihargainya hak masyarakat adat/lokal dalam
pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan PulauPulau Kecil, terbatasnya ruang untuk partisipasi
masyarakat dalam pengelolaan Sumber Daya
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil menunjukkan
bahwa prinsip pengelolaan pesisir dan pulaupulau kecil terpadu belum terintegrasi dengan
kegiatan pembangunan dari berbagai sektor dan
daerah. Sistem pengelolaan pesisir tersebut
belum mampu mengeliminasi faktor- faktor
penyebab kerusakan dan belum memberi kesempatan kepada sumber daya hayati untuk
dapat pulih kembali secara alami atau sumber
daya nonhayati disubstitusi dengan sumber daya
lain4.”
Lebih lanjut Penjelasan atas Undang-Undang
Republik Indonesia No. 27 Tahun 2007 tentang
Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau
Kecil menyebutkan bahwa “keunikan Wilayah
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yang rentan
berkembangnya konflik dan terbatasnya akses
pemanfaatan bagi masyarakat pesisir dan pulauProsiding Temu Ilmiah IPLBI 2015 | 03
Pemanfaatan Ruang Kawasan Pesisir sebuah “Keniscayaan”?
pulau kecil,
perlu dikelola secara baik agar
dampak aktivitas manusia dapat dikendalikan
dan sebagian wilayah pesisir dipertahankan
untuk konservasi. Masyarakat perlu didorong
untuk mengelola wilayah pesisirnya dengan baik
dan yang telah berhasil perlu diberi insentif,
tetapi yang merusak perlu diberi sanksi. Normanorma Pengelolaan Wilayah Pesisir dan PulauPulau Kecil tersebut disusun dalam lingkup
perencanaan, pemanfaatan, pengelolaan, pengendalian, dan pengawasan, dengan memperhatikan norma-
norma yang diatur dalam
peraturan perundang-undangan lainnya seperti
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun
2007 Nomor 68, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4725). Norma-norma Pengelolaan Wilayah
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yang akan dimuat
difokuskan pada norma hukum yang belum
diatur dalam sistem peraturan per-undangundangan yang ada atau bersifat lebih spesifik
dari pengaturan umum yang telah diundangkan.
Norma-norma itu akan mem-berikan peran
kepada Pemerintah, masyarakat, dan swasta
sebagai pemangku kepentingan baik kepentingan daerah, kepentingan nasional, maupun
kepentingan internasional melalui sistem pengelolaan wilayah terpadu. Sesuai dengan hakikat
Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai
negara hukum, pengem-bangan sistem Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
sebagai bagian dari pembangunan berkelanjutan
yang berwawasan lingkungan hidup harus diberi
dasar hukum yang jelas, tegas, dan menyeluruh
guna menjamin kepastian hukum bagi upaya
pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau
Kecil. Dasar hukum itu dilandasi oleh Pancasila
dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 19455.”
Penjelasan Undang-Undang ini sangat jelas
menguraikan tentang permasalahn dan dampak
yang akan ditimbulkan jika wilayah pesisir dan
pulau-pulai kecil tiak dikelola dengan baik dan
berkelanjutan antar semua sektor dan kepentingan baik masyarakat, swasta maupun
pemerintah.
Ketentuan dari kebijakan tersebut merupakan
implementasi dari pencegahan dampak negatif
04 | Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2015
dari pemanfaatan pesisir dan reklamasi pantai.
2.
Dasar Hukum Pemanfaatan Pesisir
Dalam pengelolaan pemanfaatan ruang kawasan
pesisir dan pelaksanaan reklamasi pantai atau
pengembangan daratan di dunia memiliki
ketentuan–ketentuan yang berlaku. Di Indonesia
sendiri telah memiliki beberapa kebijakan yang
mengatur mengenai reklamasi pantai, diantaranya :
1. Pedoman
Perencanaan
Tata
Ruang
Kawasan Reklamasi Pantai (Peraturan
Menteri PU No. 4/PRT/M/2007)
2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004,
Tentang Pemerintahan Daerah yang
memberi wewenang kepada daerah untuk
mengelola wilayah laut dengan memanfaatkan sumber daya alam secara optimal.
3. Undang-undang No 23 Tahun 1997 Tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup.
4. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007
Tentang Penataan Ruang.
5. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007
Tentang Penanggulangan Bencana.
6. Undang-Undang No. 27 Tahun 2007
tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil.
7. Undang-Undang Republik Indonesia No. 1
tahun 2014 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang No. 27 Tahun 2007
tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil.
3.
Definisi Pemanfaatan Ruang Kawasan
Pesisir menurut Undang-Undang No.
