e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 PENERAPAN PEMBELAJARAN KUANTUM MELALUI BERMAIN UNTUK MENINGKATKAN PENGETAHUAN SISWA TENTANG BANGUN DATAR PADA KELAS III I Pt. Adhi Wibawa1, IB Surya Manuaba2, Ni Wyn Suniasih3 123 PGSD, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia e-mail: {[email protected],[email protected], [email protected]} undiksha.ac.id ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk meningkatan pengetahuan bangun datar dengan penerapan pembelajaran kuantum melalui bermain pada siswa kelas III SD No. 1 Cemagi. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus tindakan. Setiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan, tindakan, observasi/evaluasi dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas III yang berjumlah 31 siswa yang terdiri dari 18 siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan. Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan menggunakan metode tes jenis uraian. Data yang terkumpul dianalisis dengan analisis statistik deskriptif dan analisis deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian ini menunjukan terjadi peningkatan persentase rata-rata penguasaan pengetahuan bangun datar mencapai 9,3%. Siklus I diperoleh persentase rata-rata pengetahuan siswa tentang bangun datar 57,4% berada pada kategori rendah sedangkan pada siklus II diperoleh persentase rata-rata 66,7% berada pada kategori sedang. Peningkatan ketuntasan klasikal 12,9%. Siklus I ketuntasan klasikal 64,5%, sedangkan siklus II ketuntasan klasikal 77,4%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran kuantum melalui bermain dapat meningkatkan pengetahuan siswa tentang bangun datar pada tema pendidikan kelas III di SD No. 1 Cemagi tahun pelajaran 2015/2016. Kata-kata kunci: pembelajaran kuantum, bermain, pengetahuan bangun datar. ABSTRACT The aim of this research is to improve knowledge of two-dimensional figure by the application of quantum learning through playing in the third grade students of SD No.1 Cemagi. The Design of this research is using Classroom Action Research (CAR) that is implemented in two cycles. Each cycle consists of four phases, namely planning, process/ action, observation/evaluation and reflection. Subject of the research are all of the third grade students consisting of 18 male students and 13 female students. Collecting data of the research is using descriptions test method. Collected data is analyzed by descriptive statistic analysis and quantitative analysis. The result of this research shows a significant raise of 9.3% in the students’ mastery of the twodimensional figure knowledge average percentage, with the raise of the classical completeness figure of 12.9%. The average percentage of the students who are categorized as low in the first cycle is 57.4% percent, and the classical completeness figure is 64.5%. In the second cycle, the average percentage of the students who are categorized as medium is 66.7%, and the classical completeness figure is 77.4%. Therefore, it can be concluded that the application of the quantum learning through 1 e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 playing is indeed able to improve the students’ knowledge in mastering the twodimensional figure in the educational thematic grade III in SD No. 1 Cemagi in the school year of 2015/2016. Key words: Quantum learning, Playing, Two-Dimensional Figure PENDAHULUAN Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi modern, matematika mempunyai peranan penting dalam berbagai disiplin ilmu yang berimplikasi pada daya eksplorasi pikiran manusia. Perkembangan pesat ilmu pengetahun dan teknologi dewasa ini sebagian besar berasal dari perkembangan ilmu terapan matematika. Penguasaan ilmu matematika dasar maupun terapan adalah kunci dari suatu keinginan untuk mengejar