BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Perolehan dan Analisis Data Daerah penelitian terletak di Sungai Cibogo, Sungai Citalahab, dan Pasir Cibuntu, Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. Daerah penelitian termasuk pada Peta Geologi Lembar Cianjur menurut Sudjatmiko (1972) skala 1:100000 terletak di Formasi Citarum (kotak merah pada Gambar 3.1). Penelitian lapangan berupa pengamatan terhadap singkapan-singkapan batuan sedimen klastik di daerah penelitian. Singkapan batuan sedimen klastik terdiri atas batupasir konglomeratan, batupasir masif, perselingan batupasir dengan batulempung, dan batulempung. Di sekitar daerah penelitian tersingkap batuan karbonat yang tersebar secara luas. Penelitian menggunakan data primer berupa data lapangan dan data laboratorium berupa analisis petrografi (Lampiran A) dan analisis mikropaleontologi (Lampiran B). Data lapangan diperoleh melalui deskripsi litologi, pengukuran penampang stratigrafi, profil singkapan, dan pengambilan sampel untuk di analisis di laboratorium. Data lapangan dan data laboratorium tersebut secara komprehensif dianalisis untuk dapat menentukan satuan batuan, asosiasi fasies, dan lingkungan pengendapannya. Peneliti juga menggunakan data sekunder berupa data literatur. Pengukuran Penampang Stratigrafi dilakukan dengan mengukur ketebalan sebenarnya pada singkapan daerah penelitian. Pengukuran Penampang Stratigrafi secara detail (Lampiran C, Kolom Stratigrafi) dilakukan di sepanjang Sungai Cibogo (CBG), sepanjang Sungai Citalahab (CTHB), dan Selatan Pasir Cibuntu (PCB). 13 Gambar 3.1 Lokasi Daerah Penelitian. Daerah Penelitian ini termasuk ke dalam Peta Geologi Lembar Cianjur (Sudjatmiko, 1972) 14 3.2 Stratigrafi Daerah Penelitian Berdasarkan Peta Geologi Lembar Cianjur (Sudjatmiko, 1972) daerah penelitian terdiri dari 2 satuan yaitu Formasi Rajamandala Anggota Lempung, Napal, Batupasir Kuarsa (Omc), Formasi Citarum Anggota Batupasir, Batulanau (Mts), dan Hasil Gunung Api Tua (Qob) dengan ciri – ciri sebagai berikut : ‐ Formasi Rajamandala Anggota Lempung, Napal, Batupasir Kuarsa (Omc) dengan ketebalan 1150m terdiri dari lempung abu-abu tua sampai hitam, lempung napalan, napal globigerina, batupasir kuarsa, dan konglomerat kerakal kuarsa. Mengandung lembar-lembar mika, jalur-jalur batubara, dan ambar. - Formasi Citarum Anggota Batupasir, Batulanau (Mts) dengan ketebalan 1200m terdiri dari batupasir berlapis sempurna berselingan dengan batulanau, batulempung, greywacke, dan breksi. Menunjukkan sifat khas turbidit. Struktur sedimen seperti perlapisan bersusun, convolute lamination, current ripple lamination, tapak – tapak cacing. ‐ Hasil Gunung Api Tua (Qob) dengan ketebalan ± 150m terdiri dari breksi gunung api, breksi aliran, endapan lahar dan lava menunjukkan kekar lempeng dan tiang, susunannya antara andesit dan basalt. Batuan yang tersingkap di daerah penelitian terdiri dari batulempung, perselingan batupasir dengan batulempung, batupasir masif, batupasir konglomeratan, dan sisipan tuf. Berdasarkan ciri litologi dominan yang diamati dilapangan serta hasil analisis laboratorium, stratigrafi daerah penelitian dapat