SKIZOFRENIA Diajukan untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikiatri Disusun oleh: Ari Rosanti 190110097001 Novia Eldiane 190110090012 Ika Listyani Azkiya 190110090019 Nadia Iswari Pinandita 190110090043 Syerly Vinarianty 190110090052 Silka Shafanisa 190110090072 Mirsa Widiantie 190110090075 Dini Fauziah Pratiwi 190110090104 Liana Nurfadhilah 190110090113 Nurul Hamidah 190110080048 Stevia Malini 190110080080 UNIVERSITAS PADJAJARAN FAKULTAS PSIKOLOGI JATINANGOR 2013 I. SEJARAH DAN DEFINISI PSIKOTIK DAN SKIZOFREN A. PSIKOTIK Definisi Psikotik Psikotik adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan ketidakmampuan individu menilai kenyataan yang terjadi, misalnya terdapat halusinasi, waham atau perilaku kacau atau aneh. Gangguan berat dalam fungsi sosial dan fungsi personal, ditandai oleh penarikan diri secara sosial dan ketidakmampuan melakukan tugas-tugas harian dan pekerjaan. Sejarah Psikotik Kata''''psikosis pertama kali digunakan oleh Ernst von Feuchtersleben pada tahun 1845 sebagai kata lain untuk kegilaan dan mania dan berasal dari bahasa Yunan i''ψύχωσις''(''''psikosis), "jiwa memberikan atau hidup, menghidupkan , mempercepat "dan bahwa dari''ψυχή''(''''psyche)," jiwa "dan akhiran''-ωσις''(''-osis''), dalam hal ini" kondisi normal ". Kata itu digunakan untuk membedakan gangguan yang dianggap gangguan pikiran, sebagai lawan dari "neurosis", yang dianggap berasal dari gangguan sistem saraf. Pembagian psikosis utama menjadi penyakit manic depressive (sekarang disebut gangguan bipolar) dan dementia praecox (sekarang disebut schizophrenia) dibuat oleh Emil Kraepelin, yang mencoba untuk membuat sintesis dari berbagai gangguan mental yang diidentifikasi oleh psikiater abad ke-19, dikelompokkan berdasarkan klasifikasi gejala umum. Selama tahun 1960an dan 1970-an, psikosis merupakan ketertarikan khusus bagi kritikus psikiatri, yang berpendapat bahwa mungkin psikosis hanya cara lain untuk membangun realitas dan tidak selalu merupakan tanda penyakit. Sebagai contoh, RD Laing berpendapat bahwa psikosis adalah cara simbolis untuk mengungkapkan keprihatinan dalam situasi di mana pandangan tersebut mungkin tidak diinginkan atau tidak nyaman dirasa oleh penderita. Dia melanjutkan dengan mengatakan psikosis yang bisa juga dilihat sebagai pengalaman transendental dengan penyembuhan dan aspek spiritual. Arthur J. Deikman menyarankan penggunaan "psikosis mistis" istilah untuk menggambarkan orang pertama yang pengalaman psikotik nya mirip dengan pengalaman mistik. Sejak tahun 1970, pengenalan pendekatan pemulihan kesehatan mental, yang telah didorong terutama oleh orang-orang yang telah mengalami psikosis (atau apapun nama yang digunakan untuk menggambarkan pengalaman mereka), telah menyebabkan kesadaran yang lebih besar bahwa penyakit mental bukanlah seumur hidup cacat, dan bahwa mungkin ada harapan untuk pemulihan dengan dukungan yang efektif. B. SKIZOFRENIA Definisi Skizofrenia Skizofrenia adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan suatu gangguan psikiatrik mayor yang ditandai dengan adanya perubahan pada persepsi, pikiran, afek, dan perilaku seseorang. Kesadaran yang jernih dan kemampuan intelektual biasanya tetap terpelihara, walaupun defisit kognitif tertentu dapat berkembang kemudian (Sadock, 2003). Gejala skizofrenia secara garis besar dapat di bagi dalam dua kelompok, yaitu gejala positif dan gejala negatif. Gejala positif berupa delusi, halusinasi, kekacauan pikiran, gaduh gelisah dan perilaku aneh atau bermusuhan. Gejala negatif adalah alam perasaan (afek) tumpul atau mendatar, menarik diri atau isolasi diri dari pergaulan, ‘miskin’ kontak emosional (pendiam, sulit diajak bicara), pasif, apatis atau acuh tak acuh, sulit berpikir abstrak dan kehilangan dorongan kehendak atau inisiatif Sejarah Skizofrenia Kata “skizofrenia” atau dalam bahasa Inggrisnya schizophrenia ternyata sudah terlahir sejak kurang lebih 150 tahun yang lalu. Penyakit ini pertama kali diidentifikasi sebagai penyakit mental diskrit oleh Dr Emile Kraepelin pada tahun 1887. Skizofrenia sendiri dapat ditelusuri pada zaman Firaun Mesir kuno. Depresi, demensia, serta gangguan berpikir yang khas dalam skizofrenia dijelaskan secara rinci dalam Kitab Hati (Book of Hearts). Manusia pada zaman tersebut mempercayai bahwa penyakit fisik berhubungan dengan racun dan iblis. Sebuah studi terbaru dalam sastra Yunani dan Romawi kuno menunjukkan bahwa meskipun masyarakat umum (mungkin) memiliki kesadaran mengenai gangguan psikotik, namun tidak ada satu pun yang akan memenuhi criteria atas diagnosa skizofrenia. Di sisi lain, orang yang dianggap “abnormal,” (baik karena sakit mental, keterbelakangan mental, atau cacat fisik) sebagian besar diperlakukan sama.Teori awal mengatakan bahwa penyakit gangguan mental disebabkan oleh bagian jahat yang dimiliki oleh tubuh, dan tindakan atau perlakuan yang tepatlah yang kemudian dapat mengusir bagian jahat ini. Tindakan tersebut dapat melalui berbagai cara, mulai dari perawatan berbahaya (seperti mengekspos pasien untuk jenis musik tertentu) dan kadang-kadang mematikan (misalnya seperti melepaskan roh-roh jahat dengan melubangi di tengkorak pasien). Salah satu yang pertama untuk mengklasifikasikan gangguan mental ke dalam kategori yang berbeda adalah seorang dokter yang berasal dari Jerman, Emile Kraepelin. Dr Kraepelin menggunakan “dementia praecox” istilah untuk individu yang memiliki gejala yang sekarang kita kaitkan dengan skizofrenia. Konsep nonspesifik kegilaan telah ada selama ribuan tahun dan skizofrenia hanya diklasifikasikan sebagai gangguan mental yang berbeda oleh Kraepelin pada tahun 1887. Dia adalah orang pertama yang membuat sebuah perbedaan dalam gangguan psikotik antara apa yang disebut dementia praecox dan depresi manik. Kraepelin percaya bahwa dementia praecox utamanya adalah penyakit otak, dan khususnya bentuk dari singkat akal. Kraepelin menamakan ‘dementia praecox’ (gangguan awal demensia/singkat akal/kemunduran mental) untuk membedakannya dari bentuk-bentuk demensia (singkat akal/kemunduran mental seperti penyakit Alzheimer) yang biasanya terjadi pada akhir usia. Dia menggunakan istilah ini karena studinya difokuskan pada orang dewasa muda dengan demensia/singkat akal/kemunduran mental. Psikiater Swiss, Eugen Bleuler, menciptakan istilah, “skizofrenia” pada tahun 1911.Dia juga orang pertama yang menggambarkan gejala-gejala sebagai “positif” atau “negatif.”Bleuler mengganti namanya menjadi skizofrenia karena jelas bahwa nama yang diberikan oleh Krapelin itu menyesatkan, karena penyakit itu bukan suatu demensia/singkat akal/kemunduran mental (hal itu tidak selalu menyebabkan kemunduran mental) dan kadang-kadang dapat terjadi juga di awal kehidupan. Kata “skizofrenia” berasal dari akar Yunani orang yg menderita skizofrenia (split) dan phrene (pikiran) untuk menggambarkan pemikiran terfragmentasi orang dengan gangguan tersebut. Istilahnya tidak dimaksudkan untuk menyampaikan gagasan kepribadian ganda atau multiple, yang umum disalahpahami oleh masyarakat luas. Sejak zaman Bleuler’s, definisi skizofrenia terus berubah, sebagai ilmuwan mencoba untuk lebih akurat melukiskan berbagai jenis penyakit mental. Tanpa mengetahui penyebab pasti dari penyakit ini, para ilmuwan hanya dapat mendasari klasifikasi mereka pada pengamatan bahwa beberapa gejala cenderung terjadi bersamaan. Baik Bleuler dan Kraepelin membagi skizofrenia ke dalam beberapa kategori, berdasarkan gejala menonjol dan prognosis. Selama bertahun-tahun, mereka yang bekerja di bidang ini terus mencoba untuk mengklasifikasikan jenis skizofrenia. Lima jenis yang dimaksud dalam DSM-III: tidak terorganisir, katatonik, paranoid, residu, dan tidak dibedakan. Tiga kategori pertama awalnya diusulkan oleh Kraepelin. Klasifikasi ini, sementara masih bekerja pada DSM-IV, tidak terbukti membantu dalam memprediksi hasil dari gangguan, dan jenis tidak andal didiagnosis. Banyak peneliti menggunakan sistem lain untuk mengklasifikasikan jenis gangguan tersebut, berdasarkan dominan “positif” vs “negatif” gejala, perkembangan dari gangguan dalam hal jenis dan keparahan gejala dari