BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Sumber Data Data-data dan literatur didapat dari berbagai media seperti buku, e- book, internet, dan video. Semua sumber merupakan bahan-bahan untuk membantu memperkuat data untuk cerita dan visual dalam pembuatan animasi pendek ini. 1. : Survival – Selamat Dari Gunung Berapi (Hong Jae- Buku cheol - Jeong Jun-gyu ), Discovery Comics Gunung Api ( Hong Seosoo ), Gunung Berapi – Science Quiz ( Yun Seonghyo – Gwon Chanho), Animation Writing and Development ( Jean Ann Wright ), The Animator’s Survival Kit ( Richard Williams ) 2. Internet : www.youtube.com,www.google.com 3. Observasi : Observasi dilakukan dengan mengambil gambar di internet, kuisioner dan wawancara tokoh 4. : Video animasi edukasi “Terjadinya Gempa dan Video Tsunami” dan “Letusan Krakatau 1883” 2.2 2.2.1 Data Umum Animasi Animasi adalah gambar bergerak berbentuk dari sekumpulan objek (gambar) yang disusun secara beraturan mengikuti alur pergerakan yang telah ditentukan pada setiap pertambahan hitungan waktu yang terjadi. Gambar atau objek yang dimaksud dalam definisi di atas bisa berupa gambar manusia, hewan, maupun tulisan. Pada proses pembuatannya sang pembuat animasi atau yang lebih dikenal dengan animator harus menggunakan logika berfikir untuk menentukan alur gerak suatu objek dari keadaan awal hingga keadaan akhir objek tersebut. Perencanaan yang matang dalam perumusan alur gerak berdasarkan logika yang tepat akan menghasilkan animasi yang 3 4 menarik untuk disaksikan. Dan dalam pembuatan animasi, ada dua hal yang perlu diperhatikan, yaitu Objek (gambar) dan alur gerak. Animasi juga bisa didefinisikan sebagai suatu teknik menampilkan gambar berurut sedemikian rupa sehingga penonton merasakan adanya ilusi gerakan pada gambar yang ditampilkan. Secara umum ilusi gerakan merupakan perubahan yang dideteksi secara visual oleh mata penonton sehingga tidak harus perubahan yang terjadi merupakan perubahan posisi sebagai makna dari istilah ‘gerakan’. Perubahan seperti perubahan warna pun dapat dikatakan sebuah animasi. 2.2.2 Animasi 2D dan 3D Animasi 2d ini adalah animasi yang sudut pandangnya hanya dapat dilihat dari sudut x dan y. Animasi ini pada awal mula dikembangkan dibuat dengan gambar manual frame by frame . Pembuatan animasi 2d ini cukup sulit karena bisa menghabiskan banyak sekali frame dan cukup melelahkan. Tetapi dengan adanya perkembangan teknologi animasi 2d sekarang ini pembuatan animasi 2d menjadi lebih mudah. Perbedaan animasi 2d dengan 3d adalah sudut pandang animasi 3d lebih luas, karena menjangkau sudut x, y, dan z. Pembuatan animasi ini menggunakan komputer, melalui program – program yang sudah didesain khusus untuk membuat obyek 3d, seperti 3Ds Max, Maya, Blender, Cinema 4D, dan sebagainya. Kemunculan animasi 3d itu menggeser peran animasi 2d karena pembuatannya yang lebih mudah dan lebih nyaman dibandingkan animasi 2d yang manual. Banyak fitur – fitur yang diberikan dalam program – program 3d yang memudahkan proses pembuatan sebuah animasi. 