batas tegas dan sekuen relatif seragam (Foto 3. 6),batulempung

advertisement
batas tegas dan sekuen relatif seragam (Foto 3. 6),batulempung berlapis sedang
dengan ketebalan 20-25 cm, bersemen karbonatan, bersifat getas dan relatif
menyerpih (Foto 3. 7). Batupasir berlapis sedang dengan ketebalan 15-20 cm, terdiri
utamanya dari mineral plagioklas, semen karbonatan, porositas baik, kompak, serta
besar butir yang berkisar pasir kasar-halus (Foto 3. 6b). Kehadiran gejala bioturbasi
berupa animal burrowing pada lapisan batupasir menunjukkan pengendapan satuan
pada suatu episode terjadipada lingkungan laut dangkal (Foto 3. 8a), sedangkan
struktur sedimen flute cast pada setempat batupasir menunjukkan arah arus purba
yang terdapat pada saat sedimentasi mengarah ke timurlaut (Foto 3. 8b).
A
B
Foto 3.6. A. Singkapan perselingan batulempung-batupasir, sekuen relatif seragam. Lintasan
Kali Bluncong (KB-3)
B. Perselingan batulempung-batupasir dengan perlapisan tipis dan batas tegas.
Lokasi Kali Bluncong (KB-4)
Foto 3. 7. Singkapan batulempung-batupasir, batulempung dalam kondisi menyerpih.
Lintasan Kali Bluncong (KB-3).
Affan Arif Nurfarhan / 12006022
30
A
B
TL
Arah arus
purba
X
BL
Foto 3.8 A.Bioturbasi animal burrowing pada batupasir. Lintasan Kali Bluncong (KB-12).
B. Struktur sedimen flute-cast pada base bed batupasir. Lintasan Kali Bluncong (KB-5).
Perubahan ke atas pada lintasan, ditandai dengan kehadiran singkapan
batulempung yang lebih dominan pada satuan, yakni berupa singkapan batulempung
berlapis tebal (Foto 3. 9).Dari hal tersebut, diinterpretasikan sedimentasi satuan
bergerak ke arah seaward dimana klastika halus lebih mungkin terendap.Kondisi
singkapan pada bagian ini umumnya buruk dan terputus-putus sehingga perubahan
sekuen tidak teramati cukup baik.Batupasir dan konglomerat berfragmen andesit hadir
sesekali sebagai sisipan berlapis sedang pada batulempung.Ketebalan batupasir 30-40
cm, bersifat gampingan sedangkan konglomerat 20-30 cm dan berbatas erosional
(Foto 3. 10).Struktur sedimen yang hadir pada batupasir antara lain laminasi
sejajar,konvolut, laminasi bergelombang dan cross lamination (Foto 3. 11 & 3. 12).
Tebal keseluruhan bagian bawah satuan ini mencapai 350 m.
Foto
3.
9.
Singkapan
batulempung tebal dengan sisipan
batupasir
gampingan.
Lintasan
Kali Bluncong (KB-8).
Affan Arif Nurfarhan / 12006022
31
Foto 3.10. Sisipan konglomerat pada lapisan batulempung dengan batas erosional dan
fragmen membundar tanggung. Lintasan Kali Bluncong (KB-11, KB-12).
Foto 3. 11. Dari kiri-kanan: struktur sedimen laminasi sejajar dan struktur sedimen konvolut,
bagian bawah satuan. Lintasan Kali Bluncong (KB-5, KB-7).
Foto 3.12. Dari kiri-kanan: struktur sedimen laminasi bergelombang (Kolom PPS, KB-5),
dan Crosslamination (Kolom PPS, KB-12).
Pada bagian tengah, perubahan stratigrafisatuan ditandai dengan kelimpahan
konglomerat berfragmen beku dengan perlapisan tebal secara erosional diatas
Affan Arif Nurfarhan / 12006022
32
batulempung-batupasir ( >1m, Foto 3. 13). Sekuenrelatif menipis keatas dengan batas
tegas.Hal ini menunjukkan pengendapan klastik berbutir kasar ke laut dengan waktu
yang relatif singkat, dan ditafsirkan sebagai arus turbidit.Konglomerat polimik, terdiri
dari fragmen basalt, batugamping dan batupasir, matriks pasir, semen karbontan,
warna kelabu coklat, ukuran fragmen <5 cm, membulat tanggung, terpilah baik,
kemas terbuka, serta porositas cukup baik. Struktur sedimen pada sisipan batupasir
dalam konglomerat berupa laminasi sejajar, dancross lamination(Foto 3. 14).
