penerapan pembelajaran kuantum melalui bermain untuk

advertisement
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
PENERAPAN PEMBELAJARAN KUANTUM MELALUI BERMAIN
UNTUK MENINGKATKAN PENGETAHUAN SISWA TENTANG
BANGUN DATAR PADA KELAS III
I Pt. Adhi Wibawa1, IB Surya Manuaba2, Ni Wyn Suniasih3
123
PGSD, FIP
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia
e-mail: {[email protected],[email protected], [email protected]}
undiksha.ac.id
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatan pengetahuan bangun datar dengan
penerapan pembelajaran kuantum melalui bermain pada siswa kelas III SD No. 1
Cemagi. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua
siklus tindakan. Setiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan, tindakan,
observasi/evaluasi dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas III yang berjumlah
31 siswa yang terdiri dari 18 siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan. Pengumpulan data
pada penelitian ini dilakukan menggunakan metode tes jenis uraian. Data yang terkumpul
dianalisis dengan analisis statistik deskriptif dan analisis deskriptif kuantitatif. Hasil
penelitian ini menunjukan terjadi peningkatan persentase rata-rata penguasaan
pengetahuan bangun datar mencapai 9,3%. Siklus I diperoleh persentase rata-rata
pengetahuan siswa tentang bangun datar 57,4% berada pada kategori rendah
sedangkan pada siklus II diperoleh persentase rata-rata 66,7% berada pada kategori
sedang. Peningkatan ketuntasan klasikal 12,9%. Siklus I ketuntasan klasikal 64,5%,
sedangkan siklus II ketuntasan klasikal 77,4%. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa penerapan pembelajaran kuantum melalui bermain dapat meningkatkan
pengetahuan siswa tentang bangun datar pada tema pendidikan kelas III di SD No. 1
Cemagi tahun pelajaran 2015/2016.
Kata-kata kunci: pembelajaran kuantum, bermain, pengetahuan bangun datar.
ABSTRACT
The aim of this research is to improve knowledge of two-dimensional figure by the
application of quantum learning through playing in the third grade students of SD No.1
Cemagi. The Design of this research is using Classroom Action Research (CAR) that is
implemented in two cycles. Each cycle consists of four phases, namely planning,
process/ action, observation/evaluation and reflection. Subject of the research are all of
the third grade students consisting of 18 male students and 13 female students.
Collecting data of the research is using descriptions test method. Collected data is
analyzed by descriptive statistic analysis and quantitative analysis. The result of this
research shows a significant raise of 9.3% in the students’ mastery of the twodimensional figure knowledge average percentage, with the raise of the classical
completeness figure of 12.9%. The average percentage of the students who are
categorized as low in the first cycle is 57.4% percent, and the classical completeness
figure is 64.5%. In the second cycle, the average percentage of the students who are
categorized as medium is 66.7%, and the classical completeness figure is 77.4%.
Therefore, it can be concluded that the application of the quantum learning through
1
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
playing is indeed able to improve the students’ knowledge in mastering the twodimensional figure in the educational thematic grade III in SD No. 1 Cemagi in the school
year of 2015/2016.
Key words: Quantum learning, Playing, Two-Dimensional Figure
PENDAHULUAN
Matematika merupakan ilmu universal
yang
mendasari
perkembangan
ilmu
pengetahuan
dan
teknologi
modern,
matematika mempunyai peranan penting
dalam
berbagai
disiplin
ilmu
yang
berimplikasi pada daya eksplorasi pikiran
manusia.
Perkembangan
pesat
ilmu
pengetahun dan teknologi dewasa ini
sebagian besar berasal dari perkembangan
ilmu terapan matematika. Penguasaan ilmu
matematika dasar maupun terapan adalah
kunci dari suatu keinginan untuk mengejar
ketertinggalan
dalam
bidang
ilmu
pengetahuan dan teknologi. Matematika
diberikan pada tingkat sekolah dasar selain
untuk mendapatkan ilmu, matematika juga
untuk mengembangkan daya berpikir siswa
yang logis, analitis, sistematis, kritis, kreatif
dan mengembangkan pola kebiasaan
bekerjasama dalam memecahkan masalah.
Kompetensi tersebut diperlukan siswa dalam
mengembangkan
kemampuan
mencari,
memperoleh, mengelola dan pemanfaatan
informasi berdasarkan konsep berpikir logis
ilmiah dalam rangka bertahan dalam
kehidupan yang serba tidak pasti.