waktu ke waktu, dan kejadian yang tidak disengaja lain atas gangguan mental dan sindrom. Dengan membedakan jenis skizofrenia berdasarkan gejala klinis, diharapkan akan membantu untuk menentukan etiologi yang berbeda atau penyebab gangguan tersebut. Bukti bahwa skizofrenia adalah penyakit biologis berbasis otak mempunyai perkembangan pesat selama dua dekade terakhir. Bukti baru-baru ini telah juga telah didukung dengan sistem pencitraan otak dinamis yang sangat tepat menunjukkan gelombang pengalihan jaringan yang terjadi di otak yang menderita skizofrenia. II. EPIDEMIOLOGI A. Epidemiologi Skizofrenia dapat ditemukan pada semua kelompok masyarakat dan di berbagai daerah. Insiden dan tingkat prevalensi sepanjang hidup secara kasar hampir sama di seluruh dunia. Gangguan ini mengenai hampir 1% populasi dewasa dan biasanya onsetnya pada usia remaja akhir atau awal masa dewasa.Pada laki-laki biasanya gangguan ini mulai pada usia lebih muda yaitu 15-25 tahun sedangkan pada perempuan lebih lambat yaitu sekitar 25-35 tahun. Insiden skizofrenia lebih tinggi pada laki-laki daripada perempuan dan lebih besar di daerah urban dibandingkan daerah rural (Sadock, 2003). Pasien skizofrenia beresiko meningkatkan risiko penyalahgunaan zat, terutama ketergantungan nikotin. Hampir 90% pasien mengalami ketergantungan nikotin. Pasien skizofrenia juga berisiko untuk bunuh diri dan perilaku menyerang. Bunuh diri merupakan penyebab kematian pasien skizofrenia yang terbanyak, hampir 10% dari pasien skizofrenia yang melakukan bunuh diri (Kazadi, 2008).Menurut Howard, Castle, Wessely, dan Murray, 1993 di seluruh dunia prevalensi seumur hidup skizofrenia kira-kira sama antara laki-laki dan perempuan diperkirakan sekitar 0,2%-1,5%. Meskipun ada beberapa ketidaksepakatan tentang distribusi skizofrenia di antara laki-laki dan perempuan, perbedaan di antara kedua jenis kelamin dalam hal umur dan onset-nya jelas. Onset untuk perempuan lebih rendah dibandingkan laki-laki, yaitu sampai umur 36 tahun, yang perbandingan risiko onsetnya menjadi terbalik, sehingga lebih banyak perempuan yang mengalami skizofrenia pada usia yang lebih lanjut bila dibandingkan dengan laki-laki (Durand, 2007). III. ETIOLOGI Pada abad ke-19, belum ditemukan dasar neuropatologis pada skizofrenia, sehingga skizofrenia diklasifikasikan sebagai gangguan fungsional. Pada akhir abad ke-20, para peneliti berhasil menemukan dasar neuropatologis pada skizofrenia antara lain : 1. Faktor Biologis Dasar neuropatologis skizofrenia terutama ada di sistem limbik dan ganglia basalis, dan juga di korteks serenri, thalamus dan batang otak. Adanya pengurangan volume otak akibat penurunan densitas akson, dendrit, dan sinapss yang berfungsi memediasi fungsi otak. Adanya pembesaran ventrikel lateral dan ventrikel ketiga serta pengurangan volume kortikal sehingga terjadi pengurangan simetrisitas pada beberapa area di otak (sumber: bahan kuliah psikiatri). 2. Faktor Genetik Menurut Maramis (1995), faktor keturunan juga menentukan timbulnya skizofrenia. Hal ini telah dibuktikan dengan penelitian tentang keluarga-keluarga penderita skizofrenia terutama anak-anak kembar satu telur. Angka kesakitan bagi saudara kandung 8%; bagi anak dengan salah satu orangtua yang menderita skizofrenia 12%; bila kedua orangtua menderita skizofrenia 40 %; bagi kembar dua telur (heterozigot) 12%; bagi kembar satu telur (monozigot) 47%. Skizofrenia melibatkan lebih dari satu gen, sebuah fenomena yang disebut quantitative trait loci. Skizofrenia yang paling sering kita lihat mungkin disebabkan oleh beberapa gen yang berlokasi di tempattempat yang berbeda di seluruh kromosom. Ini juga mengklarifikasikan mengapa ada gradasi tingkat keparahan pada orang-orang yang mengalami gangguan ini (dari ringan sampai berat) dan mengapa risiko untuk mengalami skizofrenia semakin tinggi dengan semakin banyaknya jumlah anggota keluarga yang memiliki penyakit ini (Durand & Barlow, 2007). 3. Faktor Biokimia Skizofrenia mungkin berasal dari ketidakseimbangan kimiawi otak yang disebut neurotransmitter, yaitu kimiawi otak yang memungkinkan neuron-neuron berkomunikasi satu sama lain. Beberapa ahli mengatakan bahwa skizofrenia berasal dari aktivitas neurotranmitter dopamine yang berlebihan di bagian-bagian tertentu otak atau karena sesitivitas yang abnormal terhadap dopamine. Banyak ahli yang berpendapat bahwa aktivitas dopamine yang berlebihan saja tidak cukup untuk skizofrenia. Beberapa neourotranmitter lain seperti serotonin dan norepinephrine tampaknya juga memainkan peranan (Duran, 2007). Dalam hipotesis dopamine yaitu pada skizofrenia terdapat hiperaktivitas sistem dopamine pada jaras mesolimbik dan hipoaktivitas sistem dopamin pada jaras mesocortical. Terdapat lima jaras dopamine pada otak yang dapat dilihat dalam gambar berikut ini : Gambar: 5 Jaras Dopamine pada Otak (sumber gambar: bahan kuliah psikiatri) 4. Faktor Psikologis dan Sosial Faktor psikososial meliputi adanya kerawanan herediter yang semakin lama semakin kuat, adanya trauma yang bersifat kejiwaan, adanya hubungan orang tua-anak yang patogenik, serta interaksi yang patogenik dalam keluarga (Wiraminaradja & Sutardjo, 2005). Banyak penelitian yang mempelajari bagaimana interaksi dalam keluarga mempengaruhi penderita skizofrenia. Sebagi contoh, istilah schizophregenic mother kadang-kadang digunakan untuk mendeskripsikan tentang ibu yang memiliki sifat dingin, dominan, dan penolak, yang diperkirakan menjadi penyebab skizofrenia pada anak-anaknya (Durand & Barlow, 2007). Menurut Coleman dan Maramis (1994 dalam Baihaqi et al, 2005), keluarga pada masa kanak-kanak memegang peranan penting dalam pembentukan kepribadian. Orang tua terkadang bertindak terlalu banyak untuk anak dan tidak memberi kesempatan anak untuk berkembang. Ada kalanya orang tua bertindak terlalu sedikit dan tidak merangsang anak, atau tidak memberi bimbingan dan anjuran yang dibutuhkan. IV. SUBTIPE SKIZOFRENIA A. Skizofrenia Tipe Paranoid Skizofrenia paranoid merupakan salah satu dari beberapa jenis skizofrenia, yaitu suatu penyakit mental yang kronis di mana seseorang kehilangan kontak dengan kenyataan/ realitas (psikosis). Skizofrenia paranoid adalah skizofrenia yang terdiri dari kelainan psikosis yang berkembang perlahan – lahan di tandai dengan waham yang menetap, tidak bisa berubah, sistematis dan mempunyai alasan – alasan yang tidak masuk akal.Penderita dengan skizofrenia paranoid, kemampuan mereka dalam berpikir dan berfungsi dalam kehidupan sehari-hari mungkin lebih baik dibandingkan dengan jenis lain dari skizofrenia. Mereka mungkin tidak memiliki banyak masalah dengan emosi, ingatan, konsentrasi. Namun, skizofrenia paranoid merupakan suatu kondisi serius, dialami seumur hidup yang dapat menyebabkan banyak komplikasi termasuk perilaku bunuh diri. Meskipun demikian, dengan pengobatan yang efektif mereka dapat mengelola gejala skizofrenia paranoid dan bekerja untuk menjalani hidup sehat dan bahagia. Tanda skizofrenia paranoid antara lain: Halusinasi pendengaran, seperti mendengar suara-suara Delusi, seperti percaya rekan kerja ingin meracuni Anda kegelisahan kemarahan emosi datar kekerasan Banyak berargumentasi (berdebat) Merasa diri penting atau memandang orang lain rendah. Pikiran dan perilaku bunuh diri Dengan skizofrenia paranoid, mereka cenderung akan terpengaruh oleh masalah mood (perasaan) atau masalah dengan pemikiran, konsentrasi dan perhatian. Gejala – gejala menurut PPDGJ III : Proses pikir diluar sentral cukup baik. Struktur kepribadianya yang retak Gerakan cukup harmonis Keadaan efektif umumnya stabil, bila ada perubahan di dahului perubahan waham. Gejala kunci: Delusi (waham) dan halusinasi adalah gejala yang membuat skizofrenia paranoid paling berbeda dari jenis lain dari skizofrenia. Delusi. Pada skizofrenia paranoid, delusi yang umum adalah bahwa mereka sedang dipilih untuk sesuatu hal yang terkait dengan sesuatu yang berbahaya. Misalnya, mereka mungkin percaya bahwa pemerintah mengawasi setiap langkah yang mereka lakukan atau bahwa ada rekan kerja yang meracuni makan siangnya. Mereka juga mungkin memiliki waham kebesaran (delusi