CRITICAL SUCCESS FACTORS (CSF) DALAM IMPLEMENTASI ITIL R.A Nicky Permata Ayuningtyas Mahasiswa Jurusan Sistem Informasi, Bina Nusantara University, Jl.Kebon Jeruk Raya No.27 Kemanggisan, Jakarta Barat 11530, [email protected] ABSTRACT Tujuan dari tulisan ini adalah untuk memberikan gambaran tentang Information Technology Infrastructure Library (ITIL) framework dalam pengimplementasiannya di suatu organisasi. Sudah banyak organisasi yang menerapkan ITIL"best-practice" framework dalam upaya untuk meningkatkan proses manajemen layanan IT mereka. Namun, tidak semua implementasi ITIL sukses. Metodologi analisa yang digunakan dalam penulisan ini adalah pengumpulan data melalui studi pustaka. Paper ini memberikan pengetahuan tambahan tentang Critical Success Factors (CSF) yang mempengaruhi keberhasilan implementasi ITIL pada organisasi . Keywords : Information Technology Infrastructure Library,ITIL,Critical Success Factors Page 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini informasi merupakan kebutuhan penting dalam perencanaan kegiatan dan pengambilan keputusan yang akan mempengaruhi perkembangan organisasi. Organisasi TI harus mampu untuk memenuhi service saat bekerja seefisien mungkin. Proses berulang adalah kunci untuk efisiensi, efektivitas dan kemampuan untuk meningkatkan pelayanan. Menerapkan ITIL dalam organisasi sangat lah menguntungkan, tetapi tidak semua organisasi yang menerapkan ITIL berhasil. Ada beberapa organisasi yang gagal dalam menerapkan ITIL. Didalam paper ini dijelaskan bagaimana proses implementasi IT Infrastructure Library (ITIL) terjadi dan faktor-faktor apa saja yang mendukung dalam proses implementasi ITIL. 1.2 Rumusan Masalah Permasalahan yang akan dibahas dalam penulisan ini adalah: 1. Apakah Critical Success Factors (CFS) mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan IT Infrastructure Library (ITIL) ? 2. Apa hambatan yang terjadi pada saat proses implementasi IT Infrastructure Library (ITIL) ? 3. Bagaimana proses implementasi IT Infrastructure Library (ITIL) pada suatu organisasi ? 1.3 Tujuan Penelitian 1. Mengidentifikasi Critical Success Factors (CFS) dalam mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan IT Infrastructure Library (ITIL). 2. Mengidentifikasi hambatan-hambaatan yang terjadi saat proses implementasi IT Infrastructure Library (ITIL). 3. Menganalisis proses implementasi IT Infrastructure Library (ITIL) sehingga dapat diterapkan dalam organisasi. 1.4 Metodologi Penelitian Didalam penulisan paper ini, penulis melakukan penelitian pustaka dengan mengumpulkan data dari buku-buku, jurnal, atau referensi yang berkaitan tentang Information Technology Infrastructure Library (ITIL) sebagai acuan dan landasan teori dalam penulisan paper ini. Page 2 BAB 2 LANDASAN TEORI Teori-teori yang menjadi dasar penulisan adalah sebaagai berikut : 2.1 Definisi Information Technology Infrastructure Library (ITIL) Menurut Malone et al.,(2010,p.16), ITIL merupakan internasional de facto management framework yang mengambarkan good practice untuk IT Service Management. IT Infrastructure Library, telah menjadi standar internasional sesungguhnya untuk IT Service Management. Fokus pada quality service dan best practice telah membuat kerangka kerja ITIL menjadi paling popular dan umum didalam perencanaan dan pengelolaan proses dan peran-peran serta aktivitas IT Service Management, Jan Van Bon (2002, p131). IT Infrastructure Library adalah sebuah pendekatan terhadap IT Service Management yang paling banyak diterima di dunia. ITIL merupakan best practice kerangka kerja yang terpadu yang didapat dari perusahaan publik maupun perusahaan internasional, Wedemeyer (2008, p7). Menurut Cartlidge et al.,(2007) ITIL adalah sebuah kerangka kerja (framework) umum yang