Hal tersebut dikarenakan siswa menganggap
matematika
sulit
dipelajari,
mereka
cenderung bosan dengan pelajaran yang
sulit dipahami, bahkan dari hasil observasi
yang dilakukan pada saat pelajaran
matematika ada beberapa siswa yang tidak
serius saat pembelajaran, seperti bercanda
dengan temannya ataupun menganggu
temannya yang sedang serius mengikuti
pembelajaran, hal tersebut membuktikan
bahwa matematika sudah menjadi pelajaran
yang tidak diminati lagi. Hal ini tentu saja
menimbulkan kesenjangan yang cukup jauh
dari tujuan pembelajaran terutama pada
pelajaran matematika dari kenyataan yang
ada. Di satu sisi matematika mempunyai
peranan penting dalam berbagai disiplin dan
memajukan
daya
pikir
manusia,
meningkatkan
berpikir
logis,
analitis,
sistematis,
kritis,
dan
kreatif,
serta
kemampuan bekerjasama.
Matematika merupakan salah satu
bidang stadi yang ada pada semua jenjang
pendidikan, mulai dari tingkat sekolah dasar
hingga perguruan tinggi. Belajar matematika
merupakan suatu syarat cukup untuk
melanjutkan
pendidikan
kejenjang
berikutnya. (Susanto, 2014:183)
Hasil belajar merupakan salah satu
indikator
untuk
mengetahui
tingkat
penguasaan siswa materi pelajaran yang
sudah dibelajarkan. Pencapaian belajar yang
cukup rendah, tercermin pada tiga ranah
dalam
pembelajaran
yaitu
ranah
pengetahuan, ranah sikap dan ranah
keterampilan dalam belajar matematika.
Dengan keadaan yang seperti itu, perlu dicari
solusi untuk mengatasi permasalahan
pembelajaran di sekolah dasar khususnya
pada materi matematika.
Begitu
pentingnya
peranan
matematika dalam kehidupan, seperti yang
telah diuraikan seharusnya matematika
menjadi salah satu pembelajaran yang
digemari dan disenangi. Akan tetapi, pada
kenyataannya pelajaran matematika tidak
begitu digemari bahkan ditakuti oleh
sebagian siswa pada jenjang sekolah dasar.
Berdasarkan hasil dari wawancara
yang dilakukan dengan guru kelas III di SD
No. 1 Cemagi, didapatkan hasil bahwa,
permasalahan pada siswa khususnya
pelajaran matematika sudah dialami dari
tahun ke tahun ditambah lagi kalau Kreteria
Ketuntasan Minimal (KKM) dari tahun ke
tahun terus meningkat, hal tersebut menjadi
2
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
masalah yang cukup besar dialami oleh
setiap guru di SD No. 1 Cemagi. KKM yang
ditetapkan untuk pelajaran matematika pada
kelas III adalah sebesar 71. Berdasarkan hal
tersebut, siswa kelas III hanya mampu
mencapai ketuntasan belajar sebesar 12,9%
dari 32 siswa, sedangkan ketuntasan belajar
yang harus dicapai di SD No. 1 Cemagi yaitu
70%. Dengan demikian perlu dicarikan solusi
dari permasalahan tersebut agar dapat
terselesaikan dan tidak terulang lagi pada
tahun berikutnya.
Quantum Teaching bersandar pada
bawalah dunia mereka ke dunia kita, dan
antarkan dunia kita ke dunia mereka.
(Ngalimun, 2014). Maksudnya adalah bahwa
langkah pertama sekali yang harus dilakukan
adalah memasuki dunia murid. Memasuki
dunia murid dimaksudkan agar guru
mendapatkan hak untuk mengajar bukan
wewenang untuk mengajar. Hak mengajar
merupakan sesuatu yang harus dimiliki oleh
guru yang didapat atas izin dari siswa. Cara
untuk mendapatkan hak mengajar adalah
dengan cara mengkaitkan apa yang mereka
alami dengan yang akan guru ajarkan,
dengan demikian akan terbentuk kaitan yang
dapat membawa dunia mereka kepada dunia
guru. Pada saat inilah guru dapat
memberikan kosakata, model mental, rumus
dan lain-lain diberikan sehingga terbentuk
yang namanya dunia kita yaitu pengertian
yang lebih luas dan penguasaan lebih
mendalam yang akan dibawa murid kembali
ke dunia mereka untuk diterapkan pada
situasi yang baru.
Melihat
hal
tersebut,
perlu
diterapkannya pembelajaran yang inovatif,
disenangi oleh siswa dan membuat lebih
antusias dalam pembelajaran yang dapat
memberikan hasil belajar yang optimal dan
membuat
siswa
aktif.
