kode etik dan perilaku pegawai djbc - E

advertisement
DIKLAT TEKNIS SUBSTANTIF DASAR
KEPABEANAN DAN CUKAI ANGKATAN III TAHUN 2015
Oleh: Purjono
Jakarta, September 2015
0
I. KONSEP ETIKA DAN NILAI
A.
ETIKA
Kata etika, seringkali disebut pula dengan kata etik, atau ethics (bahasa Inggris),
mengandung banyak pengertian. Dari segi etimologi (asal kata), istilah etika berasal dari kata Latin
“Ethicos” yang berarti kebiasaan. Dengan demikian menurut pengertian yang asli, yang dikatakan
baik itu apabila sesuai dengan kebiasaan masyarakat. Kemudian lambat laun pengertian ini
berubah, bahwa etika adalah suatu ilmu yang mebicarakan masalah perbuatan atau tingkah laku
manusia, mana yang dapat dinilai baik dan mana yang dapat dinilai tidak baik.
Etika juga disebut ilmu normative, maka dengan sendirinya berisi ketentuan-ketentuan
(norma-norma) dan nilai-nilai yang dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Etika merupakan
cabang filsafat yang mempelajari pandangan-pandangan dan persoalan-persoalan yang
berhubungan dengan masalah kesusilaan, dan kadang-kadang orang memakai filsafat etika, filsafat
moral atau filsafat susila. Dengan demikian dapat dikatakan, etika ialah penyelidikan filosofis
mengenai kewajiban-kewajiban manusia dan hal-hal yang baik dan buruk. Etika adalah penyelidikan
filsafat bidang moral. Etika tidak membahas keadaan manusia, melainkan membahas bagaimana
seharusnya manusia itu berlaku benar. Etika juga merupakan filsafat praxis manusia. etika adalah
cabang dari aksiologi, yaitu ilmu tentang nilai, yang menitikberatkan pada pencarian salah dan benar
dalam pengertian lain tentang moral.
Etika dapat dibedakan menjadi tiga macam:
1. etika sebagai ilmu, yang merupakan kumpulan tentang kebajikan, tentang penilaian
perbuatan seseorang.
2. etika dalam arti perbuatan, yaitu perbuatan kebajikan. Misalnya, seseorang
dikatakan etis apabila orang tersebut telah berbuat kebajikan.
3. etika sebagai filsafat, yang mempelajari pandangan-pandangan, persoalanpersoalan yang berhubungan dengan masalah kesusilaan.
Kita juga sering mendengar istilah descriptive ethics, normative ethics, dan philosophy ethics.
a. Descriptive ethics, ialah gambaran atau lukisan tentang etika.
b. Normative ethics, ialah norma-norma tertentu tentang etika agar seorang dapat
dikatakan bermoral.
c. Philosophy ethics, ialah etika sebagai filsafat, yang menyelidiki kebenaran.
Etika sebagai filsafat, berarti mencari keterangan yang benar, mencari ukuran-ukuran yang
baik dan yang buruk bagi tingkah laku manusia. Serta mencari norma-norma, ukuran-ukuran mana
susial itu, tindakan manakah yang paling dianggap baik. Dalam filsafat, masalah baik dan buruk
(good and evil) dibicarakan dalam etika. Tugas etika tidak lain berusaha untuk hal yang baik dan
yang dikatakan buruk. Sedangkan tujuan etika, agar setiap manusia mengetahui dan menjalankan
perilaku, sebab perilaku yang baik bukan saja bagi dirinya saja, tetapi juga penting bagi orang lain,
masyarakat, bangsa dan Negara, dan yang terpenting bagi Tuhan yang Maha Esa.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia terbitan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1988),
etika dirumuskan dalam tiga arti, yaitu;
1.
2.
3.
Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral
(akhlak).
Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak.
Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.
Bertens mengemukakan bahwa urutan tiga arti tersebut kurang kena, sebaiknya arti ketiga
ditempatkan didepan karena lebih mendasar daripada yang pertama, dan rumusannya juga bisa
dipertajam lagi. Dengan demikian, menurut Bertens tiga arti etika dapat dirumuskan sebagai berikut:
1
1.
2.
3.
Etika dipakai dalam arti: nilai-nilai atau norma-norma yang menjadi pegangan seseorang
atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Arti ini disebut juga sebagai “system
nilai” dalam hidup manusia perseorangan atau hidup bermasyarakat. Misalnya etika orang
jawa, etika agama Buddha.
Etika dipakai dalam arti: kumpulan asas atau nilai moral. Yang dimaksud disini adalah kode
etik. Misalnya, Kode Etik Advokat Indonesia.
Etika dipakai dalam arti: ilmu tentang yang baik dan yang buruk. Arti etika disini sama
dengan filsafat moral.
Dihubungkan dengan Etika Profesi Sekretaris, etika dalam arti pertama dan kedua adalah
relevan karena kedua arti tersebut berkenaan dengan perilaku seseorang atau sekelompok profesi
sekretaris. Misalnya sekretaris tidak bermoral, artinya perbuatan sekretaris itu melanggar nilai-nilai
dan norma-norma moral yang berlaku dalam kelompok sekretaris tersebut. Dihubungkan dengan arti
kedua, Etika Profesi Sekretaris berarti Kode Etik Profesi Sekretaris.
Pengertian etika juga dikemukakan oleh Sumaryono (1995), menurut beliau etika berasal dati istilah
Yunani ethos yang mempunyai arti adat-istiadat atau kebiasaan yang baik. Bertolak dari pengertian
tersebut, etika berkembang menjadi study tentang kebiasaan manusia berdasarkan kesepakatan
menurut ruang dan waktu yang berbeda, yang menggambarkan perangai manusia dalam kehidupan
manusia pada umumnya. Selain itu, etika juga berkembang menjadi studi tentang kebenaran dan
ketidakbenaran berdasarkan kodrat manusia yang diwujudkan melalui kehendak manusia.
Berdasarkan perkembangan arti tadi, etika dapat dibedakan antara etika perangai dan etika moral.
Etika Perangai
Etika perangai adalah adat istiadat atau kebiasaan yang menggambaran perangai manusia
dalam kehidupan bermasyarakat di aderah-daerah tertentu, pada waktu tertentu pula. Etika perangai
tersebut diakui dan berlaku karena disepakati masyarakat berdasarkan hasil penilaian perilaku.
Conto etika perangai:
-
berbusana adat
-
pergaulan muda-mudi
-
perkawinan semenda
-
upacara adat
Etika Pribadi dan Etika Social
Dalam kehidupan masyarakat kita mengenal etika pribadi dan etika social. Untuk mengetahui
etika pribadi dan etika social diberikan contoh sebagai berikut:
1) Etika Pribadi. Misalnya seorang yang berhasil dibidang usaha (wiraswasta) dan menjadi
seseorang yang kaya raya (jutawan). Ia disibukkan dengan usahanya sehinnga ia lupa akan
diri pribadinya sebagai hamba Tuhan. Ia mempergunakan untuk keperluan-keperluan hal-hal
yang tidak terpuji dimata masyarakat (mabuk-mabukan, suka mengganggu ketentraman
keluarga orang lain). Dari segi usaha ia memang berhasil mengembangkan usahanya
sehinnga ia menjadi jutawan, tetapi ia tidak berhasil dalam mengembangkan etika pribadinya.