menjelaskan best practice dalam IT Service Management. ITIL menyediakan kerangka kerja untuk manajemen IT dan berfokus pada pengukuran perbaikan secara terus menerus dari layanan IT yang diberikan, baik dari sudut pandang bisnis maupun konsumen. Hal ini yang menjadikan faktor keberhasilan implementasi ITIL secara global. Beberapa keuntungan dari implementasi ITIL antara lain : Meningkatkan kepuasan konsumen terhadap layanan IT. Meningkatkan tingkat ketersediaan layanan, yang secara langsung meningkatkan keuntungan bagi organisasi. Penghematan secara finansial dari berkurangnya pekerjaan yang diulang serta memperbaiki pemanfaatan dan manajemen sumber daya. 2.2 Stuktur ITIL Menurut OGC (2006:16), struktur dari ITIL terdiri dari : 1. Business Perspective Unsur perspektif bisnis ITIL menyediakan informasi yang membantu menghubungkan kesenjangan antara kebutuhan kerja organisasi dan kebutuhan pelanggan. 2. Service Delivery Unsur service delivery menyediakan informasi yang membantu mengidentifikasi layanan yang diperlukan untuk memberikan dukungan yang memadai untuk bisnis. 3. Service Support Service support memastikan bahwa pelanggan memiliki akses yang tepat ke service yang dibutuhkan yang mendukung fungsi bisnis. Page 3 4. Information Communication Technology Management ICT memberikan informasi tentang: Network Service Management Operations Management Systems Management Local Processes Management (ICT) Infrastructure 5. Applications Management Unsur applications management membantu mendefinisikan kebutuhan bisnis sesuai dengan perubahan dalam bisnis. Hal ini juga membantu organisasi dalam menggabungkan perubahan-perubahan dalam proses dan fungsinya. 2.3 Framework ITIL Menurut OGC (2006:18), fokus utama dari kerangka ITIL adalah pada Service Support dan Service Delivery. 2.3.1 Service Support Process 1. Service Desk Service Desk adalah fungsi dalam organisasi dan bukan proses. Service desk berfungsi sebagai titik kontak antara penyedia jasa dan pengguna. Efektivitas service desk menentukan kelancaran fungsi operasi bisnis. Service desk dapat memiliki beberapa fungsi, seperti : Memfasilitasi proses Manajemen Insiden Melakukan Standard Perubahan Menginformasikan pengguna tentang perubahan yang akan datang Melakukan kegiatan operasional seperti backup 2. Incident Management Sebuah insiden adalah peristiwa eksternal dalam operasi bisnis standar yang mempengaruhi atau dapat mempengaruhi kualitas layanan. Proses incident management membantu dalam menyelesaikan insiden untuk memulihkan layanan TI ke tingkat layanan yang disepakati dengan dampak yang minimal terhadap operasi bisnis. 3. Problem Management Masalah adalah situasi yang tidak diinginkan infrastruktur ,dimana penyebab tidak diketahui. dalam Page 4 Proses problem management melibatkan mengidentifikasi, memeriksa, menghilangkan, dan mengendalikan kesalahan dalam infrastruktur TI, mencegah terulangnya insiden . 4. Change Management Suatu perubahan dianggap sebagai modifikasi atau penambahan untuk setiap bagian dari infrastruktur, seperti perangkat keras, perangkat lunak, jaringan, lingkungan, atau dokumentasi terkait. Proses change management menjelaskan metode standar dan prosedur untuk melaksanakan perubahan dengan dampak buruk yang minimal terhadap layanan TI,mencegah insiden terkait perubahan . 5. Configuration Management Seluruh infrastruktur TI dapat dipecah menjadi unit logis disebut Configuration Items (CI). Atribut dan lokasi setiap CI didefinisikan dalam database disebut Database Manajemen Konfigurasi(CMDB). Proses configuration management memberikan informasi kepada semua proses ITIL lain dengan mengelola dan mengendalikan CI dan hubungan antar mereka. 