Salah
satu
pembelajaran
yang
dapat
mengatasi
permasalahan tersebut adalah pembelajaran
kuantum. Thobroni (2015:226) menyatakan
bahwa
asas
utama pembelajaran
kuantum adalah “Bawalah dunia mereka
(pembelajar) ke dunia kita (pengajar) dan
antarkan dunia kita (pengajar) ke dalam
dunia mereka (pembelajar)”. Hal ini dapat
diartikan bahwa guru diingatkan tentang
pentingnya memasuki dunia siswa dengan
mengaitkan apa yang diajarkan dengan
sebuah peristiwa, pikiran atau perasaan yang
diperoleh dari kehidupan rumah, sosial atau
akademis siswa. Setelah kaitan tersebut
terbentuk, guru dapat membawa siswa
kedalam dunia guru dan memberikan siswa
pemahaman mengenai isi dunia (DePorter,
2005). Pembelajaran kuantum merupakan
model belajar yang menyenangkan bagi
siswa. Pembelajaran yang menyenangkan
dapat mengembangkan secara cepat potensi
siswa karena berhasil tidaknya pencapaian
tujuan pendidikan banyak bergantung
kepada proses belajar yang dialami siswa.
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut
dapat disimpulkan kalau pembelajaran
kuantum sangat cocok diterapakan pada
siswa sekolah dasar karena memiliki banyak
kelebihan dari pembelajaran lainnya.
Kerangka perencanaan pembelajaran
kuantum dikenal dengan singkatan TANDUR,
yaitu sebagai berikut. (Thobroni, 2015: 227)
1) Tumbuhkan , Guru harus mampu
menumbuhkan minat belajar. 2) Alami, dalam
menyampaikan materi pembelajaran siswa
mendapat pengalaman untuk mencoba. 3)
Namai, penyampaian materi yang jelas dan
lugas akan sangat membantu siswa dalam
memahami
dan
mengerti
materi
pembelajaran yang diberikan. Sediakan kata
kunci, konsep, model, rumus, strategi dan
metode
lainnya.
Penamaan
untuk
memberikan identitas, menguatkan dan
mendefinisikan. 4) Demonstrasikan, dalam
menyampaikan
materi,
guru
dapat
menggunakan media atau alat peraga
dengan maksud supaya siswa dapat
memahami dan mengerti lebih mudah materi
yang
diberikan.
5)
Ulangi,
berikan
kesempatan untuk siswa mengulangi apa
yang telah dipelajarinya,. 6) Rayakan,
rayakan maksudnya guru dapat memberikan
penghargaan atau pujian kepada siswa atas
segala usaha dan kerja keras mereka dalam
3
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
menyelesaikan
tugas
yang
diberikan
sehingga siswa merasa diakui setiap
usahanya. Kerangka rancangan belajar
tersebut bertujuan untuk memberikan cara
atau
jalan
kepada
guru
dalam
menyampaikan materi pelajaran dan cara
untuk menciptakan suasana belajar yang
kondusif dan menyenangkan bagi siswa dan
saling bekerja sama dalam menciptakan
lingkungan belajar yang nyaman dan siswa
dapat menangkap materi yang diajarkan
dengan baik.
dimensi yaitu panjang dan lebar tetapi tidak
mempunyai tinggi dan tebal. Dengan
demikian pengertian bangun datar adalah
abstrak. Mengacu pada taksonomi Bloom
(1995)
pada ranah kognitif, meliputi
kemampuan menyatakan kembali konsep
atau prinsip yang telah dipelajari, yang
berkenaan dengan kemampuan berpikir,
kompetensi memperoleh pengetahuan,
pengenalan, pemahaman, konseptualisasi,
penentuan
dan
penalaran.
Tujuan
pembelajaran
dalam
ranah
kognitif
(intelektual) atau yang menurut Bloom
merupakan
segala
aktivitas
yang
menyangkut otak dibagi menjadi 6
tingkatan sesuai dengan jenjang terendah
sampai tertinggi yang dilambangkan
dengan C (cognitive). C1 ( Pengetahuan),
C2 (Pemahaman), C3 (Penerapan), C4
(Analisis), C5 (Sintesis), C6 (Evaluasi).
Pada penelitian ini hanya memakai C1
sesuai dengan jenjangan siswa kelas III.