Foto 3. 13. Singkapan konglomerat, berlapis tebal dengan ukuran butir <4 cm. Lintasan Kali
Bluncong (KB-5)
Foto 3. 14. Lapisan dengan struktur sedimen cross lamination (kiri) pada sisipan konglomerat
satuan batulempung, dan laminasi sejajar (kanan, KB-6).
Bagian atas satuan menurut lintasan Kali Bluncong (KB), disusun oleh
batulempungperselingan batupasir yang semakin jarang dan tipis semakin ke atas.Hal
tersebut menunjukkan perubahan rezim aliran menjadi lebih rendah serta lingkungan
pengendapan yang semakin dalam.Singkapan umumnya tidak menerus sehingga
Affan Arif Nurfarhan / 12006022
33
sekuen tidak dapat diamati dengan baik.Batulempung pada bagian ini berlapis tebal
dengan ketebalan 30-60 cm, serta struktur masif (Foto 3. 15).Batupasir relatif berlapis
sedang dengan ketebalan 10-20 cm, berwarna kelabu, gampingan dan bersifat
getas.Pada beberapa tempat dijumpai perselingan batupasir menghilang dan
digantikan oleh batulempung berlapis tebal dengan sisipan batupasir gampingan (Foto
3. 16a) atau batulempung tebal (Foto 3. 16b). Pada bagian penghujunglintasan ini
ditemukan perubahan litologi menjadi batupasir tufan yang menandakan batas akhir
satuan pada lintasan Kali Bluncong, dengan batas yang tidak tersingkap di daerah
penelitian.
Foto 3. 15.Singkapan batulempung tebaldengan perselingan sedang batupasir gampingan.
Lintasan Kali Bluncong (KB-13).
Foto 3.16. A. Singkapan batulempung sisipan batupasir gampingan, bagian atas satuan.
Lintasan Kali Bluncong (KB-5).
B. Singkapan batulempung masif berlapis tebal, getas. Lintasan Kali Bluncong
(KP-1).
Affan Arif Nurfarhan / 12006022
34
Berdasarkan analisis petrografi, batupasir satuan batulempung memiliki
komposisi butiran yang berupa: plagioklas (30-40%), fragmen batuan berupa litik
vulkanik (25-30%), mineral mafik piroksen, hornblend, biotit (15%), serta semen
kalsit dan mikrit (25%). Berdasarkan pengamatan sayatan tipis pada sampel batupasir
dari titik KB-12, diketahui jenis batuan tersebut adalah Feldspatholithicarenite
sandstone (Gilbert, 1982), sedangkan pada titik KB-11, ialah Feldspatholithic Wacke
Sandstone(Gilbert, 1982).
Berdasarkan analisis mikropaleontologi (Lampiran-C), kehadiran fosil
foraminifera planktonik Neogloboquadrina humerosa, Sphaerodinelopsis seminulina,
dan Globigerina bulloides pada satuan menunjukkan kisaran umur N16-N19 atau
sekitar Miosen Akhir-Pliosen Awal (Blow, 1958). Sedangkan foraminifera bentonik
Globocassidulina cf. pacifica, lenticulina tangens dan Ammonia sp. menunjukkan
lingkungan pengendapan zona batial atas.
Berdasarkan analisis suksesi vertical berupa perselingan tipis batupasirbatulempung, dan sisipan perlapisan konglomerat pada bagian tengahnya, sedimentasi
satuan diinterpretasikan sebagai percampuran lingkungan pengendapan turbidit
proksimal hingga distal, menurut model genesa pengendapan arus turbidit yang
ditentukan berdasarkan jarak endapan dari sumbernya oleh Koesoemadinata (1984).
Berdasarkan kehadiran sisipan batupasir gampingan serta dominasi material vulkanik
dan mineral mafik dalam butiran, satuan disimpulkan terendap dekat dengan sumber
vulkaniklastik (gunung api) dan karbonat (fore-reef). Dilihat dari sekuen perlapisan
serta ukuran butir yang semakin tipis dan halus keatas, sedimentasi satuan
diinterpretasikan terjadi pada lingkungan kipas bawah laut dengan perkembangan
relatif retrogradasional (landward).
