MODUL PERKULIAHAN Corporate Brand & Communication Plan Employee Relations & Communication Plan for Organization Reputation Fakultas Program Studi Ilmu Komunikasi Public Relations Tatap Muka 02 Kode MK Disusun Oleh 420300 Fitrie Handayani ST., MSi Abstract Kompetensi Kemajuan perusahaan sangat bergantung pada sikap dan produkivitas karyawan. Kepuasan dan kenyamanan kerja karyawan dapat mempengaruhi reputasi perusahaan. Komunikasi yang baik antara perusahaan dan karyawan akan membentuk kenyamanan dan kepuasan kerja karyawan. Mhs mampu mengaplkasikan communication plan untuk Employee Relations dalam mencapai reputasi positif Pembahasan Karyawan adalah Stakeholder Persaingan dunia bisnis yang semakin ketat menuntut setiap perusahaan untuk memiliki keunggulan-keunggulan kompetitif, respons yang cepat dan fleksibel dan reputasi yang baik untuk dapat bertahan dan bersaing. Karyawan merupakan salah satu anggota organisasi yang dapat menentukan keberhasilan sebuah organisasi dalam mencapai tujuan-tujuannya. Tanpa adanya dukungan yang baik dari para karyawan maka organisasi akan sulit dalam mencapai tujuan-tujuannya. Karyawan dapat berkerja dengan baik apabila di dalam organisasinya terdapat bentuk hubungan dan komunikasi yang baik antara perusahaan yang diwakili oleh pihak manajemen dan para karyawan sebagai bawahannya. Davis dan Eisele (2007:47) menekankan strategi eksternal yang baik tidak akan berarti apa – apa tanpa melibatkan karyawan sebagai publik internal. yang tinggal, bernafas, dan bertugas bersama menyampaikan strategi – strategi tersebut dalam aktivitas bisnis perusahaan kepada para stakeholder khususnya konsumen. Karyawan dalam perusahaan merupakan kelompok yang heterogen karena mencakup para pekerja, manajemen, dan dewan direksi yang menampilkan fungsi dan peran berbeda dalam organisasi, seperti bagian produksi, bagian pemasaran, bagian personalia, dan lain sebagainya. Makin besar ruang lingkup dan cakupan organisasi makin heterogen pula kelompok karyawan dalam sebuah organisasi. Karyawan zaman sekarang berbeda dalam hal nilai – nilai dan kebutuhan – kebutuhan dibandingkan dengan karyawan pada beberapa dekade sebelumnya. Karyawan saat ini memiliki latar belakang pendidikan yang lebih tinggi, memiliki harapan yang tinggi dalam karir dibandingkan dengan generasi pendahulunya, dan memiliki keinginan yang banyak untuk memahami perusahaan tempat kerja. Robert Barner dalam Guth dan Marsh (2003: 102 – 104) mengidentifikasi lima perubahan terkait stakeholder karyawan, antara lain: 1. Tenaga kerja yang didistribusikan, Ada kecenderungan karyawan saat ini tersebar, sebagian bekerja di rumah dan berkomunikasi dengan tempat kerjanya melalui e-mail dan alat – alat elektronik 2014 2 Nama Mata Kuliah dari Modul Dosen Penyusun Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id lainnya sebagai salah satu media interaksi, sementara yang lainnya bekerja di beberapa tempat tersebar di beberapa negara dimana organisasi melakukan ekspansinya secara internasional. 2. Meningkatnya pekerja musiman Penggunaan tenaga kerja kontrak mulai dari sekretaris, staf finansial, staf keamanan, staf pemasaran, dan sebagainya memberikan hambatan tersendiri bagi perusahaan dalam membagun hubungan produktif dengan tenaga kerja yang berkategori sementara seperti itu. 3. Pertumbuhan manajer informasi. Dulu, para pekerja tugasnya membuat dan menciptakan produk. Saat ini, mayoritas para karyawan yang bekerja pada beberapa perusahaan atau organisasi tugasnya mengelola informasi, yang membutuhkan teknologi sangat tinggi untuk melakukan itu. 4. Tumbuhnya perbedaan. Perusahaan – perusahaan yang melakukan ekspansinya ke beberapa negara menghadapi tantangan kultural bagi para karyawannya. 