Dalam proses belajar harus sesuai
dengan tahapan perkembangan kognitif
yang dilalui oleh siswa. Pada siswa kelas III
berada pada usia 9 tahun atau ada pada
tahap oprasional konkret, yakni pada saat
belajar siswa masih harus dibantu dengan
benda konkret untuk lebih memperjelas
pembelajaran yang dilakukan. Pada usia 9
tahun ini siswa cenderung suka bermain,
karena bermain adalah suatu tindakan
yang dialukan secara sukarela. Anak kelas
rendah tidak membedakan antara bermain
dan belajar. Bermain menimbulkan rasa
senang pada diri siswa. Bermain dapat
diartikan
sebagai
suatu
kegiatan
melakukan
gerakan-gerakan
berjalan,
melompat, memanjat, berlari, merangkak,
berayun dan lain sebagainya. Pada saat
bermain
itulah,
mereka
dapat
mempraktikan semua gerakan motorik
kasar seperti berlari, melompat, meloncat
dan gerakan yang lainnya dengan tujuan
gerak-gerik mereka itu meskipun tidak
beraturan
secara
sistematis
tetapi
bermakna atau yang diinginkan tercapai
yaitu memfungsikan gerakan motorik
kasarnya. Jenis permainan yang digunakan
sehingga
dapat
sesuai
dengan
pembelajaran kuantum dan materi bangun
datar
adalah
permainan
engklek,
bentengan, dan gobak sodor.
Dengan
mengkolaborasikan
pembelajaran kuantum melalui bermain,
diharapkan siswa mem-poeroleh hasil belajar
yang
optimal
dalam
pembelajaran
matematika khusus-nya pada pengetahuan
bangun datar. Penerapan pembelajaran
kuantum melalui bermain nantinya dapat
meningkatkan pengetahuan bangun datar
siswa kelas III di SD No. 1 Cemagi.
METODE
Subjek penelitian ini melibatkan siswa
kelas III SD No. 1 Cemagi, dengan jumlah 31
siswa yang terdiri dari 13 siswa laki-laki dan
18 siswa perempuan. Jenis penelitian yang
digunakan adalah penelitian tindakan kelas
(PTK). Rancangan penelitian ini mengacu
pada model Kurt Lewin bahwa dalam PTK
ada empat tahapan pada satu siklus
penelitian. Keempat tahapan dalam satu
siklus terdiri dari: perencanaan, tindakan,
observasi dan refleksi.
.Pada pembelajaran matematika di
kelas
III
ini
akan
memfokuskan
pengetahuan siswa tentang bangun datar.
Bangun datar dapat didefinisikan sebagai
bangun yang rata yang mempunyai dua
4
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
Rumus-rumus
analisis
deskriptif
kuantitatif yang digunakan sebagai berikut.
1) Tabel distribusi frekuensi
R = Xt-Xr + 1 (Agung, 2014: 142)
Rentangan (R) = skor tertinggi (Xt) – skor
terendah (Xr)
Keterangan:
Gambar 1. PTK model Kurt Lewin(Sumber:
Sanjaya, 2015: 50)
Jika R<15 maka data tersebut disusun
kedalam tabel data tunggal. Sebaliknya jika
R>15 maka data disusun kedalam tabel data
tergolong.
Siklus yang telah ditetapkan seperti
yang digambarkan pada gambar 1. Menurut
Suharsimi (2014) mengatakan setiap siklus
terdiri dari 3-5 kali pertemuan, dalam
penelitian ini dilaksanakan 3 kali pertemuan
sesuai dengan kesepakatan dengan guru
kelas III pada saat refleksi awal. Penelitian ini
dilaksanakan dalam 2 siklus tindakan, setiap
siklus terdiri 3 kali pertemuan, yaitu 2 kali
pertemuan untuk pelaksanaan tindakan
dan 1 kali pertemuan untuk tes akhir
siklus. Pelaksanaan penelitian pada siklus I
dilaksanakan selama 3 kali pertemuan,
yaitu pada hari Selasa, 14 Maret 2016,
Jumat, 18 Maret 2016, dan Sabtu 19 Maret
2016. Siklus II dilaksanakan pada hari
Selasa, 29Maret 2016, Rabu, 30Maret, dan
Jumat1 April 2016.
Keberhasilan pelaksanaan tindakan
ini berpedoman pada kriteria sebagai
berikut. Siswa dinyatakan tuntas jika
sudah mampu memperoleh nilai Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) belajar secara
individu yaitu 71. Metode pengumpulan
data disesuaikan dengan jenis data yang
diperlukan. Untuk mengetahui pengetahuan
siswa tenatang bangun datar digunakan
instrumen berupa tes uraian. Data yang
diperoleh
kemudian
dianalisis dengan
menggunakan analisis statistik deskriptif dan
analisis deskriptif kuantitatif.
2) Menghitung Mean (M)
Untuk menghitung rata-rata hasil belajar
setiap siklus dengan me-nganalis nilai hasil
belajar siswa dengan rumus bsebagai
berikut.
∑
M=
(Agung, 2005:95)
Keterangan:
M = nilai rata-rata
∑ = jumlah nilai seluruh siswa
= banyaknya siswa
3) Menyajikan data kedalam grafik polygon
dan menentukan letak Mo, Me, M dalam
kurva.
Menghitung rata – rata persentase
mengunakan rumus.
