DIKLAT TEKNIS SUBSTANTIF DASAR KEPABEANAN DAN CUKAI ANGKATAN III TAHUN 2015 Oleh: Purjono Jakarta, September 2015 0 I. KONSEP ETIKA DAN NILAI A. ETIKA Kata etika, seringkali disebut pula dengan kata etik, atau ethics (bahasa Inggris), mengandung banyak pengertian. Dari segi etimologi (asal kata), istilah etika berasal dari kata Latin “Ethicos” yang berarti kebiasaan. Dengan demikian menurut pengertian yang asli, yang dikatakan baik itu apabila sesuai dengan kebiasaan masyarakat. Kemudian lambat laun pengertian ini berubah, bahwa etika adalah suatu ilmu yang mebicarakan masalah perbuatan atau tingkah laku manusia, mana yang dapat dinilai baik dan mana yang dapat dinilai tidak baik. Etika juga disebut ilmu normative, maka dengan sendirinya berisi ketentuan-ketentuan (norma-norma) dan nilai-nilai yang dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Etika merupakan cabang filsafat yang mempelajari pandangan-pandangan dan persoalan-persoalan yang berhubungan dengan masalah kesusilaan, dan kadang-kadang orang memakai filsafat etika, filsafat moral atau filsafat susila. Dengan demikian dapat dikatakan, etika ialah penyelidikan filosofis mengenai kewajiban-kewajiban manusia dan hal-hal yang baik dan buruk. Etika adalah penyelidikan filsafat bidang moral. Etika tidak membahas keadaan manusia, melainkan membahas bagaimana seharusnya manusia itu berlaku benar. Etika juga merupakan filsafat praxis manusia. etika adalah cabang dari aksiologi, yaitu ilmu tentang nilai, yang menitikberatkan pada pencarian salah dan benar dalam pengertian lain tentang moral. Etika dapat dibedakan menjadi tiga macam: 1. etika sebagai ilmu, yang merupakan kumpulan tentang kebajikan, tentang penilaian perbuatan seseorang. 2. etika dalam arti perbuatan, yaitu perbuatan kebajikan. Misalnya, seseorang dikatakan etis apabila orang tersebut telah berbuat kebajikan. 3. etika sebagai filsafat, yang mempelajari pandangan-pandangan, persoalanpersoalan yang berhubungan dengan masalah kesusilaan. Kita juga sering mendengar istilah descriptive ethics, normative ethics, dan philosophy ethics. a. Descriptive ethics, ialah gambaran atau lukisan tentang etika. b. Normative ethics, ialah norma-norma tertentu tentang etika agar seorang dapat dikatakan bermoral. c. Philosophy ethics, ialah etika sebagai filsafat, yang menyelidiki kebenaran. Etika sebagai filsafat, berarti mencari keterangan yang benar, mencari ukuran-ukuran yang baik dan yang buruk bagi tingkah laku manusia. Serta mencari norma-norma, ukuran-ukuran mana susial itu, tindakan manakah yang paling dianggap baik. Dalam filsafat, masalah baik dan buruk (good and evil) dibicarakan dalam etika. Tugas etika tidak lain berusaha untuk hal yang baik dan yang dikatakan buruk. Sedangkan tujuan etika, agar setiap manusia mengetahui dan menjalankan perilaku, sebab perilaku yang baik bukan saja bagi dirinya saja, tetapi juga penting bagi orang lain, masyarakat, bangsa dan Negara, dan yang terpenting bagi Tuhan yang Maha Esa. Dalam kamus besar bahasa Indonesia terbitan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1988), etika dirumuskan dalam tiga arti, yaitu; 1. 2. 3. Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak). Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak. Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat. Bertens mengemukakan bahwa urutan tiga arti tersebut kurang kena, sebaiknya arti ketiga ditempatkan didepan karena lebih mendasar daripada yang pertama, dan rumusannya juga bisa dipertajam lagi. Dengan demikian, menurut Bertens tiga arti etika dapat dirumuskan sebagai berikut: 1 1. 2. 3. Etika dipakai dalam arti: nilai-nilai atau norma-norma yang menjadi pegangan seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Arti ini disebut juga sebagai “system nilai” dalam hidup manusia perseorangan atau hidup bermasyarakat. Misalnya etika orang jawa, etika agama Buddha. Etika dipakai dalam arti: kumpulan asas atau nilai moral. Yang dimaksud disini adalah kode etik. Misalnya, Kode Etik Advokat Indonesia. Etika dipakai dalam arti: ilmu tentang yang baik dan yang buruk. Arti etika disini sama dengan filsafat moral. Dihubungkan dengan Etika Profesi Sekretaris, etika dalam arti pertama dan kedua adalah relevan karena kedua arti tersebut berkenaan dengan perilaku seseorang atau sekelompok profesi sekretaris. Misalnya sekretaris tidak bermoral, artinya perbuatan sekretaris itu melanggar nilai-nilai dan norma-norma moral yang berlaku dalam kelompok sekretaris tersebut. Dihubungkan dengan arti kedua, Etika Profesi Sekretaris berarti Kode Etik Profesi Sekretaris. Pengertian etika juga dikemukakan oleh Sumaryono (1995), menurut beliau etika berasal dati istilah Yunani ethos yang mempunyai arti adat-istiadat atau kebiasaan yang baik. Bertolak dari pengertian tersebut, etika berkembang menjadi study tentang kebiasaan manusia berdasarkan kesepakatan menurut ruang dan waktu yang berbeda, yang menggambarkan perangai manusia dalam kehidupan manusia pada umumnya. Selain itu, etika juga berkembang menjadi studi tentang kebenaran dan ketidakbenaran berdasarkan kodrat manusia yang diwujudkan melalui kehendak manusia. Berdasarkan perkembangan arti tadi, etika dapat dibedakan antara etika perangai dan etika moral. Etika Perangai Etika perangai adalah adat istiadat atau kebiasaan yang menggambaran perangai manusia dalam kehidupan bermasyarakat di aderah-daerah tertentu, pada waktu tertentu pula. Etika perangai tersebut diakui dan berlaku karena disepakati masyarakat berdasarkan hasil penilaian perilaku. Conto etika perangai: - berbusana adat - pergaulan muda-mudi - perkawinan semenda - upacara adat Etika Pribadi dan Etika Social Dalam kehidupan masyarakat kita mengenal etika pribadi dan etika social. Untuk mengetahui etika pribadi dan etika social diberikan contoh sebagai berikut: 1) Etika Pribadi. Misalnya seorang yang berhasil dibidang usaha (wiraswasta) dan menjadi seseorang yang kaya raya (jutawan). Ia disibukkan dengan usahanya sehinnga ia lupa akan diri pribadinya sebagai hamba Tuhan. Ia mempergunakan untuk keperluan-keperluan hal-hal yang tidak terpuji dimata masyarakat (mabuk-mabukan, suka mengganggu ketentraman keluarga orang lain). Dari segi usaha ia memang berhasil mengembangkan usahanya sehinnga ia menjadi jutawan, tetapi ia tidak berhasil dalam mengembangkan etika pribadinya. 