5. Era baby boomers Banyaknya pekerja yang lahir setelah PDII -yang dikenal dengan era baby boomers yang kini telah mendekati usia pensiun tapi memilih pensiun dini, mendorong perusahaan mencari strategi – strategi baru untuk memotivasi dan memberikan pelatihan kepada tenaga kerja usia lanjut yang tingkat produktivitasnya makin menurun. Menghadapi beberapa fenomena perubahan tersebut, penting bagi seorang praktisi public relations mengetahui karakteristik karyawan secara individu yang akan menjadi komunikator sekaligus duta merk (brand ambassador) melalui kerjasama dengan bagian sumber daya manusia yang melakukan rekruitmen, pengembangan, penempatan sampai dengan karyawan tersebut berhenti kerja. Salah satu peran yang dilakukan adalah menjembatani komunikasi antara stakeholder karyawan dengan perusahaan. 2014 3 Nama Mata Kuliah dari Modul Dosen Penyusun Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Keterlibatan Karyawan Memandang bahwa karyawan memberikan andil yang sangat penting terhadap kesuksesan dan reputasi perusahaan di mata publik eksternal, Theaker (2004: 165) menyebutkan bahwa hubungan eksternal yang baik berikut kebijakan – kebijakan seharusnya memiliki sebuah pondasi yang solid pada hubungan komunikasi internal yang baik, lingkungan kerja yang terinformasikan menjadi lebih termotivasi untuk bekerja secara produktif, hal ini pula yang akan mendorong kemudahan perijinan pendirian dan operasional perusahaan dalam komunitasnya, tempat di mana sejumlah karyawan membangun atau menyewa tempat tinggalnya. Indikasi lain yang menjadikan pentingnya fokus perhatian perusahaan pada karyawan adalah Hasil penelitian Ernst & Young (1998) yang menemukan bahwa pertimbangan pemegang saham untuk menjual atau membeli saham sebuah perusahaan juga mencakup hal – hal yang bersifat non finansial disamping melihat kinerja finansialnya. Persepsi pemegang saham terhadap kemampuan untuk menarik dan mempertahankan karyawan yang penuh talenta memiliki dampak luas terhadap harga saham di pasaran. Studi Journal of Marketing menyatakan bahwa 68% kerusakan hubungan dengan pelanggan dari sebuah perusahaan disebabkan oleh sikap dan kelalaian karyawannya. Sebaliknya, penelitian lainnya menemukan bahwa 41% pelanggan mengatakan lebih menyukai produk atau layanan jika karyawan memberikan perlakuan yang baik, tentunya dengan tidak mengesampingkan komuniaksi melalui iklan, branding atau bentuk aktivitas promosi lainnya. Pada tahap implementasi hubungan komunikasi internal, karyawan bukan semata sebagai obyek dalam pencapaian tujuan organisasi, tetapi juga menjadi subyek atau pelaku. Mereka dapat menjadi perencana, pelaksana dan pengendali yang selalu berperan aktif dalam mewujudkan tujuan organisasi, serta mempunyai pikiran, perasaan dan keinginan yang dapat mempengaruhi sikapnya terhadap pekerjaan. Dalam interaksi tersebut, karyawan memberikan kontribusi kepada organisasi berupa kemampuan, keahlian dan keterampilan yang dimiliki, sedangkan organisasi diharapkan memfasilitasi kebutuhan karyawan melalui sistem imbalan dan penghargaan secara adil dan transparan