keagungan) – keyakinan bahwa mereka bisa terbang, bahwa mereka terkenal atau bahwa mereka memiliki hubungan dengan orang terkenal, misalnya. Mereka berpegang pada keyakinan palsu meskipun tidak ada bukti. Delusi dapat mengakibatkan agresi atau kekerasan jika mereka percaya mereka harus bertindak membela diri terhadap orang orang yang ingin mencelakai mereka. Halusinasi suara. Sebuah halusinasi pendengaran adalah persepsi suara – suara dimana tidak ada orang lain yang ikut mendengar. Suara mungkin suara tunggal atau suara banyak orang. Suara-suara mungkin berbicara baik kepada mereka atau satu sama lain. Suarasuara tersebut biasanya tidak menyenangkan. Suara suara tersebut dapat membuat kritik berkelanjutan dari apa yang penderita pikirkan atau lakukan, atau membuat komentar kejam tentang kesalahan nyata atau kesalahan khayalan dari penderita. Suara juga dapat memerintahkan penderita melakukan hal-hal yang dapat membahayakan diri sendiri atau orang lain. Bila seseorang memiliki skizofrenia paranoid, suara-suara tampak nyata. Penderita mungkin berbicara atau berteriak pada suara tersebut. Etiologi Skizofrenia paranoid Ambisi yang besar, tetapi tidak mampu mencapai frustasi. Ingin mencapai kepribadian dari kecenderungan dan impuls yang tidak disukai Adanya rasa bersalah Biasanya sering terjadi pada keluarga dengan salah satu orang tua yang bersikap otoriter keras. Hal ini menimbulkan kebencian terhadap orang tua yang otoriter dan identitas yang berlebihan dari orang tua lainya. Timbulnya rasa bersalah yang diatasi dengan cara rasionalisasi. Ide paranoid bervariasi luar, primer ditentukan oleh kebutuhan utama pemuasan diri dan sekunder ditentukan oleh tipe rasionalisasi. Pasien seringkali khawatir kalau – kalau wahamnya diragukan orang. Tipe lainya mempunyai waham kebesaran dimana pasien berubah menjadi tuhan, atau nabi- nabi, serta mempunyai kekuatan supranatural atau menjadi pemimpin untuk memperbarui dunia. Pada tipe erotic pasien menjadi percaya banyak orang yang mencintai dirinya. Paranoid sering terjadi pada pasien dengan intelegensi yang tinggi, tetapi energi tidak dipergunakan secara baik. Mungkin hal ini disebabkan karena pasien menemukan bahwa mekanisme pertahanan rasionalisasi dan proyeksi merupakan mekanisme pertahanan yang memuaskan.Psikoterapi yang paling baik biasanya bersifat suportif dan redukatif, dengan tidak mengkritik waham secara langsung, memperkuat kepuasannya atas kesehatan kerja yang dilakukan dalam batas – batas kemampuanya, membantu adaptasi sosial yang memuaskan. B. SKIZOFRENIA TIPE DISORGANISASI Bentuk Hebefrenik skizofren yang dikemukakan Kraeplin disebut skizofrenia disorganisasi dalam DSM-IV-TR. Skizofrenia tipe disorganisasi mulai dikenal sekitar 150 tahun yang lalu. Carson dan Butcher (1992) mengemukakan bahwa gangguan skizoprenia tipe ini biasanya muncul pada usia muda dan lebih awal jika dibandingkan dengan gangguan-gangguan skizoprenia lainnya; tampilannya pun berupa disintegrasi kepribadian yang lebih parah. Cara bicara mereka yang mengalami disorganisasi sulit dipahami oleh pendengar. Pasien berbicara secara tidak runut, menggabungkan kata-kata yang terdengar sama dan bahkan menciptakan kata-kata baru. Seringkali disertai kekonyolan atau tawa. Ia dapat memiliki afek datar atau terus menerus mengalami perubahan emosi, yang dapat meledak menjadi tawa atau tangis yang tidak dapat dipahami. Perilaku pasien secara umum tidak terorganisasi, aneh (bizzare) dan tidak bertujuan. Disorganisasi Pembicaraan atau biasa disebut dengan gangguan berfikir formal, yaitu disorganisasi pembicaraan merujuk pada masalah dalam mengorganisai berbagai pemikiran dan dalam berbicara sehingga pendengar tidak dapat memahaminya. Contoh mengenai disorganisasi pembicaraan: Pewawancara : “ Apakah anda merasa gugup atau tegang dalam beberapa waktu terakhir ini?” Pasien : “ Tidak, saya memiliki kepala selada.” Pewawancara : “ Anda memiliki kepala selada? Saya tidak mengerti.” Pasien : “ Yah itu hanya kepala selada.” Pewawancara : “ Ceritakan kepada saya tentang selada. Apa maksud anda?” Pasien : : “ Yah.. selada merupakan transformasi seekor puma mati yang kambuh dicakar singa. Dan ia menelan singa itu kemudian terjadi sesuatu.” Disorganisasi perilaku aneh (bizarre) dapat terwujud dalam banyak bentuk. Pasien dapat meledak dalam kemarahan atau konfrontasi singkat yang tidak dapat dimengerti, memakai pakaian yang tidak biasa bertingkah laku seperti anak-anak atau dengan gaya yang konyol, menyimpan makanan, mengumpulkan sampah, atau melakukan perilaku seksual yang tidak pantas seperti melakukan mastrubasi di depan umum, mereka tampak kehilangan kemampuan untuk mengatur perilaku mereka dan menyesuaikannya dengan berbagai standar masyarakat. Mereka juga sulit melakukan tugas-tugas sehari hari dalam hidup. Pasien dengan tipe ini, gejala-gejala psikotiknya sering terlihat nyata dibandingkan dengan pasien skizofrenia yang lainnya. Contohnya : pasien melilitkan pita ke ibu jari atau bergerak tanpa henti, menunjuk ke berbagai objek tanpa alasan yang jelas. Pasien kadang kala mengalami kemunduran sampai ke titik yang tidak pantas, buang air besar dimana saja dan kapan saja. Cara bicara terganggu karena satu hal yang disebut asosiasi longgar atau keluar jalur (derailment). Dalam hal ini pasien dapat lebih berhasil dalam berkomunikasi dengan seorang pendengar tetapi mengalami kesulitan untuk tetap pada satu topik. Ia tampak seolah terbawa oleh aliran asosiasi yang muncul dalam pikiran yang berasal dari suatu pemikiran sebelumnya. Para pasien memberikan deskripsi atas kondisi tersebut. “ Pikiran saya kacau. Saya mulai berpikir atau berbicara tentang sesuatu, namun saya tidak pernah bisa menyampaikannya. Bahkan, saya berputar-putar kearah yang salah dan berhadapan dengan hal-hal yang ingin saya sampaikan, namun dengan cara yang tidak bisa saya jelaskan. Orang-orang yang mendengarkan pembicaraan saya lebih tidak mengerti dibanding saya sendiri. Masalahnya terlalu banyak yang saya pikirkan. Anda dapat berpikir tentang sesuatu, misalnya asbak itu dan hanya berpikir, o ya, itu tempat untuk meletakkan rokok saya, namun saya akan berpikir tentang itu dan kemudian saya akan berpikir tentang selusin hal lain yang berhubungan dengannya dalam waktu bersamaan (McGhie & Chapman, 1961, hlm. 108) ”. Gangguan dalam pembicaraan pernah dianggap sebagai symptom klinis utama skizofrenia, dan tetap merupakan salah satu kriteria diagnosis. Namun, bukti mengindikasikan banyak cara bicara pasien skizofrenia tidak mengalami disorganisasi, dan terjadinya disorganisasi bicara tidak membedakan dengan baik antara skizofrenia dengan psikosis lain. Perilaku yang disorganisasi adalah perilaku yang tidak lazim. Untuk mendiagnosa seseorang skizofrenia, seseorang harus menunjukkan 2 atau lebih gejala positif, negatif, atau disorganisasi dengan porsi yang besar selama paling sedikit 1 bulan. Tanda awal skizofrenia seringkali terlihat saat kanak-kanak. Tanda-tanda tersebut perlu untuk diketahui untuk membedakan gejala skizofrenia pada anak dengan proses belajar anak yang masih dalam bentuk bermain. Anak seringkali berimajinasi tentang peran-peran baru dalam permainannya, namun hal tersebut bukanlah sebuah gangguan. Indikator premorbid (pra-sakit) pada anak pre-skizofrenia antara lain: 1. Ketidakmampuan anak mengekspresikan emosi (wajah dingin, jarang tersenyum, tak acuh) 2. Penyimpangan komunikasi (anak sulit melakukan pembicaraan terarah) 3. Gangguan atensi (anak tidak mampu memfokuskan, mempertahankan,serta memindahkan atensi). Adapun gejala awal yang terlihat pada tahap-tahap tertentu dalam perkembangan adalah sebagai berikut: Pada anak perempuan, tampak sangat pemalu, tertutup, menarik diri secara sosial, tidak bisa menikmati rasa senang, dan ekspresi wajah sangat terbatas. Pada anak laki-laki, sering menantang tanpa alasan jelas, dan mengganggu. C. SKIZOFRENIA TIPE KATATONIK (CATATONIC SCHIZOPHRENIA) Skizofrenia katatonik adalah salah satu jenis skrizofrenia dimana pasien sering kehilangan kesadarannya terhadap realita (psikosis). Ciri utama skizofrenia tipe katatonik menurut DSM-IV adalah gangguan pada psikomotor yang dapat meliputi: 1. Ketidakbergerakan motorik seperti katalepsi yaitu posisi kaku tidak bergerak untuk jangka waktu yang lama (seringkali berhari-hari atau minggu,bahkan lebih), waxy flexibility (keadaan dimana pasien dapat diubah posisi tubuhnya oleh orang lain (seakan mereka terbuat dari lilin) dan pasien dapat mempertahankan posisi tubuh tersebut dalam jangka waktu yang lama) , dan stupor yaitu pasien tidak menunjukan perhatiannya sama sekali terhadap lingkungan sekitarnya. 