2.2.3 E-Learning E-Learning adalah suatu sistem belajar dimana pengajar dan siswa tidak harus bertatap muka secara langsung. Biasanya dilakukan melalui media teknologi dan internet. Menurut Mary Daniels Brow dan Dave Feasey (dalam Jurnal Teknodik), e-learning merupakan satu bentuk kegiatan pembelajaran yang memanfaatkan jaringan, seperti : internet, Local Area Network (LAN), atau 5 Wider Area Network (WAN) sebagai metode penyampaian, interaksi, dan fasilitasi serta didukung oleh berbagai layanan belajar lainnya. Darin E. Hartley menyatakan definisi yang paling banyak diterima oleh orang : "e-Learning merupakan suatu jenis belajar mengajar yang memungkinkan tersampaikannya bahan ajar ke siswa dengan menggunakan media Internet, Intranet atau media jaringan komputer lain". Keuntungan dari menggunakan sistem e-Learning ini selain menghemat waktu proses belajar mengajar, juga fleksibilitas yang tinggi karena dapat dibuka dimana saja dan kapan saja. 2.2.3.1 Fitur E-learning menurut Clark & Mayer ( 2008, p.10 ) 1. Konten relevan sesuai tujuan belajar 2. Menggunakan metode instruksional seperti contoh dan praktek 3. Menggunakan elemen media seperti kalimat dan gambar untuk mendistribusikan konten dan metode belajar 4. Pembelajaran dapat menggunakan instruktur ataupun individu 5. Membangun wawasan dan teknik baru yang dihubungkan dengan tujuan belajar 2.2.3.2 Elemen E-learning menurut Clark & Mayer ( 2008, p.10 ) 1. Apa : terdapat informasi dan metode instruksional memudahkan orang mempelajari konten belajar 2. Bagaimana : Pendistribusian melalui komputer dalam bentuk kalimat dan gambar yang didesain untuk dapat dipelajari secara individu ataupun melalui bimbingan instruktur 3. Mengapa : Ditujukan membantu pelajar dalam mencapai tujuan belajar ataupun dalam melakukan pekerjaannya Kelemahan dari e-learning ini adalah penerapannya yang mengharuskan menggunakan media teknologi informasi, dimana tidak semua orang, terutama orang awam paham dalam penggunaannya. Selain itu pembuatan e-learning yang interaktif dan sesuai dengan keinginan pengguna membutuhkan proses yang sedikit rumit sehingga membutuhkan waktu yang cukup lama, dan biaya yang lebih tinggi. Selain itu, belum semua orang terbiasa dalam menggunakan e-learning. 6 2.2.4 Fungsi E-learning Terdapat 3 fungsi penggunaan e-learning dalam kegiatan pembelajaran, yaitu : 1. Suplemen atau Tambahan Peserta didik memiliki kebebasan memilih untuk menggunakan metode pembelajaran e-learning. Walaupun demikian, peserta didik yang memanfaatkan sistem e-learning ini tentu akan memiliki tambahan pengetahuan dan wawasan. 2. Komplemen atau Pelengkap E-learning dijadikan sebagai pelengkap materi pembelajaran yang diberikan oleh instruktur. Untuk beberapa peserta didik yang dapat dengan cepat memahami dan menguasai materi dari instruktur, e-learning dapat diberikan untuk memantapkan tingkat penugasaan materi peserta didik. Juga berlaku untuk peserta didik yang kesulitan memahami materi yang diberikan oleh instruktur, maka e-learning dapat diberikan agar peserta didik mudah dalam memahami materi yang diberikan. 3. Subtitusi atau Pengganti Beberapa intitusi di negara – negara maju memberikan alternatif sistem pembelajaran, yang dimaksudkan agar para peserta didik dapat mengelola jadwal mereka secara fleksibel. Terdapat 3 alternatif model pembelajaran, sepenuhnya tatap muka, sebagian tatap muka dan sebagian melalui internet, dan sepenuhnya melalui internet. 