sehingga dapat memberikan kepuasan dalam melakukan pekerjaannya. Salah satu komponen penting dalam menciptakan reputasi korporat menurut Fox (2002) di samping prestasi finansial, melakukan tanggung jawab sosial perusahaan secara kontinu (Corporate Social Responsibility), manajemen yang dikelola dengan baik, fokus pada produk yang sesuai kebutuhan dan keinginan konsumen adalah lingkungan/tempat kerja sehat yang di dalamnya terdiri atas para karyawan yang penuh talenta, perlakuan terhadap karyawan 2014 4 Nama Mata Kuliah dari Modul Dosen Penyusun Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id dengan baik mencakup kesejahteraan dan transparansi kebijakan perusahaan terhadap masa depan karyawan yang salah satunya ditentukan oleh iklim komunikasi internal yang sehat. Komunikasi Internal Komunikasi internal bertujuan untuk menyampaikan informasi yang benar dan tepat kepada karyawan dalam organisasi agar dapat meningkatkan prestasi organisasi. Menurut Pincus dalam Baharum et.al (2000: 1), komunikasi ke atas, komunikasi mendatar dan komunikasi ke bawah mempunyai hubungan positif yang kuat dengan kepuasan kerja dan prestasi kerja. Dalam sebuah organisasi, komunikasi ke atas diperlukan pihak atasan supaya dukungan pekerja bawahan dapat membantu mereka dalam membuat keputusan dan rancangan organisasi. Informasi yang benar dan tepat dari pekerja bawahan ini juga dapat membantu pihak atasan menyelesaikan konflik organisasi dan membuat keputusan yang tepat dalam menjalankan tugas organisasi. Komunikasi ke bawah juga diperlukan oleh pekerja bawahan supaya mendapat informasi yang tepat dan jelas tentang tugas untuk melaksanakan tugas organisasi dengan benar. Sementara komunikasi mendatar (horizontal) diperlukan untuk menjalin koordinasi dalam melaksanakan pekerjaan. Kecukupan alur informasi yang diberikan kepada karyawan dapat dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya, pertama, kebijakan sebuah organisasi yang membatasi alur informasi mengingat konsekuensi dan dampaknya pada hubungan antar karyawan atau karyawan dengan manajer atau pada organisasi itu sendiri. Kedua, kebijakan organisasi yang memberikan peran minimal terhadap partisipasi karyawan dalam organisasi. Ketiga, persepsi manajer yang mengkahawatirkan terlalu bebasnya alur informasi akan menyebabkan karyawan semakin kritis dalam menyikapi atau merespon setiap keputusan atau kebijakan yang dikeluarkan oleh organisasi atau manajer Kegiatan Employee Relations Seorang PRO bertanggung jawab dalam membangun dan menjaga komunikasi antara karyawan dan manajemen. Salah satu fungsi manajemen dari praktisi Humas adalah mampu memastikan proses komunikasi organisasi. Bersama-sama dengan SDM, Humas harus merancang sistem komunikasi yang bisa digunakan, berikut media komunikasi apa 2014 5 Nama Mata Kuliah dari Modul Dosen Penyusun Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id yang bisa menyentuh seluruh lapisan manajemen. Dalam beberapa organisasi/perusahaan, Humas menyelenggarakan penerbitan berkala dalam wujud inhouse journal yang memuat informasi mengenai kegiatan-kegiatan manajemen. Belakangan ini, banyak pula organisasi yang menggunakan media online. Penerbitan inhouse magazine seperti itu sangat relevan untuk mendistribusikan pesan-pesan manajemen. Namun demikian, hal yang penting adalah konsistensi penerbitannya. Sebuah media komunikasi yang diterbitkan secara konsisten