Berdasarkan keserupaan ciri litologi di lapangan serta analisis sampel di
laboratorium, satuan ini disetarakan dengan Formasi Menoran (Pendowo & H.
Samodera, 1997).
2.
Satuan Batugamping.
Satuan ini tersebar pada bagian timurlaut daerah penelitian secara setempat
degan lokasi tipe Desa Pacalan, menempati 15% luas daerah penelitiandan ditandai
Affan Arif Nurfarhan / 12006022
35
dengan warna biru pada peta geologi.Berdasarkan penampang stratigrafi terukur
diketahui ketebalan satuan antara 80-100 m.
Berdasarkan PPS Lintasan Kali Pacalan (KP, Gambar 3. 7), bagian bawah
satuan disusun oleh perlapisan sedang batugamping pasiran dengan ketebalan 40-50
cm (Foto 3. 17), serta sekuen yang umumnya seragam. Batugamping pasiran, terdiri
dari fragmen detritus litik vulkanik, foraminifera, cangkang moluska, semen kalsit,
terpilah baik, membulat tanggung-menyudut, porositas relatif buruk, kompak,
berukuran kalsilutit-kalkarenit (Foto 3. 18). Singkapan umumnya berkondisi tidak
menerus, dan sebagian tertutupi oleh lapisan sinter yang berasal dari pelarutan
batugamping (Foto 3. 17).
Foto 3.17. Singkapan batugamping pasiran, satuan batugamping,dengan lapisan sinter
berwarna putih. Lintasan Kali Pacalan (SP-8).
Di bagian tengah, perkembangan satuan dicirikan oleh perlapisan sedang
batugamping bioklastik dengan ketebalan 30-40 cm, batas tegas, serta fragmen yang
terdiri dari pecahan head coral, branching coral, pecahan cangkang moluska
foraminifera dan detritus litik vulkanik berukuran <4 cm (basalt, foto 3. 19, foto 3. 20)
Semen batuan terdiri dari kalsit dan mikrit, berwarna putih kekuningan, terpilah
buruk, menyudut-menyudut tanggung, porositas yang baik berupa secondary vuggy
porosity, serta kondisi yang segar dan keras. Keadaan singkapan umumnya tidak
menerus sehingga sekuen tidak dapat diamati dengan baik (Foto 3. 19).Ketebalan
batuan pada bagian tengah satuan ini diketahui sekitar 24 m.
Affan Arif Nurfarhan / 12006022
36
Foto 3. 18. Singkapan batugamping pasiran, ukuran kalkarenit. Lintasan Kali Pacalan (SP-5)
Foto 3. 19. Singkapan batugamping bioklastik, berlapis sedang 30-40 cm. Lintasan
Kali
Pacalan (SP-5).
Affan Arif Nurfarhan / 12006022
37
Basalt scoria
Branching coral
Head coral
Foto 3.20.
Close-up singkapan batugamping bioklastik. Fragmen head coral, branching
coral dan litik vulkanik (Basaltscoria) dalam batuan sebagai penunjuk sumber
vulkaniklastik dan karbonat. Lintasan Kali Pacalan (SP-5).
Bagian atas satuan menurut lintasan Kali Pacalan (KP),disusun oleh perlapisan
batugamping bioklastik yang batasnya relatif kabur akibat proses pelapukan. Di
daerah Gunung Kukusan, batugamping yang tersingkap membentuk struktur chalky
sekaligus menjadi penanda batas akhir satuan pada daerah penelitian (Foto 3. 21.).
Foto 3.21. Singkapan batugamping bioklastik, menunjukkan strukturchalky akibat
pelapukan. Gunung Kukusan, sebelah timur daerah penelitian (JK-9).
Berdasarkan analisis petrografi pada sayatan sampel satuan (LampiranB).Matriks tersusun oleh mikrit, sedangkan semennya tersusun atas mikro spari kalsit.