dibagi menjadi 2 satuan litostratigrafi, dari tua ke muda adalah sebagai berikut: 1. Satuan Batulempung Formasi Citarum 2. Satuan Batupasir-Batulempung Formasi Citarum 15 3.2.1 Satuan Batulempung Formasi Citarum Satuan Batulempung Formasi Citarum terdapat pada lintasan Sungai Cibogo (CBG) dan lintasan Sungai Citalahab (CTHB). Satuan batuan ini memiliki tebal sekitar 35 meter pada lintasan CBG dan sekitar 27 meter pada lintasan CTHB. Singkapan batuan pada satuan ini tersingkap pada umumnya dalam kondisi segar. Ciri Litologi Satuan Batulempung tersusun oleh batulempung dengan sisipan batupasir (Gambar 3.2). Batulempung mendominasi satuan ini, berwarna abu-abu gelap, karbonatan, menyerpih, getas. Pada bagian atas satuan batulempung terdapat sisipan batupasir berwarna abu-abu terang, ukuran butir pasir halus-sedang, terpilah baik, kemas tertutup, bentuk butir membundar-membundar tanggung, porositas baik, karbonatan, dan tersingkap dalam kondisi lapuk (Foto 3.1). Ketebalan sisipan batupasir pada satuan ini sekitar 5-8 cm. a b Foto 3.1 Singkapan batulempung dengan sisipan batupasir a. di Sungai Cibogo b. di Sungai Citalahab 16 Gambar 3.2 Kolom sederhana singkapan Satuan Batulempung pada lintasan Sungai Cibogo Umur Analisis mikropaleontologi (Lampiran B) dari sampel yang diambil dari Cbg I, Cbg II, dan Cbg III didapatkan fosil foraminifera planktonik berupa Globigerina binaiensis, Globigerina venezuelana, Globigerina selli, Globigerina praebulloiides praebulloides, Globigerina tripartita, dan Globigerinoides primordius. Berdasarkan kandungan fosil foraminifera planktonik tersebut maka satuan ini memiliki kisaran umur N4-N5 (Miosen Awal) berdasarkan biozonasi Blow (1969), sedangkan fosil foraminifera planktonik yang memiliki umur lebih tua seperti Globigerina selli dan Globigerina tripartita ditafsirkan sebagai reworked fossil. 17 Lingkungan Pengendapan Analisis mikropaleontologi (Lampiran B) dari sampel yang didapatkan dari Cbg I, Cbg II, dan Cbg III didapatkan fosil foraminifera bentonik berupa Nodosaria sp., Ammodiscus sp., Nonion sp., Uvigerina peregrina, Amphistegina sp., Dentalina sp., Pyrgo sp., dan Eggerela sp. Berdasarkan kandungan fosil foraminifera bentonik tersebut maka satuan ini diendapkan pada zona batial atas, walaupun terdapat fosil foraminifera bentonik yang merupakan penciri laut dangkal seperti Amphistegina sp., Dentalina sp., dan Nodosaria sp.. Berdasarkan ciri litologi, kandungan fosil, dan umurnya, maka satuan ini dapat disetarakan dengan Formasi Citarum yang dideskripsikan oleh Sudjatmiko (1972) pada peta Geologi lembar Cianjur. 3.2.2 Satuan Batupasir-Batulempung Satuan Batupasir-Batulempung terdapat diatas Satuan Batulempung. Satuan ini tersingkap pada lintasan Sungai Cibogo (CBG), Sungai Citalahab (CTHB), dan Selatan Pasir Cibuntu (PCB) (Foto 3.2). Satuan batuan ini memiliki tebal sekitar 292 meter pada lintasan CBG, 297 meter pada lintasan CTHB, dan sekitar 51 meter pada lintasan PCB. Singkapan batuan pada satuan ini pada umumnya tersingkap dalam kondisi segar pada lintasan CBG dan CTHB tetapi lapuk pada lintasan PCB. Ciri Litologi Satuan Batupasir-Batulempung terdiri dari