2. Gaduh gelisah katatonik yang merupakan aktivitas motorik yang berlebihan (excessive motor activity) tanpa disertai emosi dan rangsangan dari luar. 3. Negativism yang ekstrim, yaitu ketidakinginan untuk mengikuti instruksi atau melakukan kebalikan dari instruksi yang diberikan. 4. Rigidity yaitu tetap mempertahankan postur tubuh kaku walaupun diubah postur tubuhnya. 5. Mutism yaitu sama sekali tidak mau berbicara dan beromunikasi. 6. Keanehan dalam sikap tubuh (bizarre posture), gerakan tubuh dan melakukan gerakangerakan yang tidak terkendali. 7. Echolia (mengulang ucapan orang lain) dan echopraxia (mengikuti tingkah laku orang lain). Selain itu, ciri pada pasien skizofrenia katatonik dapat berupa excitement yaitu kondisi riang berlebihan sehingga dapat berteriak dan berbicara tanpa henti, tidak runut, serta selalu bergerak dengan cepat dan penuh semangat. Pasien skizofrenia katatonik juga biasanya memiliki mimik muka yang datar, pandangan kosong ataupun tidak biasa seperti meringis. D. UNDIFFERENTIATED SCHIZOPHRENIA Skizofrenia yang termasuk kategori undifferentiated merupakan skizofrenia yang mempunyai karakteristik dari simptom positif dan negatif dari skizofrenia namun tidak memenuhi kriteria spesifik untuk dikategorikan sebagai salah satu dari subtipe skizofrenia paranoid, disorganized, maupun katatonik. Simptom dari seseorang dapat berfluktuasi di berbagai titik dalam satu waktu, yang menimbulkan ketidakpastian untuk mengategorisasikan dalam subtipe yang sesuai. Para orang lain dapat menunjukan gejala yang stabil sepanjang waktu namun masih tetap tidak cocok pada salah satu subtipe yang khas dari skizofrenia. Diagnosis dari subtipe undifferentiated dapat digambarkan sebagai sindrom klinis campuran (Bengston, 2006). Diagnosis dari skizofrenia undifferentiated sulit dibuat karena tergantung pada pembentukan perkembangan progresif yang lambat dari simptom karakteristik negatif tanpa riwayat halusinasi, delusi, atau manifestasi lain dari episode psikotik sebelumnya, dan dengan perubahan yang signifikan dalam perilaku pribadi, yang dimanifestasi dengan hilangnya minat, kemalasan, dan penarikan sosial (Bengston, 2006). Tipe Undifferentiated merupakan tipe skizofrenia yang menampilkan perubahan pola simptom-simptom yang cepat menyangkut semua indikator skizofrenia. Misalnya, indikasi yang sangat ruwet, kebingungan (confusion), emosi yang tidak dapat dipegang karena berubah-ubah, adanya delusi, referensi yang berubah-ubah atau salah, adanya ketergugahan yang sangat besar, autisme seperti mimpi, depresi, dan sewaktu-waktu juga ada fase yang menunjukkan ketakutan. E. SKIZOFRENIA TIPE RESIDUAL Menurut DSM IV, tipe residual ditandai oleh bukti-bukti yang terus menerus adanya gangguan skizofrenik, tanpa adanya kumpulan lengkap gejala aktif atau gejala yang cukup untuk memenuhi tipe lain skizofrenia. Penumpulan emosional, penarikan social, perilaku eksentrik, pikiran yang tidak logis, dan pengenduran asosiasi ringan adalah sering ditemukan pada tipe residual. Jika waham atau halusinasi ditemukan maka hal tersebut tidak menonjol dan tidak disertai afek yang kuat. Tipe ini merupakan kategori yang dianggap telah terlepas dari skizofrenia tetapi masih memperlihatkan gejala-gejala residual atau sisa, seperti keyakinankeyakinan negatif, atau mungkin masih memiliki ide-ide tidak wajar yang tidak sepenuhnya delusional. Gejala-gejala residual itu dapat meliputi menarik diri secara sosial, pikiran-pikiran ganjil, inaktivitas, dan afek datar. Untuk suatu diagnosis yang meyakinkan, persyaratan berikut ini harus dipenuhi : (a) Gejala “negative” dari skizofrenia yang menonjol misalnya perlambatan psikomotorik, aktivitas menurun, afek yang menumpul, sikap pasif dan ketiadaan inisiatif, kemiskinan dalam kuantitas atau isi pembicaraan, komunikasi non-verbal yang buruk seperti dalam ekspresi muka, kontak mata, modulasi suara, dan posisi tubuh, perawatan diri dan kinerja sosial yang buruk; (b) Sedikitnya ada riwayat satu episode psikotik yang jelas di masa lampau yang memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofenia; (c) Sedikitnya sudah melampaui kurun waktu satu tahun dimana intensitas dan frekuensi gejala yang nyata seperti waham dan halusinasi telah sangat berkurang (minimal) dan telah timbul sindrom “negative” dari skizofrenia; (d) Tidak terdapat dementia atau penyakit / gangguan otak organik lain, depresi kronis atau institusionalisasi yang dapat menjelaskan disabilitas negative tersebut. V. PERJALANAN PENYAKIT Perjalanan penyakit skizofrenia sangat bervariasi pada tiap-tiap individu. Perjalanan klinis skizofrenia berlangsung secara perlahan-lahan, meliputi beberapa fase yang dimulai dari keadaan premorbid, prodromal, fase aktif dan keadaan residual (Sadock, 2003; Buchanan, 2005). Tanda awal dari skizofrenia adalah simtom-simtom pada masa premorbid. Biasanya simptom ini muncul pada masa remaja dan kemudian diikuti dengan berkembangnya simtom prodormal dalam kurun waktu beberapa hari sampai beberapa bulan. Adanya perubahan sosial / lingkungan dapat memicu munculnya simptom gangguan. Masa prodormal ini bisa langsung sampai bertahun-tahun sebelum akhirnya muncul simptom psikotik yang terlihat. Pola gejala premorbid merupakan tanda pertama penyakit skizofrenia, walaupun gejala yang ada dikenali hanya secara retrospektif. Indikator gejala premorbid atau pra-sakit yaitu; - Ketidakmampuan seseorang mengekspresikan emosi: wajah dingin, jarang tersenyum, acuh tak acuh. - Penyimpangan komunikasi: pasien sulit melakukan pembicaraan terarah, kadang menyimpang (tanjential) atau berputar-putar (sirkumstantial). - Gangguan atensi: penderita tidak mampu memfokuskan, mempertahankan, atau memindahkan atensi. - Gangguan perilaku: menjadi pemalu, tertutup, menarik diri secara sosial, tidak bisa menikmati rasa senang, menantang tanpa alasan jelas, mengganggu dan tak disiplin. Karakteristik gejala skizofrenia yang dimulai pada masa remaja akhir atau permulaan masa dewasa akan diikuti dengan perkembangan gejala prodromal yang berlangsung beberapa hari sampai beberapa bulan. Tanda dan gejala prodromal skizofrenia dapat berupa cemas, gundah (gelisah), merasa diteror atau depresi. Gejala prodromal yaitu periode dimana mulai terjadinya penurunan fungsi dalam kehidupan ditandai dengan hilangnya minat terhadap aktivitas sosial serta meningkatnya kesulitan dalam memenuhi tanggung jawab/tuntutan hidup sehari-hari. Penelitian retrospektif terhadap pasien dengan skizofrenia menyatakan bahwa sebagian penderita mengeluhkan gejala somatik, seperti nyeri kepala, nyeri punggung dan otot, kelemahan dan masalah pencernaan (Sadock, 2003). Fase aktif skizofrenia ditandai dengan gangguan jiwa yang nyata secara klinis, yaitu adanya kekacauan dalam pikiran, perasaan dan perilaku. Penilaian pasien skizofrenia terhadap realita terganggu dan pemahaman diri (tilikan) buruk sampai tidak ada. Pada fase ini, gejala positif/psikotik menjadi jelas seperti tingkah laku katatonik, inkoherensi, waham, halusinasi disertai gangguan afek. Hampir semua individu datang berobat pada fase ini. Bila tidak mendapat pengobatan, gejala-gejala tersebut dapat hilang secara spontan tetapi suatu saat mengalami eksaserbasi (terus bertahan dan tidak dapat disembuhkan). Fase aktif akan diikuti oleh fase residual. Fase residual ditandai dengan menghilangnya beberapa gejala klinis skizofrenia. Yang tinggal hanya satu atau dua gejala sisa yang tidak terlalu nyata secara klinis, yaitu dapat berupa penarikan diri (withdrawal) dan perilaku aneh (Buchanan, 2005).Fase ini memiliki gejala-gejala yang sama dengan Fase Prodromal tetapi gejala positif/psikotiknya