2) Etika Social. Misalnya seorang pejabat pemerintah (Negara) dipercaya untuk mengelola uang negara. Uang milik Negara berasal dari rakyat dan untuk rakyat. Pejabat tersebut ternyata melakukan penggelapan uang Negara utnuk kepentingan pribadinya, dan tidak dapat mempertanggungjawabkan uang yang dipakainya itu kepada pemerintah. Perbuatan pejabat tersebut adalah perbuatan yang merusak etika social. Manfaat Etika 1) Dapat membantu suatu pendirian dalam beragam pandangan dan moral. 2 2) Dapat membantu membedakan mana yang tidak boleh dirubah dan mana yang boleh dirubah, sehingga dalam melayani tamu kita tetap dapat yang layak diterima dan ditolak mengambil sikap yang bisa dipertanggungjawabkan. 3) Dapat membantu seseorang mampu menentukan pendapat. 4) Dapat menjembatani semua dimensi atau nilai-nilai yang dibawa tamu dan yang telah dianut oleh petugas. KODE ETIK Setiap profesi biasanya menggunakan sistem etika terutama untuk menyediakan struktur yang mampu menciptakan disiplin tata kerja dan menyediakan garis batas tata nilai yang bisa dijadikan acuan para profesional untuk menyelesaikan dilema etik yang dihadapi saat menjalankan fungsi pengemban profesinya sehari-hari. Profesi adalah pekerjaan yang dilakukan yang berupa kegiatan pokok yang mengandalkan suatu keahlian dan keterampilan tertentu, sebagai mata pencaharian untuk menghasilkan nafkah hidup. Ciri -ciri orang profesional : - Orang yang tahu akan keahlian dan keterampilannya. - Meluangkan seluruh waktunya untuk pekerjaan atau kegiatannya itu. - Hidup dari situ. - Bangga akan pekerjaannya Perbedaan Profesi dengan pekerjaan Perbedaan antara Profesi dan Pekerjaan adalah : Profesi: - Ada Etika yang mengatur - Menghasilkan jasa bagi orang lain - Tidak ada campur tangan orang lain Contoh Profesi: guru, dosen, dan dokter. Pekerjaan: - Tidak ada Etika yang mengatur? - Tidak ada menghasilkan jasa bagi orang lain - Adanya campur tangan orang lain Contoh pekerjaan: direktur sebuah perusahaan, PNS Kode Etik merupakan pola aturan atau tata cara sebagai pedoman berperilaku. Kode etik profesi adalah sistem norma atau aturan yang ditulis secara jelas dan tegas serta terperinci tentang apa yang baik dan tidak baik, apa yang benar dan apa yang salah dan perbuatan apa yang dilakukan dan tidak boleh dilakukan oleh seorang professional. Kode etik yang ada dalam masyarakat indonesia cukup banyak dan bervariasi. Umumnya pemilik kode etik adalah organisasi kemasyarakatan yang bersifat nasional, misalnya ikatan penerbit indonesia (IKAPI), kode etik ikatan penasehat hukum indonesia, kode etik jurnalistik indonesia, kode etik advokasi indonesia dan lainlain. 3 Dalam kaitannya dengan profesi, bahwa kode etik merupakan tata cara atau aturan yang menjadi standart kegiatan anggota suatu profesi. Suatu kode etik menggambarkan nilai-nilai professional suatu profesi yang diterjemahkan kedalam standaart perilaku anggotanya. Nilai professional paling utama adalah keinginan untuk memberikan pengabdian kepada masyarakat. Kode etik dijadikan standart aktvitas anggota profesi, kode etik tersebut sekaligus sebagai pedoman (guidelines). Masyarakat pun menjadikan sebagai perdoman dengan tujuan mengantisipasi terjadinya bias interaksi antara anggota profesi. Bias interaksi merupakan monopoli profesi., yaitu memanfaatkan kekuasan dan hak-hak istimewa yang melindungi kepentingan pribadi yang betentangan dengan masyarakat. Oteng/ Sutisna (1986: 364) mendefisikan bahwa kode etik sebagai pedoman yang memaksa perilaku etis anggota profesi. Konvensi nasional IPBI ke-1 mendefinisikan kode etik sebagai pola ketentuan, aturan, tata cara yang menjadi pedoman dalam menjalankan aktifitas maupun tugas suatu profesi. Bahsannya setiap orang harus menjalankan serta mejiwai akan Pola, Ketentuan, aturan karena pada dasarnya suatu tindakan yang tidak menggunakan kode etik akan berhadapan dengan sanksi. Pentingnya Kode Etik Dalam Bekerja Setiap orang tentu perlu memiliki etika untuk mengatur segala tindakan yang mungkin akan dilakukan. Etika memberi orientasi bagaimana seseorang menjalani kehidupan dan membedakan baik buruk dari setiap tindakan tersebut. Nah, bukan hanya manusia sebagai anggota individu saja yang membutuhkan kode etik, setiap profesi dan perusahaan juga membutuhkan kode etik. Tanpa etika maka nilai-nilai yang ada akan terlanggar. Perlu adanya kepatuhan terhadap nilai-nilai yang ada untuk mencapai keseimbangan dalam berkehidupan. Etika juga sangat penting dalam pengembangan dunia karir. Dharmawan Samsu, IPA Chairman Provisional Division Committee/Country Director BP Indonesia, menjelaskan bahwa terdapat tiga kompetensi penting dalam pengembangan karir yaitu technical competence, foundation competence, dan core competence. Technical Competence yaitu kompetensi yang dipelajari dalam kehidupan sehari-hari sebagai masyarakat. Foundation Competence merupakan kemampuan berkomunikasi dan menjalin relasi dengan orang lain. Sedangkan Core Competence merupakan integritas. “No matter how smart you are, no matter how clever you are, if you don’t have the core competence, that’s disaster,” Dharmawan. Terkait dalam dunia bisnis etik dan integritas dalam bisnis sangat penting. Setiap perusahaan yang baik tentunya memiliki kode etik. Kode etik memberikan referensi mengenai moral dan standar etika, membentuk mindset, dan membangun sebuah karakter sehingga menciptakan sebuah identitas. Kode etik ada untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan seperti konflik kepentingan. “Etik dan integritas merupakan hal paling dasar dalam membentuk seorang professional. Untuk menjadi seorang profesional, selain harus punya etika dan integritas, seseorang juga harus punya passion dan komitmen. Tanpa semua itu, seseorang akan sulit diterima di lingkungan bekerjanya,” ujar Galuh. Nah, untuk menanamkan kode etik, perusahaan harus punya kesadaran untuk terus-menerus melakukan sosialisasi pada karyawannya tentang pentingnya berkode etik dalam bekerja. Sebaiknya perusahaan memberikan reward pada karyawan yang mematuhi nilai-nilai yang ada dan memberi punishment pada setiap kejadian pelanggaran. Dengan adanya reward dan punishment tersebut, diharapkan karyawan termotivasi untuk meningkatkan diri lebih baik, serta menjaga supaya tidak ada kesalahan yang terulang di kemudian hari. Penyebab pelanggaran kode etik 4 Tidak berjalanya control dan pengawasan diri masyarakat Tidak