2) Etika Social. Misalnya seorang pejabat pemerintah (Negara) dipercaya untuk mengelola uang
negara. Uang milik Negara berasal dari rakyat dan untuk rakyat. Pejabat tersebut ternyata
melakukan penggelapan uang Negara utnuk kepentingan pribadinya, dan tidak dapat
mempertanggungjawabkan uang yang dipakainya itu kepada pemerintah. Perbuatan pejabat
tersebut adalah perbuatan yang merusak etika social.
Manfaat Etika
1) Dapat membantu suatu pendirian dalam beragam pandangan dan moral.
2
2) Dapat membantu membedakan mana yang tidak boleh dirubah dan mana yang boleh
dirubah, sehingga dalam melayani tamu kita tetap dapat yang layak diterima dan ditolak
mengambil sikap yang bisa dipertanggungjawabkan.
3) Dapat membantu seseorang mampu menentukan pendapat.
4) Dapat menjembatani semua dimensi atau nilai-nilai yang dibawa tamu dan yang telah dianut
oleh petugas.
KODE ETIK
Setiap profesi biasanya menggunakan sistem etika terutama untuk menyediakan
struktur yang mampu menciptakan disiplin tata kerja dan menyediakan garis batas tata nilai
yang bisa dijadikan acuan para profesional untuk menyelesaikan dilema etik yang dihadapi
saat menjalankan fungsi pengemban profesinya sehari-hari.
Profesi adalah pekerjaan yang dilakukan yang berupa kegiatan pokok yang
mengandalkan suatu keahlian dan keterampilan tertentu, sebagai mata pencaharian untuk
menghasilkan nafkah hidup.
Ciri -ciri orang profesional :
-
Orang yang tahu akan keahlian dan keterampilannya.
-
Meluangkan seluruh waktunya untuk pekerjaan atau kegiatannya itu.
-
Hidup dari situ.
-
Bangga akan pekerjaannya
Perbedaan Profesi dengan pekerjaan
Perbedaan antara Profesi dan Pekerjaan adalah :
Profesi:
-
Ada Etika yang mengatur
-
Menghasilkan jasa bagi orang lain
-
Tidak ada campur tangan orang lain
Contoh Profesi: guru, dosen, dan dokter.
Pekerjaan:
-
Tidak ada Etika yang mengatur?
-
Tidak ada menghasilkan jasa bagi orang lain
-
Adanya campur tangan orang lain
Contoh pekerjaan: direktur sebuah perusahaan, PNS
Kode Etik merupakan pola aturan atau tata cara sebagai pedoman berperilaku. Kode etik
profesi adalah sistem norma atau aturan yang ditulis secara jelas dan tegas serta terperinci tentang
apa yang baik dan tidak baik, apa yang benar dan apa yang salah dan perbuatan apa yang dilakukan
dan tidak boleh dilakukan oleh seorang professional. Kode etik yang ada dalam masyarakat
indonesia cukup banyak dan bervariasi. Umumnya pemilik kode etik adalah organisasi
kemasyarakatan yang bersifat nasional, misalnya ikatan penerbit indonesia (IKAPI), kode etik ikatan
penasehat hukum indonesia, kode etik jurnalistik indonesia, kode etik advokasi indonesia dan lainlain.
3
Dalam kaitannya dengan profesi, bahwa kode etik merupakan tata cara atau aturan yang menjadi
standart kegiatan anggota suatu profesi. Suatu kode etik menggambarkan nilai-nilai professional
suatu profesi yang diterjemahkan kedalam standaart perilaku anggotanya. Nilai professional paling
utama adalah keinginan untuk memberikan pengabdian kepada masyarakat.
Kode etik dijadikan standart aktvitas anggota profesi, kode etik tersebut sekaligus sebagai
pedoman (guidelines). Masyarakat pun menjadikan sebagai perdoman dengan tujuan mengantisipasi
terjadinya bias interaksi antara anggota profesi. Bias interaksi merupakan monopoli profesi., yaitu
memanfaatkan kekuasan dan hak-hak istimewa yang melindungi kepentingan pribadi yang
betentangan dengan masyarakat. Oteng/ Sutisna (1986: 364) mendefisikan bahwa kode etik sebagai
pedoman yang memaksa perilaku etis anggota profesi.
Konvensi nasional IPBI ke-1 mendefinisikan kode etik sebagai pola ketentuan, aturan, tata
cara yang menjadi pedoman dalam menjalankan aktifitas maupun tugas suatu profesi. Bahsannya
setiap orang harus menjalankan serta mejiwai akan Pola, Ketentuan, aturan karena pada dasarnya
suatu tindakan yang tidak menggunakan kode etik akan berhadapan dengan sanksi.
Pentingnya Kode Etik Dalam Bekerja
Setiap orang tentu perlu memiliki etika untuk mengatur segala tindakan yang mungkin akan
dilakukan. Etika memberi orientasi bagaimana seseorang menjalani kehidupan dan membedakan
baik buruk dari setiap tindakan tersebut.
Nah, bukan hanya manusia sebagai anggota individu saja yang membutuhkan kode etik, setiap
profesi dan perusahaan juga membutuhkan kode etik. Tanpa etika maka nilai-nilai yang ada akan
terlanggar. Perlu adanya kepatuhan terhadap nilai-nilai yang ada untuk mencapai keseimbangan
dalam berkehidupan.
Etika juga sangat penting dalam pengembangan dunia karir. Dharmawan Samsu, IPA
Chairman Provisional Division Committee/Country Director BP Indonesia, menjelaskan bahwa
terdapat tiga kompetensi penting dalam pengembangan karir yaitu technical competence, foundation
competence, dan core competence.
Technical Competence yaitu kompetensi yang dipelajari dalam kehidupan sehari-hari sebagai
masyarakat. Foundation Competence merupakan kemampuan berkomunikasi dan menjalin relasi
dengan orang lain. Sedangkan Core Competence merupakan integritas. “No matter how smart you
are, no matter how clever you are, if you don’t have the core competence, that’s disaster,”
Dharmawan.
Terkait dalam dunia bisnis etik dan integritas dalam bisnis sangat penting. Setiap perusahaan
yang baik tentunya memiliki kode etik. Kode etik memberikan referensi mengenai moral dan standar
etika, membentuk mindset, dan membangun sebuah karakter sehingga menciptakan sebuah
identitas. Kode etik ada untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan seperti konflik kepentingan.
“Etik dan integritas merupakan hal paling dasar dalam membentuk seorang professional. Untuk
menjadi seorang profesional, selain harus punya etika dan integritas, seseorang juga harus punya
passion dan komitmen. Tanpa semua itu, seseorang akan sulit diterima di lingkungan bekerjanya,”
ujar Galuh.
Nah, untuk menanamkan kode etik, perusahaan harus punya kesadaran untuk terus-menerus
melakukan sosialisasi pada karyawannya tentang pentingnya berkode etik dalam bekerja. Sebaiknya
perusahaan memberikan reward pada karyawan yang mematuhi nilai-nilai yang ada dan memberi
punishment pada setiap kejadian pelanggaran. Dengan adanya reward dan punishment tersebut,
diharapkan karyawan termotivasi untuk meningkatkan diri lebih baik, serta menjaga supaya tidak ada
kesalahan yang terulang di kemudian hari.
Penyebab pelanggaran kode etik
4

Tidak berjalanya control dan pengawasan diri masyarakat

Tidak adanya kesadaran dan moralitas

Rendahnya pengetahuan masyarakat mengenai kode etik, karena buruknya pelayanan
sosialisasi dari pihak sendiri.