sudah berkurang. Di samping gejala-gejala yang terjadi pada ketiga fase di atas, penderita skizofrenia juga mengalami gangguan kognitif berupa gangguan berbicara spontan, mengurutkan peristiwa, kewaspadaan dan eksekutif (atensi, konsentrasi, hubungan sosial) (Luana, 2007). Perjalanan penyakit skizofrenia yang umum adalah memburuk dan remisi. Setelah sakit yang pertama kali, pasien mungkin dapat berfungsi normal untuk waktu lama (remisi), keadaan ini diusahakan dapat terus dipertahankan. Namun yang terjadi biasanya adalah pasien mengalami kekambuhan. Tiap kekambuhan yang terjadi membuat pasien mengalami deteriorasi sehingga ia tidak dapat kembali ke fungsi sebelum ia kambuh. Kadang, setelah episode psikotik lewat, pasien menjadi depresi, dan ini bisa berlangsung seumur hidup. Seiring dengan berjalannya waktu, simtom positif hilang, berkurang, atau tetap ada, sedangkan simptom negatif relatif sulit hilang bahkan bertambah parah. Faktor-faktor resiko tinggi untuk berkembangnya skizofrenia adalah mempunyai anggota keluarga yang menderita skizofrenia, terutama jika salah satu orang tuanya/saudara kembar monozygotnya menderita skizofrenia, kesulitan pada waktu persalinan yang mungkin menyebabkan trauma pada otak, terdapat penyimpangan dalam perkembangan kepribadian, yang terlihat sebagai anak yang sangat pemalu, menarik diri, tidak mempunyai teman, amat tidak patuh, atau sangat penurut, proses berpikir idiosinkratik, sensitive dengan perpisahan, mempunyai orang tua denga sikap paranoid dan gangguan berpikir normal, memiliki gerakan bola mata yang abnormal, menyalahgunakan zat tertentu seperti amfetamin, kanabis, kokain, Mempunyai riwayat epilepsi, memilki ketidakstabilan vasomotor, gangguan pola tidur, kontrol suhu tubuh yang jelek dan tonus otot yang jelek. VI. TERAPI A. Terapi Biologis Perkembangan penting dari terapi skizofrenia terjadi sekitar tahun 1950-an dengan ditemukannya obat-obatan antipsikotik yang juga disebut sebagai neuroleptic karena dapat menimbulkan efek samping yang sama dengan symptom-simptom penyakit neurologis. 1. Terapi obat-obatan a. Obat-obatan anti psikotik tradisional Fenothiazin merupakan obat antipsikotik yang paling banyak digunakan. Obat ini menjadi perhatian setelah ditemukannya antihistamin yang mengandung nucleus fenothiazin. Fenothiazin ini memiliki efek terapeutik dengan menghambat berbagai reseptor dopamine dalam otak sehingga mengurangi pengaruh dopamine pada pikiran, emosi, dan perilaku. Obat-obatan lain yang digunakan adalah Khloropromazin (dengan nama jual Thorazine), butirofenon (haloperidol, Hadol), dan thioksantin (thiothiksin, Navane). Ada pula obat-obatan tambahan yang dapat digunakan, diantaranya adalah lithium, antidepresan, antikonvulsan, serta obat penenang. Obat-obatan yang digunakan tersebut hanya dapat mengurangi symptom- simptom positif skizofrenia, namun berefek sedikit pada symptom negative. Obat-obatan ini dapat menimbulkan rasa kantuk dan kelesuan, tapi tidak tertidur lelap sekalipun dengan dosis yang tinggi. Bukti menunjukkan bahwa obat antipsikotik ini bekerja pada bagian batang otak, yaitu system retikulernya, yang selalu mengendalikan masukan berita dari alat indera pada cortex cerebral. Obat-obatan ini tampaknya mengurangi masukan sensorik pada system retikuler, sehingga informasi tidak mencapai cortex cerebral. Obat-obat antipsikotik ini memiliki efek samping yang umum dilaporkan seperti mulut kering, pusing, penglihatan kabur, sulit berkonsentrasi, tidak bisa tenang, dan disfungsi social. Selain itu juga terdapat dampak sampingan yang lebih serius dalam beberapa hal, misalnya tekanan darah rendah dan gangguan otot yang menyebabkan gerakan mulut membuat gerakan menghisap, bibir mengecap, dan dagu bergerak kekanan dan kiri yang tidak dapat dikendalikan yang disebut dyskinesia tardif, biasanya gangguan ini terjadi pada pasien yang berusia lanjut. Terdapat pula sekumpulan efek samping yang mengganggu yang disebut efek samping ekstra piramidal yang berakar dari berbagai disfungsi batang syaraf yang menjulur dari otak ke neuro motoric pada tulang belakang. Efek ini mirip dengan symptom penyakit Parkinson. b. Terapi obat terbaru Klozapin (clozaril) merupakan obat yang ditemukan kemudian setelah obat-obatan antipsikotik tradisional. Obat ini dapat bermanfaat bagi pasien yang tidak merespon dengan baik obat antipsokotik tradisional dan dapa tmengurangi symptom-simptom positif. Selain itu, klozapin juga menimbulkan efek samping motoric yang lebih sedikit. Meskipun begitu, klozapin dapat menimbulkan efek samping yang serius. Obat ini dapat melemahkan fungsi system imun pada sejumlah pasien dengan menurunkan jumlah sel darah putih, menjadikan pasien rentan terhadap infeksi bahkan kematian. Obat ini juga dapat menimbulkan kejang-kejang dan efek samping lain seperti pusing, berliur, dan penambahan berat badan. Obat-obatan lain yang memiliki tingkat efektivitas yang lebih tinggi dibanding obat antipsikotik adalah olanzipan (Zyprexa) dan ridon (Risperdal). Keduanya mempunyai keuntungan yaitu menimbulkan efek samping motoric yang lebih sedikit. Selain itu, obat risperidon dapat memperbaiki memori jangka pendek. Risperidon memungkinkan terjadinya perubahan yang lebih menyeluruh dalam skizofrenia dan berbagai konsekuensi behavioralnya disbanding obat-obatan yang tidak memiliki berbagai efek kognitif tersebut. Kemudian terdapat obat-obat seperti iloperidol yang diyakini mampu memberikan kualitas kesembuhan yang lebih baik, terutama bagi yang sudah resisten dengan obat tradisional. Obat generasi kedua ini bisa menetralisir gejala akut seperti tingkah laku kacau, gelisah, waham, halusinasi pendengaran, inkoherensi, maupun menghilangkan gejala negative sepert iautistic(pikiran penuh fantasi dan tidak terarah), perasaan tumpul, dan gangguan dorongan kehendak. 2. Terapi Elektrokonvulsif (ECT) Terapi ini dikenal pula sebagai terapi electroshock. Di masa lalu ECT ini dianggap sebagai pengalaman yang sangat menakutkan pasien. Pasien seringkali tidak bangun lagi setelah aliran listrik dialirkan ketubuhnya dan mengakibatkan ketidaksadaran sementara, serta seringkali menderita kerancuan pikiran dan hilangnya ingatan setelah itu. Adakalanya intensitas kekejangan otot yang menyertai serangan otak mengakibatkan berbagai cacat fisik. Namun pasien yang menggunakan terapi ini sekarang diberi obat bius ringan terlebih dahulu dan kemudian disuntik dengan penenang otot. Aliran listrik yang sangat lemah dialirkan keotak melalui kedua pelipis atau pada pelipis yang menganding belahan otak yang tidak dominan. Hanya aliran ringan yang dibutuhkan untuk menghasilkan serangan otak yang diberikan, karena serangan itu sendiri yang bersifat terapis, bukan aliran listriknya. Penenang otot mencegah terjadinya kekejangan otot tubuh dan kemungkinan luka. Pasien bangun beberapa menit dan tidak ingat apa-apa tentang pengobatan yang dilakukan. Kerancuan pikiran dan hilang ingatan tidak terjadi, terutama bila aliran listrik hanya diberikan kepada belahan otak yang tidak dominant (non dominant hemisphere). Empat sampai enam kali pengobatan semacam ini biasanya dilakukan dalam jangka waktu 2 minggu. Akan tetapi, ECT ini tidak cukup berhasil untuk penyembuhan schizophrenia, namun lebih efektif untuk penyembuhan penderita depresi tertentu (Atkinson, et al.,1991). 