1 Handout : Analisis Rasio Keuangan Dosen : Nila Firdausi Nuzula, PhD Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya Financial Statement Projection Tujuan Financial Forecasting Saat perusahaan menyusun financial forecasting atau peramalan keuangan, perusahaan melakukan proyeksi atas laporan laba rugi dan neraca. Proyeksi seperti ini disebut sebagai pro forma income statement dan pro forma balance sheet. Tujuan dari penyusunan peramalan keuangan ini adalah: 1) sebagai perencanaan internal manajemen (internal planning), 2) untuk memberikan informasi kepada kreditur saat ini dan kreditur potensial dalam proses analisa kredit mereka, dan 3) sebagai bentuk analisa sekuritas modal perusahaan, sebagaimana dijelaskan di bawah ini. Perencanaan internal manajemen (internal planning) Sebagai bentuk dari internal planning, manajer menggunakan peramalan keuangan sekaligus untuk mengidentifikasi pendapatan di masa lalu sebagai cara untuk: 1. Menentukan kebutuhan pendanaan Peramalan keuangan merupakan satu-­‐satunya cara untuk memperkirakan kebutuhan pendanaan secara akurat. Perusahaan perlu memastikan sumber dan besarnya pendanaan tersebut karena manajer berkepentingan untuk mengetahui apakah di masa mendatang perusahaan mengalami kekurangan kas atau tidak. Untuk memperkirakan kebutuhan dana tersebut, perusahaan akan menyusun neraca dan laporan laba rugi pro forma sekaligus untuk beberapa tahun. 2. Memproyeksikan Laporan Keuangan Laporan keuangan umumnya digunakan oleh kreditur dan pihak pemeringkat obligasi, serta analis saham untuk menentukan tingkat kesehatan atau kinerja keuangan perusahaan di masa datang. Laporan keuangan pro forma seringkali digunakan oleh pihak-­‐pihak tersebut untuk menunjukkan kinerja hipotetis perusahaan, seperti seperti apakah posisi neraca (balance sheet) jika perusahaan mengeluarkan obligasi dalam jumlah besar, atau seperti apakah kondisi laporan laba rugi (income statement) setelah perusahaan menjalani proses merger. 3. Memberikan informasi dan memfasilitasi proses pengambilan keputusan 2 Manajer dapat mengetahui dampak dari keputusan strategis. seperti akuisisi dan penggunaan sumber dana eksternal, terhadap kinerja keuangan dengan melihat laporan keuangan pro forma. Bagi manajemen, laporan keuangan pro forma tersebut bermanfaat untuk mengevaluasi apakah keputusan strategis tersebut layak atau tidak untuk dilaksanakan. Pemberi informasi kepada external credit analysis Pada saat memutuskan apakah mereka akan memberikan pinjaman kepada perusahaan, institusi keuangan seperti bank membutuhkan prediksi kondisi keuangan dengan melihat laporan keuangan pro forma. Fokus informasi yang dibutuhkan terutama adalah potensi kemampuan perusahaan untuk membayar hutang dan kapan pembayaran tersebut akan dilakukan. Pada saat melaksanakan analisa kredit tersebut, kreditur akan memproyeksikan besarnya pendapatan dan arus kas di masa datang untuk melihat apakah akan tersedia kas dalam jumlah cukup untuk membayar hutang. Penilaian saham (equity valuation) Ada dua tujuan utama dilakukannya penilaian saham, yaitu pertama, sebagai bagian dari analisa saham untuk kepentingan investasi, dan kedua, sebagai analisa awal keputusan perusahaan untuk restrukturisasi, terutama akuisisi. 1. Security analysis Laporan laba rugi pro forma digunakan oleh analis pasar modal untuk memperkirakan earnings per share (EPS) di masa datang. Sebagai komponen penting dalam analisa investasi, besarnya EPS dapat diprediksi jika perusahaan menyusun perkiraan laba di masa datang. Hal penting lainnya adalah analis perlu mengestimasikan kebutuhan pendanaan dengan menggunakan data dari neraca pro forma, mengingat perkiraan besarnya kebutuhan pendanaan eksternal akan meningkatkan jumlah saham yang beredar dan akhirnya penurunan nilai EPS. 2. Acquisition analysis Pada saat perusahaan mempertimbangkan kelayakan pembelian perusahaan lain atau suatu divisi baru, manajer akan menghitung nilai sekarang arus kas yang akan diterima di masa datang oleh perusahaan target. Hal ini yang disebut sebagai analisa terhadap prospek akuisisi. Cara yang paling mudah untuk mengestimasikan arus kas di masa datang tersebut adalah dengan menyusun laporan laba rugi dan neraca pro forma. 