B. Etiket
Dua istilah, yaitu etika dan etiket dalam kehidupan sehari-hari kadang-kadang diartikan sama,
dipergunakan silih berganti. Kedua istilah tersebut memang hampir sama pengertiannya, tetapi tidak
sama dalam hal titik berat penerapan atau pelaksanaannya, yang satu lebih luas dari pada yang alin.
Istilah etiket berasal dari kata Prancis etiquette, yang berarti kartu undangan, yang lazim
dipakai oleh raja-raja Prancis apabila mengadakan pesta. Dalam perkembangan selanjutnya, istilah
etiket berubah bukan lagi berarti kartu undangan yang dipakai raja-raja dalam mengadakan pesta.
Dewasa ini istilah etiket lebih menitikberatkan pada cara-cara berbicara yang sopan, cara berpakaian,
cara menerima tamu dirumah maupun di kantor dan sopan santun lainnya. Jadi, etiket adalah aturan
sopan santun dalam pergaulan.
Dalam pergaulan hidup, etiket merupakan tata cara dan tata krama yang baik dalam
menggunakan bahasa maupun dalam tingkah laku. Etiket merupakan sekumpulan peraturanperaturan kesopanan yang tidak tertulis, namun sangat penting untuk diketahui oleh setiap orang
yang ingin mencapai sukses dalam perjuangan hidup yang penuh dengan persaingan.
Etiket juga merupakan aturan-aturan konvensional melalui tingkah laku individual dalam
masyarakat beradab, merupakan tatacara formal atau tata krama lahiriah untuk mengatur relasi
antarpribadi, sesuai dengan status social masing-masing individu. Etiket didukung oleh berbagai
macam nilai, antara lain;
1)
2)
3)
4)
5)
nilai-nilai kepentingan umum
nilai-nilai kehjujuran, keterbukaan dan kebaikan
nilai-nilai kesejahteraan
nilai-nilai kesopanan, harga-menghargai
nilai diskresi (discretion: pertimbangan) penuh piker. Mampu membedakan sesuatu yang
patut dirahasiakan dan boleh dikatakan atau tidak dirahasiakan.
Diatas dikatakan bahwa etiket merupakan kumpulan cara dan sifat perbuatan yang lebih
bersifat jasmaniah atau lahiriah saja. Etiket juga sering disebut tata krama, yakni kebiasaan sopan
santun yang disepakati dalam lingkungan pergaulan antarmanusia setempat. Tata berarti adat,
aturan, norma, peraturan. Sedangkan krama berarti sopan santun, kebiasaan sopan santun atau tata
sopan santun. Sedangkan etika menunjukkan seluruh sikap manusia yang bersikap jasmaniah
maupun yang bersikap rohaniah. Kesadaran manusia terhadap kesadaran baik buruk disebut
kesadaran etis atau kesadaran moral.
Beberapa definisi Etiket adalah sebagai berikut:
1.
2.
3.
Etiket adalah kumpulan tata cara dan sikap yang baik dalam pergaulan antarmanusia yang
beradab.
Etiket adalah tata krama, sopan santun atau aturan-aturan yang disetujui oleh masyarakat
tertentu dan menjadi norma serta anutan dalam bertingkah laku.
Etiket adalah tata peraturan pergaulan yang disetujui oleh masyarakat terten tu dan
menjadi norma dan anutan dalam bertingkah laku anggota masyarakat.
Dari ketiga definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa pengertian dari etiket adalah tata aturan
pergaulan yang disetujui oleh masyarakat tertentu dan menjadi norma serta anutan dalam
bertingkahlaku pada anggota masyarakat tersebut.
5
Dalam buku “Bahan Diskusi Customer Service Group (CSG) dan Allround Teller (ART)” yang
diterbitkan oleh Urusan Operasional KAntor Pusat BRI, menjelaskan bahwa: “etiket adalah ketentuan
tidak tertulis yang mengatur tindak dan gerak manusia yang berkaitan dengan:
a. sikap dan perilaku, yaitu bagaimana anda bersikap dan berperilaku dalam menghadapi suatu
situasi.
b. ekspresi wajah, yaitu bagaimana raut muka yang harus anda tampilkan dalam menghadapi suatu
situasi, misalnya dalam melayani tamu.
c. Penampilan, yaitu sopan santun mengenai cara anda menampilkan diri, misalnya: cara duduk,
cara berdiri adalah wajar dan tidak dibuat-buat dan sebagainya.
d. cara berpakaian, yaitu cara mengatur tentang sopan santun anda dalam mengenakan pakaian,
baik menyangkut gaya pakaian, tata warna, keserasian model yang tidak menyolok dan lain-lain.
e. cara berbicara, yaitu tata cara/sopan santun anda dalam berbicara caik secara langsung maupun
tidak langsung.
f. gerak-gerik, yaitu sopan santun dalam gerak-gerik badan dalam berbicara secara langsung
berhadapan dengan tamu.
Perbedaan etiket dan etika
Dari uraian diatas, mengenai perbedaan etika dan etiket, dapat disimpulkan sebagai berikut:
ETIKET
ETIKA
CARA
NIAT
Sekretaris dalam melayani tamunya harus
bersikap sopan dan ramah, menunjukkan
muka yang manis. Jika hal ini tidak dipatuhi,
maka sekretaris dianggap telah melanggar
etiket.
Sekretaris yang memberikan data dengan
sebenar-benarnya, tetapi dilaksanakan dengan
muka cemberut, maka sekretaris tersebut tidak
melanggar etika, tetapi melanggar etiket.
FORMALITAS
NURANI
Sekretaris harus berpakaian rapi dan sopan.
Ia dianggap melanggar etiket bila melayani
tamu dengan memakai baju singlet atau
memakai sandal.
Sekretaris yang melakukan perbuatan tidak jujur,
walaupun pakaian rapi namun etika diabaikan.
RELATIF
MUTLAK
Bila anda diundang oleh atasan anda untuk
makan bersama, maka harus menggunakan
sendok. Tetapi bila dilakukan dengan santai,
maka aturan tersebut tidak berlaku.
Ketentuan yang mengatakan jangan melakukan
manipulasi dan mempermainkan data, sifatnya
mutlak dimana saja, kapan saja, dan bagi siapa
saja.
LAHIRIAH
BATHINIAH
Hanya terlihat wujud nyata dan penampilan.
Contoh: cara berbicara.
Menyangkut sifat batin dan hati nurani. Contoh;
sifat jujur, dll.
Dari uraian perbedaan etika dan etiket tersebut, jelaslah bahwa etika adalah yang utama dan
mendasar untuk membentuk sikap dan perilaku untuk selanjutnya apabila disukung oleh pengalaman
etiket yang baik, maka sikap dan perilaku tersebut akan sempurna.
Apabila telah mempunyai etika yang baik tetapi tidak didukung oleh etiket yang baik pula,
maka kita akan gagal karena secara lahiriah kita kurang disenangi, dihormati atau dihargai oleh orang
6
lain. Akan tetapi sebaliknya, apabila kita hanya mengamalkan etiket yang baik tanpa didukung
dengan etika, mka dalam jangka waktu yang pendek kita akan tampak berhasil, karena kita telah
berhasil memanipulasi nurani, batin kita dengan penampilan lahiriah yang meyakinkan, sehingga kita
akan dihargai, dihormati, dan disenangi. Agar kita dapat dihargai dan disenagi orang lain sepanjang
masa, maka kita harus dapat mengamalkan secara bersama-sama antara etika dan etiket.