tentu akan mendukung citra positif organisasi. Selain merancang media komunikasi, hal yang tidak kalah pentingnya juga adalah merancang sistem komunikasi yang melibatkan partisipasi semua pihak dalam manajemen. Pihak Humas harus mampu menawarkan pilihan-pilihan forum komunikasi, yang memungkinkan seluruh anggota manajemen terlibat dan berpartisipasi. Sebagai contoh, memanfaatkan hari ulang tahun perusahaan, hari-hari besar keagamaan merupakan kesempatan yang tepat untuk seluruh manajemen berkumpul dan berkomunikasi. Humas harus mampu menggali dan merencanakan forum dan media komunikasi untuk seluruh anggota perusahaan berkumpul dan menyampaikan gagasannya. Banyak opsi yang dapat dilakukan sebagai kegiatan employee relations. Kegiatan employee relations dalam suatu perusahaan atau organisasi dapat dilaksanakan dalam bentuk: Program Pendidikan dan Pelatihan : Program pendidikan dan pelatihan yang dilaksanakan oleh perusahaan yakni dalam upaya meningkatkan kinerja dan keterampilan (skill) karyawan dan kualitas maupun kuantitas pemberian jasa pelayanan dan sebagainya. Program Motivasi Kerja Berprestasi : Program ini diharapkan dapat mempertemukan antara motivasi dan prestasi serta disiplin karyawan. Harapannya akan tercapai tingkat produktivitas yang tinggi. Program Penghargaan : Dimaksudkan adalah upaya perusahaan untuk memberikan suatu penghargaan kepada para karyawan, baik yang berprestasi kerja maupun cukup lama masa pengabdiannya. Dalam hal ini, penghargaan akan menimbulkan loyalitas terhadap perusahaan. 2014 6 Nama Mata Kuliah dari Modul Dosen Penyusun Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Program Acara Khusus : Merupakan program khusus yang sengaja dirancang di luar bidang pekerjaan sehari-hari, misalnya dengan berpiknik bersama yang dihadiri oleh pimpinan dan semua karyawannya dengan maksud untuk menumbuhkan rasa keakraban diantara sesama karyawan dan pimpinan. Acara ini juga dijadikan ajang pemberian penghargaan bagi karyawan berprestasi. Tujuannya selain memberikan kebanggaan bagi karyawan tersebut, juga bisa menjadi contoh/motivasi bagi karyawan lainnya. Program Media Komunikasi Internal : Membentuk program media komunikasi internal melalui bulletin,news release, dan majalah perusahaan yang berisikan pesan,informasi dan berita yang berkaitan dengan kegiatan antar karyawan atau perusahaan dengan pimpinan. CONTOH KASUS EMPLOYEE RELATIONS PROGRAM PT Unilever Indonesia Tbk. menanamkan investasi yang besar untuk mengubah paradigma perilaku karyawan agar selalu meningkatkan pengetahuan untuk memajukan perusahaan. Karyawan diajak untuk benar-benar memikirkan peningkatan kinerja perusahaan. Di antara perusahaan raksasa di Indonesia, Unilever Indonesia (ULI) bisa menjadi contoh bagaimana menerapkan sistem hubungan industrial yang baik. Di perusahaan ini, dikotomi antara perusahaan dan pekerja nyaris tidak ada lagi. Sebaliknya, perusahaan menempatkan pekerja sebagai mitra untuk samasama memikirkan dan meningkatkan kinerja bisnis. Hasilnya, tidak pernah terdengar demo-demo karyawan di lingkungan perusahaan, termasuk di pabrik-pabrik ULI yang tersebar di Jakarta dan Surabaya. Proses penandatanganan KKB (Kesepakatan Kerja Bersama) - sejak 2004 diubah menjadi PKB (Perjanjian Kerja Bersama) - berjalan relatif mulus, meskipun menurut Corporate Industrial Relations Manager ULI David Tampubolon bukan berarti tidak ada masalah. “Masalah akan