M% =
x 100% (Agung, 2014: 144)
Keterangan:
M% = persentase rata-rata aktivitas belajar
siswa
M = rata-rata belajar siswa
SMI = skor maksimal ideal (100)
Selanjutnya, tingkat ke-berhasilan
tentang pengetahuan siswa tentang bangun
datar pada kelas III dianalisis dengan
membandingkan (M%) atau persentase
rata-rata pengetahuan bangun datar
ke
dalam PAP skala 5 dengan kriteria yang
dapat disajikan pada Tabel berikut.
Tabel 1. Pedoman konversi PAP skala 5 pengetahuan siswa tentang bangun datar
Persentase
90-100
80-89
65-79
Kriteria Hasil Belajar
Sangat Tinggi
Tinggi
Sedang
5
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
55-64
0-55
Rendah
Sangat Rendah
Sumber: (diadaptasi dari Agung, 20014: 145)
Untuk ketuntasan belajar bangun datar pada
mata pelajaran matematika siswa secara
klasikal dapat menggunakan rumus sebagai
berikut.
KK
, 2010: 18)
(
)
penggolongan pengetahuan siswa tentang
bangun datar berada pada kreteria 55-65
atau berada dalam
kategori
rendah.
.Evaluasi pada siklus 1 diperoleh 20 siswa
(64,5%) tuntas, 11 siswa (35,4%) belum
tuntas
dan persentase rata – rata
pengetahuan tentang bangun datar siswa
57,4%.
x 100% (Agung
Keterangan:
KK
Berdasarkan hasil tindakan siklus I,
masih diperlukan adanya perbaikan pada
proses pembelajaran. Perbaikan merupakan
upaya yang dilakukan untuk meningkatkan
kualitas
pembelajaran
terutama
meningkatkan pengetahuan siswa tentang
bangun datar. Pada Siklus II tindakan yang
dilakukan mengacu padahasil refleksi Siklus
I untuk memperbaiki proses pembelajaran
dengan
pembelajaran kuantum melalui
bermain.Berdasarkan analisis data yang
dilakukan
pada
siklus
II
diperoleh
pengetahuabn siswa
tentang sebagai
berikut.
= ketuntasan klasikal
KKM = kreteria ketuntasan minimal (71)
Penilaian ini dikatan berhasil jika
ketuntasan belajar bangun datar pada mata
pelajaran matematika siswa secara klasikal
telah mencapai minimal > 75%
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada observasi awal, hasil belajar
Matematika masih tergolong rendah. Masih
banyak
siswa
yang
nilainya
belum
memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM)
yaitu
71.
Berdasarkan
hasil
observasi awal diperoleh hasil dari 31
siswa hanya 4 siswa yang mendapat nilai di
atas KKM, dengan demikian ketuntasan
belajar yang dicapai siswa sebesar
12,9%.Untuk
meningkatkanpengetahuan
siswa tentang bangun datar
tersebut
dilakukan tindakan pada siklus I dengan
menerapkan pembelajaran kuantum melalui
bermain
melalui
tahap
perencanaan,
pelaksanaan, observasi dan refleksi. Nilai
rata-rata penguasaan pengetahuan tentang
bangun datar siswa pada siklus I adalah
57,4.
Bila
dikonversikan
ke
dalam
Pengetahuan siswa tentang bangun
datar siklus II menunjukkan bahwa dari 31
siswa yang mengikuti tes, sebanyak 24 orang
siswa (77,4%) sudah dikatakan tuntas dan
7 orang siswa (22,5%) belum tuntas.
Sedangkan persentase
rata – rata
pengetahuan siswa tentang bangun datar
siklus II adalah 66,7% Berdasarkan analisis
pengetahuan tentang bangun datar siswa
kelas III SD No. 1 Cemagi pada siklus I
dan siklus II sebagaimana yang telah
diuraikan
berikut
ini
dipaparkan
rekapitulasi persentase
rata-rata
dan
ketuntasan klasikal siklus I dan siklus II
seperti pada tabel berikut
Tabel 2. Tabel rekapitulasi pengetahuan siswa tentang bangun datar pada siklus I dan
siklus II
Kreteria
Rata-rata
pengetahuan
Data/Hasil
Siklus I
57,4
Siklus II
66,7
6
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
bangun datar
Peningkatan
Persentase ratarata
Peningkatan
Ketuntasan
klasikal
Peningkatan
Keterangan
9,3
57,4%
66,7 %
9,3%
64,5%
77,4%
Persentase rata-rata tergolong
ke dalam kriteria rendah dan
ketuntasan klasikalnya belum
mencapai indikator keberhasilan
(75%)
Berdasarkan
Table
2,
dapat
diketahui
peningkatan
rata-rata
pengetahuan tentang bangun datar dari 57,4
dalam kategori rendah pada siklus I
menjadi 66,7 dalam kategori sedang pada
siklus II.Begitu juga dengan peningkatan
ketuntasan klasikal pengetahuan tentang
bangun datar
dari
64,5%
menjadi
77,4%.Perbedaan
pengetahuan tentang
bangun datar dan ketuntasan klasikal siswa
pada siklus I dan II dapat dilihat pada
Gambar I
100,00%
80,00%
60,00%
66,70%
57,40%
bangun datar pada siklus I menunjukkan
dari 31 siswa, hanya 20 siswa yang
mendapatkan nilai diatas KKM (71,00)
sebagai ketuntasan minimal. Nilai rata-rata
yang diperoleh adalah 57,4 . Bila
dikonversikan ke tabel kreteria penguasaan
pengetahuan datar berada pada kategori
rendah dengan ketuntasan klasikalnya
64,5%. Data tersebut belum memenuhi
indikator kinerja yang ditetapkan, sehingga
diperlukan pelaksanaan tindakan selanjutnya
untuk dilakukan perbaikan agar terjadi
peningkatan dan mencapai indikator kinerja
yang telah ditetapkan.