27/2007
Undang-Undang No. 27/2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
pada bagian kedua bab Pemanfaatan Pulau–
Pulau Kecil dan Perairan di Sekitarnya pasal 23
menyebutkan bahwa “Pemanfaatan Pulau-Pulau
Kecil dan perairan di sekitarnya dilakukan
berdasarkan kesatuan ekologis dan ekonomis
secara menyeluruh dan terpadu dengan pulau
besar di dekatnya. Pemanfaatan Pulau-Pulau
Kecil dan perairan di sekitarnya diprioritaskan
untuk salah satu atau lebih kepentingan berikut:
konservasi; pendidikan dan pelatihan;penelitian
Mukti Ali
dan pengembangan; budidaya laut; pariwisata,
usaha perikanan dan kelautan dan industri
perikanan secara lestari; pertanianorganik; dan
/atau, peternakan. Kecuali untuk tujuan konservasi, pendidikan dan pelatihan, serta penelitian
dan pengembangan, pemanfaatan pulau-pulau
kecil dan perairan di sekitarnya wajib: memenuhi persyaratan pengelolaan lingkungan;
memperhatikan kemampuan sistem tata air
setempat; serta menggunakan teknologi yang
ramah lingkungan. Pemanfaatan Pulau-Pulau
Kecil dan perairan di sekitarnya mempunyai Hak
Pengusahaan Perairan Pesisir (HP-3) yang
diterbitkan oleh Pemerintah atau Pemerintah
Daerah sesuai dengan kewenangannya.
Pada pasal lain disebutkan bahwa Pemanfaatan
Pulau-Pulau Kecil dan perairan di sekitarnya
untuk tujuan observasi, penelitian, dan kompilasi
data
untuk
pengembangan
ilmu
pengetahuan wajib melibatkan lembaga dan
/atau instansi terkait dan/atau pakar setempat.
Definisi pemanfaatan ruang Pesisir menurut
Undang-Undang ini terdiri dari Konservasi,
Reklamasi dan Rehabilitasi.
Konservasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
diselenggarakan untuk: menjaga kelestarian
Ekosistem Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, melindungi alur migrasi ikan dan biota laut lain;
melindungi habitat biota laut; dan melindungi
situs budaya tradisional. Rehabilitasi Wilayah
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil wajib dilakukan
dengan memperhatikan keseimbangan Ekosistem dan/atau keaneka-ragaman hayati setempat.
Reklamasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
dilakukan dalam rangka meningkatkan manfaat
dan/atau nilai tambah Wilayah Pesisir dan
Pulau- Pulau Kecil ditinjau dari aspek teknis,
lingkungan, dan sosial ekonomi. Selain itu pada
bab Proses Pengelolaan Wilayah Pesisir
disebutkan bahwa Pengelolaan Wilayah Pesisir
dan Pulau-Pulau Kecil meliputi kegiatan
perencanaan, pemanfaatan, pengawasan, dan
pengendalian terhadap interaksi manusia dalam
memanfaatkan Sumber Daya Pesisir dan PulauPulau Kecil serta proses alamiah secara
berkelanjutan dalam upaya meningkatkan ke-
sejahteraan Masyarakat dan menjaga keutuhan
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pengeloaan wilayah ruang pesisir sangatdimungkinkan sepanjang tidak bertentangan
dengan peraturan dan Undang-Undang yang
berlaku.
4.
Studi Kasus Pemanfaatan Pesisir
Pemanfaatan ruang kawasan pesisir dalam
bentuk reklamasi panati telah banyak dilakukan
di Negara-negara maju. Prinsip Daya Guna
tanpa mengabaikan Pelestarian Lingkungan
menjadi dasar dalam pelaksanaan reklamasi di
negara-negara maju. Dengan prinsip ini reklamasi memberikan manfaat ekonomi, sosial, dan
budaya
bagi
kesejahteraan
masyarakat.
Sehingga pelaksanaan reklamasi tidak menjadi
masalah di tengah-tengah masyarakat. Masyarakat betul-betul merasakan manfaat dari
pelaksaanaan reklamasi. Berikut beberapa
contoh reklamasi yang telah dilakukan di
beberapa negara maju:
1.Jepang, melakukan beberapa reklamasi
diantaranya: di daerah Kansai dengan luas lahan
sekitar 10km2 diperuntukan sebagai bandara
Internasional; di Osaka ada sea landfill phoenix
reklamasi untuk tempat pengolahan limbah
terpadu; di Tokyo juga terdapat lahan reklamasi
yang digunakan sebagai tempat pelngolahan
limbah terpadu.
Gambar 2. Reklamasi Bandara Kansai,
Sumber: reklamasidaratan.files.wordpress.com
Japan
2.Korea Selatan, melakukan reklamasi di daerah
Incheon, diperuntukkan sebagai bandara internasional dan kawasan industri.