batupasir konglomeratan, batupasir masif, perselingan tipis batupasir dengan batulempung, dan sisipan tuf (Gambar 3.3). Batupasir konglomeratan berwarna abu-abu gelap, pasir sangat kasar-kerikil, membundar-membundar tanggung, pemilahan buruk, kemas terbuka, porositas baik, kompak, sedikit karbonatan, terdapat fragmen berukuran kerikil berupa mineral kuarsa, fragmen batuan andesitik dan banyak terdapat fragmen batulempung, ukuran kerikil-berangkal, abu-abu terang (Foto 3.3). Tebal lapisan sekitar 3meter - 10 meter. 18 a ko b c Foto 3.2 Singkapan Satuan Batupasir-Batulempung a. di Sungai Cibogo b. di Selatan Pasir Cibuntu c. di Sungai Citalahab 19 -Tuf kristal,putih kecokelatan,pasir halus-sedang membundar tanggung,pemi lahan baik, kemas tertutup, porositas buruk,kompak,tidak karbonatan,dengan ketebalan sekitar 10-50cm - Batupasir , abu-abu gelap, pasir halussedang,membundar-membundar tanggung, pemilahan baik, kemas tertutup,porositas baik,kompak,tidak karbonatan,struktur sedimen, graded bedding,laminasi sejajar dan setempat terdapat laminasi silang siur.ketebalan lapisan 1040cm. - Batulempung, abu-abu gelap,tidak karbonatan,getas.ketebalan lapisan sekitar 5-10 cm. Batupasir ,abu-abu gelap,pasir kasar,membundar-membundar tanggung, pemilahan sedang,kemas tertutup, porositas buruk, kompak,sedikit karbonatan,struktur sedimen masif.terdapat fargmen berukuran pasir sangat kasar berupa mineral kuarsa, dan fragmen batuan vulkanik berupa batuanandesitik, Setempat terdapat fragmen lempung yang membentuk laminasi sejajar. Ketebalan lapisan ± 1- 3,8 meter. Batupasir konglomeratan, abu-abu gelap, pasir sangat kasar-kerikil, membundar -membundar tanggung, pemilahan buruk,kemas terbuka, porositas baik, kompak, sedikit karbonatan,terdapat fragmen berukuran kerikil berupa mineral kuarsa,fragmen batuan andesitik dan banyak terdapat fragmen batulempung , ukuran kerikil-berangkal, abu-abu terang. Tebal lapisan ± 3meter-10 meter. Gambar 3.3 Kolom sederhana singkapan Satuan Batupasir – Batulempung di Sungai Cibogo 20 Sayatan tipis pada batupasir konglomeratan dengan kode sampel CP 4 (Lampiran A) menunjukkan batupasir terpilah buruk, kemas terbuka. Butiran (35%) terdiri dari fragmen batuan vulkanik berupa batuan andesitik, plagioklas, kuarsa, mineral opak, berukuran (0,1–1 mm), berbentuk membundar tanggung - menyudut tanggung, matriks (50 %), berupa mineral lempung berwarna cokelat keruh, dan semen(7%) berupa lempung, berwarna coklat keruh, mengisi ruang antar butiran. Porositas (3%) berupa porositas intergranular (Gambar 3.4). Berdasarkan pengamatan terhadap sayatan tipis tersebut, dapat disimpulkan bahwa batupasir konglomeratan pada satuan batupasir-batulempung, berdasarkan klasifikasi Gilbert (1954) merupakan batupasir Lithic wacke. Fragmen litik Fragmen batulempung Foto 3.3 Singkapan Batupasir Konglomeratan di Sungai Cibogo Fragmen Batuan Kuarsa // Nikol P1 X Nikol Gambar 3.4 Sayatan Petrografi Batupasir Konglomeratan 21 Batupasir masif berwarna abu-abu gelap,pasir kasar,membundar-membundar tanggung, pemilahan sedang,kemas tertutup, porositas buruk, kompak, sedikit karbonatan, struktur sedimen masif, terdapat fargmen