Fragmen didominasi oleh foraminifera bentonik besar, ekinoid, fosil plankton utuh,
detritus litik vulkanik berupa basalt, serta fosil tak teridentifikasi yang hadir setempat
Affan Arif Nurfarhan / 12006022
38
sebagai matriks. Porositas berupa sekunder vuggy porosity akibat pelarutan parsial
pada
butiran
fragmen.Berdasarkan
analisis
petrografi
sampel
batugamping
merupakanforaminifer packstone(Dunham, 1964).
Berdasarkan analisis mikropaleontologi pada sampel batuan (Lampiran-C),
kandungan
fosil
foraminifera
planktonik
Neogloboquadrina
humerosa,
mengindikasikan umur paling tua Miosen akhir (<N17, Blow, 1958). Sedangkan
kehadiran foraminifera bentonik Heterolepa praecintayang tercampur dengan
Ammonia, mengindikasikan percampuran antara lingkungan batial atas dengan neritik
yang menunjukkan terjadinya mekanisme arus turbidit dalam pengendapan satuan
pada lingkungan batial atas. Berdasarkan percampuran kandungan detritus litik
vulkanik berbutir kasar dengan fosil pecahan coral dan cangkang dalam butiran,
sedimentasi satuan disimpulkan terjadi dekat dengan sumber vulkaniklastik (gunung
api, daratan) dan karbonat (coral reef).
Satuan ini berhubungan beda fasies dengan satuan batulempung bagian atas.
Hal tersebut disimpulkan dari persebaran batugamping yang tidak merata pada salah
satu sayap lipatan antiklin saja di daerah penelitian yang menunjukkan
ketidakmenerusan satuan batugamping serta lokasi tipenya (Desa Pacalan).Analisis
mikropaleontologi pada sampel satuan memberikan umur yang hampir seusia antar
keduannya (Globorotalia tumida, N16-N19, Blow, 1958).
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap ciri litologi di lapanganserta hasil
analisis sampel di laboratorium, satuan batugamping ini disetarakan dengan Anggota
Pacalan Formasi Menoran (Pendowo & H. Samodera, 1997).
3.
Satuan Batupasir
Satuan ini tersebar pada bagian tengah daerah penelitian, meliputi 20% luas
total area, serta ditandai dengan warna kuning pada peta geologi (Lampiran D-3).
Pengukuran penampang stratigrafi, menunjukkan kisaran ketebalan satuan pada 100120 m.
Berdasarkan Lintasan Kali Pacalan (KP, Gambar 3. 7), bagian bawah satuan
tersusun atas perlapisan sedang batupasir gampingan (Foto 3. 22), dengan batas tegas
dan sekuen yang relatif seragam.Ketebalan perlapisan batuan bervariasi antara 40-50
cm, dengan strukur sedimen masif.Secara megaskopis batupasir bersifat karbonatan,
terdiri dari detritus litik vulkanik, mineral mafik piroksen dan biotit, porositas relatif
Affan Arif Nurfarhan / 12006022
39
baik, agak lapuk, serta ukuran butir pasir sedang-halus.Ketebalan perlapisan batupasir
pada bagian ini mencapai 26 m.
40 cm
Foto 3. 22. Singkapan batupasir gampingan, berlapis sedang dengan sekuen relatif seragam.
Batas perlapisan ditandai garis putus hitam.Lintasan Kali Pacalan (KP-4).
Pada bagian tengah, satuan disusun oleh perlapisan batupasir breksian dengan
ketebalan 20 m (Foto 3. 23), terdiri dari detritus litik vulkanik serta fragmen
bioklastika berlapis sedang dengan ketebalan 60-120 cm. Sekuen umumnya menipis
keatas dan berbatas tegas (Foto 3. 23). Batupasir breksian bersifat gampingan, dengan
fragmen detritus litik vulkanikserta bioklastika berupa fosil koral dan cangkang
moluska dalam jumlah melimpah, semen kalsit, matriks detritus litik vulkanik, warna
kelabu-coklat, terpilah buruk, menyudut-menyudut tanggung, kemas terbuka,
porositas baik, singkapan kompak, dengan ukuran butir krakal-pasir sedang (<5cm).
Struktur sedimen pada singkapan berupa susun tingkat dengan batas gradasional (Foto
3. 22b), serta flame structure pada batas perlapisan batuan (Foto 3. 24).
Affan Arif Nurfarhan / 12006022
40
Download