adanya kesadaran dan moralitas Rendahnya pengetahuan masyarakat mengenai kode etik, karena buruknya pelayanan sosialisasi dari pihak sendiri. B. Etiket Dua istilah, yaitu etika dan etiket dalam kehidupan sehari-hari kadang-kadang diartikan sama, dipergunakan silih berganti. Kedua istilah tersebut memang hampir sama pengertiannya, tetapi tidak sama dalam hal titik berat penerapan atau pelaksanaannya, yang satu lebih luas dari pada yang alin. Istilah etiket berasal dari kata Prancis etiquette, yang berarti kartu undangan, yang lazim dipakai oleh raja-raja Prancis apabila mengadakan pesta. Dalam perkembangan selanjutnya, istilah etiket berubah bukan lagi berarti kartu undangan yang dipakai raja-raja dalam mengadakan pesta. Dewasa ini istilah etiket lebih menitikberatkan pada cara-cara berbicara yang sopan, cara berpakaian, cara menerima tamu dirumah maupun di kantor dan sopan santun lainnya. Jadi, etiket adalah aturan sopan santun dalam pergaulan. Dalam pergaulan hidup, etiket merupakan tata cara dan tata krama yang baik dalam menggunakan bahasa maupun dalam tingkah laku. Etiket merupakan sekumpulan peraturanperaturan kesopanan yang tidak tertulis, namun sangat penting untuk diketahui oleh setiap orang yang ingin mencapai sukses dalam perjuangan hidup yang penuh dengan persaingan. Etiket juga merupakan aturan-aturan konvensional melalui tingkah laku individual dalam masyarakat beradab, merupakan tatacara formal atau tata krama lahiriah untuk mengatur relasi antarpribadi, sesuai dengan status social masing-masing individu. Etiket didukung oleh berbagai macam nilai, antara lain; 1) 2) 3) 4) 5) nilai-nilai kepentingan umum nilai-nilai kehjujuran, keterbukaan dan kebaikan nilai-nilai kesejahteraan nilai-nilai kesopanan, harga-menghargai nilai diskresi (discretion: pertimbangan) penuh piker. Mampu membedakan sesuatu yang patut dirahasiakan dan boleh dikatakan atau tidak dirahasiakan. Diatas dikatakan bahwa etiket merupakan kumpulan cara dan sifat perbuatan yang lebih bersifat jasmaniah atau lahiriah saja. Etiket juga sering disebut tata krama, yakni kebiasaan sopan santun yang disepakati dalam lingkungan pergaulan antarmanusia setempat. Tata berarti adat, aturan, norma, peraturan. Sedangkan krama berarti sopan santun, kebiasaan sopan santun atau tata sopan santun. Sedangkan etika menunjukkan seluruh sikap manusia yang bersikap jasmaniah maupun yang bersikap rohaniah. Kesadaran manusia terhadap kesadaran baik buruk disebut kesadaran etis atau kesadaran moral. Beberapa definisi Etiket adalah sebagai berikut: 1. 2. 3. Etiket adalah kumpulan tata cara dan sikap yang baik dalam pergaulan antarmanusia yang beradab. Etiket adalah tata krama, sopan santun atau aturan-aturan yang disetujui oleh masyarakat tertentu dan menjadi norma serta anutan dalam bertingkah laku. Etiket adalah tata peraturan pergaulan yang disetujui oleh masyarakat terten tu dan menjadi norma dan anutan dalam bertingkah laku anggota masyarakat. Dari ketiga definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa pengertian dari etiket adalah tata aturan pergaulan yang disetujui oleh masyarakat tertentu dan menjadi norma serta anutan dalam bertingkahlaku pada anggota masyarakat tersebut. 5 Dalam buku “Bahan Diskusi Customer Service Group (CSG) dan Allround Teller (ART)” yang diterbitkan oleh Urusan Operasional KAntor Pusat BRI, menjelaskan bahwa: “etiket adalah ketentuan tidak tertulis yang mengatur tindak dan gerak manusia yang berkaitan dengan: a. sikap dan perilaku, yaitu bagaimana anda bersikap dan berperilaku dalam menghadapi suatu situasi. b. ekspresi wajah, yaitu bagaimana raut muka yang harus anda tampilkan dalam menghadapi suatu situasi, misalnya dalam melayani tamu. c. Penampilan, yaitu sopan santun mengenai cara anda menampilkan diri, misalnya: cara duduk, cara berdiri adalah wajar dan tidak dibuat-buat dan sebagainya. d. cara berpakaian, yaitu cara mengatur tentang sopan santun anda dalam mengenakan pakaian, baik menyangkut gaya pakaian, tata warna, keserasian model yang tidak menyolok dan lain-lain. e. cara berbicara, yaitu tata cara/sopan santun anda dalam berbicara caik secara langsung maupun tidak langsung. f. gerak-gerik, yaitu sopan santun dalam gerak-gerik badan dalam berbicara secara langsung berhadapan dengan tamu. Perbedaan etiket dan etika Dari uraian diatas, mengenai perbedaan etika dan etiket, dapat disimpulkan sebagai berikut: ETIKET ETIKA CARA NIAT Sekretaris dalam melayani tamunya harus bersikap sopan dan ramah, menunjukkan muka yang manis. Jika hal ini tidak dipatuhi, maka sekretaris dianggap telah melanggar etiket. Sekretaris yang memberikan data dengan sebenar-benarnya, tetapi dilaksanakan dengan muka cemberut, maka sekretaris tersebut tidak melanggar etika, tetapi melanggar etiket. FORMALITAS NURANI Sekretaris harus berpakaian rapi dan sopan. Ia dianggap melanggar etiket bila melayani tamu dengan memakai baju singlet atau memakai sandal. Sekretaris yang melakukan perbuatan tidak jujur, walaupun pakaian rapi namun etika diabaikan. RELATIF MUTLAK Bila anda diundang oleh atasan anda untuk makan bersama, maka harus menggunakan sendok. Tetapi bila dilakukan dengan santai, maka aturan tersebut tidak berlaku. Ketentuan yang mengatakan jangan melakukan manipulasi dan mempermainkan data, sifatnya mutlak dimana saja, kapan saja, dan bagi siapa saja. LAHIRIAH BATHINIAH Hanya terlihat wujud nyata dan penampilan. Contoh: cara berbicara. Menyangkut sifat batin dan hati nurani. Contoh; sifat jujur, dll. Dari uraian perbedaan etika dan etiket tersebut, jelaslah bahwa etika adalah yang utama dan mendasar untuk membentuk sikap dan perilaku untuk selanjutnya apabila disukung oleh pengalaman etiket yang baik, maka sikap dan perilaku tersebut akan sempurna. Apabila telah mempunyai etika yang baik tetapi tidak didukung oleh etiket yang baik pula, maka kita akan gagal karena secara lahiriah kita kurang disenangi, dihormati atau dihargai oleh orang 6 lain. Akan tetapi sebaliknya, apabila kita hanya mengamalkan etiket yang baik tanpa didukung dengan etika, mka dalam jangka waktu yang pendek kita akan tampak berhasil, karena kita telah berhasil memanipulasi nurani, batin kita dengan penampilan lahiriah yang meyakinkan, sehingga kita akan dihargai, dihormati, dan disenangi. Agar kita dapat dihargai dan disenagi orang lain sepanjang masa, maka kita harus dapat mengamalkan secara bersama-sama antara etika dan etiket. Manfaat Etiket Manfaat beretiket yakni menjalin hubungan yang baik dengan tamu. Bila kita telah menerapkan etiket dalam melayani tamu, maka tamu akan merasa dirinya diperhatikan dan dihargai. Dengan demikian akan terjalin rasa saling menghargai dan hubungan baik pun akan terbina, antara lain: 1. 