6. Release Management Sebuah release adalah sebuah perangkat lunak baru atau diubah atau perangkat keras (CI) yang diperkenalkan dalam infrastruktur TI. Proses release management mengontrol distribusi hardware dan software , termasuk integrasi, pengujian , dan penyimpanan . Ini juga menjamin bahwa hanya versi yang benar dan diuji dari perangkat lunak dan perangkat keras resmi dilaksanakan. 2.3.2 Service Delivery Process 1. Service Level Management Proses mendefinisikan layanan yang akan disampaikan kepada user. Tingkat layanan dinegosiasikan dan disepakati dengan pelanggan dicatat dalam Service Level Agreements (SLA). Proses ini memastikan bahwa layanan yang diberikan pada tingkat yang telah disepakati. 2. Financial Management for IT Services Proses yang bertujuan untuk mengelola dependensi keuangan antara layanan TI dan sumber daya TI yang sedang digunakan oleh masing-masing layanan. Page 5 3. Availability Management Proses memastikan terganggunya operasi bisnis dengan mengukur dan mempertahankan tingkat ketersediaan sumber daya TI. 4. Capacity Management Proses menyelaraskan tingkat sumber daya dengan kebutuhan organisasi dan pelanggan. Proses ini juga bertujuan untuk menyediakan sumber daya yang diperlukan TI dengan biaya yang diterima. 5. IT Service Continuty Management Proses untuk memastikan Business Continuity dengan mengembalikan layanan TI segera setelah terjadi bencana apapun. 6. Security Management Proses untuk melindungi infrastruktur TI terhadap akses yang tidak sah. Hal ini dilakukan dengan menetapkan persyaratan keamanan dalam hal Service Level Agreements (SLA). peraturan perundang-undangan, persyaratan kontrak, dan kebijakan. Proses ini difokuskan pada kerahasiaan, integritas, dan ketersediaan. 2.4 Hambatan-hambatan dari Implementasi ITIL Studi ITIL menggunakan dimensi-dimensi dalam Balanced Scorecard dimana hambatan-hambatan yang ditemukan adalah (Shang & Lin, 2010): 1. Ketidakpuasan customer karena adanya gap antara tingkat perbaikan kualitas servis dengan persepsi customer 2. Tidak mampu memuaskan kebutuhan spesifik customer pada waktunya 3. Biaya ekstra muncul untuk pendidikan dan manajemen 4. Jeda waktu (time lag) antara investasi proyek ITIL dengan hasil kinerja 5. Konflik antara kebutuhan yang mendesak atas peningkatan kualitas dengan pertimbangan biaya 6. Kesulitan dalam melakukan implementasi 7. Resistance dari karyawan 8. Kurangnya kemampuan dalam hal integrasi Page 6 Financial Aspect Extra costs occurred in education and management Unclear relationship between ITIL project and return on investment Customer Aspect GAP occurred between organizational defined quality improvement and customer perceived quality improvement Unableto allocate customer needs to specific IT services Return on investment Customer commitment Delivery on time Internal Process Aspect Time consuming in predefining various working procedures Process Conflicts between departments Quality Learning/Growth Aspect Employee resistance to change Employee’s skills Calcified learning scope Process Cycle Tabel 1. The Relationship between Each Barrier and BSC Dimensions Menurut Shang dan Lin (2010), hambatan-hambatan tersebut berdampak tidak hanya pada perusahaan, melainkan juga pada customers, call centers, dan staf IT service, serta karyawan-karyawan pada department lain. Oleh karena itu, dalam melaksanankan proyek perbaikan kualitas, sebaiknya tidak hanya memperhatikan dari salah satu aspek saja, seperti biaya implementasi, melainkan juga aspek-aspek lain yang terkena dampak akibat munculnya hambatan-hambatan implementasi tersebut. Hambatan-hambatan implementasi ITIL tersebut dapat semakin diatasi dengan adanya dukungan yang kuat dari manajemen level atas, komunikasi antara internal dengan customer eksternal, mendesain system penghargaan yang mendorong penerapan dari proyek kualitas, dan menciptakan budaya yang menekankan perbaikan secara berkelanjutan (Shang & Lin, 2010). Aspek-aspek dari ITIL pada service management memberikan teknikteknik untuk (Fisher,2006): 1. Menurunkan kesalahan-kesalahan (errors) dan kelebihan riset yang tidak perlu (research redundancies). 