ketertinggalan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Matematika diberikan pada tingkat sekolah dasar selain untuk mendapatkan ilmu, matematika juga untuk mengembangkan daya berpikir siswa yang logis, analitis, sistematis, kritis, kreatif dan mengembangkan pola kebiasaan bekerjasama dalam memecahkan masalah. Kompetensi tersebut diperlukan siswa dalam mengembangkan kemampuan mencari, memperoleh, mengelola dan pemanfaatan informasi berdasarkan konsep berpikir logis ilmiah dalam rangka bertahan dalam kehidupan yang serba tidak pasti. Hal tersebut dikarenakan siswa menganggap matematika sulit dipelajari, mereka cenderung bosan dengan pelajaran yang sulit dipahami, bahkan dari hasil observasi yang dilakukan pada saat pelajaran matematika ada beberapa siswa yang tidak serius saat pembelajaran, seperti bercanda dengan temannya ataupun menganggu temannya yang sedang serius mengikuti pembelajaran, hal tersebut membuktikan bahwa matematika sudah menjadi pelajaran yang tidak diminati lagi. Hal ini tentu saja menimbulkan kesenjangan yang cukup jauh dari tujuan pembelajaran terutama pada pelajaran matematika dari kenyataan yang ada. Di satu sisi matematika mempunyai peranan penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia, meningkatkan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Matematika merupakan salah satu bidang stadi yang ada pada semua jenjang pendidikan, mulai dari tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Belajar matematika merupakan suatu syarat cukup untuk melanjutkan pendidikan kejenjang berikutnya. (Susanto, 2014:183) Hasil belajar merupakan salah satu indikator untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa materi pelajaran yang sudah dibelajarkan. Pencapaian belajar yang cukup rendah, tercermin pada tiga ranah dalam pembelajaran yaitu ranah pengetahuan, ranah sikap dan ranah keterampilan dalam belajar matematika. Dengan keadaan yang seperti itu, perlu dicari solusi untuk mengatasi permasalahan pembelajaran di sekolah dasar khususnya pada materi matematika. Begitu pentingnya peranan matematika dalam kehidupan, seperti yang telah diuraikan seharusnya matematika menjadi salah satu pembelajaran yang digemari dan disenangi. Akan tetapi, pada kenyataannya pelajaran matematika tidak begitu digemari bahkan ditakuti oleh sebagian siswa pada jenjang sekolah dasar. Berdasarkan hasil dari wawancara yang dilakukan dengan guru kelas III di SD No. 1 Cemagi, didapatkan hasil bahwa, permasalahan pada siswa khususnya pelajaran matematika sudah dialami dari tahun ke tahun ditambah lagi kalau Kreteria Ketuntasan Minimal (KKM) dari tahun ke tahun terus meningkat, hal tersebut menjadi 2 e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 masalah yang cukup besar dialami oleh setiap guru di SD No. 1 Cemagi. KKM yang ditetapkan untuk pelajaran matematika pada kelas III adalah sebesar 71. Berdasarkan hal tersebut, siswa kelas III hanya mampu mencapai ketuntasan belajar sebesar 12,9% dari 32 siswa, sedangkan ketuntasan belajar yang harus dicapai di SD No. 1 Cemagi yaitu 70%. Dengan demikian perlu dicarikan solusi dari permasalahan tersebut agar dapat terselesaikan dan tidak terulang lagi pada tahun berikutnya. Quantum Teaching bersandar pada bawalah dunia mereka ke dunia kita, dan antarkan dunia kita ke dunia mereka. (Ngalimun, 2014). Maksudnya adalah bahwa langkah pertama sekali yang harus dilakukan adalah memasuki dunia murid. Memasuki dunia murid dimaksudkan agar guru mendapatkan hak untuk mengajar bukan wewenang untuk mengajar. Hak mengajar merupakan sesuatu yang harus dimiliki oleh guru yang didapat atas izin dari siswa. Cara untuk mendapatkan hak mengajar adalah dengan cara mengkaitkan apa yang mereka alami dengan yang akan guru ajarkan, dengan demikian akan terbentuk kaitan yang dapat membawa dunia mereka kepada