2. 3. 4. 5. Memupuk persahabatan, agar kita diterima dalam pergaulan. Untuk menyenangkan serta memuaskan orang lain. Untuk tidak menyinggung dan menyakiti hati orang lain. Untuk membina dan menjaga hubungan baik. Membujuk serta mempertahankan klien lama. C. MORAL Moral merupakan pengetahuan yang menyangkut budi pekerti manusia yang beradab. Moral juga berarti ajaran yang baik dan buruk perbuatan dan kelakuan (akhlak). Moralisasi, berarti uraian (pandangan, ajaran) tentang perbuatan dan kelakuan yang baik. Demoralisasi, berarti kerusakan moral. Menurut asal katanya “moral” dari kata mores dari bahasa Latin, kemudian diterjemahkan menjadi “aturan kesusilaan”. Dalam bahasa sehari-hari, yang dimaksud dengan kesusilaan bukan mores, tetapi petunjuk-petunjuk untuk kehidupan sopan santun dan tidak cabul. Jadi, moral adalah aturan kesusilaan, yang meliputi semua norma kelakuan, perbuatan tingkah laku yang baik. Kata susila berasal dari bahasa Sansekerta, su artinya “lebih baik”, sila berarti “dasar-dasar”, prinsipprinsip atau peraturan-peraturan hidup. Jadi susila berarti peraturan-peraturan hidup yang lebih baik. Pengertian moral dibedakan dengan pengertian kelaziman, meskipun dalam praktek kehidupan sehari-hari kedua pengertian itu tidak jelas batas-batasnya. Kelaziman adalah kebiasaan yang baik tanpa pikiran panjang dianggap baik, layak, sopan santun, tata krama, dsb. Jadi, kelaziman itu merupakan norma-norma yang diikuti tanpa berpikir panjang dianggap baik, yang berdasarkan kebiasaan atau tradisi. Moral juga dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu: 1. 2. Moral murni, yaitu moral yang terdapat pada setiap manusia, sebagai suatu pengejawantahan dari pancaran Ilahi. Moral murni disebut juga hati nurani. Moral terapan, adalah moral yang didapat dari ajaran pelbagai ajaran filosofis, agama, adat, yang menguasai pemutaran manusia. Setelah kita mengetahui tentang etika dan moral, bagaimanakah hubungan antara etika dan moral tersebut? Moral adalah kepahaman atau pengertian mengenai hal yang baik dan hal yang tidak baik. Sedangkan etika adalah tingkah laku manusia, baik mental maupun fisik mengenai hal-hal yang sesuai dengan moral itu. Etika adalah penyelidikan filosofis mengenai kewajiban manusia serta hal yang baik dan yang tidak baik. Bidang inilah yang selanjutnya disebut bidang moral. Objek etika adalah pernyataan-pernyataan moral. Oleh karena itu, etika bisa juga dikatakan sebagai filsafat tentang bidang moral. Etika tidak mempersoalkan keadaan manusia, melainkan bagaimana manusia harus bertindak. Faktor penentu moralitas 7 Sumaryono (1995) mengemukakan tiga factor penentu moralitas perbuatan manusia, yaitu: 1. 2. 3. Motivasi Tujuan akhir Lingkungan perbuatan Perbuatan manusia dikatakan baik apabila motivasi, tujuan akhir dan lingkungannya juga baik. Apabila salah satu factor penentu itu tidak baik, maka keseluruhan perbuatan manusia menjadi tidak baik. Motivasi adalah hal yang diinginkan para pelaku perbuatan dengan maksud untuk mencapai sasaran yang hendak dituju. Jadi, motivasi itu dikehendaki secara sadar, sehingga menentukan kadar moralitas perbuatan. Sebagai contoh ialah kasus pembunuhan dalam keluarga: - yang diinginkan pembunuh adalah matinya pemilik harta yang berstatus sebagai pewaris Sasaran yang hendak dicapai adalah penguasa harta warisan Moralitas perbuatan adalah salah dan jahat Tujuan akhir (sasaran) adalah diwujudkannya perbuatan yang dikehendakinya secara bebas. Moralitas perbuatan ada dalam kehendak. Perbuatan itu menjadi objek perhatian kehendak, artinya memang dikehendaki oleh pelakunya. Sebagai contoh, ialah kasus dalam pembunuhan keluarga yang dikemukakan diatas: - perbuatan yang dikehendaki dengan bebas (tanpa paksaan) adalah membunuh. diwujudkannya perbuatan tersebut terlihat pada akibatnya yang diinginkan pelaku, yaitu matinya pemilik harta (pewaris) moralitas perbuatan adalah kehendak bebas melakukan perbuatan jahat dan salah. Lingkungan perbuatan adalah segala sesuatu yang secara aksidental mengelilingi atau mewarnai perbuatan. Termasuk dalam pengertian lingkungan perbuatan adalah: - manusia yang terlihat kualiitas dan kuantitas perbuatan cara, waktu, tempat dilakukannya perbuatan frekuensi perbuatan Hal-hal ini dapat diperhitungkan sebelumnya atau dapat dikehendaki ada pada perbuatan yang dilakukan secara sadar. Lingkungan ini menentukan kadar moralitas perbuatan yaitu baik atau jahat, benar atau salah. Moralitas sebagai norma Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, moralitas adalah kualitas perbuatan manusiawi, sehingga perbuatan dikatakan baik atau buruk, benar atau salah. Penentuan baik atau buruk, benar atau salah tentunya berdasarkan norma sebagai ukuran. Sumaryono (1995) mengklasifikasikan moralitas menjadi dua golongan, yaitu: 1. Moralitas objektif Moralitas objektif adalah moralitas yang terlihat pada perbuatan sebagaimana adanya, terlepas dari bentuk modifikasi kehendak bebas pelakunya. Moralitas ini dinyatakan dari semua kondisi subjektif khusus pelakunya. Misalnya, kondisi emosional yang mungkinmenyebabkan pelakunya lepas control. Apakah perbuatan itu memang dikehendaki atau tidak. Moralitas objektif sebagai norma berhubungan dengan semua perbuatan yang hakekatnya baik atau jahat, benar atau salah. Misalnya: - menolong sesama manusia adalah perbuatan baik mencuri, memperkosa, membunuh adalah perbuatan jahat 8 Tetapi pada situasi khusus, mencuri atau membunuh adalah perbuatan yang dapat dibenarkan jika untuk mempertahankan hidup atau membela diri. Jadi moralitasnya terletak pada upaya untuk mempertahankan hidup atau membela diri (hak untuk hidup adalah hak asasi). 