2. Membantu dalam perencanaan, eksekusi, dan analisis atas inisiatifinisiatif yang berhubungan dengan IT. 3. Meningkatkan ketersediaan, realibility, keamanan, dan kontinuitas dari asset. 4. Mendefinisikan servis-servis untuk mendukung organisasi per kebutuhan-kebutuhan user pada biaya-biaya yang terendah. Page 7 5. Menkomunikasikan peran dan tanggung jawab. 6. Analisis pada key performance indicators. 7. Menerapkan lesson learned pada aktivitas-aktivitas di masa mendatang. Studi lain menyimpulkan bahwa faktor-faktor kritis yang menentukan kesuksesan implementasi ITIL dapat dikategorikan sebagai berikut (Kraemmergaard et al, 2010): 1. Fokus pada keselarasan strategis dan pelanggan sehingga memastikan proyek tersebut masuk akal dari sisi bisnis dan berkontribusi pada suatu organisasi. 2. Proses implementasi yang berbasis contingency dimana sasaran, proses, sumber daya, dan lain-lain, didapatkan terhadap keadaan spesifik dari organisasi. 3. Proses implementasi yang terencana dan risk driven yang dapat menangani resiko nyata dari implementasi secara sistematis ketika proyek berjalan. 4. Proses implementasi yang bersifat bertingkat dimana tantangantantangan dapat diatasi dengan langkah-langkah yang sederhana dan tidak begitu rumit, sehingga lesson learned dapat digunakan pada tingkat selanjutnya dari proyek. 5. Paket implementasi ITIL berkualitas tinggi dengan perbaikan melalu quality assurance yang sistematis. 6. Manajemen pembelajaran dan pengetahuan dilakukan dengan cara memperoleh pengetahuan dari luar organisasi, menggunakan in-house knowledge yang ada, serta memastikan bahwa karyawan-karyawan yang terkait belajar dari praktek (learning by doing). 7. Pentingnya pelaksanaan change management saat implementasi ITIL dan juga saat implementasi jenis teknologi lain. Temuan lain dari studi oleh Kraemmergaard et al. (2010) adalah kesuksesan atau kegagalan dalam mengimplementasikan ITIL lebih ditentukan dari seberapa baik manajemen atas proses perubahan secara organisasi, dibandingkan dari detail-detail spesifik dalam ITIL. Page 8 BAB 3 PEMBAHASAN 3.1 Process Implementation Project Menurut Elephant (2005:5), model proses implementasi dirancang untuk memfasilitasi tingkat yang lebih besar keberhasilan penyelesaian proyek dan proses embedding. 3.1.1 The Integrated Project Plan Untuk memastikan tingkat keberhasilan yang lebih besar untuk penyelesaian proyek dan proses embedding, organisasi perlu mengambil pandangan holistik proses implementasi proyek. Pertimbangan serius harus diberikan untuk pengembangan dan pemetaan tiga elemen dasar dari setiap inisiatif peningkatan kualitas; process, people,dan technology. Untuk berkonsentrasi pada satu area yang merugikan yang lain dapat membahayakan keberhasilan proyek. 3.1.2 Implementation Roles Bagian berikut merupakan peran khas yang diperlukan untuk program proses implementasi: Process Owner Tahap perencanaan awal dari program ITIL harus mencakup pembentukan peran pemilik proses. Peran ini bertanggung jawab untuk kualitas keseluruhan dari proses dan mengawasi pengelolaan, dan kepatuhan organisasi untuk proses mengalir, prosedur, model, kebijakan, dan teknologi yang terkait dengan proses bisnis IT. Core Process Team Setiap tim proses inti akan terdiri dari antara empat dan enam anggota, yang akan mencakup pemilik proses di samping perwakilan lintas fungsional dari kunci departemen, kelompok fungsional dan daerah dalam organisasi. Mayoritas pekerjaan yang sebenarnya dari proses pengembangan dan rekayasa