dunia guru. Pada saat inilah guru dapat memberikan kosakata, model mental, rumus dan lain-lain diberikan sehingga terbentuk yang namanya dunia kita yaitu pengertian yang lebih luas dan penguasaan lebih mendalam yang akan dibawa murid kembali ke dunia mereka untuk diterapkan pada situasi yang baru. Melihat hal tersebut, perlu diterapkannya pembelajaran yang inovatif, disenangi oleh siswa dan membuat lebih antusias dalam pembelajaran yang dapat memberikan hasil belajar yang optimal dan membuat siswa aktif. Salah satu pembelajaran yang dapat mengatasi permasalahan tersebut adalah pembelajaran kuantum. Thobroni (2015:226) menyatakan bahwa asas utama pembelajaran kuantum adalah “Bawalah dunia mereka (pembelajar) ke dunia kita (pengajar) dan antarkan dunia kita (pengajar) ke dalam dunia mereka (pembelajar)”. Hal ini dapat diartikan bahwa guru diingatkan tentang pentingnya memasuki dunia siswa dengan mengaitkan apa yang diajarkan dengan sebuah peristiwa, pikiran atau perasaan yang diperoleh dari kehidupan rumah, sosial atau akademis siswa. Setelah kaitan tersebut terbentuk, guru dapat membawa siswa kedalam dunia guru dan memberikan siswa pemahaman mengenai isi dunia (DePorter, 2005). Pembelajaran kuantum merupakan model belajar yang menyenangkan bagi siswa. Pembelajaran yang menyenangkan dapat mengembangkan secara cepat potensi siswa karena berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada proses belajar yang dialami siswa. Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan kalau pembelajaran kuantum sangat cocok diterapakan pada siswa sekolah dasar karena memiliki banyak kelebihan dari pembelajaran lainnya. Kerangka perencanaan pembelajaran kuantum dikenal dengan singkatan TANDUR, yaitu sebagai berikut. (Thobroni, 2015: 227) 1) Tumbuhkan , Guru harus mampu menumbuhkan minat belajar. 2) Alami, dalam menyampaikan materi pembelajaran siswa mendapat pengalaman untuk mencoba. 3) Namai, penyampaian materi yang jelas dan lugas akan sangat membantu siswa dalam memahami dan mengerti materi pembelajaran yang diberikan. Sediakan kata kunci, konsep, model, rumus, strategi dan metode lainnya. Penamaan untuk memberikan identitas, menguatkan dan mendefinisikan. 4) Demonstrasikan, dalam menyampaikan materi, guru dapat menggunakan media atau alat peraga dengan maksud supaya siswa dapat memahami dan mengerti lebih mudah materi yang diberikan. 5) Ulangi, berikan kesempatan untuk siswa mengulangi apa yang telah dipelajarinya,. 6) Rayakan, rayakan maksudnya guru dapat memberikan penghargaan atau pujian kepada siswa atas segala usaha dan kerja keras mereka dalam 3 e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 menyelesaikan tugas yang diberikan sehingga siswa merasa diakui setiap usahanya. Kerangka rancangan belajar tersebut bertujuan untuk memberikan cara atau jalan kepada guru dalam menyampaikan materi pelajaran dan cara untuk menciptakan suasana belajar yang kondusif dan menyenangkan bagi siswa dan saling bekerja sama dalam menciptakan lingkungan belajar yang nyaman dan siswa dapat menangkap materi yang diajarkan dengan baik. dimensi yaitu panjang dan lebar tetapi tidak mempunyai tinggi dan tebal. Dengan demikian pengertian bangun datar adalah abstrak. Mengacu pada taksonomi Bloom (1995) pada ranah kognitif, meliputi kemampuan menyatakan kembali konsep atau prinsip yang telah dipelajari, yang berkenaan dengan kemampuan berpikir, kompetensi memperoleh pengetahuan, pengenalan, pemahaman, konseptualisasi, penentuan dan penalaran. Tujuan pembelajaran dalam ranah kognitif (intelektual) atau yang menurut Bloom merupakan segala aktivitas yang menyangkut otak dibagi menjadi 6 tingkatan sesuai dengan jenjang terendah sampai tertinggi yang dilambangkan dengan C (cognitive). C1 ( Pengetahuan), C2 (Pemahaman), C3 (Penerapan), C4 (Analisis), C5 (Sintesis), C6 (Evaluasi). Pada penelitian ini hanya memakai C1 sesuai dengan jenjangan siswa kelas III. Dalam proses belajar harus sesuai dengan tahapan perkembangan kognitif yang dilalui oleh siswa. Pada siswa kelas III berada pada usia 9 tahun atau ada pada tahap oprasional konkret, yakni pada saat belajar siswa masih harus dibantu dengan benda konkret untuk lebih memperjelas pembelajaran yang dilakukan. Pada usia 9 tahun ini siswa cenderung suka bermain, karena bermain adalah suatu tindakan yang dialukan secara sukarela. Anak kelas rendah tidak membedakan antara bermain dan belajar. Bermain menimbulkan rasa senang pada diri siswa. Bermain dapat diartikan sebagai suatu kegiatan melakukan gerakan-gerakan berjalan, melompat, memanjat, berlari, merangkak, berayun dan lain sebagainya. Pada saat bermain itulah, mereka dapat mempraktikan semua gerakan motorik kasar seperti berlari, melompat, meloncat dan gerakan yang lainnya dengan tujuan gerak-gerik mereka itu meskipun tidak beraturan secara sistematis tetapi bermakna atau yang diinginkan tercapai yaitu memfungsikan gerakan motorik kasarnya. Jenis permainan yang digunakan sehingga dapat sesuai dengan pembelajaran kuantum dan materi bangun datar adalah permainan engklek, bentengan, dan gobak sodor. Dengan mengkolaborasikan pembelajaran kuantum melalui bermain, diharapkan siswa mem-poeroleh hasil belajar yang optimal dalam pembelajaran matematika khusus-nya pada pengetahuan bangun datar. Penerapan pembelajaran kuantum melalui bermain nantinya dapat meningkatkan pengetahuan bangun datar siswa kelas III di SD No. 1 Cemagi. METODE Subjek penelitian ini melibatkan siswa kelas III SD No. 1 Cemagi, dengan jumlah 31 siswa yang terdiri dari 13 siswa laki-laki dan 18 siswa perempuan. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Rancangan penelitian ini mengacu pada model Kurt Lewin bahwa dalam PTK ada empat tahapan pada satu siklus penelitian. Keempat tahapan dalam satu siklus terdiri dari: perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. .Pada pembelajaran matematika di kelas III ini akan memfokuskan pengetahuan siswa tentang bangun datar. Bangun datar dapat didefinisikan sebagai bangun yang rata yang mempunyai dua 4 e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 Rumus-rumus analisis deskriptif kuantitatif yang digunakan sebagai berikut. 1) Tabel distribusi frekuensi R = Xt-Xr + 1 (Agung, 2014: 142) Rentangan (R) = skor tertinggi (Xt) – skor terendah (Xr) Keterangan: Gambar 1. PTK model Kurt Lewin(Sumber: Sanjaya, 2015: 50) Jika R<15 maka data tersebut disusun kedalam tabel data tunggal. Sebaliknya jika R>15 maka data disusun kedalam tabel data tergolong. Siklus yang telah ditetapkan seperti yang digambarkan pada gambar 1. Menurut Suharsimi (2014) mengatakan setiap siklus terdiri dari 3-5 kali pertemuan, dalam penelitian ini dilaksanakan 3 kali pertemuan sesuai dengan kesepakatan dengan guru kelas III pada saat refleksi awal. Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus tindakan, setiap siklus terdiri 3 kali pertemuan, yaitu 2 kali pertemuan untuk pelaksanaan tindakan dan 1 kali pertemuan untuk tes akhir siklus. Pelaksanaan penelitian pada siklus I dilaksanakan selama 3 kali pertemuan, yaitu pada hari Selasa, 14 Maret 2016, Jumat, 18 Maret 2016, dan Sabtu 19 Maret 2016. Siklus II dilaksanakan pada hari Selasa, 29Maret 2016, Rabu, 30Maret, dan Jumat1 April 2016. Keberhasilan pelaksanaan tindakan ini berpedoman pada kriteria sebagai berikut. Siswa dinyatakan tuntas jika sudah mampu memperoleh nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) belajar secara individu yaitu 71. Metode pengumpulan data disesuaikan dengan jenis data yang diperlukan. Untuk mengetahui pengetahuan siswa tenatang bangun datar digunakan instrumen berupa tes uraian. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis statistik deskriptif dan analisis deskriptif kuantitatif. 2) Menghitung Mean (M) Untuk menghitung rata-rata hasil belajar setiap siklus dengan me-nganalis nilai hasil belajar siswa dengan rumus bsebagai berikut. ∑ M= (Agung, 2005:95) Keterangan: M = nilai rata-rata ∑ = jumlah nilai seluruh siswa = banyaknya siswa 3) Menyajikan data kedalam grafik polygon dan menentukan letak Mo, Me, M dalam kurva. Menghitung rata – rata persentase mengunakan rumus. M% = x 100% (Agung, 2014: 144) Keterangan: M% = persentase rata-rata aktivitas belajar siswa M = rata-rata belajar siswa SMI = skor maksimal ideal (100) Selanjutnya, tingkat ke-berhasilan tentang pengetahuan siswa tentang bangun datar pada kelas III dianalisis dengan membandingkan (M%) atau persentase rata-rata pengetahuan bangun datar ke dalam PAP skala 5 dengan kriteria yang dapat disajikan pada Tabel berikut. Tabel 1. Pedoman konversi PAP skala 5 pengetahuan siswa tentang bangun datar Persentase 90-100 80-89 65-79 Kriteria Hasil Belajar Sangat Tinggi Tinggi Sedang 5 e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 55-64 0-55 Rendah Sangat Rendah Sumber: (diadaptasi dari Agung, 20014: 145) Untuk ketuntasan belajar bangun datar pada mata pelajaran matematika siswa secara klasikal dapat menggunakan rumus sebagai berikut. KK , 2010: 18) ( ) penggolongan pengetahuan siswa tentang bangun datar berada pada kreteria 55-65 atau berada dalam kategori rendah. .Evaluasi pada siklus 1 diperoleh 20 siswa (64,5%) tuntas, 11 siswa (35,4%) belum tuntas dan persentase rata – rata pengetahuan tentang bangun datar siswa 57,4%. x 100% (Agung Keterangan: KK Berdasarkan hasil tindakan siklus I, masih diperlukan adanya perbaikan pada proses pembelajaran. Perbaikan merupakan upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran terutama meningkatkan pengetahuan siswa tentang bangun datar. Pada Siklus II tindakan yang dilakukan mengacu padahasil refleksi Siklus I untuk memperbaiki proses pembelajaran dengan pembelajaran kuantum melalui bermain.Berdasarkan analisis data yang dilakukan pada siklus II diperoleh pengetahuabn siswa tentang sebagai berikut. = ketuntasan klasikal KKM = kreteria ketuntasan minimal (71) Penilaian ini dikatan berhasil jika ketuntasan belajar bangun datar pada mata pelajaran matematika siswa secara klasikal telah mencapai minimal > 75% HASIL DAN PEMBAHASAN Pada observasi awal, hasil belajar Matematika masih tergolong rendah. Masih banyak siswa yang nilainya belum memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 71. Berdasarkan hasil observasi awal diperoleh hasil dari 31 siswa hanya 4 siswa yang mendapat nilai di atas KKM, dengan demikian ketuntasan belajar yang dicapai siswa sebesar 12,9%.Untuk meningkatkanpengetahuan siswa tentang bangun datar tersebut dilakukan tindakan pada siklus I dengan menerapkan pembelajaran kuantum melalui bermain melalui tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Nilai rata-rata penguasaan pengetahuan tentang bangun datar siswa pada siklus I adalah 57,4. Bila dikonversikan ke dalam Pengetahuan siswa tentang bangun datar siklus II menunjukkan bahwa dari 31 siswa yang mengikuti tes, sebanyak 24 orang siswa (77,4%) sudah dikatakan tuntas dan 7 orang siswa (22,5%) belum tuntas. Sedangkan persentase rata – rata pengetahuan siswa tentang bangun datar siklus II adalah 66,7% Berdasarkan analisis pengetahuan tentang bangun datar siswa kelas III SD No. 1 Cemagi pada siklus I dan siklus II sebagaimana yang telah diuraikan berikut ini dipaparkan rekapitulasi persentase rata-rata dan ketuntasan klasikal siklus I dan siklus II seperti pada tabel berikut Tabel 2. Tabel rekapitulasi pengetahuan siswa tentang bangun datar pada siklus I dan siklus II Kreteria Rata-rata pengetahuan Data/Hasil Siklus I 57,4 Siklus II 66,7 6 e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 