Manfaat Etiket
Manfaat beretiket yakni menjalin hubungan yang baik dengan tamu. Bila kita telah
menerapkan etiket dalam melayani tamu, maka tamu akan merasa dirinya diperhatikan dan dihargai.
Dengan demikian akan terjalin rasa saling menghargai dan hubungan baik pun akan terbina, antara
lain:
1.
2.
3.
4.
5.
Memupuk persahabatan, agar kita diterima dalam pergaulan.
Untuk menyenangkan serta memuaskan orang lain.
Untuk tidak menyinggung dan menyakiti hati orang lain.
Untuk membina dan menjaga hubungan baik.
Membujuk serta mempertahankan klien lama.
C. MORAL
Moral merupakan pengetahuan yang menyangkut budi pekerti manusia yang beradab. Moral
juga berarti ajaran yang baik dan buruk perbuatan dan kelakuan (akhlak). Moralisasi, berarti uraian
(pandangan, ajaran) tentang perbuatan dan kelakuan yang baik. Demoralisasi, berarti kerusakan
moral.
Menurut asal katanya “moral” dari kata mores dari bahasa Latin, kemudian diterjemahkan
menjadi “aturan kesusilaan”. Dalam bahasa sehari-hari, yang dimaksud dengan kesusilaan bukan
mores, tetapi petunjuk-petunjuk untuk kehidupan sopan santun dan tidak cabul. Jadi, moral adalah
aturan kesusilaan, yang meliputi semua norma kelakuan, perbuatan tingkah laku yang baik. Kata
susila berasal dari bahasa Sansekerta, su artinya “lebih baik”, sila berarti “dasar-dasar”, prinsipprinsip atau peraturan-peraturan hidup. Jadi susila berarti peraturan-peraturan hidup yang lebih baik.
Pengertian moral dibedakan dengan pengertian kelaziman, meskipun dalam praktek
kehidupan sehari-hari kedua pengertian itu tidak jelas batas-batasnya. Kelaziman adalah kebiasaan
yang baik tanpa pikiran panjang dianggap baik, layak, sopan santun, tata krama, dsb. Jadi, kelaziman
itu merupakan norma-norma yang diikuti tanpa berpikir panjang dianggap baik, yang berdasarkan
kebiasaan atau tradisi.
Moral juga dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
1.
2.
Moral murni, yaitu moral yang terdapat pada setiap manusia, sebagai suatu
pengejawantahan dari pancaran Ilahi. Moral murni disebut juga hati nurani.
Moral terapan, adalah moral yang didapat dari ajaran pelbagai ajaran filosofis, agama,
adat, yang menguasai pemutaran manusia.
Setelah kita mengetahui tentang etika dan moral, bagaimanakah hubungan antara etika dan
moral tersebut? Moral adalah kepahaman atau pengertian mengenai hal yang baik dan hal yang
tidak baik. Sedangkan etika adalah tingkah laku manusia, baik mental maupun fisik mengenai hal-hal
yang sesuai dengan moral itu. Etika adalah penyelidikan filosofis mengenai kewajiban manusia serta
hal yang baik dan yang tidak baik. Bidang inilah yang selanjutnya disebut bidang moral.
Objek etika adalah pernyataan-pernyataan moral. Oleh karena itu, etika bisa juga
dikatakan sebagai filsafat tentang bidang moral. Etika tidak mempersoalkan keadaan manusia,
melainkan bagaimana manusia harus bertindak.
Faktor penentu moralitas
7
Sumaryono (1995) mengemukakan tiga factor penentu moralitas perbuatan manusia, yaitu:
1.
2.
3.
Motivasi
Tujuan akhir
Lingkungan perbuatan
Perbuatan manusia dikatakan baik apabila motivasi, tujuan akhir dan lingkungannya juga baik.
Apabila salah satu factor penentu itu tidak baik, maka keseluruhan perbuatan manusia menjadi tidak
baik.
Motivasi adalah hal yang diinginkan para pelaku perbuatan dengan maksud untuk mencapai
sasaran yang hendak dituju. Jadi, motivasi itu dikehendaki secara sadar, sehingga menentukan kadar
moralitas perbuatan. Sebagai contoh ialah kasus pembunuhan dalam keluarga:
-
yang diinginkan pembunuh adalah matinya pemilik harta yang berstatus sebagai pewaris
Sasaran yang hendak dicapai adalah penguasa harta warisan
Moralitas perbuatan adalah salah dan jahat
Tujuan akhir (sasaran) adalah diwujudkannya perbuatan yang dikehendakinya secara bebas.
Moralitas perbuatan ada dalam kehendak. Perbuatan itu menjadi objek perhatian kehendak, artinya
memang dikehendaki oleh pelakunya. Sebagai contoh, ialah kasus dalam pembunuhan keluarga
yang dikemukakan diatas:
-
perbuatan yang dikehendaki dengan bebas (tanpa paksaan) adalah membunuh.
diwujudkannya perbuatan tersebut terlihat pada akibatnya yang diinginkan pelaku, yaitu
matinya pemilik harta (pewaris)
moralitas perbuatan adalah kehendak bebas melakukan perbuatan jahat dan salah.
Lingkungan perbuatan adalah segala sesuatu yang secara aksidental mengelilingi atau mewarnai
perbuatan. Termasuk dalam pengertian lingkungan perbuatan adalah:
-
manusia yang terlihat
kualiitas dan kuantitas perbuatan
cara, waktu, tempat dilakukannya perbuatan
frekuensi perbuatan
Hal-hal ini dapat diperhitungkan sebelumnya atau dapat dikehendaki ada pada perbuatan
yang dilakukan secara sadar. Lingkungan ini menentukan kadar moralitas perbuatan yaitu baik atau
jahat, benar atau salah.
Moralitas sebagai norma
Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, moralitas adalah kualitas perbuatan manusiawi,
sehingga perbuatan dikatakan baik atau buruk, benar atau salah. Penentuan baik atau buruk, benar
atau salah tentunya berdasarkan norma sebagai ukuran. Sumaryono (1995) mengklasifikasikan
moralitas menjadi dua golongan, yaitu:
1.
Moralitas objektif
Moralitas objektif adalah moralitas yang terlihat pada perbuatan sebagaimana adanya,
terlepas dari bentuk modifikasi kehendak bebas pelakunya. Moralitas ini dinyatakan dari semua
kondisi subjektif khusus pelakunya. Misalnya, kondisi emosional yang mungkinmenyebabkan
pelakunya lepas control. Apakah perbuatan itu memang dikehendaki atau tidak. Moralitas objektif
sebagai norma berhubungan dengan semua perbuatan yang hakekatnya baik atau jahat, benar atau
salah. Misalnya:
-
menolong sesama manusia adalah perbuatan baik
mencuri, memperkosa, membunuh adalah perbuatan jahat
8
Tetapi pada situasi khusus, mencuri atau membunuh adalah perbuatan yang dapat dibenarkan jika
untuk mempertahankan hidup atau membela diri. Jadi moralitasnya terletak pada upaya untuk
mempertahankan hidup atau membela diri (hak untuk hidup adalah hak asasi).
2.
Moralitas subjektif
Moralitas subjektif adalah moralitas yang melihat perbuatan dipengaruhi oleh pengetahuah
dan perhatian pelakunya, latar belakang, stabilitas emosional, dan perlakuan personal lainnya.
Moralitas ini mempertanyakan apakah perbuatan itu sesuai atau tidak denga suara hati nurani
pelakunya. Moralitas subjektif sebagai norma berhubungan dengan semua perbuatan yang diwarnai
niat pelakunya, niat baik atau niat buruk. Dalam musibah kebakaran misalnya, banyak orang
membantu menyelamatkan harta benda korban, ini adalah niat baik. Tetapi jika tujuan akhirnya
adalah mencuri harta benda karena tak ada yang melihat, maka perbuatan tersebut adalah jahat.