berukuran pasir sangat kasar berupa mineral kuarsa, dan fragmen batuan vulkanik berupa batuan andesitik, setempat terdapat fragmen batulempung yang membentuk laminasi sejajar (Foto 3.4). Ketebalan lapisan sekitar 1-3,8 meter. Batupasir masif Foto 3.4 Singkapan Batupasir Masif di Sungai Cibogo Sayatan tipis pada batupasir masif dengan kode sampel CP 5 (Lampiran A) menunjukkan batupasir dengan pemilahan sedang-buruk, kemas terbuka, Butiran (40%) terdiri dari fragmen batuan vulaknik berupa batuan andesitik, kuarsa, plagioklas, K-felspar, mineral opak, hornblenda, berukuran (0,13 – 0,7mm), berbentuk membundar tanggung-menyudut tanggung, matriks (40%) berupa mineral lempung berupa cokelat keruh. Semen (10%) berupa lempung, mengisi ruang antar butiran. Porositas (10%) berupa porositas intergranular (Gambar 3.5). Berdasarkan pengamatan terhadap sayatan tipis tersebut, dapat disimpulkan bahwa batupasir masif pada satuan batupasir-batulempung, berdasarkan klasifikasi Gilbert (1954) merupakan batupasir Lithic wacke. 22 Fragmen batuan // Nikol P1 X Nikol Gambar 3.5 Sayatan Petrografi Batupasir Masif Perselingan batupasir dengan batulempung pada satuan batupasir- batulempung (Foto 3.5), memiliki ciri litologi antara lain : • Batupasir , abu-abu gelap, pasir halus-sedang,membundar-membundar tanggung, pemilahan baik, kemas tertutup, porositas baik, kompak, tidak karbonatan, struktur sedimen, graded bedding, laminasi sejajar, load cast, dan setempat terdapat laminasi silang siur. Ketebalan lapisan sekitar 10-40cm. • Batulempung, abu-abu gelap, tidak karbonatan, getas. Ketebalan lapisan sekitar 5-10 cm. Sayatan tipis pada perselingan batupasir - batulempung dengan kode sampel CP 7 (Lampiran A) menunjukkan batupasir dengan pemilahan baik, kemas tertutup, butiran (40%) terdiri dari butiran kuarsa, plagioklas, k-felspar, mineral opak, fragmen fosil, berukuran (0,05– 0,2mm), berbentuk menyudut-membundar tanggung, matriks (50%) berupa mineral lempung, hadir mengikat butiran, semen (5%) berupa lempung. Porositas (5%) berupa porositas intergranular (Gambar 3.6). Berdasarkan pengamatan 23 terhadap sayatan tipis tersebut, dapat disimpulkan bahwa batupasir tersebut berdasarkan klasifikasi Gilbert (1954) merupakan batupasir Feldsphatic wacke. U S U S Load cast Foto 3.5 Singkapan Perselingan Batupasir-Batulempung di Sungai Cibogo // Nikol P1 X Nikol Gambar 3.6 Sayatan Petrografi Batupasir pada Perselingan Batupasir - Batulempung 24 Pada bagian paling atas satuan batupasir – batulempung terdapat sisipan tuf berwarna putih kecokelatan, pasir halus-sedang, membundar - membundar tanggung, pemilahan baik, kemas tertutup, porositas buruk, kompak, tidak karbonatan (Foto 3.6). Ketebalan lapisan sekitar 10-50cm. Sayatan tipis dengan kode sampel CP 8 (lampiran A) menunjukkan tuf kristal dengan tekstur klastik, terpilah baik, kemas terbuka, butiran (40%) terdiri dari kristal kuarsa, plagioklas, hornblenda, k-feldspar, mineral opak, berukuran (0,02-0,03mm), menyudut-membundar tanggung, matriks (50%) berupa gelas, mineral sekunder 10% berupa lempung (Gambar 3.7). Foto 3.6 Singkapan Tuf pada Satuan Batupasir – Batulempung di Sungai Cibogo 