3. Pembedahan Otak Pada tahun 1935 Moniz (Davison, et al., 1994) seorang psikiater berkebangsaan Portugis memperkenalkan lobotomy prefrontalis yaitu suatu prosedur pembedahan yang membuang bagian-bagian yang menghubungkan lobus frontalis dengan pusat otak bagian bawah. Penanganan ini mengklaim memiliki tingkat keberhasilan yang tinggi. Namun pada tahun 1950an intervensi ini mendapatkan reputasi buruk, diantaranya disebabkan banyak pasien yang menjalankan prosedur tersebut menjadi tumpul dan tidak bertenaga serta sering kehilangan kemampuan kognitif mereka, misalnya saja tidak mampu melakukan percakapan yang runtut dengan orang lain. Adapun alasan utama ditinggalkannya terapi ini adalah karena adanya penemuan obat-obatan yang tampaknya dapat mengurangi berbagai ekses behavioral dan emosional pada banyak ODS. B. Terapi Psikososial a. TerapiKelompok. Banyak masalah emosional menyangkut kesulitan seseorang dalam berhubungan dengan orang lain, yang dapat menyebabkan seseorang berusaha menghindari relasinya dengan orang lain, mengisolasi diri, sehingga menyebabkan pola penyelesaian masalah yang dilakukannya tidak tepat dan tidak sesuai dengan dunia empiris. Dalam menangani kasus tersebut, terapi kelompok akan sangat bermanfaat bagi proses penyembuhan klien, khususnya klien schizophrenia. Terapi kelompok ini termasuk salah satu jenis terapi humanistik. Pada terapi ini, beberapa klien berkumpul dan saling berkomunikasi dan terapist berperan sebagai fasilitator dan sebagai pemberi arah di dalamnya. Di antara peserta terapit ersebut saling memberikan feedback tentang pikiran dan perasaan yang dialami oleh mereka. Klien dihadapkan pada setting sosial yang mengajaknya untuk berkomunikasi, sehingga terapi ini dapat memperkaya pengalaman mereka dalam kemampuan berkomunikasi. Di rumah sakit jiwa, terapi ini sering dilakukan. Melalui terapi kelompok ini iklim interpersonal relationship yang konkrit akan tercipta, sehingga klien selalu diajak untuk berpikir secara realistis dan menilai pikiran dan perasaannya yang tidak realistis. b. Terapi Keluarga Terapi keluarga ini merupakan suatu bentuk khusus dari terapi kelompok. Kelompoknya terdiri atas suami istri atau orang tua serta anaknya yang bertemu dengan satu atau dua therapist .Terapi ini digunakan untuk penderita yang telah keluar dari rumah sakit jiwa dan tinggal bersama keluarganya. Ungkapan-ungkapan emosi dalam keluarga yang bias mengakibatkan penyakit penderita kambuh kembali diusahakan kembali. Keluarga diberi informasi tentang caracara untuk mengekspresikan perasaan-perasaan, baik yang positif maupun yang negative secara konstruktif dan jelas, dan untuk memecahkan setiap persoalan secara bersama-sama. Keluarga diberi pengetahuan tentang keadaan penderita dan cara-cara untuk menghadapinya. Keluarga juga diberi penjelasan tentang cara untuk mendampingi, mengajari, dan melatih penderita dengan sikap penuh penghargaan. Perlakuan-perlakuan dan pengungkapan emosi anggota keluarga diatur dan disusun sedemikian rupa serta dievaluasi. Dari beberapa penelitian, seperti yang dilakukan oleh Fallon (Davison, et al., 1994; Rathus, et al., 1991) ternyata campur tangan keluarga sangat membantu dalam proses penyembuhan, atau sekurang-kurangnya mencegah kambuhnya penyakit penderita, dibandingkan dengan terapi VII. Gangguan Psikotik Lainnya 1. Gangguan Skizofreniform Gangguan skizofrenoform memiliki simptom-simptom yang sama seperti skizofrenia, tetapi berbeda dalam hal lamanya simptom. Gangguan skizofreniform hanya berlangsung dalam jangka waktu 4 minggu atau 6 bulan, timbulnya gangguan ini biasanya tidak ada kaitannya dengan suatu peristiwa atau stress tertentu. Perbedaannya dengan skizofrenia hanya pada jangka waktunya. Prognosis untuk seorang individu yang menderita gangguan skizofreniform sangat baik, simptom-simptom untuk masing-masing gangguan akan hilang dalam waktu 4 minggu atau 6 bulan. 2. Gangguan Skizoafektif Gangguan skizoafektif adalah gangguan yang terjadi karena kombinasi antara skizofrenia dan gangguan suasana hati yang berat (depresi atau mania). Dalam kategori ini dimasukkan penderita yang memperlihatkan baik proses-proses pikiran skizofrenik maupun gangguan-gangguan afektif yang menyerupai pola manik-depresif. Dengan demikian, penderita mungkin memperlihatkan keadaan gempar dan meledak-ledak atau depresi berat. Simptom-simptom paranoid dan perbedaan antara respons emosional dan kontrol pikiran merupakan ciri khas dari gangguan skizoafektif. 3. Gangguan Waham Menetap Gangguan waham menetap yaitu meliputi serangkaian gangguan dengan waham waham yang berlangsung lama dan merupakan sebagai satu satunya gejala klinis yang khas atau yang paling mencolok serta tidak dapat digolongkan sebagai ganggguan menal organik,skizofrenia atau afektif. 1. Epidemiologi Pasien pasien (cenderung berusia 40 thn)mungkin tidak dapat dikenali sampai waham mereka dikenali oleh keluarga dan teman temannya. Ia cenderung mengalami isolasi baik karena keinginan mereka sendirian atau akibat ketidakramahan mereka (misalnya pasangan mengabaikan mereka). Apabila terdapat disfungsi pekerjaan dan sosial,biasanya hal ini merupakan respon langsung terhadap waham mereka. Isi waham bergantung pula pada latar belakang sosio – kultural dan taraf pendidikan seseorang. misalnya seorang pasien suku dayak mempunyai waham kebesaran,tidaklah mungkin pasien itu mengatakan ia adalah sisingamangaraja. Olae karena dalam kultur kaya kita tidak dikenal seseorang yang bernama sisingamangaraja tersebut. Lain halnya kalau pasien tadi telah tinggal lama di daerah tapanuli atau pasien ini pernah membaca tentang sisingamangaraja. Contoh lainnya yaitu pasien yang tidak pernah sekolah yang mempunyai waham kebesaran,tidaklah mungkib ia mengatakan kalau sinar X itu duialah yang menemukan. 2. Etiologi Bagaimana terjadinya suatu waham belum diketahui secara pasti.tapi ada beberapa hipotesa lain yang dikemukakan yaitu : 1. hipotesa yang mengatakan bahwa terjadinya waham karena terjadinya suatu disfungsi fisiologik dan biokemis yang spesifik yang mendasari proses suatu penyakit yang mana disfungsi ini akhirnya akan menimbulkan suatu persepsi atau interpretasi yang salah yang mengakibatkan timbulnya waham. 2. hipotesa lain mengatakan bahwa terbentuknya waham adalah hasil dari mekanisme pertahanan ego yang memungkinkan pasien untuk mengatasi rangsangan rangsangan yang menyakitkan atau mengancam dirinya. Ataupun oleg adanya konflik konflik yang menyebabkan longgarnya hubungan paien dengan realitas. Dalam hal ini, pasien menggunakan pertahanan denial dan proyeksi secara bersama sama pada tingkat yang patologik dan berlebihan secara umum waham dijumpai pada keadaan sebagai berikut : 1. Psikosa,misalnya keadaan paranoid,skizofrenia terutama skizofrenia paranoid,psikosa manik-depresif dan psikosa depresif lainnya 2. Keadaan toksik,misalnya infeksi,intoksikasi obat obatan,gangguan metabolisme dan keadaan keadaan yang berubah secara fisiologik 3. Gangguan sistem saraf pusat,misalnya dementia senilis,arterosklerosis cerbri,general paresis dll 3. Jenis waham Waham dapat berbentuk: a. Waham yang sistematis Yaitu waham yang sesudah dianalisis, memperlihatkan suatu pola sentral tertentu yang kemudian dibesar-besarkan atau ditambah-tambah secara rapi menjadi sistematik. Walaupun unsur-unsur dasarnya salah dan tak logis, akhirnya diperoleh suatu waham yang telah terbentuk dan berkembang secara konsekuen b. Waham yang non sistematik Waham yang bekembang secara luas, tetapi tidak memperlihatkan suatu pola sentral tertentu c. Waham kebesaran (delusi megaloman) Waham yang ekspansif, hendak meyakinkan orang tentang kebesaran daripada individu bersangkutan (seperti jadi tuhan, presiden, panglima besar, dan sebagainya) d. Waham kehinaan (delusi nihilistic) Waham yang hendak meyakinkan orang tentang sifat hina diri, rendah, miskin, hampa, sia-sia dan sebagainya daripada individu yang bersangkutan, hal yang mana sama sekali bertentangan dengan kenyataan e. Waham tuduhan diri Keyakinan berdosa dan bersalah yang irrealistik dan irrasional. Konsekuensinya adalah kepercayaannya bahwa sudah selayaknya ia harus dihukum berat atau menjalani hukuman mati sekalipun f. Waham kejaran (delution of persecution) Waham individu itu senantiasa dikejar-kejar oleh orang atau sekelompok yang bermaksud berbuat jahat kepadanya g. Waham sindiran Waham bahwa individu yang bersangkutan itu selalu disindir oleh orang-orang disekitarnya. Biasanya individu yang memiliki waham sindiran itu mencari-cari hubungan antara dirinya dengan individu-individu sekitarnya yang bermaksud menuduh atau menyindir hal-hal yang tak senonoh kepada dirinya Ada beberapa tambahan jenis-jenis gangguan waham: a. Erotomania: waham cinta, biasanya terhadap orang-orang terkenal (bintang film, pejabat) b. Kebesaran (megalomania): punya kelebihan, kekuatan, kekuasaan; penemuan penting; waham keagamaan (pemimpin umat, nabi) c. Cemburu: paranoia, lebih sering pada laki-laki d. Penganiayaan: paling sering; pemarah, benci, menyakiti e. Somatik: dikenal sebagai psikosis hipokondriakal monosimptomatik; sering infeksi (bakteri, virus, parasit); dysmorphofobia (bentuk tidak serasi pada hidung dan dada); bau badan (kulit, mulut, vagina, dsb) Gangguan afektif dibedakan dengan gangguan waham. Gangguan mood bisa sejalan dengan wahamnya, tapi gangguan waham tidak menunjukkan gejala afektif yang menetap seperti pada gangguan mood 4. Gangguan Psikotik Akut dan Sementara Psikotik adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan ketidak mampuan individu menilai kenyataan yang terjadi, misalnya terdapat halusinasi, waham atau perilaku kacau/aneh. Gangguan psikotik singkat/akut didefinisikan sebagai suatu gangguan kejiwaan yang terjadi selama 1 hari sampai kurang dari 1 bulan, dengan gejala psikosis, dan dapat kembali ke tingkat fungsional premorbid. 