Jadi, moralitasnya terletak pada niat pelaku.
Moralitas dapat juga instrinsik atau ekstrinsik. Moralitas instrinsik menentukn perbuatan itu benar
atau salah berdasarkan hakekatnya, terlepas dari pengaruh hokum positif. Artinya, penentuan benar
atau salah perbuatan tidak tergantung pada perintah atau larangan hokum positif. Misalnya:
-
gotong royong membersihkan lingkungan tempat tinggal
jangan menyusahkan orang lain
berikanlah yang terbaik
Walupun Undang-undang tidak mengatur perbuatan-perbuatan tersebut secara instrinsik menurut
hakekatnya adalah baik dan benar.
Moralitas ekstrinsik menentukan perbuatan itu benar atau salah sesuai dengan sifatnya sebagai
perintah atau larangan dalam bentuk hokum positif. Misalnya:
-
larangan menggugurkan kandungan
wajib melaporkan mufakat jahat
Perbuatan-perbuatan itu diatur oleh Undang-undang (KUHP). Jika ada yang menggugurkan
kandungan atau ada mufakat jahat berarti itu perbuatan salah.
Pada zaman modern muali muncul perbuatan yang berkenaan dengan moralitas, yang tadinya
dilarang sekarang malah dibenarkan. Contohnya:
-
Euthanasia untuk menghindarkan penderitaan berkepanjangan.
Aborsi untuk menyelamatkan ibu yang hamil.
Menyewa rahim wanita lain untuk membesarkan janin bayi tabung.
Persoalan moralitas hanya relevan apabila dikaitkan dengan manusia seutuhnya. Menurut
Driyarkara (1969), manusia seutuhnya adalah manusia yang memiliki nilai pribadi, kesadaran diri dan
dapat menentukan dirinya dilihat dari setiap aspek kemanusiaan. Tidak semau perbuatan manusia
dapat dikategorikan dalam perbuatan moral. Perbuatan itu bernilai moral apabila didalamnya
terkandung kesadaran dan kebebasan kehendak pelakunya. Kesadaran adalah suara hati dan
kebebasan kehendak berdasarkan kesadaran.
D. Nilai
Pengertian nilai dapat dilihat dari beberapa pendapat ahli, yang tertera berikut ini :
Frankel mendefenisikan nilai sebagai an idea – a concept – about what someone thinks is
important in life. Pengertian ini mengemukakan bahwa nilai adalah suatu gagasan atau
konsep tentang segala sesuatu yang diyakini seseorang penting dalam kehidupan ini.
b. Milton Rokeach :A Value is an enduring belief that a specific mode of conduct or end-state of
existence is personally or socially preferable to an opposite or converse mode of conduct or
end-state of exixtence.
c. Berdasarkan pengertian ini, nilai adalah suatu keyakinan yang abadi yang menjadi rujukan
bagi cara bertingkah laku atau tujuan akhir eksistensi yang merupakan preferensi tentang
a.
9
d.
e.
konsepsi yang lebih baik atau konsepsi tentang segala sesuatu yang secara personal dan
sosial dipandang lebih baik.
Sjarkawi : Nilai atau value (bahasa Inggris) atau Valere (bahasa Latin) berarti berguna,
mampu akan, berdaya, berlaku, dan kuat. Nilai adalah kualitas suatu hal yang menjadikan hal
itu dapat disukai, diinginkan, berguna, dihargai, dan dapat menjadi objek kepentingan.
Hodgkinson (1978 dan 1983) menyediakan sebuah kerangka yang berguna yang dengannya
nilai dapat dianalisis dan ditafsirkan. Ia mendefenisikan nilai sebagai konsep tentang apa
yang diinginkan dan dengan kekuatan motivasi, dan sebagai penentu penggerak penentu
tingkah laku.
Dengan pengetian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa nilai adalah suatu konsep atau sebuah
keyakinan yang abadi dan dianggap sangat penting dalam kehidupan seseorang, yang dengan
konsep itu seseorang dipandang baik secara personal dan sosial, bahkan merupakan kekuatan
dalam melahirkan motivasi untuk menentukan tingkah laku seseorang.
Lebih luas lagi, Zaim Elmubarok dalam bukunya Membumi-kan Pendidikan Nilai, mengatakan
bahwa nilai-nilai dapat menjadi milik bersama dalam satu masyarakat. Ia menguraikan jika suatu
masyarakat telah mempunyai nilai yang sama tentang yang berguna dan tidak berguna, tentang yang
cantik dan tidak cantik, tentang yang baik dan buruk, maka masyarakat yang seperti itu seolah-olah
telah direkat oleh suatu norma yang sama, sehingga anggota masyarakat itu akan mempunyai rasa
solidaritas yang tinggi.
Nilai adalah alat yang menunjukkan alasan dasar bahwa “cara pelaksanaan atau keadaan
akhir tertentu lebih disukai secara sosial dibandingkan cara pelaksanaan atau keadaan akhir yang
berlawanan. Nilai memuat elemen pertimbangan yang membawa ide-ide seorang individu mengenai
hal-hal yang benar, baik, atau diinginkan.
Lebih lanjut Schwartz (1994) juga menjelaskan bahwa nilai adalah (1) suatu keyakinan, (2)
berkaitan dengan cara bertingkah laku atau tujuan akhir tertentu, (3) melampaui situasi spesifik, (4)
mengarahkan seleksi atau evaluasi terhadap tingkah laku, individu, dan kejadian-kejadian, serta (5)
tersusun berdasarkan derajat kepentingannya.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, terlihat kesamaan pemahaman tentang nilai, yaitu
(1) suatu keyakinan, (2) berhubungan dengan cara bertingkah laku dan tujuan akhir tertentu.
Jadi dapat disimpulkan bahwa nilai adalah suatu keyakinan mengenai cara bertingkah laku dan
tujuan akhir yang diinginkan individu, dan digunakan sebagai prinsip atau standar dalam hidupnya.
Sebagaimana terbentuknya, nilai juga mempunyai karakteristik tertentu untuk berubah.
Karena nilai diperoleh dengan cara terpisah, yaitu dihasilkan oleh pengalaman budaya, masyarakat
dan pribadi yang tertuang dalam struktur psikologis individu (Danandjaja, 1985), maka nilai menjadi
tahan lama dan stabil (Rokeach, 1973). Jadi nilai memiliki kecenderungan untuk menetap, walaupun
masih mungkin berubah oleh hal-hal tertentu. Salah satunya adalah bila terjadi perubahan sistem nilai
budaya di mana individu tersebut menetap (Danandjaja, 1985).
10
II. NILAI-NILAI KEMENTERIAN KEUANGAN
Kementerian Keuangan mengembangkan nilai-nilai Kementerian Keuangan dari hasil
peleburan dan kontemplasi nilai-nilai yang sebelumnya telah diterapkan secara berbeda pada
masing-masing eselon satu. Peleburan ini penting untuk membangun kembali kesinergian seluruh
jajaran kementerian keuangan serta untuk menunjukkan kepada masyarakat secara lebih jelas
perubahan yang diwujudkan oleh Kementerian Keuangan secara keseluruhan.