3.Singapura, hampir sebagian besar wilayahnya
merupakan lahan reklamasi, yang peruntukanProsiding Temu Ilmiah IPLBI 2015 | 05
Pemanfaatan Ruang Kawasan Pesisir sebuah “Keniscayaan”?
nya digunakan untuk berbagai kegiatan konservasi, ekonomi, sosial dan budaya-pariwisata.
4.Dubai,Negara ini menjadi reklamasi sebagai
megaproject dalam pengembangan kawasan
hunian. Terdapat 4 proyek Reklamasi yaitu: The
Palm Jeber Ali, Deira, Jumairah, dan The World.
5.China, di Tianjin, tujuan dari Reklamasi lahan
di daerah Tianjin adalah untuk memenuhi
efisiensi lahan yang dirasa sudah menggangu di
daerah daratan. Pemerintah China membangun
Reklamasi ini untuk memenuhi kebutuhan
pengem-bangan daerah Industri, Pelabuhan dan
Free Trade Zone. Linggang New City Project,
Shanghai, China, Lahan reklamsi seluas 133.2
km2 ini merupakan proyek pengembangan
daerah bisnis terpadu di daerah Shanghai.
Kawasan Industri, pelabuhan dan Bandara dibangun untuk menunjang peningkatan pesat
perekonomian di China.
dalam bidang destinasi wisata dengan menciptakan ikon pariwisata baru dengan menerapkan
konsep green development, sebagai upaya
mitigasi bencana, khususnya bahaya tsunami.
Gambar 4. Reklamasi Teluk Benoa, Bali. Sumber:
static.inilah.com
3. Manado, Sulawasi Utara, reklamasi pantai
boulevard sepanjang 76 hektar menyebabkan
perubahan di kawasan teluk Manado. Reklamasi
ini diperuntukkan menjadi kawasan Central
Bussiness District.
Berikut beberapa studi kasus reklamasi di
Indonesia yang meskipun telah selesai pelaksanaan dan telah dimanfaatkan oleh masyarakat
tetapi sampai saat ini masih terus menjadi
penimbulkan polemik.
1. Kawasan Teluk Jakarta, Proyek itu
dimaksudkan selain untuk memperbaiki kualitas
lingkungan juga untuk pusat niaga dan jasa
skala internasional, perumahan, dan pariwisata.
Gambar 3. Reklamasi Teluk Jakarta
Sumber: reklamasidaratan.files.wordpress.com
2. Telok Benoa Bali, Tujuan pemanfaatan
kawasan Teluk Benoa antara lain untuk
mengurangi dampak bencana alam dan dampak
iklim global, serta menangani kerusakan pantai
pesisir. Kebijakan rencana pengembangan Teluk
Benoa adalah untuk meningkatkan daya saing
06 | Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2015
Gambar 5. Reklamasi Manado. Sumber: koleksi
penulis, 2015
4. Pantai Losari, Makasar sebagai titik tengah
pembangunan Indonesia. Di kawasan Center
Point of ndonesia, dengan luas total 600 hektar
ini, nantinya akan dibangun pusat bisnis dan
pemerintahan, kawasan hiburan, hotel hotel
kelas dunia yang dilengkapi dengan lapangan
golf dengan view ke laut lepas, hampir serupa
dengan apa yang dibangun melalui rencana
reklamasi pantai utara di Jakarta.
Gambar 6. Reklamasi Pantai Losari, Makassar
Sumber: koleksi penulis, 2015
Mukti Ali
Demikian beberapa kasus pemanfaatan ruang
kawasan pesisir dalam bentuk reklamasi pantai
di Indonesia.