1. Epidemiologi Menurut sebuah studi epidemiologi internasional, berbeda dengan skizofrenia, kejadian nonaffective timbul psikosis akut 10 kali lipat lebih tinggi di negara berkembang daripada di negara-negara industri. Beberapa dokter percaya bahwa gangguan yang mungkin paling sering terjadi pada pasien dengan sosioekonomi yang rendah, pasien dengan gangguan kepribadian yang sudah ada sebelumnya ( paling sering adalah gangguan kepribadian histrionik, narsistik, paranoid, skizotipal, dan ambang ), dan orang yang pernah mengalami perubahan kultural yang besar ( misalnya imigran ). 2. Etiologi Didalam DSM III faktor psikososial bermakna dianggap menyebabkan psikosis reaktif singkat, tetapi kriteria tersebut telah dihilangkan dari DSM IV. Perubahan dalam DSM IV menempatkan diagnosis gangguan psikotik singkat didalam kategori yang sama dengan banyak diagnosis psikiatrik utama lainnya yang penyebabnya tidak diketahui dan diagnosis kemungkinan termasuk gangguan yang heterogen. Penyebabnya belum diketahui secara pasti, tapi sebagian besar di jumpai pada pasien dengan gangguan kepribadian mungkin memiliki kerentanan biologis atau psikologis terhadap perkembangan gejala psikotik. Satu atau lebih faktor stres berat, seperti peristiwa traumatis, konflik keluarga, masalah pekerjaan, kecelakaan, sakit parah, kematian orang yang dicintai, dan status imigrasi tidak pasti, dapat memicu psikosis reaktif singkat. Beberapa studi mendukung kerentanan genetik untuk gangguan psikotik singkat. 3. Patofisiologi dan Prognosis Menurut definisinya, perjalanan penyakit gangguan psikotik singkat adalah kurang dari satu bulan. Namun demikian, perkembangan gangguan psikiatrik bermakna tertentu dapat menyatakan suatu kerentanan mental pada pasien. Sejumlah pasien dengan persentasi yang tidak diketahui, yang pertama kali di klasifikasikan menderita gangguan psikotik singkat selanjutnya menunjukkan sindroma psikiatrik kronis, seperti skizofrenia dan gangguan mood. Tetapi, pada umumnya pasien dengan gangguan psikotik singkat memiliki prognosis yang baik, dan penelitian di Eropa telah menyatakan bahwa 50 sampai 80 persen dari semua pasien tidak memilki masalah psikiatrik berat lebih lanjut. Lamanya gejala akut dan residual sering kali hanya beberapa hari. Kadang-kadang, gejala depresif mengikuti resolusi gejala psikotik. Bunuh diri adalah suatu keprihatinan pada fase psikotik maupun fase depresif pascapsikotik. Sejumlah indikator telah dihubungkan dengan prognosis yang baik. Pasien dengan ciri-ciri tersebut memiliki kemungkinan kecil untuk kemudian menderita skizofrenia atau suatu gangguan mood. Ciri prognosis yang baik untuk gangguan psikotik singkat · Penyesuaian premorbid yang baik · Sedikit trait schizoid pramorbid · Stressor pencetus yang berat · Onset gejala mendadak · Gejala afektif · Konfusi selama psikosis · Sedikit penumpulan afektif · Gejala singkat · Tidak ada saudara yang skizofrenik 4. Manifestasi klinis Gambaran utama perilaku: Perilaku yang diperlihatkan oleh pasien yaitu : 1. Mendengar suara-suara yang tidak ada sumbernya 2. Keyakinan atau ketakutan yang aneh/tidak masuk akal 3. Kebingungan atau disorientasi 4. Perubahan perilaku; menjadi aneh atau menakutkan seperti menyendiri, kecurigaan berlebihan, mengancam diri sendiri, orang lain atau lingkungan, bicara dan tertawa serta marahmarah atau memukul tanpa alasan. Gejala gangguan psikotik singkat selalu termasuk sekurang kurangnya satu gejala psikosis utama, biasanya dengan onset yang tiba-tiba, tetapi tidak selalu memasukkan keseluruhan pola gejala yang ditemukan pada skizofrenia. Beberapa klinisi telah mengamati bahwa gejala afektif, konfusi dan gangguan pemusatan perhatian mungkin lebih sering ditemukan pada gangguan psikotik singkat daripada gangguan psikotik kronis. Gejala karakteristik untuk gangguan psikotik singkat adalah perubahan emosional, pakaian atau perilaku yang aneh, berteriak teriak atau diam membisu dan gangguan daya ingat untuk peristiwa yang belum lama terjadi. Beberapa gejala tersebut ditemukan pada gangguan yang mengarahkan diagnosis delirium dan jelas memerlukan pemeriksaan organik yang lengkap, walaupun hasilnya mungkin negatif. Pemeriksaan status mental biasanya hadir dengan agitasi psikotik parah yang mungkin terkait dengan perilaku aneh, tidak kooperatif, agresif fisik atau verbal, tidak teratur berbicara, berteriak atau kebisuan, suasana hati labil atau depresi, bunuh diri, membunuh pikiran atau perilaku, kegelisahan , halusinasi, delusi, disorientasi, perhatian terganggu, konsentrasi terganggu, gangguan memori, dan wawasan miskin. Seperti pada pasien psikiatrik akut, riwayat yang diperlukan untuk membuat diagnosis mungkin tidak dapat diperoleh hanya dari pasien. Walaupun adanya gejala psikotik mungkin jelas, informasi mengenai gejala prodromal, episode suatu gangguan mood sebelumnya, dan riwayat ingesti zat psikotomimetik yang belum lama mungkin tidak dapat diperoleh dari wawancara klinis saja. Disamping itu, klinis mungkin tidak mampu memperoleh informasi yang akurat tentang ada atau tidaknya stressor pencetus. Contoh yang paling jelas dari stresos pencetus adalah peristiwa kehidupan yang besar yang dapat menyebabkan kemarahan emosional yang bermakna pada tiap orang. Peristiwa tersebut adalah kematian anggota keluarga dekat dan kecelakaan kendaraan yang berat. Beberapa klinis berpendapat bahwa keparahan peristiwa harus dipertimbangkan didalam hubungan dengan kehidupan pasien. Walaupun pandangan tersebut memiliki alasan, tetapi mungkin memperluas definisi stressor pencetus dengan memasukkan peristiwa yang tidak berhubungan dengan episode psikotik. Klinisi lain berpendapat bahwa stressor mungkin merupakan urutan peristiwa yang menimbulkan stress sedang, bukannya peristiwa tunggal yang menimbulakan stress dengan jelas. Tetapi penjumlahan derajat stress yang disebabkan oleh urutan peristiwa memerlukan suatu derajat pertimbangan klinis yang hampir tidak mungkin. 5. Diagnosis Untuk menegakkan diagnosis gejala pasti gangguan psikotik akut adalah sebagai berikut : 1) Halusinasi (persepsi indera yang salah atau yang dibayangkan : misalnya, mendengar suara yang tak ada sumbernya atau melihat sesuatu yang tidak ada bendanya). 2) Waham (ide yang dipegang teguh yang nyata salah dan tidak dapat diterima oleh kelompok sosial pasien, misalnya pasien percaya bahwa mereka diracuni oleh tetangga, menerima pesan dari televisi, atau merasa diamati/diawasi oleh orang lain). 3) Agitasi atau perilaku aneh (bizar) 4) Pembicaraan aneh atau kacau (disorganisasi) 5) Keadaan emosional yang labil dan ekstrim (iritabel) Berdasarkan DSM-IV diagnosisnya terutama atas lama gejala, untuk gejala psikotik yang berlangsung sekurangnya satu hari tetapi kurang satu bulan dan yang tidak disertai dengan suatu gangguan mood, gangguan berhubungan dengan zat, atau suatu gangguan psikotik karena kondisi medis umum, diagnosis gangguan psikotik singkat kemungkinan merupakan diagnosis yang tepat. Untuk gejala psikotik yang berlangsung lebih dari satu hari, diagnosis sesuai yang harus dipertimbangkan adalah gangguan delusional (jika waham adalah gejala psikotik yang utama), gangguan skizofreniform ( jikagejala berlangsung kurang dari 6 bulan), dan skizofrenia (jika gejala telah berlangsung lebih dari 6 bulan). 