2. Moralitas subjektif Moralitas subjektif adalah moralitas yang melihat perbuatan dipengaruhi oleh pengetahuah dan perhatian pelakunya, latar belakang, stabilitas emosional, dan perlakuan personal lainnya. Moralitas ini mempertanyakan apakah perbuatan itu sesuai atau tidak denga suara hati nurani pelakunya. Moralitas subjektif sebagai norma berhubungan dengan semua perbuatan yang diwarnai niat pelakunya, niat baik atau niat buruk. Dalam musibah kebakaran misalnya, banyak orang membantu menyelamatkan harta benda korban, ini adalah niat baik. Tetapi jika tujuan akhirnya adalah mencuri harta benda karena tak ada yang melihat, maka perbuatan tersebut adalah jahat. Jadi, moralitasnya terletak pada niat pelaku. Moralitas dapat juga instrinsik atau ekstrinsik. Moralitas instrinsik menentukn perbuatan itu benar atau salah berdasarkan hakekatnya, terlepas dari pengaruh hokum positif. Artinya, penentuan benar atau salah perbuatan tidak tergantung pada perintah atau larangan hokum positif. Misalnya: - gotong royong membersihkan lingkungan tempat tinggal jangan menyusahkan orang lain berikanlah yang terbaik Walupun Undang-undang tidak mengatur perbuatan-perbuatan tersebut secara instrinsik menurut hakekatnya adalah baik dan benar. Moralitas ekstrinsik menentukan perbuatan itu benar atau salah sesuai dengan sifatnya sebagai perintah atau larangan dalam bentuk hokum positif. Misalnya: - larangan menggugurkan kandungan wajib melaporkan mufakat jahat Perbuatan-perbuatan itu diatur oleh Undang-undang (KUHP). Jika ada yang menggugurkan kandungan atau ada mufakat jahat berarti itu perbuatan salah. Pada zaman modern muali muncul perbuatan yang berkenaan dengan moralitas, yang tadinya dilarang sekarang malah dibenarkan. Contohnya: - Euthanasia untuk menghindarkan penderitaan berkepanjangan. Aborsi untuk menyelamatkan ibu yang hamil. Menyewa rahim wanita lain untuk membesarkan janin bayi tabung. Persoalan moralitas hanya relevan apabila dikaitkan dengan manusia seutuhnya. Menurut Driyarkara (1969), manusia seutuhnya adalah manusia yang memiliki nilai pribadi, kesadaran diri dan dapat menentukan dirinya dilihat dari setiap aspek kemanusiaan. Tidak semau perbuatan manusia dapat dikategorikan dalam perbuatan moral. Perbuatan itu bernilai moral apabila didalamnya terkandung kesadaran dan kebebasan kehendak pelakunya. Kesadaran adalah suara hati dan kebebasan kehendak berdasarkan kesadaran. D. Nilai Pengertian nilai dapat dilihat dari beberapa pendapat ahli, yang tertera berikut ini : Frankel mendefenisikan nilai sebagai an idea – a concept – about what someone thinks is important in life. Pengertian ini mengemukakan bahwa nilai adalah suatu gagasan atau konsep tentang segala sesuatu yang diyakini seseorang penting dalam kehidupan ini. b. Milton Rokeach :A Value is an enduring belief that a specific mode of conduct or end-state of existence is personally or socially preferable to an opposite or converse mode of conduct or end-state of exixtence. c. Berdasarkan pengertian ini, nilai adalah suatu keyakinan yang abadi yang menjadi rujukan bagi cara bertingkah laku atau tujuan akhir eksistensi yang merupakan preferensi tentang a. 9 d. e. konsepsi yang lebih baik atau konsepsi tentang segala sesuatu yang secara personal dan sosial dipandang lebih baik. Sjarkawi : Nilai atau value (bahasa Inggris) atau Valere (bahasa Latin) berarti berguna, mampu akan, berdaya, berlaku, dan kuat. Nilai adalah kualitas suatu hal yang menjadikan hal itu dapat disukai, diinginkan, berguna, dihargai, dan dapat menjadi objek kepentingan. Hodgkinson (1978 dan 1983) menyediakan sebuah kerangka yang berguna yang dengannya nilai dapat dianalisis dan ditafsirkan. Ia mendefenisikan nilai sebagai konsep tentang apa yang diinginkan dan dengan kekuatan motivasi, dan sebagai penentu penggerak penentu tingkah laku. Dengan pengetian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa nilai adalah suatu konsep atau sebuah keyakinan yang abadi dan dianggap sangat penting dalam kehidupan seseorang, yang dengan konsep itu seseorang dipandang baik secara personal dan sosial, bahkan merupakan kekuatan dalam melahirkan motivasi untuk menentukan tingkah laku seseorang. Lebih luas lagi, Zaim Elmubarok dalam bukunya Membumi-kan Pendidikan Nilai, mengatakan bahwa nilai-nilai dapat menjadi milik bersama dalam satu masyarakat. Ia menguraikan jika suatu masyarakat telah mempunyai nilai yang sama tentang yang berguna dan tidak berguna, tentang yang cantik dan tidak cantik, tentang yang baik dan buruk, maka masyarakat yang seperti itu seolah-olah telah direkat oleh suatu norma yang sama, sehingga anggota masyarakat itu akan mempunyai rasa solidaritas yang tinggi. Nilai adalah alat yang menunjukkan alasan dasar bahwa “cara pelaksanaan atau keadaan akhir tertentu lebih disukai secara sosial dibandingkan cara pelaksanaan atau keadaan akhir yang berlawanan. Nilai memuat elemen pertimbangan yang membawa ide-ide seorang individu mengenai hal-hal yang benar, baik, atau diinginkan. Lebih lanjut Schwartz (1994) juga menjelaskan bahwa nilai adalah (1) suatu keyakinan, (2) berkaitan dengan cara bertingkah laku atau tujuan akhir tertentu, (3) melampaui situasi spesifik, (4) mengarahkan seleksi atau evaluasi terhadap tingkah laku, individu, dan kejadian-kejadian, serta (5) tersusun berdasarkan derajat kepentingannya. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, terlihat kesamaan pemahaman tentang nilai, yaitu (1) suatu keyakinan, (2) berhubungan dengan cara bertingkah laku dan tujuan akhir tertentu. Jadi dapat disimpulkan bahwa nilai adalah suatu keyakinan mengenai cara bertingkah laku dan tujuan akhir yang diinginkan individu, dan digunakan sebagai prinsip atau standar dalam hidupnya. Sebagaimana terbentuknya, nilai juga mempunyai karakteristik tertentu untuk berubah. Karena nilai diperoleh dengan cara terpisah, yaitu dihasilkan oleh pengalaman budaya, masyarakat dan pribadi yang tertuang dalam struktur psikologis individu (Danandjaja, 1985), maka nilai menjadi tahan lama dan stabil (Rokeach, 1973). Jadi nilai memiliki kecenderungan untuk menetap, walaupun masih mungkin berubah oleh hal-hal tertentu. Salah satunya adalah bila terjadi perubahan sistem nilai budaya di mana individu tersebut menetap (Danandjaja, 1985). 