selalu ada. Cara kita menyelesaikan masalah, itu yang lebih penting,” tukasnya. Pada awal 2006 ini, ULI segera menandatangani PKB terbaru, yang lajimnya berlaku untk 2 tahun. “Kami segera menyelesaikan perundingan dengan Serikat Pekerja. Mereka baru saja menyelenggarakan Musnik, Musyawarah Unit Kerja,” tambah David akhir bulan lalu. Sejak diterapkan awal 70-an, ULI telah menandatangani 16 KKB. KKB tradisional, dimana Serikat Pekerja (SP) lebih fokus pada pembagian “kue”, berlangsung hingga awal 90-an. Pada periode ini, karyawan selalu 2014 7 Nama Mata Kuliah dari Modul Dosen Penyusun Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id mendesakkan keinginan untuk minta haknya dinaikkan dan sebagainya. Sadar karena hal tersebut tidak sehat, manajemen kemudian menilai hal itu tidak bisa terus-terusan begitu. Tuntutan-tuntutan tersebut perlu diimbangi dengan peningkatan kontribusi karyawan. Paradigmanya diubah, bukan lagi sekedar membagi kue, tetapi bagaimana membesarkan kue sebelum dibagi. Kalau kuenya tetap saja ukurannya, maka setiap keinginan untuk menaikkan bagiannya akan memakan kue yang menjadi hak orang lain. Bilamana kuenya diperbesar terlebih dahulu, hasil yang diperoleh justru akan lebih besar. Mulailah dari setiap KKB muncul berbagai pemikiran. Pemberian bonus prestasi, misalnya. Gagasan ini justru dimunculkan oleh perusahaan tahun 2001 untuk memacu produktivitas perusahaan. Pada waktu itu, mekanisme penentuan bonus belum terbentuk. Bonus ditetapkan melalui appraisal biasa, dan diberikan terlebih dahulu tanpa mengaitkannya dengan pencapaian kinerja yang spesifik. Mekanisme tersebut kemudian terus disempurnakan. Mulai 2005, sistem bonus disusun berdasarkan KPI (Key Performance Indicator) yang bersifat individual - mulai dari level eksekutif puncak hingga level karyawan terbawah. Pada awalnya, membangun pemahaman soal bonus prestasi ini tidaklah mudah. Karyawan berpikir, beban pekerjaan mereka menjadi lebih berat. Karyawan mempertanyakan apa reward-nya. “Kami jawab bahwa ini bagian dari bonus yang telah anda terima. Bonus ‘kan penghasilan tambahan. Masa ingin mendapat tambahan, tidak mau bekerja ekstra,” tutur David yang insinyur itu. Berkat dukungan manajemen, paradigma tersebut pelan-pelan diterima oleh karyawan. Tapi, tetap saja proses penerimaan oleh karyawan berlangsung lama, 3 KKB. Waktu pertama kali disampaikan, karyawan bersikap resisten. Mereka takut beban mereka bertambah. Pada perundingan KKB kedua, berhasil ditumbuhkan kesepahaman untuk perlunya menaikkan kinerja sehingga memunculkan berbagai alternatif pemikiran. Bonus diberikan berdasarkan pencapaian target. Kalau terlampaui, baru dibagi. Pada pertemuan KKB berikutnya, barulah gagasan ini diterima secara penuh. Perubahan paradigma lainnya menyangkut manfaat kesehatan (medical benefit). Selama ini karyawan ingin memiliki manfaat kesehatan yang sangat bagus, tetapi mereka tidak sadar bahwa hal itu sebetulnya tidak bisa dinikmati kalau ia sehat. Paradigmanya, paradigma sakit. Pelan-pelan, manajemen mulai menanamkan pemahaman bahwa biaya sebesar itu menyedot sebagian besar benefit perusahaan. Kenapa dana itu tidak dialokasikan ke yang lain, sehingga benefit tersebut direstrukturisasi. Hal ini perlu dibicarakan secara bijak dengan karyawan, karena jangan sampai karyawan merasa benefit-nya dikurangi. Sebagai gantinya, perusahaan fokus kepada aspek pencegahan penyakit agar menjadi lebih sehat dan bisa menikmati hidup. 