77,40%
64,50%
Namun peningkatan pengetahuan
bangun datar dan ketuntasan klasikal siswa
kelas III SD No. 1 Cemagi pada siklus I
belum mencapai indikator keberhasilan yang
ditentukan. Sehingga penelitian ini dilanjukan
ke siklus II. Belum tercapainya indikator
kinerja yang ditentukan dalam pennelitian ini,
karena ditemukan beberapa kelemahan
dalam pelaksanaan siklus I yang perlu
diperbaiki. Kelemahan-kelemahan tersebut
sesuai
dengan
hasil
refleksi
pada
pelaksanaan siklus I, diantaranya siswa
kurang mampu untuk memahami masalah
yang diberikan, ini dikarenakan kemampuan
dalam mengartikan permasalahan kedalam
rumus serta membahas penyelesaian
masalah masih dilakukan secara klasikal.
Hanya beberapa siswa yang aktif saat
mengerjakan
LKS
dalam
kelompok,
sedangkan siswa lain sibuk dengan
40,00%
20,00%
0,00%
Mean
12,9
Persentase ratarata tergolong
dalam kriteria sedang dan
ketuntasan klasikalnya melebihi
indikator keberhasilan (75%)
Ketuntasan
Klasikal
Gambar
1.
Gambar
Grafik
Batang
Peningkatan persentase rata – rata dan
Ketuntasan Klasikal Pada Siklul I Dan Siklus
II
Pada pelaksanaan siklus I,
dikatakan belum mencapai hasil yang
optimal dan belum memenuhi indikator
kinerja yang diharapkan. Data penguasaan
7
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
kegiatannya sendiri. Masih kurang kesadaran
siswa dalam pembelajaran. Serta pada
proses refleksi, masih banyak siswa sibuk
mengobrol dengan siswa lainnya.
sehingga penelitian tindakan
dihentikan pada siklus II.
kelas
ini
Tercapainya indikator keberhasilan
penelitian ini pada pelaksanaan siklus II
karena terjadi beberapa kemajuan dalam
pelaksanaannya.
Kemajuan-kemajuan
tersebut diantaranya siswa sudah mulai
terbiasa
belajar
kelompok
dengan
pembelajaran kuantum melalui bermain,
sehingga siswa lebih mudah memahami
materi bangun datar yang dipelajari melalui
permasalahan-permasalahan nyata, dalam
menyelesaikan masalah, siswa selalu
menggunakan media nyata yang berkaitan
dengan
kehidupan
siswa,
sehingga
pengetahuan yang diperoleh lebih bermakna
untuk siswa.
Berdasarkan kelemahan-kelemahan
yang ditemukan dalam pelaksanaan siklus I,
kemudian dilakukan diskusi dengan guru
kelas III untuk mencari solusi penyelesaian
secara
bersama,
sehingga
pada
pelaksanaan siklus II mendapat hasil yang
optimal. Dari hasil diskusi, disepakati
beberapa
solusi
perbaikan
yang
dilaksanakan pada siklus II, diantaranya
dalam
proses
pembelajaran
peneliti
menggunakan bahasa yang lebih sederhana
dalam mengajukan permasalahan agar siswa
lebih mudah memahami. Siswa lebih diawasi
dalam pelaksanaan kerja kelompok, serta
memberikan penguatan dan motivasi saat
siswa mengerjakan LKS. Serta, agar proses
perenungan
lebih
optimal,
peneliti
memberikan pengarahan klasikal dan
melakukan pengawasan yang lebih baik
sehingga siswa bisa lebih berkonsentrasi
dalam melakukan refleksi.