2.2.5 Proses Terjadinya Gunung Meletus Gunung berapi adalah gunung yang memiliki sistem saluran fluida panas ( batuan dalam wujud cair atau kita sebut magma/lava) yang memanjang dari kedalaman 10 km dibawah permukaan bumi sampai ke permukaan bumi. Letusan gunung berapi terjadi akibat endapan magma yang berada di dalam perut bumi didorong keluar 7 oleh gas bertekanan tinggi. Biasanya dipicu akibat pergeseran lempeng bumi, yang mengakibatkan gempa – gempa dan mengaktifkan gunung berapi. 2.2.5.1 Proses Terbentuknya Gunung Berapi Gunung api terbentuk akibat pergerakan antar lempeng. Terdapat 4 macam pergerakan : 1. Pemekaran kerak benua, dimana lempeng saling bergerak menjauh satu sama lain sehingga ada celah bagi magma untuk naik ke permukaan, dan membentuk busur gunung api di tengah samudra. 2. Tumbukan antar kerak benua, dimana kerak samudra menujam dibawah kerak benua, yang mengakibatkan peleburan batuan dan lelehan batuan bergerak ke permukaan melalui rekahan dan membentuk busur gunung api di tepi benua. 3. Kerak benua saling menjauh satu sama lain, dimana menimbukan rekahan atau patahan yang menjadi jalan ke permukaan lelehan batuan atau magma dan membentuk busur gunung api di tengah benua atau banjir lava disepanjang rekahan. 4. Penipisan kerak samudra akibat pergerakan lempeng, memberikan celah bagi magma untuk menerobos ke dasar samudra. Terobosan magma ini merupakan banjir lava yang membentuk deretan gunung api perisai. 2.2.5.2 Klasifikasi Gunung Api di Indonesia 1. Tipe A : Gunung api yang pernah mengalami erupsi magmatik sekurang – kurangnya 1 kali sesudah 1600 tahun. 8 2. Tipe B : Gunung api yang belum lagi mengalami erupsi magmatik sesudah memperlihatkan 1600 gejala tahun, kegiatan, tetapi misalnya masih solfatara (keluarnya gas – gas berbau di gunung). 3. Tipe C : Gunung api yang erupsinya tidak diketahui dalam sejarah manusia, namun masih terdapat tanda – tanda kegiatan masa lampau berupa lapangan solfatara/fumaola pada tingkat lemah. 2.2.5.3 Tipe – tipe Gunung Berapi 1. Gunung berapi kerucut Bentuk gunung terbanyak di dunia. Letusan yang dihasilkan pun bisa dibilang kecil, dapat berupa lelehan batuan yang panas dan cair. Karena sering terjadi lelehan, makanya menyebabkan lereng gunung menjadi berlapis – lapis sehingga disebut strato. Sebagian besar gunung di Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara dan Maluku termasuk gunung api kerucut. Salah satunya adalah Gunung Merapi. 2. Gunung berapi perisai Gunung api jenis ini sangat sedikit ditemukan. Salah satu contohnya adalah Maona Loa Hawaii, yang ada di kepulauan Hawaii. Terjadi karena magma cair keluar dengan tekanan rendah hampir tanpa letusan, sehingga lereng gunung menjadi sangat landai. 3. Gunung berapi maar / cinder cone Bentuknya seperti danau kering. Dan jenis ini termasuk yang jarang. Terbentuk akibat adanya letusan besar yang membentuk lubang besar pada kawah. Gunung api maar ini memiliki corong. Contohnya 9 adalah Gunung Lamongan Jawa Timur dengan kawahnya Klakah. 4. Gunung berapi besar / kaldera Tipe gunung ini terbentuk dari ledakan yang sangat kuat yang melempar ujung atas gunung sehingga membentuk cekungan. Contohnya adalah Gunung Bromo di Jawa Timur. 2.2.5.4 Ciri – ciri Gunung Akan Meletus 1. Suhu di sekitar gunung meningkat 2. Mata air menjadi kering 3. Sering terdengar suara gemuruh bahkan gempa 4. Tumbuhan – tumbuhan mulai melayu 5. Binatang disekitar gunung bermigrasi 2.2.5.5 Hasil Letusan Gunung Berapi 1. Gas Vulkanik – karbon monoksida (CO), karbon dioksida (CO2), hidrogen sulfida (H2S), sulfur dioksida (SO2) dan nitrogen (NO2) yang dapat membahayakan manusia. 