10 II. NILAI-NILAI KEMENTERIAN KEUANGAN Kementerian Keuangan mengembangkan nilai-nilai Kementerian Keuangan dari hasil peleburan dan kontemplasi nilai-nilai yang sebelumnya telah diterapkan secara berbeda pada masing-masing eselon satu. Peleburan ini penting untuk membangun kembali kesinergian seluruh jajaran kementerian keuangan serta untuk menunjukkan kepada masyarakat secara lebih jelas perubahan yang diwujudkan oleh Kementerian Keuangan secara keseluruhan. Penerapan nilai-nilai keutamaan Kementerian Keuangan ini menunjukkan bahwa Kementerian Keuangan memberikan warna spesifik bagi PNS di lingkungan Kementerian Keuangan tidak sama dengan PNS lainnya terutama dalam hal karakter dan budaya kerja. Penerapan nilai-nilai ini juga merupakan bagian dari langkah Kementerian Keuangan sebagai penggerak reformasi birokrasi di Indonesia agar nantinya penerapan nilai-nilai organisasi juga diterapkan dalam level birokrasi lainnya. Nilai-nilai Kementerian Keuangan Meliputi 5 Nilai dan 10 Perilaku Utama yang diinternalisasikan dalam setiap pegawainya. Nilai-nilai tersebut meliputi: 1. Integritas Berpikir, berkata, berperilaku dan bertindak dengan baik dan benar serta memegang teguh kode etik dan prinsip-prinsip moral. 2. Profesional Bekerja tuntas dan akurat atas dasar kompetensi terbaik dengan penuh tanggung jawab dan komitmen yang tinggi. 3. Sinergi Membangun dan memastikan hubungan kerjasama internal yang produktif serta kemitraan yang harmonis dengan para pemangku. 4. Pelayanan Memberikan layanan yang memenuhi kepuasan pemangku kepentingan yang dilakukan dengan sepenuh hati, transparan, cepat, akurat, dan aman. 5. Kesempurnaan Senantiasa melakukan upaya perbaikan di segala bidang untuk menjadi dan memberikan yang terbaik. Nilai-nilai Kementerian Keuangan ini diwujudkan dalam 10 perilaku utama yang meliputi: Integritas: 1. Bersikap tulus, jujur, dan dapat dipercaya. 2. Menjaga martabat dan tidak melakukan hal-hal tercela. 11 Profesional: 3. Mempunyai keahlian dan pengetahuan yang luas. 4. Bekerja dengan hati. Sinergi: 5. Memiliki sangka baik, saling percaya dan menghormati. 6. Menemukan dan melaksanakan solusi terbaik. Pelayanan: 7. Melayani dengan berorientasi pada kepuasan pemangku kepentingan. 8. Bersikap proaktif dan cepat tanggap. Kesempurnaan: 9. Melakukan perbaikan terus menerus. 10. Mengembangkan inovasi dan kreativitas. Selanjutnya untuk masing-masing prilaku utama harus direalisasikan dalam bentuk prilaku sebagai berikut: 1. Bersikap tulus, jujur, dan dapat dipercaya. a. Berpikir, berbicara dan berbuat kebenaran meskipun tidak popular. b. Berani mengemukakan hal yang sebenarnya berdasarkan fakta. c. Bertindak sesuai dengan aturan meskipun tidak sesuai. d. Memegang teguh sumpah jabatan. e. Menjaga kerahasiaan data atau informasi sesuai dengan peraturan perundang-undangan. f. Konsisten antara perkataan dan perbuatan yang selaras dengan prinsip-prinsip moral dank ode etik. 2. Menjaga martabat dan tidak melakukan hal-hal tercela. a. Tidak menjanjikan dan menerima pemberian dalam bentuk apapun. b. Obyektif dan transparan dalam setiap tindakan dan pengambilan keputusan. c. Tidak melakukan pertemuan informal dengan pihak yang patut diduga mempunyai kepentingan. d. Senantiasa menjunjung tinggi peraturan Negara/pemerintah dan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat serta kode etik dan profesi. e. Tidak kompromistis/mengkondisikan keadaan untuk memperoleh keuntungan. 3. Mempunyai keahlian dan pengetahuan yang luas. a. Senantiasa meningkatkan kompetensi diri b. Bekerja sesuai kewenangan jabatannya. c. Menyelesaikan pekerjaan dengan efektif dan efisien sesuai dengan target yang ditetapkan. d. Menunjukan inisiatif untuk menyebar-luaskan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki. e. Senantiasa berupaya mengidentifikasi risiko yang petensial muncul dan menjalankan langkah mitigasinya. 4. Bekerja dengan hati. a. Bekerja dengan komitmen tinggi, penuh tanggung jawab, cepat, tepat dan akurat. b. Senantiasa menunjukkan antusiasme dan semangat kerja yang tinggi. c. Bekerja tuntas dengan hasil kulitas terbaik. d. Bekerja berorientasi pada outcome bukan hanya out put. 5. Memiliki sangka baik, saling percaya dan menghormati. a. Berpikir dan bertindak positif. b. Menghargai dan menerima masukan, pendapat dan gagasan dari orang lain. c. Menjaga kebersamaan dan kesetaraan. 12 d. Menunjukkan komitmen terhadap keputusan bersama dan implementasinya. e. Senantiasa berorientasi pada kepentingan organisasi. 6. Menemukan dan melaksanakan solusi terbaik. a. Mengidentifikasi permasalahan dengan jelas dan memberikan solusi terbaik. b. Mengutamakan koordinasi serta menjalin dan memelihara kerja sama. c. Proaktif untuk menemukan solusi melalui diskusi dan koordinasi dengan seluruh stakeholders. d. Senantiasa memberikan kontribusi terbaik dalam menyelesaikan masalah. e. Saling berbagi informasi dan data sesuai kewenangan. 7. Melayani dengan berorientasi pada kepuasan pemangku kepentingan. a. Menunjukkan kepedulian, ramah dan santun dalam memberikan pelayanan. b. Bertindak adil dalam memberikan pelayanan c. Tidak membedakan kualitas layanan yang diberikan. d. Mengarahkan kepada pihak yang lebih yang lebih kompeten bila diri sendiri tidak memahami permasalahan. e. Mengevaluasi kualitas layanan yang diberikan dari waktu ke waktu. 8. Bersikap proaktif dan cepat tanggap. a. Senantiasa memberikan layanan yang tepat waktu, cepat dan transparan. b. Mempunyai inisiatif menggali kebutuhan layanan. c. Cekatan dalam menyelesaikan permasalahan. d. Proaktif meningkatkan kualitas layanan. 9. Melakukan perbaikan terus menerus. a. Terbuka terhadap usulan perbaikan. b. Mereview atau mengevaluasi hasil kerja dan mengajukan usulan perbaikannya. c. Menunjukkan inisiatif untuk mengidentifikasi peluang perbaikan yang dapat memberikan nilai tambah. d. Terbuka terhadap informasi atau pengetahuan baru/up to date. e. Tidak cepat puas diri f. Senantiasa berupaya meningkatkan efektifitas dan efisiensi kerja. 10. Mengembangkan inovasi dan kreativitas. a. Selalu mengembangkan terobosan-terobosan baru untuk menghasilkan kinerja yang lebih baik. b. Berani mengemukakan gagasan/pendapat positif dan bernilai tambah demi kemajuan organisasi. c. Senantiasa mendorong partisipasi aktif untuk memberikan usulan perbaikan. d. Senantiasa mengapresiasi kreatifitas. 