3 Tahap dalam penyusunan peramalan keuangan (Financial Forecasting) Berikut ini adalah metode yang digunakan untuk memprediksi kebutuhan dana di masa datang. Tahap 1: Menentukan pro forma income statement Tahap ini meliputi analisa dan peramalan terhadap setiap akun yang ada pada income statement. Yang perlu diingat, akun yang terdapat pada income statement disebut sebagai akun nominal (nominal account). Manajer keuangan harus mampu memperkirakan fluktuasi dan besarnya nilai akun nominal ini di setiap akhir periode akuntansi. Hal yang sulit dalam tahap perkiraan ini terutama adalah memprediksi besarnya tingkat bunga dan pendapatan bunga. Untuk memperkirakan besarnya nilai kedua akun ini biasanya manajer keuangan perlu menetapkan alasan dan pertimbangan rasional, serta dengan memperhatikan faktor ekonomi global. Kemudian, pada saat tahap akhir proses forecasting, manajer perlu memperkirakan apakah terdapat kemungkinan bahwa estimasi besarnya nilai kedua akun tersebut akan berubah. Tahap 2: Menentukan pro forma balance sheet Pada tahap ini, manajer keuangan memperkirakan besarnya akun-­‐akun yang terdapat pada balance sheet, atau akun riil (real account). Di samping itu, manajer keuangan harus memastikan keseimbangan pro forma tersebut, bahwa akun aktiva seimbang dengan besarnya akun passiva, sesuai dengan prinsip persamaan akuntansi. Terutama, manajer akan menentukan besarnya tambahan asset dan tambahan hutang yang akan membuat perkiraan neraca tersebut seimbang. Setiap terdapat tambahan asset akan mengindikasikan bahwa perusahaan akan memiliki surplus kas, yang akan ditempatkan dalam marketable securities, atau dibagikan sebagai deviden, atau digunakan untuk disimpan sebagai sumber pendanaan di kemudian hari. Setiap terdapat tambahan hutang akan menunjukkan bahwa perusahaan memiliki penurunan jumlah kas (shortage of cash), sebagai tanda bahwa perusahaan membutuhkan tambahan modal, atau sinyal perlunya menetapkan kebijakan penurunan jumlah pembayaran deviden. Bagi kepentingan internal, posisi kas (baik dalam keadaan surplus atau defisit) akan menentukan keputusan manajer keuangan dalam aktifitas operasi, keputusan untuk meningkatkan atau menurunkan capital expenditure, atau keputusan untuk melakukan akuisisi atau tidak. Pertimbangan waktu (Time horizon) Berapa lama rentang waktu peramalan? Pertimbangan lamanya waktu penyusunan perkiraan kinerja keuangan tergantung pada tujuan dari peramalan atau forecast itu sendiri. Umumnya financial forecasting menggunakan rentang 4 waktu yang panjang (long-­‐term forecast), yaitu berkisar lima hingga sepuluh tahun. Sementara, perkiraan jangka pendek (short-­‐term forecast) umumnya digunakan untuk memprediksi akun-­‐akun secara lebih detail dan ditunjukkan untuk menganalisa rencana internal divisi keuangan. Contoh perkiraan jangka pendek adalah analisa kredit. Analisa ini umumnya dibuat untuk mendapatkan data prediksi kinerja per bulan, quarter, atau semester. Informasi yang digunakan untuk menyusun ramalan keuangan Untuk menyusun ramalan atau pro forma keuangan, manajer membutuhkan sumber data berikut ini. 1. Perkiraan industry sales Pada tahap ini analis meramalkan penjualan perusahaan-­‐perusahaan di industri yang sama berdasarkan data periode akuntansi sebelumnya dan menghubungkannya dengan indikator makroekonomi, seperti pertumbuhan gross domestic product (GDP). Misalnya, untuk mengetahui penjualan industry otomotif, analis perlu mencari data jumlah mobil yang dijual di pasar domestik, (atau yang disebut sebagai