2014 8 Nama Mata Kuliah dari Modul Dosen Penyusun Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Kampanye program pencegahan ini, kata David, berlangsung secara sistematis dan dalam waktu yang lama, terutama di pabrik-pabrik. Temanya macammacam… Healthy Day Campaign, Fruit Day Campaign, Salad Day Campaign. Secara perlahan, gaya hidup dan cara berpikir karyawan berubah. Ternyata, dengan lebih banyak makan sayur dan buah serta mengurangi makan nasi, karyawan merasa lebih sehat. Hal itu dibarengi dengan penambahan fasilitas olahraga, seperti tempat fitness/senam dan lapangan olahraga. Fasilitas olahraga itu juga terbuka untuk keluarga mereka. Setelah menyadari hal ini, mereka akhirnya tidak merasa keberatan untuk mengurangi manfaat kesehatan. Benang merah paradigma yang dibangun ULI bertumpu pada pemahaman bahwa bisnis perusahaan adalah bisnis bersama, yang menentukan pula nasib bersama. Itu menjadikan perusahaan menjadi lebih kompak. Mereka sadar, globalisasi, kompetisi, dan cepatnya perubahan adalah musuh bersama, sehingga harus dihadapi secara bersama-sama pula. Untuk menambah pemahaman pekerja terhadap tantangan bisnis dan dinamika perubahan yang begitu cepat, sejak awal 2004 perusahaan mulai mentraining pengurus dan pemuka SP dengan menerapkan konsep terbalik: meminta mereka menjalankan peran (role play) sebagai pengusaha. Kepada mereka diberikan modal dan dukungan usaha lainnya serta diminta menjalankan usaha melalui pelatihan 1 hari. Dari pelatihan ini, pekerja mengerti berbagai kesulitan yang dihadapi perusahaan, termasuk harus tetap bayar gaji saat penjualan turun atau harus melakukan PHK. Mereka pun bersyukur, ULI tidak pernah melakukan pengurangan karyawan. Di sisi lain, manajer juga ditraining dengan menjalankan peran sebagai pekerja. Tujuannya untuk mengerti cara pikir dan kerja karyawan. Misalnya, soal WC yang menghambat kinerja, fasilitas kerja yang kurang, tidak ada rasa aman, dan seterusnya. Setelah selesai mengikuti pelatihan, para manajer itu pun paham bahwa karyawan ingin menaikkan produktivitas, namun untk itu diperlukan sarana dan motivasi dari manajemen. Dengan paradigma berpikir semacam itu, perilaku yang ditunjukkan karyawan menjadi jauh lebih kondusif. Sebagai contoh, saat krisis ekonomi kemaren di mana harga mesin baru sangat mahal, karyawan pabrik dengan dukungan penuh manajemen berhasil melakukan modifikasi mesin sehingga kinerja produksi/pengemasan naik berlipat-lipat. Biaya yang diperlukan untuk modifikasi mesin jauh lebih kecil ketimbang membeli mesin baru karena mahalnya harga dolar. Modifikasi tersebut sangat berhasil, Teknisi dari pabrik mesin bahkan memuji upaya inovatif tersebut, dan ULI bisa mempatenkan temuannya itu. Keunggulan karyawan di pabrik ini juga salah satu kunci keberhasilan ULI meraih MAKE Award untuk Asia, penghargaan terhadap perusahaan yang unggul dalam pengetahuan (knowledge). 2014 9 Nama Mata Kuliah dari Modul Dosen Penyusun Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Daftar Pustaka - 2014 Doorley, John and Helio Fred Garcia. Reputation Management “The Key to Successful PR and Corporate Communication. Routledge. 2007. Ruslan, Rosady, Manajemen Public Relations & Media Komunikasi Konsepsi dan Aplikasi. Jakarta : PT. Rajawali Pers. 2008 10 Nama Mata Kuliah dari Modul Dosen Penyusun Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id