ulang adalah tugas dari tim inti proses. Mereka akan mengembangkan model proses tingkat tinggi berdasarkan kerangka ITIL dan contoh yang ada dalam Atlas atau dokumen organisasi internal. Page 9 Stakeholder Groups And Subject Matter Experts Hal ini penting untuk re-iterate bahwa masuknya peran dan kegiatan ini dalam proyek sangat penting untuk mengatasi kendala politik dan untuk menjamin keberhasilan jangka panjang dari proses inisiatif. Internal And External Process Advisors Peran proses penasihat adalah untuk menyediakan strategis, taktis, dan operasional transfer pengetahuan di tempat yang tepat, pada waktu yang tepat, dan dalam jumlah yang tepat untuk memfasilitasi kegiatan dari keseluruhan proyek. 3.1.3 High Level Process Model Development Tahap pertama dari rencana proyek adalah pengembangan dari model proses tingkat tinggi. Model proses tingkat tinggi sangat penting untuk memahami kebutuhan staf dan pemilihan tools. 3.1.4 Detailed Design Setelah model high level process telah dikembangkan dan digambarkan dalam flow diagram proses perlu dikembangkan sampai ke tingkat lebih detail agar benar-benar dijalankan. 3.1.5 Process Roles and Responsbility Setelah prosedur rinci dan instruksi kerja telah dikembangkan, organisasi harus merancang model staf baru yang diperlukan untuk mendukung proses, dan yang lebih penting kerangka proses. Penjelasan definisi akuntabilitas dan tanggung jawab merupakan faktor penentu keberhasilan untuk setiap proyek implementasi proses. Tanpa langkah ini, staf fungsional tidak jelas untuk peran dan tanggung jawab mereka dalam proses baru dan kembali ke bagaimana kegiatan telah dicapai sebelumnya. 3.2 Process Implementation Considerations Menurut Elephant (2005:17), sebuah implementasi praktis dari manajemen pelayanan harus mencakup : ‘Quick Wins’ untuk menunjukkan manfaat manajemen pelayanan Dimulai dengan sesuatu yang sederhana dan mengadopsi pendekatan bertahap Melibatkan pelanggan, terutama mereka yang telah kritis terhadap layanan Menjelaskan perbedaan yang akan terlihat oleh pelanggan Melibatkan pemasok jasa pihak ketiga Menjelaskan apa yang sedang dilakukan dan mengapa untuk semua orang yang terlibat atau terkena dampak; staf pendukung sering hati-hati tentang Page 10 perubahan. Hal ini sangat penting bahwa mereka memahami manfaat untuk mengatasi perlawanan mereka 3.2.1 Waktu Pelaksanaan Untuk penempatana waktu dalam pelaksanaan proyek tergantung pada skala, penyesuaian yang diperlukan, dan tingkat kompleksitas dari masing-masing organisasi. Dalam beberapa organisasi beberapa proses dapat dilaksanakan secara bersamaan , tunduk pada berikut pertimbangan: Ukuran operasi TI secara keseluruhan Lingkup peran yang dipilih untuk setiap proses Tingkat integrasi dengan proses TI lainnya Jumlah proses yang akan dilaksanakan Kualitas dan jumlah staf yang ditugaskan Kecepatan manajemen pengambilan keputusan 3.2.2 Penerapan / Skalabilitas Ukuran organisasi merupakan faktor penting ketika mengimplementasikan proses ITIL (atau memang untuk jenis lain dari perubahan). Meskipun dalam prakteknya, banyak faktor dalam organisasi akan berdampak pada kombinasi yang terbaik, berdasarkan best practices, berikut ini dapat dikatakan pada pembagian peran: Ada peran antara Incident dan Problem Management, karena tujuan mereka yang saling bertentangan. Incident management bertanggung jawab untuk meminimalkan efek insiden bagi pengguna. Tugas problem management adalah untuk menemukan masalah mendasar dan kurang menarik pada kelangsungan kegiatan pengguna. Ketika menggabungkan kedua peran, peran ini harus diakui. Ada peran yang sama antara Problem dan Change Management. ketika menggabungkan peran ini, ada perubahan cepat yang dilaksanakan oleh problem management, yang merupakan orang yang sama. Tidak ada checks and balances ada. Peran yang cukup umum bersama adalah dari Configuration Management dan Release Management. Keduanya memiliki tugas komponen administrasi dan prihatin dengan mempertahankan sesuai tanggal database. Page 11 Configuration dan Change Management dengan mudah dapat dibagi sebagai Configuration Management menggunakan informasi CMDB dan tidak ada konflik kepentingan langsung. 