“Prinsip-prinsip Perencanaan Pengelolaan Wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil”
Agar terwujud perencanaan pengelolaan wilayah
pesisir dan pulau-pulau kecil secara terpadu
maka dalam Undang-Undang No.27 tahun 2007
terdapat
beberapa
prinsip
dasar
pada
perencanaan pengelolaan wilayah pesisir dan
pulau-pulau kecil yang harus menjadi pedoman
seluruh pemangku kepentingan terhadap pemanfaatan ruang kawasan pesisir, yaitu:
-
-
-
-
merupakan satu kesatuan yang tidak
terpisahkan dan/atau komplemen dari
sistem perencanaan pembangunan daerah;
mengintegrasikan kegiatan antara pemerintah dengan pemerintah daerah, antar
sektor, antara pemerintahan, dunia usaha
dan masyarakat, antara ekosistem darat
dan ekosistem laut, dan antara ilmu
pengetahuan dan prinsip-prinsip manajemen;
dilakukan sesuai dengan kondisi biogeofisik
dan potensi yang dimiliki masing- masing
daerah, serta dinamika perkembangan
sosial budaya daerah dan nasional; dan melibatkan peran serta masyarakat setempat dan pemangku kepentingan lainnya. Pemanfaatan ruang kawasan pesisir dalam
bentuk reklamasi dapat memberikan dampak
positif dan negatif terhadap kegiatan masyarakat. Dampak positif dapat berupa pe-rubahan
fungsi lahan yang pada awalnya tidak
mempunyai nilai menjadi kawasan yang bernilai
ekonomi tinggi. Sedangkan pemanfaatan ruang
kawasan pesisir jika tidak mengikuti aturan dan
tidak direncanakan secara terpadu dan
berkelanjutan maka akan memberikan dampak
negatif terhadap lingkungan. Oleh karena itu
semua pemangku kepentingan/stakeholders
dalam hal ini masyarakat, swasta, dan
pemerintah perlu dilibatkan dalam pengelolaan
ruang kawasan pesisir. Diperlukan kajian
mendalam dan menyeluruh terhadap dampak
yang akan ditimbulkan dengan pemanfaatan
tersebut.
Sosialisasi kepada masyarakat dengan melibatkan mereka pada proses pengelolaan ruang
kawasan pesisir dan kepastian hukum merupakan hal yang sangat penting diperhati-kan.
Sehingga masyarakat akan mempunyai rasa
memiliki dan tanggungjawab yang besar.
Selain itu pemanfaatan dan pengelolaan ruang
kawasan pesisir seharusnya juga disinkronkan
dengan rencana tata ruang kota yang telah ada.
Sehingga kemampuan daya dukung lahan, daya
dukung sosial, dan ekologi tidak terabaikan.
Kesimpulan
-
Kegiatan pengelolaan/pemanfaatan ruang
kawasan pesisir dapat memberikan dampak
positifbaik secara sosial, ekonomi maupun
lingkungan.
-
Kegiatan pengelolaan/pemanfaatan ruang
kawasan pesisir harus memberikan manfaat
sosial dan ekonomi yang lebih besar dari
biaya sosial dan biaya ekonominya,
-
Kegiatan pengelolaan/pemanfaatan ruang
kawasan pesisirharus memperhatikan dan
menjaga kehidupan masyarakat serta
kelestarian lingkungan.
-
Dampak negatif dari pengelolaan/pemanfaatan ruang kawasan pesisir terjadi jika
perencanaan tidak sesuai dengan realisasinya di lapangan sehingga dapat
menimbulkan kerugian secara ekonomi,
gejolak sosial di masyarakat, serta
kerusakan lingkungan.
-
Kegiatan pengelolaan/pemanfaatan ruang
kawasan pesisir dapat terlaksana dengan
baik jika dibangun komunikasi antara
semua pihak yang berkepentingan dan
stakeholder yang terkait.
Sepanjang mengikuti kaidah, aturan, norma dan
undang-undang maka Pemanfaatan ruang
kawasan pesisir sebuah “keniscayaan”?.
Ucapan Terima Kasih
Penulis mengucapkan terima kasih kepada para
mahasiswa S1 dan S3 sebagai peserta laboraProsiding Temu Ilmiah IPLBI 2015 | 07
Pemanfaatan Ruang Kawasan Pesisir sebuah “Keniscayaan”?
torium waterfront planning and development,
dan pengelola laboratorium waterfront planning
and development. Dan tidak lupa pula penulis
mengucapkan terima kasih kepada panitia Temu
Ilmiah Ikatan Peneliti Lingkungan Binaan
Indonesia (IPLBI) 2015 di Universitas Sam
Ratulangi Manado atas kesempatan sebagai
pemateri dan mempersentsikan makalah ini.
Akhir kata penulis menyadari masih banyak
keterbatasan pada makalah ini, oleh karena itu
sangat terbuka saran dan kritik membangun dari
semua pihak untuk perbaikan makalah ini
kedepan.
Daftar Pustaka
Priyadi Kardono (2015), Kepala Badan Informasi
Geospasial (BIG), Garis Pantai Indonesia terpanjang
Kedua di Dunia, Antara News.com.
Ruchyat Deni Djakapermana, DR, Ir., M.Eng,
Reklamasi Pantai Sebagai Alternatif Pengembangan
Kawasan,Sekretaris Direktorat Jenderal Penataan
Ruang, Kementerian PU.
René Kolman. (2012). New Land By The Sea
Economically and Sosially, Land Reclamation Pays
Secretary General, International Association of
Dredging Companies.
Undang-Undang No.27/2007. (2007).
Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.
08 | Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2015
Pengelolaan
Download