5. Gangguan Psikotik Lain yang Tidak Teridentifikasi Situasi di mana dokter telah menyimpulkan bahwa beberapa jenis gangguan psikotik mungkin ada, tetapi tidak dapat menentukan apakah itu adalah yang utama , karena kondisi medis umum , atau substansi diinduksi . Dalam gangguan psikotik , persepsi dan pemahaman tentang realitas sangat terganggu . Gejala mungkin termasuk tetap tetapi tidak benar keyakinan ( delusi ) , melihat penglihatan atau mendengar suara-suara ( halusinasi ) , kebingungan, bicara tidak teratur , emosi berlebihan atau berkurang , atau perilaku aneh . Tingkat fungsi dapat sangat terganggu dengan penarikan sosial dan ketidakmampuan untuk bekerja , berhubungan , atau perawatan pribadi bahkan dasar . Individu umumnya memiliki sedikit kesadaran dari kelainan mental yang berhubungan dengan penyakit mereka. Sebuah gangguan psikotik tidak spesifik terjadi ketika gejala psikotik meskipun saat ini tidak memenuhi semua kriteria diagnostik untuk gangguan psikotik tertentu seperti skizofrenia . Mungkin mustahil untuk mengidentifikasi gangguan psikotik tertentu karena informasi yang tidak memadai atau temuan bertentangan. Gejala psikotik digambarkan sebagai positif atau negatif . Gejala positif adalah delusi , halusinasi , perilaku aneh , dan penyiaran pikir di mana individu percaya orang lain supranatural dapat mempengaruhi nya pikiran atau sebaliknya. Gejala negatif mengacu pada pengurangan atau hilangnya fungsi-fungsi normal seperti pembatasan dan mendatarkan emosi , sangat berkurang pembicaraan atau pikiran , dan kurangnya minat dalam kegiatan yang diarahkan pada tujuan . Delusi adalah keyakinan bahwa orang lain tidak dapat memverifikasi. Jenis umum dari delusi melibatkan pikiran penganiayaan seperti yang dimata-matai atau bersekongkol melawan. Mungkin juga ada delusi keagungan mana individu percaya bahwa mereka memiliki kekuatan yang luar biasa , berada di sebuah misi khusus , atau berpikir mereka adalah orang penting seperti Yesus Kristus. Khayalan disebut aneh jika tidak didasarkan pada pengalaman hidup biasa. Sebuah contoh adalah alien mengendalikan tubuh seseorang dan / atau pikiran . Halusinasi adalah persepsi sensorik yang tidak ada orang lain dapat mendeteksi dan dapat melibatkan indra penglihatan , sentuhan , pendengaran, penciuman , atau rasa . Mendengar suara adalah yang paling sering halusinasi psikosis . Halusinasi terjadi ketika individu terjaga. Pikiran Teratur ( melonggarnya asosiasi ) yang ditandai dengan melompat dari satu topik ke yang lain. Perilaku tidak teratur dapat mengakibatkan pengabaian penampilan pribadi dan kebersihan , nutrisi yang tepat , dan tugas hidup lainnya. Individu mungkin tidak tepat berpakaian dan bertingkah tidak terduga seperti berteriak atau mengumpat di depan umum . Pada ekstrem yang lain adalah perilaku katatonia di mana individu menjadi ditarik , bergerak , dan tidak menyadari dunia sekitarnya. Kerataan Emosional mungkin termasuk wajah responsif dan sedikit kontak mata dengan orang lain . Emosi mungkin tidak sesuai untuk situasi seperti menertawakan situasi tidak ada orang lain menemukan lucu atau menangis untuk alasan yang jelas. Takut Unexplained , marah , atau sedih mungkin juga hadir. Gerakan abnormal dapat mencakup mondar-mandir terus menerus, goyang , wajah meringis , atau imobilitas kaku dalam postur aneh. Sejarah : Sebuah episode psikotik dapat melibatkan kombinasi dari delusi , halusinasi, bicara tidak normal , perilaku aneh atau sangat tidak teratur , emosi yang datar atau tidak pantas , atau tidak adanya aktivitas terarah dan produktif . Dalam gangguan psikotik yang tidak ditentukan , namun, gejala tidak memenuhi kriteria untuk gangguan psikotik lainnya tertentu. Misalnya, diagnosis seperti psikosis postpartum yang gagal untuk memiliki semua kriteria untuk diagnosis berikut : gangguan mood dengan ciri psikotik , gangguan psikotik karena kondisi medis umum , gangguan psikotik singkat , atau induksi zat - gangguan psikotik . Hal ini mungkin karena informasi yang tidak memadai atau bertentangan. Contoh termasuk gejala psikotik yang berlangsung kurang dari sebulan namun belum diselesaikan sehingga belum memenuhi kriteria untuk gangguan psikotik singkat , halusinasi pendengaran persisten tanpa gejala lain , gigih nonbizarre delusi dengan tumpang tindih episode mood, atau ketika gangguan psikotik tampaknya hadir namun belum ditentukan dan mungkin sebenarnya merupakan hasil dari suatu kondisi medis umum atau substansi. Pemeriksaan fisik : temuan Ujian tidak menegakkan diagnosis . Pengamatan orientasi individu , gaun , tingkah laku , perilaku, dan isi pidato memberikan tanda-tanda penting yang dapat membantu mendiagnosa penyakit . Tes : Tes tidak membantu dalam menegakkan diagnosis ini tetapi digunakan untuk mengesampingkan gangguan yang mungkin bingung dengan psikosis akut seperti infeksi , penyalahgunaan zat , dan penyebab metabolik lainnya delirium . Rawat inap psikiatri mungkin diperlukan untuk mengamati individu dan melindungi mereka dari kerugian mereka sendiri tentang realitas, penilaian, dan pengendalian impuls. Obat antipsikotik dapat diberikan bersama dengan psikoterapi yang tepat. Dalam situasi tertentu, terapi kelompok mungkin efektif. Terapi electroconvulsive (ECT) tidak efektif. Lima puluh sampai enam puluh persen kasus lebih baik dengan ECT jika pasien mengalami gangguan psikotik (Ghaziuddin 119). Dengan observasi lanjutan, dimungkinkan untuk mencapai diagnosis yang lebih spesifik dan memulai pengobatan yang tepat. Hasil kurang jelas mengingat diagnosis ini nonspesifik. Dengan observasi lanjutan, dimungkinkan untuk mencapai diagnosis yang lebih spesifik dan memungkinkan untuk pengobatan yang tepat dan informasi lebih prognostik. Sumber: - Bengston, M. (2006). Undifferentiated Schizophrenia. Psych Central. Retrieved on October 14, 2013, from http://psychcentral.com/lib/undifferentiated- schizophrenia/000150 - D’jopie. (2012). Skizofrenia Paranoid. http://kesehatan- tips.blogspot.com/2012/04/skizofrenia-paranoid.html. Diunduh tanggal 14 Oktober 2013 pukul 10.20 - Jiwo, Tirto. (2013). Skizofrenia Paranoid: Pengertian dan Gejala. http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:icB3MIlROeEJ:tirtojiwo.org/%3 Fp%3D1238+&cd=6&hl=id&ct=clnk. Diunduh tanggal 14 Oktober 2013 pukul 09.45 - http://kesehatan.kompasiana.com/kejiwaan/2013/01/26/disorganized-skizofrenia528798.html diakses pada tanggal 14 Oktober pukul 11.05 - https://psikologiabnormal.wikispaces.com/Skizofrenia+Disorganized diakses pada tanggal 14 Oktober 2013 pukul 10.35 ebook: - Kesehatan Mental 1 oleh Drs. Yustinus Semium, OFM. - http://books.google.co.id/books?id=buwj_j_4mukC&pg=PA34&lpg=PA34&dq=skizofre niform+adalah&source=bl&ots=LR0LX33cVA&sig=BmA8Joe3B8E1nTyxeAYtEIwywI&hl=en&sa=X&ei=vlFaUvb0LcuVrgfX04HQBA&redir_esc=y#v =onepage&q=skizofreniform%20adalah&f=false - http://psychcentral.com/lib/catatonic-schizophrenia/000147 diunduh tanggal 11 Oktober 2013 - http://psikologiabnormal.wikispaces.com/Skizofrenia+Katatonik diunduh tanggal 11 Oktober 2013 - www.dmacc.edu/instructors/tkwilson2/AbSchizophreniaDSM.pdf diunduh tanggal 11 Oktober 2013 - http://www.schizophrenia.com) - http://www.vdshared.com/index.php/alam-54/34-dunia-manusia/110-gejala-skizofrenia pada tanggal 14 Oktober 2013 pukul 20.37 - http://dona_eka_p.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/32806/09+Pertemuan+Ke9+Skizofrenia.ppt diunduh pada tanggal 14 Oktober 2013 pukul 20.12 - http://yumizone.wordpress.com/2009/01/10/skizofrenia/ pada tanggal 14 Oktober 2013 pukul 20.04 - http://www.mdguidelines.com/psychotic-disorder-unspecified pada tanggal 15 Oktober 2013 pukul 07.40 - http://ikextx.weebly.com/uploads/4/6/9/3/469349/presentation_psikosis_akut.ppt - (1.Psikologi Abnormal Edisi ke-9 : Gerald C Davidson, John M. Neale, Ann M Kring :2006) http://abnormalpsychologyschizophrenia.blogspot.com/2011/08/jenis- penanganan-skizofrenia.html - http://indrasagita.blogspot.com/p/terapi-skizofrenia.html - Sumber : http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/32883/4/Chapter%20II.pdf