bangun datar Peningkatan Persentase ratarata Peningkatan Ketuntasan klasikal Peningkatan Keterangan 9,3 57,4% 66,7 % 9,3% 64,5% 77,4% Persentase rata-rata tergolong ke dalam kriteria rendah dan ketuntasan klasikalnya belum mencapai indikator keberhasilan (75%) Berdasarkan Table 2, dapat diketahui peningkatan rata-rata pengetahuan tentang bangun datar dari 57,4 dalam kategori rendah pada siklus I menjadi 66,7 dalam kategori sedang pada siklus II.Begitu juga dengan peningkatan ketuntasan klasikal pengetahuan tentang bangun datar dari 64,5% menjadi 77,4%.Perbedaan pengetahuan tentang bangun datar dan ketuntasan klasikal siswa pada siklus I dan II dapat dilihat pada Gambar I 100,00% 80,00% 60,00% 66,70% 57,40% bangun datar pada siklus I menunjukkan dari 31 siswa, hanya 20 siswa yang mendapatkan nilai diatas KKM (71,00) sebagai ketuntasan minimal. Nilai rata-rata yang diperoleh adalah 57,4 . Bila dikonversikan ke tabel kreteria penguasaan pengetahuan datar berada pada kategori rendah dengan ketuntasan klasikalnya 64,5%. Data tersebut belum memenuhi indikator kinerja yang ditetapkan, sehingga diperlukan pelaksanaan tindakan selanjutnya untuk dilakukan perbaikan agar terjadi peningkatan dan mencapai indikator kinerja yang telah ditetapkan. 77,40% 64,50% Namun peningkatan pengetahuan bangun datar dan ketuntasan klasikal siswa kelas III SD No. 1 Cemagi pada siklus I belum mencapai indikator keberhasilan yang ditentukan. Sehingga penelitian ini dilanjukan ke siklus II. Belum tercapainya indikator kinerja yang ditentukan dalam pennelitian ini, karena ditemukan beberapa kelemahan dalam pelaksanaan siklus I yang perlu diperbaiki. Kelemahan-kelemahan tersebut sesuai dengan hasil refleksi pada pelaksanaan siklus I, diantaranya siswa kurang mampu untuk memahami masalah yang diberikan, ini dikarenakan kemampuan dalam mengartikan permasalahan kedalam rumus serta membahas penyelesaian masalah masih dilakukan secara klasikal. Hanya beberapa siswa yang aktif saat mengerjakan LKS dalam kelompok, sedangkan siswa lain sibuk dengan 40,00% 20,00% 0,00% Mean 12,9 Persentase ratarata tergolong dalam kriteria sedang dan ketuntasan klasikalnya melebihi indikator keberhasilan (75%) Ketuntasan Klasikal Gambar 1. Gambar Grafik Batang Peningkatan persentase rata – rata dan Ketuntasan Klasikal Pada Siklul I Dan Siklus II Pada pelaksanaan siklus I, dikatakan belum mencapai hasil yang optimal dan belum memenuhi indikator kinerja yang diharapkan. Data penguasaan 7 e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 kegiatannya sendiri. Masih kurang kesadaran siswa dalam pembelajaran. Serta pada proses refleksi, masih banyak siswa sibuk mengobrol dengan siswa lainnya. sehingga penelitian tindakan dihentikan pada siklus II. kelas ini Tercapainya indikator keberhasilan penelitian ini pada pelaksanaan siklus II karena terjadi beberapa kemajuan dalam pelaksanaannya. Kemajuan-kemajuan tersebut diantaranya siswa sudah mulai terbiasa belajar kelompok dengan pembelajaran kuantum melalui bermain, sehingga siswa lebih mudah memahami materi bangun datar yang dipelajari melalui permasalahan-permasalahan nyata, dalam menyelesaikan masalah, siswa selalu menggunakan media nyata yang berkaitan dengan kehidupan siswa, sehingga pengetahuan yang diperoleh lebih bermakna untuk siswa. Berdasarkan kelemahan-kelemahan yang ditemukan dalam pelaksanaan siklus I, kemudian dilakukan diskusi dengan guru kelas III untuk mencari solusi penyelesaian secara bersama, sehingga pada pelaksanaan siklus II mendapat hasil yang optimal. Dari hasil diskusi, disepakati beberapa solusi perbaikan yang dilaksanakan pada siklus II, diantaranya dalam proses pembelajaran peneliti menggunakan bahasa yang lebih sederhana dalam mengajukan permasalahan agar siswa lebih mudah memahami. Siswa lebih diawasi dalam pelaksanaan