13 III. KODE ETIK DAN PERILAKU PEGAWAI DJBC I. Prinsip Dasar Setiap pegawai negeri wajib setia dan taat kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara dan Pemerintah, serta wajib menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia. II. Tanggung Jawab Pribadi Semua pegawai Direktorat Jenderal Bea dan Cukal (DJBC), yang selanjutnya disebut pegawai, wajib : Mengangkat dan mentaati sumpah/ janji pegawai negeri sipil dan sumpah/ janji jabatan berdasarkan peraturan perundang-undengan yang berlaku; a. Saling menghormati antara sesama warga negara yang berbeda agama / kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa; b. Melaksanakan tugas kedinasan dengan sebaik-baiknya dan dengan penuh pengabdian, kesadaran dan tanggung jawab; c. Menghindari diri untuk melakukan hal-hal yang dapat menurunkan kehormatan atau martabat negara, pemerintah atau pegawai negeri sipil; d. Bekerja dengan jujur, tertib, cermat dan bersemangat untuk kepentingan negara; e. Menqhindari memasuki tempat-tempat yang dapat mencemarkan kehormatan atau martabat pegawai negeri sipil, kecuali untuk kepentingan jabatan; f. Menghindari diri untuk menghalangi berjalannya tugas kedinasan; g. Mentaati perintah kedinasan dari atasan yang berwenang; h. Membimbing bawahan dalam melaksanakan tugasnya; i. Mendorong bawahan untuk meningkatkan prestasi kerjanya; j. Menjadi dan memberikan contoh serta teladan yang baik terhadap bawahannya; k. Memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengembangkan kariernya; l. Memperhatikan dan menyelesaikan dengan sebaik-baiknya setiap laporan yang diterima mengenai pelanggaran disiplin; m. Menjadi teladan sebagai warga negara yang baik dalam masyarakat; n. Menjalankan pola hidup sederhana di dalam kehidupan bermasyarakat; o. Selalu berusaha meningkatkan kemampuan, pengetahuan dan profesionalisme dalam melaksanakan tugas; p. Mentaati ketentuan jam kerja; q. Berpakaian rapi dan sopan serta bersikap dan bertingkah laku sopan santun terhadap sesama pegawai negeri sipil dan atasan; r. Memelihara dan meningkatkan keutuhan, kekompakan, persatuan dan kesatuan korps pegawai negeri sipil. 14 III. Ketaatan Pada Undang-Undang Semua pegawai harus tunduk dan patuh pada undang-undang dan ketentuan formal yang berlaku. Hal ini berarti bahwa pelanggaran yang dilakukan oleh pegawai, yang berkaitan dengan peraturan perundang-undangan yang ditegakan oleh Bea dan Cukai, atau peraturan perundangundangan dimana Bea dan Cukai mempunyal kepentingan di dalamnya dapat dianggap sebagai pelanggaran yang serius / parah yang dapat mencemarkan nama baik institusi DJBC. Oleh sebab itu pegawai wajib : a. Mentaati segala peraturan perundang-undangan dan peraturan kedinasan yang berlaku; b. Memperhatikan dan melaksanakan segala ketentuan pemerintah baik yang langsung menyangkut tugas kedinasannya maupun yang berlaku secara umum; c. Mentaati ketentuan peraturan perundang-undangan tentang perpajakan. IV. Hubungan Dengan Masyarakat 4.1 Tanggung Jawab Pada Masyarakat Dalam melaksanakan tugasnya setiap pegawai wajib memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat sebagai wujud kesadaran akan kedudukannya sebagai pelayan masyarakat, oleh sebab itu setiap pegawai wajib : a. Memberikan pelayanan dengan sebaik-baiknya kepada masyarakat menurut bidang tugasnya masing-masing; b. Menghindari untuk melakukan suatu tindakan yang dapat berakibat menghalangi atau mempersulit salah satu pihak yang dilayaninya sehingga mengakibatkan kerugian bagi pihak yang dilayani dan / atau pihak lainnya; c. Berpakaian rapi dan sopan serta bersikap dan bertingkah laku sopan santun terhadap masyarakat namun tegas, responsif, transparan dan profesional sesuai ketentuan yang berlaku. 4.2. Keberatan Dan Kritik Masyarakat Setiap pegawai harus sadar sepenuhnya tentang perlunya membangun citra yang positif tentang kinerja, perilaku dan integritas pegawai. Dalam melayani masyarakat seringkali tidak terhindarkan adanya masukan dalam bentuk kritik, protes, keluhan dan keberatan yang berasal dari masyarakat, rekan sekerja maupun pihak terkait lainnya terhadap kinerja dan perilaku pegawai. Menghadapi hal demikian, pegawal wajib untuk bersikap : a. Membuka diri, menunjukan sikap simpatik dan bersedia menampung berbagai bentuk kritik, protes, keluhan dan keberatan tersebut; b. Menyelidiki duduk masalah dan kemudian menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan masalah tersebut; c. Menyelesaikan masalah secara cepat dan obyektif serta mengacu kepada ketentuan yang berlaku; d. Menyelenggarakan upaya pencegahan agar masalah yang serupa tidak terulang dikemudian hari. 15 4.3. Kegiatan Politik Pegawai negeri berkedudukan sebagai unsur aparatur negara yang bertugas untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat secara profesional, jujur, adil dan merata dalam penyelenggaraan tugas negara, pemerintahan dan pembangunan. Dalam kedudukan dan tugas sebagaimana tersebut di atas, maka pegawai wajib : a. Bersikap netral dari pengaruh semua golongan dan partai politik serta tidak diskriminatif dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat; b. Menghindari diri menjadi anggota dan / atau pengurus partai politik. 4.4. Pemberian Berupa Hadiah Atau Imbalan bagi Pegawai Dalam melaksanakan tugasnya seringkali pegawai berhubungan dengan organisasi, pengguna jasa atau anggota masyarakat yang mengharapkan adanya penyimpangan prosedur dari ketentuan yang berlaku, dengan menjanjikan hadiah atau imbalan untuk pegawai tersebut. Dalam hal ini pegawai wajib untuk: a. Menolak melakukan penyimpangan prosedur don menolak pemberian hadiah atau imbalan dalam bentuk apapun dari pihak manapun yang diketahui atau patut diduga bahwa pemberian itu bersangkutan atau mungkin bersangkutan dengan jabatan atau pekerjaan pegawai negeri sipil yang bersangkutan; b. Menghindari untuk bertindak selaku perantara bagi sesuatu pengusaha atau golongan untuk mendapatkan pekerjaan atau pesanan dari kantor / instansi pernerintah. 