Penerapan nilai-nilai keutamaan Kementerian Keuangan ini menunjukkan bahwa
Kementerian Keuangan memberikan warna spesifik bagi PNS di lingkungan Kementerian Keuangan
tidak sama dengan PNS lainnya terutama dalam hal karakter dan budaya kerja. Penerapan nilai-nilai
ini juga merupakan bagian dari langkah Kementerian Keuangan sebagai penggerak reformasi
birokrasi di Indonesia agar nantinya penerapan nilai-nilai organisasi juga diterapkan dalam level
birokrasi lainnya.
Nilai-nilai Kementerian Keuangan Meliputi 5 Nilai dan 10 Perilaku Utama yang
diinternalisasikan dalam setiap pegawainya. Nilai-nilai tersebut meliputi:
1. Integritas
Berpikir, berkata, berperilaku dan bertindak dengan baik dan benar serta memegang teguh kode
etik dan prinsip-prinsip moral.
2. Profesional
Bekerja tuntas dan akurat atas dasar kompetensi terbaik dengan penuh tanggung jawab dan
komitmen yang tinggi.
3. Sinergi
Membangun dan memastikan hubungan kerjasama internal yang produktif serta kemitraan yang
harmonis dengan para pemangku.
4. Pelayanan
Memberikan layanan yang memenuhi kepuasan pemangku kepentingan yang dilakukan dengan
sepenuh hati, transparan, cepat, akurat, dan aman.
5. Kesempurnaan
Senantiasa melakukan upaya perbaikan di segala bidang untuk menjadi dan memberikan yang
terbaik.
Nilai-nilai Kementerian Keuangan ini diwujudkan dalam 10 perilaku utama yang meliputi:
Integritas:
1. Bersikap tulus, jujur, dan dapat dipercaya.
2. Menjaga martabat dan tidak melakukan hal-hal tercela.
11
Profesional:
3. Mempunyai keahlian dan pengetahuan yang luas.
4. Bekerja dengan hati.
Sinergi:
5. Memiliki sangka baik, saling percaya dan menghormati.
6. Menemukan dan melaksanakan solusi terbaik.
Pelayanan:
7. Melayani dengan berorientasi pada kepuasan pemangku kepentingan.
8. Bersikap proaktif dan cepat tanggap.
Kesempurnaan:
9. Melakukan perbaikan terus menerus.
10. Mengembangkan inovasi dan kreativitas.
Selanjutnya untuk masing-masing prilaku utama harus direalisasikan dalam bentuk prilaku sebagai
berikut:
1.
Bersikap tulus, jujur, dan dapat dipercaya.
a. Berpikir, berbicara dan berbuat kebenaran meskipun tidak popular.
b. Berani mengemukakan hal yang sebenarnya berdasarkan fakta.
c. Bertindak sesuai dengan aturan meskipun tidak sesuai.
d. Memegang teguh sumpah jabatan.
e. Menjaga kerahasiaan data atau informasi sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
f. Konsisten antara perkataan dan perbuatan yang selaras dengan prinsip-prinsip moral dank
ode etik.
2.
Menjaga martabat dan tidak melakukan hal-hal tercela.
a. Tidak menjanjikan dan menerima pemberian dalam bentuk apapun.
b. Obyektif dan transparan dalam setiap tindakan dan pengambilan keputusan.
c. Tidak melakukan pertemuan informal dengan pihak yang patut diduga mempunyai
kepentingan.
d. Senantiasa menjunjung tinggi peraturan Negara/pemerintah dan norma-norma yang berlaku
dalam masyarakat serta kode etik dan profesi.
e. Tidak kompromistis/mengkondisikan keadaan untuk memperoleh keuntungan.
3.
Mempunyai keahlian dan pengetahuan yang luas.
a. Senantiasa meningkatkan kompetensi diri
b. Bekerja sesuai kewenangan jabatannya.
c. Menyelesaikan pekerjaan dengan efektif dan efisien sesuai dengan target yang ditetapkan.
d. Menunjukan inisiatif untuk menyebar-luaskan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki.
e. Senantiasa berupaya mengidentifikasi risiko yang petensial muncul dan menjalankan
langkah mitigasinya.
4.
Bekerja dengan hati.
a. Bekerja dengan komitmen tinggi, penuh tanggung jawab, cepat, tepat dan akurat.
b. Senantiasa menunjukkan antusiasme dan semangat kerja yang tinggi.
c. Bekerja tuntas dengan hasil kulitas terbaik.
d. Bekerja berorientasi pada outcome bukan hanya out put.
5.
Memiliki sangka baik, saling percaya dan menghormati.
a. Berpikir dan bertindak positif.
b. Menghargai dan menerima masukan, pendapat dan gagasan dari orang lain.
c. Menjaga kebersamaan dan kesetaraan.
12
d. Menunjukkan komitmen terhadap keputusan bersama dan implementasinya.
e. Senantiasa berorientasi pada kepentingan organisasi.
6.
Menemukan dan melaksanakan solusi terbaik.
a. Mengidentifikasi permasalahan dengan jelas dan memberikan solusi terbaik.
b. Mengutamakan koordinasi serta menjalin dan memelihara kerja sama.
c. Proaktif untuk menemukan solusi melalui diskusi dan koordinasi dengan seluruh
stakeholders.
d. Senantiasa memberikan kontribusi terbaik dalam menyelesaikan masalah.
e. Saling berbagi informasi dan data sesuai kewenangan.
7.
Melayani dengan berorientasi pada kepuasan pemangku kepentingan.
a. Menunjukkan kepedulian, ramah dan santun dalam memberikan pelayanan.
b. Bertindak adil dalam memberikan pelayanan
c. Tidak membedakan kualitas layanan yang diberikan.
d. Mengarahkan kepada pihak yang lebih yang lebih kompeten bila diri sendiri tidak memahami
permasalahan.
e. Mengevaluasi kualitas layanan yang diberikan dari waktu ke waktu.
8.
Bersikap proaktif dan cepat tanggap.
a. Senantiasa memberikan layanan yang tepat waktu, cepat dan transparan.
b. Mempunyai inisiatif menggali kebutuhan layanan.
c. Cekatan dalam menyelesaikan permasalahan.
d. Proaktif meningkatkan kualitas layanan.
9.
Melakukan perbaikan terus menerus.
a. Terbuka terhadap usulan perbaikan.
b. Mereview atau mengevaluasi hasil kerja dan mengajukan usulan perbaikannya.
c. Menunjukkan inisiatif untuk mengidentifikasi peluang perbaikan yang dapat memberikan nilai
tambah.
d. Terbuka terhadap informasi atau pengetahuan baru/up to date.
e. Tidak cepat puas diri
f. Senantiasa berupaya meningkatkan efektifitas dan efisiensi kerja.
10. Mengembangkan inovasi dan kreativitas.
a. Selalu mengembangkan terobosan-terobosan baru untuk menghasilkan kinerja yang lebih
baik.
b. Berani mengemukakan gagasan/pendapat positif dan bernilai tambah demi kemajuan
organisasi.
c. Senantiasa mendorong partisipasi aktif untuk memberikan usulan perbaikan.
d. Senantiasa mengapresiasi kreatifitas.
13
III.
KODE ETIK DAN PERILAKU PEGAWAI DJBC
I. Prinsip Dasar
Setiap pegawai negeri wajib setia dan taat kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945,
Negara dan Pemerintah, serta wajib menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dan Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
II. Tanggung Jawab Pribadi
Semua pegawai Direktorat Jenderal Bea dan Cukal (DJBC), yang selanjutnya disebut
pegawai, wajib :
Mengangkat dan mentaati sumpah/ janji pegawai negeri sipil dan sumpah/ janji jabatan
berdasarkan peraturan perundang-undengan yang berlaku;
a. Saling menghormati antara sesama warga negara yang berbeda agama / kepercayaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa;
b. Melaksanakan tugas kedinasan dengan sebaik-baiknya dan dengan penuh pengabdian,
kesadaran dan tanggung jawab;
c.