industry’s annual domestic unit car sales) dan menghubungkannya dengan perubahan GDP riil setiap tahunnya. Kemudian, analis keuangan akan menggunakan analisa regresi untuk mengevaluasi dampak perubahan GDP terhadap penjualan mobil di pasar domestik setiap tahunnya. Faktor lain yang umumnya digunakan untuk memperkirakan penjualan domestic di suatu industri adalah tingkat pendapatan konsumen, perkembangan teknologi, dan ketersediaan barang atau jasa pengganti (substitute products or services) 2. Perkiraan penjualan perusahaan (company’s sales forecast) Tahap paling penting dalam financial forecast adalah memperkirakan besarnya penjualan, karena penjualan merupakan komponen penting cash flow perusahaan. Lagi pula, umumnya besarnya nilai akun-­‐akun nominal dan riil akan bergerak secara proporsional sejalan dengan naik turunnya nilai penjualan. Manajer dan analis keuangan harus memperoleh proyeksi penjualan per tahun sesuai dengan rentang waktu penyusunan proyeksi keuangan. Terdapat beberapa faktor yang harus dipertimbangkan untuk memperkirakan nilai penjualan, yaitu: a. Aspek historis pertumbuhan penjualan (sales growth) dari waktu ke waktu. b. Proyeksi dan kebijakan manajemen tentang pertumbuhan penjualan di masa datang (formal projection). 5 c. Prospek pertumbuhan penjualan menurut karyawan (informal discussion). d. Analisa faktor industri dan ekonomi secara umum dan dampaknya terhadap potensi penjualan. e. Hasil analisa kekuatan persaingan perusahaan dalam industri yang sedang dijalani, termasuk proyeksi perubahan market share di masa mendatang. Manajer dan analis keuangan biasanya menyadari bahwa penyusunan proyeksi penjualan (sales forecast) merupakan tahap yang penting tetapi sulit untuk diselesaikan. Proyeksi penjualan membutuhkan data yang akurat dan analisa ekonomi yang tepat dan menyeluruh. Umumnya manajer dan analis menggunakan analisa regresi untuk memproyeksikan penjualan di masa datang, dan menghubungkan data penjualan di masa lampau dengan beragam variabel industry dan ekonomi. 3. Memperkirakan besarnya income dan cash flow Dengan menggunakan data prediksi penjualan perusahaan, analis keuangan dapat memperkirakan besarnya pendapatan dan cash flow. Tahap ini diperlukan untuk mengembangkan data forecasting secara lebih rinci dan akurat. Namun, analis perlu menetapkan batas sejauh mana data harus terperinci. Misalnya, data yang spesifik dan rinci seperti unsur-­‐unsur penjualan, termasuk total biaya penjualan, diskon, besarnya kredit, perlu dimasukkan dalam prediksi pendapatan dan cash flow. Biasanya, analis tidak menyusun uraian analisa dalam kerangka unsur-­‐unsur biaya penjualan tersebut, tetapi memilih menyatakan analisa dalam kerangka margin keuntungan atau forecasted profit margin (yaitu laba kotor atau gross profit, laba operasi atau operating profit, dan laba bersih atau net profit). Berbeda dengan gross atau operating profit margin, net profit margin dipengaruhi oleh besarnya financial leverage dan tingkat pajak. Kedua hal ini adalah hal-­‐hal atau subject yang bisa berubah tergantung pada kebijakan manajerial atau faktor ketetapan hukum. Oleh karenanya, analis perlu jeli untuk membedakan data mana yang digunakan untuk memprediksi profit. Data historis penjualan lebih tepat untuk memproyeksikan gross atau operating profit margin, dan kurang tepat untuk memprediksi besarnya net profit margin. Dengan memahami laporan keuangan dan rasio-­‐rasio kinerja perusahaan, analis dapat melakukan proyeksi income statement, balance sheet, dan cash flow statement secara lebih detail. Sebagai contoh, data inventory turnover (ITO) dan account receivables turnover (ARTO) dapat digunakan untuk memprediksi besarnya account receivable, inventory, dan cash flow berdasarkan pada 6 proyeksi penjualan. Metode prediksi ini akan lebih mudah dibandingkan dengan menggunakan asumsi besarnya investasi item-­‐item