4.5. Konflik Kepentingan Konflik kepentingan dapat timbul dari pegawai yang berurusan dengan, atau dari pegawai yang keputusannya dibuat untuk, orang-orang yang memiliki kepentingan pribadi. Oleh sebab itu pegawai wajib : a. Mengutamakan kepentingan negara di atas kepentingan golongan atau diri sendiri, serta menghindarkan segala sesuatu yang dapat mendesak kepentingan negara oleh kepentingan golongan, diri sendiri atau pihak lain; b. Menghindari melakukan kegiatan bersama dengan atasan, teman sejawat, bawahan atau orang lain di dalam maupun di luar lingkungan kerjanya dengan tujuan untuk keuntungan pribadi, golongan atau pihak lain yang secara langsung atau tidak langsung merugikan negara; c. Menghindari melakukan pungutan tidak sah dalam bentuk apapun juga dalam melaksanakan tugasnya untuk kepentingan pribadi, golongan atau pihak lain; d. Menghindari kepemilikan saham / modal dalam perusahaan yang kegiatan usahanya berada dalam ruang lingkup kekuasaannya; e. Menghindari kepemilikan saham suatu perusahaan yang kegiatan usahanya tidak berada dalam ruang lingkup kekuasaannya yang jumlah dan sifat pemilikan itu sedemikian rupa sehingga melalui pemilikan saham tersebut dapat langsung atau tidak langsung menentukan penyelenggaraan atau jalannya perusahaan; f. Menghindari melakukan kegiatan usaha dagang baik secara resmi, maupun sambilan menjadi direksi, pimpinan atau komisaris perusahaan swasta bagi yang berpangkat Pembina golongan ruang IV/a ke atas atau yang memangku jabatan eselon I. 16 V. Kerahasiaan Dan Penggunaan Informasi Resmi Seringkali karena kedudukan dan / atau jabatannya seorang pagawai memperolah, mengolah dan menyimpan informasi resmi negara yang sifatnya rahasia. Oleh sebab itu maka pegawai wajib: a. Menyimpan rahasia negara dan atau rahasia jabatan dengan sebaik-baiknya dan menghindari pemanfaatan rahasia negara yang diketahui karena kedudukan dan / atau jabatan untuk kepentingan pribadi, golongan atau pihak lain; b. Menghindari diri menjadi pegawai atau bekerja untuk negara asing tanpa ijin pemerintah; c. Segera melaporkan kepada atasannya, apabila mengetahui adanya tindakan permbocoran rahasia dan informasi resmi yang dapat membahayakan atau merugikan negara / pemerintah terutama di bidang keamanan, keuangan dan materil. VI. Penggunaan Barang dan Jasa Dinas Barang dan jasa dinas adalah aset institusi untuk mendukung pelaksanaan tugas penegakan hukum. Kecuali jika diberi wewenang secara khusus, penggunaan sumber daya atau jasa dinas untuk kepentingan atau keuntungan pribadi sangat dilarang, Oleh sebab itu setiap pegawai wajib: a. Menggunakan dan memelihara barang-barang milik negara dengan sebaik-baiknya; b. Menghindari penyalahgunaan barang-barang, uang atau surat-surat berharga milik negara; c. Menghindari untuk memiliki, menjual, membeli, menggadaikan, menyewakan atau meminjamkan barang-barang, dokumen atau surat-surat berharga milik negara secara tidak sah. VII. Lingkungan Kerja Suasana tempat kerja yang sehat, aman dan bebas dari diskriminasi dan gangguan akan dapat meningkatkan gairah bekerja sehingga tujuan individu dan organisasi akan lebih cepat tercapai. Oleh sebab itu pegawai wajib : a. Menciptakan dan memelihara suasana kerja yang baik; b. Bertindak dan bersikap tegas, tetapi adil dan bijaksana terhadap bawahannya; c. Menghindari diri untuk tidak melakukan tindakan yang bersifat negatif dengan maksud membalas dendam terhadap bawahannya atau orang lain di dalam maupun di luar lingkungan kerjanya; d. Mengetahui, memahami dan melaksanakan ketentuan tentang standar berpakaian seragam dinas yang berlaku; e. Menghindari diri dari penyalahgunaan alkohol dan narkoba; f. Menghindari diri dari pernyalahgunaan senjata api dan barang-barang berbahaya lainnya. VIII. Korupsi, Kolusi dan Nepotisme Setiap pegawai harus menyadari dan mentaati dengan sungquh-sunqguh mengenai semua ketentuan mengenai tindak pidana korupsi sebagaimana disebutkan dalam Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Segala bentuk tindakan korupsi 17 sebagaimana disebutkan dalam undang-undang tersebut akan dikenakan sanksi pidana dengan maksimal hukuman yang dapat berupa pidana mati. Bagi pegawai yang menjadi penyelenggara negara yang meliputi jabatan-jabatan sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 2 Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999 Tentang Penyelenggara Negara Yang Bersih Dan Bebas Dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme harus menyadari dan mentaati dengan sungguh-sungguh mengenai kewajibannya sebagaimana disebutkan dalam pasal 5 undang-undang tersebut, yaitu; a. Mengucapkan sumpah atau janji sesuai dengan agamanya sebelum memangku jabatannya; b. Bersedia diperiksa kekayaannya sebelum, selama dan setelah menjabat; c. Melaporkan dan mengumumkan kekayaannya sebelum dan setelah menjabat; d. Tidak melakukan perbuatan korupsi, kolusi dan nepotisme; e. Melaksanakan tugas tanpa membeda-bedakan suku, agama, ras dan golongan; f. Melaksanakan tugas dengan penuh rasa tanggung jawab dan tidak melakukan perbuatan tercela, tanpa pamrih baik untuk kepentingan pribadi, keluarga, kroni, maupun kelompok, dan tidak mengharapkan imbalan dalam bentuk apapun yang bertentangan dengan katentuan perundang-undangan yang berlaku; dan g. Bersedia menjadi saksi dalam perkara korupsi, kolusi dan nepotisme serta dalam perkara lainnya sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang beriaku. Adapun setiap bentuk pelanggaran terhadap ketentuan pasal tersebut diatas akan dikenakan sanksi sebagaimana tercantum di dalam Pasal 20, 21 dan 22 Undang-undang Nomor 26 Tahun 1999 Tentang Penyelenggara Negara Yang Bersih dan Bebas Dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme 18 DAFTAR PUSTAKA Karyana , Adang, 2014. Etika Kerja Pegawai DJBC, Jakarta: Pusat Pendidikan dan Pelatihan Bea dan Cukai. Bertens, K.2004.Etika . Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama Sjarkawi.2006.Pembentukan Kepribadian Anak . Jakarta: Bumi Aksara Rasyidin, Al. 2011. Demokrasi Pendidikan Islam. Bandung: Cita Pustaka Media Perintis http://blog.uin-malang.ac.id/fulllove/2010/10/09/7/ Sumber : http://www.scribd.com/doc/8365104/PENGERTIAN-ETIKA Sumber : http://organisasi.org/pengertian-macam-jenis-norma-agama-kesusilaankesopanan-kebiasaan-hukum Sumber : http://a62747.wordpress.com/2009/11/21/pengertian-sopan-santun-menurutpribadi asas dan nilai yang berkenaan dengan baik dan buruk. Sumber : http://nurulfikri.sch.id/index.php/isi-situs/artikel/pendidikan/392-perbedaanpengertian-etika-moral-dan-etiket.html Sumber : http://cookeyzone.blogspot.com/2009/04/pengertian-profesi-dan-pekerjaan.html Sumber : http://ranisakura.wordpress.com/2010/06/01/pengertian-profesi/ Sumber : http://cookeyzone.blogspot.com/2009/04/pengertian-profesi-dan-pekerjaan.html Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Pekerjaan Sumber : http://cookeyzone.blogspot.com/2009/04/pengertian-profesi-dan-pekerjaan.html Sumber : http://cookeyzone.blogspot.com/2009/04/pengertian-profesi-dan-pekerjaan.html Sumber : http://news.okezone.com/read/2011/04/28/339/451110/usut-kasus-gayustambunan-dengan-pukat-harimau Sumber : http://farizoloy.blogspot.com/2010/10/pengertian-etika-profesi.html 19