Menghindari diri untuk melakukan hal-hal yang dapat menurunkan kehormatan atau martabat
negara, pemerintah atau pegawai negeri sipil;
d. Bekerja dengan jujur, tertib, cermat dan bersemangat untuk kepentingan negara;
e. Menqhindari memasuki tempat-tempat yang dapat mencemarkan kehormatan atau martabat
pegawai negeri sipil, kecuali untuk kepentingan jabatan;
f.
Menghindari diri untuk menghalangi berjalannya tugas kedinasan;
g. Mentaati perintah kedinasan dari atasan yang berwenang;
h. Membimbing bawahan dalam melaksanakan tugasnya;
i.
Mendorong bawahan untuk meningkatkan prestasi kerjanya;
j.
Menjadi dan memberikan contoh serta teladan yang baik terhadap bawahannya;
k.
Memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengembangkan kariernya;
l.
Memperhatikan dan menyelesaikan dengan sebaik-baiknya setiap laporan yang diterima
mengenai pelanggaran disiplin;
m. Menjadi teladan sebagai warga negara yang baik dalam masyarakat;
n. Menjalankan pola hidup sederhana di dalam kehidupan bermasyarakat;
o. Selalu berusaha meningkatkan kemampuan, pengetahuan dan profesionalisme dalam
melaksanakan tugas;
p. Mentaati ketentuan jam kerja;
q. Berpakaian rapi dan sopan serta bersikap dan bertingkah laku sopan santun terhadap
sesama pegawai negeri sipil dan atasan;
r.
Memelihara dan meningkatkan keutuhan, kekompakan, persatuan dan kesatuan korps
pegawai negeri sipil.
14
III. Ketaatan Pada Undang-Undang
Semua pegawai harus tunduk dan patuh pada undang-undang dan ketentuan formal yang
berlaku. Hal ini berarti bahwa pelanggaran yang dilakukan oleh pegawai, yang berkaitan dengan
peraturan perundang-undangan yang ditegakan oleh Bea dan Cukai, atau peraturan perundangundangan dimana Bea dan Cukai mempunyal kepentingan di dalamnya dapat dianggap sebagai
pelanggaran yang serius / parah yang dapat mencemarkan nama baik institusi DJBC. Oleh sebab itu
pegawai wajib :
a. Mentaati segala peraturan perundang-undangan dan peraturan kedinasan yang berlaku;
b. Memperhatikan dan melaksanakan segala ketentuan pemerintah baik yang langsung
menyangkut tugas kedinasannya maupun yang berlaku secara umum;
c.
Mentaati ketentuan peraturan perundang-undangan tentang perpajakan.
IV. Hubungan Dengan Masyarakat
4.1 Tanggung Jawab Pada Masyarakat
Dalam melaksanakan tugasnya setiap pegawai wajib memberikan pelayanan yang terbaik
kepada masyarakat sebagai wujud kesadaran akan kedudukannya sebagai pelayan masyarakat, oleh
sebab itu setiap pegawai wajib :
a. Memberikan pelayanan dengan sebaik-baiknya kepada masyarakat menurut bidang tugasnya
masing-masing;
b. Menghindari untuk melakukan suatu tindakan yang dapat berakibat menghalangi atau
mempersulit salah satu pihak yang dilayaninya sehingga mengakibatkan kerugian bagi pihak
yang dilayani dan / atau pihak lainnya;
c.
Berpakaian rapi dan sopan serta bersikap dan bertingkah laku sopan santun terhadap
masyarakat namun tegas, responsif, transparan dan profesional sesuai ketentuan yang
berlaku.
4.2. Keberatan Dan Kritik Masyarakat
Setiap pegawai harus sadar sepenuhnya tentang perlunya membangun citra yang positif
tentang kinerja, perilaku dan integritas pegawai. Dalam melayani masyarakat seringkali tidak
terhindarkan adanya masukan dalam bentuk kritik, protes, keluhan dan keberatan yang berasal dari
masyarakat, rekan sekerja maupun pihak terkait lainnya terhadap kinerja dan perilaku pegawai.
Menghadapi hal demikian, pegawal wajib untuk bersikap :
a. Membuka diri, menunjukan sikap simpatik dan bersedia menampung berbagai bentuk kritik,
protes, keluhan dan keberatan tersebut;
b. Menyelidiki duduk masalah dan kemudian menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan
masalah tersebut;
c.
Menyelesaikan masalah secara cepat dan obyektif serta mengacu kepada ketentuan yang
berlaku;
d. Menyelenggarakan upaya pencegahan agar masalah yang serupa tidak terulang dikemudian
hari.
15
4.3. Kegiatan Politik
Pegawai negeri berkedudukan sebagai unsur aparatur negara yang bertugas untuk
memberikan pelayanan kepada masyarakat secara profesional, jujur, adil dan merata dalam
penyelenggaraan tugas negara, pemerintahan dan pembangunan. Dalam kedudukan dan tugas
sebagaimana tersebut di atas, maka pegawai wajib :
a. Bersikap netral dari pengaruh semua golongan dan partai politik serta tidak diskriminatif
dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat;
b. Menghindari diri menjadi anggota dan / atau pengurus partai politik.
4.4. Pemberian Berupa Hadiah Atau Imbalan bagi Pegawai
Dalam melaksanakan tugasnya seringkali pegawai berhubungan dengan organisasi,
pengguna jasa atau anggota masyarakat yang mengharapkan adanya penyimpangan prosedur dari
ketentuan yang berlaku, dengan menjanjikan hadiah atau imbalan untuk pegawai tersebut. Dalam hal
ini pegawai wajib untuk:
a. Menolak melakukan penyimpangan prosedur don menolak pemberian hadiah atau imbalan
dalam bentuk apapun dari pihak manapun yang diketahui atau patut diduga bahwa
pemberian itu bersangkutan atau mungkin bersangkutan dengan jabatan atau pekerjaan
pegawai negeri sipil yang bersangkutan;
b. Menghindari untuk bertindak selaku perantara bagi sesuatu pengusaha atau golongan untuk
mendapatkan pekerjaan atau pesanan dari kantor / instansi pernerintah.
4.5. Konflik Kepentingan
Konflik kepentingan dapat timbul dari pegawai yang berurusan dengan, atau dari pegawai
yang keputusannya dibuat untuk, orang-orang yang memiliki kepentingan pribadi. Oleh sebab itu
pegawai wajib :
a. Mengutamakan kepentingan negara di atas kepentingan golongan atau diri sendiri, serta
menghindarkan segala sesuatu yang dapat mendesak kepentingan negara oleh kepentingan
golongan, diri sendiri atau pihak lain;
b. Menghindari melakukan kegiatan bersama dengan atasan, teman sejawat, bawahan atau
orang lain di dalam maupun di luar lingkungan kerjanya dengan tujuan untuk keuntungan
pribadi, golongan atau pihak lain yang secara langsung atau tidak langsung merugikan
negara;
c.