3.2.3 Critical Success Factors (CSF) Perspektif yang diambil dalam mempertimbangkan dalam makalah ini (Ko, & Fink, 2010) dibangun dari dua perspektif berikut: Perspektif proses yang berarti aspek proses ITIL. Perspektif ini didasarkan pada fungsi yang dioptimalkan dan alur kerja dalam proses TI (baik internal maupun eksternal). Perspektif orang berfokus pada manajemen dan tim operasional yang bekerja di departemen ICT bersama-sama dengan pelanggan dan perilaku pengguna (yang berarti itu akan ada pada kedua perspektif eksternal dan internal). Menurut Rockart (1979), dalam setiap implementasi sistem atau proses baru atau perbaikan, ada faktor-faktor yang mempengaruhi yang memfasilitasi atau menghambat keberhasilannya. Critical Success Factors (CSF) adalah “few keys areas that must go right for the business to flourish” (Rockart,1979). Ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan untuk memastikan tingkat yang lebih besar keberhasilan proyek menurut Elephant (2005:18) : Business Decisions Keputusan tentang pelaksanaan proses harus dipandu oleh organisasi. Time For Planning And Review Waktu yang cukup harus disediakan dalam pertimbangan rencana proyek, tujuan proses,dan persyaratan tools untuk memastikan keputusan yang memenuhi syarat yang dibuat sehubungan dengan proses implementasi. Mutual Terms of Reference Ketika berhadapan dengan beberapa unit bisnis atau organisasi yang kompleks, referensi frame umum akan perlu dinegosiasikan dan disepakati seperti kategorisasi, prioritas (dampak & urgensi indikator), dan model eskalasi. Nilai-nilai ini akan harus dikembangkan sebelum tools dapat sepenuhnya dikonfigurasi dan digunakan. Page 12 Knowledge of The People Para pemilik proses dan operator, yang akan bekerja untuk mengembangkan tujuan framework proses service management, harus memiliki hands- on kepemilikan dalam pengembangan solusi ini . Semua stakeholders harus memiliki pemahaman yang kuat tentang proses tertentu dimana mereka memegang tanggung jawab serta pemahaman tentang proses integrasi poin dalam framework. Product Configuration Waktu harus disediakan khusus untuk konfigurasi yang sesuai dari proses otomatisasi service management tool kerja dan values. Prosedur rinci dan instruksi kerja harus didokumentasikan, berdasarkan model proses yang telah ditetapkan,dalam rangka untuk memastikan pemetaan efisien proses teknologi. Central Focus on Control and Integration Dalam ITIL Management Service Framework berfokus pada integrasi proses. Memastikan bahwa input dan output untuk setiap proses didefinisikan dan otomatis, jika memungkinkan. Untuk membatasi tingkat pengerjaan ulang dalam proyekproyek proses bertahap implementasi, pemilik proses dan para stakeholders harus mengembangkan model framework yang terintegrasi di awal proses desain dan kegiatan perencanaan implementasi, dan menggunakannya sebagai blue print arsitektur tingkat tinggi untuk semua implementasi proses berikutnya. Project Review Setelah pelaksanaan proses ITIL, tinjauan resmi harus dilakukan oleh organisasi . Organisational Culture and Management Commitment Hal ini adalah dasar dari semua faktor keberhasilan. Tanpa komitmen dan menunjukkan partisipasi langsung, proses inisiatif atau perubahan budaya sangat dibatasi dan kemungkinan besar akan gagal. Dalam merangkum CSF yang paling penting adalah untuk implementasi ITIL dan maintenance, ada kebutuhan untuk mempertimbangkan beberapa prasyarat seperti ini (Thiry, 2010): CSF harus bebas dari keputusan politik dalam perusahaan (kepentingan politik terlibat unit bisnis harus diambil dari definisi CSF) Page 13 CSF harus keluar dari strategi terkait (strategi perusahaan serta strategi ICT), juga harapan program-program dan proyek-proyek yang terkait dengan ICT. CSF harus dicapai dan diukur dari keberhasilannya. 