2. Lava dan aliran pasir serta batu panas – suhu lava yang dikelaurkan dapat mencapai 700-1200 derajat celcius. 3. Lahar – lava yang telah bercampur dengan batuan, air dan material lainnya. 4. Hujan Abu – material halus yang disemburkan ke udara, dapat tertiup angin sampai ratusan kilometer. Dapat membahayakan pernapasan. 5. Awan Panas – hasil letusan yang bergulung seperti awan, terdapat batuan pijar panas dan material vulkanik dengan suhu lebih dari 600 derajat celcius. Dapat mengakibatkan luka bakar pada tubuh dan sesak napas. 10 2.2.5.6 Dampak Negatif 1. Partikel yang keluar dari gunung dapat menyebabkan gangguan pernapasan apabila sampai terhirup 2. Lumpuhnya kegiatan ekonomi sekitar gunung 3. Merusak pemukiman penduduk 4. Ekosistem alami disekitar gunung berapi terancam rusak 5. Material yang dikeluarkan dapat menyebabkan penyakit 2.2.5.7 Dampak Positif 1. Tanah yang dilalui hasil vulkanis gunung berapi sangat baik untuk pertanian karena menjadi subur 2. Bebatuan yang disemburkan gunung dapat dijadikan bahan bangunan 3. Biasanya terdapat geyser atau sumber mata air panas 4. Muncul mata air makdani dimana kandungan mineralnya berlimpah 5. Pada daerah dimana sering terjadi letusan gunung berapi, dapat didirikan pembangkit listrik 2.2.5.8 Tingkat Isyarat Gunung Berapi di Indonesia Tingkat isyarat gunung berapi di Indonesia Status NORMAL Makna Tindakan Tidak ada gejala Pengamatan rutin aktivitas tekanan Survei dan penyelidikan magma WASPADA Level aktivitas dasar Ada aktivitas apa pun Penyuluhan/sosialisasi bentuknya Penilaian bahaya Terdapat kenaikan Pengecekan sarana aktivitas di atas level 11 normal Pelaksanaan piket terbatas Sosialisasi di wilayah Peningkatan aktivitas seismik dan kejadian vulkanis lainnya Sedikit perubahan aktivitas yang diakibatkan oleh aktivitas magma, tektonik dan hidrotermal SIAGA Menandakan gunung berapi yang sedang terancam bergerak ke arah Penyiapan sarana darurat letusan atau Koordinasi harian menimbulkan bencana Piket penuh Wilayah yang terancam Peningkatan intensif kegiatan seismik Semua data menunjukkan bahwa aktivitas dapat segera berlanjut ke letusan atau menuju pada keadaan yang dapat menimbulkan bencana Jika tren peningkatan berlanjut, letusan dapat terjadi dalam waktu 2 minggu AWAS Menandakan gunung berapi yang segera bahaya direkomendasikan atau sedang meletus untuk dikosongkan atau ada keadaan kritis Koordinasi dilakukan 12 yang menimbulkan bencana secara harian Piket penuh Letusan pembukaan dimulai dengan abu dan asap Letusan berpeluang terjadi dalam waktu 24 jam Tabel 1 Tingkat Isyarat Gunung Berapi ( Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Gunung_berapi ) Tabel 2 Diagram Alir Data dan Informasi Status Aktivasi Gunung Api ( Sumber : http://merapi.bgl.esdm.go.id/informasi_merapi.php?page=informasimerapi&subpage=mitigasi-aktivitas-merapi ) 2.2.5.9 Gunung di Indonesia Dengan Letusan Yang Besar 1. Gunung Kelud Pada tahun 1586 meletus dan menyebabkan korban jiwa sektiar 10 ribu orang. Pada tahun 2014 kembali meletus setelah sebelumnya aktif pada tahun 2010. 