Berdasarkan temuan – temuan pada
hasil penelitian siklus I dan siklus II,
didapatkan bahwa penerapan pembelajaran
kuantum melalui bermain pada proses
pembelajaran matematika materi bangun
datar dapat meningkatkan hasil pengetahuan
siswa tentang bangun datar siswa kelas III
SD No. 1 Cemagi. Hal ini dipengaruhi oleh
asas pembelajaran kuantum dan kerangka
pembelajaran kuantum yang dikenal dengan
singkatan TANDUR (Tumbuhkan, Alami,
Namai, Demontrasikan, Ulangi dan Rayakan)
sehingga pembelajaran yang didapat oleh
siswa menjadi maksimal karena mereka
menemukan sendiri pengetahuannya, dan
juga dipadukan dengan bermain membuat
pembelajaran menjadi tidak membosankan.
Thobroni (2015) menyatakan pembelajaran
kuantum bersandar pada konsep, bawalah
dunia mereka ke dunia kita, dan antarkan
dunia kita ke dunia mereka. Hal inilah yang
membuat siswa saat pembelajaran menjadi
nyaman, menyenangkan dan bermakna
untuk kehidupannya, sehingga siswa lebih
bersemangat membangun pengetahuannya
sendiri dengan segala nuansa yang ada.
Setelah dilakukan penelitian siklus II
dengan
perbaikan-perbaikan
tersebut,
diperoleh
bahwa
terjadi
peningkatan
pengetahuan siswa tentang bangun datar
dan ketuntasan klasikal siswa pada siklus II
dari pelaksanaan siklus I. Data pengetahuan
bangun datar memiliki persentase rata-rata
nilai pengetahuan bangun datar sebesar
66,7% atau berada pada kreteria sedang. Ini
berati sudah terjadi peningkatan hasil
pengetahuan bangun datar dari pelaksanaan
siklus I yang hanya 57,4% atau berada pada
kreteria
rendah.
Sedangkan
untuk
ketuntasan klasikal siswa pada siklus II,
sudah mencapai 77,4% dari siswa yang
berjumlah 31 orang yang memiliki nilai > 71
(KKM), ini memperlihatkan peningkatan dari
pelaksanaan pembelajaran siklus I yang
hanya
64,5%
dari
seluruh
siswa.
Peningkatan pengetahuan siswa tentang
bangun datar dan ketuntasan klasikal belajar
siswa dari pelaksanaan siklus II sudah
mencapai indikator kinerja yang ditentukan
Pembelajaran kuantum, pembelajaran
dilaksanakan
dengan
memaksimalkan
momen belajar dengan segala nuansanya,
proses kerja sama, sehingga siswa saling
8
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
membantu
dalam
menyelesaikan
permasalahan dan dapat menemukan
pengetahuannya.
Sanjaya
(2009)
mengatakan, kerja sama saling memberikan
dan menerima sangat dibutuhkan untuk
menyelesaikan
suatu
permasalahan.
Pembelajaran dalam kerja kelompok juga
berjalan baik karena adanya bermain yang
memanfaatkan kerja sama antar anggota
kelompok tetapi tidak terlepas dari konteks
materi pembelajaran, sehingga siswa tidak
bosan dan pembelajaran pun menjadi lebih
meriah. Hal ini sesuai dengan pendapat
Budiningsih (2005) bahwa siswa akan lebih
mudah menyelesaikan masalah atau tugas
ketika berkolaborasi dengan temannya yang
lebih berkompeten.
meningkatkan pengetahuan siswa tentang
bangun datar tema pendidikan pada siswa
kelas III SD No. 1 Cemagi tahun pelajaran
2015/2016.
PENUTUP
Penerapan pembelajaran kuantum
melalui
bermain
dapat
meningkatkan
pengtahuan siswa tentang bangun datar
pada tema pendidikan kelas II di SD No 1
Cemagi tahun pelajaran 2015/2016. Hal
tersebut
dapat
dilihat
dari
adanya
peningkatan persentase rata – rata
pengetahuan siswa tentang bangun datar
siswa yakni pada siklus I sebesar 57,4%
yang
berada pada kreteria rendah,
Sedangkan pada siklus II persentase rata –
rata pengetahuan bangun datar mencapai
66,7% yang berada pada kreteria sedang.
Peningkatan persentase rata – rata
pengetahuan bangun datar dari siklus I ke
siklus II sebesar 9,3%. Ketuntasan klasikal
siswa sebesar 64,5% dari 31 siswa pada
siklus I, sedangkan pada siklus II ketuntasan
klasikal 77,4% dari 31 siswa. Ini berati terjadi
peningkatan sebesar 12,9% dari siklus I ke
siklus II.