3.2.4 Management Commitment Untuk memastikan kemungkinan terbesar untuk sukses, peran dalam hal ini menunjukkan komitmen dan partisipasi dalam proyek harus didefinisikan dan ditindaklanjuti. Page 14 BAB 4 PENUTUP 4.1 Simpulan Berikut merupakan simpulan dari pembahasan pada bab-bab sebelumnya, yaitu: 1. Dalam implementasi ITIL, Critical Success Factors (CFS) mempengaruhi keberhasilan proses implementasi IT Infrastructure Library (ITIL). 2. Dalam implementasi ITIL, terdapat hambatan yang terjadi pada saat proses implementasi IT Infrastructure Library (ITIL) 3. Proses implementasi ITIL harus dilakukan secara bertahap sesuai dengan penelitian yang digunakan dalam paper ini. 4.2 Saran Berikut merupakan saran yang dapat dipertimbangkan dari hasil penulisan, yaitu: 1. Perlu adanya penlitian lebih mendalam tentang best practice pada organisasi dengan menggunakan standard best practice yang ada, seperti ITIL. 2. Perlu dilakukan maintenance dan pengembangan IT Infrastructure Library (ITIL) yang sudah diimplementasikan. Page 15 DAFTAR PUSTAKA Bon, Jan Van. 2002, The Guide to IT Service Management Guide, Volume 1,Pearson Education, London. C. E. Pollard, A. Cater Steel,.(2008).Justifications, Strategies, and Critical Success Factors in Successful ITIL Implementations in U.S. and Australian Companies: An Exploratory Study, Information Systems Management. 26, 164-175. Elephant, Pink. Januari (2005). ITIL® Process Implementation Strategy, diakses 13 April 2014 dari http://www.pinkelephant.com/ Fisher, C. (2006). Manage Digital Assets with ITIL: Improve Product Configurations and Service Management. Journal of Digital Asset Management, 2, 40–49. Ko, D. & Fink, D. (2010). Information Technology Governance: An Evaluation of The Theory-practice GAP. Corporate Governance, Vol. 10, No.5, 662-674. Malone, Tim, Menken. (2010). ITIL V3 Foundation Complete Certification Kit : Study Guide Book and Online Course. Sine Nomine Pedersen, K., Kræmmergaard, P., Lynge, B. C., & Schou C. D. (2010) ITIL Implementation: Critical Success Factors A Comparative Case Study. Journal of Information Technology Case and Application Research, 12, 11-35. Office of Government Commerce. (2006).ITIL Foundation Exam Preparation Guide Book., ITpreneurs Nederland B.V. London. Rockart, J. F.(1979). Chief executives define their own data needs. Harvard Business Review, 57(2), 81-93. Shari S.C.Shang, Shu-Fang Lin.(2010).Barriers to Implementing ITIL-A Multi Case Study on the Service based Industry. Thiry, M.(2010). Program Management. Formulation (Chapter7). Burlington: Gower Publishing Limited. Wedemeyer, Michael., Menken, Ivanka., Blokdijk, Gerrard. 2008, The ITIL V3 Service Management Awareness Pocket. Emereo Publishing, Queensland. Page 16 RIWAYAT PENULIS Nama : Raden Ajeng Nicky Permata Ayuningtyas Tempat, Tanggal lahir : Jakarta, 16 Desember 1993 Jenis Kelamin : Perempuan Alamat : Jl.KH. Mas Mansyur, No.25A RT 009 RW 010, Tanah Abang, Jakarta Pusat, 10240 No. Telepon : +6281290333766 Riwayat Pendidikan : SD SMP SMA Universitas : : : : SD Negeri Kebon Kacang 01 Pagi SMPN 40 Jakarta SMAN 7 Jakarta Bina Nusantara University Pengalaman Kerja (1999 - 2005) (2005 - 2008) (2008 - 2011) (2011 - sekarang) : Kompas Gramedia - Internship sebagai Software Publishers (2013) Jakarta, 14 April 2013 R.A Nicky Permata Ayuningtyas Page 17