Menghindari melakukan pungutan tidak sah dalam bentuk apapun juga dalam melaksanakan
tugasnya untuk kepentingan pribadi, golongan atau pihak lain;
d. Menghindari kepemilikan saham / modal dalam perusahaan yang kegiatan usahanya berada
dalam ruang lingkup kekuasaannya;
e. Menghindari kepemilikan saham suatu perusahaan yang kegiatan usahanya tidak berada
dalam ruang lingkup kekuasaannya yang jumlah dan sifat pemilikan itu sedemikian rupa
sehingga melalui pemilikan saham tersebut dapat langsung atau tidak langsung menentukan
penyelenggaraan atau jalannya perusahaan;
f.
Menghindari melakukan kegiatan usaha dagang baik secara resmi, maupun sambilan
menjadi direksi, pimpinan atau komisaris perusahaan swasta bagi yang berpangkat Pembina
golongan ruang IV/a ke atas atau yang memangku jabatan eselon I.
16
V. Kerahasiaan Dan Penggunaan Informasi Resmi
Seringkali karena kedudukan dan / atau jabatannya seorang pagawai memperolah, mengolah
dan menyimpan informasi resmi negara yang sifatnya rahasia. Oleh sebab itu maka pegawai wajib:
a. Menyimpan rahasia negara dan atau rahasia jabatan dengan sebaik-baiknya dan
menghindari pemanfaatan rahasia negara yang diketahui karena kedudukan dan / atau
jabatan untuk kepentingan pribadi, golongan atau pihak lain;
b. Menghindari diri menjadi pegawai atau bekerja untuk negara asing tanpa ijin pemerintah;
c.
Segera melaporkan kepada atasannya, apabila mengetahui adanya tindakan permbocoran
rahasia dan informasi resmi yang dapat membahayakan atau merugikan negara / pemerintah
terutama di bidang keamanan, keuangan dan materil.
VI. Penggunaan Barang dan Jasa Dinas
Barang dan jasa dinas adalah aset institusi untuk mendukung pelaksanaan tugas penegakan
hukum. Kecuali jika diberi wewenang secara khusus, penggunaan sumber daya atau jasa dinas untuk
kepentingan atau keuntungan pribadi sangat dilarang, Oleh sebab itu setiap pegawai wajib:
a. Menggunakan dan memelihara barang-barang milik negara dengan sebaik-baiknya;
b. Menghindari penyalahgunaan barang-barang, uang atau surat-surat berharga milik negara;
c.
Menghindari untuk memiliki, menjual, membeli, menggadaikan, menyewakan atau
meminjamkan barang-barang, dokumen atau surat-surat berharga milik negara secara tidak
sah.
VII. Lingkungan Kerja
Suasana tempat kerja yang sehat, aman dan bebas dari diskriminasi dan gangguan akan
dapat meningkatkan gairah bekerja sehingga tujuan individu dan organisasi akan lebih cepat tercapai.
Oleh sebab itu pegawai wajib :
a. Menciptakan dan memelihara suasana kerja yang baik;
b. Bertindak dan bersikap tegas, tetapi adil dan bijaksana terhadap bawahannya;
c.
Menghindari diri untuk tidak melakukan tindakan yang bersifat negatif dengan maksud
membalas dendam terhadap bawahannya atau orang lain di dalam maupun di luar
lingkungan kerjanya;
d. Mengetahui, memahami dan melaksanakan ketentuan tentang standar berpakaian seragam
dinas yang berlaku;
e. Menghindari diri dari penyalahgunaan alkohol dan narkoba;
f.
Menghindari diri dari pernyalahgunaan senjata api dan barang-barang berbahaya lainnya.
VIII. Korupsi, Kolusi dan Nepotisme
Setiap pegawai harus menyadari dan mentaati dengan sungquh-sunqguh mengenai semua
ketentuan mengenai tindak pidana korupsi sebagaimana disebutkan dalam Undang-undang Nomor
31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Segala bentuk tindakan korupsi
17
sebagaimana disebutkan dalam undang-undang tersebut akan dikenakan sanksi pidana dengan
maksimal hukuman yang dapat berupa pidana mati.
Bagi pegawai yang menjadi penyelenggara negara yang meliputi jabatan-jabatan
sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 2 Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999 Tentang
Penyelenggara Negara Yang Bersih Dan Bebas Dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme harus menyadari
dan mentaati dengan sungguh-sungguh mengenai kewajibannya sebagaimana disebutkan dalam
pasal 5 undang-undang tersebut, yaitu;
a. Mengucapkan sumpah atau janji sesuai dengan agamanya sebelum memangku jabatannya;
b. Bersedia diperiksa kekayaannya sebelum, selama dan setelah menjabat;
c.
Melaporkan dan mengumumkan kekayaannya sebelum dan setelah menjabat;
d. Tidak melakukan perbuatan korupsi, kolusi dan nepotisme;
e. Melaksanakan tugas tanpa membeda-bedakan suku, agama, ras dan golongan;
f.
Melaksanakan tugas dengan penuh rasa tanggung jawab dan tidak melakukan perbuatan
tercela, tanpa pamrih baik untuk kepentingan pribadi, keluarga, kroni, maupun kelompok, dan
tidak mengharapkan imbalan dalam bentuk apapun yang bertentangan dengan katentuan
perundang-undangan yang berlaku; dan
g. Bersedia menjadi saksi dalam perkara korupsi, kolusi dan nepotisme serta dalam perkara
lainnya sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang beriaku.
Adapun setiap bentuk pelanggaran terhadap ketentuan pasal tersebut diatas akan dikenakan
sanksi sebagaimana tercantum di dalam Pasal 20, 21 dan 22 Undang-undang Nomor 26 Tahun 1999
Tentang Penyelenggara Negara Yang Bersih dan Bebas Dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme
18
DAFTAR PUSTAKA
Karyana , Adang, 2014. Etika Kerja Pegawai DJBC, Jakarta: Pusat Pendidikan dan Pelatihan Bea
dan Cukai.
Bertens, K.2004.Etika . Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama
Sjarkawi.2006.Pembentukan Kepribadian Anak . Jakarta: Bumi Aksara
Rasyidin, Al. 2011. Demokrasi Pendidikan Islam. Bandung: Cita Pustaka Media Perintis
http://blog.uin-malang.ac.id/fulllove/2010/10/09/7/
Sumber : http://www.scribd.com/doc/8365104/PENGERTIAN-ETIKA
Sumber
:
http://organisasi.org/pengertian-macam-jenis-norma-agama-kesusilaankesopanan-kebiasaan-hukum
Sumber
:
http://a62747.wordpress.com/2009/11/21/pengertian-sopan-santun-menurutpribadi
asas dan nilai yang berkenaan dengan baik dan buruk.
Sumber
:
http://nurulfikri.sch.id/index.php/isi-situs/artikel/pendidikan/392-perbedaanpengertian-etika-moral-dan-etiket.html
Sumber : http://cookeyzone.blogspot.com/2009/04/pengertian-profesi-dan-pekerjaan.html
Sumber : http://ranisakura.wordpress.com/2010/06/01/pengertian-profesi/
Sumber : http://cookeyzone.blogspot.com/2009/04/pengertian-profesi-dan-pekerjaan.html
Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Pekerjaan
Sumber : http://cookeyzone.blogspot.com/2009/04/pengertian-profesi-dan-pekerjaan.html
Sumber : http://cookeyzone.blogspot.com/2009/04/pengertian-profesi-dan-pekerjaan.html
Sumber
:
http://news.okezone.com/read/2011/04/28/339/451110/usut-kasus-gayustambunan-dengan-pukat-harimau
Sumber : http://farizoloy.blogspot.com/2010/10/pengertian-etika-profesi.html
19
Download