13 2. Gunung Merapi Letusan – letusan kecil terjadi setiap 2-3 tahun sekali. Letusan besar sekitar 10-15 tahun sekali. Pada tahun 1930 mengakibatkan 1300an meninggal. Pada tahun 2010 meletus dan menewaskan 138 korban jiwa. 3. Gunung Galunggung Pada desember 1882 menyebabkan 4011 jiwa meninggal dan 114 desa hancur. 4. Gunung Agung Sekitar 1100 orang meninggal akibat letusan pada tahun 1963. 5. Gunung Krakatau Letusan yang cukup besar tahun 1883, menewaskan sekitar 36.000 lebih jiwa akibat tsunami yang disebabkan. Ledakannya sebesar 30.000 kali bom atom Hiroshima Nagasaki. Menyebabkan perubahan iklim global, dimana dunia sempat gelap selama dua setengah hari. 6. Gunung Maninjau Meletus sekitar 52.000 tahun yang lalu, simpanan dari letusan ditemukan dalam distribusi radial membentang hingga 50 km dari timur maninjau, 75 km di tenggara dan barat. Kalderanya sendiri memiliki panjang 20 km dan lebar 8 km. 7. Gunung Tambora Ada lebih dari 71.000 orang meninggal akibat letusan pada 1815. Abu vulkanik jatuh sampai di Kalimantan, Sulawesi, jawa, dan Maluku. Menyebabkan perubahan iklim dunia. Pada tahun 1816 disebut tahun tanpa musim panas akibat perubahan drastis cuaca di Amerika Utara dan Eropa. 8. Gunung Toba 73.000 tahun yang lalu letusan dari gunung toba ini hampir memusnahkan seluruh umat manusia. Krakatau hanya sepersekian dari ledakan gunung toba ini. Sebuah 14 gunung api aktif di Talang, sekitar 300 km dari Toba menjadi ketakutan bagi warga sekitar karena apabila meletus, dikhawatirkan toba akan kembali aktif. 2.2.5.10 Proses Evakuasi Berikut adalah hal yang dapat dilakukan apabila bahaya gunung meletus telah diumumkan : 1. Perhatikan berita pengumuman di radio, televisi, atau media lainnya dan ikuti petunjuk resmi yang dikeluarkan oleh aparat setempat. 2. Keluar dari daerah yang ditandai berbahaya. Efek dari letusan dapat mencapai puluhan kilometer, dan efeknya akan sangat berbahaya bagi anda yang berada disekitar area letusan. Walaupun tidak terdengar letusan, hal lain seperti abu vulkanik atau banjir lahar dapat mencapai tempat anda. 3. Selalu sediakan masker dan kacamata di rumah atau kemanapun anda pergi, untuk menghindar terhirupnya abu atau mengenai mata. 4. Hindari area sungai karena berpotensi banjir lahar. 5. Apabila anda terjebak didalam rumah, segera tutup semua pintu dan jendela, dan bawa hewan peliharaan kedalam rumah. 6. Apabila anda terjebak diluar rumah, segera cari lokasi pengungsian terdekat. Meringkuk dan lindungi kepala anda apabila terdapat hujan batu. Apabila berada di tepi sungai, segera berlari ke tempat yang lebih tinggi. 7. Jika terjebak dalam hujan abu, gunakan kacamata dan masker atau kain basah di wajah anda untuk membantu bernafas. Kenakan kemeja panjang dan celana panjang. Matikan mesin kendaraan. 15 2.2.6 Inspirasi Animasi Edukasi "Gunung Api" Penulis mendapatkan inspirasi untuk membuat animasi edukasi gunung meletus ini dikarenakan melihat fenomena bencana alam yang terjadi baru – baru ini yaitu meletusnya Gunung Kelud, setelah sebelumnya pada tahun 2013 Gunung Sinabung meletus juga yang masih belum reda sampai sekarang. Karena itu penulis berniat untuk membuat animasi edukasi yang membahas tentang Gunung Meletus. 