kerja kelompok, serta memberikan penguatan dan motivasi saat siswa mengerjakan LKS. Serta, agar proses perenungan lebih optimal, peneliti memberikan pengarahan klasikal dan melakukan pengawasan yang lebih baik sehingga siswa bisa lebih berkonsentrasi dalam melakukan refleksi. Berdasarkan temuan – temuan pada hasil penelitian siklus I dan siklus II, didapatkan bahwa penerapan pembelajaran kuantum melalui bermain pada proses pembelajaran matematika materi bangun datar dapat meningkatkan hasil pengetahuan siswa tentang bangun datar siswa kelas III SD No. 1 Cemagi. Hal ini dipengaruhi oleh asas pembelajaran kuantum dan kerangka pembelajaran kuantum yang dikenal dengan singkatan TANDUR (Tumbuhkan, Alami, Namai, Demontrasikan, Ulangi dan Rayakan) sehingga pembelajaran yang didapat oleh siswa menjadi maksimal karena mereka menemukan sendiri pengetahuannya, dan juga dipadukan dengan bermain membuat pembelajaran menjadi tidak membosankan. Thobroni (2015) menyatakan pembelajaran kuantum bersandar pada konsep, bawalah dunia mereka ke dunia kita, dan antarkan dunia kita ke dunia mereka. Hal inilah yang membuat siswa saat pembelajaran menjadi nyaman, menyenangkan dan bermakna untuk kehidupannya, sehingga siswa lebih bersemangat membangun pengetahuannya sendiri dengan segala nuansa yang ada. Setelah dilakukan penelitian siklus II dengan perbaikan-perbaikan tersebut, diperoleh bahwa terjadi peningkatan pengetahuan siswa tentang bangun datar dan ketuntasan klasikal siswa pada siklus II dari pelaksanaan siklus I. Data pengetahuan bangun datar memiliki persentase rata-rata nilai pengetahuan bangun datar sebesar 66,7% atau berada pada kreteria sedang. Ini berati sudah terjadi peningkatan hasil pengetahuan bangun datar dari pelaksanaan siklus I yang hanya 57,4% atau berada pada kreteria rendah. Sedangkan untuk ketuntasan klasikal siswa pada siklus II, sudah mencapai 77,4% dari siswa yang berjumlah 31 orang yang memiliki nilai > 71 (KKM), ini memperlihatkan peningkatan dari pelaksanaan pembelajaran siklus I yang hanya 64,5% dari seluruh siswa. Peningkatan pengetahuan siswa tentang bangun datar dan ketuntasan klasikal belajar siswa dari pelaksanaan siklus II sudah mencapai indikator kinerja yang ditentukan Pembelajaran kuantum, pembelajaran dilaksanakan dengan memaksimalkan momen belajar dengan segala nuansanya, proses kerja sama, sehingga siswa saling 8 e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 membantu dalam menyelesaikan permasalahan dan dapat menemukan pengetahuannya. Sanjaya (2009) mengatakan, kerja sama saling memberikan dan menerima sangat dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Pembelajaran dalam kerja kelompok juga berjalan baik karena adanya bermain yang memanfaatkan kerja sama antar anggota kelompok tetapi tidak terlepas dari konteks materi pembelajaran, sehingga siswa tidak bosan dan pembelajaran pun menjadi lebih meriah. Hal ini sesuai dengan pendapat Budiningsih (2005) bahwa siswa akan lebih mudah menyelesaikan masalah atau tugas ketika berkolaborasi dengan temannya yang lebih berkompeten. meningkatkan pengetahuan siswa tentang bangun datar tema pendidikan pada siswa kelas III SD No. 1 Cemagi tahun pelajaran 2015/2016. PENUTUP Penerapan pembelajaran kuantum melalui bermain dapat meningkatkan pengtahuan siswa tentang bangun datar pada tema pendidikan kelas II di SD No 1 Cemagi tahun pelajaran 2015/2016. Hal tersebut dapat dilihat dari adanya peningkatan persentase rata – rata pengetahuan siswa tentang bangun datar siswa yakni pada siklus I sebesar 57,4% yang berada pada kreteria rendah, Sedangkan pada siklus II persentase rata – rata pengetahuan bangun datar mencapai 66,7% yang berada pada kreteria sedang. Peningkatan persentase rata – rata pengetahuan bangun datar dari siklus I ke siklus II sebesar 9,3%. Ketuntasan klasikal