Berkenaan dengan hasil penelitian
dan simpulan dalam penelitian tindakan kelas
ini ada beberapa saran yang dapat diajukan
sebagai berikut.
Bagi Siswa, hasil penelitian ini
hendaknya dapat memotivasi siswa untuk
lebih terbiasa menggunakan pembelajaran
yang menarik, sehingga hasil belajar dapat
tercapai optimal.
Bagi Guru, hasil penelitian ini dapat
menjadi acuan guru dalam merancang
pembelajaran dikelas. Saat melaksanakan
proses pembelajaran matematika di kelas,
hendaknya dapat menerapkan pembelajaran
kuantum melaui bermain sehingga dapat
meningkatkan hasil pengetahuan siswa.
Proses pembelajaran di kelas, diharapkan
menggunakan pendekatan pembelajaran
yang sesuai, sumber belajar atau media yang
dikolerasikan dengan kondisi nyata dan
diharapkan selalu mempersiapkan perangkat
pembelajaran seperti RPP, LKS dan tes
Bertitik talak dari penjelasan yang
dipaparkan,
pelakasanaan
penelitian
tindakan kelas pada proses pembelajaran
matematika materi bangun datar siswa kelas
III SD No. 1 Cemagi dengan menerapkan
pembelajaran kuantum melalui bermain
dapat dikatakan berhasil meningkatkan
pengetahuan siswa tentang bangun datar.
Penelitian ini dihentikan pada siklus II karena
sudah tercapainya indikator keberhasilan
dalam penelitian ini. Pengetahuan siswa
tentang bangun datar berada pada katagori
sedang dan ketuntasan klasikal sudah
mencapai 77,4% dari 31 siswa pada akhir
penelitian siklus II. Hal ini juga didukung dari
penelitian yang dilakukan oleh Danang
Wijayanto (2013) yang hasil dari penelitian
tersebut dapat
disimpulkan bahwa
penerapkan model Pembelajaran Kuantum
(Quantum Teaching) mampu meningkatkan
aktivitas dan hasil belajar siswa dalam
mata pelajaran Matematika kelas III
semester I SD No.1 Jinengdalem tahun
pelajaran 2012/2013.
Dari
pembahasan
yang
telah
dipaparkan, maka hasil penelitian ini telah
mampu menjawab rumusan masalah yang
telah dirumuskan di indikator keberhasilan
yang diharapkan telah tercapai. Jadi
dinyatakan bahwa penerapan pembelajaran
kuantum
melalui
bermain
dapat
9
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
evaluasi, kemudian lebih memanfaatkan
pembelajaran yang meriah dan bernuansa
menyenangkan.
Bagi Peneliti lain, diharapkan kepada
peneliti lain yang tertarik agar menjadikan
referensi dalam melakukan penelitian
mengenai pembelajaran kuantum dan
pengetahuan tentang bangun datar, agar
meneliti lebih lanjut untuk mendapatkan hasil
yang lebih optimal.
Kosasih, Nandang dan Sumarna, Dede.
2013. Pembelajaran Quantum dan
Optimalisai
Kecerdasan.
Bandung
:Alfabeta.
Kosasih, Nandang. 2014. Strategi Belajar
dan
Pembelajaran
Implementasi
Kurikulum 2013. Bandung: Yrama
Widya.
DAFTAR RUJUKAN
Sanjaya, Wina. 2015. Penelitian Tindakan
Kelas, Cetakan Keenam. Jakarta:
Prenadamedia Grup.
Agung, A.A. Gede. 2005. Metodelogi
Penelitian Pendidikan SuatuPengantar.
Singaraja: Fakultas IlmuPendidikan.
UNDIKSHA
Susanto, Ahmad. 2014. Teori Belajar dan
Pembelajaran di Sekolah Dasar,
Cetakan Kedua. Jakarta: Kencana
Prenadamedia Grup.
Aisyah, Nyimas, dkk. 2007. Pengembangan
Pembelajaran Matematika SD. Jakarta:
Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi
Departemen Pendidikan Nasional.
Thobroni. 2015. Belajar dan Pembelajaran.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Arikunto, Suharsimi. 2013. Dasar-dasar
Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara.
Wijayanto, Danang. 2013. “Penerapan Model
Pembelajaran
Kuantum
(Quantum
Teaching)
Untuk
Meningkatkan
Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika
siswa Kelas III SD No. 1 Jinengdalem”.
DePorter,
Bobbi,
dkk.
2003.
QuantumTeaching.
Terjemahan,
CetakanXVIII. Bandung: Kaifa.
Iskandar. 2012. Penelitian Tindakan Kelas.
Jakarta Selatan: Gp Press Group.
10
Download