2.2.7 Data Observasi Lapangan Gambar – gambar dibawah penulis ambil dari observasi penulis melalui media internet. Gambar 2.1 Gambar Gunung Sinabung (Sumber gambar : http://www.vsi.esdm.go.id/index.php/gunungapi/data-dasargunungapi/231-g-sinabung ,viewed at : 12/3/2014 ) 16 Gambar 2.2 Gambar Gunung Kelud (Sumber gambar : http://www.voaindonesia.com/content/pemerintah-turunkanstatus-gunung-kelud-menjadi-siaga/1855362.html ,viewed at : 12/3/2014) Gambar 2.3 Gambar Gunung Merapi (Sumber gambar : http://www.republika.co.id/berita/trendtek/sains/10/11/05/144 806-inilah-letusan-letusan-merapi-terheboh-dalam-sejarah , viewed at : 12/3/2014) 17 Gambar 2.4 Gambar Kawah Merapi (Sumber gambar : http://news.nationalgeographic.com/news/2010/10/photogalle ries/101026-indonesia-mount-merapi-volcano-eruption-worldscience-pictures-photos/ ,viewed at : 12/3/2014) Gambar 2.5 Gambar Lahar di Kali Woro (Sumber gambar : http://www.merapi.bgl.esdm.go.id/images_stock/9_ef0ab7.jpg Viewed at : 16/03/2014) 18 Gambar 2.6 Gambar Awan Panas Merapi 19 April 1992 (Sumber gambar : http://merapi.bgl.esdm.go.id/gambar/2010/06/zoom_b_df15d7.jpg Viewed at : 16/03/2014) 2.2.8 Wawancara Dalam mengumpulkan data – data untuk menunjang pembuatan animasi pendek, penulis berkesempatan mewawancarai Bapak ir. Agus Solihin, Ka. Sub. Bidang Evaluasi Bencana Gempabumi dan Gerakan Tanah dari Pusat Vulkanologi Dan Mitigasi Bencana Geologi yang bergerak dibawah Departemen Energi Dan Sumber Daya Mineral. Dari hasil wawancara dengan beliau, penulis mendapatkan banyak data – data yang dapat mendukung dan melengkapi laporan yang penulis buat. Untuk hasil wawancara penulis sertakan sebagai lampiran. 2.2.9 Survei Visual Penulis melakukan survey melalui kuisioner dengan bertujuan untuk mencari tahu minat visual yang menarik yang akan penulis gunakan dalam proses produksi kedepannya. 19 Tipe A (Sumber gambar : http://www.thinkstockphotos.co.uk dan https://www.behance.net) Tipe B (Sumber gambar : https://www.behance.net dan https://www.behance.net) 20 Tipe C (Sumber gambar : Cuplikan Animasi Edukasi “Letusan Krakatau 1883” ) Berikut adalah hasil dari survei yang penulis lakukan : Tipe Pilihan Responden Tipe A 8 Tipe B 32 Tipe C 10 Jumlah 50 2.2.10 Data Pembanding Dibawah ini adalah beberapa film animasi sebagai perbandingan dari animasi pendek yang akan penulis buat. a. Animasi edukasi – Terjadinya Gempa dan Tsunami Animasi ini menjelaskan tentang proses terjadinya gempa bumi dan tsunami dalam bentuk 2d. 21 Gambar 2.7 Cuplikan Animasi Edukasi “Terjadinya Gempa Bumi” b. Animasi edukasi – Letusan Krakatau 1883 Animasi ini menjelaskan tentang meletusnya gunung Krakatau pada tahun 1883 yang dikemas dalam bentuk 3d. Gambar 2.8 Cuplikan Animasi Edukasi “Letusan Krakatau 1883” c. Animasi edukasi – Mega Disaster Kedasyatan Gunung Toba Animasi edukasi ini menjelaskan tentang kejadian meletusnya Gunung Toba, yang hampir menyebabkan kepunahan di seluruh bumi. 22 Gambar 2.9 Cuplikan Animasi Edukasi “Mega Disaster Kedasyatan Gunung Toba” 23 2.3 Landasan Teori 2.3.1 Teori Prinsip Dasar Animasi 1. Solid Drawing Dasar utama yang memegang peranan penting dalam menentukan hasil sebuah animasi, terutama animasi klasik. Sebagai seorang animator, harus peka pada anatomi, komposisi, berat, keseimbangan, pencahayaan, dan lainnya yang dapat dilatih dan dipelajari melalui observasi dan pengamatan, dimana menggambar menjadi salah satu poin penting. Pada film yang penulis buat, akan