dalam working capital. Contoh. Perusahaan memiliki modal saham senilai $100, dan seluruh jumlah tersebut diinvestasikan dalam working capital. Dengan menggunakan asumsi berikut ini, lakukan forecasting atas pendapatan bersih dan cash flow perusahaan untuk periode lima tahun (Robinson, Henry, Pirie, & Broihahn, 2012) Penjualan di tahun pertama Pertumbuhan penjualan Cost of goods sold/sales Operating expense/sales Interest income rate Tax rate Persentase working capital dari sales $100 10% per tahun 20% 70% 5% 30% 90% Jawab: 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 0 Sales Cost of goods sold Operating expenses Interest income Income before tax Taxes Net income Cash/borrowing Working capital (noncash) Total assets Liabilities Equity Total liabilities + equity Net income Plus: Noncash items Less: Investment in working capital Less: Investment in fixed capital Change in cash Beginning cash Ending cash 0.0 100.0 100.0 0.0 100.0 100.0 1 100.00 (20.0) (70.0) 0.0 10.0 (3.0) 7.0 17.0 90.0 107.0 0.0 107.0 107.0 7.0 0.0 -­‐10.0 0.0 17.0 0.0 17.0 Time Period 2 3 110.0 121.0 (22.0) (24.2) (77.0) (84.7) 0.9 0.8 11.9 12.9 (3.6) (3.9) 8.3 9.0 16.3 15.4 99.0 108.9 115.3 124.3 0.0 0.0 115.3 124.3 115.3 124.3 8.3 9.0 0.0 0.0 9.0 9.9 0.0 0.0 -­‐0.7 -­‐0.9 17.0 16.3 16.3 15.4 4 5 133.1 146.4 (26.6) (29.3) (93.2) (102.5) 0.8 0.7 14.1 15.3 (4.2) (4.6) 9.9 10.7 14.4 13.1 119.8 131.8 134.2 144.9 0.0 0.0 134.2 144.9 134.2 144.9 9.9 10.7 0.0 0.0 10.9 12.0 0.0 0.0 -­‐1.0 -­‐1.3 15.4 14.4 14.4 13.1 Pada tahun 0, perusahaan beroperasi dengan modal (equity) $100. Seluruh modal perusahaan diasumsikan diinvestasikan dalam working capital sebesar 90%. Dalam periode mendatang, karena diasumsikan tidak ada dividen yang dibayarkan, nilai buku saham (book equity) meningkat setiap tahun sejalan dengan perolehan net income (No. 14). Working capital tahun berikutnya (No. 9) 7 dihitung dari besarnya 90% dari penjualan tahunan (No. 1). Penjualan pada tahun awal adalah $100 dan diasumsikan akan meningkat secara konstan sebesar 10% per tahun (No. 1). Besarnya cost of goods sold diasumsikan sebesar 20% dari penjualan (No. 2), sehingga besarnya gross profit margin adalah 80%. Operating expenses setiap tahun diasumsikan sebesar 70% dari penjualan (no. 3). Interest income (No. 4) dihitung sebesar 5% dari nilai cash atau borrowing di awal periode (beginning balance of cash/borrowing) (No. 8). Jika kas yang tersedia tidak cukup untuk menutup kebutuhan cash outflow, kekurangan kas akan dipenuhi dengan cara pinjaman. Adanya pinjaman tersebut akan tampak pada adanya negative balance (No. 8) dan adanya beban bunga (interest expense) (No. 4). Pajak sebesar 30% adalah pengurang pendapatan sebelum pajak (income before tax). Untuk menghitung cash flow di setiap periode, gunakan data net income (No. 7 dan No. 14), tambahkan kembali pengeluaran yang bersifat non cash seperti depresiasi (No. 15), kemudian dikurangi besarnya investasi pada working capital (No. 16), dan kurangi dengan investasi pada fixed capital dalam periode tersebut (No. 17). Dalam contoh ini, perusahaan diasumsikan tidak melakukan investasi pada fixed capital (long-­‐term assets), tetapi menyewa ruang kantor lengkap dengan furniture nya. Dengan demikian, beban depresiasi dan noncash item adalah nol. Perubahan kas untuk setiap periode (No. 18) ditambahkan kepada saldo kas awal (No. 19) untuk mendapatkan saldo kas akhir (No. 20 = No. 8). Bibliography Robinson, T. R., Henry, E., Pirie, W. L., & Broihahn, M. A. (2012). International financial statement analysis (Vol. Second Edition). Hoboken, New Jersey, USA: John Wiley & Sons, Inc. Temte, A. (2004). Financial Statement Analysis (Vol. First Edition). La Crosse, Wisconsin, USA: Scheweser Institute Certificate Program. Wild, J. J. (2001). fInancial Statement Analysis (Vol. International Edition). Boston, US: McGraw-­‐Hill Irwin.