siswa sebesar 64,5% dari 31 siswa pada siklus I, sedangkan pada siklus II ketuntasan klasikal 77,4% dari 31 siswa. Ini berati terjadi peningkatan sebesar 12,9% dari siklus I ke siklus II. Berkenaan dengan hasil penelitian dan simpulan dalam penelitian tindakan kelas ini ada beberapa saran yang dapat diajukan sebagai berikut. Bagi Siswa, hasil penelitian ini hendaknya dapat memotivasi siswa untuk lebih terbiasa menggunakan pembelajaran yang menarik, sehingga hasil belajar dapat tercapai optimal. Bagi Guru, hasil penelitian ini dapat menjadi acuan guru dalam merancang pembelajaran dikelas. Saat melaksanakan proses pembelajaran matematika di kelas, hendaknya dapat menerapkan pembelajaran kuantum melaui bermain sehingga dapat meningkatkan hasil pengetahuan siswa. Proses pembelajaran di kelas, diharapkan menggunakan pendekatan pembelajaran yang sesuai, sumber belajar atau media yang dikolerasikan dengan kondisi nyata dan diharapkan selalu mempersiapkan perangkat pembelajaran seperti RPP, LKS dan tes Bertitik talak dari penjelasan yang dipaparkan, pelakasanaan penelitian tindakan kelas pada proses pembelajaran matematika materi bangun datar siswa kelas III SD No. 1 Cemagi dengan menerapkan pembelajaran kuantum melalui bermain dapat dikatakan berhasil meningkatkan pengetahuan siswa tentang bangun datar. Penelitian ini dihentikan pada siklus II karena sudah tercapainya indikator keberhasilan dalam penelitian ini. Pengetahuan siswa tentang bangun datar berada pada katagori sedang dan ketuntasan klasikal sudah mencapai 77,4% dari 31 siswa pada akhir penelitian siklus II. Hal ini juga didukung dari penelitian yang dilakukan oleh Danang Wijayanto (2013) yang hasil dari penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapkan model Pembelajaran Kuantum (Quantum Teaching) mampu meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran Matematika kelas III semester I SD No.1 Jinengdalem tahun pelajaran 2012/2013. Dari pembahasan yang telah dipaparkan, maka hasil penelitian ini telah mampu menjawab rumusan masalah yang telah dirumuskan di indikator keberhasilan yang diharapkan telah tercapai. Jadi dinyatakan bahwa penerapan pembelajaran kuantum melalui bermain dapat 9 e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 evaluasi, kemudian lebih memanfaatkan pembelajaran yang meriah dan bernuansa menyenangkan. Bagi Peneliti lain, diharapkan kepada peneliti lain yang tertarik agar menjadikan referensi dalam melakukan penelitian mengenai pembelajaran kuantum dan pengetahuan tentang bangun datar, agar meneliti lebih lanjut untuk mendapatkan hasil yang lebih optimal. Kosasih, Nandang dan Sumarna, Dede. 2013. Pembelajaran Quantum dan Optimalisai Kecerdasan. Bandung :Alfabeta. Kosasih, Nandang. 2014. Strategi Belajar dan Pembelajaran Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: Yrama Widya. DAFTAR RUJUKAN Sanjaya, Wina. 2015. Penelitian Tindakan Kelas, Cetakan Keenam. Jakarta: Prenadamedia Grup. Agung, A.A. Gede. 2005. Metodelogi Penelitian Pendidikan SuatuPengantar. Singaraja: Fakultas IlmuPendidikan. UNDIKSHA Susanto, Ahmad. 2014. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar, Cetakan Kedua. Jakarta: Kencana Prenadamedia Grup. Aisyah, Nyimas, dkk. 2007. Pengembangan Pembelajaran Matematika SD. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. Thobroni. 2015. Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Arikunto, Suharsimi. 2013. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Wijayanto, Danang. 2013. “Penerapan Model Pembelajaran Kuantum (Quantum Teaching) Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika siswa Kelas III SD No. 1 Jinengdalem”. DePorter, Bobbi, dkk. 2003. QuantumTeaching. Terjemahan, CetakanXVIII. Bandung: Kaifa. Iskandar. 2012. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta Selatan: Gp Press Group. 10