menggunakan banyak objek 2 dimensi sehingga membutuhkan penggambaran bentuk yang baik. 2. Timing and spacing Menentukan waktu kapan sebuah gerakan harus dilakukan, sementara spacing adalah tentang menentukan percepatan dan perlambatan dari bermacam-macam jenis gerak. Motion grafis membutuhkan penyusunan waktu, penempatan, dan percepatan yang baik agar gerakan terlihat baik. 3. Easy In & Easy Out Gerakan dimana gaya gravitasi, kecepatan, dan lainnya menjadi poin penghalus sebuah gerakan. Dalam motion grafis yang penulis buat, akan terdapat banyak gerakan masuk dan keluar dari frame, sehignga gerakan harus dibuat dengan halus agar tetap menarik. . 2.3.2 Warna Bumi Warna merupakan unsur penting dalam dunia desain. Adanya warna dapat memberikan suasana hidup atau mati bagi karya desain. Penulis memakai warna bumi atau earth color dalam animasi edukasi yang dibuat. Warna yang terkandung dalam earth color ini yaitu warna coklat, tan, abu, hijau, biru, dan warna lain yang kebanyakan diambil dari warna – warna alam, seperti coklat tanah, hijau daun, biru langit, sampai merah matahari. Susunan warna ini dapat menciptakan nuansa hangat. Penulis memakai tone warna ini untuk memperlihatkan nuansa hangat dalam film agar lebih menarik. 24 2.3.3 Teori Narasi Pada dasarnya teori narasi adalah studi yang mempelajari tentang hakikat narasi, bercerita, tulisan atau sebaliknya. Menurut KBBI, narasi adalah menjelaskan atau menguraikan, atau sebuah prosa yang subyeknya merupakan rangkaian suatu kejadian. 2.3.4 Teori Tipografi Tipografi adalah perpaduan antara seni dan teknik mengatur tulisan, dengan maksud arti dan makna tulisan tersampaikan dengan baik secara visual kepada pembaca. Pengolahan tipografi ini mencakup pemilihan jenis, ukuran huruf, dekorasi huruf, bentuk huruf, dan tata letak dari tulisan itu sendiri. 2.3.5 Teori Komunikasi Verbal Komunikasi verbal adalah komunikasi yang diberikan oleh komunikator kepada komunikan dengan cara tertulis ataupun lisan. Dengan penyampaian informasi secara lisan atau tertulis, isi dari informasi dapat lebih mudah dipahami. Proses penyampaian informasi ini bisa melalui video, telepon, apabila secara lisan, atau menggunakan media surat, gambar, lukisan, grafik, dan lainnya apabila secara tertulis. 2.4 Analisa Analisa akan penulis lakukan menggunakan metode S.W.O.T 2.4.1.1 Strength 1. Desain visual yang menarik 2. Penyampaian pesan yang mudah dimengerti 3. Tema yang diangkat sedang hangat di masyarakat, khususnya di Indonesia 4. Berdasarkan pengamatan dan hasil wawancara dengan tokoh dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, masyarakat yang tinggal disekitar gunung berapi lebih 25 menyukai teknik penyuluhan dengan melihat gambar berwarna. 2.4.1.2 Weakness Teknologi yang belum merata diarea kependudukan di sekitar gunung berapi. 2.4.1.3 Opportunity 1. Belum ada animasi edukasi lokal dengan tema yang penulis angkat yang berisikan informasi tentang penanggulangan bencana gunung api. 2. Berdasarkan pengamatan penulis, penggunaan sistem pembelajaran e-learning di Indonesia sudah mulai diterapkan. 2.4.1.4 Threat 1. Penggunaan e-learning dalam bentuk animasi masih belum terbiasa digunakan oleh masyarakat Indonesia. 2. Proses pembuatan animasi yang tidak mudah, sehingga proses pembuatan membutuhkan waktu lebih banyak. 26