25 Hornblenda Kuarsa // Nikol P1 X Nikol Gambar 3.7 Sayatan Petrografi Tuf pada Perselingan Batupasir - Batulempung Umur Analisis mikropaleontologi (Lampiran B) pada Satuan Batupasir – Batulempung diambil pada interval bawah, tengah, dan atas. Pada daerah interval bawah dengan kode sampel Cbg VI (Lampiran B) terdapat fosil foraminifera planktonik berupa Globigerina, venezuelana, Globigerinoides binaiensis, dan Catasydrax dissimilis yang menunjukkan kisaran umur N6 (Miosen Awal) berdasarkan biozonasi Blow (1969). Pada daerah interval awal tengah dengan kode sampel Cbg VII (Lampiran B) terdapat fosil foraminifera berupa Globigerina praebulloides leroyi, Globorotalia obesa, dan Globorotalia peripheroronda yang menunjukkan kisaran umur N6-N8 (Miosen Awal) berdasarkan biozonasi Blow (1969) dan CTHB I (Lampiran B) terdapat fosil foraminifera berupa Globigerina venezuelana, Globoquadrina altispira altispira, Globorotalia peripheroronda, dan Globigerina praebulloides leroyi yang menunjukkan umur N6 (Miosen Awal) 26 berdasarkan biozonasi Blow (1969)Pada daerah interval bagian tengah sampai awal atas dengan kode sampel Cbg VIII, Cbg IX, dan Cbg X tidak ditemukan fosil foraminifera atau Barren fossil foraminifera. Pada daerah interval paling atas dengan kode sampel Cbg XI terdapat fosil foraminifera bentonik berupa Globigerinoides obliquus obliquus dan Globigerina praebulloides leroyi yang menunjukkan kisaran umur N6-N8 (Miosen Awal) berdasarkan biozonasi Blow (1969). Jadi berdasarkan analisis mikropaleontologi di atas dapat diketahui kisaran umur satuan ini yaitu N6N8 (Miosen Awal). Lingkungan Pengendapan Dari analisis mikropaleontologi (Lampiran B) dengan kode sampel Cbg VI, Cbg VII, dan CTHB I didapatkan fosil foraminifera bentonik berupa Egerella sp., Nodosaria sp., Uvigerina peregrina, Gyroidina sp., Bolivina sp., dan Cassidulina sp. yang menunjukkan lingkungan pengendapan pada zona batial atas. Jumah kandungan fosil semakin berkurang dari bagian bawah ke atas, bahkan pada interval tengah tidak ditemukan fosil atau Barren fossil dan ditemukan fosil kembali pada interval paling atas walaupun dengan jumlah yang sedikit. Hal ini dapat ditafsirkan bahwa kecepatan sedimentasi pada proses pengendapan batuan di daerah penelitian berubah semakin cepat ke arah interval atas dengan suplai sedimen yang semakin banyak sehingga fosil foraminifera tidak bisa hidup. Dilihat dari struktur sedimen yang dijumpai, yaitu perulangan graded bedding dan laminasi sejajar, serta setempat dijumpai adanya cross lamination maka disimpulkan bahwa satuan ini diendapkan melalui mekanisme aliran gravitasi. Kandungan material vulkanik yang terlihat pada sayatan petrografi menunjukkan bahwa aktifitas vulkanisme mempengaruhi proses pengendapan satuan Batupasir - Batulempung. Menurut Martodjojo (1984), aktifitas tersebut masih berasal dari selatan daerah penelitian yakni berasal dari gunungapi vulkanik bawah laut yang telah muncul ke permukaan. 27 Berdasarkan ciri litologi, kandungan fosil dan umurnya, maka satuan ini dapat disetarakan dengan Formasi Citarum yang dideskripsikan oleh Sudjatmiko (1972) pada peta Geologi lembar Cianjur. 28